PENGANGGARAN DI INDONESIA”
DISUSUN OLEH :
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
A. KONSEP DASAR PERENCANAAN
1. Pengertian Perencanaan
Proses ialah hubungan tiga kegiatan yang berurutan, yaitu menilai situasi dan kondisi
saat ini, merumuskan dan menciptakan situasi dan kondisi yang diinginkan (yang akan
datang), dan menentukan apa saja yang diperlukan untuk mencapai keadaan yang diinginkan.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang disebut perencanaan ialah
kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan. Dari definisi
ini perencanaan mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
2. Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan diantaranya adalah:
a. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang,
antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
dan pengawasan
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat
e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.Standar pengawasan, yaitu mencocokan pelaksanaan dengan perencanaan.
f. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
g. Mengetahaui siapa yang terlibat (struktur organisasinya) baik kualifikasinya maupun
kuantitasnya.
h. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
i. Memimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga dan
waktu.
j. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.
Anggaran adalah merupakan hal yang paling penting yang harus ada di dalam
pemerintahan. Karena anggaran merupakan cara yang dilakukan oleh organisasi sector publik
untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya pada kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terbatas. Pemerintah ingin agar kekayaan yang dimiliki negara dapat diberikan kepada seluruh
masyarakat, tetapi sering kali keinginan tersebut terhambat oleh terbatasnya sumber daya
yang dimiliki. Di sinilah fungsi dan peran penting anggaran. Anggaran merupakan suatu
laporan yang memuat penerimaan dan pembelanjaan negara/ daerah. Di dalam laporan
tersebut ditetapkan target-target yang hendak dicapai pemerintah dalam penerimaan
pendapatan dan pengeluaran. Kebijakan-kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah
dituangkan di dalam anggaran tersebut.
Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menyejahterakan rakyat, karena uang
yang digunakan adalah uang rakyat. Namun tak banyak juga masarakat yang tidak tersentuh
aplikasi dari anggaran tersebut, buktinya saja masih banyak kemiskinan yang terjadi disetiap
daerah. Apabila anggaran sudah terlaksana dengan baik dan benar, tentunya banyak
masyarakat yang sudah sejahtera, paling tidak sudah bisa tercukupi kebutuhan pokoknya.
Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki anggaran sektor publik yakni dapat
merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat serta dapat
menentukan penerimaan dan pengeluaran departemen pemerintah, provinsi maupun daerah.
Untuk itu adanya anggaran sektor publik sangat penting, karena :
Activity based budgeting adalah penyusunan anggaran biaya per aktivitas untuk
memungkinkan manajer memprediksi biaya aktivitas yang akan terjadi dalam periode
anggaran. Activity-based budgeting memungkinkan manajer merencanakan dan memantau
improvement terhadap aktivitas secara lebih seksama.
Activity based budgeting (ABB) ini erat kaitannya dengan activity based costing
(ABC). Activity based costing merupakan sistem informasi yang digunakan untuk mengukur
implementasi activity based budget akan mengkomunikasikan hasil pengukuran tersebut
kepada personel yang bertanggung jawab
Functional based budgeting atau disebut juga traditional budgeting system adalah
suatu cara menyusun anggaran yang tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penyusunannya
lebih didasarkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran.
4. Sistem Penganggaran
Seiring dengan berkembangnya dinamika pemerintahan, maka dengan sendirinya
berpengaruh pada perkembangan anggaran itu sendiri. Anggaran sebagai suatu system
keuangan turut juga mengalami perkembangan. Sistem anggaran di Indonesia pada awalnya
mengikuti sistem anggaran tradisional (traditional budgeting system) yang berakhir secara
bertahap sampai tahun anggaran 1970/1971 untuk anggaran pembangunan, sedangkan
anggaran rutin disusun secara tradisional berakhir pada tahun 1973/1974. Sistem anggaran
tradisional lebih menekankan pada aspek pelaksanaan dan pengawasan anggaran. Dalam
pelaksanaan yang dipentingkan adalah besarnya hak tiap departemen/lembaga sesuai dengan
obyek dan sudah dibenarkan apabila sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku.
Sedangkan dalam pengawasannya yang diutamakan adalah keabsahan bukti transaksi dan
kewajaran laporan keuangan. Hal-hal yang menjadi perhatian dalam sistem tradisional
meliputi:
1. Pengurusan anggaran, yaitu pembuatan perkiraan penerimaan dan pengeluaran;
2. Pengesahan oleh lembaga yang berwenang;
3. Pembelanjaan;
4. Pencatatan realisasi penerimaan dan pengeluaran oleh bendaharawan; dan,
5. Pertanggungjawaban kas berupa pertanggungjawaban realisasi pengeluaran
(Djamaludin, 1977).
Kemudian dalam perkembangan dikenal sistem anggaran kinerja (PBS) yang untuk
pertama kali pada tahun anggaran 1970/1971 untuk anggaran pembangunan. Anggaran
ditetapkan berdasarkan program-program pembangunan yang menjadi tujuan pembangunan
yang akan dicapai. Perwujudannya sendiri berbentuk proyek-proyek pembangunan. Secara
administratif proyek-proyek ini dituangkan dalam bentuk DIP. Dalam DIP disebutkan
penanggungjawab proyek, nama proyek, letak, waktu dimulai dan perkiraan tanggal selesai.
DIP berisi rencana fisik dan perkiraan baiya yang harus mendapat persetujuan Menteri
Keuangan dan Bappenas. Pengawasan dalam sistem PBS, ditekankan pada rencana fisik
untuk mencapai sasaran tujuan yang ditetapkan sebelumnya, sedangkan biaya disesuaikan
dengan kebutuhan. Tetapi dalam prakteknya biaya ini dibatasi oleh kredit anggaran (ibid.).
Sedangkan PBS bagi anggaran rutin baru dimulai pada tahun anggaran 1973/1974. Dalam
anggaran rutin digunakan daftar isian kegiatan (DIK) sebagai dasar otorisasi bagi
departemen/lembaga dalam melaksanakan anggaran belanja rutin. DIK selanjutnya harus
mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. Di dalam DIK disebutkan penanggungjawab
anggaran (bagian anggaran departemen/lembaga), kegiatan, kantor pelaksana, satuan hasil
kegiatan , dan satuan volume kegiatan. Dengan diterapkan DIP dan DIK maka sejak tahun
anggaran 1973/1974 maka Indonesia menganut sistem anggaran PBS. Sistem ini lebih
menekan pada aspek manajemen yaitu memperhatikan segi ekonomi, keuangan serta
pelaksanaan anggaran maupun hasil fisik yang dicapai. Dalam sistim ini juga diperhatikan
fungsi dari masingmasing departemen/lembaga serta pengelompokan kegiatannya (satuan
prestasi kerja).
Penganggaran secara terpadu atau unified budget, adalah penerapan anggaran yang
tidak ada lagi pemisahan antara anggaran rutin dan pembangunan. Penerapan penganggaran
secara terpadu maka memuat semua kegiatan instansi pemerintahan dalam APBN yang
disusun secara terpadu. Penerapan sisem ini merupakan tahapan yang diperlukan sebagai
bagian upaya jangka panjang untuk membawa penganggaran menjadi lebih transparan,
memudahkan penyusunan dan pelaksanaan anggaran yang berorientasi kerja, memberikan
gambaran yang objektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah, menjaga konsistensi
dengan standar akuntansi sektor publik, serta memudahkan penyajian dan meningkatkan
kredibilitas statistik keuangan pemerintah. Sebelumnya anggaran belanja pemerintah
dikelompokan atas anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan.
Pengelompokan dalam anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan atau dual
budgeting yang semula bertujuan untuk memberikan penekanan pada arti pentingnya
pembangunan dalam pelaksanaannya telah menimbulkan peluang terjadinya duplikasi,
penumpukan, dan penyimpangan anggaran, namun dalam pelaksanaannya menunjukkan
kelemahan, yaitu:
Terdapat kendala perencanaan dan penganggaran secara umum dan spesifik. Kendala umum,
yaitu:
1. Lemahnya koordinasi dalam pengelolaan data dan informasi sehingga tidak tepat
sasaran.
2. Lemahnya keterkaitan proses perencanaan, proses penganggaran dan proses politik
dalam menerjemahkan dokumen perencanaan menjadi dokumen anggaran.
3. Kurangnya keterlibatan masyarakat warga (civil society).
4. Lemahnya sistem pemantauan, evaluasi dan pengendalian (safeguarding).
5. Lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
6. Ketergantungan pada sumberdana dari donor dan lembaga internasional.
D. CONTOH STUDI KASUS DI INDONESIA