Anda di halaman 1dari 7

“Model Perencanaan Hybrid Approach”

Disusun oleh Kelompok 3

Musdalifa Basir (E011171005)

Muh. Darwis D (E011171014)

Sri Ayu (E011171504)

Siti Fakhirah Ulfa Aris (E011171514)

Siti Ayu Adiningsih (E011171517)

Nur Azmy (E011171523)

Elena (E011171526)

Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin

2019
Model Perencanaan Hybrid Approach (Perencanaan Penggabungan)

Perencanaan menurut Abe (2001) dalam Ovalhanif (2009) adalah susunan (rumusan)
sistematik mengenai langkah-langkah mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan
dilakukan di masa depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama
atas potensi, faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut Tjokroamidjojo (1995) dalam Ovalhanif (2009) mendefinisikan perencanaan


sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maksimum output) dengan
sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Selanjutnya dikatakan bahwa,
perencanaan merupakan penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan,
bagaimana, bilamana dan oleh siapa.

Menurut Terry (1960) dalam Mardikanto (2010), perencanaan diartikan sebagai suatu proses
pemilihan dan menghubung-hubungkan fakta, serta menggunakannya untuk menyusun asumsi-
asumsi yang diduga bakal terjadi di masa datang, untuk kemudian merumuskan kegiatan-
kegiatan yang diusulkan demi tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan.

Perencanaan juga diartikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan yang berdasarkan
fakta, mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan yang
diharapkan atau yang dikehendaki.

Dalam merencanakan sesuatu program atau kegiatan agar tercapai tujuannya maka
dibutuhkan sebuah perencanaan, dimana perencanaan adalah proses penetapan apa yang harus di
capai, bila hal itu dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa
yang bertanggungjawab, dan penetapan mengapa hal itu harus dicapai, dengan menghubungkan
fakta-fakta yang ada sehingga dapat memprediksikan situasi yang ada dimasa yang akan datang.

Terry dalam bukunya Principle Of Management mengatakan bahwa perencanaan adalah


suatu proses pemilihan dan menghubung-hubungkan fakta serta menggunakannya untuk
menyusun asumsi-asumsi yang diduga bakal terjadi dimasa mendatang, untuk kemudian
merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan untuk tercapainya tujuan yang diharapkan.

Seorang manajer haruslah mengerti fungsi-fungsi dari manajemen salah satunya adalah
perencanaan, dalam sebuah organisasi tentunya banyak sekali perubahan-perubahan yang akan
dihadapi, namun perubahan-perubahan tersebut harus terencana dalam arti kita membuat
perencanaan, dari asalany perencanaan dibagi menjadi tiga perencanaan atas, perencanaan
bawah, dan perencanaan campuran.

1. Pengertian Hybrid Approach

Adanya pertumbuhan penduduk menentukan adanya perubahan struktur masyarakat.


Dengan adanya konflik juga dapat menimbulkan perubahan struktur masyarakat dimana
dalam membuat perubahan yang terencana kita harus memebuat perencanaan terlebih dahulu.
Ada 3 model perencanaan yang ada yaitu Top-Down Planning, Bottom-Up Planning &
Hybrid Approach( Perencanaan Penggabungan).

Perencanaan dengan sistem gabungan dari kedua sistem (Top-Down Planning & Bottom-
Up Planning) atau yang biasa disebut dengan hybrid approach adalah perencanaan yang
disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dan program yang diinginkan oleh masyarakat
yang merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah dan juga masyarakat sehingga
peran antar satu dan keduanya saling berkaitan. Dalam hal ini, program yang telah dibuat dan
akan dijalankan oleh pemerintah merupakan kesepakatan antara pemerintah dan masyarakat
berdasarkan dengan kebutuhan prioritas di masyarakat dan kesanggupan pihak pemerintah.

Upaya mempertemukan perencanaan dari masyarakat (Bottom-up planning) dengan


perencanaan Dinas/Instansi sektoral (Top-down planning) yang selama ini lebih dominan
dilakukan pada Musyawarah Pembangunan Kabupaten (atau Rakorbang Kabupaten).
Mekanisme yang dikembangkan adalah :

a. Seluruh peserta mendengarkan presentasi usulan dari masyarakat


b. Masyarakat mendengarkan dan mengkritisi program tiap Dinas yang dipresentasikan
(tujuan dan manfaatnya)
c. Merumuskan tindakan untuk penanganan tiap usulan masyarakat : usulan yang dapat
ditangani sendiri oleh masyarakat, usulan yang membutuhkan bantuan dari Pemerintah,
dan usulan yang akan ditangani oleh Pemerintah.

Setelah memperhatikan usulan masyarakat dan hasil dari Rakorbang, barulah Dinas/Instansi
sektoral dapat menyusun Daftar Usulan Rencana Proyek (DURP), tidak lagi mengikuti pola
lama dimana Dinas/Instansi Sektoral “memaksakan” program-programnya kepada
masyarakat dalam forum Rakorbang.

Keterlibatan semua komponen dalam pola perencanaan penggabungan merupakan suatu


keharusan sehingga proses perencanaan sejak awal melibatkan pihak legislatif (DPRD).
Hubungan pihak legislatif dengan konstituennya (masyarakat) sudah selayaknya mempunyai
komunikasi yang intensif, sehingga dengan demikian issue yang ada di masyarakat
sepenuhnya dapat diakomodasikan. Sedangkan hubungan fungsional antara pihak legislatif
dengan eksekutif sesuai dengan jiwa UU No. 22/99, seyogyanya menjadi pola kemitraan
yang efektif. Perlu dilakukan penyamaan persepsi diantara pihak eksekutif dan legislatif
dalam pembagian peran dan tanggung jawab secara jelas. Dengan demikian, hasil dari suatu
proses perencanaan yang partisipatif lebih dapat diakomodir pihak legislatif dalam
pembahasan RAPBD di tingkat legislatif.

2. Kelebihan & Kekurangan Hybrid Approach


 Kelebihan Hybrid Approach
a. Semua pihak dapat lebih aktif baik masyarakat maupun pemerintah dalam
menyalurkan ide-ide dan program kerja yang diinginkan .
b. Pemerintah maupun masyarakat dapat mengetahui dan melihat seberapa jauh
program dan kegiatan yang direncanakan sebelumnya telah dikerjakan.
c. Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa masyarakat dan pemerintah memiliki tujuan
yang sama-sama yang ingin dilaksanakan sehingga apa yang telah dan akan
dikerjakan oleh pemerintah sepadan dengan apa yang diinginkan dan disuarakan oleh
masyarakat.
d. Masyarakat akan merasa lebih dihargai dikarenakan apa yang akan diprogramkan
oleh pemerintah tidak semata-mata hanya kepentingan beberapa oknum saja
melainkan merupakan kepentingan masyarakat prioritas.
e. Keputusan yang diambil merupakan keputusan atasan dan bawahan.
 Kekurangan Hybrid Approach
a. Dikarenakan Hybrid Approach merupakan model perencanaan yang melibatkan
masyarakat dan pemerintah, maka ini akan membutuhkan banyak biaya sehingga
dapat menyebabkan keborosan.
b. Membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk membuat keputusan karena
keterlibatan banyak komponen dan proses yang lama.
Kesimpulan

Dalam merencanakan sesuatu program atau kegiatan agar tercapai tujuannya maka
dibutuhkan sebuah perencanaan, dimana perencanaan adalah proses penetapan apa yang harus di
capai, bila hal itu dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa
yang bertanggungjawab, dan penetapan mengapa hal itu harus dicapai, dengan menghubungkan
fakta-fakta yang ada sehingga dapat memprediksikan situasi yang ada dimasa yang akan datang.

Model perencanaan dapat dibagi menjadi 3 yakni Top-Down Planning yang merupakan
model perencanaan dari atas ke bawah, Bottom-Up Planning merupakan model perencanaan dari
bawah ke atas & Hybriad Approach yang merupakan penggabungan antara Top-Down Planning
dan Bottom-Up Planning. Hybrid Approach merupakan model perencanaan yang melibatkan
banyak komponen didalamnya yakni pemerintah dan masyarakat yang memiliki tujuan yang
sama di dalamnya.

Adapun kelebihan dan kekurangan Hybrid Approach yaitu: Hybrid Approach memiliki
banyak kelebihan diantaranya yaitu pemerintah dan masyarakat dapat lebih aktif dalam
menyalurkan ide-ide berdasarkan apa yang diinginkan oleh mereka, serta pemerintah dan
masyarakat memiliki tujuan yang sama sehingga apa yang dikerjakan oleh pemerintah bukan
hanya untuk beberapa kepentingan oknum tertentu melainkan merupakan kebutuhan masyarakat.
Sedangkan kekurangannya lebih kepada pemborosan biaya dikarenakan melibatkan banyak
komponen serta membutuhkan waktu yang lama. Tetapi jika dicermati dengan saksama
dibandingkan dengan kekurangan, kelebihan yang ada lebih banyak sehingga perencanaan yang
dilakukan dapat berjalan sesuai keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Purbathin Agus. “Revisi Mekanisme Dan Peningkatan Kualitas Perencanaan Desa Menuju
Pembangunan Desa Yang Partisipatif Dan Berkelanjutan Di Era Otonomi Daerah”.
Jurnal Perencanaan Pembangunan (2004):
http://www.suniscome.50webs.com/data/download/023%20PERENCANAAN%20DESA
.pdf. Di akses pada tanggal 02 November 2019

http://pumariksa.blogspot.com/2014/06/perencanaan-pembangunan-menggunakan.html

http://www.suniscome.50webs.com/data/download/023%20PERENCANAAN%20DESA.pdf

https://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/kelebihan-dan-kekurangan-model perencanaan-top-
down-planning-bottom-up-planning-dan-perancangan-gabungan/

https://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/top-down-planing-evaluasi-perencanaan-program/

https://renlitbang.banjarmasinkota.go.id/2011/05/pengertian-perencanaan-tujuan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai