Elena (E011171526)
Universitas Hasanuddin
2019
Model Perencanaan Hybrid Approach (Perencanaan Penggabungan)
Perencanaan menurut Abe (2001) dalam Ovalhanif (2009) adalah susunan (rumusan)
sistematik mengenai langkah-langkah mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan
dilakukan di masa depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama
atas potensi, faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Terry (1960) dalam Mardikanto (2010), perencanaan diartikan sebagai suatu proses
pemilihan dan menghubung-hubungkan fakta, serta menggunakannya untuk menyusun asumsi-
asumsi yang diduga bakal terjadi di masa datang, untuk kemudian merumuskan kegiatan-
kegiatan yang diusulkan demi tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan.
Perencanaan juga diartikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan yang berdasarkan
fakta, mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan yang
diharapkan atau yang dikehendaki.
Dalam merencanakan sesuatu program atau kegiatan agar tercapai tujuannya maka
dibutuhkan sebuah perencanaan, dimana perencanaan adalah proses penetapan apa yang harus di
capai, bila hal itu dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa
yang bertanggungjawab, dan penetapan mengapa hal itu harus dicapai, dengan menghubungkan
fakta-fakta yang ada sehingga dapat memprediksikan situasi yang ada dimasa yang akan datang.
Seorang manajer haruslah mengerti fungsi-fungsi dari manajemen salah satunya adalah
perencanaan, dalam sebuah organisasi tentunya banyak sekali perubahan-perubahan yang akan
dihadapi, namun perubahan-perubahan tersebut harus terencana dalam arti kita membuat
perencanaan, dari asalany perencanaan dibagi menjadi tiga perencanaan atas, perencanaan
bawah, dan perencanaan campuran.
Perencanaan dengan sistem gabungan dari kedua sistem (Top-Down Planning & Bottom-
Up Planning) atau yang biasa disebut dengan hybrid approach adalah perencanaan yang
disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dan program yang diinginkan oleh masyarakat
yang merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah dan juga masyarakat sehingga
peran antar satu dan keduanya saling berkaitan. Dalam hal ini, program yang telah dibuat dan
akan dijalankan oleh pemerintah merupakan kesepakatan antara pemerintah dan masyarakat
berdasarkan dengan kebutuhan prioritas di masyarakat dan kesanggupan pihak pemerintah.
Setelah memperhatikan usulan masyarakat dan hasil dari Rakorbang, barulah Dinas/Instansi
sektoral dapat menyusun Daftar Usulan Rencana Proyek (DURP), tidak lagi mengikuti pola
lama dimana Dinas/Instansi Sektoral “memaksakan” program-programnya kepada
masyarakat dalam forum Rakorbang.
Dalam merencanakan sesuatu program atau kegiatan agar tercapai tujuannya maka
dibutuhkan sebuah perencanaan, dimana perencanaan adalah proses penetapan apa yang harus di
capai, bila hal itu dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa
yang bertanggungjawab, dan penetapan mengapa hal itu harus dicapai, dengan menghubungkan
fakta-fakta yang ada sehingga dapat memprediksikan situasi yang ada dimasa yang akan datang.
Model perencanaan dapat dibagi menjadi 3 yakni Top-Down Planning yang merupakan
model perencanaan dari atas ke bawah, Bottom-Up Planning merupakan model perencanaan dari
bawah ke atas & Hybriad Approach yang merupakan penggabungan antara Top-Down Planning
dan Bottom-Up Planning. Hybrid Approach merupakan model perencanaan yang melibatkan
banyak komponen didalamnya yakni pemerintah dan masyarakat yang memiliki tujuan yang
sama di dalamnya.
Adapun kelebihan dan kekurangan Hybrid Approach yaitu: Hybrid Approach memiliki
banyak kelebihan diantaranya yaitu pemerintah dan masyarakat dapat lebih aktif dalam
menyalurkan ide-ide berdasarkan apa yang diinginkan oleh mereka, serta pemerintah dan
masyarakat memiliki tujuan yang sama sehingga apa yang dikerjakan oleh pemerintah bukan
hanya untuk beberapa kepentingan oknum tertentu melainkan merupakan kebutuhan masyarakat.
Sedangkan kekurangannya lebih kepada pemborosan biaya dikarenakan melibatkan banyak
komponen serta membutuhkan waktu yang lama. Tetapi jika dicermati dengan saksama
dibandingkan dengan kekurangan, kelebihan yang ada lebih banyak sehingga perencanaan yang
dilakukan dapat berjalan sesuai keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Purbathin Agus. “Revisi Mekanisme Dan Peningkatan Kualitas Perencanaan Desa Menuju
Pembangunan Desa Yang Partisipatif Dan Berkelanjutan Di Era Otonomi Daerah”.
Jurnal Perencanaan Pembangunan (2004):
http://www.suniscome.50webs.com/data/download/023%20PERENCANAAN%20DESA
.pdf. Di akses pada tanggal 02 November 2019
http://pumariksa.blogspot.com/2014/06/perencanaan-pembangunan-menggunakan.html
http://www.suniscome.50webs.com/data/download/023%20PERENCANAAN%20DESA.pdf
https://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/kelebihan-dan-kekurangan-model perencanaan-top-
down-planning-bottom-up-planning-dan-perancangan-gabungan/
https://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/top-down-planing-evaluasi-perencanaan-program/
https://renlitbang.banjarmasinkota.go.id/2011/05/pengertian-perencanaan-tujuan.html?m=1