Anda di halaman 1dari 27

PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN

PERUMUSAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


DAN PERANAN NEGARA

Oleh:
Kelompok 8
Febri Nuzul ilmi

010314815158043

Ely Riani

010314815158044

Dzul Karomah

010314815158074

Agung Zazfrullah

010314815158086

JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2016

PERUMUSAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


DAN PERANAN NEGARA
Pemerintah

telah

memainkan

peran

penting

dalam

keberhasilan

pembangunan di negara-nagar Asia Timur. Di bagian lain dunia, termasuk


sejumlah negara di Afrika, Amerika Latin, dan Karibia, serta dibeberapa negara
yang sedang mengalami transisi, pemerintah justru menjadi semacam penghambat
bagi pembangunan dan bukan menjadi fasilitator, serta menghalangi mekanisme
pasar alih-alih membantu perkembangannya agar dapat berperan dalam
mensukseskan pertumbuhan dan pembangunan di negaranya.
Dalam bab ini, kita akan membahas peran dan keterbatasan perencanaan
dan pembuatan kebijakan pembangunan yang dilaksanakan di nnegara
berkembang, mengupas masalah-masalah dalam transisi ekonomi menuju
perekonomian pasar, bebas, dan mengangkat beberapa pertanyaan fundamental.
Mistik Perencanaan
Pentingnya upaya pembangunan ekonomi diberbagai negara pada
beberapa dasawarsa pertama seusai Perang Dunia kedua, tercermin pada
penerimaan luas yang nyaris bersifat universal atas peranan dan fungsi
perencanaan pembangunan sebagai jalur yang paling langsung dan paling
meyakinkan untuk mmencapai kemajuan ekonomi. hingga dekade 1980-an, hanya
tinggal beberapa orang saja di negara-negara Dunia Ketiga yang masih
mempertanyakan manfaat, relevansi, kegunaan, dan kelayakan perumusan dan
pelaksanaan dari suatu perencanaan pembangunan nasional. Setiap lima tahun
atau lebih, tatkala tahapan akhir perencanaan pembangunan tiba, berlangsunglah
aneka

kegiatan

seremonial

atau

upacara

yang

gegap-gempita

untuk

merayakannya.
Tetapi mengapa, bahkan sampai sekarang perencanaan pembangunan
masih saja diliputi oleh semacam aura mmistik dan suatu keyakinan yang kuat
atas keberhasilannya? Itu karena, pada dasarnya perencaan pembangunan secara
terpusat dipercaya oleh kalangan luas sebagai mekanisme kelembagaan dan
organisasional yang penting, dan bahkan satu-satunya, guna mengatasi berbagai

rintangan utama dalam proses pembangunan serta menjamin tercapainya tingkat


pertumbuhan ekonomi ynag tinggi.
Hakikat Perencanaan Pembangunan

Konsep-Konsep Dasar
Perencanaan ekonomi adalah upaya-upaya yang dilakukan secara sengaja

oleh pemerintah untuk mengkoordinassikan segenap proses pembuatan keputusan


ekonomi dalam jangka panjang, serta untuk mempengaruhi, mengarahkan, dan
dalam beberapa kasus tertenti, juga untuk mengendalikan tingkat dan
pertumbuhan variabel-variabel ekonomi pokok dari suatu negara (pendapatan,
konsumsi, penyerapan tenaga kerja, investasi, tabungan, ekspor, impor, dan
sebgainya) demi tercapainya tujuan-tujuan pembangunan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Rencana ekonomi pada dasarnya adalah serangkaian target ekonomi
kuantitatif yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu, dengan menerapkan
strategi yang tepat untuk mencapai target-target tersebut. Rencana ekonomi terdiri
dari rencana ekonomi komprehensif dan rencana ekonomi parsial. Rencana
ekonomi komprehensif menetapkan target-target yang meliputi seluruh aspek
atau sektor penting dari perekonomian nasional. Sedangkan rencana ekonomi
parsial hanya akan meliputi sektor-sektor ekonomi tertentu saja. Kemudian yang
dimaksud dengan proses perencanaan dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah yang diawali dengan pemilihan tujuan sosial,
kemudian menetapkan berbagai target ekonomi, yang disusul dengan menyusun
suatu kerangka kerja bagi kegiatan-kegiatan implementasi, koordinassi, dan
pemantauan rencana pembangunan.

Perencanaan di Negara-negara Berkembang yang Menganut Sistem


Perekonomian Caampuran
sistem perekonomian campuran adalah sistem yang mengakui dan

menerapkan fungsi pasar serta perencanaan negara secara sekaligus. Sistem ini
dicirikan oleh adannya sebuah pengaturan institutional dimana sebagian sumber-

sumber daya produktif dimiliki dan dikelola oleh sektor swasta, sedangkan
sebagian lagi oleh sektor publik alias pemerintah.
Kepemilikan sektor swasta biasanya meliputi empat jenis atau empat bentuk
kepemilikan pribadi yang berbeda, yaitu:
1. Sektor subsisten tradisional.
2. Unit-unit usaha milik individi atau keluarga yang bergerak dalam bidang
penyediaan barang dan jasa secara kecil-kecilan.
3. Perusahaan perusahaan komersial yang berukuran menengah dalam
bidang pertanian, industri, perdagangan, dan pengangkutan.
4. Perusahaan-perusahaan manufaktur besar dengan modal patungan atau
yang seluruh modalnya bersumber dari luar negeri.
Dalam kaitannya dengan pengaturan kelembagaan seperti itu, kita dapat
melihat adanya dua komponen pokok dalam perencanaan pembangunan di negaranegara yang menganut sistem perekonomian campuran. Kedua komponen itu
adalah sebagai baerikut:
1. Keputusan pemerintah yang sengaja menggunakan tabungan domestik dan
dana-dana keuangan dari luar negeri untuk diinvestasikan pada proyekproyek pemerintah
2. Kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah yang secara langsung dapat
merangsang dan dapat mengendalikan kegiatan ekonomi sektor swasta.

Logika Perencanaan Pembangunan


Telah diterimanya pranata perencanaa sebagai suatu instrumen pokok

pembangunan secara luas itu bertolak dari sejumlah alasan atau logika ekonomi
dan institutional yang bersifat mendasar. Dari sekian banyak logika, kita bisa
menunjuk empat buah diantaranya yang paling dikemukakan sebagai berikut:
Kegagalan Pasar. Pasar-pasar diberbagai negara-negara berkembang
diliputi oleh banyak kelemahan dan kekurangan, baik itu yang menyangkut
asspek-aspek struktural maupun operasionalnya. Alasan Kegagalan Pasar ini
merupakan logika yang paling sering diajukan guna membenarkan peranan
pemerintah yang lebih gencar dalam pengelolaan perekonomian nasional di

banyak negara berkembang. Ada tiga bentuk umum kegagalan pasar yaitu: 1)
pasar tidak berfungsi secara layak atau tidak ada paar sama sekali, 2) pasar yang
ada menyebabkan terjadinya alokasi sumber daya yang tidak efisien, 3) hasil dari
kinerja pasar yang ada tidak sesuai dengan tujuan-tujuan sosial.
Mobilisasi dan Alokasi Sumber Daya. Perekonomian di negara-negar
Dunia Ketiga pada umumnya tidak memiliki banyak sumber-sumber daya
keuangan dan tenaga kerja terampil sehingga mereka jelas tidak bisa menyianyiakan dalam kegiatan usaha yang tidak produktif. Tenaga kerja terampil harus
digunakan di tempat-tempat dimana sumbangan mereka akan maksimal.
Dampak Perilaku atau Psikologis. Seringkali deikemukakan bahwa
suatu pernyataan teinci mengenai tujuan-tujuan ekonomi dan sosial yang ingin
dicapai oleh suatu negara dalam bentuk perencanaan pembangunan yang spesifik
dapat menimbulkan dampak-dampak perilaku atau psikologis terhadap penduduk
dari negara yang bersangkutan.
Bantuan Luar Negeri. Adanya suatu perumusan rencana pembangunan
secara terinci acapkali menjadi syarat yang harus dipenuhi pemerintah dari suatu
negara-negara Dunia Ketiga untuk memperoleh bantuan luar negeri, baik dalam
kerangka bilateral maupun multilateral.

Proses Perencanaan : Beberapa Model Pasar


Secara umum, aneka model perencanaan ekonomi yang sangat luas dan

berrvariasi itu dapat dipilah-pilah menjadi ddua kategori dasar yaitu: 1) modelmodel pertumbuhan agregrat, yang meliputi aneka perkiraan makroekonomis
mengenai perubahan variabel-variabel ekonomi pokok yang direncanakan atau
yang dibutuhkan, dan 2) model input-output multisektor dan model ekuilibrium
umum yang dapat dihitung antara lain menentukan dampak dari produksi, sumber
daya, tenaga kerja, dan devisa terhadap serangkaian target permintaan akhir
tertentu dalam kerangka kerja arus produk antarindustri di suatu negara yang
konsisten.
Model Pertumbuhan Agregat: Memproyeksikan Variabel-Variabel Makro
Model perencanaan yang pertama dan paling mendasar yang digunakan di
hampir semua negara-negara berkembang adalah Model Pertumbuhan Agregat.

Model ini mengulas perekonomian secara keseluruhan dengan mempergunakan


kombinasi dari beberapa variabel-variabel makroekonomi yang dinilai paling
mempengaruhi tingkat dan laju pertumbuhan output nasional.
Berdasarkan tingkat pertumbuhan dan rasio modal-output nasional yang
ditargetkan suatu negara, model Harrod- Domar ini dapat digunakan untuk
merinci jumlah atau tingkat tabungan domestik yang dibutuhkan untuk mencapai
target. Kita mulai dengan asumsi bahwa nisbah (rasio) total aoutput terhadap
modal yang dapat direproduksi senantiasa tetap atau konstan. Dengan demikian,
rumusnya adalah:
K(t) = kY(t)

(11.1)

Dimana K(t) = cadangan modal pada waktu t, sedangkan Y(t) = jumlah output
(GNP) pada waktu t, dan simbol k adalah rasio modal output rata-rata. Kemudian
diasumsikan bahwa suatu bagian yang tetap (s) sari output (Y) selalu ditabung (S),
sehingga rumus menghitungnya sebagai berikut:
I(t) = K(t + 1) K(t) + K(t) = sY = S(t)

(11.2)

Dimana I(t) = investasi bruto pada waktu t dan = bagian dari cadangan modal
yang mengalami depresiasi pada setiap periode. sekarang apabila g merupakan
tingkat pertumbuhan output yang menjadi target, maka:

g=

Y ( t+ 1 )Y (t )
Y (t )

Y (t )
Y (t)

(11.3)

selanjutnya kita dapat menduga bahwa modal pasti tumbuh dalam laju yang
sama, sehingga dapat diketahui bahwa:
K
K

K Y
K

( K /Y ) Y
K

Y
K

(11.4)
Dengan menggunakan persamaan 11-2, sekali lagi kita sampai pada pernyataan
dasar dari model pertumbuhan Harrod-Domar:

sY K
K

g=

s
K

(11.5)
Terakhir, karena pertumbuhan output dapat juga dinyatakan sebagai jumlah
pertumbuhan angkatan kerja (n) dan tingkat pertumbuhan produktivitas tenaga
kerja (p), maka persamaan 11-5 dapat ditulis ulang untuk kepentingan
perencanaan yang lebih spesifik sebagai berikut:
n+p=

s
K

(11.6)

Persamaan 11.6 dapat digunakan untuk memperkirakan apakah tabungan


domestik akan cukup mampu untuk menyediakan kesempatan kerja baru bagi
pertumbuhan angkatan kerjanya atau tidak. Suatu cara untuk mengerjakannya
adalah dengan menguraikan seluruh fungsi tabungan (S = sY) paling sedikit
menjadi dua komponen sumber tabungan, yakni kecenderungan seseorang untuk
menabung sebagian dari pendapatan upahnya (W) dan pendapatan laba (). Oleh
karena itu dapat ditetapkan bahwa:
W+=Y

(11.7)

Dan
s
Dimana

dan

sW

sW W

=I

(11.8)

adalah nilai kecenderungan menabung, masing-masing

dari dan W. Dengan memanipulasi persamaan 11.5 dan menggantikannya


dengan persamaan 11.7 dan 11.8, maka sampailah pada modifikasi bentuk dari
model pertumbuhan Harrod- Domar sebagai berikut:

s
s
s
k(g + ) = ( - W ) ( Y ) + W

(11.9)

selanjutnya, rumus tersebut dapat digunakan sebagai landasan perhitungan untuk


mendapatkan jumlah tabungan yangmemadai dari pendapatan laba dan upah/gaji.
Model Multi-Sektor dan Proyeksi Sektoral

Pendekatan lain yang jauh lebih canggih lagi terhadap perencanaan


pembangunan menggunakan beberapa varians dari model antarindustri atau model
input-output. Model input-output ini memperhitungkan kenyataan bahwa kegiatan
pada sektor-sektor industri yang utama dalam perekonomian senantiasa saling
berhubungan satu sama lain dalam suatu bentuk himpunan persamaan aljabar
yang simultan, yang menunjukkan proses atau teknologi produksi yang digunakan
dalam masing-masing sektor individu.
Adapunn faktor yang membedakan pendekatan model antarindividu atau
model input-output ini adalah fokusnya untuk merumuskan rencana pembangunan
komprehensif yang konsisten bagi seluruh sektor ekonomi.

Penilaian Proyek dan Analisis Biaya-Manfaat Sosial


Dalam kegiatan operasional sehari-harinya keputusan mengenai alokasi

dana investasi pemerintah yang selalu terbatas didasarkan pada teknik analisis
mikroekonomi yang dikenal dengan nama Penilaian Proyek.
Konsep-konsep Dasar dan Metodologi. Metodologi penilaian proyek bertumpu
pada teori dan praktek analisis biaya-manfaat sosial. Gagasan dasar analisis
biaya-manfaat itu sendiri sebenarnya sederhana saja. Untuk menentukann harga
atau nilai proyek yang melibatkan pengeluaran pemerintah maka segenap
keuntungan atau kerugian bagi masyarakat secara keseluruhan juga harus
diperhitungkan.
Titik tolak analisis biaya-manfaat sosial adalah bahwa menurut analisis ini
penerimaan aktual bukan merupakan ukuran biaya sosial, demikian juga
pengeluaran aktual pun bukan merupakan ukuran biaya sosial. Praktek analisis
biaya-manfaat didasarkan pada anggapan bahwa perbedaan-perbedaan yang
terjadi dapat diatur dan disesuaikan dengan kebijakan pemerintah, sehingga
perbedaan antara manfaat dan biaya sosial akan menggambarkan keuntungan
sosial. Perhitungan keuntungan sosial dari suatu investasi meliputi proses tiga
tahap yaitu:
1. Merinci fungsi tujuan yang akan dmaksimalkan

2. Untuk sampai pada perhitungan keuntungan sosial nneto, terlebih dahulu


memerlukan beberapa ukuran sosial mengenai nilai per unit dari seluruh
input dan output proyek.
3. Memerlukan beberapa kriteria keputusan untuk mengurangi arus manfaat
dan biaya sosial yang diproyeksikan menjadi suatu indeks, sehingga
nilainya dapat digunakan untuk menyetujui atau menolak dilaksanakannya
suatu proyek.
Berikut ini pembahasan masing-masing tahap pennyusunan penilaian
proyek secara singkat.
Penentuan Tujuan. Dengan adanya banyak kesulitan untuk mengukur besaran
nilai kuantitatif atas hal-hal seperti kesatuan nasional, kemandirian bangsa,
stabilitas politik, medernisasi, dan yang lebih umum lagi konsep Kualitas
Hidup, maka para perencana ekonomi biasanya hanya mengukur nilai sosial dari
sutu proyek berdasarkan sumbangannya terhadap arus barang dan jasa neto bagi
perekonomian yang bersangkutan pada masa yang akan datang.
Penghitungan Harga Bayangan dan Tingkat Diskonto Sosial. Ada lima alasan
mengapa harga pasar input dan output di negara-negara berkembang tidak
menggambarkan manfaat dan biaya-biaya sosial yang sesungguhnya yaitu:
1. Inflasi dan mata uang dinilai berlebihan.
2. Tingkat upah, biaya modal, dan pengangguran.
3. Tarif, kuota, dan substiusi impor.
4. Keterbatasan tabungan.
5. Tingkat diskonto sosial.
Pemilihan Proyek: Beberapa Kriteria Keputusan. Setelah selesai menghitung
harga-harga bayangan yang relevan, memproyeksi biaya, dan manfaat dimasa
mendatang, serta menyeleksi tingkat diskonto sosial yang tepat, maka para
perencana baru bisa memilih proyek-proyek investasi mana saja yang paling
menguntungkan dari sekian banyak pilihan yang tersedia.

Kesimpulan: Model Perencanaan dan Konsistensi Rencana

Proses perumusan rencana pembangunan yang komprehensif dan terinci


tentu lebih rumit daripada yang telah diuraikan dengan pendekatan tiga tahap
tersebut. Dalam prakteknya, hal itu juga memerlukan suatu mekanisme dialog dan
umpan-balik yang berkesinambungan antara para pemimpin nasional yang
berwenang untuk menetapkan prioritas, para perencana, pakar statistik, peneliti,
dan para birokrat yang terikat.
Krisis Perencanaan : Masalah Pelaksanaan dan Kegiatan Perencanaan
Setelah selama lebih dari empat dasawarsa, hasil-hasil yang telah
dihasilkan oleh perencanaan pembangunan ternyata sangat mengecewakan.
Penolakan yang semakin meluas terhadap perencanaan pembangunan yan
terpusat, dikarenakan kinerjanya yang buruk, telah membawa dampak langsung
yang harus diperhatikan.

Teori versus praktek perencanaan


Terjadinya kegagalan pasar, sering munculnya aneka perbedaan antara

penilaian pribadi dan sosial, keterbatasan mobilisasi sumber daya, dan perlunya
koordinasi investasi. Hal-hal yang semula bisa diharapkan bisa diatasi oleh
perencanaan justru berbalik menjadi bukti lemahnya pelaksanaan secara
aktual.Kasus-kasus kegagalan pasar sangat ditakuti dan di saat itulah peranan aktif
pemerintah diharapkan berlangsung agar dapat mempertemukan perbedaan antara
penilaian pribadi dan penilaian sosial mengenai segala manfaat dan biaya
ekonomis. Beberapa contoh kasus kegagalan pasar yaitu :
a. Kebijakan pemerintah telah meningkatkan tingkat upah diatas upah
bayangan tenaga kerja atau nilai kelangkaan melalui berbagai instrumen
seperti kebijakan upah minimum, penetapan upah berdasarkan tingkat
pendidikan dan penetapan insentif pada tingkat pekerjaan yang lebih tinggi
berdasarkan upah skala internasional. Begitu pula halnya dengan
depresiasi investasi dan penundaan pajak, kurs yang dinilai berlebih,
tingkat proteksi dan kuota yang rendah serta kredit berbunga rendah secara
keseluruhan mengurangi biaya modal swasta jauh dibawah nilai
kelangkaan atau biaya sosialnya. Efek neto dari distorsi harga faktor

produksi ini mendorong perusahaan swasta dan pemerintah untuk


menerapkan metode produksi padat modal. Hal yang sebaliknya akan
terjadi jika kebijakan pemerintah berudaha mengoreksi harga faktor
produksi tersebut.
b. Sinyal-sinyal ekonomi dan insentif tenaga kerja di banyak negara
berkembang telah menyebabkan nilai pengembalian individu dari investasi
pendidikan pada tingkat pendidikan menegah dan tinggi ke titik dimana
permintaan individu akan masa pendidikan yang lebih lama jauh melebihi
manfaat

sosialnya.

Kecenderungan

membatasi

kesempatan

untuk

mendapatkan lapangan pekerjaan berupah tinggi yang memang langka


berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dan kebijakan sebagian besar
negara berkembang untuk mensubsidi biaya pendidikan individu pada
tingkat pendidikan tinggi telah menyebabkan suatu kondisi dimana
pengembalian sosial dalam berinvestasi pada ekspansi pendidikan yang
lebih jauh tampak kurang layak dibandingkan kesempatan untuk
berinvestasi dalam bidang lain.

Alasan-Alasan Kegagalan Pasar

Kegagalan proses perencanaan diakibatkan oleh beberapa hal sebagai berikut


a. Keterbatasan penyusunan rencana dan pelaksanaan. Rencana yang ditetapkan
pemerintah di negara berkembang sering kali terlalu ambisius. Mereka
mencoba

untuk

mrncapai

sekian

banyak

tujuan

sekaligus

tanpa

mempertimbangkan bahwa tujuan tersebut saling bertentangan.


b. Data yang tidak memadai dan tidak andal. Nilai ekonomi dari suatu rencana
pembangunan sangat tergantung pada kualitas serta keandalan data statistik
yang mendasari. Apabila datanya lemah, maka dengan sendirinya ketepatan
dan konsistensi internal dari rencana kuantitatif menjadi sangat lemah.
c. Gejolak ekonomi eksternal dan internal yang tidak dapat diantisipasi
sebelumnya. Kebanyakan negara berkembang menganut sistem perekonomian
terbuka

sehingga negara berkembang sulit melaksanakan ramalan dalam

jangka pendek apalagi serangkaian perencanaan jangka panjang.

d. Kelemahan institusional. Topik yang menonjol dalam kelemahan institusional


adalah adanya pemisahan badan-badan perencanaan dari aparat pemerintah
yang membuat keputusan, kegagalan dari perencana dalam mengadakan dialog
dan komunikasi internal yang berkesinambungan tentang tujuan dan strategi
pembangunan.
e. Kurangnya itikad politik. Buruknya kinerja dari suatu perencanaan dan
semakin

melebarnya

kesenjangan

antara

perumusan

rencana

dengan

pelaksanaannya juga semakin menunjukkan kurangnya kesepakatan dan itikad


politik sebagai pemimpin.

Kegagalan Pemerintah dan Bangkitnya Kembali Mekanisme Pasar Bebas


yang Mengungguli Perencanaan
Sebagai akibat dari kekecewaan terhadap hasil perencanaan secara terpusat
dan kesadaran akan kegagalan akan intervensi pemerintah, maka muncul saran
untuk meningkatkan penggunaan mekanisme pasar sebagai instrumen kunci untuk
mempertinggi efisiensi dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Beberapa
negara yang menerima mekanisme pasar adalah Chile, Uruguay, dan Argentina,
Walaupun pemerintah tetap mempertahankan peran aktif dalam perekonomian.
Sebagai bagian dari proses liberalisasi pasar domestik, negara tersebut
mengurangi peranan sektor publik, mendorong peningkatan sektor swasta dengan
tujuan untuk memberikan pelumas pada roda mekanisme pasar. Berikut
merupakan daftar yang memuat berbagai macam persoalan yang terkait dengan
intervensi pemerintah di negara berkembang.
a. Setiap organisasi dan individu membutuhkan insentif tertentu untuk bekerja
secara maksimal, berinovasi mengendalikan biaya dan mengalokasikan
segenap sumber daya secara efisien. Sedangkan pola imbalan yang terkandung
dalam mekanisme pasar sama sekali tidak mudah ditiru dalam BUMN yang
menyebabkan BUMN tidak efisien dan boros.
b. Pemerintah belum tentu sanggup menangani perencanaan yang terinci

c. Kontrol pemerintah bisa menghambat inisiatif individu disektor swasta secara


umum, apalagi jika tata kerja dan prosedur-prosedur birokrasinya sendiri tidak
bebas hambatan.
d. Lembaga pemerintahan terdiri dari banyak tingkatan dan bagian. Semuanya itu
sebenarnya

tidak

mudah

dikoordinasikan

tanpa

diserta

sinyal-sinyal

penyeimbang dari pasar. Apalagi jika kelompok atau daerah memiliki


kepentingan yang satu sama lain berbeda atau bahkan bertentangan
e. Kontrol pemerintah yang ketat seringkali melahirkan dan menyuburkan
praktek-praktek korupsi.
f. Pasar juga memberikan batasan tertentu terhadap apa yang bisa dicapai oleh
pihak pemerintah. Sebagai contoh, praktek-praktek penjualan ulang komoditi
di pasar gelap dan kegiatan ekonomi dalam sektor informal bisa mengacaukan
skema penjatahan, perpajakan dan penentuan harga nonlinier lainnya.
g. Perencanaan bisa dimanipulasi oleh kelompok elit yang berkuasa dan makmur
untuk melanggengkan status istimewa serta kepentingan mereka sendiri.
Perencanaan juga bisa memunculkan berbagai kelompok yang ingin memenuhi
keinginan-keinginannya sendiri.
h. Pemerintah juga bisa didominasi oleh kelompok kepentingan yang dalam
prakteknya hanya akan mementingkan para anggotanya sendiri, bukan
masyarakat secara keseluruhan (bahkan tidak jarang mereka memanfaatkan dan
merugikan orang banyak demi kepentingan sepihak mereka). Karena itu
perencanaan justru melanggengkan, bahkan meningkatkan kekuasaan dan
keistimewaan mereka.

Ekonomi Pasar
Prasyarat sosiokultur dan syarat-syarat ekonomi
Untuk menciptakan suatu sistem pasar yang bisa berfungsi dengan baik
diperlukan sejumlah prasyarat sosial, institusional, legal dan kultural yang bersifat
khusus. Nathan Keyfitz dan Robert Dorfman, mendaftarkan hal-hal berikut yang
harus dipenuhi demi terciptanya sistem pasar bebas secara efektif di suatu negara.

a. Adanya kepercayaan masyarakat secara keseluruhan (terhadap kinerja


kelembagaan perbankan, perusahaan asuransi, dan para pemasok barang)
b. Kepastian hukum dan ketertiban (kepatuhan melaksanakan kontrak dan sanksi
yang tegas untuk setiap pelanggaran terhadapnya)
c. Perlindungan keamanan terhadap manusia dan harta benda milikk pribadi
d. Adanya suasana atau iklim yang seimbang dengan kerja sama (demi
terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat serta saling mendukung).
e. Pembagian tanggung jawab dan penyebaran informasi kekuasaan secara tepat
(untuk menjamin penilaian secara jujur)
f. Kesadaran sosial di masyarakat, si kuat membantu yang lemah (sebagai jaring
pengaman sosial bagi kalangan penyandang cacat, para pengangguran kronis,
kaum usia lanjut, dan anak yatim).
g. Mobilitas sosial, legitimasi atas ambisi, serta toleransi terhadap daya saing
h. Diakuinya nilai-nilai materialistik sebagai perangsang peningkatan produksi
i. Kepuasan atau kecukupan massal untuk menumbuhkan tabaungan individu
j. Rasionalitas yang tidak bertentangan dengan tradisi yang berlaku
k. Aparat pemerintah yang bersih atau jujur
l. Adanya bentuk-bentuk persaingan yang efisien, adil dan bersifat terbuka,bukan
pola-pola kendali monopolistik
m. Kebebasan informasi (yang disertai oleh perlindungan terhadap masalah
pribadi)
n. Arus informasi yang terbebas dari segala bentuk hambatan

Namun seandainya syarat tersebut telah dipenuhi, masih menuntut beberapa


praktek ekonomi dan hukum yang akan memudahkan bekerjanya mekanisme
pasar

a. Hak milik diakui dan dilindungi secara luas, ditunjang dengan adanya aturan
hukum yang jelas dan tegas mengenai segala prosedur yang harus dihormati
dan dilalui siapa saja untuk menciptakan serta mengalihkan hak kepemilikan
tersebut.
b. Adanya hukum perdata yang jelas dan baku, serta lembaga pengadilan yang
bersih dan berwibawa untuk menegakkannya, khususnya hukum yang
berkaitan dengan masalah kontrak dan kebangkrutan.
c. Kebebasan untuk mendirikan perusahaan di semua sektor, kecuali yang akan
menimbulkan banyak eksternalitas, tanpa aneka syarat dan kerumitan perizinan
yang pada umumnya cenderung mempersulit pelaksanaannya.
d. Mata uang yang nilainya stabil dan bisa dipercaya, didukung oleh sistem
pembuatan dan pelaksanaan transfer keuangan yang efisien
e. Jaminan tersedianya informasi bagi setiap segmen, terutama mengenai
karakteristik produk yang tengah atau hendak diperjualbelikan, serta informasi
tentang kondisi mengenai penawaran dan permintaan.
f. Adanya dorongan bagi inovasi.
g. Adanya jaring pengaman sosial berupa kemampuan pihak pemerintah untuk
mempertahankan persediaan barang konsumsi agar senantiasa bisa mencukupi
kebutuhan setiap individu yang tidak beruntung, yakni yang kemampuaannya
terbatas atau terganggu akibat suatu musibah.
h. Adanya instrumen yang andal guna menstabilkan kebijakan fiskal dan moneter
i. Fungsi manajemen oleh pemerintah atas bebagai eksternalisasi baik yang
merugikan maupun yang menguntungkan serta pengadaan barang-barang
publik.
Jadi jelas, bahwa reformasi pasar itu jauh lebih luas dari sekadar
penghapusan distorsi harga, privatisasi BUMN, dan pemberlakuan pasar bebas.
Kegagalan dan kemandekan usaha reformasi ekonomi pasar di negara Eropa
Timur dan Rusia juga di berbagai negara kawasana Afrika dan Asia, pada
dasarnya disebabkan oleh ketiadaan sebagian kecil atau sebagian besar dari faktor

penting tersebut diatas yang merupakan syarat atau prakondisi yang memang
harus dipenuhi.

Peranan dan keterbatasan pasar di negara berkembang


Terdapat sejumlah faktor yang tidak memungkinkan mereka untuk terlalu

mengandalkan mekanisme pasar. Alasan yang paling penting adalah pasar di


negara berkembang diliputi oleh banyak ketidaksempurnaan, misalnya kurangnya
informasi dan besarnya ketidakpastian yang dhadapi oleh para produsen dan
konsumen. Ketidaksempurnaan pokok lain dalam sistem pasar yang terdapat
dinegara berkembang adalah besarnya eksternalitas. Banyak jenis barang atau jasa
yang sebenarnya memiliki nilai sosial yang tinggi, tetapi hal tersebut tidak
tercermin pada harga-harga pasar.
Perhatian penting mengenai perdebatan pasar versus peranan pemerintah
bertumpu pada masalah distribusi pendapatan. Meskipun mekanisme pasar bisa
menciptakan alokasi sumber daya yang lebih efisien, pasar juga bisa menciptakan
distribusi pendapatan yang sangat timpang.
Konsensus

Washington

tentang

negara

yang

membangun

dan

keterbatasannya
Konsensus yang dirumuskan oleh John Williamson mencerminkan
pendekatan pasar terhadap pembangunan. Konsensus ini mengandung 10 butir,
yaitu :
1. Disiplin fiskal
2. Penetapan kembali prioritas pengeluaran pemerintah untuk kesehatan,
pendidikan dan infrastruktur
3. Reformasi perpajakan, meliputi perluasan dasar pajak dan pemotongan tarif
pajak marjinal
4. Nilai tukar yang bersatu dan kompetitif
5. Mengamankan hak milik
6. Deregulasi
7. Liberalisasi perdagangan

8. Privatisasi
9. Penghapusan hambatan penanaman modal asing langsung
10. Liberalisasi keuangan
Kesepuluh butir yang tercakup dalam konsensus wasington cukup
mengejutkan dilihat dari apa yang termuat maupun dari apa yang tidak termuat.
Tidak ada penyataan mengenai pertumbuhan bersama, yang merupakan kebutuhan
inti bila pembangunan yang bermakna, atau pengurangan ketimpangan
pendapatan, sebagai tujuan akhir sentral itu sendiri selain sebagai sarana untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi.

Menuju Sebuah Konsensus Baru


Pada tahun-tahun belakangan ini, di washington dan di seluruh dunia,

terdapat perubahan besar dalam pandangan dunia terhadap Konsensus


Washington. Di Amerika, pandangan baru ini yang kadang-kadang disebut oleh
Presiden Bank Dunia James Wolfensohn dan lainnya sebagai konsensus
(Santiago) Baru, merupakan perwujudan dari gagasan yang tercetus pada
Summit of the Americas pada bulan april 1998 di Santiago, Cili.
Karena pemerintah negara berkembang mempunyai sumber daya yang
sangat terbatas, beberapa tujuan Konsensus Santiago ini akan kurang diperhatikan
dibangkan lainnya. Dimensi penting dari Konsensus Baru ini adalah penekanan
tanggung jawab pemerintah untuk berfokus pada pengentasan kemiskanan. Hal ini
sebagian dikarenakan oleh keputusan untuk kembali ke fokus pada dekade
1970an; salah satu alasan dari perbaruan fokus ini adalah bahwa kebijakan pasar
bebas yang dijalankan pada dekade 1980an dan awal dekade 1990an dipandang
kurang dapat membantu kaum miskin.
Misalnya, pemerintah mempunyai peran penting dalam modal manusia.
Kesehatan dan pendidikan merupakan hal yang penting demi keberhasilan
pembangunan. Kemampuan sebuah masyarakat untuk memanfaatkan pasar secara
efektif tergantung pada kapasitas penduduknya. Orang-orang yang sakit atau buta
huruf kurang mampu memanfaatkan peluang pasar ketka peluang tersebut
muncul.

Ekonomi Politik Pembangunan: Teori Formulasi dan Reformasi Kebijakan


Hingga akhir-akhir ini, dua pandangan yang ekstrem sering mendominasi
berbagai diskusi mengenai peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi.
Pandangan yang pertaa adalah bahwa pemerintah yang efektif tidak hanya
diperlukan karena adanya kegagalan pasar, tetapi juga menjadi syarat untuk
meraih keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pandangan kedua, yang dikaitkan dengan kontrarevolusi neoklasik atau
aluran ortodoks baru dan berakar dari pemenang Nobel Friedrich von Hayek,
dikembangkan menurut gagasan pemenang Nobel James Buchanan, dan
diterapkan ke dalam kebijakan pembangunan oleh Anne Krueger, Deepak Lal, dan
yang lain. Dalam pandangan ini, para pelaku dalam pemerintah seperti politisi dan
birokrat, sama egoisnya dengan para pemilik perusahaan. Bedanya, para pemilik
pasar banyak dikendalikan oleh pasar, sedangkan para politisi dan birokrat tidak.
Bahkan

ketika

perekonomian

terperangkap

dalam

jebakan

kemiskinan,

pemerintah itu sendiri memainkan peran kunci dalam ekuilibrium yang buruk
tersebut.

Memahami Pola Pemungutan Suara pada Reformasi Kebijakan


Kadang-kadang,

reformasi

dirancang

sedemikian

rupa

untuk

memaksimalkan manfaat bagi segelintir orang. Sangat wajar apabila kaum


mayoritas akan menentangnya, jiak saja mereka mampu melakukannya. Atau
mereka mungkin berfikir bahwa mereka akan kalah juga dalam proses reformasi
dan, mungkin dengan bercermin pada pengalaman masa lalu, tidak yakin bahwa
mereka cukup mendapat kompensasi melalui redistribusi pendapata.
Sering kali reformasi dijalankan setelah terjadi sebuah krisis, dan
karenanya banyak penelitian mempertanyakan apaka krisis dapat memicu
reformasi . hanya jika situasi menjadi sangat serius, sebuah pandangan
berpendapat bahwa para politisi dan warga negara yang merupakan penghindar
risiko akan bersedia mencoba strategi yang berbeda. Krisis utang di Amerika latin
dipandangi sebagai pemicu penerapan strategi yang lebih berorientasi pasar,
berbeda dengan masa-masa sebelumnya yang lebih menekankan pada subtitusi

impor. Salah satu jawabannya mungkin adalah adanya tekanan dan sumber daya
luar yang sangat besar yang dipertaruhkan di Amerika Latin, karena besarnya
bahaya yang terkandung ketidakmampuan negara-negara itu untuk membayar
kepada bank-bank besar.

Institusi dan Ketergantungan Alur


Kerangka kerja yang diusulkan oleh pemenang Nobel Douglase Nourth

terbukti bermanfaat untuk memahami perbedaan kualitatif dalam formulasi


kebijakan anternegara. Yang termasuk institusi ini adalah kendala-kendala yang
diciptakan manusia, khususnya hak milik, yang memberikan insentif kepada
tabungan, investasi, produksi, dan perdagangan.
Pada gilirannya, hal ini dipengaruhi manfaat dan biaya, serta perilaku
ekonomi yang akan menyebabkan pembangunan atau penurunan. Dari hal ini,
organisasi-organisasi muncul diseputar hak milik, dan dirancang untuk membantu
orang-orang yang mengendalikan organisasi agar berhasil di bawah hak milik
yang ada. Organisasi tumbuh dimana sebagian besarnya didefinisikan dan
dibentuk oleh insentif-insentif yang muncul dari aturan-aturan ini.
Ketergantungan alur adalah suatu kondisi dimana kondisi di masa lalu dari
seseorang atau suatu perekonomian mempengaruhi kondisinya di masa depan

Demokrasi versus Autokrasi: Yang manakah yang mempercepat


pertumbuhan?
Banyak perdebatan mengenai rezim apa yang lebih menguntungkan bagi

pertumbuhan, rezim demokratis atau otokratis. Perdebatan ini telah berhasil


mengidentifikasi sejumlah trade off. Dengan sistem demokrasi, para politisi yang
ingin dipilih kembali memperoleh insentif untuk menyalurkan keinginan dan
kepentingan mayoritas masyarakat luas.
Namun disisi lain, pemilihan yang akan berlangsung tak lama lagi akan
memberikan dorongan untuk hanya mengejar pencapaian jangka pendek yang
dapat di gembar-gemborkan selama kampanye, dan bukan mengejar apa-apa yang
bagus untuk pengembangan jangka panjang. Yang lebih buruk politisi korup yang
tahu bahwa ia akan segara terdepak dari jabatannya akan berupaya korupsi

sebanyak mungkin mumpung ia masih menjabat. Dengan sistem autokrasi,


terdapat hambatan yang lebih sedikit mengenai apa saja yang dapat dikorupsi dan
selama berapa lama. Namun politisi yang cukup yakin akan berkuasa cukup lama
dapat mengejar strategi pembangunan jangka panjang.

Peran Pembangunan LSM dan Sektor Masyarakat yang Lebih Luas.


Semakin diakui bahwa kesuksesan pembangunan yang bergantung tidak

hanya pada sektor swasta yang dinamis dan sektor publik yang efisien, tetapi juga
pada sektor masyarakat yang aktif. Hanya mengandalkan pada dua sektor pertama
saja belumlah cukup. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau nongovernmental organization (NGO) dalam konteks pembangunan tetapi juga
disebut sebagai organisasi nirlaba, sukarela, independen, masyarakat sipil, atau
organisasi masyarakat.
Sementara pemerintah mengandalkan otoritas untuk mencapai hasil dan
sektor swasta mengandalkan mekanisme pasar untuk menyediakan insentif bagi
terjadinya pertukaran yang saling menguntungkan, para aktor masyarakat sipil
yang bekerja melalui LSM, mengandalkan upaya dan pengaruh independen dan
sukarela untuk mengampanyekan nilai-nilai mereka, mendorong pembangunan
sosial da ekonomi. Gambar 11.1 mencerminkan kisaran aktivitas ini, kembali
menggambarkan kedua dimensi ini.
Sedikitnya ada tujuh jenis keunggulan komparatif organisasional yang
tumpang tindih dan saling memperkuat untuk LSM internasional atau nasional
atau organisasi lokal seperti federasi organisasi yang berbasis masyarakat:
1. Inovasi. LSM dapat memainkan peran penting dalam perancangan dan
implementasi berbagai program yang berfokus pada pemberantasan
kemiskanan dan tujuan pembangunan yang lain.
2. Fleksibilitas

program.

Sebuah

LSM

dapat

menangani

masalah

pembangunan yang dipandang penting oleh masyarakat tempatnya


bekerja. Pada prinsipnya, sebuah LSM tidak dihambat oleh batas
kebijakan publik atau agenda lain seperti prioritas bantuan luar negeri dari
negara donor atau oleh program pemerintah lokal atau nasional.

3. Pengetahuan teknis khusus. LSM nasional dan internasional dapat menjadi


gudang keahlian teknis dan pengetahuan khusus daripada pemerintah (atau
perusahaan) lokal. Khususnya, LSM internasional dapat menarik
pengalaman banyak negara yang mungkin dapat menawarkan berbagai
kemungkinan

model-model

maupun

solusi

solusi

untk

masalah

kemungkinan yang dihadapi oleh negara lain.


4. Barang publik lokal yang dibutuhkan masyarakat. Barang dan jasa yang
bersaingan tetapi dapat dikecualikan, termasuk yang di targetkan pada
penduduk yang terisolasi secara sosial, mungkin paling baik dirancang dan
disediakan oleh LSM yang mengetahui dan bekerja bersama dengan
kelompok-kelompok ini.
5. Perancangan dan implementasi manajemen sumber daya barang milik
bersama. LSM, termasuk OBM, dapat memainkan peran penting dalam
manajemen barang milik bersama dan penyediaan barang publik lokal
yang dibutuhkan. Di semua negara-negara berkembang, pemerintah
maupun sektor swasta tidak mempunyai rekam jejak yang baik dalam
menjamin kelestarian hutang, danau, area pembudidayaan ikan di tepi
pantai, padang rumput, dan barang milik bersama yang lain. Namun
banyak sekali masyarakat dunia masih bergantung pada sumber daya alam
lokal untuk mendapatkan sebagian besar pendapatan dan konsumsinya.
6. Kepercayaan dan kreadibillitas. Dalam praktiknya, LSM mempunyai
keungulan lain dibandingkan pemerintah dalam memperoleh kepercayaan
dan memberikan pelayanan yang efektif kepada kelompok-kelompok yang
mempunyai kebutuhan khusus terutama kelompok yang amat sangat
miskin. Kehadiran LSM ditempat itu dan kedekatan hubungannya dengan
masyarakat, interaksi dan komunikasi yang erat, dam peluang partisipasi
yang lebih besar dapat menumbuhkan kepercayaan di antara penduduk
partisipasi yang lebih besar dapat menumbuhkan kepercayaan di antara
penduduk miskin yang lain.

7. Representasi dan advokasi. LSM dapat mempunyai keunggulan dalam


memahami kebutuhan kaum miskin, yang sering, dikecualikan dari proses
politik dan bahkan dari pertimbangan masyarakat lokal. LSM dapat
memainkan peran dalam menampung preferensi individu dan oleh
karenanya menjadi perwakilan dari kebutuhan masyarakat.
Selain pesatnya perkembangan LSM sebagai pemain kunci dalam proses
pembangunan, tiga tren besar lain dalam tata kelola juga muncul: pemberantasan
korupsi, menumbuhkan desentralisasi, dan mempercepat partisipasi pembangunan
dalam sektor pemerintah maupun LSM.
Tren dalam Tata Kelola dan Reformasi

Menangani Masalah Korupsi

Korupsi (corruption) adalah penyalahgunaan kepercayaan publik demi


kepentingan pribadi; merupakan salah satu bentuk pencurian. Indeks korupsi
secara rutin menyebutkan bahwa, negara-negara berkembang mempunyai tingkat
korupsi rata-rata yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara maju. Ketiadaan
korupsi mendorong investasi dan upaya-upaya untuk mempebesar peluang
perekonomian dan bukan hanya upaya untuk memperebutkannya, dan oleh
karenanya mendorong pertumbuhan; sehingga perbaikan dalam tata kelola
(governance) pada umumnya dan pengurangan korupsi pada khususnya akan
mempercepat proses pembangunan.
Pemberantasan korupsi merupakan hal yang penting bagi pembangunan untuk
sejumlah alasan. Pemerintahan yang jujur dapat mendorong pertumbuhan dan
pendapatan tinggi yang berkesinambungan. Di samping itu, pengaitan antara
penghilangan korupsi dan pemberdayaan publik menyiratkan bahwa tujuan
langsung pembangunan adalah sebagai berikut ini : tata kelola yang baik
memperkuat apa yang disebut Sen sebagai kapabilitas untuk berfungsi, dan
memberikan dorongan dari dalam untuk keluar dari kemiskinan. Terakhir, dampak
korupsi lebih dirasakan oleh kaum miskin dan merupakan kendala besar terhadap
kemampuan mereka untuk keluar dari kemiskinan. Hal ini mungkin merupakan
alasan yang paling kuat untuk menghilangkan korupsi dan perbaikan tata kelola

secara umum sebagai bagian dari strategi antikemiskinan sejak tahapan paling
awal pembangunan.
Tata kelola yang baik tentunya tidak saja ditandai dengan ketiadaan korupsi,
namun juga meliputi aspek-aspek yang lebih luas dan mencakup kemampuan
sektor publik untuk mendesain dan mengimplementasikan kebijakan yang efisien
dan efektif untuk mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan, tanggungjawab
pemerintah dan penghormatan kepada warga negara dan insitusi-institusi
masyarakat, dan mekanisme transfer kekuasaan yang damai sesuai dengan
keinginan masyarakat, serta partisipasi yang luas. Tata kelola yang jujur dan
berkualitas tinggi ditemukan di berbagai negara berpendapatan menengah seperti
Chile, Kosta Rika dan Slovenia pada tahun-tahun terakhir ini.
Negara-negara yang menghindari atau berhasil menangani korupsi pada
tahun-tahun belakangan ini cenderung mendorong persaingan dan meningkatkan
kemudahan untuk memasuki pasar dalam perekonomian, menghindari terpusatnya
kekuasaan di tangan monopolis-monopolis besar yang biasanya menguasai sektor
energi di banyak negara, dan memastikan bahwa perusahaan-perusahaan swasta
bersaing secara sehat; memperbaiki profesionalisme pelayanan masyarakat
dengan meningkatkan gaji dan tunjangan bagi pegawai negeri; membuat
pengeluaran publik transparan, dengan aturan yang jelas dalam belanja dan
anggaran; mengurangi kekebalan hukum dari tokoh-tokoh eksekutif, legislatif dan
yudikatif; menjamin independensi badan peradilan; menegakkan dan mendorong
kebijakan promosi yang transparan dan meritokratis (berdasarkan kemampuan dan
bakat, dan bukan berdasarkan status atau kekayaan); dan menghilangkan
peraturan-peraturan yang tidak efisien dan membuat regulasi yang dibutuhkan
lebih transparan.

Desentralisasi
Desentralisasi sudah lama menjadi tren di negara-negara maju. Amerika

Serikat, Kanada dan Jerman mempunyai kekuasaan yang signifikan pada tingkat
negara bagian dan pemerintah daerah yang tercantum dalam undang-undang. Uni
Eropa secara resmi telah dan sedang melaksanakan prinsip subsidiarity, yang
artinya bahwa keputusan dibuat pada tingkat daerah yang paling sesuai dengan

kelayakannya. Desentralisasi semakin lama semakin mendapatkan momentumnya


di kebanyakan Negara Eropa.
Reformasi konstitusional yang biasanya mengiringi demokratisasi dalam
banyak hal telah memberikan peluang untuk memberlakukan otonomi daerah
yang lebih besar. Dalam banyak kasus, desentralisasi telah dipicu oleh krisis utang
dan penyesuaian struktural pada dua dasawarsa terakhir dan reformasi
konstitusional yang sering mengiringi peristiwa-peristiwa ini. Yang sering terjadi,
motivasi utama pemerintah pusat mendesentralisasikan kekuasaannya adalah
berbagi beban keuangan dengan berbagai kawasan dan kota, namun kadangkadang desentralisasi itu sendiri sulit di bendung.
Di negara-negara berkembang, desentralisasi telah menjadi sangat penting di
Amerika Latin. Desentralisasi di Brasil ke 26 negara bagian dan sekitar 5.000
kabupatennya berawal dari undang-undang 1891, namun periode terbaru devolusi
kekuasaan dimulai dengan adanya reformasi konstitusional pada tahun 1989.
Desentralisasi fiskal terjadi pada saat krisis utang pada 1980-an dan pada saat
mendesaknya kebutuhan untuk melaksanakan penyesuaian struktural dengan
menurunkan defisit anggaran pemerintah pusat. Seperti yang terjadi di tempat
lain, pemerintah pusat terdorong untuk membagi-bagi sebagian dari beban
penyesuaian ke berbagai kawasan. Namun demikian, banyak pengamat menilai
bahwa sumber daya yang tersedia untuk negara bagian dan kota-kota terlalu kecil
dibandingkan tanggung jawabnya. Penetapan kembali hak dan kewajiban masingmasing tingkat daerah beserta sumber dayanya masih sangat dibutuhkan di Brasil.
Gelombang desentralisasi terbaru di Meksiko juga dimulai pada akhir 1980an pada saat terjadinya krisis utang, sebagai salah satu komponen program
privatisasi, liberalisasi, dan deregulasi yang lebih luas. Sedangkan desentralisasi
Bolivia pada tahun 1994 disebabkan oleh kombinasi antara tekanan dari
pemerintah lokal dan organisasi kemasyarakatan serta lembaga-lembaga
internasional.
Pengalaman Senegal adalah contoh desentralisasi yang terkenal di Afrika.
Pada tahun 1996, kepala dewan desa harus lebih bertanggungjawab pada
konstituensi mereka, dan pemerintah regional dibentuk untuk mengembangkan
dan melaksanakan kebijakan pembangunan regional. Namun, keterbatasan

keuangan pemerintah daerah di Amerika Latin masih relatif kecil dibandingkan


dengan yang dihadapi oleh pemerintah daerah di Senegal, dan reformasi fiskal
yang menyeluruh tetap menjadi prioritas utama.
Di Asia, desentralisasi berjalan seiring dengan demokratisasi, sementara
negara yang sudah lama mempraktikkan demokrasi seperti India juga telah
menyerahkan kendali yang lebih besar kepada pemerintah daerah, terutama di
bawah Amandemen Konstitusional India yang ke-74. Di Cina, desentralisasi telah
berjalan hingga tahap tertentu namun tersendat oleh masalah korupsi.

Partisipasi Pembangunan
Jika tujuan pertumbuhan ekonomi adalah pembangunan manusia, maka tanpa

partisipasi, kita mungkin akan

mencapai pertumbuhan ekonomi

tanpa

pembangunan. Bahkan banyak yang akan sepakat bahwa partisipasisumbangan


pendapat dalam kebijakan pembangunan oleh para pihak yang paling terpengaruh
oleh kebijakan tersebutitu sendiri merupakan tujuan akhir pembangunan.
Pertisipasi juga merupakan suatu cara untuk meningkatkan kapabilitas manusia
menjadi tujuan lain pembangunan. Partisipasi pembangunan terbukti membuat
proyek-proyek berjalan dengan lebih baik. Partisipasi memaninkan peran sentral
dalam strategi-strategi pembangunan yang paling berhasil, khususnya dalam kerja
sama kredit kecil. Dengan partisipasi yang murni dan penuh oleh orang-orang
yang mendapatkan manfaat proyek pembangunan dan dengan cara penggunaan
bantuan pembangunan secara umum, kita dapat berharap tingkat korupsi akan
menurun dan hasil pembangunan yang lebih besar dari setiap dolar bantuan yang
dikeluarkan. Bahkan, partisipasi tampaknya menawarkan cara yang lebih baik
untuk mencapai berbagai tujuan yang dicanangkan Bank Dunia pada akhir-akhir
ini, tanpa banyak kelemahan.
Kelemahan potensial apakah yang terkandung dalam prinsip partisipasi
murni? Pertama, negara-negara termiskin harus membuat sejumlah keputusan
yang menyangkut kebijakan dengan segera. Negara-negara yang banyak utang
diharuskan oleh Bank Dunia dan IMF untuk mengimplementasikan rencana
pembangunan khusus untuk mendapatkan pengurangan utang, dan partisipasi
memerlukan waktu. Namun dalam banyak hal, mekanisme untuk menyalurkan

partisipasi murni tidak tersedia; untuk menyediakannya pun memerlukan waktu


bertahun-tahun, bahkan dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat dan
daerah.
Kedua, jika Anda terlalu lemah (secara fisik, misalnya karena mengidap
penyakit) dan tidak mempunyai keterampilan yang memadai untuk berpartisipasi
dalam perekonomian dunia, Anda mungkin juga tidak akan mampu berpartisipasi
secara efektif dalam proyek-proyek pembangunan, apalagi mempunyai suara
penuh dalam berbagai kebijakan yang akan mempengaruhi Anda. Kelemahan
yang ketiga adalah biaya waktu : kaum miskin sibuk mencoba bertahan hidup. Hal
yang sama pun berlaku untuk para wanita. Mereka bekerja dalam waktu yang
panjang untuk aktivitas-aktivitas yang menghasilkan uang dan juga di rumah,
karena mereka tidak mampu bekerja selain produksi rumah tangga. Mereka
mungkin melihat bahwa partisipasi dalam pembangunan seperti itu tidak banyak
menghasilkan uang. Jelas bahwa, negara-negara donor dan pemerintah negara
berkembang harus mencari cara-cara untuk memberi imbalan atas partisipasi,
namun bagian besar dari masalah-masalah tersebut adalah apa-apa yang harus
dikorbankan untuk partisipasi di lapangan. Ketiga hambatan tersebut menyiratkan
bahwa

partisipasi

mempunyai

beberapa

keterbatasan,

namun

prinsip

penerapannya tetap berlaku ketika hal tersebut dimungkinkan.


Pembedaan berbagai jenis partisipasi yang berbeda merupakan titik awal yang
sangat baik dan telah dikemukakan oleh sejumlah penulis. Sebagai contoh, Cohen
dan Uphoff mengkaji derajat partisipasi menurut tiga demensi : jenis partisipasi
(dalam pengambilan keputusan, penerapan, manfaat, dan evaluasi), identitas
partisipan (meliputi penduduk/warga negara, para pemimpin, personil pemerintah,
dan orang asing), dan proses terjadinya partisipasi (dasar, bentuk, cakupan, dan
efek partisipasi). Deshler dan Sock membedakan partisipasi murni (genuine
participation) yang dapat meliputi partisipasi di bawah kendali penduduk
maupun melalui kerjasama, dengan kekuasaan yang didelegasikan atau
kesepakatan kemitraan antara warga negara biasa dengan lembaga, dengan
partisipasi

semu

(pseudo

participation),

yang

meliputi

penenteraman

(placation), konsultasi, atau informasi tanpa pembagian kekuasaan, di samping


terapi dan manipulasi. Salah satu keberatan yang muncul adalah bahwa

partisipasi telah dicoba dan ternyata memang diinginkan, namun pembedaan ini
sangat bernilai dan menunjukkan bahwa partisipasi murni masih sangat terbatas.
Negara dan Kebijakan Pembangunan : Observasi Perangkum
Sebagian besar pengamat sependapat bahwa mesin birokrasi di banyak
negara-negara berkembang sudah terlalu mekar. Jumlah kementerian atau
departemen begitu banyak dan tidak jarang masing-masing memiliki kepentingan
sendiri-sendiri yang kemudian mendorong mereka ke dalam konflik, selain itu
juga sudah terlalu banyak BUMN yang tidak efisien, dan terlalu banyak macam
atau bentuk badan-badan yang didirikan. Terlalu banyak korupsi dan terlalu
sedikit inovasi. Selain itu, birokrasi yang kacau serta prosedur dan proses yang
menyusahkan telah banyak melenyapkan aspek-aspek orsinalitas dan fleksibilitas
dalam sistem pemerintahan.
Namun terlepas dari apakah kita merasa suka atau tidak, pemerintahan di
negara-negara
tanggungjawab

berkembang
untuk

memang

menjalankan

harus

diserahi

peranan

aktif

kepercayaan
dalam

dan

pengelolaan

perekonomian nasional demi menyongsong masa depan yang lebih cerah.


Pemerintahan di negara-negara Dunia Ketiga kini juga mengemban peranan baru
yang mengharuskannya melaksanakan serangkaian inovasi dan perubahan dalam
skala yang jarang terjadi di masa-masa sebelumnya. Inti peranan baru tersebut
bertumpu pada reformasi-reformasi institusional dan struktural di berbagai
bidang, yakni mulai dari bidang kepemilikan dan pemanfaatan lahan, perpajakan,
kepemilikan dan distribusi aset serta faktor-faktor produksi pada umumnya,
sistem pendidikan, sistem pelayanan kesehatan umum, alokasi kredit, hubunganhubungan ketenagakerjaan, dsb.
Sumber:
Todaro, M. P. & Smith, S. C. (2006). Pembangunan Ekonomi edisi keenam.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai