Anda di halaman 1dari 22

FAKTORFAKTORPERENCANAANPEMBANGUNANDAERAH

Sebagaimana layaknya suatu aktivitas yang terkait dengan


masalah sosial kemasyarakatan dan selalu bersifat dinamis,
keberhasilan

atau

kegagalan

program

perencanaan

pembangunan daerah selalu dipengaruhi oleh berbagai macam


faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tersebut secara
khusus dapat berbeda tergantung pada situasi dan kondisi
yang

sedang

berlaku

di

daerah

perencanaan.

Substansi

permasalahan yang berbeda antara satu daerah dan daerah


lainnya

dapat

menyebabkan

berbedanya

faktor-faktor

dimaksud.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan
pembangunan daerah antara lain meliputi :
1

Kestabilan politik dan keamanan dalam negeri

Dilakukan oleh orang-orang yang ahli di bidangnya

Realistis, sesuai dengan kemampuan sumber daya dan dana

Koordinasi yang baik

Top down dan bottom up planning

Sistem pemantauan dan pengawasan yang terus menerus

Transparansi dan dapat diterima oleh masyarakat.[1]


Namun secara umum, dapat dikemukakan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu program
perencanaan pembangunan daerah dengan merujuk pada
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan yang
antara lain meliputi :
1) Faktor Lingkungan
Pertama adalah faktor lingkungan, baik eksternal maupun
internal, yang dapat mencakup bidang sosial, budaya, dan
politik. Sebagaimana telah dikemukakan, lingkungan memiliki

pengaruh

yang

kuat

terhadap

berhasil-tidaknya

program

perencanaan pembangunan daerah.


Faktor-faktor

lingkungan

tersebut

bisa

berasal

dari

luar

(eksternal) maupaun dari dalam (internal). Faktor eksternal


biasanya datang dari wilayah tetangga, atau pengaruh global
yang

berkembang

dalam

lingkup

nasional

maupun

internasional. Sedangkan faktor internal merupakan pengaruh


yang datang dari dalam wilayah perencanaan sendiri. Unsurunsur yang berada dalam faktor lingkungan ini dapat dibagi
menurut bidang :
a. Sosial
Hampir

di

setiap

negara

berkembang,

perencanaan

pembangunan daerah selalu diarahkan pada upaya-upaya


untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam kondisi
yang ideal, masyarakat dapat menjadi tujuan/objek dari
sebuah perencanaan sekaligus juga menjadi aktor atau subjek
perencanaan. Dalam konteks perencanaan sosial, Schoorl
(1984) menyatakan bahwa perencanaan sosial dapat berarti
perencanaan untuk masyarakat (societal planning)[2]. Ini
berarti bahwa perencanaan sosial memiliki tujuan-tujuan sosial
yang

khas

dalam

suatu

strategi

pembangunan

dimana

masyarakat harus bisa menerimanya sebagai upaya untuk


mencapai kondisi ideal yang diharapkan.
Kondisi

sosial

keberhasilan

masyarakat
program

sangat

perencanaan

berpengaruh
pembagunan

terhadap
daerah.

Kondisi sosio-ekonomi masyarakat yang menjadi gambaran


tentang kebiasaan-kebiasaan masayarakat dalam memenuhi
kebutuhan

hidupnya;

stratifikasi

sosial

yang

membentuk

hubungan hierarkis dalam proes kemasyarakatan, tingkat

pendidikan, dan fakta-fakta sosial lainnya merupakan hal-hal


yang perlu diperhatikan dalam rangka menyusun perencanaan
pembangunan daerah.
Proses perencanaan pembangunan daerah tidaklah mudah,
dan oleh karena memerlukan keterlibatan mayarakat dalam
proses pengambilan keputusannya. Partisipasi aktif tersebut
secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak
yang positif terhadap perencanaan pembangunan daerah.
Sebaliknya,

apabila

sedangkan

mobilisasi

partisipasi

masyarakat

diabaikan

masyarakat

dikembangkan,

proses

pembangunan mungkin terhambat atau bahkan, mengalami


kegagalan.
b. Budaya
Masalah budaya (Culture) yang turut mewarnai kebiasaan
hidup masyarakat yang dalam suatu daerah tertentu juga
mempunyai andil yang cukup bear terhadap perencanaan
pembangunan daerah. Bila ingin mencapai sasaran yang
diharapkan,

perencanaan

pembangunan

daerah

harus

mempertimbangkan faktor budaya/ culture yang berlaku di


dalam masyarakat setempat.
Faktor budaya yang ada dalam kelompok masyarakat tidak
dapat diabaikan dalam menyusun perencanaan pembangunan
daerah yang akan diimplementasikan dalam bentuk proses
pelaksanaan pembangunan. Pentingnya masalah ini sudah
banyak di kemukakan oleh para administrasi pembangunan,
karena hal ini sangat disadari sebagai salah satu faktor yang
cukup

urgen

pembangunan.

untuk

diperhatikan

oleh

para

perencana

Dalam banyak hal, faktor budaya ini sering disatukan dengan


faktor sosial, karena keterkaitan antara keduanya sangat erat
dan bahkan sangat sulit untuk dipisahkan. Kehidupan sosial
kemasyarakatan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan
yang tumbuh dalam masyarakat, yan terus berkembang
menjadi nilai-nilai budaya yang melekat dalam interaksi antar
anggota masyarakat. Di pihak lain, nilai-nilai budaya tumbuh
karena adanya kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat yang
memiliki nilai-nilai dan terintegrasikan dalam proses interaksi
yang

terjalin

Interaksi

melalui

antar

hubungan

masyarakat

sosial

yang

kemasyarakatan.

dinamis

dan

terus

berkembang tidak hanya dalam lingkungan internal tetapi juga


dengan

lingkungan

eksternal

diluar,

telah

mendorong

masyarakat mengalami perubahan yang oleh para ahli disebut


sebagai

proses

pembangunan.

Karena

itulah,

proses

pembangunan tidak dapat di lepaskan dari pengaruh sosial


budaya yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat.
Pandangan tentang perlunya perhatian terhadap unsur budaya
dalam proses pembangunan ditegaskan oleh Bintoro[3] dengan
pendapatnya

yang

mengemukakan

memperhatikan

masalah

pembangunan,

yakni

sosial

tentang

budaya

proses

pentingnya

dalam

pembangunan

proses
yang

sebenarnya, haruslah merupakan perubahan sosial budaya.


Pembangunan supaya menjadi suatu proses yang dapat
bergerak maju sediri (self sustaining process) tergantung
kepada manusia dan struktur sosialnya. Jadi bukan hanya yang
di

konsepsikan

pembangunan

sebagai

tergantung

usaha
dari

suatu

pemerintah
inner

will,

belaka,
proses

emansipasi diri. Dan bahwa partisipasi kreatif dalam proses


pembangunan menjadi mungkin karena proses pendewasaan.

Nilai tambah (value added) yang dapat diperoleh perencana


pembangunan apabila memperhatikan masalah sosial budaya
antara lain dapat mengetahui beberapa hal yang dalam
konteks

administarsi

Bintoro[4]

sebagi

pembangunan

berikut:

dikemukakan

Pertama,

oleh

hambatan-hambatan

cultural apakah yang sesuai dengan basis kultural tertentu


sesuatu masyarakat yang merupakan hambatan bagi suatu
proses pembangunan atau pembaharuan; Kedua, motivasi
apakah

yang

diperlukan

untuk

pembaharuan

atau

pembangunan yang perlu perhatian; Ketiga, bagaimana sikapsikap

golongan

dalam

masyarakat

terhadap

usaha

pembaharuan; Keempat, berbagai masalah sosial budaya yang


menonjol

dan

memerlukan

perhatian

administrasi

pembangunan.
c. Ekonomi
Faktor ekonomi memiliki hubungan yang erat dengan masalah
pembangunan disamping faktor-faktor lainnya. Para ahli studi
pembangunan bahkan meyakini pentingnya faktor ini dalam
proses

pembangunan

sebagai

faktor

yang

mempuinyai

determinan tinggi. Hal ini didasarkan pada suatu kenyataan


yang banyak terjadi di negara-negara berkembang, dimana
pada umumnya mereka memberikan prioritas yang tinggi
terhadap pembangunan ekonomi. Keadaan ekonomi yang
meningkat diharapkan dapat memberikan kesempatan yang
lebih

baik

untuk

mencapai

dibidang

lainnya,

sehingga

ekonomi

sebagi

indikator

Stabilitas

ekonomi

wujudkan

melalui

menjadi
proses

tujuan-tujuan
lebih

mengejar

keberhasilan
target

pembangunan

utama

pembangunan,

pertumbuhan
pembangunan.
yan

karena

harus

di

dengan

adanya stabilitas ekonomi yang dinamis, proses pembangunan


akan berhasil dengan baik, walaupun hal itu tidak dapat
dilepaskan dari adanya stabilitas di bidang lainnya.
Dalam

hubungan

tersebut,

Bintoro[5]

mengemukakan,

gejolak-gejolak ekonomis yang besar (atau juga gejolakgejolak politik, dll) paling sedikit kurang memungkinkan suatu
perencanaaan pembangunan dan pelaksanaan pembangunan
ynag baik.
Pendapat

tersebut

menunjukkan

bahwa

pada

dasarnya

pembangunan akan dapat berjalan dengan baik, mulai dari


perencanaan, pelaksanaan, bahkan juga pada saat evaluasinya
bila ditunjang oleh kondisi ekonomi yang stabil dengan tanpa
mengabaikan stabilitas bidang lain. Ini berarti menunjukkan
bahwa keterkaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya
sangat erat dan mungkin tidak dapat dipisahkan dalam
kerangka proses pembangunan. Namun begitu para ahli studi
pembangunan tampaknya masih menganggap bahwa faktor
ekonomilah yang paling dominana pengaruhnya.
Pandangan lain yang menggambarkan bahwa pembangunan
lebih

mengarah

kesejahteraan
disampaikan

pada

upaya-upaya

ekonomi
oleh

para

untuk

masyarakat
ahli

studi

meningkatkan

memang

banyak

pembangunan

atau

administrasi pembangunan. Memang tidak bisa dipungkiri


bahwa kebanyakan para ahli studi pembangunan tersebut
memiliki

dasar

keahlian

yang

ekonomi,

sehingga

tidak

berlebihan jika Ginandjar Kartasasmita[6] menyatakan bahwa


dengan tidak mengabaikan sumbangan disiplin ilmu sosial lain
terhadap

studi

pembangunan,

kajian

bidang

ekonomi

memberikan dampak yang paling besar terhadap konsep-

konsep pembangunan.
Pertumbuhaan

ekonomi

sebagai

bagian

dari

proses

pembangunan atau modernisasi[7] juga terkadang disejajarkan


dengan pembangunan atau modernisasi itu sendiri. Dalam
teori pertumbuhan ekonomi yang dipelopori oleh Adam Smith
(1776)

dinyatakan

bahwa

proses

pertumbuhan

diawali

perekonomian mampu melakukan pembagian kerja (division of


labor). Division of labor akan meningkatkan produktivitas yang
pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan. Dengan
meluasnya pasar, akan terbuka inovasi-inovasi baru yang pada
gilirannya akan mendorong perluasan pembagian kerja dan
mendorong pertumbuhan ekonomi .[8]
Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa faktor ekonomi memiliki dampak yang sangat besar
terhadap proses pembangunan, yang dalam hal ini juga sangat
berdampak terhadap proses-proses awal pembangunan, yakni
perencanaan pembangunan.
d. Politik
Faktor politik merupakan faktor lain yang dipandang dapat
mempengaruhi jalannya proses pembangunan. Keterkaitan
tersebut oleh para ahli politik dan pembangunan terutama
dapat dilihat dari adanya idiologi yang dianut oleh suatu
negara. Idiologi sebagi falsafah negara dipandang sebagai
unsur yang memberikan pengaruh kuat terhadap pola, sistem
dan

kultur

yang

diterapkan

dalan

rangka

pelaksanaan

pembangunan suatu negara.


Hubungan antara politik dan pembangunan dikemukakan oleh
Bintoro[9], walaupun secara spesifik ia mengaitkannya dengan

administrasi

pembangunan.

Adapun

hubungan-hubungan

tersebut dapat dilihat dalam beberapa hal seperti:


1.

Aspek politik yang mempunyai pengaruh timbal balik

dengan administrasi pembangunan adalah filsafat hidup


bangsa atau filsafat politik kemasyarakatan dari suatu negara
tertentu. Hal ini juga berhubungan dengan interdependensi
antara sistem politik yang dianut dengan administrasi
pembangunan.
2.

Komitmen dari elit kekuasaan/ elit pemerintahan terhadap

proses pembangunan dan kesediaannya menerima pendekatan


yang sunggguh-sungguh terhadap usaha yang saling terkait
antara berbagai segi kehidupan masyarakat.
3.

Masalah yang berhubungan dengan kestabilan politik.

4.

Perkembangan bidang politik kearah pemberian iklim

politik yang lebih menunjuang usaha pembangunan.


5.

Hubungan antara proses politik dan proses administrasi

serta kaum politik dengan birokrasi.


6.

Aspek hubungan politik luar negeri atau bahkan

perkembangan politik di luar negeri yang sering kali


merupakan aspek politik yang penting pengaruhnya terhadap
administarsi pembangunan.
e. Administrasi
Mekipun merupakan aspek yang berbeda dengan aspek politik,
aspek administrasi oleh para ahli cenderung tidak dipisahkan
dari aspek politik. Dalam kesempatan ini yang penting
dikemukakan adalah bahwa aspek tersebut juga memiliki
pengaruh yang besar terhadap jalannya proses pembangunan,
dan secara keseluruhan berpengaruh pula terhadap proses
perencanaan.

Pendapat

ini

menjadi

lebih

tegas

lagi

dengan

adanya

pandangan yang hampir sama yang dikemukakan oleh Dwight


Waldo, yang menyatakan,

administration and policy

development are interactive procces. The function of public


administration is helping political authorities to make police
decision assume new important [10].
Sedangkan

Siagian

administrasi

secara

dalam

tegas

proses

mengaitkan

pentingnya

pembangunan

dengan

ungkapannya, sebagian besar kegiatan pembangunan


menyangkut masalah-masalah administratif, karenanya dapat
dikatakan bahwa suskes tidaknya proses pembngaunan itu
berlangsung

sangat

administratifnya.
(administrative

tergantung

Tanpa
development),

pada

kemampuan

pembangunan

administrasi

administrasi

pembangunan

(development adminitration) akan kacau balau .[11]


Pemikiran yang dikemukan oleh Siagian diatas didasarkan pada
tujuh aspek proses pembangunan nasional yang masingmaisng aspek menjadi suatu independent phase dari proses
secara keseluruhan. Ketujuh aspek tersebut meliputi:
1. Adanya kebutuhan yang dirasakan (felt needs) untuk
membangun.
2. Keputusan-keputusan politik (political decision) sebagai
landasan dari pemuasan kebutuhan yang dirasakan.
3. Dasar hukum (legal basis) untuk tindakan-tindakan yang
akan diambil
4. Perumusan rencana pembangunan nasional (formulation of
development plan).
5. Perincian program kerja (detailed work programs).
6. Implementasi (impelementation of activities).

7. Penilaian hasil-hasil yang dicapai (evaluation of result


obtained). [12]
2) Faktor Sumber Daya Manusia Perencanan
Kualitas perencaaan yang baik akan lebih memungkinkan
tercipta oleh SDM yang tepat dan berkualitas, sementara itu
perencanaan yang baik juga lebih memungkinkan untuk dapat
diimplementasikan dalam program-program pembangunan.
Dengan demikian, kualitas perencanaan yang baik sangat
tergantung pada kemampuan, keahlian, dan keluwesan oleh
para perencananya disamping teknik

dan metode yang

digunakan.
Poppe[13] menyatakan, peranan dan fungsi yang mesti dapat
dilakukan oleh seorang perencana cukup luas dan kompleks. Si
perencana daerah tidak hanya melaksanakan peranan seorang
perencana ahli yang terampil dari segi teknik tapi juga
peranan-peranan lain, seperti: agen perubahan, pendidikan
non formal, koordinator pelayanan, penggerak sumber daya,
manager program, negosiator, moderator dan evaluator.
Dalam

hubungannya

dengan

perencanaan

pembangunan

daerah ini, seorang perencana bertugas untuk mengatur


proses

perencanaan

ditingkat

komprehensif

atau

pengetahuan

intersektoral

merencanakan

pada

daerah,

menyeluruh,
tiga

yang

tugas

sehingga
luas

bidang

dan

utama

ini

membutuhkan
kemampuan
perencanaan

pembangunan daerah, yang menurut Poppe meliputi:


a. Perencanaan sumber daya alam
b. Perencanaan sumber daya ekonomi
c. Perencanaan fisik dan infra struktur

bersifat

Disamping itu, ia juga menyatakan bahwa seorang perencana


harus memiliki kualifikasi yang berorientasi managemen yang
menyangkut empat tahap perencanaan yang utama, yaitu:
a.

Analisis wilayah

b.

Prospek pembangunan

c.

Perencanaan dan pembuatan program

d.

Pelaksanaan rencana

e.

Monitoring dan evaluasi

Poppe secara keseluruhan mencerminkan pemikiran yang


menyeluruh (holistic thinking) dimana ia memandang seorang
perencana pembangunan daerah harus mengenal wilayahnya,
masalah-masalah

yang

ada

didalamnya,

kebutuhan

masyarakat, memahami adanya kabijaksanaan pemerintah


baik lokal maupun nasional, memadukan kepentingan lokal dan
nasional, memprediksi berbagai kemungkinan secara multi
dimensional
sebagainya)

(sosial,

ekonomi,

politik,

merumuskan

administrasi,

rancangan

dan

program,

mengimplementasikannya serta mengevaluasinya.


Adapun Riyadi[14] berpendapat enam hal pokok yang perlu
dimiliki oleh seorang perencana pembangunan daerah, yaitu :
a.

Mengenal wilayah perencanaan dengan berbagai

permasalahannya (know well the planning area).


b.

Memahami adanya kepentingan-kepentingan yang bersifat

intersektoral, heterogen, dan bervariasi.


c.

Memadukan kepentingan antara masyarakat, pemerintah

daerah, dan pemerintah pusat ( interesting agregation).


d.

Merumuskan rencana aksi (action plan) dari hasil

perencanannya (operational design).


e.

Melaksanakan rencana aksi tersebut (implementation).

f.

Melakukan evaluasi perencanaan (monitoring and

evaluation).
Menurut

Riyadi[15]

bila

dianalisis

berdasarkan

tahapan

pemikiran, poin a-c merupakan tahapan pemikiran strategis


(strategic thingking). Poin d-e merupakan suatu upaya yang
perlu dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut.
Tahapan ini dapat dikatakan sebagai tahapan penyusunan
langkah-langkah dan strategi yang akan dijadikan sebagai
landasan operasional, sehingga tahapan ini disebut sebagai
tahapan operational design. Selanjutnya poin e-f adalah
tahapan

implementasi

atau

pelaksanaan

dari

hasil-hasil

perencanaan tersebut.
3) Faktor Sistem Yang Digunakan
Yang dimaksud dengan sistem perencanaan disini adalah
aturan-aturan atau kebijakan-kebijakan yang digunakan oleh
suatu daerah atau wilayah tertentu sebagai dasar atau
landasan pelaksanaan perencanaan pembangunannya.
Friedman (1987)[16] mengemukakan bahwa ada berbagai jenis
perencanaan

pembangunan

yang

terbagi

menurut

sudut

pandang yang berbeda, seperti :


a. Berdasarkan ruang lingkup tujuan dan sasarannya,
perencanaan pembangunan dapat dibagi menjadi perencanaan
yang bersifat nasional, sektoral, dan spasial. Atau dapat juga
bersifat agregatif atau komprehensif dan parsial.
b. Berdasarkan jangkauan dan hierarkinya, dibagi menjadi
perencanaan tingkat pusat dan daerah.
c. Berdasarkan jangka waktu, dibagi menjadi jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang.
d. Berdasarkan arus informasi/proses hierarki penyusunannya,
dapat dibagi menjadi perencanaan dari atas ke bawah (top

down planning) dan perencanan dari bawah ke atas (bottom up


planning) atau kombinasi dari keduanya.
e. Berdasarkan segi ketepatan atau keluwesan proyeksi ke
depannya, perencanaan dapat bersifat indikatif atau preskriptif.
f.

Berdasarkan sistem politiknya, dapat dibagi menjadi

perencanaan yang bersifat alokatif, inovatif, dan radikal


(Ginanjar Kartasasmita: 1997).[17]
4) Faktor Perkembangan Ilmu Dan Teknologi
Kita mengetahui betapa besar pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi terhadap proses pembangunan.
Kita dapat mengatakan bahwa yang terjadi adalah proses
saling

mempengaruhi,

yang

akan

terus

berlanjut

tanpa

mengenal batas akhir. Ilmu pengetahuan dan teknlogi dapat


mendorong, dan pembangunan yang berhasil akan mendorong
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Bintoro[18]
mengatakan, ilmu dan teknologi dapat merupakan sumber
yang penting dalam proes perumusan kebijaksanaan dan
pelaksanaan pembangunan.
Pentingnya memperhartikan dan mempertimbangkan IPTEK
dalam proses pembangunman ini juga dikemukakan oleh
lembaga dunia (PBB) yang menyatakan, developing countries
need to give more attension to the management of scientific
and technological institutions as well as to the application of
science and technology to public administration.
Implementasi IPTEK dalam perencanaan pembangunan daerah
tidak dapat diseragamkan. Artinya hal itu tergantung pada apa
yang dibutuhkan dan bagaimana hal itu digunakan. Letak dan
kondisi geografis wilayah juga sangat menentukan penggunaan

metode, teknik, dan peralatan perencanaan. Namun yang


terpenting dari semua ini adalah sampai sejauh mana SDM
perencanaannya

mampu

mengimprovisasi

perkembangan

tersebut secara optimal.


Dengan melihat dari sudut manajemen stratejik, Sondang P.
Siagian[19] menyatakan, jika orientasi para pengambil
keputusan stratejik semata-mata orintasi esiensi, pemanfaatan
teknologi akan cenderung semakin meluas dan meliputi
semakin banyak segi dan proses organisasional. Akan tetapi
kiranya

para

pengambil

keputusan

stratejik

itu

harus

menyadari pula bahwa dengan perkembangan teknologi yang


secanggih apapun orientasi manusia tetap

sangat penting

karena dengan kehadiran dan pemanfaatan teknologi yang


paling canggih pun unsur manusia tetap paling penting
5) Faktor Pendanaan
Faktor pendanaan pada dasarnya merupakan faktor yang
sudah given. Artinya hal itu memang harus ada untuk
melakukan suatu kegiatan atau aktivitas. Namun ada satu yang
perlu disampaikan disini bahwa dalam proses perencanaan
pembangunan daerah, hal ini harus benar-benar diperhatikan
sebagai

suatu

hal

yang

sangat

penting.

Perencanaan

pembangunan daerah adalah kegiatan yang mahal. Karena


itu, pelaksanaannya harus benar-benar serius, dalam arti
pihak-pihak yang terkait, termasuk para perencananya harus
fokus terhadap tugasnya, punya komitmen terhadap tujuan
yang ingin dicapai dan harus bekerja keras, teliti serta tidak
terburu-buru dalam penyusunannya.
Produk

dari

perencanaan

pembangunan

daerah

berupa

program-program pembangunan yang bersifat general, makro,

dan dari segi waktu, dipergunakan untuk jangka waktu


menengah

dan

panjang.

Produk

dari

perencanaan

pembangunan daerah inilah yang akan menjadi bahan untuk


menyusun rencana-rencana pembangunan jangka pendek (1
tahun) yang dirinci secara lebih detil (formal) dan harus
dilaksanakan dengan memperhatikan prioritasnya.
Dengan kata lain ini berarti bahwa cost and benefits yang
dihasilkan harus seimbang, sehingga tidak terjadi pemborosan,
apalagi menghasilkan rencana yang sia-sia (tidak akurat).
Produk perencanaan pembangunan daerah harus menjadi
produk hukum, politik, dan ekonomi yang diwujudkan dalam
bentuk keputusan atau kebijaksanaan pemerintah daerah
sebagai

landasan/acuan

daerahnya.

Selain

itu

pelaksanaan

dalam

pembangunan

perencanaan

di

pembangunan

daerah harus sudah diperhitungkan pendanaannya mulai dari


berapa jumlah anggaran yang dibutuhkan, sumber pendanaan,
dan sistem pengelolaannya. Ini penting demi efisiensi dan
efektivitas perencanaan pembangunan daerah.

[1] Ibid Hal : 15


[2] Schoorl J.W, Modernisasi : Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara
Sedang Berkembang (Diterjemahkan Oleh R.G. Soekadijo), Gramedia, Jakarta, 1984.
[3] Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1988,
Hal : 61
[4] Ibid, Hal : 62
[5] Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1988,
Hal : 59

[6] Ginandjar Kartasasmita, Administrasi Pembangunan: Perkembangan Pemikiran dan


Praktiknya di Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1997, Hal : 32

[7] Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1988,


Hal : 58
[8] Ginandjar Kartasasmita, Administrasi Pembangunan: Perkembangan Pemikiran dan
Praktiknya di Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1997, Hal :10

[9] Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1988,


Hal : 54
[10] Ibid, Hal : 57
[11] Siagian, Sondang. P: 1982, Administrasi Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta,
Hal : 116
[12] Ibid Hal : 111
[13] Manfred, Poppe dan Schall Nicholaus, Tujuan Menuju Kebijaksanaan : Pernyataan
Kebijaksanaan Pembangunan Kabupaten, Dalam Perencanaan Sebagai suatu Dialog;
Editor : Bernd Jennsen, LAN RI, DSE Jerman, Jakarta, 1995, Hal : 45
[14] Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, Perencanaan Pembangunan Daerah
(Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah), PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2003, Hal : 28
[15] Ibid Hal : 29
[16] John Friedman, Planning in the Public Domain : From Knowledge to Action, Priceton
University Press, Princeton, 1987
[17] Ginandjar Kartasasmita, Administrasi Pembangunan: Perkembangan Pemikiran
dan Praktiknya di Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1997, Hal : 65
[18] Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta,
1988, Hal. 67
[19] Sondang S.P. Siagian, Manajemen Strategik, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, Hal : 81

PENTINGNYASEBUAHPERENCANAAN
Suatu sistem dalam pencapaian sebuah target serta capaian untuk masa depan sangat
membutuhkan arah dari sebuah keputusan yang dikeluarkan, baik pimpinan swasta
maupun dari pemerintahan (James A.F Stoner, 1996). Dalam sebuah perusahaan
skala Internasional seperti Federal Express. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa
pengiriman paket ini memandang bahwa core bussiness tersebut sebagai bagian dari
industri yang lebih besar, lebih kompleks yang harus dipikirkan dalam arti pengiriman
informasi. Dengan beberapa pesaing dari perusahaan sejenis lainnya seperti United
Parcel Service, U.S. Postal Service, MCI,maupun AT&T, mengharuskan perusahaan
tersebut berspekulasi. Namun demikian, hasil sebuah keputusan yang dilakukan para
manejer membuahkan hasil dan menjadikan Federal Express meraih laba serta
pemimpin dalam industri.
Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya sebuah perencanaan. Karena
perencanaan merupakan suatu jenis pembuatan keputusan untuk masa depan yang
spesifik yang dikehendaki oleh manajer bagi sebuah organisasi (R. Edward Freeman,
1996). Perencaan yang baik dapat digambarkan layaknya sebuah akar tunggang dari
pohon yang besar dan rimbun, dari situ tumbuh cabang-cabang yang dapat diartikan
sebagai

bagian

dari

pengorganisasian,

kepemimpinan,

dan

pengendalian.

Perencanaan yang demikian sangat penting bagi manajer dan sebuah teori yang harus
ada di sebuah perusahaan ataupun instansi.
Idealnya, suatu perencanaan bukan peristiwa tunggal, dengan awal dan akhir yang
jelas saja. Karena perencanaan adalah proses berkisenambungan yang mencerminkan
dan menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar setiap sistem
(James A.F Stoner, 1996). Oleh karena itu, tidaklah lengkap suatu perencanaan tanpa
tiga hal penting yang perlu diperhatikan yaitu sasaran memberikan arahan, sasaran
memfokuskan usaha sistem, dan sasaran menjadi pedoman rencana dan
keputusan (Daniel R. Gilbert, 1996). Dengan begitu, dapat diartikan bahwa
perencanaan merupakan bagian dari proses menetapkan sasaran dan memilih cara
untuk mencapai sasaran tersebut. Tanpa rencana, manajer tidak dapat mengetahui
bagaimana mengelola sumber daya-sumber daya yang ada secara efektif.

Begitu pentingnya sebuah perencanaan. Tanpa perencanaan yang jelas, dalam sebuah
sistem tidak akan memiliki ide yang terarah mengenai apa yang akan dilakukan.
Sehingga hanya mempunyai peluang kecil untuk mencapai sasaran atau mengetahui
kapan dan di mana akan keluar dari jalur dan mengendalikan juga menjadi sebuah
pekerjaan yang sia-sia (R. Edward Freeman, 1996). Hal ini Menjadikan sebuah
pertimbangan dalam sebuah sistem akan sebuah perencanaan. Karena apabila jika
terlalu sering, kesalahan dalam rencana mempengaruhi masa depan seluruh lingkup
sistem. Karena itu perencanaan adalah sangat penting.
a.

Di tinjau dari sudut pandang perencanaan pemerintah

Setelah melihat jauh ke dasar suatu sistem pada instansi atau perusahaan yang ada,
pembahasan tidak lepas dari campur tangan pemerintah. Hal ini disebabkan
pemerintah dapat melakukan intervensi langsung melalui kegiatan-kegiatan yang
dibiayai oleh pemerintah, yang mencakup kegiatan-kegiatan penyediaan barang dan
layanan publik, melaksanakan kegiatan atau prakarsa strategis, pemberdayaan yang
tak berdaya (empowering the powerless) atau keberpihakan. Karena pemerintah
memiliki tiga peran yang utama yaitu: (1) Sebagai pengalokasi sumber-sumber daya
yang dimiliki oleh negara untuk pembangunan; (2) Penciptaan stabilisasi ekonomi
melalui kebijakan fiskal dan moneter; serta (3) Sebagai pendistribusi sumber daya (H.
Paskah Suzetta, 2007).
Penjabaran ketiga fungsi ini di Indonesia dapat dilihat dalam Pasal 33 UUD 1945
Amandemen Keempat. Ayat (2) dan ayat (3) menyebutkan bahwa negara menguasai
bumi serta kekayaan alam yang dikandung didalamnya, serta cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan bagi hajat hidup orang banyak. Penguasaan ini
dimaksudkan untuk dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal ini
mengamanatkan kepada Pemerintah agar secara aktif dan langsung menciptakan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selanjutnya ayat (4) menyebutkan bahwa
perekonomian diselenggarakan atas dasar dasar demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan,

efisiensi

berkeadilan,

berkelanjutan,

berwawasan

lingkungan,

kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi


nasional. Sehingga Ayat ini juga mengamanatkan kepada Pemerintah untuk menjaga
dan mengarahkan agar sistem perekonomian Indonesia berjalan dengan baik dan
benar. Inilah yang dinamakan peran pengaturan dari pemerintah.
Dalam pencapaian sistem perekonomian yang sesuai dengan semua amanat pada
UUD 1945 khususnya pada pasal 33 UUD 1945 yaitu agar perekonomian berjalan
dengan baik dan benar. Intinya adalah keterlindungan, kesejahteraan, dan kecerdasan
masyarakat, haruslah terdistribusi secara adil. Dengan demikian, sangatlah dibutuhkan
suatu perencanaan pembangunan yang jelas oleh pemerintah. Hal ini ditekankan agar

setiap amanat yang ditanamkan pada UUD 1945 tersebut memiliki sasaran-sasaran
yang lebih terarah dan lebih efektif serta efisien dalam penggunaan modal di setiap
kebijakan untuk melakukan pembangunan.
Rencana pembangunan adalah suatu program untuk strategi pemerintah nasional,
dalam menjalankan campur tangan pemerintah untk mempengaruhi permainan
kekuatan-kekuatan

pasar,

agar

terjadi

perkembangan

dalam

proses

sosial

(Kadariah,1985). Apabila dalam suatu negara melakukan suatu perencanaan yang


komprehensif, maka secara teoritis, identifikasi, seleksi dan persiapan proyek harus didrive dari rencana pembangunan nasional. Dalam perencanaan tersebut ditentukan
sektor-sektor mana yang strategis, dan juga ditentukan sasaran-sasaran produksi.
Sehingga dapat dipakai sebagai pegangan untuk seleksi proyek.
Ada dua arahan yang tercakup dalam perencanaan. Pertama, arahan dan bimbingan
bagi seluruh elemen bangsa untuk mencapai tujuan bernegara seperti tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945. Arahan ini dituangkan dalam rencana pembangunan
nasional sebagai penjabaran langkah-langkah untuk mencapai masyarakat yang
terlindungi, sejahtera, cerdas dan berkeadilan dan dituangkan dalam bidang-bidang
kehidupan bangsa: politik, sosial, ekonomi, budaya, serta pertahanan dan keamanan.
Kedua, arahan bagi pemerintah dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional baik melalui intervensi langsung maupun melalui pengaturan
masyarakat dan pasar (H. Paskah Suzetta, 2007).
Itulah mengapa begitu pentingnya bagi pemerintah suatu perencanaan, karena segala
sesuatu kebijakan yang dilakukan sangat membutuhkan perencanaan. Hal ini agar
segala sistem yang di kelola pemerintah terkondisikan dengan baik. Dalam usaha ini
karena pemerintah mengambil alih banyak fungsi struktur sistem negara yang sudah
berkembang

dijalankan

oleh

sektor

swasta.

Jika

kemudian

dengan

kebijakansanaannya pemerintah sudah berhasil menimbulkan kekuatan-kekuatan di


dalam masyarakat yang dapat mendorong perekonomian ke tingkat yang lebih maju,
maka kemajuan tersebut akan membuka banyak kesempatan bagi sektor swasta untuk
berkembang. Dalam tingkat kemajuan tersebut tujuan perencanaan yang dilakukan
pemerintah

hanyalah memperlunak keadaan, memperbesar fleksibelitas untuk

memperlancar jalannya perekonomian. Sehingga tercapai sistem perekonomian


negara yang sudah diamantkan oleh UUD 1945 yaitu perekonomian yang memberikan
keterlindungan, kesejahteraan, dan kecerdasan masyarakat secara adil (Kadariah,
1985).

Stoner, James, Freeman, R. Edward, Gilbert R, Daniel R. 1996. Manajemen Jilid 1 (Edisi
Bahasa Indonesia Jilid 1, Penerjemah Alexander Sindoro). Jakarta: PT Prenhallindo.

Williams, Chucks.2001. Manajemen Edisi 1 (Versi Indonesia Buku 1, Penerjemah M. Sabarudin


Napitupulu). Jakarta: Salemba Empat.
Wilkinson, Nick. 2005. Managerial Economics A Problem-Solving Approach.New York:
Cambrige University Press.

Kadariah. 1985. Ekonomi Perencanaan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia

Pada setiap tahun anggaran, seluruh instansi pemerintah disibukkan


dengan penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) untuk
anggaran perubahan maupun anggaran tahun berikutnya.
Item fulltext
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penyusunan
perencanaan kegiatan tersebut adalah penganggaran berbasis kinerja
(performance based budgeting).
Penganggaran berbasis kinerja (PBK) merupakan sebuah pendekatan
dalam sistem penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara
pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi
dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Ciri utama penganggaran
berbasis kinerja adalah anggaran yang disusun dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan (input), keluaran (output), dan hasil yang
diharapkan (outcomes) sehingga dapat memberikan informasi tentang
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan setiap kegiatan. Oleh karena itu,
dalam menyusun perencanaan dan penganggaran tersebut dituntut
adanya keterkaitan yang erat antara anggaran dengan kinerja yang
diharapkan. Kinerja yang telah direncanakan tersebut harus bersifat
terukur pencapaiannya. Yang jauh lebih penting, indikator kinerja
merupakan alat ukur untuk menilai keberhasilan suatu program atau
kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap unit organisasi.
Untuk dapat menyusun PBK, setiap organisasi harus memiliki
perencanaan strategik. Perencanaan strategik disusun secara obyektif dan
melibatkan seluruh komponen organisasi. Untuk melakukan suatu
pengukuran kinerja perlu ditetapkan indikator-indikator terlebih dahulu
antara lain indikator masukan berupa dana, sumber daya manusia, dan
metode kerja. Agar input dapat diinformasikan dengan akurat dalam suatu
anggaran,maka perlu dilakukan penilaian terhadap kewajarannya. Dalam
menilai kewajaran input dengan keluaran yang dihasilkan peran Analisa

8
9
10

Standar Belanja (ASB) sangat diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran


atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu
kegiatan. Untuk memenuhi pelaksanaan otonomi di bidang keuangan
dengan terbitnya berbagai peraturan pemerintah yang baru, diperlukan
sumber daya manusia yang mampu untuk menyusun PBK.
Ruang lingkup dalam penyusunan PBK mencakup antara lain:
Menentukan Visi dan misi (yang mencerminkan strategi organisasi),
tujuan, sasaran, dan target.
Evaluasi dan pengambilan keputusan terhadap pemilihan dan prioritas
program.
Menentukan Indikator Kinerja, meliputi:
Masukan (Input) meliputi dana, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, data dan informasi lainnya yang diperlukan.
Keluaran (Output) adalah sesuatu yang terjadi akibat proses tertentu
dengan menggunakan masukan yang telah ditetapkan.
Hasil (Outcome) adalah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan
atau hasil nyata dari suatu keluaran.
Manfaat (Benefit) adalah nilai tambah dari suatu hasil yang manfaatnya
akan nampak setelah beberapa waktu kemudian.
Dampak (Impact) adalah pengaruh atau akibat yang ditimbulkan oleh
manfaat dari suatu kegiatan.
Kegiatan ini meliputi penyusunan peringkat-peringkat alternatif dan
selanjutnya mengambil keputusan atas program/kegiatan yang dianggap
menjadi prioritas. Dilakukannya pemilihan dan prioritas program/kegiatan
mengingat sumber daya yang terbatas.
Analisa Standar Biaya (ASB) merupakan standar biaya suatu
program/kegiatan sehingga alokasi anggaran menjadi lebih rasional.
Dalam menyusun PBK perlu memperhatikan prinsip-prinsip penganggaran,
perolehan data dalam membuat keputusan anggaran, siklus perencanaan
anggaran daerah, dan penggunaan ASB. Dalam menyusun PBK yang
perlu mendapat perhatian adalah memperoleh data kuantitatif dan
membuat keputusan penganggarannya.
Penerapan PBK memang diharapkan akan memberikan banyak manfaat
sekaligus mengatasi berbagai persoalan yang ada dalam sistem
perencanaan dan penganggaran yang sudah berlaku. Akan tetapi PBK
baru akan memberikan dampak yang signifikan ketika diterapkan secara
optimal dan konsisten. Saat ini masih terdapat beberapa permasalahan

terkait penerapan PBK, diantaranya masih adanya anggapan bahwa


anggaran merupakan jatah yang harus dihabiskan oleh setiap unit untuk
melaksanakan kegiatannya selama satu tahun anggaran. Persoalan lain
adalah terkait perumusan indikator kinerja yang belum sepenuhnya dapat
dijadikan tolok ukur keberhasilan sebuah kegiatan atau program. Akan
tetapi dengan komitmen dan kontribusi semua pihak serta adanya
dukungan perangkat peraturan yang komprehensif, diharapkan akan terus
terjadi perbaikan dan kemajuan dalam penerapan PBK.

Anda mungkin juga menyukai