Anda di halaman 1dari 42

RESUME

Nama : Anzari Julianto


Nim : GAB 117 037
Jurusan : Ilmu Administrasi Negara
Mata Kuliah : Administrasi Pembangunan
Bab I. Perkembngan Administrasi Negara Ke Arah Administrasi
Pembangunan

A. Paradigma Dalam Administrasi Negara


Administrasi negara merupakan suatu proses pelaksanaan kebijakan negara.
Administrasi negara terdiri atas semua kegiatan negara dengan maksud untuk
menunaikan dan melaksanakan kebijakan negara. ( Lexvord D White). Sementara
pendapat lain administrasi negara merupakan suatu proses pengendalian usaha.
Administrasi negara adalah memberikan beberapa definisi berdasarkan empat
kategori yaitu :
a). Politik, Administrasi publik sebagai apa yang dikerjakan pemerintah baik langsung
maupun tidak langsung, sebagai suatu tahapan siklus pembuatan kebijakan publik,
implementasi kepentingan publik, dan sebagai kegiatan yang dilakukan secara
kolektif kaena tidak dapat dikerjakan secara individu.
b) Legal/Hukum, Administrasi publik sebagai penerapan hukum, sebagai regulasi,
sebagai pemberian sesuatu dari penguasa kepada rakyatnya.
c) Manajerial, Administrasi publik adalah fungsi eksekutif dalam pemerintahan,
sebagai bentuk spesialisasi dalam manajemen.
d) Mata pecaharian, Administrasi publik sebagai suatu bentuk profesi mulai dari
tukang sapu sampai ahli sesuatu di sektor publik dimana semua mereka mereka tidak
sadar bahwa mereka adalah administrasi publik. (Shafrits dan Russel)
Dari perumusan – perumusan tersebut di atas, dapat disimpulkan beberapa hal
penting mengenai administrasi negara, yaitu :
1. Unsur – unsur Pokok Administrasi Negara
1. Tujuan. Setiap kegiatan administrasi negara mengandung unsur tujuan atau
kebijakan yang perlu ditetapkan dan diusahakan untuk dicapai. Sehingga setiap
penyelenggaraan negara selalu di arah pada pencapaian tujuan negara.
2. Kerjasama. Amiistrasi Negara adalah bentuk kerjasama baik antara sesama
manusia maupun antara lembaga/instansi baik swasta baik swasta mapun
pemerintah, artinya di dalamnya terdapat unsur kerjasama dalam rangka
pencapaian tujuan negara.
3. Proses Kegiatan. Administrasi Negara adalah sebuah proses, artinya terdapat suatu
proses kegiatan usaha yang teratur, pengendalian usaha dalam merencanakan,
melaksankan, mengendalikan dan mengawasi jalannya pencapaian tujuan.
4. Sarana. Dalam penyelenggaraan administrasi negara dibutuhkan adanya sarana
dan prasarana baik dalam bentuk daya maupun dana termasuk juga peralatan
untuk menunjang pembangunan termasuk didalamnya infrastruktur dalam
menunjang penyelenggaraan negara.
2. Kreteria Pokok Administrasi Negara
1. Rasionalitas, artinya setiap pelaksanaan administrasi negara dapat diterima akal
sehat yang bersifat universal.
2. Efiktifitas, artinya setiap pelaksanaan administrasi negara dapat tercapai sesuai
dengan rencana dan lebih berdayaguna.
3. Efesiensi, artinya setiappelaksanaan administrasi negara dalakukan dengan
perbandingan antara hasil dan pengorbanan.
3. Fungsi Administrasi Negara
Sementara itu administrasi negara menurut Tjokroamidjojo (1995:3) meliputi fungsi –
fungsi sebagai berikut :
a. Formulasi/perumusan kebijakan
b. Pengatur/pengendali unsur – unsur administrasi
c. Penggunaan dinamika administrasi, yang meliputi :
a) Pimpinan, sebagai penggerak proses adminidtrasi melalui pemberian motivasi
oleh pempinan kepada bawahan. Faktor pimpinan sangat menentukan berhasil
tidaknya proses administrasi.
b) Koordinasi, penggerak yang bersifat menyerasikan kegiatan anar bagian
dalam proses administrasi dan agar selalu mengarah pada pencapaian
tujuannya. Pada prakteknya, tahap ini sering kali ditemui beberapa hambatan
yang akan mempengaruhi berhasil tidaknya penyelenggaraan sebuah negara.
c) Pengendalian dan pengawasan, agar pelaksanaan kegiatan tetap berjalan
sesuai rencana dan dapat diambil tindakan korektif sedini mungkin apabila
terdapat penyimpangan dan hambatan. Pengendalian sapat dilakukan dari
dalam organisasi yaitu oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan.
Sedangkan pengawasan disini ditekankan pada korektif dari luar organisasi,
dan bisa memberikan korektif namun tadak secara langsung.
d) Komunikasi, agar terbina rasa kebersamaan dan kesamaan visi, misi, dan
tujuan antara anggota organisasi. Komunikasi yang terjalin dengan baik akan
mempermudah dalam pelaksanaan administrasi.
Paradigma dalam Administrasi Negara
Beberapa paradigma yang populer sejak berkembangnya ilmu administrasi negara, antara
lain:
a. Paradigma Administrasi Negara Klasik (Aliran Dichotomi)
Dalam alur pemikiran dichotomi ini juga diperoleh pengertian bahwa birokrasi
dimaksudkan sebagai sarana tehnis dari kebijakan pelaksanaan (administrering
policy), sedang pada pihak lain diartikan sebagai pemisahan bentuk pemerintahan
dalam kekuasaaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pelopor aliran ini adalah
Wodrow Wilson, L.D White, Frank J, dan Goodnow.
b. Paradigma Manajemen Administrasi Negara
Aliran ini memusatkan titik perhatiannya pada salon hierarkhi atas dari sebuah
organisasi. Pelopor aliran ini adalah Fredrick Taylor, Hendry Fayol, Luther Gullic.
Teori/fungsi manajemen seperti dikenal dengan istilah POAC: Planning, Organizing,
Staffing, Directing, Coordinating, Reprting and Bugdeting.
c. Paradigma Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach)
Paradiga ini menekankan pada hubungan kemanusiaan (human relation) dan motivasi.
Pelopornya Herbert Simon, Mari Parker Fallet, Elton Mayo, dan Robert A. Dhial.
d. Paradigma Pendekatan kontinuitas politik Administrasi
e. Aliran Pemikiran Ekologi dalam Konteks Sosial
f. Aliran Administrasi Pembangunan

B. Hubungan Administrasi Negara Dan Administrasi Pembangunan

Tjokroamidjojo,1995:5) perkembangan studi komparatif ilmu administrasi negara dapat


dilihat dari segi alasan yang mendasarinya, yaitu: kebutuhn perkembangan model dan
pengembangan administrasi bagi pembangunan. Dalam perkembangan kemudian, terdapat
empat kecenderungan dasar dalam ilmu administrasi negara, yaitu :
1. Perhatian administrasi negara terhadap masalah – masalah pelaksanaan dan
pencapaian tujuan – tujuan pembangunan.
2. Pendekatan administrasi negara adalah behavioral.
3. Pendekatan manajemen dalam administrasi negara.
4. Studi komparatif ilmu administrasi negara yang memberikan tekanan pada ekologi
sosial dan kultural. (Tjokroamidjojo, 1995:6)
Administrasi Negara Untuk Mendukung Proses Pembangunan
Di samping 4 kriteria yang telah disebutkan di atas (Tjokroamidjojo, 1995:6), yaitu :
1. Kemampuan administrasi negara untuk mendukung proses perubahan atau
pembangunan.
2. Administrasi Negara perlu memperhatkan bahwa proses pembangunan yang
didukungnya itu merupakan kegiatan yang memerlukan ketertiban dan keterpaduan
untuk lebih menjamin tercapainya sasaran – saran pembangunan.
3. Administrasi negara untuk negara – negara yang baru membangun juga dituntut untuk
mempunyai kemampuan dalam menciptakan iklim, mengupayakan, mengarahkan dan
meningkatkan kegiatan usaha/kegiatan masyarakat dalam proses prmbangunan yang
dikehendaki masyarakat.
4. Administrasi negara harus mampu menjadi agen of change bagi masyarakat di negara
berkemban.
Dengan demikian tuntutan pada pelaksanaan administrasi negara bagi negara berkembang
mendapat perhatian dari paraahli admnistrasi negara untuk dapat membantu percepatan
pelaksanaan pembangunan di negara miskin dan berkembang.
Perkembangan Konsep Administrasi Pembangunan
Para pragmatis berpendapat bahwa negara – negara maju masih memanfaatkan hubungan
sejarah dan emosional yang bersifat khusus itu demi kepentingan sendiri yang dalam segi
ekonomi mengambil dua bentu. Pertama, menjadikan negara – negara bekas jajahan itu
sebagai sunber bahan mentah atau bahan baku yangdiperlukan untuk industri tertentu di
dalam negeri sendiri. Kedua, menjadikan negara bkas jajahan itu sebagai pasar bagi produk
yang dihasilkan.
C. Karakteristik Administrasi Negara Dan Administrasi Pembangunan
Administrasi negara dan administrasi pembangunan memiliki kesamaan yaitu sebuah
administrasi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan negara dalam rangka pencapaian
tujuan negara.
Ciri – ciri Administrasi Negara
1) Lebih banyak terkait dengan lingkungan masyarakat negara maju
2) Dalam ilmu administrasi negara terdapat kelompok yang cenderung berpendapat
turut berperannya administrasi negara dalam proses perumusan, tetapi peranan itu
tetapi masih kurang ditetapkan.
3) Lebih menekankan kepada pelaksanaan yang tertib/efisien dari unit-unit kegiatan
pemerintah pada waktu sekarang. Berorientasi pada masa kini
4) Lebih menekankan kepada tugas-tugas umum dalam rangka pelayanan masyarakat
dan tertib pemerintahan. Administrasi negara lebih bersikap sebagai “balacing agent”
5) Sebagai akibat dari hal diatas maka administrasi negara lebih melihat kepada kerapian
dari aparatur administrasi itu sendiri
6) Dalam administrasi negara seakan – akan ada kesan menempatkan administrasi dalam
aparatur pemerintah sekedar sebagai pelaksana
7) Lebih berpendapat legalistik
Ciri – ciri administrassi pembangunan
1) Lebih memberikan perhatian terhadap lingkungan masyarakatyang berbeda – beda
terutama bila lingkungan masyarakat negara – nera baru berkembang
2) Administrasi pembangunan mempunyai peran aktif dan berkepentingan terhadap
tujuan – tujuan pembangunan, baik dalam perumusan kebijakan maupun dalam
pelaksanaannya yang efektif
3) Lebih berorientasi kepada pelaksanaan usaha – usaha yang mendorong perubahan ke
arah keadaan yang dianggap lebih baik untuk suatu masyarakat dimasa depan.
4) Lebih berorientasi kepada pelaksanaan tugas – tugas pembangunan (development
function) dari pemerintah.
5) Administrasi pembangunan harus mengaitkam diri dengan subtansi perusahaan
kebijakan dan pelaksanaan tujuan -tujuan pembangunan diberbagai bidang yaitu
ekonomi, spsial, budaya dan lain- lain.
6) Dalam administrasi pembangunan, administrator dalam aparatur pemerintah juga bisa
merupakan penggerak perubahan.
7) Lebih berpendekatan lingkugan, berorientasi pada kegiatan, dan bersifat pemecahan
maslah. (Tjokroamijdojdo,1995:9-10)
Melihat ciri – ciri diatas bahwa administrasi negara sangat sesuai bila diterapkan dinegara -
negara maju, karena administrasi negara berfungsi sebagai pelaksana kebijakan negara dan
fokus pada pekerjaan rutin misalnya pelayanan masyarakat. Sementara itu di negara
berkembang sangat dbutuhkan penyelenggara negara yang dapat berfungdsi sebagai perumus
kebijakan sekaligus pelaksananya. Administrassi pembanunan sangat dibutuhkan terutama di
negara miskin dan berkembang.
BAB II Konsep dasar administrasi pembangunan
A. Defenisi Administrasi Pembangunan
Administrasi pembangunan berasal dari kata administrasi dan pembangunan.
Secara umum, pengertian administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan kebijakan
yang telah diputuskan dan di selenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai
suatu tujuan. Sedangkan pembangunan biasanya sebagai rangkaian usaha mewujudkan
pertumbahan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara
menuju arah yang lebih baik.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa administrasi pembangunan
adalah sebuah proses yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat pada sebuah
negara secara sadar dan terencana untuk menuju perubahan ke arah yang lebih baik.
B. Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan
1. The Development of Administration yaitu penyusunan kebijakan penyempurnaan
administrasi negara yang meliputi :
a) Penyempurnaan dan pendayagunaan organisasi bagi pembangunan
b) Pendayagunaan kepegawaian
c) Pendayagunaan ketatalaksanaan
2. The Administration of Development yaitu perumusan kebijakan-kebijakan dan
program- program pembangunan serta pelaksanaannya secara efektif, meliputi:
a) Administrasi perencenaan dan pemograman pembangunan
b) Administrasi pembiayaan pembangunan
c) Administrasi program dan proyek pembangunan
d) Sistem pengendalian dan pengawasan.

The development administration membahas bagaimana mempersiapkan perangkat


pembangunannya yang di mulai dari pendayagunaan organisasi, aparatur dan tata laksananya.
Sementara the administration of development membahas mengenai bagaimana pembangunan
itu dilaksanakan meliputi perumusan kebijakan dan program-program pembangunan.
C. Teori-teori Pembangunan
C.1 Teori Modernisasi
 Teori Harrod-Domar : Tabungan dan Investasi
Kedua ahli ini berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tabungan
dan investasi.
 Max Weber : Etika Protestan
Jika sesorang berhasil dalam kerjanya di dunia, hampir dapat dipastikan dia akan
masuk surga. Begitu pula sebaliknya, jadi hal ini yang disebut weber dengan etika
protestan yaitu cara bekerja keras dan sungguh-sungguh lepas dari imbalan materi.
 David McClelland: Dorongan Berprestasi atau n-Ach
Menurutnya untuk membuat pekerjaan tersebut berhasil yang paling penting adalah
sikap terhadap pekerjaan tersebut.
 WW.Rostow: Lima Tahap Pembangunan
Menurut Rostow (1966), pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam
sebuah garis lurus, yaitu masyarakat yang terbelakang terhadap masyarakat yang
maju.
 Bert. F Hoselitz: Faktor-Faktor Non Ekonomi
Menurut Hoselitz, pembangunan memerlukan pemasokan dari beberapa unsur,
yaitu pemasokan modal besar dan perbankan, serta pemasokan dari tenaga ahli dan
terampil.
 Alex Inkeles dan David H.Smith: Manusia Modern
Manusia modern yang dimaksud disini ialah yang memiliki cirri-ciri keterbukaan
terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi pada masa sekarang dan masa
depan, mempunyai kemampuan merencanakan, percaya manusia bisa menguasai
alam dan bukan sebaliknya.
C.2 Teori Ketergantungan
Budiman (2000:62) bahwa teori ketergantungan mempunyai dua induk:
pertama, teori tentang imperialism dan kolonialisme, baik yang marxis maupun yang
bukan. Kedua, studi empiris tentang pembangunan di negara-negara pinggiran juga
dari para pemikir marxis maupun yang bukan.
Menurut Theotonio Dos Santos (budiman, 2000:63) yang dimaksud
ketergantungan adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi negara-negara tertentu
dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi kehidupan negara-negara lain, dimana
negara-negara tertentu ini hanya penerima akibat saja.
C.3 Teori Sistem Dunia
Immanuel Wallesrtein (1973), beranggapan bahwa dulu dunia dikuasai oleh
sistem-sistem kecil atau mini dalam bentuk kerajaan atau bentuk pemerintahan lainnya.
Selanjutnya menurut wallerstein negara yang bisa naik atau turun kelas, misalnya
negara pusat menjadi negara setengah pinggiran dan kemudian menjadi negara
pinggiran, demikian sebaliknya.
Bab III. Lingkungan Administrasi Pembangunan

Pelaksaan administrasi tidak pernah lepas dari lingkungan yang ada di sekelilingnya.
Lingkungan yang dimaksud adalah beberapa aspek meliputi aspek politik, ekonomi, sosial
budaya, perkembangan ilmu, teknologi, dan lingkungan fisik serta aspek institusional.
Aspek-aspek yang saling mempengaruhi penyelenggaraan Administrasi
Pembangunan, antara lain:
1. Politik
Pendekatan administrasi pembangunan terkait erat, saling berhubungan dan saling
mempengaruhi keadaan dan proses perkembangan politik, ekonomi, social dan lain-lain.
Hubungan ini dapat saling bertentangan, hubungan yang netral ataupun hubungan yang saling
mendukung.

Beberapa aspek politik yang mempunyai pengaruh timbal balik dengan administrasi
pembangunan adalah :
a. Filsafat hidup bangsa atau filsafat politik kemasyarakatan dari suatu Negara tertentu. Hal
ini juga berhubungan dengan interdependensi antara sistim politik yang dianut dengan
administrasi pembangunan.
b. Komitmen dari pada elite kekuasaan atau elite pemerintahan terhadap proses pembangunan
dan kesediaannya menerima pendekatan yang sungguh-sungguh terhadap usaha yang saling
berkait antara berbagai segi kehidupan masyarakat.
c. Masalah yang berhubungan dengan kestabilan politik.
d. Perkembangan bidang politik kearah pemberian iklim politik yang lebih menunjang usaha
pembangunan.
e. Hubungan antara proses politik dan proses administrasi serta antara kaum politik dan
birokrasi.
f. Hubungan politik luar negeri atau bahkan perkembangan politik diluar negeri yang sering
kali merupakan aspek politik yang penting pengaruhnya terhadap administrasi pembangunan.

2. Ekonomi
Terdapat hubungan yang erat antara aspek ekonomi dan administrasi pembangunan
dalam rangka proses pembangunan atau pembinaan bangsa. Pertumbuhan ekonomi adalah
salah satu bagian dari proses perkembangan sosial, politik, psikologi, kebudayaan,
administrasi dan ekonomi yang disebut pembangunan atau modernisasi. Pertumbuhan
ekonomi akan dapat berhasil tidak hanya dari kegiatan-kegiatan atau program-program
ekonomi saja, tetapi hubungan timbal balik kebijaksanaan politik, sosial dan lain-lain yang
konsisten. Administrasi pembangunan dalam hal ini dapat mempunyai peranan yang besar
dalam pertumbuhan ekonomi. Aspek ekonomi lain yang penting perlu diberi perhatian dalam
proses pembangunan adalah adanya stabilitas ekonomi yang dinamis.

3. Sosial Budaya
Aspek-aspek sosial budaya yang perlu mendapat perhatian dalam administrasi
pembangunan adalah :
a. Hambatan-hambatan kulturil apakah yang sesuai dengan basis kulturil tertentu sesuatu
masyarakat yang merupakan hambatan bagi suatu proses pembangunan atau usaha
pembaharuan.
b. Motivasi apakah yang diperlukan untuk pembaharuan atau pembangunan yang perlu
perhatian dalam administrasi pembangunan.
c. Bagaimanakah sikap-sikap golongan dalam masyarakat terhadap usaha pembaharuan.
d. Bagaimana masalah sosial budaya yang besar dan mendsar/menonjol dan memerlukan
perhatian administrasi pembangunan.

Setiap usaha untuk merubah karakteristik masyarakat tradisional menuju masyarakat


yang modern, pemerintah tidak bisa lepas dari kelompok elit masyarakat. Artinya, pemerintah
harus mengarahkan kelompok elit untuk mendukung proses perubahan tersebut.

Menurut Siagian (2003:48) klasifikasi mengenai golongann elite didalam masyarakat


yang dapat memberikan pengaruh terhadap usaha pembaharuan sebagai berikut :
1. Elite Politik
2. Elite Administrasi
3. Elite Cendikiawan
4. Elite Dunia Usaha
5. Elite Militer
6. Elite Pembinaan Pendapat

4. Perkembangan Ilmu dan Teknologi


Administrasi pembangunan juga mempunyai kaitan yang erat dengan pengembangan
ilmu dan terknologi. Administrasi pembangunan perlu membantu sarana administrasi yang
memungkinkan pertumbuhan ilmu dan teknologi. Salah satu hal yang penting dalam rangka
hubungan perkembangan ilmu dan teknologi dengan administrasi pembangunan adalah
bagaimana caranya ilmu dan teknologi dapat merupakan sumber yang penting dalam proses
perumusan kebijaksanaan dan pelaksanaan pembangunan. Administrasi pembangunan juga
perlu memberikan perhatian terhadap pengembangasn sumber-sumber alam ( resources
development ), pemanfaatan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Pembangunan pada
dasarnya adalah usaha yang akan mempengaruhi dan merubah potensi sumber-sumber dan
keadaan lingkungan hidup. Kelestarian dan usaha pemeliharaan sumber-sumber alam dan
lingkungan hidup serta pemanfaatan yang dapat dirasakan untuk generasi yang mendatang.
Masalah lingkungan hidup yang utama bagi Negara-negara baru berkembang adalah justru
ketiadaan pembangunan, tekanan-tekanan penduduk dan kesempatan kerja, serta masih dapat
dimanfaatkannya berbagai potensi sumber-sumber pembangunan.

5. Kelembagaan
Aspek kelembagaan berkaitan erat dengan aspek-aspek yang telah diuraikan diatas.
Karena pembinaan dan pengembangan aspek institusionil yang perlu diperhatikan dalam
administrasi pembangunan meliputi pembinaan institusi politik, institusi sosial, pendidikan
dan lain-lain. Proses pembaharuan dan pembangunan juga merupakan suatu proses
pembinaan institusi-institusi didalam masyarakat yang baru dan bahkan mungkin
penghapusan institusi-institusi didalam masyarakat yang lama. Perhatian administrasi
pembangunan terhadap aspek institusionil ini adalah dalam bentuk pembinaan institusi-
institusi baru untuk dapat lebih mendukung proses pembaharuan dan pembangunan. Dalam
proses pembangunan sebagai suatu proses perubahan sosial secara menyeluruh dirasakan
penting sekali peranannya organisasai-organisasi tertentu yang mampu mengintro,
memelihara, bahkan mempertahankan pembaharuan-pembaharuan sosial maupun fisik.
Bab IV. Proses,Strategi Dan Permasalahan Dalam Pembangunan

A. Proses Dan Perkembangan Pembangunan


Tjokroamidjojo (1999) menggolongkan menjadi modernisasi, pembangunan, dan
perubahan.
1. Moderniasi
Menurut daniel lerner, modernisasi adalah suatu proses yang sistematis, yang
menyangkut perubahan kependudukan, teknologi, ekonomi, politik, komunikasi
dan sektor kebudayaan dalam suatu masyarakat. Secara literally modernisasi pada
dasar nya menggantikan apa yang ada pada dulunya telah ada untuk dijalankan,
misalnya pendidikan, industrialisasi, komunikasi, transportasi dan sebagainya.
Dalam organisasi selalu ada elit modernisasi yang ingin membawa perubahan
menuju perubahan menuju modernisasi sendiri dapat dilihat melalui peningkatan
dari tujuan tujuan yang di tentukan.
2. Pembangunan
Pembangunan secara umum di definisikan sebagai rangkaian usaha
mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang di
tempuh oleh suatu negara dan menuju modernitas. Pemangunan juga diarahkan
kepada perubahan pemikiran masyarakat menuju modern.
3. Perubahan
Suatu negara pasti mengarahkan negaranya ke perubahan yang diinginkan.
Namun dalam proses tersebut tidak hanya perubahan yang dinginkan terjadi,
justru perubahan yang tidak diinginkan pun terjadi yang muncul karena pengaruh
kondisi yang mengikutinya.
4. Proses pembangunan di indonesia
a. Proses pembangunan sosial ekonomi
Proses pembangunan lebih dilihat dari pembangunan ekonomi nya
sebagai proses pertumbuhan. Memiliki indikator yaitu, barang dan jasa yang di
hasilkan oleh suatu masyarakat dan bangsa dalam kurun waktu tertentu.
Ukuran penting dalam proses ini adalah pendapatan nasional satu tahun di
bagi dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama menghasilkan angka
pendapatan perkapita. Setiap daerah mencoba untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, namun masih ada daerah yang maju pesat dan ada yang
tertinggal pembangunannya karena potensi wilayah dan kapabilitas pimpinan
daerah.
b. Proses modernisasi
Dalam proses pembangunan yaitu, proses perubahan sosial yang besar
berkembang dari masyarakat tradisional ke arah masyarakat maju atau
modern. Indikator nya adalah maju di bidang ekonomi, pengetahuan dan
teknologi.
c. Proses pembangunan bangsa
Pendekatan ini mengarah kepada kepentingan-kepentingan yang
sifatnya primordial berkembang ke arah lebih kuatnya nilai nilai dan
kepentingan-kepentingan yang bersifat nasional. Masyrakat indonesia yang
bergerak dari daerah ke daerah lain membuat berbaurnya beberapa suku dan
budaya dan rasa nasionalismenya semakin jelas.
d. Proses pembangunan bangsa
Pembangunan nasional yang meliputi berbagai segi kehidupan
masyarakat bangsa, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, dan pertahanan
keamanan dan lain sebagainya. Proses ini juga menyangkut pada segi
keadilan atau pemerataan, untuk meningkatkan kualitas manusia itu sendiri.

B. Strategi Dan Permasalahan Pembangunan


Strategi merupakan perhitungan mengenai rangkaian kebijakan dan langkah-langkah
pelaksanaanya dengan di dasarkan pada pegetahuan dan keterampilan. Menurut bintoro
tjokrohamidjojo, strategi pembangunan meliputi, strategi pembangunan bangsa, strategi
pembangunan dengan stabilitas, strategi pembangunan dengan keadilan dan reorientasi
strategi pembangunan.
Masalah masalah pembangunan nasional
a. Masalah penduduk
Masalah kependudukan di indonesia beragam yaitu, kepadatan penduduk,
penyebaran atau distribusi penduduk yang tidak merata dan bertambah nya
pengangguran karena angkatan kerja yang terus bertambah. Bertumbuhnya jumlah
penduduk berarti penyediaan bahan pangan pun menjadi bertambah. Selain itu jumlah
penduduk yang memerlukan pendidikan sangat besar. Penduduk yang besar dengan
luas wilayah yang besar bisa menjadi daya dukung yang tinggi dalam pembangunan
dengan kualitas sumber daya manusia yang tinggi maka akan mempercepat
pencapaian pemabangunan. Bisa juga sebaliknya.
b. Masalah pengelolaan sumber daya alam
Dengan kualitas sumber daya manusia yang tinggi maka memanfaatkan
sumber daya alam yang sangat besar tersebut untuk kepentingan bangsa indonesia
yaitu menggali, mengolah dan memasarkannya akan lebih efektif dan efesien.
c. Masalah pertumbuhan ekonomi dan pembiayaan pembangunan
Untuk menciptakan perluasan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonmi
memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Oleh karena itu, menggali sumber
pembiayaan dan kemahiran pengelolaannya sangat di perlukan.
d. Perkembangan ekonomi dan pemerataan
Pemerataan pembangunan yang tidak seimbang di perkotaan dan di pedesaan
membuat masyarakat di pedesaan melakukan urbanisasi besar besaran yang
mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja di pedesaan, meningkatnya persaingan
hidup di kota, meningkatnya pengangguran, kriminalitas dan masalah lainnya.
e. Masalah institusional dan mentalitas birokrat
Administrasi pembangunan perlu menampung kegiatan masyarakat dalam
mengelola pembangunan, seperti menyediakan tenaga profesional dalam administrasi
pembangunan. Dalam hal ini kemampuan pemerintah perlu di kembangkan terutama
dalam menyediakan saran yang menunjang kegiatan masyarakat.
f. Masalah ekologi internasional
Hubungan suatu negara dengan negara lain dapat menghambat pembangunan
contohnya beberapa komoditi ekspor impor menjadi terhambat, sehingga
menghambat pula laju pertumbuhan ekonomi di kedua negara yang bersangkutan.
g. Masalah sosial budaya
Cepat atau lambatnya pembangunan di bidang sosial budaya di tentukan oleh
intensitas dari perhatian, waktu, keahlian serta biaya yang tersedia. Masalah yang
sering muncul dalam pembangunan yaitu ketidaksiapan masyarakat yang menjadi
subyek pembnagunan, yang terjadi justru masyarakat menjadi obyek pembangunan.
Menurut siagian (2000:101) dalam bukunya administrasi pembangunan menyebutkan
bahwa suatu masyarakat terbelakang pada dasarnya terdiri dari tiga golongan besar
yaitu, golongan tradisionalis, golongan modernis, dan golongan ambivalents
Jadi, dalam pembangunan memerlukan waktu yang lama, keahlian, biaya dan
pengorbanan untuk mengembangkan golongan developmentalis dalam masyarakat yang
bersangkutan.
BAB V. Organiasi bagi pembangunan

A. Birokrasi sebagai pengelola pembangunan


Ciri-ciri utama dari struktur birokrasi di dalam tipe idelanya (Max Weber yang dikutip
oleh Bintoro Tjokroamodjojo) sebagai berikut :
1) Adanya pembagian kerja yang jelas/spesialisasi dalam tiap jabatan sehingga
ada efektivitas dalam pekerjaannya.
2) Adanya hierarki jabatan-jabatan (tingkatan) contohnya pengawasan dari atasan
ke bawahan.
3) Pelaksanaan kegiatan dikendalikan oleh suatu sistem peraturan yang konsisten
sehingga seragam dalam pelaksanaanya.
4) Pejabat yang ideal dalam suatu birokrasi melaksanakan kewajibannya dengan
semagat “formalistik impersonality” (tidak membawa persoalan pribadi yang
sifatnya mengganggu)
5) Penempatan kerjanya dalam organisasi birokrasi didasarkan pada kualifikasi
teknis dan dilindungi terhadap pemberhentian sewenang-wenang. Artinya
penempatan kerja seprang pegawai didasarkan atas kariernya.
6) Pengalaman menunjukan tipe birokrasi. Untuk inilah, maka dikembangkan
spesialiasi dan pengadaan serta penempatan kerja pegawai atas dasar
kualifikasi teknis.
Dalam administrasi pembangunan, perhatian perlu diberikan dalam
hubungannya dengan peranan birokrasi di dalam suatu masyarakat yang
mengadakan perubahan-perubahan kearah pembeharuan. Sikap birokrasi disini
adalah memperkembangan standar dan prosedur tata kerja dan memperinci
kewenangan secara detail, kemudian dijadikan sesuatu yang rutin dan
dilaksanakan secara ketat.
Birokrasi merupakan suatu alat untuk dapat merealisir atau
mewujudkan suatu pembangunan sosail ekonomi, karena tujuan-tujuan
perubahan dalam masyarakat perlu dilembagakan dalam bentuk birokrasi.
Klasifikasi kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial atau kegiatan yang
mempunyai pengaruh kemasyarakatan dalam 4 kelompok (Hoselitz yang
dikutip oleh Tjokroamidjojo 1999) yaitu :
1. Sektor Laten : adalah pemeliharaan pola kultur kegitan sosial, atau nilai-
nilai kemasyarkatan tertentu dan perwarisannya dari generasi ke generasi.
2. Sektor integratif : disini kegiatan-kegiatan sosial ditunjukan untuk
memberikan identifkasi terhadap hal-hal yang lebih besar (identifikasi
masyarakat seperti suku, bahasa, agama,dll)
3. Sektor kegiatan yang mengarah pada pencapaian tujuan
4. Sektor adaptif : berhubungan dengan produksi barang dan jasa serta yang
memiliki kaitan dengan itu.

B. Peranan birokrasi di negara berkembang

B.1 Organisasi administrasi pemerintah


Organisasi administrasi pemerintah adalah alat-alat birokrasi untuk mencapai
tujuan-tujuan nasional ataupun pemerintah. Guna untuk 1) membagi tugas-tugas
pemerintahan sehingga efisien dan ekonomis. 2) membatasi wilayah kewenangan dan
tanggung jawab dari unti-unit administratif.
Tipe organisasi berdasarkan spesialisasi tugasnya (Bintoro) yaitu :
1) Menurut tujuan
2) Menurut proses
3) Menurut pelanggan atau nasabah
4) Menurut produk
Adapun masalah organisasi yang banyak terjadi terutama di negara berkemang
yaitu pertama Ploriferasi (bertambah banyak dengan cara tak teratur), dimana sering
terjadi kerena adanya kebutuhan pelaksanaan tugas tertentu, kemudian dibentuk
oraganisasi-organisasi baru tanpa memikiran untuk memperluas organisasi yang
pemerintahan yang sudah ada, sehingga menyulitkan pengwasan. Kedua bertambah
banyaknya tugas-tugas pemerintah contohnya dalam pembangunan antar lembaga.
Ketiga desentralisasi pelaksanaan tugas, yang tercermin juga dalam tata
organisasinya, ada 3 bentuk penyerahan tugas dari pusat ke daerah yaitu
dekonsentrasi, tantra dan swatantra.

B.2 Peranan pemerintah dalam pembangunan

Pembangunan didefenisikan sebagai upaya yang dilakukan secra sacar oleh


suatu bangsa, negara dan pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan nasional
melalui pertumbuhan dan perubahan secara terencana menuju masyarakat modern.
Menurut Siagian (2004 : 142) dalam rangka pembangunan nasional, pemerintah
memiliki peranan sebagai berikut :
a. Stabilisator
Sebagai penstabil dalam setiap bidang cobtoh dalam bidang ekonomi agar
tidak terjadinya inflasi, pengangguran,dll. Lalu dalam bidang sosial budaya
sebagai perdam agar meminimalisir gejolak sosial atas terjadinya perubahan
akibat pembangunan.
b. Inovator
Yaitu suatu produk dari kreatifitas berupa temuan baru, metode baru, sistem
baru dan cara berfikir yang baru. Tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu 1)
menerapkan inovasi di lingkungan birokrasi pemerintahan, melalui perubahan
sistem kerja yang cepat, tepat, sederhana (tidak berbelit-belit), transparan,
akuntabel,dsb. 2) inovasi yang sidfatnya konsepsional, dengan menjadikan
pemerintah sebagai sumber ide-ide baru 3) inovasi sistem, prosedur dan
metode kerja yang mengarah pada “problem sloving” dan “action oriented”
serta menghilangkan faktor-faktor penyebab masalah smapai ke akarnya.
c. Modernisator

Modernisasi melalui pembanguan, untuk mewujudkanya maka diperlukan :

 Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,


 Kemampuan dan kemahiran manejerial,
 Kemapuan mengolah kekayaan alam yang dimiliki sehingga memiliki nilai
tambah yang tinggi,
 Sistem pendidikan nasional yang handal yang menghasilkan SDM
produktif,
 Landasan kehidupan polotik yang kukuh dan demokratis,
 Memiliki visi yang jelas tetang masa depan yang diinginkan,
 Rakyat yang diberdayakan sehingga mampu mengambi keputusan yang
rasional dalam hidupnya,
 Kesediaan mengambil resiko,
 Orientasi masa depan, dan
 Bersedia menerima perubahan.
d. Pelopor

Artinya pemerintah harus menjadi panutan bagi seluruh rakyatnya dalam berbagai
segi kehidupan, misalnya :

 Dalam bekerja, seproduktif mungkin dengan pemanfaatan waktu sebaik-baiknya


dengan orientasi hasil yang semaksimal mungkin
 Dalam kejujuran, seperti pemberantasan koripsi dan kolusi
 Dalam penegakan kedisiplinan, contohnya taat pada jam kerja yang berlaku
 Dalam ketaatan pada peraturan, contoh perolehan ijin dan dalam lalu lintas
 Kesediaan berkorban demi kepentingan negara, seperti bayar pajak, dsb

Aspek-aspek yang diperhatikan untuk memperbaiki birokrasi (Bratakusumah 2007 : 49)


yaitu:

1. Mengkaji ulang fungsi dan peranan pemerintah


2. Filosofi birokrasi publik
3. Struktur organisasi
4. Revisi peraturan perundangan
5. Kebijakan sumber daya aparatur
6. Manajemen perbaikan birokrasi

C. Lembaga pelaksana pembangunan di indonesia


Struktur organisasi pemerintah pusat, dapat dibagi mejadi pimpinan pemerintah,
kementerian atau departemen-departemen, dewan-dewan pengambil keputusan
kebijakan pemerintah tertinggi dan badan-badan non departemen yang langsung di
bawah pimpinan pemerintah.
C1.Pimpinan pemerintah
Pimpinan pemerintah dapat merupakan seorang presiden atau seorang perdana
menteri, sesuai dengan sistem konstitusional, sistem pemerintahan dan praktek
pemerintahan yang berlaku.
Jika pemimpinan pemerintahan adalah seorang presiden maka dalam jabatan tersebut
merupakan kepala negara, pemimpin pemerintahan, pimpinan politik, dan panglima
bersenjata.
Peran pemimpin pemerintah sebagai administrator tertinggi, dibantu oleh kedudukan
politiknya serta pengaruh dan peranannya di dalam proses politik, pemimpin
pemerintahan dapat merumuskan dan mengajukan berbagai rancangan undang-
undang untuk dijadikan produk kehendak politik negara, yakni undang-undang
negara. Pimpinan pemerintah beregrak dalam dua bidang, yaitu bidang politik dan
bidang administrasi pembangunan.
Fungsi pimpinan pemerintah sebagai pimpinan administrasi menurut Dimock dan
Koening yang dikutp oleh Tjokroamidjojo (1995: 86), adalah sebagai berikut :
1) Pimpinan pemerintah merumuskan dan memutuskan kebijakan pemerintah
diberbagai bidang, termasuk kebijakan luar negeri.
2) Pimpinan pemerintah menyampaikan kebijakan atau programnya kepada para
pembantunya di bidang pemerintahan dan jugakepada masyarakat. Contoh
pada pidato tahunan
3) Pimpinan pemerintah mendelegasikan tugas-tugas dan kewenanganya kepada
badan pembantu.
4) Pimpinan pemerintah mengkoordinir pelaksanaan kegiatn tuags-tugas
pemerintahan
5) Pimpinan pemerintah juga mempunyai kekuasaan tertinggi untuk pengadaan,
promosi, dan pemberhentian pegawai negeri.
6) Pimpinan pemerintah menejer keunagan dalam pemerintahan.
7) Pimpinan pemerintah menyusun atau menyusun kembali struktur
pemerintahan
8) Mengadakan hubungan-hubungan ekstern seperti dengan pemimpin-pemimpin
rakyat, kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat dan dengan pihak
luar negeri.
C2.Kementrian atau departemen dan dewan-dewan pengambil kebijakan
Pengambil keputusan kebijakan tertinggi dalam pemerintahan yaitu dewan kabinet
yang terdiri dari pimpinan pemerintahan tertinggibersama para menteri dan kadang-
kadang ditambah dengan anggota kabinet bukan meteri. Kebinet dapat dijadikan
sebagai forum untuk pimpinan pemerintah memperimbangkan pengajuan rancangan
undang-undang.
Hal penting untuk administrasi pembangunan yaitu pemberian perhatian yang cukup
besar dalam pembentukan dan pengelolaan kebijakan maupun usaha pemecahan
masalah yang menyangkut usaha pembangunan dan pembaharuan.
C3.Badan-badan pembantu perumus kebijakan
Badan-badan ini meliputu kantor kepresidenan (memonitor), kantor perdana meteri
(pemberi nasehat), sekretariat negara (memonitor), sekretariat kabinet (pemberi
nasehat), dan unit pengendalian pembangunan (pengendalian opersaional
pembangunan).
Suatu pemerintahan akan cukup stabil apabila tidak begitu banyaknya “Political spoil”
(penentuan jabatan yang didasarkan kepentingan politik) dan juga stabilitas pimpinan
pemerintahan serta kabinetnya.
C4.Badan-badan staf tingkat pusat
Selain kementrian atau departemen, terdapat juga badan-badan pemerintahan non-
departemen yang berada langsung dibawah pimpinan pemerintah, dimana memiliki
fungsi-fungs tertentu yang sifatnya melayani dan pelaksana fungsi kemeterian /
departemen operasional.
Adapun badan-badan staf tingkat pusat yaitu badan atau komisi administrasi
kepegawian, badan statistik, badan perencanaan tingkat pusat, badan penyusun
anggaran, badan pengawas keuangan, badan koordinasi penelitian, badan yang
bersangkutan dengan pengembangan administrasi, dll.
Bentuk lain dari badan-badan non-departemen tingkat pusat yaitu badan-badan yang
mengkoordinir berbagai bagian fungsi kegiatan departemen-departemen lain dala
suatu koordinasi administrasi sektor atau program multifungsi. Contohnya di
indonesia yautu badan koordinasi keluarga berencana nasional (BKKBN) dan badan
koordinasi penanaman modal (BKPM). Dimana tujuan badan-badan pemerintahan
yaitu guna mendesain rencana program-program untuk mendorong proses
pembangunan.
C5.Pemerintahan di daerah
Bentuk pemerintahan daerah yaitu tugas otonomi. Pmerintah daerah mampu
memberikan sumbangan terhadap pertimbangan regional, yang sesuai dengan
pengelihatan daerah dimana harus tetap konsisten dalam rangka pencapaian-
pencapaian tujuan nasional.
Untuk mengenal lebih jauh mengenai otonomi daerah silahkan baca UU no 32 tahun
2004 (pemerintahan daerah), dan UU no 12 tahun 2008 (perubahan kedua), UU no 32
tahun 2004 ( pemerintahan daerah).
D. Good Governance
Prinsip good governance adalah bentuk penuangan cita-cita dan tujuan bangsa
bernegara (pembukaan UUD 1945 alenia ke-4) dimana saat ini indonesia dituntut
untuk dapat membentuk kemitraan atara pemerintah dengan swasta dan masyarakat
madani, guna untuk menyusun peraturan, perundnag-undnagan, pengendalian
program pembangunan, dan pelayanan publik serta pengelolaan sarana dan prasarana.
Proses demokratisasi politik dan pemerintah tidak hanya menuntut profesionalisme
dan kemampuan aparatur dalam pelayanan publik, tetapi secara fundamental
menuntut terwujudnya kemeperintahan yang baik, bersih dan bebas korupsi, kolusi
dan nepotisme (good Governance dan clean government).
D1. Konsep good governance
Pemerintahan (government) adalah pengarahan dan adaministrasi yang berwenang
atas kegiatan orang-orang dalam sebuah negara, dan bisa juga berarti lembaga/badan
yang menyelenggarakan pemerintahan, negara, negara bagian atau kota, dsb.
Sedangkan istilah kepemerintahan berarti tindakan, fakta, pola dan kegiatan atau
penyelenggaraan pemerintah.
Governance menurut Sedarmayanti (2004 : 2) adalah suatu kegiatan/proses. Kooman
(1993) governance merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara
pemerintah dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas
kepentingan-kepentingan tersebut.
Istilah govenance juga mengandung arti pengurusan, pengelolaan, pengarahan,
pembinaan, penyelenggaraan dan bisa juga diartikan sebagai pemerintahan.
United nations development program (UNDP) yang berjudul gevernance for
sustainable human development (1997), mendefinisikan governance sebagai
pelaksanaan kewenangan/kekuasaan di bidang ekonomi, politik, dan administrasi
untuk mengelola berbagai urusan negara pada tingkatnya dan merupakan instrumen
kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan intergritas dan
kohesivitas sosial dala masyarakat.
Berikut secara konseptual pengertian kata good pada istilah good governance yaitu :
 Nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang
dapat menigkatkan kemampuan rakyat dalam mencapaitujuan nasional
kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.
 Aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan
tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Lembaga administrasi negara mengemukakan bahwa good governance berorientasi


pada :
 Pencapaian tujuan nasional
 Efektif dan efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional.

Lembaga administrasi negara (2000) menyimpulkan bahwa wujud good governace


adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta
efisien dan efektif dan menjaga kesinergisan interkasi yang konstruktif di antara
domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat. Selain itu, peraturan
pemerintah No. 101 tahun 2000 merumuskan arti good governance sebagai
kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip
profesionalitas, akuntabilitas, transfaransi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi,
efektifitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh masyrakat.
Adapun unsur-unsur dalam kepemerintahan (governance stakholders) sebagai
berikut :
 Negara/pemerintah (sebagai pelopor, stablisator, motivator, inovator dsb.)
 Sektor swasta (sebagai penyemarak di dunia perekonomian)
 Masyarakat madani (kelompok atau perseorangan yang berinterkasi secara
sosial, politik dan ekonomi)
D2.Penerapan prinsip good governance pada sektor publik
Perbedaan dasar yang melandasi antara konsepsi pemerintahan dengan pola
pemerintahan yang tradisional, adalah pada tuntutan yang diberika, dimana peran
pemerinya dikurangi dan peran masyarakat (dunia usaha dan lembaga swadaya,
oraganisasi no-permerintah) semakin ditingkatkan dan semakin terbuka aksesnya.
Dalam rencana strategis lembaga administrasi negara tahun 2000-2004, disebutkan
perlunya pendekatan baru dalam penyelenggaraan terwujudnya good governance,
yaitu : proses pengelolaaan pemerintah yang demokratis, profesional, menjunjung
tinggi supermasi hukum dan hak asasi manusia, desentralistik, partisipatif, transparan,
keadailan, bersih dan akuntabel, berdaya guna dab berorientasi pada penigkatan daya
saing bangsa.
Prisip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan
pemerintah menurut UNDP yaitu :
 Partisipasi (partisipation)
 Aturan hukum (rule of law)
 Transparansi (tranparency)
 Daya tanggap (responsiveness)
 Berorientasi konsensus (Consensus orientation)
 Berkeadilan (equality)
 Efektifitas dan efisiensi
 Akuntabilitas
 Visi strategis (strategic visian)

Lalu dapat disimpulakan bahwa ada 4 unsur yang memberi gambaran administrasi
publik yang berciri kepemerintahan yang baik, yaitu :
 Akuntabilitas
 Transparansi
 Keterbukaan
 Aturan hukum
Pemerintahan yang baik adalah pemerintah yang menghormati kedaulatan rakyat,
yang memiliki tugas pokok yang mencakup :
 Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia
 Memajukan kesejahteraan umum
 Mencerdaskan kehidupan bangsa
 Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Dalam ketetapan MPR No. II/MPR/2001 telah ditetapkan visi indonesia (visi
indonesia 2020), yaitu terwujudanya masyarakat indonesia yang religious, manusiawi,
bersatu demikratis, adil sejahtera, maju mandiri, serta baik dan bersih dalam
penyelenggaraan negara. Baik dan berish artinya : 1) terwujudnya penyelenggaraan
negara yang profesional, transparan, akuntabel, memiliki kredibilitas dan bebas
korupsi, kolusi dan nepotisme. 2) terbentuknya penyelenggaraan negara yang peka
dan tanggap terhadap kepentingan dan aspirasi rakyat di seluruh wilayah negara
termasuk daerah terpencil dan perbatasan serta berkembangnya transparansi dalam
budaya dan perilaku serta aktifitas politik dan pemerintahan.
Dalam rangka terselenggaranya good governance maka diperlukan pengembangan
dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas dan legitimate, sehingga
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secra berdaya
guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Bab VI. Fungsi Manajemen Dalam Administrasi Pembangunan

A. PERENCANAAN PEMBANGUNAN
a. Perencanaan pembangunan dan ruang lingkup pembangunan
Pembangunan merupakan sebuah proses menuju tercapainya tujuan negara. Sedangkan
perencanaan merupakan suatu proses yang kontinu yang meliputi dua aspek, yaitu formulasi
rencanan dan pelaksanaannya.
Menurut Tjokroamidjojo (1999), dalam proses perencanaan yang kontinu itu perlu kiranya
terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
1. Sifat rencana itu sendiri sebagai dasar pelaksanaanya sudah mengandung ciri-ciri
yang berorientasi kepada pelaksanaan.
2. Proses perencanaan tetap mengandung unsur kontuintas dan fleksibilitas.
3. Mengusahakan perencanaan dapat seoperasionil mungkin
4. Adanya sistem pengendalian pelaksanaan pembangunan yang mengusahakan
keserasian antar pelaksana dan perencanaan.
5. Bagi proses penyesuaian kembali rencana dan pelaksanaannya serta bagi
pengendalian pelaksanaan, diperlukan adanya sistem laporan dan evaluasi dalam
proses perencanaan.

Menurut bintoro, terdapat lima hal pokok yang harus diketahui sehubungan dengan
pembangunan, yaitu :
1. Permasalahan pembangunan suatu negara atau masyarakat yang dikaitkan dengan
sumber-sumber pembangunan yang dapat diusahakan yaitu sumber daya ekonomi dan
sumber daya lainnya
2. Tujuan serta rencana yang ingin dicapai
3. Kebijakan dan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran rencana dengan melihat
penggunaan sumber-sumbernya dan pemilihan alternatif-alternatifnya yang terbaik
4. Penterjemahan dalam program-program atau kegiatan yang lebih konkrit

Selanjutnya bintoro menegaskan bahwa tidak semua perencanaan adalah perencanaan


pembangunan. Perencanaan pembangunan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu adanya usaha
untuk mencapai tujuan pembangunaan tersebut.
Adapun usaha untuk mencapai tujuan pembangunan itu berkaitan dengan peranan
pemerintah sebagai pelapor pembangunan. Ciri-ciri pembangunan yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan pembangunan adalah suatu usaha yang melahirkan suatu rencana untuk
mencapai suatu rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap.
Hal ini dicermikan dalam usaha peningkatan produksi nasional yaitu berupa tingkat
laju pertumbuhan ekonomi yang positif.
2. Laju pertumbuhan ekonomi yang positif akan tercapai bila pertumbuhan penduduk
lebih kecil dari pertumbuhan ekonomi nasional.
3. Perencanaan pembangunan adalah usaha untuk melahirkan suatu rencana untuk
meningkatkan pendapatan perkapita.
4. Perencanaan pembangunanan adalah usaha untuk mengadakan perubahan
keseimbangan srtuktur ekonomi.
5. Perencanaan pembangunan adalah usaha untuk perluasan kesempatan kerja, artinya
menanggulangi pengangguran yang kentara atau tidak tersembunyi juga diupayakan
perluasan kesempatan kerja untuk menampung masuknya golongan usia kerja baru
dalam kehidupan ekonomi.
6. Perencanaan pembangunan adalah usaha untuk meratakan pembangunan khususnya
pemerataan pendapatan antar golongan-golongan dalam masyarakat dan pemerataan
antar daerah dan daerah lainya dalam wilayah negara.
7. Perencanaan pembangunan adalah usaha untuk membina lembaga-lembaga ekonomi
masyarakat yang lebih menunjang kegiatan pembangunan
8. Perencanaan pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan
membangun secara bertahap yang didasarkan kepada kemampuan nasional.
9. Perencanaan pembangunanadalah usaha yang dilakukan secara terus menerus untuk
menjaga kestabilan ekonomi.
10. Teradapat negara-negara yang mencamtumkan sebagai tujuan pembangunannya yaitu
hal-hal yang bersifat fundamental atau ideal yang harus dicapai dalam jangka
panjang.

b. Perencanaan di berbagai negara


Perencanaan di negara-negara sosialis
Negara sosialis lebih menyenangi perencanaan ketat dan terpusat baik mengenai
perencanaan ekonomi atau perencanaan pembangunan. Dengan perencanaan terpusat ini
maka pemerintah dengan ketat campur tangan dalam pengarahannya. Perencanaan yang ketat
dan terpusat ini telah dilakukan rusia pada tahun 1929 dan ternyata cupkup berhasil.
Perencanaan di negara maju
Negara-negara yang maju ini terkenal dengan sebutan kapitalis karena disini yang berlaku
adalah mekasinisme pasar dan harga secara leluasa. Artinya yang menentukan perkembangan
ekonomi adalah kekuatan-kekuatan pasar.
Perencanaan pembangunan di negara berkembang
Pada dasarnya negara berkembang melakukan perencanaan ekonomi atau pembangunan,
macam perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan proyek demi proyek


Perencanaan proyek demi proyek ini di lakukan di sektor publik. Perencanaan ini
tidak dilandasi oleh suatu kerangka dasar atau kebijakan yang bersifat meyatukan.
Oleh sebab itu antara proyek dengan proyek yang lain ada yang berkaitan dan ada
pula yang tidak barkaitan
b. Perencanaan sektoral
Perencanaan sektoral adalah perencanaan kebijakan dan kegitan usaha untuk
memperkembangkan bidang-bidang atau sektor-sektor pembangunan.
c. Perencanaan komprenhensif
Untuk mengatasi terjadinya tumpang tindih antara rencana-rencana sektoral seperti
yang telah dijelaskan diatas, maka banyak negara telah mulai dengan membentuk
suatu badan perencanaan yang diserahi tugas untuk menyusun rencana nasional yang
komprehensif.
d. Perencanaan regional
Pembangunan antar daerah dalam suatu negara biasanya berbeda-beda. Ada daerah
yang miskin dan ada pula daerah yang kaya, karena hal ini sangat bergantunng pada
pontensi atau sumber-sumber yang tersedia untuk membangun dalam daerah
tersebut. Kalau perkembangan daerah yang tidak merata antar daerah di biarkan saja,
maka menurut gunnar myrdal dalam bintoro dapat menimbulkan apa yang disebut
back wash effect yaitu menaikkan tenaga dan modal yang diperlukan ke tempat yang
mulai dibagun, sehingga daerah lain disekitar daerah tersebut menjadi mundur dan
terbelakangan.
Koordinasi Perencanaan Melalui Perencanaan Operasi
Perencanaan dapat terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah, dan
rencana tahunan. Rencana jangka panjang menjadi pedoman penyusunan rencana jangka
menengah. Rencana jangka menengah disusun dalam rangka perspektif jangka panjang
tersebut. Rencana tahunan kini diperkembangkan, sehingga mempakan bagian dan peralatan
dalam melaksanakan rencana jangka menengah dengan cara penyusunan kebijakan dan
program kegiatan yang lebih konkrit, sehingga perencanaan menjadi lebih operasional.
Supaya rencana lebih dapat dilaksanakan, maka perencanaan hams memuat isi yang operatif
dan diterjemahkan dalam program kegiatan spesifik, cara ini discbut dengan perencanaan
operasionil tahunan.
Dalam perencanaan temcbut rencana jangka mcnengah lcbih merupakan pedoman
pengarahan kegiatan dan perkembangan yang harus ditcmpuh, dan perlu disesuaikan sctiap
tahun pelaksanaah, sesuai dengan perkembangan kemajuan dan perubahan-perubahan di
bidang ekonomi, sosial, kapasitas administmsi, dunia swasm, tersedianya data statistik, serta
teknologi.
Suatu rencana yang bersifat operasioniil harus memberikan gambaran keadaan sosial
ckonomi pada tahun yang ldmpau, sumbersumber ekonomi yang tcrsedia untuk tahun
tertentu, gambaran mengenai kegiatan sosial ekonomi, penetapan tujuan dan kebijakan-
kebijakan untuk tahun yang bersangkutan, pcnetapan rencana investasi yang tepat,usunan
program-program sektoral, dan penetapan proyek-proyek yang akan dilakukan.
Untuk memberikan gambaran mengenai hal-hal tersebut di atas maka dalam proses
penyusunan rencana operasional tahunan, perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1.Mengadakan tinjauan terhadap kcadaan (review) tahun yang lalu dalam pclaksanaan
pembangunan dan mengadakan perkiraan perkembanagn tahunan yang akan datang
(forecast).
2. Suatu perkiraan mengenai perkembangan untuk tahun yang akan datang merupakan unsur
penting dalam penyusunan rencana memberikan kemungkinan pilihan mengenai tujuan, cara-
cara dan perkiraan pelaksanaan untuk rencana yang bersangkutan. Kualitas suatu perkiraan
sangat tergantung kepada hasil tinjauan dan data statistik yang tersedia dan kualitas informasi
yang dipakai, serta sistem operasional tahunan. Gunanya adalah untuk informasi dan
pelaporan dalam perencanaan.
3. Mengadakan penclitian mengcnai sumber-sumber yng dibutuhkan dan tersedia bagi
pembangunan, khususnya sumber-sumber pembiayaan, sumber-sumber bahan vital, dan
tenaga-ienaga penting untuk sektor-sektor prioritas.
4. Merumuskan tujuan dan perkiraan hasil pelaksanaan untuk tahun yang bersangkutan dalam
rangka realisasi rencana pembangunan jangka menengah serta pertimbangan-pertimbangan
kebijakan jangka pendek lainnya.
5. Menyusun suatu rangka kebijaksanaan pembangunan yang konsisten guna mendukung
Pelaksanaan pembangunan dan tercapainya tujuan
dan sasaran pembangunan tersebut di atas. Pola kebijakan ini menjadi landasan dan
pengarahan bagi program investasi dan merupakan suatu dukungan bagi pelaksanaan
program dan proyek-proyek Kebijakan yang harus dirumuskan adalah dibidang ekonomi
umum, kebijakan moneter dan fiskal, harga, perdagangan luar negerakebijakan di bidang
industri, dan sebagainya.
6. Menyusun rencana sektoral yang terdiri dari berbagai program yang konsisten sesuai
dengan kebijakan untuk mencapal tujuan rencana tahunan, selaras dengan prioritas yang telah
ditetapkan sebelumnya. Program-program ini kemudian diperinci dalam berbagai proyek-
proyek. Program kerja daripada program-program dan proyek- proyek pembangunan ini perlu
pula disusun dan dikaitkan sekaligus dengan rencana penyediaan pembiayaannya.
7. Mengusahakan adanya konsistensi antara perencanaan secara sektoral dan regional.
Pertimbangan regional penting “terutama mengenai penenman lokasi proyek-proyek.
8. Mengadakan koordinasi antara rencana investasi pemintah dan rencana yang akan
dilakukan oleh sektor swasta, sehingga dana pembangunan dan arah perkembangan berjalan
seefisien mungkin. Dalam hal ini termasuk kebijakan pengarahan perkreditan untuk investasi
dan penanaman modal pemsahaan-pemsahaan negara dan swasta.
Program dan Proyek Pembangunan
Suatu rencana operasionil tahunan akan memuat program-program sektoral tertentu
yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan rencana. Program tersebut kemudian diperinci
dalam proyek-proyek, dan selanjutnya setiap proyek dikaitkan dengan rencana pembiayaan.
Hal ini telah dikemukakan ketika menguraikan perlunya koordinasi antara rencana tahunan
dengan anggaran belanja negara
Suatu program pembangunan yang baik harus mempunyai paling
sedikit ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tujuan yang dirumuskan jelas.
2. Penentuan peralatan yang terbaik untuk pencapaian tujuan tersebut.
3. Suatu kerangka kebijaksanaan yang konsisten dan atau proyek-proyek yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan program se-efektif mungkin.
4. Pengukuran dengan ongkos—ongkos yang diperkirakan danbkeunttmgan-keuntungan yang
diharapkan akan dihasilkan program tersebut.
5. Hubungan dengan kegiatan-kegiatan lain dalam usaha pembangunan dan program
pembangunan lainnya. Suatu program pembangunan tidak berdiri sendiri.
6. Berbagai upaya dibidang manajemen, termasuk persediaan tenaga,pembiayaan dan lain-
lain untuk melaksanakan program tersebut.
didalam pengembangan suatu proyek dilampaui beberapa tahap yang memerlukan pemikiran
aspek adminsitratinya Tahap-tahap itu adalah:
1. Tahap pencetusan gagasan(conception)
2. Formulasi rencana atau program kerja proyek
3. Analisa dan evaluasi
4. Pelaksanaan proyek
5. Laporan dan feedback (termasuk pengawasan)
6. Evaluasi pelaksanaan hasil proyek

Proses Perencanaan di Indonesia


Tahapan Perencanaan:
Proses penyusunan rencana baik itu jangka panjang, menengah maupun tahunan dapat dibagi
dalam tiga tahap, yaitu:
1. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan periode sebelumnya bertujuan
untuk mendapatkan informasi tentang kapasitas lembaga pelaksana, kualitas rencana
sebelumnya, serta untuk memperkirakan kapasitas pencapaian kinerja di masa yang akan
datang.
2. Penyusunan Rencana
Penyusunan rencana terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penyiapan rancangan rencana pembangunan oleh Lembaga Perencana dan bersifat rasional,
ilmiah,menyeluruh, dan terukur;
b. Penyiapan rancangan rencana kerja oleh lembaga-lembagabpemerintah sesuai dengan
kewenangan dengan mengacu pada rancangan pembangunan;
c. Musyawarah perencanaan pembangunan; dan
d. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan
3. Penetapan Rencana
Pada tahap ini penetapan rencana dilakukan oleh pihak-pihak terkait yaitu para
pembuat kebijakan tertinggi dan perwakilan rakyat dalam sebuah sidang untuk menetapkan
landasan hukum bagi rencana pembangunan yang dihasilkan pada langkah kedua.Dalam
siding ini dihasilkan sebuah Peraturan Perundang-undangan tentang Perencanaan
Pembangunan Nasional/Daerah.
4. Pengendalian
Pengendalian pelaksanaan rencana adalah wewenang dan tanggungjawab pimpinan
lembaga/departemen. Rencana pembangunan yang telah disepakati dan telah disempurnakan
perlu dikukuhkan sebagai Produk hukum agar mengikat bagi semua pihak untuk
melaksanaknnya. Bergantung pada tingkatannya,landasan hukum menunjukkan tingkat
konsistensi antar rencana dan pelaksanaan yang diinginkan. Oleh karena rencana tahunan
menyatu dengan APBN/APBD, pengesahan rencana tahunan sudah ditetapkan dengan
UU/Perda sehingga pilihan yang ada hanya rencana jangka panjang dan menengah.
B. KOORDINASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
Usaha pembangunan menghendaki adanya kebijakan dan program-program
pembangunan. Perencanaan maupun pelaksanaan untuk mencapai tujuan kebijakan maupun
program tersebut harus dilakukan oleh badan-badan pemerintahan. Berbagai pelaksanaan
program dan
pencapaian sasaran pembangunan merupakan kegiatan yang bersifat antar sektor dan antar
lembaga. Seringkali hambatan, dalam pelaksanaan berbagai kegiatan usaha dan program
pembangunan disebabkan karena
kurangnya koordinasi. Hal ini lebih-lebih lagi dengan meningkatnya macam program yang
bersifat antar lembaga, misalnya saja program mengenai pengendalian lingkungan, program
keluarga berencana, program peningkatan produksi pertanian (hal ini menyangkut unsur-
unsur pertanian, pekerjaan umum, perdagangan, perbankan dan lain-lain program perkotaan
dan lain-lain )
Hal yang tidak kurang pentingnya adalah masalah komunikasi dan koordinasi pelaksanaan
berbagi program di dalam sesuatu sektor atau antar-sektor, terutama yang memperoleh
prioritas dan yang melibatkan berbagai departemen/lembaga tersebut.
Pertama, perlu ditentukan secara jelas siapa badan/lembaga manayang secara fungsional akan
diserahi wewenang mengkoordinasikan program di dalam suatu sektor atau antar-sektor.
tersebut. Sebaiknya wewenang tersebut diletakkan pada badan/lembaga Yang secara
fungsional paling bertanggungjawab atas program- program sektor atau antar sektor tersebut.
Tetapi seringkali diberikan kepada suatu badan atau pejabat yang wewenangnya memang
koordinasi antar ' lembaga.
(Misalnya saja Menteri Koordinasi Bidang Ekonomi atau Menteri Koordinasi Bidang
Kesejahteraan Rakyat).
Kedua, perlu diperhatikan penyusunan program pelaksanaan yang jelas dan baik. Dengan ini
diharapkan kejelasan tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh masing-masing badan
atau lembaga yang berhubungan. Program koordinatif ini diusahakan sedemikian rupa
sehingga saling menunjang untuk mencapai hal yang merupakan kepentingan bersama.
Ketiga, dalam program pelaksanaan itu, dasar prinsip fungsionalisasi perlu dituangkan ke
dalam rangkaian prosedur yang serasi, jelas, dan ditaati oleh semua pihak yang terlibat dalam
hubungan pelaksanaan program tersebut. Dalam hal ini diperlukan bentuk dan cara kerja
masing-masing organisasi yang sesuai dan jelas. Seringkali perlu diperhatikan tahap-tahap
pelaksanaannya, misalnya tahap peralihan, konsolidasi dan seterusnya.
Keempat, perlu pula dikembangkan hubungan kerja yang lebih baik, antara lain dalam bentuk
badan kerjasama atau suatu panitia kerjasama dengan tanggungjawab koordinasi yang jelas.
Namun perlu dijaga agar hal ini tidak mengurangi tugas-tugas dan tanggungjawab unit-unit
organisasi yang telah ada secara fungsionil. Di Indonesia hal ini misalnya terjadi dengan
adanya Badan Koordinasi Berencana Nasional dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Kelima, perlu pula diusahakan koordinasi melalui proses penyusunan anggaran dan
pelaksanaan pembiayaannya. Hal ini senada dengan yang pernah disampaikan oleh menteri
keuangan RI tahun 2008.
Koordinasi pelaksanaan pembangunan ini perlu pula dilakukan pada tingkat tertinggi
pemerintahan. Maksudnya adalah supaya kekurangserasian, hambatan, kelemahan disatu segi
di dalam pelaksanaan Pembangunan, pengambilan keputusan untuk koreksinya tetap di dalam
rangka konsistensi pelaksanaan secara menyeluruh. Dalam banyak negara, hal ini dilakukan
dalam suatu dewan pembangunan nasional atau yang semacamnya.
C. PENGAWASAN DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
Perkembangan pelaksanaan pembangunan diusahakan untuk secara terus menerus
dimonitor, sehingga dapat diukur pelaksanaannya. Hal ini biasanya dilakukan melalui sistem
pelaporan kemajuan, review dan evaluasi serta penyajian hasil monitor untuk keperluan
kebijakan pengambilan keputusan, perencanaan kembali (reformulasi) dan pelaksanaan
kembali (re-implementasi).
Untuk kepentingan pelaporan pelaksanaan pembangunan, terutama pelaksanaan
program-program dan proyek-proyek pembangunan pada umumnya, yang didesain suatu
format laporan tertentu. Format laporan itu memuat data-data perkembangan, sesuai dengan
rencana kerja dariprogram maupuin poyek pembangtman yng bersangkutan. Laporan dapat
memuat pelaksanaan kegiatan fisik dan ada pula yang digabung dengan laporan pelaksanaan
pembiayaannya. Dalam sistem laporan ini seringkali terdapat kesulitan utama yaitu dalam
menentukan kriteria dan indikator kemajuan. Terutama bila hal ini diterapkan pada kegiatan
atau proyek- proyek yang bersifat atau dibidang sosial.
Suatu sistem pelaporan yang baik akan memberikan sumbangan bagi pengawasan,
penyusunan review dan evaluasi. Suatu keadaan pelaporan yang kurang representatif,
mtmgkin akan memberikan kemungkinan kesalahan—kesalahan dalam pengambilan
keputusan. Dalam bidang ini perlu pula pengembangan statistik, supaya dapat tersedia
informasi yang tepat pada waktunya. Mengenai review dan evaluasi, dapat dibedakan antara
review dan evaluasi yang memberikan gambaran dasar bagi titik take of untuk rencana
selanjutnya Atau memberikan gambaran keadaan potensi maupun hambatan keadaan sewaktu
akan dimulai pelaksanaan rencana berikutnya.
Agar pelaksanaan administrasi dapat dipertanggungjawabkan, menurut Tjokroamidjojo
( 1995 :213), maka dapat dilakukan empat cara yaitu:
1, Terdapatnya sistem dalam pelaksanaan administrasi itu sendiri yang menyebabkan ia dapat
membatasi diri dalam pelaksanaan kebijakan politik yang telah ditentukan oleh kehendak
politik bangsa dalam proses politik.
2. “Pengawasan serta hak—hak yng dipunyai oleh badan legislatif untuk mengusahakan
pelaksanaan pemerintahan sejalan atau sesuai dengan kehendak politik yang telah ditetapkan.
3. Di negara-negara yang memberikan kedudukan yang kuat, bebas dan cukup tinggi kepada
kekuasaan yudisiil, maka kekuasaan ini juga mempunyai hak-hak pengawasan terhadap
pelaksanaan pemerintahan.
4. Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri melalui organisasi-organisasi
masyarakat, kelompok kepentingan dan saluran-saluran lain yang dapat dilakukan dalam
proses politik suatu negara tertentu, terhadap pelaksanaan pemerintahan.
D. PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN
Pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang kontinu dan terus menerus
dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Dan di negara-
negara baru berkembang usaha pembaharuan ini seperti telah dikemukakan terdahulu, pada
umumnya dilakukan dengan peranan pemerintah yang aktif, dan dengan usaha secara
berencana. Pembangunan yang meliputi segala segi kehidupan politik, ekonomi, sosial,
budaya itu baru akan berhasil, apabila merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi
seluruh rakyat dalam suatu negara Tidak saja dari pengambil kebijaksanaan tertinggi,
perencana pemimpin pelaksana operasioniil, tetapi juga dari petani-petani yang masih
tradisional, nelayan, buruh pedagang kecil dan lain-lain.
Administrasi pembangunan tidak hanya berarti kemampuan untuk menetapkan
Strategi pembangunan yang baik, kemudian diperinci dalam rencana-rencana dan
diterjemahkan dalam kegiatan-kegiatan nyata yang efektif dalam pelaksanaan pemerintahan,
tetapi juga hendaknya dapat menimbulkan respon dan kerjasama seluruh rakyat (seluruh ini
tentu saja relatif) dalam proses pembangunan tersebut. administrasi pembangunan juga
berperan untuk melibatkan (belum tentu dalam cara-cara langsung) kegiatan masyarakat luas,
sesuai dengan arah dan kebijakansanaan yang ditetapkan dalam proses pembangunan. di sini
terlihat 4 aspek penting dalam partisipasi dalam pembangunan yaitu:
1. Terlibat dan ikut sertanya rakyat tersebut dengan mekanisme proses politik dalam
suatu negara turut menentukan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yng dilakukan
pemerintah. Dalam masyarakat demokratis maka arah dan tujuan pembangunan hendaknya
mencerminkan kepentingan masyarakat. Cermin dari kepentingan masyarakat ini dilakukan
melalui partisipasi rakyat didalam keterlibatan politik mereka dalam proses politik.
Pengembangan keterlibatan dalam perumusan kebijakasanaan pembangunan ini tidak saja
ditekankan oleh suatu organisasi seperti PBB, tetapi salah seorang ahli seperti Waldo.
2. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan-tujuan terutama
cara-cara dalam merencanakan tujuan itu yang sebaiknya. Oleh karena itu pada umumnya
pemerintahan perlu memberikan pengarahan mengenai tujuan dan cara-cara mencapai tujuan
pembangunan tersebut. Dalam partisipasi pembangunan perlu dikembangkan kemampuan-
kemampuan masyarakat dan terutama organisasi-organisasi masyarakat sendiri untuk
mendukung proses pembangunan. Hal ini disebabkan karena proses pembangunan sering kali
memerlukan pembaharuan orientasi, nilai-nilai, Sikap-sikap maupun struktur kelembagaan
dalam masyarakat. Satu hal yang paling menonjol misalnya adalah, masrh kurang terbinanya
terutama ditingkat menengah di dalam masyarakat sedangkan hal ini amat penting untuk
gairahan ekonomi dalam masyarakat “entepreneur” yang sedang berkembang. sedangkan hal
ini amat penting untuk menampung kegiatan dan kegairahan ekonomi dalam masyarakat
sendiri.
3. partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang konsisten dengan arah, strategi dan
rencana yang telah ditentukan dalam proses politik. Dalam hal ini tergantung sistem dan tata
cara penyelenggaraan pemerintahan yang berlaku dalam suatu negara. Ada kalanya
pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan yang lebih bersifat mobilisasi daripada
partisipasi, misalnya saja pengerahan tenaga untuk bekerja secara sementara waktu pada
kegiatan usaha-usaha tertentu yang bersifat pembangunan. Cara ini mirip dengan wajib dinas
militter, tetapi kegiatannya bersifat sosial-ekonomi. Mobilisasi kegiatan ini dapat dikenakan
antara lain kepada pekerja-pekerja di kota untuk bekerja di daerah pedesaan atau dalam
rangka pembangunan wilayah sungai, penghijauan hutan dan lain-lain. Demikian pula
seringkali dikenakan kepada mahasiswa-mahasiswa dalam rangka kegiatan kemasyarakatan
mereka. Namun kegiatan yang disebutkan di sini juga dapat dilakukan berdasarkan prinsip-
prinsip kesukarelaan dan dengan demikian lebih bersifat partisipasi.
4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam
pembangunan yang berencana. Program-program ini dalam suatu tingkat tertentu
memberikan kesempatan secara langsung kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam
rencana menyangkut kesejahteraan mereka, dan juga secara langsung melaksanakan sendiri
serta memetik hasil program tersebut. Program-program partisipatif ini misalnya adalah
program perbaikan hidup pada tingkat lokal tertentu, pembangunan masyarakat desa,
program kredit usaha menengah, usaha pengembangan pertanian melalui pengusaha tanah
yang tidak besar (land departmen scheme , program pendidikan masyarakat bahkan hubungan
baik antara manajemen dengan serikat pekerja dengan pengembangan kegiatan perusahaan,
dan sebagainya. Hal ini lebih-lebih lagi diingat bahwa dalam pembangunan dan pembaharuan
politik, salah satu perhatian adalah terdapatnya kontradiksi-kontradiksi dalam tuntutan-
tuntutan yang bertambah (rising demands) terhadap persamaan (aquality). Selain partisipasi
merupakan salah satu unsur dalam pembangunan politik, partisipasi dapat pula dijadikan
landasan bagi pembangunan politik dan pembangunan bangsa (nation building). Di beberapa
negara tertentu, dikembangkan program-program partisipasi antar golongan masyarakat
dalam bentuk asosiasi penduduk (people assosiation) yang dimaksudkan untuk
menumbuhkan solidaritas nasional, perasaan identitas nasional dan pengembangan iklim
kerja yang baik dalam suatu masyarakat yang majemuk.
Tiga hal penting lainnya mendapat perhatian administrasi pembangunan dalam rangka
partisipatif pembangunan yaitu:
1. Kepemimpinan
Unsur pertama dari proses pengendalian usaha dalam pembangunan ditentukan sekali
oleh adanya kepemimpinan, serta kualitas kepemimpinan. Peranan kepemimpinan nasional
dan kepemimpinan politik suatu bangsa adalah amat menentukan. Bahkan seringkali menjadi
penentu utama dari bisa atau tidaknya proses pembangunan terselenggara. Ia yang
mempunyai atau menerima gagasan-agasan pembaharuan dan pembangunan, dan mampu
berkomunikasi melalui otoritasnya dalam meyakinkan dan kemudian untuk menterjemahkan
dalam pengendalian usaha yang menyeluruh terselenggamya proses pembangunan tersebut.
Namun demikian supaya proses pembangunan ini berjalan secara terus menerus, dan menjadi
kekuatan yang berkembang di dalam masyarakat itu sendiri, maka dibutuhkan banyak
pembinaan dalam segi kepemimpinan ini. Dibidang administraasi negara sendiri, serta
organisasi-organisai yang terkait dengannya, diperlukan pemimpin-pemimpin formil, yaitu
pemimpin yang mendapat legalitas dan kekuasaan formil (pemerintah). Kepemimpinan
formil adalah kepemimpinan karena posisi dan kekuasaan legalnya. Tetapi ada juga
kebutuhan akan peranan kepemimipinan karena kepribadian dan gaya persuasinya. Partisipasi
masyarakat terutama masyarakat di perdesaan justru lebih banyak membutuhkan tipe
kepemimpinan yang ditokohkan atau yang dituakan oleh masyarakat, biasanya disebut
sebagai tokoh masyarakat, pemuka agama, kepala adapt dan sebagainya. Kepemimpinan ini
sering disebut sebaut sebagai pemimpin informa . Maka pemerintah selaku penumpin formal
harus mampu bekerjasama dengan pemimpin informal.
2. Komunikasi
Segi lain yang mendapat perhatian administrasi pembangunan untuk lebih terdapatnya
partisipasi, adalah komunikasi. Gagasan-gagasan, kebijakan, rencana hanya akan mendapat
dukimgan bila diketahui dan kemudian dimengerti. Bahwa hal-hal tersebut mencerminkan
sebagian atau seluruh kepentingan dan aspirasi masyarakat (kelompok masyarakat).
Kemudian diterima secara pengertian oleh masyarakat, bahwa hasil dari kebijkan rencana itu
akan betul-betul sebagian atau seluruhnya akan dipetik oleh masyarakat. Komunikasi bukan
hanya penerangan, biarpun penerangan suatu hal yang penting, tetapi penerangan
menumbuhkan suatu iklim pengertian aspirasi dan kepentingan berbagai kelompok
masyarakat dan pengembangan kepada tujuan-tujuan yang bersifat pembangunan secara
nasional.
3. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan individu untuk melakukan sesuatu. Masyarakat
tradisional di negara berkembang biasanya memiliki motivasi yang rendah. Mereka
cenderung memilih sikap pasrah terhadap ada yang ada di depannya. Kondisi seperti ini
mengharuskan pemerintah juga termotivasi untuk memberikan dorongan kepada masyarakat
agar turut serta dalam pembangunan.
BAB VII Pembangunan Administrasi Dalam Rangka Administrasi Pembangunan

A. Langkah-langkah dalam Administrasi Pembangunan


Ciri kegiatan pembangunan adalah dilaksanakan secara sadar, komprehensif,
terencana, bertahap, dan berkesinambungan. Sembilan langkah yang didasarkan
kepada pemikiran Siagian yang tertuang dalam bukunya (2004:151) yakni sebagai
berikut:
1. Menumbuhkan Motivasi untuk Membangun

Konsep pembangunan mengandung pandangan bahwa melalui kegiatan


pembangunan , mutu hidup dalam semua aspeknya dapat diubah. Hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mengubah mutu hidup yakni melalui proses sosialisasi kebijakan
nasional, penyebaran informasi, perluasan wawasan, dan peningkatan kecerdasan.

2. Perumusan dan Pengambilan Keputusan Politik

Pengambilan keputusan politik merupakan fungsi dari tokoh yang mendapat


kepercayaan untuk duduk di lembaga legislatif atau perwaklan rakyat. Pengambilan
keputusan politik tidak bisa dipisahkan dari pelaksananya, tetapi juga oleh
pertimbangan lainnya, seperti: a) Pemerintah memiliki berbagai jenis informasi yang
dapat dijadikan bahan masukan, b) Hanya pemerintah yang memiliki aparat yang
menjangkau pelosok wilayahnya, c) Pemerintahlah yang harus menjadi
penanggungjawab tindakan operasionalnya.

3. Peletakkan Dasar Hukum

Diperlukannya dasar hukum untuk: a) menentukan, menggarap, dan mobilisasi


dana, b) penentuan lahan, c) perlakuan terhadap investor, d) peraturan lain yang
diarahkan untuk menjamin bahwa tidak ada kegiatan penyelenggaraan pembangunan
tanpa dasar hukum.

4. Perumusan Rencana Pembangunan Nasional

Pembangunan nasional merupakan upaya negara bangsa dalam rangka


pencapaian tujuan akhirnya. Pembangunan memiliki ciri seperti komprehensif,
konsisten, sistematik, progmatik, dan berkelanjutan.
5. Penetuan dan Perumusan Program Kerja

Penyusunan program kerja merupakan upaya untuk lebih memahami situasi,


kondisi, jenis dan bentuk masa depan yang akan diperkirakan akan dihadapi sehingga
faktor ketidakpastian berkurang, perubahan dapat diantisipasi dan diberikan respons,
skala prioritas makin tajam, sasaran makin konkrit, kurun waktu makin pendek dan
sebagainya.

6. Penentuan Berbagai Proyek Pembangunan

Sangat diperlukan aturan main tentang siapa saja yang harus mengerjakan
suatu proyek dalam bentuk peraturan perundangan.

7. Implementasi Rencana dan Program Kerja

Diperlukan instrumen sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan dilihat dari


tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja.

8. Pentingnya Sistem Penilaian

Penyelenggaraan fungsi ini memungkinkan manajemen mebandingkan hasil


yang seharusnya dicapai melaui pelaksanaan kegiatan tertentu dengan hasil yang
senyatanya dicapai.

9. Pentingnya Mekanisme Umpan Balik

Kesinambungan akan sangat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai umpan


balik, bila perlu mengkaji ulang seluruh proses sebelumnya, termasuk misi, rumusan
strategi, rencana, program kerja maupun kegiatan operasional.

Paradigma klasikal administrasi negara perlu ditinjau ulang dan dipilih mana
yang masih berlaku dan paradigma baru apa yang perlu ditambahkan sehingga sesuai
dengan tuntutan pembangunan nasional.

B. Paradigma Baru dalam Administrasi Negara


Disampaikan oleh Siagian (2004:159) mengenai paradigma baru administrasi
negara yakni sebagai berikut:
Aparatur yang Berdaya Guna

Daya guna (efisiensi) merupakan salah satu prinsip manajemen yang harus selalu
dipegang teguh oleh semua pihak.

Aparatur yang Berhasil Guna

Aparatur yang berhasil guna atau efektif berarti mampu memanfaatkan dana, daya,
sarana, prasarana, dan sumber daya yang telah ditentukan atau dialokasikan dengan
hasil yang optimal dalam batas waktu tertentu yang telah ditetapkan.

Aparatur yang Produktif

Produktivitas kerja pada dasarnya berarti perolehan hasil yang maksimal dengan
menggunakan masukan yang minimal. Proses yang terjadi haruslah efektif dan
efisien.

Aparatur yang Bersih

Aparatur negara yang bersih merupakan bagian integral dari kebijaksanaan umum
yang ditempuh oleh pemeruintah suatu negara dalam menjalankan roda pemerintahan.

Aparatur yang Berwibawa

Kewibawaan aparat bisa ditimbulkan oleh: a) kemampuan memberikan pelayanan


yang cepat, aman, dengan prosedur sederhana tetapi bersahabat, b) pengetahuan yang
mendalam tentang bidang tugas yang menjadi tanggung jawabnya, c) kemahiran dan
keterampilan yang tinggi dalam penyelenggaraan fungsinya, d) disegani, e)
kepemilikan informasi yang tidak dimiliki oleh pihak manapun.

Aparatur yang Profesional

Kehandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu yang tinggi,
waktu yang tepat, cermat dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh
masyarakat selaku yang dilayani.

Aparatur yang Kreatif

Aparatur pemerintah dituntut untuk memiliki tingkat kreativitas yang tinggi. Para
pelaksana berprakarsa dalam pelaksanaan tugas.
Aparatur yang Inovatif

Perwujudannya berupa hasrat dan tekad untuk selalu mencari, menemukan dan
menggunakan cara kerja baru, metode kerja baru dan teknik baru dalam pelaksanaan
tugas pekerjaan.

Aparatur yang Transparan

Transparansi atau keterbukaan harus dilakukan karena dengan demikian masyarakat


dapat mengetahui berbagai hal seperti: a) tidak adanya tindakan pemerintah yang
merugikan rakyat, b) oknum dalam birokrasi yang menyalahgunakan kekuasaan atau
kewenangannya, c) prosedur perolehan haknya, d) penegakan hukum yang tidak
pandang bulu, dan segi bernegara lainnya yang benar-benar menjurus pada
peningkatan mutu hidup.

Aparatur yang Tanggap

Birokrasi pemerintahan yang berorientasi pada hasil (result oriented) serta memiliki
kemampuan yang tinggi untuk memecahkan masalah (problem solving).

Aparatur yang Peka

Kepekaan aparatur dalam hal ini kecekatan memanfaatkannya sehingga menjadi


pendorong bagi peningkatan knerja di masa depan yang pada gilirannya akan
meningkatkan wibawa pemerintah dan kepuasan bagi para pelaksananya.

Aparatur yang Antisipatif dan Proaktif

Aparatur mampu mengenali sifat, jenis dan bentuk perubahan yang terjadi dan
mengantisipasinya secara dini.

Aparatur yang Mempunyai Visi

Aparatur pemerintah perlu memahami sejarah dan mampu belajar daripadanya agar
faktor keberhasilan dapat dimanfaatkan dan dikembangkan dan pada waktu yang
bersamaan kesalahan yang mungkin pernah dilakukan tidak diulang lagi.

Paradigma baru ini diharapkan memberikan perubahan yang positif terhadap


apa yang sudah banyak dikeluhkan oleh masyarakat tentang birokrasi.
Bab VIII Gender Dalam Pembangunan
A. Posisi Perempuan dalam Pembangunan dan Pemerintahan
Pembangunan tata ruang pemerintahan memerlukan adanya sebuah interaksi
untuk berpartisispasi dalam sebuah proses politik. Dalam hal ini keterlinatkan tidak
hanya pada kaum laki-laki saja, perempuan juga termasuk. Namun, pada nyatanya
keterlibatan perempuan dalam proses pemerintahan ternyata rendah dikarenakan pola
pikir atau mind-set dari masyarakat yang ada dalam masyarakat itu sendiri ksusunya
kaum laki-laki, sehingga menyebabkan adanya keterpinggiran bagi kaum hawa.
Sebagian dari perempuan telah mencoba untuk menjalanakan peran public,
tetapi hanya sebagai pelengkapnya saja. Pekerjaan yang biasa di perankan oleh
perempuan dalam urusan public yaitu MC, penerima tamu, serta sesi konsumsi saja.
Dapat kita ketahui perempaun pada umunya mengatur urusan rumah tangga
khususnya sebagai aktor pelaku serta korban yang mana dalam hal ini ditakutkan akan
mempengaruhi dari urusan publik, oleh karena itu pula perempuan jarang mengambil
peran aktif di dalam urusan publik.
Hal menarik yang justru kebanyakan dari kaum perempuan yang mengambil
peran-peran aktif yaitu pada kegiatan-kegiatan sosial. Kegiatan-kegiatan sosial berupa
PKK, posyandu, majelis taklim, serta arisan bagi istri dari kepala kantor dan istri-istri
para pegawai negeri biasa. Hal ini menjadi sebuah toleransi bagi masyarakat terhadap
kaum perempaun dan telah mentradisi. Peristiwa ini juga menjadi keharusan bagi
kaum perempuan-perempuan yang menjadi sebuah keharusan serta tuntutan dari
sebuah peran sosial.
Dalam hal ini juga terbentuk sebuah pola bahwa kaum laki-lai yang
mengambil peran urusan politik, urusan mencari nafkah dalam keluarga, serta
berususan dengan hal yang kotor-kotor, sehingga dalam hal ini perempuan hanya
difokuskan dengan urusan rumah tangga seperti mengurus anak. Dalam konteks ini
pula menyangkut pada pemilihan politik yang dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan, yang mana perempuan biasanya akan mengikuti pada pilihan suami
mereka, tetapi era sekarang ini perempuan memiliki pola piker piker tersendiri yang
biasanya meliahat dari pemapilan fisik sehingga dari sini mulai ada perlawanan dalam
memilih jalurnya sendiri khususnya hal memilih pilihan politiknya.
B. Persepsi tentang Partisipasi Politik dan Pembangunan
Adanya sebuah persepsi dalam masyarakat akan sangat mempengaruhi
terhadap partisipasi dalam politik baik dalam berperilaku, bersikap serta berindak.
Sebuah persepsi yang baik akan memunculkan sikap-sikap simpati serta empati.
Sebaliknya, sebuah persepsi yang buruk cenderung akan akan memunculkan sikap
antipati sehingga apatisme. Persepsi mulai muncul dari seperangkat nilai yang
terkristal dalam diri seseorang melalui berbagai proses interaksi sosial sebagai wahana
pendidikan nilai yang berlangsung dalam lingkungan masyarakatnya.
Adanya sebuah mind-set bahwa kaum laki-laki yang bertanggung jawab atas
urusan public, masalah pemerintahan, pembangunan, serta politik sehingga membuat
kaum perempuan juga ber mind-set untuk menjauhi hal-hal tersebut, namun hal ini
menjadi sebuah kewajaran saja. Hal ini menjadi sebuah kewajaran karena mengingat
bahwa perempuan tidak hanya menjalankan peran-peran domestic yang selama ini
dipahami, bahkan tiga peran sekaligus telah dijakankan oleh perempuan. Ketiga peran
tersebuat yaitu :
A. Peran domestic yang terkait tanggung jawab perempuan yaitu dalam urusan rumah
tangga,
B. Peran produktif yang terkait dengan tanggung jawab perempuan dalam bidang
ekonomi untuk menghasilkan uang dan juga meringankan beban ekonomi
keluarga,
C. Peran sosial yaitu tanggung jawabg untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial
kemasyarakatan mewakili keluarga seperti menghadiri arisan, posyandu, kegiatan
PKK, serta pengajian.

Adanya sebuah peran domestic dianggap rendah dimata laki-laki karena hal itu
dianggap kewajaran semata, sementara peran sosial dan peran produktif peremuan
lebih ke sosial dan kegiatan politik harus dijauhi oleh kaum perempuan, dan peran
domestic yang mana perempuan menjauhkan dri arus politik yang seharusnya tidak
ada kaitannya sama sekali dengan soal-soal public. Dalam domestikasi peran
perempuan berdampak pada lemahnya posisi khususnya dalam pengambilan
kebijakan politik dalam gender.
Pemahan perempaun akan partisipasi dari pemahaman serta temuan-temuan
memperlihatkan bahwa pemahaman perempuan tentang partisipasi masih terbatas
pada aspek formal yang mengaitkan dengan kegiatan politik. Dalam hal pemilihan
umum misalnya, dalam hal ini kaum laki-laki di anggap sudah mewakili atas
kepentingan keluarga dan mencakup juga kepentingan perempuan didalamnya, dan
perempuan merasa tak perlu lagi repot-repot dalam pemilihan umum. Kepentingan
perempuan adalah kepentingan keluarga, dan pada akhirnya akan menjadi
kepentingan masyarakat. Persoalan mengenai terjadinya sebuah perpisahan dalam
sebuah keluarga itu karena efek samping dari sejumlsah masalah yang yang dialami
atau yang ada dalam keluarga tersebut.
C. Faktor-Faktor dan Masalah yang Menghambat

Perempuan dianggap menjadi penghambat dalam terjadinya sebuah


pembangunan. Persepsi bahwa perempuan tidak pantas dalaqm jabatan-jabatan public
dan politik karena sifat-sifatnya yang halus dan memiliki tugas-tugas khusus di
rumah. Dalam hal ini, ada beberapa factor yang menghambat keterlibatan perempuan
dalam sebuah pembangunan yaitu :
1. factor Kultural
Factor cultural ialah yang berkaitan dengan konstruk tradisi yang
berlaku di dalam masyarakat. Perempuan sangat rendah sekali berpartisipasi
dalam pembangunan. Hambatan pembangunannya yaitu :
- Persepsi perempuan terhadap sifat aktivitas pembangunan yang berkaitan
dengan kegiatan rapat di malam hari,paradigm kalah-menang dalam
politik, dianggap bertentangan dengan nilai yang berlaku di dalam
masyarakat dan bagi perempuan ini bertentangan dengan kodratnya.
- Peran domestic artinya perempuan juga dapat menjadi mitra kerja bagi
suaminya edalam perekonomian keluarga
- Pandangan agama dimaknai, perempuan perempuan melakukan aktifitas
politik bukan karena keinginan merubah terhadap realitas sosial tetapi
lebih kepada pengabdian sehingga jarang muncul tindakan bermakna
untuk memperbaiki perempuan dalam organisasi politik.

2. Faktor Struktural
Dalam factor structural ini berupa rendahnya tingkat pendidikan
perempuan. Adanya hal tersebut memuncukan sebuah kendala structural yaitu
kendala structural yang tidak peka terhadap gender dan ini yang membuat
makin mengecilnya kandidat perempuan dalam partai politik. Hal ini juga
yang menyebabkan tidak tersampainya sebuah aspirasi kaum perempuan
dalam pembuatan kebijakan publik yang mana sentisif akan sebuah gender.
Untuk mendapatkan sebuah kader perempuan yang berkualitas dinilai sangat
sulit, bukan karena pendidikannya tetapi karena kemauan terjun dalam partai
politik. Sebenarnya hal ini bergantung juga pada dukungan modal dari suami
yang telah bekerja dalam partai politik serta dari keluarga yang telah mapan
dan berdiam pada partai politik juga.
Dalam kendala faktor cultural serta structural mempunyai kendala-
kendala tersendiri, namun yang lebih nampak yaitu pada factor kulturalnya.
Kegiatan-kegiatan diskusi yang biasanya dilakukan pada malam hari, penuh
dengan kepulan asap rokok serta wejangan kopi dianggap kurang pantas saja
jika perempuan ada di dalamnya. Adapun bila memang dalam sebuah diskusi
terdapat perempuan biasanya dianggap sebagai penyegar rapat semata dan
sebagiannya merupakan bagian dari kultur aktivitas politik yang memperkecil
ruang gerak perempuan. Contoh hal nya dalam forum diskusi tingkat RT/RW
yang mana biasanya diselingi dengan permainan catur ataupun kartu, hal ini
sangat bertolak belakang dengan kultur kaum perempuan.
Simpulan ekspolari dari sebuah hasil penelitian tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Keterlibatakan perempuan dalam aktivitas public mulai dari tingkat
RT/RW atau organisasi masyarakat masih jauh dari harapan.
2. Kegiatan atau aktivitas politik dianggap bertolak belakang dengan
kodrat perempuan serta kegiatan seperti nongkrong denngan adanya
wejangan kopi, kepulan asap menjadi hal yang tidak wajar di kalangan
kaum perempuan.
3. Partisipasi perempuan dalam sektor public masih relative terbatas.
4. Peran domestic yang di titi kaum oerempuan sebagai jalan hidup
adalah sebuah keniscayaan yang harus dimaknai sebagai dedikasi
terhadap peran yang bersifat given, bahkan ibadah yang bernilai
transedental.
5. Factor yang mempengaruhi secara dominan terhadap partisipasi
perempuan dalam pembgangunan daerah yaitu factor religi, serta
budaya masyarakat tercermin dari mind-set yang telah mentradisi

Anda mungkin juga menyukai