Disusun Oleh:
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Perkembangan Ekologi Administrasi Publik dan Nilai-Nilai Lokal.
Shalawat serta salam tetap tersanjung kepada Nabi Muhammad SAW yang
merupakan suri tauladan bagi kami. Tidak lupa juga kami ucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan arahan, serta
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dalam
mata kuliah Ekologi Administrasi. Kami menyadari bahwasanya masih terdapat
kekurangan dalam penyusunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
menerima kritik dan saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu administrasi kapanpun dan dimanapun sebagai sebuah ilmu
mempunya sifat yang umum dan universal dalam tatanan kehidupan
manusia. Salah satu inti dari sifat yang umum ini adalah pelayanan publik
yang bertujuan untuk menyejahterakan dan memenuhi kebutuhan public
dengan cara menyediakan barang dan jasa melalui pengaturan yang tak
lepas dari kepemimpinan dalam setiap aspeknya.
Menurut Sahya (2018: 147) kehidupan manusia yang di dalamnya
terdapat kepemimpinan telah diatur oleh prinsip-prinsip yang berlaku
secara alamiah dan bersifat universal.
Di dalam kehidupan atau kepemimpinan, prinsip-prinsip di atas
dianalogikan sebagai kompas atau arah petunjuk bagi seseorang yang
sedang menempuh perjalanan. Walau demikian, orang yang sedang
menempuh perjalanan bukan hanya membutuhkan kompas, tetapi juga alat
petunjuk lainnya yaitu peta untuk sampai ke tempat yang dituju dengan
tepat dan akurat. Peta dalam kehidupan atau kepemimpinan adalah norma-
norma sosial, baik berasal dari agama maupun kebudayaan masyarakat
bersangkutan. Nilai-nilai sosial yang dianut seseorang atau seorang
pemimpin pada dasarnya bersifat pribadi, emosional, dan subjektif
sehingga dapat diperdebatkan atau dikaji mendalam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penyusun
merumuskan masalah yang akan menjadi fokus penulisan makalah sebagai
berikut.
1
1. Apa konsep dasar dari kearifan lokal dalam ekologi administrasi?
2. Apa itu kepemimpinan lokal?
3. Apa nilai-nilai ekologis kepemimpinan administrasi?
4. Bagaimana tipologi dan peran kepemimpinan dalam pembangunan
administrasi publik?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan
penyusunan makalah ini adalah, sebagai berikut.
1. Mengetahui konsep dasar dari kearifan lokal dalam ekologi
administrasi.
2. Mengetahui maksud dari kepemimpinan lokal.
3. Mengetaui nilai-nilai ekologis kepemimpinan administrasi.
4. Mengetahui tipologi dan peran kepemimpinan dalam pembangunan
administrasi publik
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Rahyono, kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang
dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman
masyarakat. Artinya, kearifan lokal adalah hasil pengalaman masyarakat tertentu
yang belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut akan
melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui
perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.
4
1) Tata Kelola
Selain itu, terdapat pula pembagian tugas dan fungsi dalam suatu
kelompok masyarakat adat, misalnya Kepatihan (patih), Kauman (santri) di
perkampungan sekitar Keraton di Jawa. Kewenangan dalam struktur hierarki
sosial juga menjadi bagian dari tata kelola, seperti kewenangan ketua adat dalam
pengambilan keputusan, dan aturan sanksi serta denda sosial bagi pelanggar
peraturan dan hukum adat tertentu.
2) Sistem Nilai
5
3) Tata Cara/Prosedur
Bentuk kearifan lokal dapat dikategorikan dalam dua aspek, yaitu kearifan
lokal yang berwujud nyata (tangible) dan yang tidak berwujud (intangible).
6
leluhur, baik dari segi pengetahuan maupun metodenya. Bangunan
vernakular ini terlihat tidak sepenuhnya didukung oleh prinsip dan teori
bangunan yang memadai, tetapi secara teori terbukti memiliki potensi-
potensi lokal karena dibangun melalui proses coba dan ralat, termasuk
dalam menyikapi kondisi lingkungannya.
c. Benda Cagar Budaya/Tradisional (Karya Seni)
Banyak benda cagar budaya yang merupakan salah satu bentuk kearifan
lokal, contohnya keris. Keris merupakan salah satu bentuk warisan budaya
yang sangat penting. Ilustrasi lainnya adalah batik, sebagai salah satu
kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari
budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.
2) Kearifan Lokal yang Tidak Berwujud (Intangible)
Selain bentuk kearifan lokal yang berwujud, ada juga bentuk
kearifan lokal yang tidak berwujud seperti petuah yang disampaikan secara
verbal dan turun-temurun yang dapat berupa nyanyian dan kidung yang
mengandung nilai-nilai ajaran tradisional. Melalui petuah atau bentuk
kearifan lokal yang tidak berwujud lainnya, nilai sosial disampaikan secara
oral/verbal dari generasi ke generasi.
C. Kepemimpinan Lokal
1. Pengertian Kepemimpinan Lokal
Hal ini berarti kepemimpinan harus diakui secara timbal balik, misalnya
orang yang dipimpin mengakui kepemimpinan tersebut dan bersedia menjalankan
perintahnya. Kepemimpinan adalah suatu upaya memengaruhi pengikut secara
sukarela menjalankan perintah untuk mencapai tujuan tertentu. Kemampuan
memengaruhi berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dari para anggotanya.
7
Esensi penting yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan: (1)
pendayagunaan pengaruh; (2) hubungan antarmanusia; (3) proses komunikasi; (4)
pencapaian suatu tujuan. Kepemimpinan bergantung pada kuatnya pengaruh yang
diberi serta intensitas hubungan antara pemimpin dan pengikut.
2. Teori Kepemimpinan
8
3. Nilai-nilai, Etika, dan Gaya Kepemimpinan
a. Nilai-nilai Kepemimpinan
Menurut Bantas, kepemimpinan tidak lepas dari nilai-nilai yang dimiliki
oleh pemimpin, seperti:
Teoretis, yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan usaha mencari
kebenaran dan mencari pembenaran secara rasional
Ekonomis, yaitu yang tertarik pada aspek-aspek kehidupan yang
penuh keindahan, menikmati setiap peristiwa untuk kepentingan
sendiri
Sosial, yaitu menaruh belas kasihan pada orang lain, simpati, tidak
mementingkan diri sendiri
Politis, berorientasi pada kekuasaan dan melihat kompetisi sebagai
faktor yang sangat vital dalam kehidupannya
Religius, yaitu menghubungkan setiap aktivitas dengan kekuasaan
Sang Pencipta
Sikap bijaksana, yaitu menyangkut pengambilan keputusan atau
kebijakan
Kesetiakawanan yang tinggi, yaitu loyalitas yang tinggi
b. Etika dalam Kepemimpinan
Etika adalah perilaku berstandar normatif berupa nilai-nilai moral,
norma-norma, dan hal-hal yang baik. Etika difungsikan sebagai penuntun
dalam bersikap dan bertindak menjalankan kehidupan menuju ke tingkat
keadaan yang lebih baik. Adapun etika dalam kepemimpinan, yakni:
Menjaga perasaan orang lain
Memecahkan masalah dengan rendah hati
Menghindari pemaksaan kehendak, tetapi menghargai pendapat
orang lain
Mengutamakan proses dialogis dalam memecahkan masalah
Menanggapi suatu masalah dengan cepat dan sesuai dengan
keahlian
9
Menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki (improving
value)
Mengedepankan sikap jujur, disiplin, dan dapat dipercaya.
4. Gaya Kepemimpinan
Menurut Siagian, ada tiga macam gaya kepemimpinan yang telah dikenal
secara luas, yaitu sebagai berikut.
10
hubungan antara anggota dan pemimpinnya atau anggota kelompok, lebih
diarahkan pada gaya kepemimpinan demokratis.
11
Dari dimensi sosial kultural, globalisasi mendorong terjadinya arus tenaga
kerja yang melintasi batas-batas negara (cross-border human resource
flow) yang menimbulkan perbenturan budaya. Hal ini mendorong
munculnya perusahaan joint venture. Konsekuensi logis dari proses
globalisasi ini adalah diperlukannya teori tentang cross-cultural
management dan multicultural leadership. Hal tersebut merupakan salah
satu tuntutan sebagai konsekuensi logis dari proses globalisasi ini.
3. Dimensi Temporal
Dilihat dari dimensi temporal, globalisasi mengakibatkan berkembang
pesatnya konfigurasi administrasi publik sehingga ketidakmampuan
seorang administrator mengantisipasi perkembangan akan mengakibatkan
ketertinggalan dari dinamika perubahan konfigurasi tadi. Oleh karena itu,
wawasan futuristic merupakan salah satu kualitas yang dituntut oleh
proses globalisasi tersebut. Proses administrasi tidak seharusnya dilihat
dari perspektif waktu masa sekarang, tetapi harus mengantisipasi proses
perubahan yang terjadi pada masa depan. Hal ini mendorong kelahiran
teoriteori administrasi publik yang berwawasan jauh ke depan. Salah satu
manifestasinya adalah dikembangkannya teori-teori tentang forward
focused organization.
E. Tipologi dan Peran Kepemimpinan Lokal dalam Pembangunan
Administrasi Publik
1. Tipologi dan Nilai-nilai Kepemimpinan Berbasis Kearifan Lokal
a. Nilai-nilai Kepemimpinan Lokal Jawa. Di antara nilai-nilai
kepemimpinan lokal Jawa adalah asthabrata. Orang Jawa menyatakan
bahwa seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti yang
diperlihatkan oleh bendabenda alam semesta, seperti surya/matahari,
candra/bulan, kartika/bintang, mega/awan, pawana/angin, dahana/api,
bantala/bumi, samudra/laut. Seorang pemimpin hendaknya memiliki
sifat-sifat tersebut:21 (1) surya bersifat memberikan kehidupan yang
ada di sekitarnya; (2) chandra memberikan suasana yang sejuk
menenangkan dan menghanyutkan; (3) kartika memberikan arah
12
kehidupan bagi masyarakat; (4) mega yang gelap bersifat menakutkan,
tetapi apabila telah berubah menjadi hujan memberikan kehidupan dan
kesejukan; (5) pawana bersifat merata tanpa pandang bulu; (6) dahana
bersifat adil, tegak lurus, dan akan membakar tanpa pandang bulu; (7)
bantala bersifat kukuh, merupakan sumber kehidupan, dari bumilah
diperoleh segala keperluan kehidupan manusia, sekaligus sebagai
purifikasi terhadap kotoran yang diperbuat oleh manusia dan makhluk
lain; serta (8) samudra yang bersifat momot, mampu menampung apa
saja tanpa pilih-pilih sekaligus sebagai pemurnian kembali limbah apa
pun jua. Pandangan ini yang disebut asthabrata.
b. Nilai-nilai Kepemimpinan Lokal Sunda. Masalah kepemimpinan
terungkap dalam naskah Sunda abad ke-16 sebagaimana disebutkan
dalam naskah Sanghyang Siksakandang Karesian (SSK), Fragmen
Carita Parahiyangan (FCP), Amanat Galunggung (AG), dan
Sanghyang Hayu (SH). Naskah-naskah tersebut berupa daun lontar,
beraksara serta berbahasa Sunda buhun (kuno) yang kurang dikenali
dan dipahami lagi oleh sebagian masyarakat pada masa kini.
Seorang pemimpin menurut naskah SSK harus menjiwai konsep
‘tiga rahasia’ sebagai peneguh alam buana agar berhasil mencapai
kejayaan atau lebih dikenal dengan konsep Tri Tangtu Dibuana yang
dikemas dalam konsep trigeuing (tiga peringatan), yakni sebagai
prabu, hulun, palanka (pemimpin, abdi negara) atau lebih spesifik
parigeiung, geuing, upageuing (pemimpin, sandang, papan). Adapun
yang tertulis dalam naskah SH, ketiga rahasia tersebut dibagi menjadi
lima bagian sehingga jumlahnya menjadi lima belas karakter yang
harus mendarah daging dalam diri pemimpin, yaitu: 1) budi (bijak)-
guna (arif)-pradana (saleh/utama/mulya); 2) kaya (sehat)-wak
(bersabda)-cita (hati); 3) pratiwi (membumi)-akasa (angkasa)-antara
(madya); 4) mata (penglihatan)-tutuk (ucapan)-talinga (pendengaran);
dan 5) bayu (ucapan/angin)-sabda (iktikad/perbuatan)-hedap (kalbu/
pikiran).
13
Seorang pemimpin dalam naskah ini juga harus berpegang teguh
pada prinsip astaguna (delapan kearifan), yaitu animan (lemah lembut,
santun); ahiman (tegas); mahiman (cerdas, berwawasan luas); lagiman
(terampil, cekatan); prapti (tepat sasaran); prakamya (ulet dan tekun);
isitwa (jujur,benar); wasitwa (terbuka).
Salah satu prasyarat untuk menjadi pemimpin yang sempurna,
sebelum seseorang menjadi pimpinan adalah mampu menjadi seorang
abdi yang setia (satya dikahulanan), yakni tidak pernah mengeluh,
tidak mudah kecewa, tidak sulit diperintah, tidak pernah iri dengki,
tidak pernah goyah kesetiaannya, tidak pernah melanggar pantangan,
tidak mencelakakan sesama (Mulah luhya, Mulah kuciwa, Mulah
ngontong dipiwarang, Mulah nyetnyot tineung urang, deungdeungeun
sakahulunan). Di samping itu, sebagai seorang abdi, ia juga harus
memiliki kepribadian opat larangan (empat larangan), yaitu tidak
mudah tersinggung, merajuk, menggerutu, menyerah (mulah babarian,
mulah pundungan, mulah kukulutus, mulah humandeouar).
c. Tipologi Kepemimpinan Lokal yang Efektif. Dalam upaya mewujudkan
kepemimpinan yang efektif, kepemimpinan harus dijalankan sesuai
dengan perannya. Nawawi menyatakan peran kepemimpinan
berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap
pemimpin berada di dalam, bukan berada di luar situasi itu. Pemimpin
harus berusaha agar menjadi bagian dalam situasi sosial kelompok atau
organisasinya. Peran kepemimpinan menurut Nawawi memiliki dua
dimensi, yaitu: (1) dimensi yang berhubungan dengan tingkat
kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktivitas pemimpin,
yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya; (2)
dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan
orang-orang yang dipimpin dalam melaksnakan tugas-tugas pokok
kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan
melalui keputusan dan kebijakan pemimpin.
14
2. Peran Kepemimpinan dalam Pembangunan
a) Peran Kepemimpinan Masyarakat. Seorang pemimpin harus dapat
melakukan sesuatu bagi anggotanya sesuai dengan jenis kelompok
yang dipimpinnya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh
pemimpin untuk dapat mendinamiskan kelompok, yaitu: (1)
mengidentifikasi dan menganalisis kelompok beserta tujuannya; (2)
membangun struktur kelompok; (3) inisiatif; (4) usaha pencapaian
tujuan; (5) mempermudah komunikasi dalam kelompok; (6)
mempersatukan anggota kelompok; (7) mengimplementasikan filosofi.
b) Peran Kepemimpinan Kelompok. Peranan pemimpin kelompok yang
sangat perlu dilaksanakan oleh seorang pemimpin kelompok, yaitu: (1)
membantu kelompok dalam mencapai tujuannya; (2) memungkinkan
para anggota memenuhi kebutuhan; (3) mewujudkan nilai kelompok;
(4) merupakan pilihan para anggota kelompok untuk mewakili
pendapat mereka dalam interaksi dengan pemimpin kelompok lain; (5)
menjadi fasilitator yang dapat menyelesaikan konflik kelompok.
c) Peran Kepemimpinan Penentu Arah, Wakil, Komunikator, dan
Integrator. Menurut Sondang, ada lima peran kepemimpinan yang
dibahas secara singkat, yaitu sebagai berikut:28 (1) pimpinan selaku
penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan; (2)
wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak
di luar organisasi; (3) pimpinan selaku komunikator yang efektif; (4)
mediator yang andal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama
dalam menangani situasi konflik; (5) pimpinan selaku integrator yang
efektif, rasional, objektif, dan netral.
3. Hubungan Kearifan Lokal dengan Peran Kepemimpinan Pembangunan
Publik
Kearifan lokal merupakan spirit lokal genius yang disepadankan
maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan, kepandaian, keberilmuan, dan
kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan berkenaan dengan
penyelesaian masalah yang relatif pelik dan rumit.
15
Pemimpin perlu mendalami kearifan lokal sehingga
kepemimpinannya memiliki karakter. Kearifan yang diajarkan dan diolah
akan menghasilkan seorang pemimpin yang berkarakter dan pada akhirnya
memiliki kepemimpinan dengan hati nurani.
Memimpin itu harus dengan hati nurani, bukan hanya
mengandalkan kecerdasan. Pemimpin juga harus mampu melihat
permasalahan dari berbagai sudut, kemudian memutuskan dengan hati
nurani. Seorang pemimpin harus seperti tanah, yang tetap memberikan
pertumbuhan meskipun diinjak-injak. Dengan demikian, sebuah negara
akan maju dan berkembang bergantung pada para pemimpinnya.
Sebaliknya, sebuah negeri disebut gagal juga sangat dipengaruhi oleh
pimpinannya. Pemimpin yang cepat atau lambat, kepemimpinannya akan
membawa pada kemaslahatan atau kebaikan. Kuncinya adalah satunya
pikiran, perkataan, dan perbuatan pada diri para sang pemimpin.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebuah negari akan maju dan berkembang bergantung pada para
pemimpinnya, juga disebut gagal sangat dipengaruhi oleh pimpinannya.
Banyak contoh dari negeri makmur dan sentosa akibat dari pimpinan
seorang yang mampu membimbing rakyatnya secara baik, sementara
sebuah negeri bisa hancur berantakan ketika pimpinannya tidak mampu
mengelola atau me-manage negerinya.
Seorang pemimpin adalah panutan dan segala-galanya bagi sebuah
komunitas atau masyarakat di Indonesia. Pemimpin yang cepat atau
lambat, kepemimpinannya akan membawa pada kemaslahatan atau
kebaikan. Kuncinya adalah satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan pada
diri para sang pemimpin.
B. Saran
Oleh karena itu, kepemimpinan yang merupakan suatu komitmen
kuat dalam rangka mencapai tujuan yang kuat bagi sebuah negeri perlu
diselaraskan dengan UUD 1945 yaitu adanya kemampuan dan kemauan
mengedepankan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi atau
golongan dengan komitmen kuat dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai
luhur kebangsaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ghalia Indonesia.
Wedatamawidyasastra.
18