Anda di halaman 1dari 4

1.

Peran pemerintah dalam pembangunan nasional

A. Peran selaku stabilisator

Sebagai stabilisator, yaitu pemerintah harus mampu menciptakan adanya


keadaan politik sosial dan ekonomi yang stabil dan mantap. Di bidang politik
misalnya,pemerintah terus berupaya mengamalkan, mengamankan, dan
mempertahankan ideology Negara Pancasila dari segala macam rong2an, baik
dalam maupun luar negeri Di bidang sosial, pemerintah berupaya
menanamkan nilai2 budaya bangsa yg telah menjadi milik bangsa Indonesia
sejak lama, agar masyarakat tidak terpengaruh nilai2 lain yg negative,Di
bidang ekonomi, pemerintah berupaya membangun berbagai macam sector
ekonomi secara merata di seluruh daerah guna meningkatkan pendapatan
rakyat.

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang situasi politik,


ekonomi, sosial budaya dan keamanan serta pertahanannya labil. Selain itu
diakui bahwa dalam kondisi kehidupan kenegaraan dan masyarakat yang tidak
stabil, sukar mengharapkan terselenggaranya berbagai kegiatan pembangunan.
Oleh karena itu, peran pemerintah sebagai stabilisator sangat penting dan
harus dimainkan secara efektif.

Peran sebagai stabilisator ini mencakup:

1. Stabilisator di bidang politik


2. Stabilisator di bidang ekonomi
3. Stabilisator di bidang sosial budaya.

B. Peran Selaku Inovator

Ditinjau dari segi administrasi pembangunan, inovasi berarti temuan baru,


metode baru, sistem baru, dan yang terpenting adalah cara berpikir baru. Dengan
demikian selaku inovator, pemerintah sebagai keseluruhan harus menjadi sumber dari
hal-hal baru tersebut (teman, metode, sistem, cara berpikir).
Prakondisi yang harus terpenuhi agar peran pemerintah sebagai inovator dapat
berjalan secara efektif antara lain:

1. Pemerintah perlu memiliki tingkat keabsahan (legitimacy) yang tinggi


2. Menerapkan inovasi di lingkungan birokrasi pemerintahan terlebih dahulu
3. Inovasi yang sifatnya kendepsional
4. Inovasi sistem, prosedur dan metode kerja

C. Peran Selaku Modernisator

Melalui pembangunan, setiap negara ingin menjadi negara yang modern.


Berbagai implikasi pernyataan tersebut antara lain ialah kuat, mandiri, diperlakukan
sederajat oleh negara-negara lain. Keadaan demikian tentu tidak akan terwujud
dengan sendirinya. Untuk mewujudkannya diperlukan pembangunan yang sistematik,
programatis dan berkelanjutan. Pemerintah bertugas untuk “menggiring” masyarakat
ke arah kehidupan modern seperti itu. Pengalaman banyak menunjukkan bahwa agar
pemerintah mamapu memainkan peranan penting itu, proses modernisasi harus terjadi
di lingkungan birokrasi pemerintahan sendiri.

D. Peran Sebagai Pelopor

Telah disebutkan sebelumnya bahwa pemerintah haruslah memulai


menerapkan inovasi dalam tubuh pemerintahan terlebih dahulu. Secara eksplisit,
pandangan itu juga berarti bahwa pemerintah harus memainkan peranan selaku
pelopor, aparatur pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi seluruh
masyarakat. Dengan kepeloporan –misalya dalam bekerja seproduktif mungkin
dengan pemanfaatan waktu sebaik-baiknya dengan orientasi hasil semaksimal
mungkin– warga negara akan relatif mudah merubah pandangannya, persepsi, cara
berpikir, cara bertindak dan cara bekerja yang pada akhirnya pasti akan memperlancar
jalannya roda pembangunan nasional.

E. Peran selaku pelaksana sendiri

Tidak semua bidang pembangunan dapat dilaksanankan oleh pemerintah


sendiri tanpa bantuan atau diserahkan kepada pihak swasta, antara lain masalah
pendidikan, pemberian pelayanan kesehatan, pembangunan sarana transportasi dan
sebagainya. Untuk itu, pemerintah masih dituntut untuk berperan sebagai pelaksana
sendiri berbagai kegiatan meskipun diharapkan bahwa makin maju suatu masyarakat
makin berkurang pula intensitas peranan tersebut.

Jalan Tol Balikpapan - Samarinda direncanakan menghubungkan Kota Balikpapan - Kota Samarinda.
Selama ini kedua kota tersebut dihubungkan hanya dengan satu poros jalan. Sebagai kota yang
tergolong terbesar di Provinsi Kalimantan Timur dan banyak melayani aktifitas dan kegiatan lintas
provinsi. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan waktu tempuh antar kota yang lebih singkat serta
harus sesuainya standar jalan yang ada. Jalan tol ini dicanangkan petama kali pada tahun 2011 oleh
Gubernur Kalimantan Timur Drs. H. Awang Faroek Ishak, M.M,M.Si. Jalan tol ini sudah sempat
dimulai pembangunannya di tahun 2011 namun berhenti dikarenakan tidak adanya pembiayaan dari
pemerintah pusat maupun daerah pada masa tersebut.

Jalan Tol Balikpapan - Samarinda dapat dilanjutkan dikarenakan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda
menjadi salah satu ruas yang masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) Presiden Joko Widodo
(Jokowi). Saat ini pembangunan Jalan Tol Balikpapan - Samarinda memiliki panjang 99,35 kilometer.
Jalan tol ini dirancang sepanjang 99,35 kilometer dan terbagi ke dalam lima seksi. Kelima seksi yang
akan dikerjakan yaitu Seksi I ruas KM 13 Balikpapan - Samboja, Seksi II ruas Samboja - Palaran I, Seksi
III ruas Samboja - Palaran II, Seksi IV ruas Palaran - Jembatan Mahkota dan Seksi V ruas Balikpapan -
Sepinggan. Perkiraan dana yang digunakan adalah Rp 9,9 triliun dan kini progres pembebasan
lahannya telah mencapai 92,28% dan konstruksi 17,13%. Target pemerintah pusat sendiri tahun
2018 dapat digunakan, supaya dapat mempermudah pergerakan barang dan orang di provinsi
Kalimantan Timur sendiri lebih tepatnya di sepanjang ruas kota Balikpapan - Samarinda.

Proyek pembangunan jalan tol Balikpapan - Samarinda memiliki hambatan dalam pembangunannya.
Hambatan yang paling diraskan sangat berpengaruh pada perjalanan proyek ini adalah
permasalahan pembebasan lahan yang tak kunjung usai. Proyek ini membelah Taman Hutan Raya
(Tahura) Bukit Soeharto dan Hutan Lindung Sungai Manggar (HLSM). Dalam menanggapi hal ini
pemerintah telah menyiasati ketidak sesuaian fungsi kawasan lindung dengan mengeluarkan surat
keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomer : SK.554/Menhut-II/2013, yang menjadi
dasar hukum direvisinya RTRW Provinsi Kalimantan Timur.

Jalan tol ini dibangun dengan skema pembaiayaan public private partnership (PPP) atau kerjasama
pemerintah swasta (KPS). Total biaya seksi 1 yang dibiaya APBD Provinsi dan seksi 5 yang dibiayai
pinjaman Cina dan APBN mencapai Rp 9,9 triliun. Proyek ini juga menggunaka multi years contract
(MYC) , dan sudah berjalan untuk seksi 1 dan seksi 5. Sementara, untuk seksi 5 Bandara Sepinggan
Balikppan KM 13 sepanjang 11,09 kilometer, menggunakan anggaran pinjaman dari pemerintah
China . Saat ini progres fisiknya telah mencapai 6,2 persen dan pembebasan lahan 58,5 persen.
Untuk mempercepat penyelesaian pembebasan lahan juga digunakan skema dana talangan dari
Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN). Sedangakan untuk seksi 2,3,dan 4 menjadi tanggung
jawab PT Jasa Marga Balikpapan -- Samarinda.

Terkait dengan pembagian pembangunan berdasarkan seksi diatas, pemerintah menentukan model
pembiayaan dalam paket - paket yang selaras dengan pembagian seksi tersebut. Hal ini dilakukan
guna memudahkan investor untuk melihat peluang - peluang investasi Jalan Tol Balikpapan -
Samarinda . kemudian dihasilkan kesepakatan skema pembiayaan sebagai berikut :

Pemerintah : Bertanggung jawab atas keseluruhan proyek kerjasama melalui Badan Pengatur Jalan
Tol (BPJT) mendanai SEKSI 1 dari sumber APBD sebesar 1,7 Triliun, dan mendanai seksi V dengan
sumber APBN sebesar 770 Miliar dan pinjaman dari China 930 Miliar.

Swasta/Investor/Badan Usaha : PT. Jasa Marga Balikpapan -- Samarinda, yakni konsorsium oleh PT
Wijaya Karya, PT Pembangunan Perumahan, PT Tjipta Sarana, dan PT Jasa Marga yang bertanggung
jawab mendanai SEKSI 2 -- SEKSI 4 dengan total biaya 6,5 Triliun dengan masa konsensi proyek Jalan
Tol Balikpapan -- Samarinda ini adalah 40 tahun.

Hal tersebut sudah cukup baik pembiayaan dalam proyek Jalan Tol Balikpapan - Samarinda dimana
disini menggunakan skema pembiayaan public Private Partenership (PPP) atau Kerjasama
Pemerintah Swasata (KPS) dengan bentuk Support Build Operate Transfer (SBOT), pemerintah
melalui APBD, APBN, dan pinjaman investor china serta bekerjasama dengan PT Jasa Marga
Balikpapan - Samarinda. Akan tetapi, pemerintah harus menganilisis terkait kinerja keuangan daerah
dikarenakan proyek ini sempat tidak berjalan dikarenakan tidak adanya pembiayaan. Kemudian
peran pemerintah yang terlalu kecil menjadi penyebab masa konsensi selama 40 tahun menurut
saya terlalu lama seharusnya setidaknya cukup 25 tahun dan pemerintah harus berperan lebih besar
atau tidak sama rata agar tidak melemahkan pemerintah sendiri.

Anda mungkin juga menyukai