Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3

ESSAY ETIKA PEMERINTAHAN

PEGAWAI NEGERI HARUS MENERIMA


UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 1999

I. PENDAHULUAN

Korupsi (corruption) merupakan perbuatan penyelewengan atau penggelapan uang


Negara atau perusahaan untuk keuntungan pribadi maupun golongan. Korupsi telah
menimbulkan kerugian negara yang sangat besar yang pada gilirannya dapat berdampak pada
timbulnya krisis di berbagai bidang, sehingga korupsi juga dikelompokan sebagai kejahatan
luar biasa (extra ordinary crime).
Perilaku korupsi pejabat birokrasi pemerintahan pusat dan daerah ini tentunya
berdampak terhadap proses pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat, dimana PNS
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang seharusnya menjadi ujung tombak dalam
rangka mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, tetapi
malah menjadi pelaku tindak pidana korupsi seperti yang banyak terjadi pada saat ini. PNS
seharusnya memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik, profesional dan bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, serta bersih dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Mematuhi kewajiban dan larangan PNS, serta janji/sumpah PNS pada saat
diangkat menjadi CPNS maupun menduduki jabatan Negara. Banyaknya PNS yang
tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi tersebut menjadikan pekerjaan rumah
yang besar bagi pemerintah untuk mencegah dan memberantas korupsi di segala bidang,
sehingga terwujud pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme
(clean government). Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara
yang mampu menjalankan fungsi pemerintahan dan pembangunan yang bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme, maka dibuatlah Undang-undang No 28 tahun 1999.

II. PEMBAHASAN

A. PNS ( PEGAWAI NEGERI SIPIL)


Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Pegawai Negeri
Sipil memiliki peran penting yakni merupakan alat yang ampuh untuk menyelenggarakan
tugas-tugas pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat serta tanggung jawab dalam
tercapainya tujuan nasional.
Tugas dan fungsi Pegawai Aparatur Sipil Negara diarahkan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil dan merata dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Rumusan kedudukan
Pegawai Aparatur Sipil Negara didsarakan pada pokok-pokok pikiran bahwa pemerintah
tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan tetapi juga harus mampu melaksanakan
fungsi pembangunan atau dengan kata lain pemerintah bukan hanya menyelenggarakan tertib
pemerintahan tetapi juga harus mampu menggerakkan dan memperlancar pembangunan
untuk kepentingan rakyat banyak

B. UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 1999


Undang-undang No 28 Tahun 1999, berisi tentang Penyelenggara negara yang bersih
dan bebas KKN. Adanya UU No. 28 Tahun 1999 dimaksudkan sebagai upaya mencegah
para penyelenggara negara dan pihak lain melakukan praktik KKN. Maka sasaran pokok UU
tersebut adalah para penyelenggara negara, yang meliputi:
 Pejabat negara pada lembaga tertinggi negara
 Pejabat negara pada lembaga tinggi negara Menteri Gubernur Hakim di semua
tingkatan peradilan
 Pejabat negara yang lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
 Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis terkait penyelenggaraan negara
Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN, dalam
UU No. 28 Tahun 1999 ditetapkan 7 asas umum penyelenggaraan negara, meliputi:
 Asas kepastian hukum
adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara
 Asas tertib penyelenggaraan negara
adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggaraan negara.
 Asas kepentingan umum
yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan
selektif.
 Asas keterbukaan
adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan
tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia
negara.
 Asas proporsionalitas
adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
penyelenggara negara.
 Asas profesionalitas
adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Asas akuntabilitas
adalah asas yang menentukan setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggara
negara harus dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

C. PNS DAN UU NO 28 TAHUN 1999


Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa PNS merupakan ujung tombak dalam
penyelenggaraan negara. Sebagai penyelenggara negara, tak ayal PNS sering dilibatkan
dalam program dan anggaran pemerintah. Ketika terlibat dalam lingkup tersebut maka PNS
sangat berpotensi melakukan pelanggaran etika maupun hukum, melalui Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme.
Adanya UU No 20 Tahun 1999, merupakan dasar hukum yang mencengah perbuatan
KKN terhadap penyelenggara negara, termasuk PNS. Di dalam undang-undang tersebut telah
dijelaskan hak dan kewajiban PNS. Di luar dari itu maka telah termasuk dalam pelanggaran
hukum, misalnya gratifikasi.
yang Oleh sebab itu, sebagai penyelenggara negara, maka PNS wajib mengimplementasikan
UU No 28 tahun 1999. Undang-undang ini memuat tentang ketentuan yang berkaitan
langsung atau tidak langsung dengan penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi,
kolusi dan nepotisme yang khusus ditujukan kepada para Penyelenggara Negara dan pejabat
lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang ini merupakan bagian
atau subsistem dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penegakan hukum
terhadap perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Sasaran pokok undang-undang ini adalah para Penyelenggara Negara yang meliputi
Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara, Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi
Negara, Menteri, Gubernur, Hakim, Pejabat Negara, dan atau pejabat lain yang memiliki
fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyeienggaraan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Undang-undang ini mengatur pula kewajiban para Penyelenggara Negara, antara lain
mengumumkan dan melaporkan harta kekayaannya sebelum dan setelah menjabat. Ketentuan
tentang sanksi dalam undang-undang ini berlaku bagi Penyelenggara Negara, masyarakat,
dan Komisi Pemeriksa sebagai upaya prefentif dan represif serta berfungsi sebagai jaminan
atas ditaatinya ketentuan tentang asas-asas urnum penyelenggaraan negara, hak, dan
kewajiban Penyelenggara Negara, dan ketentuan lainnya sehingga dapat diharapkan
memperkuat norma kelembagaan, moralitas individu dan sosial.

III. PENUTUP

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindak pidana korupsi, mulai
dari lemahnya pendidikan agama, moral dan etika, belum adanya sanksi yang tegas terhadap
pelaku korupsi, serta tidak adanya sistem pengawasan yang efektif dan efisien. Hal ini
berakibat kerugian bagi negara maupun diri mereka sendiri. Dalam rangka mewujudkan
penyelenggaraan negara yang mampu menjalankan fungsi pemerintahan dan pembangunan
yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (clean government), terhadap PNS yang
terlibat korupsi, sanksi tegas berupa PTDH harus ditetapkan oleh PPK. Diperlukan komitmen
PPK dalam pemberian sanksi, sehingga tercipta birokrasi dan aparatur yang bersih dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu perlu penguatan pada fungsi pengawasan dan
kontrol, serta pembinaan agama, moral, dan etika yang akan dapat membawa dampak positif
bagi peningkatan profesionalitas pegawai ASN. Untuk mewujudkan good governance maka
seluruh penyelenggara negara termasuk PNS harus bebas dari KKN. Dengan demikian
adanya Undang-undang No 28 Tahun 1999, diharapkan dapat mencegah perilaku KKN oleh
penyelenggara negara.
IV. REFERENSI

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.


Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
https://acch.kpk.go.id.
https://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2019/11/draft-policy-brief-tipikor.pdf
https://ngada.org/uu28-1999bt.htm

Anda mungkin juga menyukai