Anda di halaman 1dari 5

Manajemen Pemerintahan

Prof. Dr. H. Zaidan Nawawi, M.Si

Widya Anggreiny
E051171502

Konsep Manajemen Publik

A. Fungsi Pokok Manajemen


Manajemen pemerintahan dapat diartikan sebagai implementasi dari fungsi-fungsi
manajemen dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan. Sebagai ilmu terapan, manajemen itu mencakup kaidah-kaidah atau
rumusan-rumusan, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep yang sudah teruji secara ilmiah
sehingga disebut ilmu manajemen.
Terry mengemukakan bahwa manajemen itu merupakan cara pencapaian tujuan yang
telah ditentukan terlebih dahulu melalui kegiatan orang lain. Adapun sarana untuk
mencapai tujuan terbagi menjadi enam sarana yaitu men, money, material, methods,
market, dan machine. Pertama, Men atau manusia merupakan unsure utama yang kan
menjalankan manajemen mulai dari tahapan planning, organizing, directing, hingga
controlling. Tanpa adanya manusia maka tujuan manajemen tidak akan tercapai. Kedua,
material atau bahan-bahan merupakan unsure dalam proses pelaksanaan bukan saja
sebagai pembantu bagi mesin, tetapi seiringnya kemajuan teknologi, mesin telah
mengubah kedudukannya malahan sebagai pembantu manusia. Ketiga, methods atau
cara pelaksanaan merupakan suatu proses untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara
berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien), manusia dihadapkan pada berbagai
alternatif pelaksanaan (metode). Keempat, money merupakan hal pokok dalam berbagai
aktivitas manajemen, seperti upah pegawai dan pembeliaan faktor produksi. Kelima,
market atau pasar merupakan sektor privat yang dimana tanpa adanya pasar maka bagi
hasil produksi, jelas tujuan perusahaan industry tidak mungkin tercapai.
Menurut Terry sebagaimana dikutip oelh manulang, fungsi pokok manajemen terdiri
dari planning, organizing, actuating, controlling, atau disingkat (POAC). Hal itu artinya,
dalam praktik atau proses penyelenggaraan manajemen pemerintahan masing-masing
unit kerja, kantor, atau organisasi adalah satu kesatuan sistem. Fungsi perencanaan
kegiatan yang sudah diputuskan dengan menentukan apa-apa yang akan dilakukan
untuk mancapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah rencana pasti memerlukan
masukan dari berbagai sumber informasi antara lain dari kegiatan pengawasan dan
evaluasi yang dilakukan sebelumnya.
B. Tingkatan Manajemen
Tingkatan manajemen dibedakan menjadi tiga jenjang yaitu manajemen tingkat
dasar atau manajemen lini, manajemen tingkat menengah atau midle management,
manajemen puncak atau top management. Pembagaian ini tidak hanya berlaku pada
sektor privat tetapi juga pada sektor public atau pemerintahan.
Seperti dalam penelitian terhadap organisasi public di sejumlah Negara berkembang,
Moses N.Kiggundu membagi menjadi tiga tingkatan atau jenjang manajemen birokrasi
beserta ciri-ciri yang dimilikinya sama dengan tiga tingkatan manajemen.
Kondisi Birokrasi di Negara-negara berkembang:
a. TOP MANAGEMENT, mempunyai ciri-ciri:
 Overworked
 Authoritarian, Paternalistic
 Centralized control and decision making
 No clear missin or sense of direction
 Extensive exstra organization activities
 Politicized
 Weak executive support systems
 Learned, articulate, traveled
b. MIDDLE MANAGEMENT, mempunyai ciri-ciri:
 Work management system and control
 Inadequate management and administrative skills
 Loch of specific industry knowledge and experience
 Understfeed
 Risk everse, unwilling to take independent action or initiative
 Exercise close supervision, little delegation
 Low levels of motivation
c. OPERATING LEVELS, mempunyai ciri-ciri:
 Inefficient, high cost operations
 Low producticity
Terlepas dari ciri-ciri manajemen birokrasi di Negara berkembang itu, ketiga
jenjang manajemen dalam organisasi itu sering membedakan tipologi dari
masing-masing tingkatan.
Manajemen lini atau manajemen tingkat pertama, yaitu tingkatan paling
rendah dalam suatu organisasi, dimana seseorang bertanggung jawab atas
pekerjaan orang lain. seperti di organisasi public setingkat kepala unit kerja
tertentu di bidang palayanan serta langsung bersentuhan dengan pengguna
layanan public. Jika sektor privat setingkat dengan mandor atau pengawas
produksi dalam suatu pabrik.
Manajemen menengah atau midle management yaitu kewenangan dan
tanggung jawabnya mengarahkan kegiatan manajemen lain, juga mengarahkan
kegiatan-kegiatan yang melaksanakan organisasi. Mereka memiliki tingkat
jabatan Kepala Bagian (kabag) yang memebawahi kepala seksi, kepala devisi.
Manajemen puncak atau top management yaitu terdiri atas kelompok orang
yang realtif kecil jumlahnya, yang bertanggung jawab atas manajemen secara
keseluruhan dari organisasi yang dipimpingnya. Seperti halnya CEO dan direktur
utama.
C. Orientasi Manajemen
Orientasi manajemen hampir sama dengan tujuan organissasi. Orientasi manajemen
lebih mengarah bersifat umum dan mencakup semua tujuan yang ada. Seperti halnya
dalam layanan public sebagai produk yag dihasilkan dalam proses pemerintahan, maka
layanan public harus berorientasi pada kepuasaan masyarakat, bukan hanya sekedar
menyediakan layanan sebagaimana yang ditentukan dalam kerangka normative.
Sikap manajemen pemerintahan harus berubah dan bergeser pada public oriented
atau costumer’s oriented custumer approach. Dengan pola pendekatan atau orientasi
seperti manajemen pememrintahan berusaha menempatkan masyarakat sebagai
“konsumen” dari bisnis “jasa” pelayanan public pemerintah. Demikian juga layanan
yang dihasilkan oleh pemerintah yang dimana berorinentasi pada kebutuhan masyarakat
bukan pada kepentingan pemerintah.
Pergeseran orientasi atau paradigma administrasi Negara tersebut, harus diikuti
dengan sejumlah pergeseran dalam bidang yang lain, di lingkup kegiatan pemerintahan
seperti dalam hubungan antar strata pememrintahan atau pola hubungan kewenangan
pememrintahan daerah.
Acuan manajemen pemerintahan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,
karena semua itu senantiasa secara dinamis dan terus berkembang, makan manajemen
pemerintahan juga harus bersikap serupa agar orientasinya itu senantiasa kontekstual dan
sejalan dengan apa yang diinginkan masyarakat.
Perubahan orientasi pemerintahan itu sejalan dengan pandangan David Osborne dan
Peter Plastrik, dengan gagasannya yang dikenal dengan istilah “reinventing
Government”. Menurut keduannya orientasi atau paradigma pemikiran pemerintah pada
sekarang harus lebih bersifat: catalytic, community owned, competitive, mission driven,
result oriented, customer driven, enterprising, anticipatory, decentralized, dan market
oriented.
D. Manajemen Kinerja
Salah satu diantara 10 elemen dasar konsep Osborne dan Gaebler tentang
“reinventing government” adalah sebuah orientasi pemerintahan pada hasil (result
oriented). Artinya pemerintahan yang baik itu lebih mengutamakan sebuah hasil dan
bukan sebuah input atau output produk layanan. Menejemen kinerja pemerintahan harus
memiliki hasil, manfaat, dan dampak yang positif bagi masyarakat pengguna layanan.
Secara konseptual manajemen kinerja pemerintahan adalah suatu upaya untuk
memperoleh dan meningkatkan hasil terbaik dari tujuan yang telah diterapkan dalam
suatu organisasi pemerintahan. Menurut Mohammad kinerja merupakan tingkat efisiensi
dan efektivitas serta inovasi dalam pencapaian tujuan pihak manajemen dan divisi-divisi
yang ada dalam organisasi.
Manajemen kinerja pemerintahan yang beriorientasi hasil pada dasarnya merupakan
penerapan konsep dan teknik di sektor bsinis yang kemudian diterapkan dalam
pengelolahan sektor public dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kepuasan
masyarakat yang dilayaninya.
Munculnya undang-undang tentang kinerja dan hasil pemerintahan-GPRA 1993
yang dilatarbelakangi oleh berbagai studi mendalam bahwa badan-badan pemerintah di
amerika serikat sering kali gagal dalam mengelola keuangannya secara tepat, kurang
mampu mengidentifikasi dengan jelas apa yang akan dicapai, atau menyelesaikan
pekerjaan secara efektif. Melalui GPRA, menurtu Robinson (2002) badan-badan
pemerintahan di amerika serikat dituntut untuk membuktikan bahwa mereka berhasil
untuk public. Upaya serupa juga dilakukan pemerintah indoensia, setidaknya hal itu
terlihar dari sejumlah perubahan dalam produk perundang-undangan, khususnya sejak
periode 1990-an. Alasanya kurang lebih sama dengan Negara-negara yang lebih dahulu
menerapkan pendekatan manajemen kinerja atau dalam konsep yang lebih umum disebut
manajemen public baru.
E. Manajemen Publik Baru
Manajemen public baru adalah sebuah kalimat umum yang kemudian menjadi satu
kesatuan istilah dan hingga kini banyak dipakai untuk model manajemen public modern
menggantikan istilah manajemen sebelumnya yang dianggap sudah ketinggalan zaman.
Pendekatan manajemen modern disekor public itu pada awalnya muncul di eropa
tahun 1980-an dan 1990-an sebagai reaksi dari tidak memadainya model administrasi
public tradisonal. Menurut beberapa para ahli memberikan pendekatan manajerial
modern, yaitu : managerialism, new public management, market based public
administration, post bureaucratic paradigm,dan entrepreneurial government.
Menurut catatan Hughes, pada decade akhir 80-an dan terus berlanjut hingga decade
90-an itu bermunculan kritik semakin keras ditunjukan kepada organisasi-organisasi
sektor public agar segara melakukan reformasi manajemen sektor public. Proses ini
hanya muncul dan diakomodasi secara efektif jika manajemen pemerintahan memakai
pendekatan yang sama dengan manajemen di sektor swasta maupun organisasi-
organisasi nir-laba lainnya.
NPM merupakan teori manajemen public beranggapan bahwa praktik manajemen
sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan praktik manajemen pada sektor
public tradisonal.
Jika disederhanakan dalam bahasa yang umu, maka apa yang di sebut konsep New
Public management pada dasarnya mengandung tujuh komponen utama:
1. Manajemen professional di sektor public
2. Adanya standar kinerja dan ukuran kinerja
3. Penekanan yang lebih besar terhadap pengendalian output dan outcome
4. Pemecahan unit-unit kerja di sektor public
5. Menciptakan persaingan disektor public
6. Pengadopsian gaya manajemen di sektor bsinis ke dalam sektor public
7. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih besar dalam menggunakan
sumber daya.
Konsep NPM merupkan isu penting dalam reformasi sektor public, serta perkembangan
menjadi sebuah gerakan global.
F. Implementasi New Public Management (NPM)
Meskipun tidak semua Negara tergolong berhasil dalam menerapkan prinsip-prinsip
manajemen public baru, namun secara umum ada komitmen kuat untuk terus berusaha
menerapkannya. Beberapa Negara itu secara konsisten berusah terus menyempurnakan
berbagai produk perundangan yang berkaitan dengan manajemen pemerintahan yang
lebih baik.
Perubahan di tingkat kelembagaan dan Institusional organisasi relative mudah
dilakukan, namun demikian dengan perubahan perilaku aparatur birokrasi yang akan
menjalankannya. Konsep itu sejalan dengan sepuluh prinsip yang diusulkan Osborne
dan Gaebler mengenai reinventing government: pemerintahan katalis, pemerintahan
milik masyarakat, pemerintahan yang digerakkan oleh misi, pemerintahan yang
beriorentasi kepada hasil, pemerintahan yang berorientasi kepada pelanggangm,
pemerintahan wirausaha, pemerintahan yang antisipatif, pemerintahan yang
terdesentarlisasi, dan pemerintahan yang berorientasi pasar. Dengan mendesentarlisasika
wewenang dengan menjalankan manajemen partisipasi lebih menykai makanisme pasar
ketimbang makanisme birokratis.
Konsep manajemen public baru dapat diterima sebagai sebuah konsep yang secara
ilniah daoa dibuktikan kehendaknya, karena dalam sejumlah kasus telah teruji dan
dipraktikan oleh sejumlah Negara. Pemahaman dan kesadaran teoritik ini ternyata tidak
menjamin hadirnya sebuah proses implementasi yang konsisten sebagaimana
teoritiknya.

Kelebihan buku:
Buku ini menjelaskan secara terbagi-bagi sehingga terspesifikan.

Kekurangan buku :
Kekurangannya itu pada penjelasan materi yang belum dalam, sehingga tidak terlalu
dipahami. Beberapa kata yang lumayan sulit untuk dipahami.

Anda mungkin juga menyukai