Anda di halaman 1dari 5

PENTINGNYA MEMPELAJARI KEBIJAKAN PUBLIK BAIK INSTANSI

PEMERINTAH MAUPUN INSTANSI SWASTA

Mengapa kebijakan publik perlu untuk kita pelajari ?

Mempelajari kebijakan publik pada dasarnya adalah berusaha menggambarkan,


menganalisis dan menjelaskan secara cermat berbagai sebab dan akibat dari tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah. Dengan mempelajari kebijakan publik maka kita
dapat memahami isi kebijakan publik/kebijakan pemerintah, terutama menilai dampak dari
kekuatan-kekuatan lingkungan, menganalisa akibat dari pengaturan berbagai kelembagaan,
proses-proses politik, meneliti akibat kebijakan publik terhadap sistem politik dan evaluasi
dampak kebijakan terhadap negara.

Analisis kebijakan publik walaupun merupakan bagian dari study Ilmu Administrasi
Negara, tetapi bersifat multidisipliner, karena banyak meminjam teori, metode dan tekhnik
dari studi Ilmu sosial, ilmu ekonomi, ilmu politik dan ilmu psikologi. Studi kebijakan publik
mulai berkembang pada awal tahun 1970-an terutama degan terbitnya tulisan harold D.
Laswell tentang Policy Sciences. Fokus utama studi ini adalah pada penyusunan agenda
kebijakan, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi
kebijakan.

Konsep Kebijakan Publik

Kebijakan publik menurut Thomas Dye (1981:1) adalah apa pun pilihan pemerintah
untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is whatever governments choose to do
or not to do). Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu yang
tidak dilakukan pemerintah disamping yang dilakukan oleh pemerintah ketika pemerintah
menghadapi suatu masalah publik.

Sebagai contoh, ketika pemerintah mengetahui bahwa ada jalan yang rusak dan dia
tidak membuat kebijakan untuk memperbaikinya, berarti pemerintah sudah mengambil
kebijakan. Definisi kebijakan publik dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa
(1) kebijakan publik tersebut dbuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2)
kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan
pemerintah. Kebijakan pemerintah untuk tidak membuat program baru atau tetap pada status
quo, misalnya tidak menunaikan pajak adalah sebuah kebijakan publik.

James E. Anderson (1979:3) mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang


ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Walaupun disadari bahwa kebijakan
publik dapat dipengaruhi oleh para aktor dan faktor dari luar pemerintah. Dalam pandangan
David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan publik, ketika itu pula pemerintah
mengalokasikan nilai-nilai kepada masyarakat, karena setiap kebijakan mengandung
seperangkat nilai didalamnya (dikutip Dye, 1981). Sebagai contoh, ketika pemerintah
menetapkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan kemudian diganti dengan Undang-
Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, terlihat bahwa nilai yang akan dikejar
adalah penghormatan terhadap nilai demokrasi dan pemberdayaan terhadap masyarakat lokal
dan pemerintah daerah.

Hal yang sama juga dinyatakan, Harrold laswell dan Abraham Kaplan berpendapat
bahwa kebijakan publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika-praktika sosial yang
ada dalam masyarakat (Dikutif Dye, 1981). Ini berarti kebijakan publik tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai dan paktik-praktik sosial yang ada dalam masyarakat. Ketika
kebijakan publik berisi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan publik
tersebut akan mendapat resistensi ketika diimplementasikan. Sebaliknya, suatu kebijakan
publik harus mampu mengakomodasi nilai-nilai dan pratika-praktika yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat.

Proses Analisis Kebijakan Publik

Proses analisis kebijakan public adalah serangkaian aktivitas intlektual yang


dilakukan dalam proses kegiatan yang ersifat politis. Aktivitas politik tersebut Nampak dalam
serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi
kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Sedangkan aktivitas perumusan
masalah, forecasting, rekomendasi kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan adalah
aktivitas yang lebih bersifat intlektual.
James Anderson (1979:23-24) sebagai pakar kebijakan publik meenetapkan proses kebijakan
public sebagai berikut:

1. Formulasi masalah (problem formulation): apa masalahnya? Apa yang membuat hal
tersebut menjadi masalah kebijakan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam
agenda pemerintah?

2. Formulasi kebijakan (formulation): bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau


alternatf-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut? Sipa saja yang berpartisipasi
dalam formulasi kebijakan?

3. Penentuan kebijakan (adoption): bagaimana alternative ditetapkan? Persyaratan atau


criteria seperti apa yang harus dipenuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan?
Bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebjakan? Apa isi dari kebijakan
yang telah ditetapkan?

4. Implementasi (implementasion): siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan?


Apa yang mereka kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan?

5. Evaluasi (evaluation): bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur?


Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Apa konsekuensi dari adanya evaluasi
kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan?

Sedangkan Michael Howlet dan M. Ramesh (1995:11) menyatakan bahwa proses kebijakan
public terdiri dari lima tahapan sebagai berikut:

1. Penyusunan agenda ( agenda seting), yakni suatu proses agar suatu masalah bias mendapat
perhatian dari pemerintah.

2. Formulasi kebijakan (policy formulation), yakni proses perumusan pilihan-pilihan


kebijakan oleh pemerintah.

3. Pembuatan kebijakan (decision making), yakni proses ketika pemerintah memilih untuk
melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan.
4. Implementasi kebijakan (policy implementation), yaitu prses untuk melaksanakan
kebijakan supaya mencapai hasil.

5. Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yakni proses untuk memonitor dan menilai hasil
atau kinerja kebijakan.

Sistem Kebijakan Publik

Analisis kebijakan merupakan proses kajian yang mencakup lima komponen, dan
setiap komponen dapat berubah menjadi komponen yang lain melalui prosedur metodologi
tertentu, seperti perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan, dan evaluasi.
Sebagai contoh, prosedur peramalan akan menghasilkan masa depan kebijakan, dan
rekomendasi akan melahirkan aksi kebijakan, dan pemantaan akan menghasilkan hasil-hasil
kebijakan, serta evaluasi akan melahirkan kinerja kebijakan. Melakukan analisis kebijakan
berarti menggunakan kelima prosedur metodologi tersebut, yakni merumuskan masalah
kebijakan, melakukan peramalan, membuat rekomendasi, melakukan pemantauan, dan
melakukan evaluasi kebijakan.

Implementasi Kebijakan Dalam Analisis Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan publik sebagai salah satu aktivitas dalam proses kebijakan
publik, yang bersentuhan dengan kepentingan publik serta dapat diterima oleh
publik. Kebijakan tersebut terutama pada tahapan perencanaan dan perumusan formulasi
kebijakan dilakukan. Namun jika pada tahapan pelaksanaannya tidak diperhatikan
optimalisasi implementasinya, maka formulasi dan implementasi kebijakan tidak seiring
sejalan sehingga implementasi dari kebijakan itu tidak sesuai dengan yang
diharapkan, bahkan menjadikan produk kebijakan itu sebagai menjadi batu sandungan bagi
pembuat kebijakan itu sendiri.

Evaluasi Kebijakan Publik

Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja, tanpa dilakukan evaluasi.
Evaluasi kebijakan dilakukan untuk menilai sejauhmana keefektifan kebijakan publik untuk
dipertanggung jawabkan kepada publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi dibutuhkan untuk melihat kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

Putra (2003:100-101) mengemukakan tiga macam evaluasi kebijakan publik, yaitu:

(1) evaluasi administratif, yaitu evaluasi yang dilakukan di dalam lingkup pemerintahan atau
di dalam instansi-instansi. Sorotan dari evaluasi ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan
prosedur kebijakan publik dan aspek finansial.

(2) evaluasi yudisial; yaitu evaluasi yang berkaitan dengan objek-objek hukum. Apakah
terdapat pelanggaran hukum atau tidak dari kebijakan publik yang sedang dievaluasi tersebut.

(3) evaluasi politik, yaitu evaluasi yang menyangkut pertimbangan-pertimbangan politik dari
suatu kebijakan.

Fungsi Evaluasi

Fungsi Evaluasi kebijakan publik menurut Nugroho (2011:463) memiliki empat


fungsi, yaitu eksplanasi, kepatuhan, audit, dan akunting. Melalui evaluasi dapat dipotret
realitas pelaksanaan program dan generalisasi tentang pola-pola hubungan antar-berbagai
dimensi realitas yang diamatinya.

(1) Eksplanasi, evaluator dapat mengindetifikasi masalah, kondisi, dan aktor yang
mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan;

(2) Kepatuhan, melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan para pelaku, baik birokrasi
maupun pelaku lainnya, sesuai dengan standar prosedur yang ditetapkan kebijakan;

(3) Audit, Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai kekelompok
saran kebijakan, atau ada kebocoran, atau penyimpangan;

(4) Akunting, melalui evaluasi dapat diketahui apa akibat ekonomi dari kebijakan tersebut.

Evaluasi Kinerja kebijakan diakukan untuk menilai hasil yang dicapai oleh suatu
kebijakan setelah dilaksanakan. Hasil yang dicapai dapat diukur dalam ukuran jangka
pendek atau output, jangka panjang atau outcome. Evaluasi kinerja kebijakan dengan
melakukan penilaian komprehensif terahadap: Pencapain target (output), Pencapai tujuan
kebijakan (outcome), Kesenjangan (gap) antar target dan tujuan dengan pencapaian,
Perbandingan (benchmarking) dengan kebijakan yang sama di tempat lain yang berhasil.

Anda mungkin juga menyukai