Dosen :
Oleh :
NIM .29.2474
PROGRAM PASCASARJANA
2017
1. Konsep Kebijakan Publik
1.1 Pengertian Kebijakan Publik
Istilah kebijakan (policy) seringkali penggunaannya dipertukarkan dengan
istilah-istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang
ketentuan-ketentuan, usulan-usulan dan rancangan besar. Bagi para pembuat
kebijakan (policy makers) istilah-istilah tersebut tidaklah akan menimbulkan masalah
apapun karena mereka menggunakan referensi yang sama. Namun bagi orang-orang
yang berada di luar struktur pengambilan kebijakan istilah-istilah tersebut mungkin
akan membingungkan.
Syafiie (2006:104), mengemukakan bahwa kebijakan (policy) hendaknya
dibedakan dengan kebijaksanaan (wisdom) karena kebijaksanaan merupakan
pengejawantahan aturan yang sudah ditetapkan sesuai situasi dan kondisi setempat
oleh person pejabat yang berwenang. Untuk itu Syafiie mendefenisikan kebijakan
publik adalah semacam jawaban terhadap suatu masalah karena akan merupakan
upaya memecahkan, mengurangi, dan mencegah suatu keburukan serta sebaliknya
menjadi penganjur, inovasi, dan pemuka terjadinya kebaikan dengan cara terbaik dan
tindakan terarah.
Keban (2008:55) memberikan pengertian dari sisi kebijakan publik, yang
dikutipnya dari pendapat Graycar, dimana menurutnya bahwa : Public Policy dapat
dilihat dari konsep filosifis, sebagai suatu produk, sebagai suatu proses, dan sebagai
suatu kerangka kerja. Sebagai suatu konsep filosofis, kebijakan merupakan
serangkaian prinsip, atau kondisi yang diinginkan, sebagai suatu produk, kebijakan
dipandang sebagai serangkaian kesimpulan atau rekomendasi, dan sebagai suatu
proses, kebijakan dipandang sebagai suatu cara dimana melalui cara tersebut suatu
organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya, yaitu program dan
mekanisme dalam mencapai produknya, dan sebagai suatu kerangka kerja, kebijakan
merupakan suatu proses tawar menawar dan negosiasi untuk merumus isu-isu dan
metode implementasinya.
Sedangkan menurut Wiliiam N. Dunn (2003:132), Kebijakan Publik (Public
Policy) adalah Pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang
saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat
oleh badan atau kantor pemerintah. Dalam teori sistem yang dikemukakan oleh Dunn
(2003:132), dalam pembuatan kebijakan publik melibatkan tiga elemen yaitu pelaku
kebijakan, kebijakan publik dan lingkungan kebijakan yang semuanya saling
terhubung dan terkait.
Selanjutnya tentang kebijakan publik Dye (2008:1), mengemukakan :
Public policy is what ever governments choose to do or not to do, konsep ini
menjelaskan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah
untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Menurutnya bahwa apabila pemerintah
memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuan dan kebijakan negara
tersebut harus meliputi semua tindakan pemerintah, bukan semata-mata pernyataan
keinginan pemerintah atau pejabatnya. Disamping itu sesuatu yang tidak
dilaksanakan oleh pemerintah pun termasuk kebijakan negara. Hal ini disebabkan
sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh yang
sama besarnya dengan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah.
Dengan demikian kebijakan menurt Dye, adalah merupakan upaya untuk memahami:
1. Apa yang dilakukan dan atau tidak dilakukan oleh pemerintah,
2. Apa penyebab atau yang mempengaruhinya, dan
3. Apa dampak dari kebijakan tersebut jika dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan.
Kalau konsep ini diikuti, maka dengan demikian perhatian kita dalam
mempelajari kebijakan seyogianya diarahkan pada apa yang nyata dilakukan oleh
pemerintah dan bukan sekedar apa yang ingin dilakukan. Dalam kaitan inilah maka
mudah dipahami jika kebijakan acap kali diberikan makna sebagai tindakan politik.
Sehubungan dengan hal tersebut Dunn, (2003:22), mengemukakan bahwa proses
analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan di dalam
proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis.