Anda di halaman 1dari 28

KEBIJAKAN KESEHATAN

KERANGKA ANALISIS
KEBIJAKAN
Sub Pokok Bahasan
Arti analisis kebijakan
Analisis kebijakan: kerangka yang terintegrasi
Bentuk-bentuk analisis kebijakan
Pengertian Analisis Kebijakan
Kesehatan
Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang
mengandung arti atau dimensi yang luas, yaitu analisa atau
analisis, kebijakan, dan kesehatan.
Analisa atau analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu
peristiwa (seperti karangan, perbuatan, kejadian atau
peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya,
sebab musabab atau duduk perkaranya (Balai Pustaka,
1991).
Kebijakan  adalah rangkaian dan asas yang
menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan
cara bertindak (tentag organisasi, atau
pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan,
prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman
untuk manajemen dalam usaha mencapai
sasaran tertentu.
Contoh:
Kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan asas
yang menjadi garis besar rencana atau aktifitas suatu
negara untuk mengembangkan kebudayaan
bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan
garis besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur
atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan dinamika
penduduk dalam negaranya (Balai Pustaka, 1991).
Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang
kesehatan, kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara soial dan
ekonomi (RI, 1992). Pengertian ini cenderung
tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh
WHO, yaitu
kesehatan adalah suatu kaadaan yang sempurna
yang mencakup fisik, mental, kesejahteraan dan
bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau
kecacatan.Menurut UU No. 36, tahun 2009
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
B. Perumusan Masalah Kebijakan Kesehatan
 Masalah kebijakan, adalah nilai, kebutuhan atau
kesempatan yang belum terpenuhi, tetapi dapat
diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik.
 Tingkat kepelikan masalah tergantung pada
nilai dan kebutuhan apa yang dipandang paling
panting.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari
masalah kebijakan, adalah:
 Interdepensi (saling tergantung)
1. Subjektif,
2. Artifisial,
3. Dinamis
4. Tidak terduga
C. Pendekatan Analisis Kebijakan Kesehatan
Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis
kebijakan dapat menggunakan beberapa pendekatan,
yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif
(Dunn, 1988).
1. Pendekatan Empiris,
2. Pendekatan evaluatif,  
3. Pendekatan normatif,
Ketiga pendekatan di atas menghendaki suatu kegiatan
penelitian dan dapat memanfaatkan berbagai pendekatan
lintas disiplin ilmu yang relevan. Adapun model panelitian
yang lazim digunakan adalah penelitian operasional,
terapan atau praktis. Pembuatan informasi yang selaras
kebijakan (baik yang bersifat penandaan, evaluatif,
dan anjuran) harus dihasilkan dari penggunaan
prosedur analisis yang jelas (metode penelitian).
Menurut Dunn (1988), dalam Analisis Kebijakan, metode analisis
umum yang dapat digunakan, antara lain:
1. Metode peliputan
memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai sebab
akibat kebijakan di masa lalu
2. Metode peramalan
memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai akibat
kebijakan di masa depan.
3. Metode evaluasi,
pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di
masa lalu dan masa datang.
 

 
D.  Peran Analisis Kebijakan Kesehatan

Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil


pengembangan dari analisis kebijakan publik. Akibat
dari semakin majunya ilmu pengetahuan dan
kebutuhan akan analisis kebijakan dalam bidang
kesehatan itulah akhirnya bidang kajian analisis
kebijakan kesehatan muncul.
Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru,
analisis kebijakan kesehatan memiliki peran dan
fungsi dalam pelaksanaannya. Peran dan fungsi itu
adalah adanya analisis kebijakan kesehatan akan
memberikan keputusan yang fokus pada masalah
yang akan diselesaikan.
BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN

Dunn (2000:117-122) ada tiga bentuk atau model


analisis kebijakan, yaitu model prospektif, model
retrospektif, dan model integratif :
o Model prospektif
Berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi kebijakan
dimulai dan diimplementasikan cenderung menciri cara berop-
erasinya para ekonom, analis sistem, dan peneliti operasi. Analis
prospektif acapkali menimbulkan jurang pemisah yang besar antara
pemecahan masalah yang diunggulkan dan upaya-upaya pemerin-
tah untuk memecahkannya.
o Model Retrospektif
Penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi
kebijakan dilakukan mencakup berbagai tipe kegiatan
yang dikembangkan oleh tiga kelompok analis:
 Analis yang berorientasi pada disiplin
Pada analis ini jarang menghasilkan informasi yang secara
langsung bermanfaat untuk merumuskan pemecahan atas
masalah-masalah kebijakan, terutama karena variabel-
variabel yang paling relevan bagi penguji-penguji teori
ilmiah umum juga jarang dapat digunakan oleh pembuat
kebijakan untuk melakukan manipulasi kebijakan.
 Analis yang berorientasi pada masalah
Para analis yang berorientasi pada masalah kurang
menaruh perhatian pada pengembangan dan pen-
gujian teori-teori yang dianggap penting di dalam
disiplin ilmu sosial, tetapi lebih menaruh perhatian
pada identifikasi variabel-variabel yang dapat dima-
nipulasi oleh para pembuat kebijakan untuk men-
gatasi masalah. Analis yang berorientasikan pada
masalah jarang menyajikan informasi mengenai tu-
juan dan sasaran kebijakan yang spesifik dari para
pembuat kebijakan.
 
 Analis yang berorientasi pada aplikasi
Menerangkan sebab dan konsekuensi kebijakan-kebijakan dan
program publik, tetapi tidak menaruh perhatian terhadap
pengembangan dan pengujian teori-teori dasar. Melakukan iden-
tifikasi tujuan dan sasaran kebijakan dari para pembuat kebi-
jakan dan pelaku kebijakan. Informasi mengenai tujuan-tujuan
dan sasaran kebijakan memberi landasan bagi pemantauan dan
evaluasi hasil kebijakan yang spesifik, yang dapat digunakan
oleh praktisi untuk merumuskan masalah-masalah kebijakan,
mengembangkan alternatif kebijakan baru, dan merekomen-
dasikan arah tindakan untuk memecahkan masalah.
 
o Model integratif
 Model perpaduan antara kedua model di atas. Model ini kerap disebut
sebagai model komprehensif atau model holistik, karena analisis di-
lakukan terhadap konsekuensi-konsekuensi kebijakan yang mungkin tim-
bul baik sebelum maupun sesudah suatu kebijakan dioperasikan. Model
analisis kebijakan ini biasanya melibatkan teknik-teknik peramalan dan
evaluasi secara terintegrasi.
 Maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model retro-
spektif yaitu analis yang berorientasi pada aplikasi, karena kebijakan
yang akan dibahas ditujukan merumuskan masalah kemacetan,
mengembangkan alternatif kebijakan yang baru dan merekomendasikan
tindakan untuk mengatasi kemacetan di jalan protokol Kota Bandar Lam-
pung.
Analisis Kebijakan; Kerangka Terintegrasi

 Analisis kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses


pengkajian yang meliputi lima komponen informasi
kebijakan (policy-informational components) yang
ditransformasikan dari satu ke lainnya dengan
menggunakan lima prosedur analisis kebijakan (policy-
analytic procedures) seperti digambarkan dalam
kerangka kerja yang disajikan dalam gambar dibawah ini:
 
 Penggunaan prosedur analisis kebijakan (seperti perumusan
masalah, peramalan, pemantauan, evaluasi, rekomendasi)
memungkinkan analis mentransformasikan satu tipe ke tipe
informasi lainnya. Informasi dan prosedur bersifat saling
tergantung; mereka terkait dalam proses dinamis transformasi
informasi kebijakan (policy informational transformations).
 Oleh karena itu komponen-komponen informasi kebijakan (seperti
masalah-masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi
kebijakan, hasil kebijakan, kinerja kebijakan) ditransformasikan
dari satu ke yang lainnya dengan menggunakan prosedur analisis
kebijakan. Seluruh proses diatur melalui perumusan masalah yang
diletakkan pada pusat kerangka kerja.
SEKEMA KERANGKA KERJA
 Penggunaan prosedur analisis kebijakan (seperti perumusan
masalah, peramalan, pemantauan, evaluasi, rekomendasi)
memungkinkan analis mentransformasikan satu tipe ke tipe
informasi lainnya. Informasi dan prosedur bersifat saling
tergantung; mereka terkait dalam proses dinamis transformasi
informasi kebijakan (policy informational transformations).
 Oleh karena itu komponen-komponen informasi kebijakan (seperti
masalah-masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan,
hasil kebijakan, kinerja kebijakan) ditransformasikan dari satu ke
yang lainnya dengan menggunakan prosedur analisis kebijakan.
Seluruh proses diatur melalui perumusan masalah yang diletakkan
pada pusat kerangka kerja.
 Proses analisis yang diilustrasikan dalam Gambar 2.2
dibuat untuk tujuan metodologis, untuk mempelajari
kelebihan dan kekurangan dari metode-metode dan
teknik-teknik analisis kebijakan. Gambar tersebut
merupakan rekonstruksi logis dari proses analisis
kebijakan; proses aktual mengerjakan analisis
kebijakan dapat sesuai atau tidak sesuai dengan
rekonstruksi logis tersebut, yang merupakan abstraksi
dari banyak deskripsi konkrit tentang praktek yang
dilakukan analis kebijakan. Logika yang digunakan
analis dalam praktek mencerminkan variasi yang
muncul baik dari karakteristik individual para analis
dan keadaan institusional di mana mereka bekerja.
 Diantara faktor-faktor yang memengaruhi variasi di
dalam logika yang digunakan analis adalah sebagai
berikut:
o Langgam kognitif (cognitive styles). Langgam kognitif –disposisi personal
yang relatif stabil terhadap cara-cara berpikir yang berbeda –
mempengaruhi praktek analisis kebijakan.
o Peranan analitis (Analytic roles). Para analis kebijakan memainkan peranan
sebagai “pengusaha”, “politisi”, dan “teknisi”.
o Sistem insentif kelembagaan (Institutional incentive systems).
Orientasi yang berbeda terhadap analisis –“kritik nilai humanistik”
dan “saintifik” –telah ditemukan di dalam lembaga penelitian
kebijakan lintas sektoral. Mekanisme bagi control kualitas
kelembagaan juga berbeda, mempengaruhi validitas atau
rasionalitas kesimpulan-kesimpulan dan rekomendasi-
rekomendasi.
o Hambatan waktu institusional (Intitutional time constraints). Para
analis bekerja dibawah hambatan waktu yang ketat, berlangsung
melalui proses analisis yang lebih cepat dibandingkan dengan para
analis yang bekerja untuk lembaga universitas yang hanya
mempunyai sedikit hambatan waktu.
o Sosialisasi profesional (professional socialization). Disiplin yang
berbeda-beda mensosialisasikan para anggotanya ke dalam
orientasi “dasar” yang lebih tradisional terhadap analisis kebijakan,
sementara yang lain mensosialisasikan para anggotanya ke dalam
orientasi yang lebih “terapan” yang meliputi nasehat atau
rekomendasi. 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai