Anda di halaman 1dari 25

Mata kuliah

Kebijakan Publik
Perumusan Kebijakan Publik (lanjutan)

1. Formulasi kebijakan
2. Model dan siklus kebijakan
3. Aktor-aktor perumus kebijakan
Proses perumusan dan penetapan kebijakan

1. Identifikasi masalah atau isu-isu aktual


2. Agenda setting
3. Formulasi kebijakan

Perumusan kebijakan publik, tahap ini mulai dari


perumusan masalah sampai dengan dipilihnya alternatif
kebijakan untuk direkomendasikan dan disahkan oleh
pejabat yang berwenang.
Fase-fase dalam proses pembuatan kebijakan dan
karakteristiknya

Fase Karakteristik
Pejabat publik mengidentifikasi masalah dan
Identifikasi masalah dan membahasnya dalam agenda setting.
agenda setting Banyak masalah tidak tersentuh atau ditunda untuk waktu
yang lama.
Formulasi Pejabat publik merumuskan alternative kebijakan untuk
Kebijakan mengatasi masalah yang telah dirumuskan.

Alternative kebijakan yg diadopsi dengan dukungan atau


Adopsi dan pembuatan konsensus dari mayoritas legislative, atau berdasarkan
Kebijakan keputusan peradilan.

Implementasi Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan dengan


Kebijakan memobilisasi sumberdaya finansial dan sumberdaya
manusia.
Penilaian Institusi yang berwenang menentukan apakah kebijakan
Kebijakan yang dibuat sesuai ketentuan atau tidak
Formulasi

• Formulasi (KBI) = merumuskan  memformulasikan =


merumuskan atau menyusun dalam bentuk yang tepat.

• Menurut Anderson (dalam Winarno, 2007) formulasi


kebijakan menyangkut upaya menjawab pertanyaan
bagaimana berbagai alternatif disepakati untuk
mengatasi masalah yang dikembangkan dan siapa yang
berpartisipasi.
• Charles E. Lindblom (dalam Solichin Abdul Wahab,
1997) mengatakan bahwa:

• Formulasi kebijakan publik merupakan proses politik


yang amat kompleks dan analisis dimana tidak
mengenal saat dimulai dan diakhirinya, batas dari proses
itu sesungguhnya paling tidak pasti, serangkaian
kekuatan yang agak kompleks itu kita sebut sebagai
pembuatan kebijakan publik, itulah yang kemudian
membuahkan hasil yang disebut kebijakan.
• Udoji , seorang pakar kebijakan publik (dalam
Solichin Abdul Wahab, 1997:17) merumuskan
formulasikebijakan ini sebagai berikut:

• The whole process of articulating and defining


problems, formulating possiblesolution into
political demands, chanelling thosedemands into
political system, seeking sanction or legitimation
of the preferred course of action, legitimationand
implementation, monitoring and review
(feedback). Artinya:
• Artinya:
• Keseluruhan proses yang menyangkut artikulasi dan
pendefinisian masalah, perumusan kemungkinan
pemecahan masalah dalam bentuk tuntutan-tuntutan
politik, pengaturan tuntutan-tuntutan tersebut ke dalam
sistem politik, upaya pemberian sanksi-sanksi atau
legitimasi tindakan yang dipilih, pengesahan dan
pelaksanaan atau implementasi, monitoring dan
peninjauan kembali (umpan balik)
• Menurut William Dunn (2000), perumusan
kebijakan (policy formulation) adalah
pengembangan dan sintesis terhadap
alternatif-alternatif pemecahan masalah.

• Winarno (2002:29) menyatakan bahwa


masing-masing alternatif bersaing untuk
dipilih sebagai kebijakan dalam rangka untuk
memecahkan masalah.
Formulasi kebijakan pada umumnya melalui tujuh tahapan:

1. Pengkajian masalah. Tujuannya untuk menemukan dan


memahami hakekat masalah dan kemudian
merumuskannya dalam hubungan sebab akibat.

2. Penentuan tujuan. Adalah tahapan untuk menentukan


tujuan yang hendak dicapai melalui kebijakan publik
yang segera akan diformulasikan.

3. Perumusan alternatif. Alternatif adalah sejumlah solusi


pemecahan masalah yang mungkin diaplikasikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4. Penyusunan model. Model adalah penyederhanaan
dan kenyataan persoalan yang dihadapi yang
diwujudkan dalam hubungan kausal. Model dapat
dibangun dalam berbagai bentuk, misalnya model
skematik, model matematika, model fisik, model
simbolik, dan lain-lain.

5. Penentuan kriteria. Analisis kebijakan memerlukan


kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai alternatif
kebijakan yang ditawarkan. Kriteria yang dapat
dipergunakan antara lain kriteria ekonomi, hukum,
politik, teknis, administrasi, peranserta masyarakat, dan
lain-lain.
6. Penilaian alternatif. Penilaian alternatif dilakukan
dengan menggunakan kriteria dan tujuan untuk
mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai tingkat
efektivitas dan kelayakan setiap alternatif dalam
pencapaian tujuan.

7. Perumusan rekomendasi. Rekomendasi disusun


berdasarkan hasil penilaian alternatif kebijakan yang
diperkirakan akan dapat mencapai tujuan secara
optimal dan dengan kemungkinan dampak negatif yang
sekecil-kecilnya.
Adopsi kebijakan

• Dari beberapa alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh


para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari
alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan
dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur
lembaga atau keputusan peradilan (Dunn 2000:24).

• Soenarko (1998) menyatakan bahwa suatu rancangan


yang disepakati harus dipertimbangkan oleh pejabat
pemerintah yang berwenang apakah suatu keputusan
yang diambil akan diterima atau tidak.
• Apabila tidak diterima atau bahkan ditolak sama
sekali (rejected), maka rancangan kebijakan
tersebut harus dirumus kembali (reformulated).

• Sebaliknya, apabila rancangan itu diputuskan


untuk dapat diterima, maka rancangan kebijakan
tersebut lalu disahkan dan selanjutnya
diimplementasikan.
Model kebijakan publik

• Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang


menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang
seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi, dan
susun untuk tujuan tertentu.

• Model digunakan karena adanya eksistensi masalah


publik yang kompleks. A model is an abstraction of
reality (Quade)

• Bentuk model dapat berupa konsep / teori, model fisik


(maket, bentuk prototipe), model citra (gambar
rancangan, citra komputer), atau rumusan matematis.
Model kebijakan publik harus:

1. Sederhana dan jelas (clear).


2. Ketepatan identifikasi aspek penting problem kebijakan
(precise).
3. Menolong untuk pengkomunikasian (communicable).
4. Usaha langsung untuk memahami kebijakan publik
secara lebih baik (manageble).
5. Memberikan penjelasan dan memprediksi konsekuensi
(consequences).
Model pembuatan kebijakan (Yehezkel Dror)

1. Pure rationality model, model ini menekankan bahwa


dalam pembuatan kebijakan murni didasarkan pada
rasionalitas.

2. Economically rational model, model ini melihat dari


sudut pandang ekonomis, menekankan pada efesiensi
dan efektivitas.

3. Sequential-decision model, model ini menekankan


pada penentuan alternatif dibuat secara eksperimen,
dengan harapan tercapai kebijakan yang paling efektif.
4. Incremental model: kebijakan dibuat dengan
perubahan sedikit demi sedikit.

5. Satisficing model, adalah model yang mempunyai


strategi yang ditujukan untuk mencapai hasil yang
memuaskan semua kelompok pemangku kepentingan.

6. Extra-rational model, model yang menekankan pada


pemikiran yang paling rasional.

7. Optimal model, menekankan pada integritas nilai,


kegunaan praktis, alokasi sumberdaya, tujuan,
pemilihan alternatif, peramalan hasil, dan evaluasi
program.
Lima tahap dalam siklus kebijakan dan keterkaitannya
dengan penyelesaian masalah

Fase penyelesaian masalah terapan Tahapan dalam siklus kebijakan


(Phases of Applied Problem-Solving) (stages in policy cycle)

1. Pengenalan masalah (problem 1. Penempatan agenda (agenda-


recognition) setting)
2. Usulan solusi (proposal of 2. Formulasi kebijakan (policy
solution) formulation)
3. Pilihan solusi (choice of solution) 3. Pembuatan kebijakan (decision
making)
4. Menempatkan solusi menjadi efek 4. Implementasi kebijakan (policy
(putting solution into effect) implementation)
5. Monitoring hasil-hasil (monitoring 5. Evaluasi kebijakan (policy
result) evaluation)
Siklus Kebijakan Publik

Perumusan
Kebijaksanaan

Evaluasi Implementasi
Kebijakan Kebijakan

Monitoring
Kebijkan
SIKLUS KEBIJAKAN
(Lester and Stewart, 2000)

6. 1.AGENDA
PENCABUTAN SETTING

5. 2.FORMULASI
PERUBAHAN

4.EVALUASI 3.IMPLEMENTASI
Aktor perumusan kebijakan publik

• Anderson (1975) menyatakan bahwa


perumusan kebijakan dalam prakteknya akan
melibatkan berbagai aktor, baik yang berasal
dari pejabat negara sebagai pembuat kebijakan
resmi (official policy-makers), maupun aktor
yang bukan pejabat negara atau bukan pejabat
pemerintahan (non governmental participants).
• Kajian terhadap aktor perumus kebijakan merupakan hal
yang penting. Para aktor merupakan penentu isi
kebijakan dan pemberi warna dinamika tahapan-tahapan
proses kebijakan.

• Lester dan Stewart (2000). Para aktor perumus


kebijakan terdiri dari, agensi pemerintah yang terdiri dari
birokrat karier, kantor kepersidenan, bahkan presiden
terlibat langsung, kongres (legeslatif), dan kelompok
kepentingan.

• Kelompok kepentingan biasanya hanya terlibat dalam


kebijakan yang bersifat spesifik.
Aktor-aktor dalam perumusan dan implementasi kebijakan
Level Executive officials and Legislative Official Bureaucratic Nongovernmental Judicials and
organizations and Organizations Officials and Individuals and Organization
Organizations Organizations

Feder  President  Congress  Department and  Corporations  Federal judges


al  Executive Office of  Congressional agency heads  Labour Union  Law Clerks
the president staff and  Staff-civil  Interest group  Marshal
 Staff support servants  Advisory body  Master,expert
 agencies  Media (with national  Federal attorneys
focus and impact)

State  Governor  State legislature  Department and  Same above (with  State judges
 Governor’s staff  Staff and agency heads state focus)  Law clerks
Support gencies  Staff-civil  Miscellaneous state
servants judicial official

Local  Mayor  City councils,  Department and  Same above (with  Local Judges
 Country board of agency heads local focus)  Law Clerk
commisioners commisioners,  Staff-civil  Missleneous local
 Other local elected other local servants judicial official
executives elected officials
 Staff  staff
• Pengadilan, merupakan aktor yang memainkan
peran besar dalam perumusan kebijakan, melalui
kewenangannya pengadilan mereview kebijakan
serta melakukan penafsiran yang mengacu
kepada undang-undang dasar.

• Dengan kewenangan ini, keputusan pengadilan


bisa mempengaruhi isi dan bentuk dari sebuah
kebijakan publik.

Anda mungkin juga menyukai