Anda di halaman 1dari 86

Pertemuan 1 s.d.

4
Dosen Pengampu: Dra. Lies Nur Intan M.Si.
Pelimpahan Tujuan
sebagian Otonomi jadi
Urusan ke Bias
daerah

Egosentris, Konflik
Kepentingan, KKN
 Lokalisasi Perijinan-Perijinan
 Masyarakat mampu menggerakan ekonomi
daerah
 Pemerataan Penghasilan
 Memperkecil Jurang Disparitas Miskin-Kaya
 Menciptakan Social Welfare (Kesejahteraan
masyarakat
 Mempersingkat jalur birokrasi
 Lebih memahami karateristik Masyarakat Daerah
(Social Capital)
 Dapat memaksimalkan Potensi SDM dan SDM
Daerah
 Melaksanakan Pembangunan Berbasis
Kebutuhan Masyarakat Setempat
 Kebijakan Publik yang diformulasi oleh daerah
secara luas memberikan warna tertentu pada
setiap daerah.
 Pelaksanaan Otoda Harus diawali oleh
Pemahaman, Formulasi dan Implementasi
Kebijakan Publik yang memihak pada
kepentingan masyarakat
 Alasan Mempelajari KP

 Pertama, alasan ilmiah.


 Kebijakan publik dipelajari dalam rangka untuk menambah
pengetahuan yang lebih mendalam, mulai dari proses perumusan,
implementasi, evaluasi bahkan sampai pada impact yang dirasakan oleh
masyarakat. Untuk kepentingan ilmiah kebijakan publik dapat
dipandang sebagai variable bebas (mempengaruhi) dan variable terikat
(dipengaruhi). Kebijakan publik dikatakan variable bebas, ketika
kebijakan publik itu berdampak pada system politik dan lingkungan.
Sebagai contoh; Pengaruh kebijakan Sekolah Gratis terhadap
kesejahteraan sosial masyarakat. Sebaliknya Kebijakan publik itu akan
menjadi variable terikat ketika faktor politik dan lingkungan
mempengaruhi atau menentukan isi sebuah kebijakan.
 Kedua, alasan professional
 Don K. Price dalam Agustino (2006) menyatakan bahwa studi
kebijakan publik berusaha menerapkan ilmu pengetahuan untuk
memecahkan masalah sosial secara praktis. Dalam bahasa sederhana
studi kebijakan digunakan sebagai alas untuk menerapkan pengetahuan
ilmiah dalam rangka memecahkan atau menyelesaikan masalah sehari-
hari. Di sini kita akan melihat bahwa apabila ilmuwan politik
mengetahui sesuatu tentang faktor yang membantu pembentukan
kebijakan publik atau konsekuensi dari kebijakan yang ada , maka
mereka harus mengerjakan sesuatu yang berguna tentang bagaimana
seharusnya individu, kelompok, pemerintah seharusnya bertindak agar
tujuan kebijakan itu tercapai.
 Ketiga, pertimbangan politis,
 Kebijakan publik dipelajari agar setiap
perundangan dan regulasi yang dihasilkan tepat
guna mencapai tujuan yang sesuai target.
Pertimbangan itu pula yang membawa kita pada
upaya untuk memastikan bahwa pemerintah
menggunakan kebijakan yang cocok untuk
mencapai tujuan yang benar.
 Robert eyestone dalam bukunya The threads of
Public Policy (1971) mendefinisikan kebijakan
public sebagai: hubungan antara unit pemerintah
dengan lingkungannya.

 Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt mendefinisikan


kebijakan public sebagai “keputusan tetap, yang
dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan
(repitisi) tingkah laku dari mereka yang membuat
dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut.
 Dye (1995) kebijakan public adalah apa yang dipilih oleh
pemerintah untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan.
Melalui definisi ini kita mendapat pemahaman bahwa
terdapat perbedaan antara apa yang akan dikerjakan
pemerintah dan apa yang sesungguhnya harus dikerjakan.

 Richard Rose (1969) kebijakan public adalah sebuah


rangkaian panjang dari banyak atau sedikit kegiatan yang
saling berhubungan dengan dan memiliki konsekuensi
bagi yang berkepentingan sebagai keputusan yang
berlainan.
 Carl Friedrich (1969) kebijakan adalah
serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan
oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat
hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan
kemungkinan-kemungkinan (kesempatan)
dimana kebijakan tersebut diusulkan agar
berguna dalam mengatasinya untuk mencapai
tujuan dimaksud.
 Arti Kebijakan :
 Serangkaian tindakan yang sengaja dilakukan oleh
seorang actor berkenaan dengan masalah yang dihadapi
oleh masyarakat.

 Kebijakan = Policy (Peraturan/hukum yang dibuat


pemerintah)
 
 Kebijaksanaan = Wisdom (Niat baik yang dilaksanakan
pemerintah dalam rangka kelancaran kebijakan)
 kebijakan yang dibuat oleh administrator
Negara/administrasi public
 sebuah program yang berisikan tujuan-tujuan,
nilai-nilai dan pelaksanaannya
 aktivitas pemerintah baik secara langsung
maupun melalui pihak lain yang berdampak
kepada kehidupan masyarakat.
 Ada tujuan yang jelas
 Memiliki sasaran yang spesifik\
 Memiliki cara mencapai sasaran tersebut
(diterjemahkan dalam bentuk PROGRAM
/PROYEK)
 KP dalam bentuk perdananya berupa penetapan
tindakan-tindakan pemerintah
 KP tidak cukup hanya dinyatakan tetapi
dilaksanakan dalam bentuk nyata
 KP baik untuk melakukan / tidak melakukan
sesuatu mempunyai dan dilandasi oleh maksud
dan tujuan tertentu
 KP harus senantiasa ditujukan untuk kepentingan
masyarakat
 Kebijakan Publik harus disertai partisipasi
masyarakat (bila tidak maka KP tsb sepihak)
 Ada kerangka KP yang jelas
 Ada strategi kebijakan
 Ada kejelasan tentang kepentingan masyarakat
 Ada pelembagaan lebih lanjut dari kemampuan
KP
 Policy demands (tuntutan kebijakan)
 Adalah: tuntutan atau desakan yang ditujukan pada pejabat-pejabat pemerintah yang dilakukan oleh
actor-aktor lain, baik swasta maupun kalangan pemerintah sendiri dalam sistim politik untuk berbuat/ /
tidak berbuat terhadap masalah tertentu.
  
 Policy decisions (keputusan kebijakan)
 Adalah : keputusan-keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang dimaksudkan untuk
memberikan keabsahan, kewenangan atau memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan Negara.
  
 Pernyataan Kebijakan
 Adalah : pernyataan resmi atau artikulasi (penjelasan) mengenai kebijakan Negara tertentu, misalnya
Ketetapan MPR, Keputusan Presiden atau dekrit Presiden, peraturan-peraturan administrative, dll.
  
 Keluaran Kebijakan
 Adalah : merupakan wujud kebijakan Negara yang paling dapat dilihat dan dirasakan karena menyangkut
hal-hal yang senyatanya dilakukan guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan-
keputusan dan pernyataan-pernyataan kebijakan.
 lebih merupakan tindakan yg mengarah pd tujuan daripada sebagai perilaku
atau tindakan yang serba acak dan kebetulan.
 pada hakikatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling terkait dan berpola
yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-pejabat
pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan yang berdiri sendiri.
 bersangkut paut dengan apa yang senyatanya dilakukan pemerintah dalam
bidang-bidang tertentu, misalnya dalam mengatur perdagangan, bukan hanya
sekedar apa yang ingin dilakukan oleh pemerintah dalam bidang-bidang
tersebut.
 mungkin berbentuk positif, mungkin pula negatif. Dalam bentuk positif,
mencakup beberapa tindakan pemerintah untuk mempengaruhi masalah
tertentu. Dalam bentuk negatif meliputi keputusan-keputusan pejabat
pemerintah untuk tidak bertindak, atau tidak melakukan tindakan apapun
dalam masalah dimana campur tangan pemerintah justru diperlukan.
  
 Suatu kebijakan publik tidak dapat secara instan lahir tetapi
melalui proses / tahapan. Banyak para ahli yang menetapkan
tahapan dalam kebijakan publik, antara lain :
 
 THOMAS R.DYE :
1. Identifikasi masalah kebijakan
2. Penyusunan agenda
3. Perumusan kebijakan
4. Pengesahan kebijakan
5. Implementasi kebijakan
6. Evaluasi kebijakan
 Menurut Thomas R. Dye (1992:328) proses kebijakan publik meliputi beberapa hal berikut :
 Identifikasi masalah kebijakan (identification of policy problem)
 Identifikasi masalah kebijakan dapat dilakukan melalui identifikasi apa yang menjadi tuntutan (demands)
atas tindakan pemerintah.
 Penyusunan agenda (agenda setting)
 Penyusunan agenda (agenda setting) merupakan aktivitas memfokuskan perhatian pada pejabat publik
dan media masa atas keputusan apa yang akan diputuskan terhadap masalah publik tertentu.
 Perumusan kebijakan (policy formulation)
 Perumusan (formulation) merupakan tahapan pengusulan rumusan kebijakan melalui inisiasi dan
penyusunan usulan kebijakan melalui organisasi perencanaan kebijakan, kelompok kepentingan,
birokrasi pemerintah, presiden, dan lembaga legislatif.
 Pengesahan kebijakan (legitimating of policies)
 Pengesahan kebijakan melalui tindakan politik oleh partai politik, kelompok penekan, presiden dan
kongres.
 Implementasi kebijakan (policy implementation)
 Implementasi kebijakan dilakukan melalui birokrasi, anggaran pubik, dan aktivitas agen eksekutif yang
terorganisasi.
 Evaluasi kebijakan (policy evaluation)
 Evaluasi kebijakan dilakukan oleh lembaga pemerintah sendiri, konsultan diluar pemerintah, pers, dan
masyarakat (publik).
 Untuk kepentingan analisa proses kebijakan setiap proses / tahapan harus mampu menjawab pertanyaan sbb :
  
 1.Identifikasi masalah kebijakan :
 a. Apa yang dimaksud dengan masalah kebijakan?
 b.Apa yang menyebabkan masalah menjadi masalah kebijakan?
  
 2.Perumusan kebijakan :
 a. Bagaimana alternative kebijakan dikembangkan?
 b. Siapa yang berpartisipasi dalam perumusan kebijakan?
  
 3.Adopsi kebijakan :
 a. Bagaimana alternative kebijakan di adopsi dan diundangkan?
 b. Persyaratan apa yang harus dipenuhi?
 c. Siapa saja yang mengadopsi kebijakan?
 d. Proses apa yang dilakukan?
 e. Muatan kebijakan apa saja yang telah diadopsi?
 4.Implementasi kebijakan :
 a. Siapa yang terlibat dalam pelaksanaan?
 b. Apa yang dilakukan agar suatu kebijakan public dapat menimbulkan efek?
 c. Apa dampaknya terhadap muatan kebijakan public?
  
  
 5.Evaluasi kebijakan :
 a. Bagaimana efektivitas atau dampak suatu kebijakan diukur?/
 b. Siapa yang melakukan kebijakan?
 c. Apa konsekwensi yang ditimbulkan dari evaluasi kebijakan?
 d. Apa ada tuntutan untuk mengubah atau mencabut kebijakan?
Problem Umum :

 Kebutuhan / ketidakpuasan manusia yang tidak


dapat dipenuhi / diatasi secara pribadi / privat
 Suatu problem dapat menjadi problem umum bila
problem tsb dapat membangkitkan orang banyak
untuk melakukan tindakan thd problem tsb.
Problem Umum :

 Kebutuhan / ketidakpuasan manusia yang tidak dapat


dipenuhi / diatasi secara pribadi / privat
 Suatu problem dapat menjadi problem umum bila
problem tsb dapat membangkitkan orang banyak untuk
melakukan tindakan thd problem tsb.
 ISSUE :
 Problem-problem umum yang saling bertentangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan
kebijakan public :
 Adanya pengaruh tekanan dari luar
 Adanya pengaruh kebiasaan lama
 Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi
 Adanya pengaruh dari kelompok luar
 Adanya pengaruh keadaan masa lalu
Faktor-faktor kesulitan dalam pembuatan kebijakan
public :

 Sulitnya memperoleh informasi yang cukup


 Bukti-bukti sulit disimpulkan
 Adanya berbagai macam kepentingan yang berbeda
 Dampak kebijakan public sulit dikenali
 Umpan balik keputusan bersifat sporadic
 Proses perumusan kebijakan tidak dimengerti dengan
benar
Nilai-nilai yang melandasi tingkah laku pembuat
kebijakan :
 Nilai-nilai politik
 Nilai-nilai organisasi
 Nilai-nilai pribadi
 Nilai-nilai kebijakan
 Nilai-nilai ideologi
Kesalahan-kesalahan dalam proses pembuatan
kebijakan (by : Nigro & Nigro) ada tujuh macam, yaitu
:

 Cara berpikir yang sempit (cognitive nearsightedness)


 Adanya asumsi bahwa masa depan akan mengulangi masa lalu
(assumption that future will repeat past)
 Terlampau menyederhanakan sesuatu (over simplification)
 Terlampau menggantungkan pada pengalaman satu orang
(overreliance on one’s own experience)
 Keputusan-keputusan yang dilandasi oleh pra konsepsi
pembuat keputusan (preconceived nations)
 Tidak adanya keinginan untuk melakukan percobaan
(unwillingness to experiment)
 Keengganan untuk membuat keputusan (reluctance to decide)
 Events merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di
masyarakat. Pattern of behavior merupakan pola
perilaku atau kecenderungan-kecenderungan yang sama
dari peristiwa-peristiwa yang terjadi. Systemic structure
merupakan struktur hubungan antara peristiwa satu
dengan peristiwa lain. Sementara itu, model-model
mental (Mental Models) merupakan akar masalah yang
diperoleh dari kesimpulan struktur hubungan antara
peristiwa satu dengan peristiwa lain yang terjadi dalam
masyarkat. Untuk lebih mudah dalam memahami teori
gunung es ini dapat dilihat pada table di bawah ini.
Unsur-Unsur Pemahaman Masalah
Unsur  Peristiwa-peristiwa yang terjadi di
 Events masyarakat
 Pattern of Behavior  Adanya kesamaan-kesamaan
(Kecenderungan dari suatu kejadian (kecenderungan) antara peristiwa
di masyarakat) satu dengan peristiwa lain yang
 Systemic Structure (struktur terjadi di masyarakat.
hubungan sistemik antara peristiwa,  Hubungan antara peristiwa satu
kejadian & masalah) dengan peristiwa lainnya yang
 Model Mental (Interaksi & terjadi di masyarakat.
interdependensi antara peristiwa  Kesimpulan dari hubungan
satu dengan yang lain) peristiwa satu dengan peristiwa lain
yang terjadi di masyarakat.
Unsur  PKL menganggu masyarakat.
Events (Peristiwa yang terjadi di  Tempat PKL tidak tertata rapi
masyarakat)  PKL tumbuh suburPKL produk
Pattern of Behavior (Kecenderungan sampahPKL ganggu keindahan
dari suatu kejadian di masyarakat) kotaPerilaku PKL seenaknya.PKL
Systemic Structure (struktur hubungan tumbuh subur, tempat jualan PKL
sistemik antara peristiwa, kejadian tidak tertata rapi, menghasilkan
& masalah) sampah, dan mengganggu
Model Mental (Interaksi & keindahan kota, akibatnya aktivitas
interdependensi antara peristiwa masyarakat terganggu.
satu dengan yang lain)  Perilaku PKL dalam berjualan
seenaknya sendiri.
 Agenda setting merupakan kegiatan membuat
masalah publik (public problems) menjadi
masalah kebijakan (policy problems).
 Agenda adalah suatu istilah yang pada umumnya
digunakan untuk menggambarkan suatu isu yang
dinilai oleh pubik perlu diambil suatu tindakan.
Proses penyusunan agenda kebijakan (policy agenda)

menurut Anderson dalam Lembaga Administrasi


Negara (2002:10) secara runtut terdiri atas
 (a) private problems,

 (b) public problems,

 (c) issues,

 (d) systemic agenda, dan

 (e) institutional agenda.


 Penyusunan agenda kebijakan diawali dari suatu masalah
(problem) yang muncul di masyarakat. Masalah ini dapat
diungkapkan oleh seseorang sebagai sesuatu masalah pribadi
(private problem). Masalah privat (private problem) merupakan
masalah-masalah yang mempunyai akibat terbatas atau hanya
menyangkut satu atau sejumlah kecil orang yang terlibat secara
langsung. Kemudian berkembang lebih lanjut menjadi masalah
publik (public problems). Masalah publik diartikan sebagai
masalah yang mempunyai akibat yang luas, termasuk akibat-
akibat yang mengenai orang-orang yang terlibat secara tidak
langsung.
 Masalah publik (public problem) ini kemungkinan akan
berkembang menjadi isu kebijakan (policy issues).
 Issues diartikan oleh John (1984) sebagai problema publik yang
saling bertentangan (konflik) satu sama lain (controversial public
problems). Issues dapat diartikan pula sebagai perbedaan-
perbedaan pendapat di masyarakat tentang persepsi dan solusi
(policy action) terhadap suatu masalah publik. Issues kebijakan
tidak hanya mengandung ketidaksepakatan mengenai arah
tindakan yang aktual dan potensial, tetapi juga mencerminkan
pertentangan pandangan mengenai sifat masalah itu sendiri.
Dengan begitu, isu kebijakan merupakan hasil perdebatan tentang
defenisi, klasifikasi, eksplanasi, dan evaluasi masalah (Dunn,
1995:97).
Walker (1982) menegaskan bahwa suatu masalah
bisa tampil menjadi masalah publik jika

 Mempunyai dampak yang besar pada banyak


orang;
 Ada bukti yang meyakinkan agar lembaga
legislatif mau memperhatikan masalah tersebut
sebagai masalah serius; dan
 Ada pemecahan masalah yang mudah dipahami
terhadap masalah yang sedang diperhatikan tadi.
Jones (1984) mengemukakan masalah publik
mudah menjadi kebijakan publik manakala :
 Scope dan kemungkinan dukungan terhadap
masalah publik (issues) tersebut dapat
dikumpulkan;
 Problem atau isu tersebut dinilai penting; dan
 Ada kemungkinan masalah publik (issues)
tersebut dapat dipecahkan.
 Jika dicermati dua pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa masalah public akan mudah
tampil menjadi kebijakan publik jika masalah
pubik tadi :
 Dinilai penting dan membawa dampak yang besar
pada banyak orang;
 Mendapatkan perhatian dari para policy maker;
 Sesuai dengan platform politik (program politik); dan
 Kemungkinan besar dapat dipecahkan.
 Issues akan mudah tampil atau masuk dalam
agenda sistemik menurut Cobb and Elder dalam
Jones (1984) jika :
 Isu itu memperoleh perhatian yang luas atau setidaknya
dapat menimbulkan kesadaran masyarakat;
 Adanya persepsi yang sama dari masyarakat bahwa
masalah itu merupakan suatu kewajiban dan tanggung
jawab yang sah dari beberapa unit pemerintahan untuk
memecahkannya.
Kategori-kategori Kebijakan Pemerintah
Tuntutan Kebijakan
 Tuntutan atau desakan yang ditujukan pada pejabat-
pejabat pemerintah yang dilakukan oleh aktor-aktor lain,
baik swasta ataupun kalangan pemerintah sendiri, dalam
sistem politik untuk melakukan tindakan tertentu atau
sebaliknya untuk tidak berbuat sesuatu terhadap masalah
tertentu.
Keputusan Kebijakan
 Keputusan-keputusan yang dibuat oleh para pejabat
pemerintah yang dimaksudkan memberikan keabsahan,
kewenangan atau memberikan arah kepada pelaksanaan
kebijakan pemerintah.
Pernyataan Kebijakan
 Pernyataan resmi atau artikulasi (penjelasan) mengenai
kebijakan pemerintah tertentu. Termasuk didalamnya Ketetapan
MPR, Keputusan Presiden, peraturan-peraturan administratif
dan keputusan peradilan, maupun pernyataan dan pidato para
pejabat pemerintah yang menunjukkan hasrat dan tujuan
pemerintah serta apa yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan tujuan tersebut.
Keluaran Kebijakan
 Merupakan wujud kebijakan pemerintah yang paling dapat
dilihat dan dirasakan karena menyangkut hal-hal yang
senyatanya dilakukan guna merealisasikan apa yang telah
digariskan dalam keputusan-keputusan dan pernyataan-
pernyataan kebijakan.
Menurut Jones faktor-faktor agar problema dapat menarik
perhatian dari pembuat keputusan :
1. Dilihat dari peristiwanya sendiri
 Ruang lingkup :
 Berapa banyak orang yang terkena pengaruh/akibat peristiwa tersebut?
 Persepsi :
 Bagaimana persepsi orang terhadap peristiwa tersebut?
 Bagaimana persepsi mereka terhadap akibat-akibat peristiwa itu?
 Dan apakah hasil dari persepsinya ?
 Defenisi :
 Apakah akibat-akibat peristiwa yang telah dipersepsi orang-orang itu
didefinisikan sebagai suatu masalah? Bila ya oleh siapa? Apakah problema-
problema berbeda didefenisikan oleh orang yang berbeda pula?
 Intensitas :
 Seberapa besar intensitas orang-orang yang dipengaruhi oleh peristiwa
tersebut?
 Apakah intensitas mereka itu berbeda-beda?
2. Organisasi kelompok-kelompok
 Luasnya anggota kelompok :
 Berapa jumlah anggota kelompok yang terkena akibat
peristiwa? Apa ikatan mereka terhadap kelompoknya?
 Struktur :
 Apakah hubungan antara anggota dan pemimpin kelompok itu
bersifat hirarkhis? Demokratis? Apakah tersedia tenaga staf
yang professional?
 Kepemimpinan :
 Bagaimanakah pemimpin-pemimpin dipilih?
 Seberapa besar otoritas yang mereka miliki? Seberapa agresif
mereka itu?
3. Cara mencapai kekuasaan
 Perwakilan :
 Apakah mereka yang terkena akibat peristiwa itu
terwakili oleh mereka yang mempunyai posisi sebagai
pembuat keputusan?
 Empati :
 Apakah mereka yang menduduki posisi dalam
pembuatan keputusan bersifat empatik pada mereka
yang terkena akibat/pengaruh?
 Dukungan :
 Dapatkah dukungan diperoleh dari mereka yang
terkena pengaruh?
Tataran Masalah
 Private Problem  PKL mengganggu pengguna

 Public Problem jalan


 Policy Issues  Setiap penduduk terganggu

 Systemic Agenda dengan keberadaan PKL


 PKL perlu ditertibkan,
 Institutional Agenda
Pembatasan urban, Perlu
pembinaan PKL
 Perilaku PKL, Penataan PKL,
Perilaku PKL
Ada 4 peran pemerintah dalam proses agenda
setting :
Let It Happen
 Pejabat pemerintah berperan relative pasif. Pemerintah
hanya menjaga channels of access and communication
sehingga mereka yang terpengaruh dapat didengar dan
pemerintah tidak sampai membantu individu atau
kelompok dalam mendefinisikan dan memprioritaskan
masalah-masalah yang ada.
Encourage It to Happen
 Pejabat pemerintah membantu orang-orang dalam
mendefinisikan dan mengartikulasikan masalah-masalah
mereka.
Make It Happen
 Pejabat pemerintah berperan aktif dalam mendefinisikan
masalah dan menentukan tujuan-tujuan. Pembuat kebijakan
tidak sampai menunggu sistem bekerja, tetapi mereka (policy
maker) mengarahkan beroperasinya sistem tersebut.
Don’t Let It Happen
 Pejabat pemerintah tidak hanya tidak membantu mendefinisikan
dan mengartikulasikan masalah, tapi berusaha secara nyata
untuk melarang atau menutup “Channel of acces and
communication”, karena mereka tidak ingin masalah tersebut
masuk dalam agenda pemerintah.
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBIK

 Implementasi adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah


sumber yang termasuk manusia, dana, dan kemampuan
organisasional yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta
(indivdu atau kelompok). Proses tersebut dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat
kebijakan.
 Pelaksanaan kebijakan merupakan suatu proses usaha untuk
mewujudkan suatu kebijakan yang masih bersifat abstrak ke dalam
realita nyata. Pelaksanaan kebijakan merupakan suatu kegiatan
untuk menimbulkan hasil (outputs), dampak (outcomes), dan
manfaat (benefit), serta dampak (impacts) yang dapat dinikmati
oleh kelompok sasaran (target groups).
Tahapan dalam Proses Implementasi Kebijakan
Publik

1. Tahap Interpretasi (Interpretation)


 Merupakan tahapan penjabaran sebuah kebijakan
yang masih bersifat abstrak ke dalam kebijakan
yang lebih bersifat teknis operasional.
2. Tahap Pengorganisasian (to Organized)
 Merupakan proses kegiatan pengaturan dan penetapan siapa yang menjadi pelaksana kebijakan
(penentuan lembaga organisasi) mana yang akan melaksanakan, dan siapa pelakunya; penetapan
anggaran (berapa besarnya anggaran yang diperlukan, darimana sumbernya, bagaimana
menggunakan, dan mempertanggungjawabkan, dll.
 Pelaksana Kebijakan (Policy Implementor)
 Sangat tergantung pada jenis kebijakan apa yang akan dilaksanakan.
 Dinas, badan, kantor, unit pelaksana teknis (UPT) dilingkungan pemerintah daerah.
 Sektor swasta (private sectors)
 Lembaga swadaya masyarakat (LSM)
 Komponen masyarakat.
 Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure)
 SOP merupakan pedoman, petunjuk, tuntunan, dan referensi bagi para pelaku kebijakan agar
mereka mengetahui apa yang disiapkan dan lakukan, siapa sasarannya, dan hasil apa yang ingin
dicapai dari pelaksanaan kebijakan tersebut.
 Sumber Daya Keuangan dan Peralatan
 Merupakan penentuan berapa besarnya anggaran dan darimana sumber aanggaran tadi, serta
perlatan apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu kebijakan.
 Penetapan Manajemen Pelaksanaan Kebijakan
 Lebih ditekankan pada penetapan pola kepemimpinan dan koordinasi dalam melaksnakan
sebuah kebijakan.
 Penetapan Jadwal Kegiatan
 Merupakan pedoman dalam melaksanakan kebijakan sekaligus juga dijadikan sebagai standar
untuk menilai kinerja pelaksanaan kebijakan, terutama dilihat dari dimensi proses pelaksanaan
kebijakan.
3. Tahap Aplikasi (Application)
 Merupakan tahap penerapan rencana proses
implementasi kebijakan ke dalam realitas nyata.
Tahap ini merupakan perwujudan dari
pelaksanaan masing-masing kegiatan dalam
tahapan sebelumnya.
Aktor-aktor yang Berperan dalam Proses
Kebijakan dan Penyusunan Hierarki
Masalah
 Golongan Rasionalis
 Ciri-ciri dari kebanyakan golongan actor rasionalis ialah bahwa
dalam melakukan pilihan alternatif kebijakan mereka selalu
menempuh metode dan langkah-langkah berikut :
 mengidentifikasi masalah;
 merumuskan tujuan dan menyusunnya dalam jenjang tertentu;
 mengidentifikasikan semua alternatif kebijakan;
 meramalkan atau memprediksi akibat-akibat dari tiap alternatif;
 membandingkan akibat-akibat tersebut dengan selalu mengacu
pada tujuan; dan
 memilih alternatif terbaik.
 Golongan Teknisi
 Seorang teknisi pada dasarnya tidak lebih dari rasionalis,
sebab ia adalah seorang yang karena bidang keahliannya
atau spesialisasinya dilibatkan dalam beberapa tahapan
proses kebijakan.
 Golongan teknisi dalam melaksanakan tugasnya boleh
jadi memiliki kebebasan, namun kebebasan ini sebatas
pada lingkup pekerjaan dan keahliannya.
 Golongan Inkrementalis
 Golongan aktor inkrementalis ini dapat kita identikkan
dengan para politisi. Para politisi cenderung memiliki
sikap kritis namun acap kali tidak sabaran terhadap gaya
kerja para perencana dan teknisi, walaupun mereka
sebenarnya amat tergantung pada apa yang dikerjakan
oleh para perencana dan para teknisi.
 Kebijaksanaan apapun bagi golongan inkrementalis akan
cenderung dilihat sebagai suatu perubahan yang terjadi
secara sedikit demi sedikit (gradual changes).
 Golongan Reformis (Pembaharu)
 Seperti halnya golongan inkrementalis, golongan
aktor reformis pada dasarnya juga mengakui akan
terbatasnya informasi dan pengetahuan yang
dibutuhkan dalam proses kebijakan, sekalipun
berbeda dalam cara menarik kesimpulan.
KOMPONEN KEBIJAKAN PUBLIK

 Samodra Wibawa dkk (1994:15) mengatakan


bahwa suatu kebijakan public mengandung 3 (tiga)
komponen dasar, yaitu :
 Adanya tujuan yang luas,
 Memiliki sasaran yang spesifik dan
 Memiliki cara mencapai sasaran tersebut.
 Komponen terakhir inilah yang diterjemahkan oleh
pemerintah dalam bentuk program-program kegiatan dan
proyek.
Jadi dapat dikatakan bahwa yang disebut program adalah cara
cara yang ditentukan pemerintah dalam melaksanakan suatu
kebijakan publik. Unsur-unsur dari sebuah program atau proyek
adalah :
 Siapa pelaksananya,
 Berapa besar dan darimana sumber dananya,
 Siapa target sasarannya,
 Apa hasil yang diharapkan,
 Bagaimana program dilaksanakan atau bagaimana mengelolanya,
 Bagaimana mengukur keberhasilan pencapaian target yang
diharapkan.
MAKNA KEBIJAKAN PUBLIK

 1.Kebijakan yang dibuat oleh administrator publik
 Mengandung arti ”dikerjakan” dan ”tidak dikerjakan”
yang merupakan suatu ”keputusan”.
 contoh : keputusan menjadi PNS dan bukan anggota
partai

 2.Kebijakan yang mengatur kehidupan publik bukan
perorangan
 Contoh : kemacetan di jalan raya hanya bisa diatasi
dengan kebijakan publik,
 3.Kebijakan dimana manfaat yang dirasakan
masyarakat BUKAN pengguna langsung jauh
lebih besar dari pengguna langsung ( dikenal
dengan konsep EXTERNALITY )
 Contoh : pemerintah membangun jalan raya, dmn
pengguna manfaat selain pemilik mobil juga
masyarakat sekitar yg sebelumnya terisolir
KELOMPOK KEBIJAKAN PUBLIK

1.Kebijakan publik yang bersifat ”MAKRO”


/umum/mendasar, terdiri dari :
 Berdasarkan UU No 10 tahun 2004 pasal 7 ttg
Pembentukan Peraturan PerUU, susunan
Peraturan PerUUan di Indonesia sbb :
 UUD RI Tahun 1945, UU / PP Pengganti UU, PP,
Peraturan Presiden, Peraturan Daerah
2.Kebijakan publik yang bersifat ”MESO” / menengah,
terdiri dari :
 Peraturan Menteri, SE Menteri, Peraturan Gubernur,
Peraturan Bupati, Peraturan Wali Kota, SKB antar
menteri, gubernur,bupati, walikota.
3.Kebijakan publik yang bersifat ”MIKRO” :
 Adalah kebijakan yang mengatur implementasi dari
kebijakan diatasnya, spt peraturan dirjen, sekda
BENTUK KEBIJAKAN PUBLIK

 1.Peraturan Perundangan yang formal dan legal


 2.Pernyataan lisan dari pejabat publik
NILAI LUHUR KEBIJAKAN PUBLIK

1. Kebijakan publik harus cerdas


 Mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah

2. Kebijakan harus bijaksana


 Mampu menyelesaikan tanpa masalah

BILA No 1 DAN No 2 DIGABUNGKAN MAKA


TERCIPTA KEBIJAKAN PUBLIK YANG
UNGGUL
KESIMPULAN :

1. Kebijakan Publik mudah dipahami karena maknanya :


hal-hal yang dikerjakan untuk mencapai tujuan nasional.
2. Kebijakan Publik mudah diukur karena ukurannya jelas
yaitu : sejauhmana cita-cita sudah tercapai.
Tapi :
 Bukan berarti Kebijakan Publik mudah dibuat, dan
dikendalikan karena menyangkut faktor politik.
 Politik = art the possibility
 Seni membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi
mungkin.
PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK

 Setiap pejabat public dan lembaga public harus


mengetahui beberapa metode perumusan
kebijakan public dan harus mampu
menggunakannya sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan public.
ANALISIS KEBIJAKAN

 Kebijakan public yang baik harus dibuat oleh kombinasi


empat ahli:
 1.Ahli kebijakan public
 2.Ahli di bidang kebijakan (misal : ahli perminyakan)
 3.Ahli hukum
 4.Ahli bahasa
 Ahli kebijakan disebut ANALIS KEBIJAKAN
 Mengapa diperlukan analis kebijakan ? ( is a
must bagi perumus kebijakan )
 Karena :
 1.Banyak kebijakan yang dibuat oleh
administrator public tidak memuaskan
 2.Memberikan pijakan awal dari perumusan
kebijakan
 Menurut PATTON & SAVICKY (1993) analis
kebijakan perlu memiliki kecakapan2 :
 1. Mampu mengambil focus dengan cepat pada
keputusan yang sentral
 2. Mampu melakukan analisis multi disiplin
 3. Mampu memikirkan jenis-jenis tindakan kebijakan
yang dapat diambil
 4. Mampu menghindari pendekatan textbook, ttp dengan
metode sederhana,tepat,logis
 5. Mampu mengatasi ketidakpastian
 6. Mampu mengemukakan dengan angka
 7. Mampu membuat rumusan analisis yang sederhana
dan jelas
 8. Mampu mengecek fakta-fakta yang diperlukan
 9. Mampu ber-empati sbg pengambil kebijakan dan sbg
public
 10 Mampu menahan diri hanya sbg analis kebijakan
bukan keputusan
 11.Mampu mengatakan “ya” atau “tidak” pada usulan
yang masuk dan memberikan definisi dan analis
dari usulan tersebut
 12.Mampu menyadari bahwa tidak ada kebijakan
yang sama sekali benar,sama sekali rasional dan
sama sekali komplit
 13.Mampu memahami bahwa ada batas-batas
intervensi kebijakan public
 14. Mempunyai etika profesi yang tinggi
 Menurut PATTON & SAVICKY :
 Jenis analisis kebijakan ada 2:
 1.Analisis Deskriptif : hanya memberikan
gambaran
 2. Analisis Preskriptif : menekankan pada
rekomendasi
MODEL MODEL PERUMUSAN KEBIJAKAN
PUBLIK

1.MODEL KELEMBAGAAN
 Makna model ini:

Tugas membuat kebijakan public adalah tugas


pemerintah (apapun dan dengan cara apapun adalah
kebijakan public)
 Ciri-ciri model ini:

Sederhana, mendasarkan pada fungsi-fungsi


kelembagaan dari pemerintah di setiap sector dan
tingkat.
2.MODEL PROSES
 Makna model ini:

Memberi tahu bagaimana kebijakan dibuat atau


seharusnya dibuat tanpa menekankan pada
substansinya.
3. MODEL TEORI KELOMPOK
 Model pengambilan kebijakan teori kelompok mengandaikan
kebijakan sebagai titik keseimbangan (equilibrium). Inti
gagasannya adalah interaksi di dalam kelompok akan
menghasilkan keseimbangan.
 Peran sistem politik adalah untuk memanajemeni konflik yang
muncul dari adanya perbedaan tuntutan melalui :
 perumusan aturan main antar kelompok kepentingan
 penataan kompromi dan menyeimbangkan kepentingan
 pembentukan kompromi dalam kebijakan public (yang akan
dibuat)
 memperkuat kompromi-kompromi tersebut.
4. MODEL TEORI ELIT
 Model teori elit berkembang dari teori politik elit
massa yang melandaskan diri pada asumsi bahwa
dalam setiap masyarakat pasti terdapat dua kelompok,
yaitu pemegang kekuasaan atau elit dan yang tidak
memiliki kekuasaan atau massa.
 Ada 2 penilaian dalam pendekatan ini, negative dan
positif. Pada pandangan negatif, dalam system politik
pemegang kekuasaan politik lah yang akan
menyelenggarakan kekuasaan sesuai dengan selera dan
keinginannya.
 Pada pandangan positif, melihat bahwa seorang
elit menduduki puncak kekuasaan karena berhasil
memenangkan gagasan membawa negara-bangsa
ke kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan
pesaingnya.
5. MODEL TEORI RASIONALISME
 Model ini mengedepankan gagasan bahwa kebijakan public
sebagai maximum social gain berarti pemerintah sebagai
pembuat kebijakan harus memilih kebijakan yang memberikan
manfaat optimum bagi masyarakat.
 Cara-cara formulasi kebijakan disusun dalam urutan berikut :
 mengetahui preferensi public dan kecenderungannya
 menemukan pilihan-pilihan
 menilai konsekuensi masing-masing pilihan
 menilai rasio nilai social yang dikorbankan
 memilih alternatif kebijakan yang paling efisien
6. MODEL INKREMENTALIS
 Pada dasarnya merupakan kritik terhadap model rasional. Model
ini melihat bahwa kebijakan publik merupakan variasi ataupun
kelanjutan dari kebijakan di masa lalu. Model ini dapat
dikatakan sebagai model pragmatis/praktis. Pendekatan ini
diambil ketika pengambil kebijakan berhadapan dengan
keterbatasan waktu, ketersediaan informasi, dan kecukupan
dana untuk melakukan evaluasi kebijakan secara komprehensif.
Sementara itu, pengambil kebijakan pada ketidakpastian,
sehingga pilihannya melanjutkan kebijakan di masa lalu dengan
beberapa modifikasi seperlunya.
7. MODEL TEORI PERMAINAN
 Gagasan pokok dari kebijakan dalam model
teori permainan adalah :
 Formulasi kebijakan berada daam situasi
kompetisi yang intensif
 Para aktor berada dalam situasi pilihan yang
tidak independen ke dependen, melainkan
situasi pilihan yang sama-sama bebas atau
independen.
8. MODEL PILIHAN PUBLIK
 Model ini melihat kebijakan sebagai sebuah
proses formulasi keputusan kolektif dari
individu-individu yang berkepentingan atas
keputusan tersebut.
 Setiap kebijakan publik yang dibuat oleh
pemerintah harus merupakan pilihan dari publik
yang menjadi pengguna (beneficiaries atau
consumer dalam konsep ekonomi).
9. MODEL SISTEM
 Dalam pendekatan ini ada tiga komponen yaitu
input, proses, dan output.
 Kelemahan pendekatan ini adalah terpusatnya
perhatian pada tindakan-tindakan yang
dilakukan pemerintah, dan akhirnya kita
kehilangan perhatian pada apa yang tidak
pernah dilakukan pemerintah.
10. MODEL PENGAMATAN TERPADU (MXED-
SCANNING)
 Model ini merupakan upaya penggabungan
antara model rasional dan model incremental.
Model ini adalah model yang amat
menyederhanakan masalah. Di negara
berkembang model ini disukai karena
merupakan “model kompromi”, meskipun tidak
efektif.
11. MODEL DEMOKRATIS
 Model ini dapat dikatakan sebagai ”model demokratis”
karena menghendaki agar setiap ”pemilik hak
demokrasi” diikutsertakan sebanyak-banyaknya.
 Model ini biasanya dikaitkan dengan implementasi
good governance bagi pemerintahan yang
mengamanatkan agar dalam membuat kebijakan, para
konstituen dan pemanfaat (beneficiaries) diakomodasi
keberadaannya
12. MODEL STRATEGIS
 Pendekatan ini menggunakan rumusan runtutan
perumusan strategi sebagai basis perumusan kebijakan.
 Makna perencanaan strategis :
 Upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan
dan tindakan penting yang membentuk dan memandu
bagaimana menjadi organisasi (atau entitas lainnya),
dan mengapa organisasi (atau entitas lainnya)
mengerjakan hal seperti itu.
Perencanaan strategis dapat membantu organisasi untuk :
 Berpikir secara strategis dan mengembangkan strategi-strategi yang efektif.
 Memperjelas arah masa depan
 Menciptakan prioritas
 Membuat keputusan sekarang dengan mengingat konsekuensi masa depan
 Mengembangkan landasan yang koheren dan kokoh bagi formulasi keputusan
 Menggunakan keleluasaan yang maksimum dalam bidang-bidang yang berada
di bawah
 Kontrol organisasi
 Membuat keputusan yang melintasi tingkat dan fungsi
 Memecahkan masalah utama organisasi
 Menangani keadaan yang berubah dengan cepat secara efektif
 Membangun kerja kelompok dan keahlian

Anda mungkin juga menyukai