Anda di halaman 1dari 109

SKRIPSI

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI DESA


BOTTA KECAMATAN SULI KABUPATEN LUWU

Disusun Oleh:

YUSTINA
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11261 16

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021
SKRIPSI

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI DESA


BOTTA KECAMATAN SULI KABUPATEN LUWU

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

YUSTINA

Nomor Stambuk: 105611126116

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN AKHIR

Judul Skripsi : Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di


Desa Botta Kecamatan Suli Kabupaten Luwu

Nama Mahasiswa : Yustina

Nomor Induk Mahasiwa : 10561 11261 16

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Mappamiring, M.Si Sitti Rahmawati Arfah, S,Sos.,M.Si

Mengetahui:

Dekan Ketua Program Studi

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos,. M.Si Nasrul Haq, S.Sos., MPA
NBM: 730727 NBM: 1067463

iii
PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor 0192/FSP/A,4-II/VII/42/2021

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana

(S.1) dalam Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang dilaksanakan di

Makassar pada hari senin tanggal 09 Agustus 2021.

TIM PENILAI

KETUA SEKERTARIS

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos.,M.Si Dr.Burhanuddin,S.Sos.,M.Si


NBM:730727 NBM: 1084366

PENGUJI:

1. Dr. Abdul Mahsyar, M.Si (...............................................)

2. Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si (.............................................. )

3. Sitti Rahmawati Arfah S.Sos., M.Si (................................................)

iv
HALAMAN PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Yustina

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11261 16

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar Skripsi penelitian ini adalah karya saya sendiri dan bukan
hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan
apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Makassar, 01 Agustus 2021

Yustina

v
ABSTRAK

Yustina, Dr.Mappamiring dan Sitti Rahmawati Arfah. Evaluasi Program


Keluarga Harapan (PKH) Di Desa Botta Kecamatan Suli Kabupaten Luwu.
Program Keluarga Harapan merupakan salah satu program
penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial dibidang kesehatan dan
pendidikan dan kesejahteraan sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah
Kementrian Sosial Pusat berupa bantuan dana non tunai bersyarat kepada Rumah
Tangga Sangat Miskin (RTSM) sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah dengan melaksanakan kewajibannya sebagai
penerima bantuan dari PKH berdasarkan pada peraturan menteri sosial Nomor 1
tahun 2018 tentang keluarga harapan (PKH). Pelakasanaan PKH tersebut masih
ditemui beberapa kendala yaitu persebaran bantuan belum merata, pola pikir
masyarakat yang belum mandiri.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif


dengan tipe penelitian fenomelogi. Informan penelitian berjumlah tujuh orang
dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi
dan dokumentasi. analisis data mencakup reduksi data, penyajian data, verifikasi
data serta penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukakkan bahwa Evaluasi Program Keluarga
Harapan (PKH) di Desa Botta Kecamatan Suli kabupaten luwu secara umum
belum berhasil dari enam (6) inidikator evaluasi hanya pada responsivita,
efektivitas dan Ketepatan yang memenuhi. Sedangkan indikator, Efisiensi,
Pemerataan, Kecukupan belum sepenuhnya memenuhi. Saran Proses pelaksanaan
pemutakhiran data harus lebih ditingkatkan lagi Program Keluarga Harapan untuk
kedepannya lebih memfokuskan pada proses penyadaran pada RTSM/KSM agar
tidak ada lagi ketergantungan terhadap bantuan-bantuan lainnya dan dapat
menggunakan bantuan dengan semestinya mampu memanfaatkan bantuan yang
berikan pemerintah dalam jangka panjang.

Kata kunci: Evaluasi, kebijakan, PKH

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat

dan hidayah-nya, yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan pada baginda nabi

muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul

“Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Botta Kecamatan Suli

Kabupaten Luwu”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyempaikan ucapan terimah kasih kepada yang

terhormat:

1. Kepada kedua orang tua saya, ayahanda Nawir dan ibunda Hardiana yang

telah mendukung dengan sepenuh dan telah mencurahkan seluruh kasih

sayang selama ini hingga saya sampai dijenjang pendidikan S1.

2. Kepada Bapak Dr. Mappamiring, M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Sitti

Rahmawati Arfah, S,Sos.,M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Univeritas Muhammadiyah Makassar.

vii
4. Bapak Nasrul Haq, S,Sos., MPA selaku ketua Prodi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeritas Muhammadiyah

Makassar.

5. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univeritas Muhammadiyah Makassar yang telah membantu selama penulis

menempuh pendidikan sampai pada tahap penyelesaian studi.

6. Kepada Parah pihak Dinas/Istansi yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melakukan penelitian.

7. Kepada saudara-saudara saya, kakak wiwin hadrawi, adek ikhsan nawir, adek

syahrul, dan adek syahril. Dan om iding, bibi butet, kakak lis yang menjadi

support system secara penuh dalam penyelesaian studi dan seluruh keluarga

besar saya tampa terkecuali.

8. Dan kepada teman-teman seperjuangan Ummul Asisa, Suhaeba Rusdi, Lilis

Supriantini, Iqra Syahnur dan seluruh keluarga besar ilmu administrasi negara

kelas G tanpa terkecuali. Dan Sahabat-sahabatku Indah, Wanda, Desi, Dila,

Dilan, Adha, Ilyas.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmia ini bermanfaat dan berguna bagi

pihak yang membutuhkan.

Makassar, 01 Agustus 2021

Yustina

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i


HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ........................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENERIMAAN TIM ................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KARYA ILMIAH ........................................ v
ABSRAK ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR. ...................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
A. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 8
B. Konsep Evaluasi Kebijakan .................................................................. 12
C. Konsep Keluarga Harapan (PKH)......................................................... 20
D. Kerangka Pikir ...................................................................................... 24
E. Fokus Penelitian .................................................................................... 25
F. Deskripsi Fokus ..................................................................................... 26
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 29
A. Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................. 29
B. Jenis dan Tipe Penelitian..................................................................... 29
C. Informan .............................................................................................. 30
D. Sumber Data ........................................................................................ 31
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 31
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 32
G. Teknik Pengabsahan Data ......................................................................................... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 36

ix
A. Deskripsi Daerah Penelitian .............................................................. 36
B. Hasil Penelitian ................................................................................. 39
C. Pembahasan Penelitian ...................................................................... 48
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 77
A. Kesimpulan ........................................................................................ 77
B. Saran .................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 82
LAMPIRAN .............................................................................................................................................. 84

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 12


Tabel 3.1 Informan Penelitian .......................................................................... 30
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk ............................................................................. 37
Tabel 4.2 Pekerjaan Penduduk Desa Botta ...................................................... 37
Tabel 4.3 fasilitas pendidikan .......................................................................... 38
Tabel 4.4 fasilitas kesehatan ........................................................................... 38
Tabel 4.5 Skenario Bantua (PKH) ................................................................... 40
Tabel 4.6 Kelompok Penerima......................................................................... 41
Tabel 4.7 Pertambahan Anggota PKH ............................................................. 52
Tabel 4.8 Pengurangan Anggota PKH ............................................................. 53
Tabel 4.9 Skenario Bantua Program Keluarga Harapan (PKH) ...................... 59

xi
DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Fikir ........................................................................................... 25


4.1 Bentuk Kartu Elektronik Pkh ..................................................................... 48
4.2 Cakupan PKH Bantua 2007-2019 .............................................................. 68

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemiskinan yang menjadi salah satu isu terhambatnya pembangunan.

Kemiskinan menjadi masalah sentral yang harus segera ditanggulangi dalam

upaya mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang tercantum dalam

pembukaan Udang-undang Dasar 1945, yaitu melindugi segenap bangsa indonesia

dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaa, perdamaian abadi dan keadilaan sosial. Kemiskinan

dipahami sebagai suatu kondisi ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan

dasar minimal untuk dapat hidup dengan layak.

Berbicara soal kemiskinan, di Indonesia sendiri masalah kemiskinan

merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus-menerus.

Tidak dapat dipungkiri upaya-upaya penanggulangan direncanakan pemerintah

untuk mengatasi masalah kemiskinan. Tetapi upaya penanggulangan tersebut acap

kali tidak menghasilkan suatu penyelesaian seperti yang diharapkan. Sehingga

belum teratasinya masalah kemiskinan tersebut mendorong akan perlunya suatu

startegi penanggulangan kemiskinan yang baru dengan melihat akar dari

permasalahan kemiskinan. Strategi dari program penanggulangan kemiskinan

harus menggunakan pendekatan yang terpadu, pelaksanaannya harus dilakukan

secara bertahap yang terencana dan bersinambungan. Selain itu juga, dalam upaya

penanggulangan kemiskinan harus melibatkan semua pihak baik pemerintah,

1
2

dunia usaha, organisasi masyarakat, lembaga swadaya. Maupun masyarakat

miskin itu sendiri agar memberikan manfaat yang sebenar-benarnya untuk

perbaikan kondisi ekonomi, sosial dan budaya, dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat miskin. Berbagai upaya penanggulangan dari sisi pengurangan

kemiskinan dilakukan pemerintah diantaranya yaitu pemberian modal,

pemberdayaan masyarakat, menciptakan peluang kerja, mengembangkan

kemampuan dan menciptakan perlindungan sosial tidak bisa dilakukan secara

linier tetapi upaya pemecahannya juga harus multidimensi.

Kementerian Sosial RI sudah menyalurkan bantuan Program Keluarga

Harapan (PKH) keseluruh Indonesia termasuk di Kabupaten Luwu, Penerima

bantuan Program Keluarga Harapan ini diperuntukkan kepada keluarga yang

kurang mampu atas dasar hasil basis data terpadu dari pusat. Program Keluarga

Harapan (PKH) yakni pogram keluarga harapan (Permensos 1/2018). Peraturan

Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018.

Program Keluarga Harapan yaitu suatu program bantuan yang berupa uang

tunai kepada masyarakat yang tergolong dalam rumah tangga sangat miskin

(RTSM) yang berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Dinas

Sosial dengan ketentuan yang ditetapkan dan melaksanakan kewajibanya.

Program yang sepertini secara internasional dikenal sebagai program Conditional

Cash Transfers (CCT). atau dengan kata lain bantuan tunai bersyarat dan bantuan

berupa sembako yang di bagikan kepada warga yang tercantum dalam data

program penanganan dan tinjauan warga miskin. Penerimaan bantuan ini di

lakukan setiap tiga bulan sekali atau triwulan dan setiap bulannya selalu diadakan
3

pertemuan atau rapat peninjauan kembali pendampingan dan peserta PKH.

http://pkh.kemsos.go.id.

Program Keluarga Harapan (PKH) mulai di laksanakan di Desa Botta

Kecamatan Suli Kabupaten Luwu pada tahun 2013. Desa Botta merupakan salah

satu desa dari Kecamatan Suli Kabupaten Luwu yang memiliki 465 jumlah rumah

tangga dan 1.846 jumlah penduduk.

Program keluarga harapan (PKH) di Desa Botta Kecamatan Suli Kabupaten

Luwu, banyak mendapatkan respon yang positif dan negatif dari masyarakat.

Respon positif dari masyarakat Botta yaitu mereka sangat terbantu dengan adanya

bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan beban masyarakat dalam

pemenuhan kebutuhan dasar mereka sedikit berkurang serta mereka juga

menerima pengetahuan tentang kesehatan dan pentingnya pendidikan untuk

keluarga mereka yang tidak mereka ketahui sebelumnya.

Adapun tanggapan negatif yang diberikan masyarakat terutama yang tidak

mendapatkan bantuan PKH, yang mengatakan bahwa program ini tidak adil

karena masih banyak masyarakat miskin lainnya tidak mendapatkan bantuan PKH

sementara seharusnya mereka juga berhak menerima bantuan dari pemerintah

sehingga timbul kecemburuan.

Adapun masalah yang timbul dalam penerimaan bantuan PKH ini yaitu tidak

konsistennya penerimaan bantuan PKH dalam bentuk uang tunai atau pun

sembako. Dalam penerimaan sembako ada yang memiliki kartu sembako namun

tidak menerima sembako. Begitupun dengan uang tunai setiap yang di terima
4

anggota PKH selalu menurun namun tidak ada penjelasan langsung di

pendamping tentang masalah tersebut.

Pelaksanaan program keluarga harapan (PKH) di Desa Botta Kecamatan Suli

ini, juga masih ditemukan kendala, dimana motivasi dan partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan belum memperoleh hasil yang optimal, dimana Rumah Tangga

Sangat Miskin (RSTM) anggota PKH masih banyak yang bersifat apatis, kurang

peduli, tidak patuh terhadap aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam

pedoman teknis program bantuan.

Peserta PKH juga kurang peduli dengan adanya pertemuan atau evaluasi-

evaluasi yang dilakukan oleh pendamping PKH, dan adapun masyarakat yang

mempunyai bayi, ibu hamil dan lanjut usia kurang mempedulikan dengan adanya

posyandu atau pemeriksaan di pustu. Sedangkan ini termaksud dalam peraturan

dalam penerimaan bantuan PKH.

Komponen yang menjadi fokus utama pogram ini di bidang Pendidikan yakni

peningkatkan partisipasi di sekolah, khususnya dari kelompok warga masyarakat

kurang mampu atau miskin, melalui pemberian insentif dan melakukan kunjungan

kesehatan yakni besifat preventif pencegahan bukan pengobatan. Ada beberpa

Sasaran program keluarga harapan (PKH) ini adalah Keluarga Sangat Miskin

(KSM) berdasarkan Basis Data Terpadu yang di peroleh dari Badan Pusat

Statistik (BPS).

Anggota (PKH) harus tedaftar dan hadir dalam fasilitas kesehatan dan

pelatihan pendidikan. Dalam jangka pendek ini maka dana bantuan ini diharapkan
5

mampu mengurangi beban pengeluaran dirumah tangga dalam konsusmsi

langsung dan dalam jangka panjang investasi yang lebih baik artinya PKH

diharapkan sebagai program yang mampu mengatasi kemiskinan yang

berkelanjutan atau turun menurun.

Tujuan dari PKH ini ialah untuk menigkatkan dan memajukan taraf hidup bagi

keluarga penerima manfaat yaitu melalui akses layanan kesehatan, kesejahteraan

sosial, pendidikan, serta mengurangi pengeluaran yakni meningkatkan taraf hidup

keluarga miskin rentang. (http://pkh.kemsos.go.id).

Tahun 2018 lalu dimana ada 457 data yang mis. Lalu dinas sosial

mengusulkan perbaikan data mis itu ke Tahun 2019 sehingga Data mis itu

berkurang 305. kembali dinsos mengusulkan ulang perbaikan 305 data itu dinas

sosial ditahun 2020 ini. (http://berita.new/2019/12/04/tahun-depan-pemkab-luwu-

usul-perbaikan-305-data-pkh/ )

Dalam pelaksanaan suatu program, evaluasi merupakan hal yang sangat

penting. Evaluasi dalam pelaksanaan suatu program bertujuan untuk mengetahui

hasil dan perkembangan dari program tersebut. Evaluasi dilakukan untuk

mengukur atau membandingkan pengaruh suatu program dengan tujuan yang

akan dicapai sebagai sarana untuk membantu pengambilan keputusan selanjutnya

mengenai program tersebut dan untuk meningkatkan program yang akan datang.

Hasil dari evaluasi pelaksanaan program keluarga harapan (PKH)

bertujuan untuk memberikan bukti nyata dalam pelaksanaan program terkait

dengan pencapaian tujuan berdasarkan kriteria evaluasi yaitu berdasrkan masalah


6

yang telah di ungkapkan, maka penelitian ini sesuai dengan teori evaluasi

kebijakan william N. Dunn yang menytakan bahwa terdapat 6 (enam) indikator

dalam mengevaluasi suatu kebijakan yakni efektivitas yaitu mengenai apakah

hasil yang diinginkan telah tercapai, efisiensi yaitu mengenai sebarapa banyak

usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil, kecukupan yaitu mengenai seberapa

jauh pencapaian hasil dapat memecahkan masalah, perataan yaitu mengenai

apakah manfaat didistribusikan secara merata kepada masyarakat, responsivitas

yaitu mengenai respon masyarakat terhadap bantuan yang diterima dan ketepatan

yaitu mengenai apakah hasil yang diinginkan benar-benar berguna bagi

masyarakat. Dengan mengetahui hasil dari pelaksanaan PKH tahun 2019, maka

peneliti akan mengevaluasi apakah pelaksanaannya sudah berjalan dengan baik

atau belum dan apakah sudah mampu meningkatkan kualitas pendidikan,

kesehatan dan tarap hidup masyarakat khususnya di Desa Botta.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari hasil latar belakang diatas maka yang menjadi masalah

dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Evaluasi Program Keluarga Harapan

(PKH) di Desa Botta Kecamatan Suli Kabupaten Luwu?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan oleh peneliti, maka

dapat di simpulkan bahwa tujuan dari diadakannya penelitian ini yaitu untuk

menegetahui evaluasi program keluarga harapan (PKH) di Desa Botta Kecamatan

Suli Kabupaten Luwu.


7

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

a. Dengan adanya penelitian tersebut dapat memberikan pengetahuan dan

sumbangan pikiran terkait program keluarga harapan (PKH) di Desa

Botta kecamatan Suli kabupaten Luwu.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi karya dalam pengembangan ilmu

administrasi negara, dapat memberikan pengetahuan dan informasi

atau sebagai sarana untuk mengetahui pola serta alur dari kebijakan

program keluarga harapan (PKH) untuk mewujudkan keluarga yang

sejahtera serta mengentaskan kemiskinan.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan kontribusi dan masukan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dalam upaya untuk peningkatan kualitas kehidupan

masyarakat dibidang kesehatan dan pendidikan dilingkungan Desa

Botta maupun pada instansi pemerintahan lainya.

b. Dapat dijadikan sebagai pedoma Dinas Sosial Kabupaten Luwu dalam

pengambilan keputusan khusunya yang terkait dengan bantuan PKH.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Dalam penulisan penelitian ini, ada 3 rujukan penelitian sebelumnya sebagai

pedoman oleh penelitian yang berguna dan sangat besar manfaatnya adapun

penelitian terdahulu yang dimaksud.

Tabel. 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Tahun Judul Hasil


Peneliti Penelitian Penelitian
1 Ayuningtias, 2018 Evaluasi Hasil penelitian ini diperoleh
D Program persentase rata-rata pada keseluruhan
Keluarga indikator sebesar 80,6% atau berada
Harapan pada kategori sangat baik, artinya
(PKH) Di bahwa evaluasi PKH di Desa
Desa Ngepung telah menghasilkan
Ngepung pelaksanaan yang sesuai dengan yang
Kecamatan diharapkan. Hasil indikator ketepatan
Lengkong memperoleh persentase sebesar
Kabupaten 87,22%, artinya bahwa hasil dari PKH
Nganjuk di Desa Ngepung benar-benar berguna
dan bernilai bagi KPM. Indikator
kedua adalah indikator perataan
dengan persentase sebesar 85,98%
atau berada pada kategori sangat baik.
Indikator perataan menunjukkan
bahwa hasil manfaat PKH di Desa
Ngepung didistribusikan secara
merata kepada kelompok yang
berbeda. Indikator yang ketiga yaitu
indikator responsivitas dengan
perolehan persentase sebesar 84,35%,

8
9

artinya bahwa hasil dari PKH di Desa


Ngepung dapat memuaskan
kebutuhan atau nilai-nilai kelompok
sasaran. Indikator keempat efektivitas
yang memperoleh persentase sebesar
80,6,92%, menunjukkan bahwa hasil
dari PKH di Desa Ngepung telah
mencapai tujuan yang diharapkan.
Indikator kelima yaitu indikator
efisiensi dengan perolehan persentase
sebesar 77,9% , artinya bahwa usaha
yang diperlukan untuk mencapai hasil
dari PKH di Desa Ngepungtelah
tercapai. Terakhir indikator keenam
yaitu indikator kecukupan dengan
perolehan persentase sebesar 68,22%
atau berada pada kategori baik.
2 Susanto, H 2016 Evaluasi Dari hasil penelitian diketahui bahwa
Program proses pelaksanaan Program Keluarga
Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan
Harapan Kebayoran Lama sudah berjalan baik,
(PKH) terlihat dari proses kegiatan
Di pertemuan awal, pendampingan
Kecamatan pencairan bantuan, pemutakhiran data,
Kebayoran dan verifikasi komitmen peserta.
Jakarta Hanya saja kekuragan dari PKH ini
selatan berdampak masih banyaknya RTSM
yang mempunyai rasa ketergantungan
dari bantuan PKH. Lalu untuk proses
pemutakhiran data harus ditingkatkan
lagi karena proses ini berkaitan sekali
dengan nominal yang akan diberikan
pada saat pencairan nanti.
Selanjutnya, UPPKH Kecamatan
Kebayoran Lama perlu meningkatkan
kinerja antara lembaga internal dan
eksternal karena program PKH ini
pada dasarnya program lintas antar
lembaga.
3 Dehani, M 2018 Evaluasi Hasil dari penelitian ini dapat ditarik
10

program kesimpulan yaitu proses (PKH) sudah


keluarga berjalan dengan baik sesuai dengan
harapan tujuan dikeluarkannya PKH dengan
(PKH) di harapan mampu memecahkan masalah
kecamatan klasik yang dihadapi RTSM masalah
bogor gizi buruk, tingginya kematian ibu dan
selatan bayi serta rendahnya partisipasi anak
kota usia sekolah. Target yang di capai
bogor. dalam pelaksanaan program keluarga
harapan (PKH) di kecamatan bogor
selatan ini berupa terbentuknya
masyarakat yang mandiri dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Adanya
perbaikan didalam proses penilaian
terhadap pelaksanaan program
keluarga harapan (PKH) tetap
mengacu terhadap tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan, sehingga
pelaksanaan PKH tersebut dapat
memecahkan permasalahan yang
dialami oleh anggota program
keluarga harapan (PKH).

Dari ketiga penelitian diatas dapat diketahui beberpa perbedaan atara penelitian

yang dilakukan dengan penelitian terdahulu, perbedaan dapat diketahui sebagai

berikut:

Perbedaan penelitian pertama dengan penelitian ini yaitu penelitian yang

dilakukan Distanti Ayuningtias (2018) evaluasi program keluarga harapan (PKH)

di Desa Ngepung kecamatan lengkong kabupaten Nganjuk. Dilakukan dengan

menggunakan kriteria interprestasi skor pada kelas interval dan Lebih difokuskan

hasil dari persentase dari sub-indikator. Namun pada penelitian ini masih terdapat
11

kendala dalam penyaluran dana karena di Desa Ngepung sendiri sinyal masih

belum stabil, sehingga pencairan dana mengunaka EDC yang sudah dibekali

untuk para pendamping sehingga tidak perlu ke ATM. Sedangkan penelitian yang

sekarang ini sudah bisa mencairkan dana tersendiri karena semua anggota sudah

memiliki kartu ATM PKH. Lebih difokuskan pada indikator Meningkatkan akses

dan kualitas pelayanan pendidikan kesehatan bagi Peserta PKH, Meningkatkan

taraf pendidikan Peserta PKH, Meningkatkan taraf kesehatan ibu hamil/ menyusui

dan Meningkatkan kondisi ekonomi Peserta PKH.

Perbedaan penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu penelitian yang

dilakukan Herman susanto (2016) evaluasi program keluarga harapan (PKH) di

Kecamatan Kebayoran Jakarta Selatan. Jadi dalam hal ini penulis menggunakan

model evaluasi yang di kembangkan oleh stuffebeam yakni model evaluasi

contexr, input, process, product (CIPP). Sedangkan penelitian yang sekarang ini

mengunakan indikator efektivitas, efisiensi, kecakupan, perataan, responsivitas

dan ketepatan. Lebih difokuskan pada Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan

pendidikan kesehatan bagi Peserta PKH, Meningkatkan taraf pendidikan Peserta

PKH, dan Meningkatkan kondisi ekonomi Peserta PKH.

Perbedaan penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian yang

dilakukan Maya dehani (2018) Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di

Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor. Yaitu memecahkan masalah yang

dihadapi rumah tangga sangat miskin seperti masalah gizi buruk, tingginya

kematian ibu dan bayi serta rendahnya partisipasi anak usia sekolah. Target yang

dicapai dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan


12

Bogor Selatan ini berupa terbantunya masyarakat tidak mampu khusunya RTSM

dalam memenuhi kebutuhan hidup berkaitan dengan pendidikan, kesehatan ibu

hamil dan balita. Sedangkan penelitian ini lebih difokuskan pada Meningkatkan

akses dan kualitas pelayanan pendidikan kesehatan bagi Peserta PKH,

Meningkatkan taraf pendidikan Peserta PKH dan Meningkatkan kondisi ekonomi

Peserta PKH.

B. Konsep Dan Teori Evaluasi Kebijakan

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi diartikan sebagai proses memberikan nilai terhadap sesuatu dengan

menggunakan kriteria. ”Evaluation is to give value something with the criterian”.

Dalam menentukan nilai suatu objek dirujuk dan/atau dibandingkan dengan

kriteria evaluasi yakni (a) ada objek yang dinilai (b) ada kriteria yang dijadikan

dasar dalam menentukan nilai dan (c) ada perbandingan antara hasil penilaian

dengan kriteria (Sudjana: 2013).

Stufflebeam & Shinkfield, Mardapi (2012:33-34) mengatakan “Evaluation

is the process fo delineating, obtaining, adn providing usefull informat for

decision making”. Stufflebeam memandang evaluasi sebagai suatu proses untuk

mengidentifikasi dan mengungkapkan permasalahan yang terjadi terkait dengan

program dalam suatu organisasi, mencari dan menganalisis data, dan menyajikan

informasi untuk pembuatan keputusan.

Menurut Cronbach dan Stuffelbeam Arikunto dan Jabar (2010:5) evaluasi

program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada


13

pengambil keputusan. Sedangkan menurut arikuntoro jabar, (2010: 18) evaluasi

pogram yaitu upaya untuk mengenal tingkat ketelaksanaan suatu kebjakan secara

cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya.

Menurut Widoyoko (2012:10) Evaluasi pogram merupakan proses yang

sistem serta bersikenambungan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,

mengintepretasikan dan pengambilan keputusan, menetapkan kebijakan maupun

merancang program selanjutnya. Ada beberapa model evaluasi yang dapat

digunakan, yakni, evaluasi berbasis tujuan, evaluasi tidak berbasis tujuan, evaluasi

formatif dan sumatif, evaluasi responsif, evaluasi CIPP, dan lain sebagainya.

2. Tujuan Evaluasi

Menurut subarsono (2012: 120-122), evaluasi memiliki beberapa tujuan

yang dapat dirincikan sebagai berikut:

a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat

diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

b. Meninjau tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi maka dapat

diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.

c. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satunya

tujuan evaluasi adalah menguku berapa besar dan kualitas pengeluaran

atau (output) dari suatu kebijakan

d. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap ini lebih lanjut evaluasi

ditunjuk untuk melihat dampak positif maupun negatif.


14

e. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan

untuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin

terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran pencapaian

target.

f. Untuk bahan masukan (input) dan sebagai kebijakan yang akan datang.

3. Alasan Evaluasi Kebijakan

Evaluasi sangat diperlukan untuk jangka panjang dan untuk kepentingan

keberlanjutan (sustainble) suatu program. Subarsono (2016: 123-124)

memberikan beberapa argumen perlunya evaluasi.

a. Untuk meengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan, yakni seberapa

jauh suatu kebikajakan mencapai tujuannya.

b. Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Dengan melihat

tingkat efektivitasnnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan

berhasil atau gagal.

c. Memenuhi aspek akuntabilitas publik. Dengan melakukan penilaian

kinerja suatu maka dapat dipahami sebagai bentuk petanggungjawaban

pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat

dari dan program pemeintah.

d. Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan. Apabila tida

dilakukan evaluasi terrhadap sebuah kebijakan, para stakeholder, terutama

kelompok sasaran tidak menegtahui secara pasti manfaat dari sebuah

kebijakan atau program


15

e. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pada akhirnya evaluasi

kebijakan bemanfaat untuk memberi masukan bagi proses pengambilan

kebijakan yang akan datang agar tidak melakukan kesalahan yang sama.

4. Pendekatan Terhadap Evaluasi

Dunn dalam Subarsono (2016:124-125) menyebutkan ada tiga jenis

pendekatan terhadap evaluasi, yakni:

a. Evaluasi Semu (Pseudo Evalution) Pendekatan evaluasi yang

menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang

terpercaya dan valid tentang hasil-hasil kebijakan, tanpa menanyakan

manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu, kelompokk,

atau masyarakat. Asumsi yang digunakan yaitu ukuran manfaat atau nilai

terbukti dengan sendirinya atau tidak kontroversial.

b. Evaluasi formal (formal evaluation) pendekatan evaluasi yang

menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang

terpercaya dan valid mengenai hasil kebijakan yang secara formal

diumumkan sebagai sasaran program kebijakan. Asumsi yang digunakan

yaitu bahwa tujuan dan sasaran yang ditetapkan secara formal merupakan

ukuran tepat dari manfaat atau nilai. Dunn (2013: 614) menyebutkan,

evaluasi formal memiliki dua tipe utama, yaitu evaluasi sumatif dan

evaluasi formatif. Evaluasi sumatik meliputi usaha untuk melihat

pencapaian tujuan dan target formal setelah suatu kebijakan atau program

diterapkan untuk jangka waktu yang di tentukan. Sebaliknya evaluasi


16

formatik meliputi usaha-usaha untuk secra terus menerus memantau

pencpaian tujuan-tujuan target formal. Karakteristik evaluasi formatif

adalah jumlah titik waktu dimana hasil kebijakan dipantau.

c. Evaluasi proses keputusan teoritis (decision theoritic evaluation)

pendekatan evaluasi menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan

informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil kebijakan yang secara

eksplisit diinginkan oleh berbagai stakeholders. Dalam hal ini evaluasi

keputusan teoritis berusaha untuk menentukan sasaran dan tujuan yang

tersembunyi dan dinyatakan oleh para stakeholders.

5. Indikator Evaluasi

Untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan perlu dikembangkan beberapa

indikator karena penggunaan indikator tunggal akan berbahaya. dalam arti hasil

penelitiannya dapat biasa dari yang sesungguhnya. Dunn (2013:610)

mengembangkan indikator atau kriteria evaluasi mencakup enam indikator

Evaluasi Kebijakan.

Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai

Sumber : Dunn, (2013:610 )

a. Efektivitas Dunn dalam Leiju, dkk (2014:518) menyatakan bahwa efektivitas

berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil yang di harapkan

atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.

b. Efisiensi Menurut Dunn dalam Leiju, dkk (2014:518) menjelaskan bahwa

efisiensi berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk


17

menghasilkan tingakat efektivitas tertentu. Efisiensi biasanya ditentukan

melaui perhitungan biaya per unit produk atau layanan. Kebijakan yang

mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya kecil dinamakan efesiensi.

c. Kecukupan Dunn dalam Leiju, dkk (2014:518) menyampaikan bahwa

kecukupan berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas

memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang membutuhkan adanya

masalah. Kecukupan masih berhubungan dengan efektivitas yang mengukur

seberapa jauh alternatif yang ada dapat memuaskan kebutuhan, nilai atau

kesepakatan dalam menyelesaiakan masalah yang ada.

d. Pemerataan Dunn dalam Leiju, dkk (2014:519) menyatakan bahwa kriteria

kesamaan (equity) erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan

menunjuk pada distribusi akibat usaha antara kelompok-kelompok yang

berada di masyarakat. Leiju, dkk (2014:519) juga mengatakan bahwa

kebijakan yang berorientasi pada pemerataan adalah kebijakan yang usahanya

didistribusikan secara adil. Suatu program tertentu mungkin dapat efektif dan

mencukupi apabila biayanya merata.

e. Responsivitas Keberhasilan kebijakan dapat diukur melalui tanggapan

masyarakat atas pelaksanaannya setelah terlebih dahulu memprediksi

pengaruh apa yang akan terjadi jika suatu kebijakan dilaksanakan. Tanggapan

masyarakat setelah dampak kebijakan sudah mulai dapat dirasakan dalam

bentuk yang positif beruapa dukungan ataupun wujud yang negatif berupa

penolakan. Kriteria responsivitas penting karena analisis dapat memuaskan

kriteria lainnya Dunn dalam Leiju, dkk, (2014: 519).


18

f. Ketepatan Dunn dalam Leiju, dkk (2014: 519-520) mengatakan bahwa

ketepatan adalah kriteria yang dipakai untuk menseleksi sejumlah alternatif

untuk dijadikan rekomendasi dengan menilai apakah hasil dari alternatif yang

direkomendasi tersebut merupakan pilihan tujuan yang layak.

Berdasarkan uraian mengenai pendekatan-pendekatan evaluasi serta kriteria-

kriteria evaluasi yang telah disebutkan di atas, maka dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan pendekatan evaluasi kebijakan formal dengan tipe evaluasi

formatif. Evaluasi ini dilakukan ketika kebijakan atau program sedang

dilaksanakan untuk memfokuskan pada penilaian dari efektivitas PKH sehingga

dapat mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan dari PKH.

Guna mengukur ketercapaian tujuan tersebut, peneliti menentukan indikator

efektivitas, pemerataan, dan responsivitas yang difokuskan pada identifikasi

tujuan program sebagai bagian dari domain perubahan individu yang terkait

dengan tujuan PKH, yaitu;

a. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan kesehatan bagi

Peserta PKH;

b. Meningkatkan taraf pendidikan Peserta PKH;

c. Meningkatkan taraf kesehatan ibu hamil/ menyusui dan anak di bawah

usia 6 tahun Peserta;

d. Meningkatkan kondisi ekonomi Peserta PKH.

6. Konsep Kebijakan

a. Pengertian kebijakan
19

Anderson dalam subarsono (2011:2) mendefenisikan kebijakan publik sebagai

kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan atau aparat pemerintah. walaupun

disadari bahwa kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh faktor dari luar

pemerintah.

Konsep kebijakan secara umum diartikan sebagai kearipan dalam pengelolaan.

Dengan ilmu-ilmu sosial, kebijakan diartikan sebagai dasar-dasar haluan untuk

menentukan langkah-langkah atau tindakan-tindakan dalam mencapai suatu

tujuan Ensiklopedia nasional indonesia jilid. Menurut perserikatan bangsa-bangsa

(PBB) bahwa kebijakan diartikan sebagai pedoman untuk bertindak pedoman itu

boleh jadi amat sederhana atau kompleks bersifat umum atau tersusun, bersifat

kualitatif atau kuantitatif, privat atau publik. Kebijakan dalam makna seperti ini

mungkin berupa suatu deklarasi mengenai suatu pedoman bertindak.

Pada dasarnya kebijakan (policy) yang diambil pemerintah mencerminkan

keputusan mengenai apa yang akan dilakukan atau tidak berkenaan dengan

kepentingan umum (public interest). Wujud konkrit dari kebijakan yaitu keluarga

berupa berupa program yang bersifat lebih operasional. Kebijakan merupakan

suatu usaha pengambilan keputusan yang pada dasarnya merupakan kegiatan

untuk mendapat informasi pengelolaan dan akhir membuat keputusan yang

dianggap terbaik melalui program-program yang ditawarkan.

Dan aplikasi-aplikasi dari pengertian diatas yaitu:

a. Bahwa kebijakan akan selalu mempunyai tujuan tertentu yang merujuk

pada tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.


20

b. Bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan

pemerintah.

c. Bahwa kebijakan itu merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh

pemerintah atau instansi, jadi bukan merupakan apa yang benar-benar

dilakukan oleh pemerintah.

d. Bahwa kebijakan pemerintah itu bersifat positif dalam artianbahwa

beberapa bentuk tindakan pemerintah suatu masalah tertentu bersifat

negatif dalam artian keputusan pejabat pemerintah unuk tidak berbuat

sesuatu.

e. Bahwa kebijkan setidaknya dalam arti yang positif didasarkan selalu pada

peraturan perundang-undangan yang bersifat memaksa.

Beberapa pendapat di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa

kebijakan adalah suatu pedoman dalam berperilaku atau bertindak yang dilakukan

oleh sejumlah aktor atau pejabat dalam lingkungan tertentu, perkara tertentu yang

mempunyai hambatan dan kesempatan terhadap pelaksanaan usulan untuk

mencapai tujuan atau sasaran tertentu.

C. Konsep Program Keluarga Harapan (PKH)

1. Program Keluarga Harapan

Program Keluarga Harapan merupakan salah satu program

penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial dibidang kesehatan dan

pendidikan dan kesejahteraan sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Kementrian Sosial Pusat berupa bantuan dana non tunai bersyarat kepada Rumah
21

Tangga Sangat Miskin (RTSM) sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang

telah ditetapkan oleh pemerintah dengan melaksanakan kewajibannya sebagai

penerima bantuan dari PKH. Tujuan dari adanya PKH adalah untuk mengentaskan

kemiskinan, dan sasaran dari PKH adalah keluarga yang memenuhi persyaratan di

dalam komponen kesehatan, komponen pendidikan dan komponen kesejahteraan

sosial.

2. Kriteria Peserta PKH

Berdasarkan Panduan Umum PKH (2016:16-17) disebutkan kriteria

peserta PKH adalah RTSM/KSM yang memenuhi satu atau beberapa kriteria yaitu

sebagai berikut:

a. Memiliki komponen yaitu anak-anak dengan usia 0 sampai dengan 6

tahun, ibu hamil dan menyusui.

b. Memiliki komponen pendidikan usia anak sekolah untuk peserta

pendidikan SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA sederajat,

c. Memiliki komponen penyandang disabilitas berat disuatu keluarga

anggota (PKH). Penyandang disabilitas berat adalah mereka yang

memiliki keterbatasan mental, fisik, intelektual atau sensorik dalam jangka

waktu lama kedisabilitasannya yang sudah tidak dapat direhabilitasi, tidak

mampu melakukan aktifitas kehidapannya sehari-hari sepanjang hidupnya

pada bantuan orang lain, tidak mampu menghidupi diri sendiri, serta tidak

dapat berpartisipasi penuh dan efektif dalam masyarakat berdasarkan

kesetaraan dengan lainnya.


22

d. Memiliki komponen kesejahteraan sosial lanjut usia untuk uisa 70 tahun

keatas didalam keluarga peserta PKH.

e. Memiliki komponen Penyakit TBC

3. Tujuan PKH

Dalam Panduan Umum PKH (2016:14) tercantum tujuan umum dan tujuan

khusus digulirkannya PKH. Tujuan umum PKH dalam jangka pendek diharapkan

mampu mengurangi beban pengluaran rumah tangga (dampak konsumsi

langsung) dan juga dalam jangka panjang merupakan investasi genarasi masa

depan yang lebih melalui peningkatan kesehatan dan pendidikan (dampak

pengembangan modal manusia). Artinya PKH diharapkan mampu sebagai

program yang memutus rantai kemiskinan antara generasi. Sedangkan tujuan PKH

secara khusus terdiri atas:

a. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan

bagi anggota PKH.

b. Meningkatkan taraf pendindikan anggota PKH.

c. Meningkatkan taraf kesehatan ibu menyusui/hamil dan anak dibawah usia

6 tahun.

d. Meningkatkan kondisi ekonomi peserta PKH.

4. Proses Program Keluarga Harapan PKH

Proses pelaksanaan PKH yang diolah berdasarkan Panduan Umum

Pelaksanaan PKH 2018 adalah sebagai berikut:


23

a. Targeting PKH didasarkan atas basis data terpadu untuk program

perlindungan sosial dari tim nasional percepatan penanggulan kemiskinan

(TNP2K) yang bersumber dari hasil pendataan program perlindungan

sosial (PPLS) oleh badan pusat statistik (BPS).

b. Pendamping melakukan pertemuan awal dengan calon peserta PKH untuk

menginformasikan tujuan dan ketentuan PKH dan melakukan validasi data

untuk menentukan Daftar tetap peserta PKH untuk kemudian dikirim ke

UPPKH pusat.

c. Jika data calon pesert telah valid dan memenuhi kriteria kepersertaan maka

peserta PKH akan menerima Kartu PKH.

d. Penyaluran bantuan diberikan kepada peserta PKH berdasarkan komponen

kepersertaan PKH. Penyaluran bantuan dilaksanakan empat tahap dalam

setahun.

e. Verifikasi komitmen peserta PKH pada prinsipnya dilakukan terhadap

pendaftaran (enrollment) dan kehadiran (attendance) anak baik di sekolah

untuk komponen pendidikan dan di Puskesmas atau Posyandu untuk

komponen kesehatan. Apabila terdapat peserta yang tidak memenuhi

komitmen akan diberikan sanksi.

f. Pemutakhiran data adalah perubahan atau seluruh data awal yang tercatat

pada master databes. Pemutakhiran data dilakukan oleh pendamping setiap

ada perubahan. Kemudian pemutakhiran data yang dilakukan oleh

operator dengan mengirimkan data para peserta PKH yang telah


24

diverifikasi kepada UPPKH Pusat. Data tersebut dijadikan pedoman untuk

menentukan besarnya dana PKH tahap selanjutnya.

D. Kerangka Pikir

Evaluasi kebijakan adalah tahap yang penting dalam kebijakan. Tahap ini

menentukan apakah kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah benar-benar

aplikabel dilapangan dan berhasil untuk menghasilakan output dan outcomes

seperti yang telah direncanakan. Melalui kerangka pikir ini, maka tujuan

dilakukan penelitian semakin jelas telah terkonsep. Program keluarga harapan

(PKH) bertujuan untuk mengurangi angka dan memutuskan rantai kemiskinan.

Berdasarkan data dan observasi di lapangan yang menunjukkan masih

tingginya tingkat kemiskinan di Desa Botta, maka peneliti berusaha mengevaluasi

Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa tersebut menggunakan enam indikator

evaluasi William N Dunn yaitu Efektivitas, Pemerataan, Responsivitas, Efisiensi,

Kecukupan dan ketepatan.


25

Gambar 2.1 Bagan Kerangka pikir


Program Keluarga Harapan
(PKH) di Desa Botta

Efektivitas Efisiensi Responsivitas Pemerataan Kecukupan Ketepatan

Meningkatkan Dan Memajukan Taraf


Hidup KPM Di Desa Botta
Kecamatan Suli Kabupaten Luwu

Sumber: peneliti

E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini bagaimana evaluasi program keluarga harapan di

Desa Botta Kecamatan Suli Kabupaten Luwu. Dimana nilai pedoman yang

dijadikan indikator adalah efektivitas, pemerataan, responsivitas, efisiensi,

kecukupan dan ketepatan. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan

kesehatan bagi Peserta PKH, Meningkatkan taraf pendidikan Peserta PKH,

Meningkatkan taraf kesehatan ibu hamil/ menyusui dan anak di bawah usia 6

tahun Peserta, Meningkatkan kondisi ekonomi Peserta PKH.

F. Deskripsi Fokus

1. Efektivitas

Melalui efektifitas dapat diketahui hasil yang diinginkan oleh suatu program

sudah tercapai atau belum. Sehingga dengan adanya efektivitas mempermudah


26

untuk mengevaluasi program keluarga harapan di Desa Botta Efektivitas

mengandung pengertian taraf tercapainya suatu tujuan tertentu, hak ditinjau dari

segi hasil, maupun usaha dari segi usaha yang diukur. Berdasarkan hasil temuan

di lapangan pelaksanaan program pelatihan keterampilan dapat dikatakan berhasil

karena diterima cukup baik oleh masyarakatnya. Peran aktif dari masyarakat

dengan adanya program pelatihan ini memberikan kesempatan yang seluas-

luasnya dalam penanggulangan kemiskinan mengingat program pemerintah ini

mempunyai manfaat yang besar bagi peningkatan ekonomi masyarakat miskin

khusunya di Desa Botta.

2. Pemerataan

Pemerataan dalam kebijakan publik dapat juga diartikan suatu keadilan yang

diberikan dan diperoleh dari suatu kebijakan publik. Masyarakat penerima

program juga mengatakan bahwa beliau mendapatkan transferan dana untuk

membeli peralatan untuk melakukan pelatihan keterampilan. Dilihat dari fasilitas

yang diberikan kepada masyarakat sudah dapat dikatakan baik dari pemberian

peralatan pelatihan, tempat pada saat pelatihan, kondisi peralatan yang ada, dan

masih memperoleh uang saku bagi masyarakat miskin yang ikut dalam program

pelatihan keterampilan.

3. Responsivitas

Responsivitas dapat juga dikatankan respon dari suatu aktivitas. Menurut

William N Dunn bahwa indikator responsivitas itu dilihat dari seberapa jauh

kebijakan tersebut menjawab kebutuhan masyarakat Dunn, (2014: 437). Kriteria


27

responsivitas melihat kesesuaian antara program pelatihan keterampilan dengan

keinginan masyarakat ataupun kebutuhan masyarakat. Pemilihan kegiatan dalam

pelatihan atas rekomendasi masyarakat miskin di Desa Botta Kecamatan Suli

Kabupaten Luwu.

4. Efisiensi

Efisensi merupakan penilain berdasarkan seberapa besar penggunaan sumber

daya untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan kata lain semakin sedikit

sumber daya yang digunakan dalam pelaksanaan PKH di Desa Botta maka

semakin efisien pelaksanaan suatu kebijakan.

Menurut Dunn dalam Leiju, dkk (2014:518) menjelaskan bahwa efisiensi

berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat

efektivitas tertentu. Efisiensi biasanya ditentukan melaui perhitungan biaya per

unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi dengan

biaya kecil dinamakan efesiensi.

5. Kecukupan

Kebijakan PKH bisa dikatakan memenuhi kriteria kecukupan apabila dengan

adanya PKH tidak akan ada lagi masyarakat tidak mampu menyekolahkan

anaknya atau putus sekolah karna kurang biaya pendidikan dan biaya kesehatan.

Dunn dalam Leiju, dkk (2014:518) menyampaikan bahwa kecukupan

berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan,

nilai, atau kesempatan yang membutuhkan adanya masalah. Kecukupan masih


28

berhubungan dengan efektivitas yang mengukur seberapa jauh alternatif yang ada

dapat memuaskan kebutuhan, nilai atau kesepakatan dalam menyelesaiakan

masalah yang ada.

6. Ketepatan

Kriteria ketepatan merupakan pernyataan mengenai apakah pemilihan

alternatif kebijakan yang dicapai dapat benar-benar bermanfaat bagi kelompok

sasasran. Di Desa Botta dinilai belum memenuhi kriteria ketepatan bantuan yang

diberikan belum sepenuhnya bermanfaat untuk peserta, hal tersebut dikarnakan

sebagian besar pserta PKH masih enggan untuk mamanfaatkan bantuan yang

mereka terima untuk meningkatkan pendapatan, misalnya melalui kewirausahaan.

Dunn dalam Leiju, dkk (2014: 519-520) mengatakan bahwa ketepatan adalah

kriteria yang dipakai untuk menseleksi sejumlah alternatif untuk dijadikan

rekomendasi dengan menilai apakah hasil dari alternatif yang direkomendasi

tersebut merupakan pilihan tujuan yang layak.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 2 bulan, Sejak tanggal

08/01/2021 sampai dengan 01/03/2021. penelitian ini dilaksanakan di kantor

Dinas Sosial dan Desa Botta Kecamatan Suli Kabupaten Luwu. penelitian ini

dilakukan untuk meninjau kembali keberhasilan dan ketepatan tujuan Program

Keluarga Harapan (PKH) pada masyarakat yang kurang mampu. Alasan penulis

memilih lokasi Dinas Sosial karena dinas sosial merupakan tempat dikeluarkanya

program keluarga harapan itu sendiri.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

dengan pendekatan kualitatif dimana yang bersifat deskriptif. yang dimaksudkan

untuk memberikan gambaran bagaimana Program Keluarga Harapan (PKH) di

Desa Botta Kecamatan Suli Kabupaten Luwu.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah fenomenologi dimaksudkan untuk memberi

gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti berdasarkan

pengalaman yang dialami oleh informan. Adapun masalah-masalah yang diteliti

adalah mengenai Evaluasi Program Keluarga Harapan.

29
30

C. Informan

Penentuan informan dalam penelitian dilakukan dengan tehnik purposive

sampling, dimana pemilihan secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah

dilakukan dan diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria dari

informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah informan yang memiliki jabatan

penting dalam kantor dan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Program

Keluarga Harapan.

Maka peneliti ini memilih beberapa stakeholders yang menjadi informan

dalam penelitian, yaitu:

Tabel 3.1 : informan penelitian

No Nama Inisial Jabatan


1 MASLING, MS Kepalah Dinas Sosial Kabuapten
SE,.M.Si Luwu
2 MISRUSKIAH MK Kepala Seksi Jaminan Sosial
KOEMALA, Keluarga Dinas Sosial Kabupaten
.Kom, MM Luwu
3 ISMAIL IP Koordinator PKH Kabupaten
PATANG S,SOS Luwu
4 WARDANI WD Kepala Desa Botta

5 YASIM, SE YS Pendamping PKH Desa Botta

6 HASNA HS Peserta PKH

7 MURNI MR Peserta PKH


8. YULIANI YL Peserta PKH
Sumber: penulis/peneliti
31

D. Sumber data

Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti ini yaitu data primer dan

sekunder dalam sugiyono (2017).

1. Sumber Data Primer

Data primer yakni data empiris yang di peroleh dari informan berdasarkan

wawancara. Jenis data yang ingin di peroleh menyangkut tentang Evaluasi

Program Keluarga Harapan Di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Luwu.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder data-data yang diperoleh dan dikumpulkan dari sumber-sumber

lainnya. data tersebut antara lain dari dokumen, laporan, artikel dan buku-buku

referensi yang bersangkutan dengan Program Keluarga Harapan (PKH).

E. Teknik pengumpulan data

Ada beberapa teknik yang dilakukan penulis dalam pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Observasi (pengamatan)

Obeservasi pengamatan secara langsung dilokasi penelitian guna memperoleh

keterangan data yang lebih akurat mengenai hal-hal yang terkait dengan program

keluarga harapan (PKH) di Desa Botta. Beberapa informasi yang diperoleh dari

hasil observasi adalah tempat, pelaku, kegiatan, dan waktu kejadian. “pada

observasi ini, peneliti megamati peristiwa, kejadian, pose, dan sejenisnya menurut
32

sulistyo, (2016: 149). Alasan peneliti melakukan penlitian observasi yaitu untuk

menyajikan gambaran nyata atas perilaku dan kejadian, dengan melakukan

pengamatan terhadap evaluasi program keluarga harapan di Kantor Dinas Soaial

dan di Desa Botta Kabupaten Luwu.

2. Wawancara (interview)

Wawancra terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya sulistyo, (2016: 171). Data primer

diperoleh melalui proses wawancara dengan informan. Dengan menggunakan

pedoman wawancara yang telah direncanakan.

3. Dokumentasi

Data sekunder diperoleh dari Kantor Dinas Sosial dan di Desa Botta

Kabupaten Luwu melalui dokumen dan pedoman digunakan sebagai data

pendukung dan pelengkap dari data primer yang berkaitan dengan keperluan

penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis data model Miles and

Huberman meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan sugiyono, (2013: 337). Secara lebih jelas sebagai berikut:

1. Penggumpulan Data (Data collection)

Pengumpulan data yakni prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh sumber data. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan


33

dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Setelah data terkumpul

disajikan dalam bentuk hasil studi dokumentasi dan deskripsi hasil pengamatan.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data alam penelitian dimaksudkan untuk merangkum data yang telah

dipilah yang berupa hal-hal yang pokok dan penting dari catatan-catatan

dilapangan selama meneliti.

3. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan hasil dari reduksi data, yang disajikan dalam

bentuk laporan secara sistematis yang mudah dibaca atau dipahami baik secara

keseluruhan maupun bagian-bagiannya dalam konteks sebagai pernyataan.

Penyajian data ini bisa berbentuk grafik, tabel, matrik atau bagan informasi.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing and Verification)

Selanjutnya langkah verifikasi yang merupakan upaya untuk mencari makna

data yang dikumpulkan. Pada tahan ini peneliti mengambil kesimpulan terhadap

data yang telah direduksi kedalam laporan secara sistematis dengan cara

membandingkan, mengubungkan, dan memilih data yang mengarah kepada

pemecahan masalah.

Langkah-langkah verifikasi data sebagai berikut:

a. Membandingkan antara hasil studi dokumenter dengan hasil informasi dari

hasil wawancara ataupun observasi.


34

b. Mengidentifikasi data-data yang terkait dengan fokus penelitian.

c. Mengambil kesimpulan, serta saran-saran terhadap masalah yang telah

diteliti.

G. Teknik Pegabsahan Data

Keabsahan data yaitu melakukan pengumpulan data dengan menggunakan

teknik triagulasi data yaitu teknik yang memanfaatkan sesuatu yang diluar data

untuk keperluan pegecekan atau perbandingan data. berikutnya dengan

menggunakan metode wawancara mendalam untuk mendapatkan data dari

informan dan mencocokkan data dengan data informan yang lain. Pada tahap

pelaksanaan penelitian akan melakukan proses pengumpulan data, klarifikasi data,

analisis data dan penarikan kesimpulan. Lebih lanjut sugiyono (2017:274),

membagikan triagulasi kedalam 3 macam.

1. Triagulasi Sumber

Triagulasi sumber untuk menguji kresibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini

peneliti melakukan pengumpulan dan pegujian data yang di dapatkan dari hasil

pegamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada.

2. Triagulasi Tekhnik

Trigulasi tekhnik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara

megecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang berbeda. Misalnya

data yang di peroleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,


35

dokumentasi atau kuesioner. Jika terdapat perbedaan diantara ketiganya maka

peneliti melakukan diskusi lebih lanjut untuk memastikan data mana yang

dianggap benar.

3. Triagulasi waktu

Waktu sering juga memepengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan

dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat sumber masih segar, belum

terlalu banyak masalah maka akan memberikan data yang lebih valid sehingga

lebih meyakinkan.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis Desa Botta

Desa Botta merupakan salah satu dari 12 desa di tambah 1 kelurahan dari

kecamatan suli. Berdasarkan dari data yang diperoleh dari kantor Desa Botta.

Desa Botta mempunyai jumlah penduduk sebanyak 1.846 jiwa, dengan jumlah

rumah tangga 336 KK yang terbagi menjadi 3 Dusun yaitu Dusun Botta, Dusun

Pangkajenne dan Dusun Durian. dengan luas wilayah 1.771 ha. Lokasi penelitian

berjarak kurang lebih 10 km dari kota belopa ke Desa Botta.

Adapun batas-batas Wilayah Desa Botta yang berbatasan dengan beberapa

Desa yaitu:

 sebelah utara berbatasan dengan Desa Buntu Kunyi

 sebelah barat berbatasan dengan Desa Papakaju

 sebelah timur berbatasan dengan Desa Lempo Pacci

 sebelah selatan berbatasan dengan Desa Buntu Barana.

b. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk Desa Botta Kecamatan Suli Pada Tahun 2020

berdasarkan hasil sensus penduduk menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa

Botta 1.846 jiwa dengan rincian sebagai berikut:

36
37

Tabel 4.1 jumlah penduduk

Nama Laki-laki Perempuan Total penduduk


Dusun Botta 498 461 959
Dusun 231 194 425
Durian
Dusun 223 239 462
Pangkajenne
Jumlah 952 894 1.846
Sumber: Kantor Desa 2021

Tabel 4.2 Pekerjaan Penduduk Desa Botta

No Jenis Pekerjaan Jumlah Pekerja


1 Tani 385
2 Nelayan 10
3 Buruh 95
4 Karyawan swasta 112
5 PNS 9
6 ABRI -
7 Lain-lain 989
Sumber: Kantor Desa 2021

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa adapun mata pencairan penduduk

Desa Botta pada umumnya mayoritas sebagai Petani selain itu ada pula sebagai

Nelayan, Buruh, Karyawan Swasta, PNS, Pedagang, dan Pelaut. Aktivitas yang

sangat menonjol diwilayah ini yaitu pertanian dan perkebunan.

c. Sarana Dan Prasarana Umum

Untuk menunjang kesejahteraan penduduk di Desa Botta Kecamatan Suli

pemerintah kabupaten luwu menyediakan sarana dan prasarana penunjang guna

memenuhi kebutuhan penduduk baik dibidang pendidikan mau dibidang


38

kesehatan, adapun dibidang pendidikan yakni dengan tersedianya sekolah-sekolah

negeri dan swasta yang dimaksudkan untuk menciptakan kualitas pendidikan yang

baik. Dari data yang didapat dari Desa Botta Kecamatan Suli banyak sekolah

dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Fasilitas Pendidikan

No Nama Sekolah Jumlah


1 TK 2
2 SD/MI 2
3 SLTP/MTs/ sederajat 2
4 SLTA/SMK sederajat 2
5 PTN -
Sumber:Kantor Desa 2021

Selain sekolah, sarana prasarana yang juga sangat penting dibutuhkan oleh

penduduk di Desa Botta kecamatan suli yakni dalam bidang kesehatan. Kesehatan

juga menjadi penunjang bagi penduduk demi terciptanya kesejahteraan sosial,

sarana dan prasarana di Desa Botta dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.4. Fasilitas Kesehatan

No Fasilitas kesehatan Jumlah


1 Puskesmas 1
2 Posyandu 2
3 Bidan 2
Sumber:Kantor Desa 2021
39

d. Data Sekunder

Dalam Program Keluarga Harapan (PKH), besaran bantuan dipengaruhi

oleh komposisi keluarga maupun tingkat pendidikan dan kesehatan anak di Desa

Botta sendiri dalam hal pencairan dilakukan sendiri dapat dilihat dari data

dibawah ini yang menunjukkan bahwa total yang diterima per-KPM dalam

pencairan dana PKH per tiga bulan sekali.

Gambar 4.1: Bukti Pencairan PKH

Sumber: Pendamping PKH


40

B. Hasil Penelitian

1. Program Keluarga Harapan (PKH) Di Desa Botta Kecamatan Suli

Kabupaten Luwu.

Program Keluarga Harapan atau (PKH) merupakan program pemberian

bantuan sosial bersyarat kepada keluarga miskin (KM) yang ditetapkan sebagai

Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Melalui program ini pemerintah yang

dikoordinasikan oleh Bappenas bersama dengan kementrian dan lembaga terkait

yaitu departemen sosial, departemen kesehatan, departemen pendidikan Nasional,

departemen komunikasi dan informasi, badan pusat statistik. Mengembangkan

suatu program nasional yang dinamakan program keluarga harapan (PKH) yang

bertujuan melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan. Program keluarga

harapan (PKH) yang diarahkan pada peningkatan kualitas kesehatan anak balita,

ibu hamil dan langsia maupun kualitas pendidikan anak tingkat SD, SMP dan

SMA merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh oleh mereka.

Desa Botta merupakan salah satu Desa di kecamatan suli kabupaten luwu

yang menerima bantuan program keluarga harapan (PKH). di Desa Botta sendiri

didampingi oleh 1 pendamping PKH yakni pak yasim. Untuk mendampingi dan

memberikan penjelasan kepada peserta mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

program keluarga harapan (PKH).

2. Mekanisme Bantuan Program Keluarga Harapan

Penyaluran dana PKH dilakukan setiap 3 bulan sekali dalam 4 tahap yakni

pada bulan Januari, April, Sebtember dan Desember melalui bank ( BNI, BRI dan
41

Bank Mandiri). Pada tahun 2020 jumlah penerima PKH sebanyak 79 peserta di

Desa Botta.

Tabel 4.5 Skenario Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Skenario bantuan Bantuan per


RTSM/KPM
Ibu hamil/nifas Rp 750,000
Anak usia 0 s.d 6 tahun
Pendidikan anak SD/sederajat Rp 225,000
Pendidikan anak SMP/ sederajat Rp 375,000
Pendidikan anak SMA/ Rp 500,000
sederajat
Lanjut usia 70 tahun Rp 600,000
Penyandang disabilitas Rp 600,000
Tuberkulosis (TBC) Rp 750,000
Sumber: Kantor Dinas Sosial 2021

Dari tabel diatas apa bila peserta PKH tidak memenuhi syarat komitmen

maka akan dikenakan saksi, bantuan yang akan diterima akan berkurang sesuai

rincian sebagai beriku:

1. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam 1 bulan maka akan

dikurangi sebanyak Rp.50.000

2. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam 2 bulan maka akan

dikurangi sebanyak Rp.100.000

3. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komtmen dalam 3 bulan berturut-

turut maka tidak akan menerima bantuan dalam periode berikutnya

4. Apabila peserta PKH tidak memenuhi syarat komitmen PKH maka akan

di keluarkan sebagai peserta PKH.


42

Program Keluarga Harapan (PKH) ini mencakup 2 komponen yaitu

pendindikan dan kesehatan dua komponen ini menjadi prioritas utama dalam PKH

dalam upaya mensejahterakan masyarakat.

Tabel. 4.6 Kelompok Penerima

Nama kelompok Anggota

Kelompok I Dusun Botta 30


Kelompok II Dusun Pangkajenne 24
Kelompok III Dusun Durian 26
Jumlah 79
Sumber: Pendamping PKH 2021

Dengan demikian terlihat hanya 79 orang yang menerima bantuan PKH

tersebut dari total 465 kk. Padahal masih banyak masyarakat yang layak

menerima bantuan tersebut, diantara penerimah tersebut.

3. Mekanisme pelaksanaan PKH di Desa Botta

a. Pemilihan Daerah Dan Pemilihan Peserta PKH

Pemilihan daerah merupakan salah satu mekanisme dan prosedur dalam

PKH yang dilaksanakan sebelum PKH berjalan di tingkat pelaksanaan oprasional.

atau proses pertama dalam program keluarga harapan yaitu salah satunya adalah

seleksi dan penetapan lokasi. wawancara dilakukan dengan ibu (MR) selaku kasih

kensos Dinas Kabupaten Luwu.

“Untuk pemilihan daerah dan pemilihan peserta itu murni dari pihak
kementrian sosial yang menanganinya lalu bekerja sama dengan pemda,
kecamatan, kelurahan/desa. Jadi kami hanya mendaptkan data-data yang
43

calon peserta dari situ kita melakukan pergerakan kunjungan ke peserta


yang keluar namanya untuk dikunjugi untuk seleksi apakah layak untuk
menerima bantuan”.(18 februari 2021 pukul 11.30)
Sama halnya dengan yang disampaikan oleh pendamping PKH pak (YS)

selaku pendamping PKH Desa Botta.

“Kalau masalah seleksi dan penetapan lokasi itu dek langsung dari
kementerian sosial yang bekerja sama dengan pemda, kecamatan dan juga
kelurahan/desa. Jadi datanya itu dari desa terus ke pusdanting, DTKS dari
situ diseleksi untuk pemilihan siapa yang keluar namanya untu bakal calon
penerima bantuan” (18 januari 2021 pukul 10.00 wita).
Jadi dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

penempatan dan seleksi peserta itu murni dari data-data yang diusulkan oleh

masing-masing daerah atau kelurahan/desa yang di mana desa mengajuhkan

masyarakatnya yang kurang mampu atau masuk dalam golongan pra sejahtera.

Singgi data-data ditampung oleh pusdanting baru ke DTKS. Sehingga dari sinilah

para nama calon penerima akan di keluarkan dan akan di seleksi melalui tinjauan

langsung dilapangan oleh pendamping setiap kelurahan/desa.

b. Pertemuan awal dan validasi calon peserta PKH

Setelah proses penetapan lokasi dan seleksi calon penerima selanjutnya

yaitu pertemuan awal peserta calon penerima dengan pendamping PKH.

Pertemuan ini dilakukan pendamping dengan Kepala Desa dan para calon

penerima. Pertemuan ini dinamakan sosialisasi pra calon penerima bantuan PKH

yang dimaksudkan bahwa peserta yang hadir disini belum tentu semuanya terpilih

dalam bantuan PKH tapi disini masih ada seleksi berkas.


44

Dalam pertemuan awal ini dihadiri oleh ibu atau wanita dewasa yang

mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan yaitu nenek, tente atau

kakak perempuan. Karena yang tercantum sebagai penerima atau peserta adalah

nama ibu atau wanita yang mengurus anak bukan kepalah rumah tangga. Namun

tetapi terdapat pengecualian jika dalam pertemuan tersebut pihak perempuan

berhalangan untuk menghadiri peremuan pra calon penerima maka bisa

dinggantikan dengan kepalah rumah tangga atau yang bisa mewakili.

Pertemuan awal ini para calon peserta dalam mengikuti sosialisasi harus

membawa data-data yang di perlukan untuk validasi data yaitu kartu keluarga,

foto copy KTP, KIS, KIP, dan lain-lain.

-Pertemuan awal

 sosialisai

- validasi

 pencocokan data

 penetapan peserta

Seperti yang diungkapkan pendamping pak (YS) selaku Pendamping PKH

Desa Botta pada saat wawancara sebagai berikut:

“Sebelum saya turun lapangan kan saya sudah dapat nama-nama para
calon dari BPS jadi setelah mendaptkan data itu saya langsung turun
lapangan dimana pendamping berkoordinasi dengan pihak kelurahan/desa
untuk mengumpulkan warganya yang menjadi calon penerima bantuan.
untuk menentukan calon peserta itu dek dilakukan sosialisasi pra calon
peserta untuk validasi mencocokan data-data calon keluarga penerima
manfaat dimana dilakukan pegecekan apakah peserta ini layak untuk
45

menerima bantuan dan sesuai dengan komponen dari PKH”. (18 januari
2021 pukul 10.00 wita)
Dari hasil wawancara dengan bapak YS disimpulkan bahwa sebelum

pendamping turun kelapangan untuk Pertemuan awal dan validasi calon peserta

PKH mereka sudah membawah nama-nama pra calon penerima bantuan yang

lolos dari pangkalan data untuk seleksi berkas dan kesesuaian komponen PKH.

c. verifikasi atas pemenuhan syarat

Proses verifikasi itu dilakukan oleh pendamping dengan sistem wawancara

mengenai keadaan dan kondisi para peserta mengenai kelayakan didalam

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan untuk menerima dana bantuan PKH.

Syarat-sayarat komponen yang harus dipenuhi antara lain peserta memiliki anak

yang masih melanjutkan pendidikan SD, SMP, SMA, anak yang masih balita, ibu

hamil, disabilitas berata, lanjut usia dan TBC. Verifikasi di Desa Botta dilakukan

sebelum pencairan, proses pelaksanaan verifikasi data yang dilakukan

pendamping ini untuk mengecek data perubahan data dari PKH apakah mereka

layak atau tidak menerima dana bantuan dari PKH.

Verifikasi atas pemenuhan syarat peserta PKH dalam komponen

pendidikan dan kesehatan, di Desa Botta verifikasi dilakukan secara rutin oleh

pemberi layanan kesehatan dan pendidikan. Untuk komponen kesahatan,

verifikasi sebagai bukti terdaftar bagi peserta PKH dengan melakukan kunjugan

ke puskesman/pustu terdekat. Kegiatan ini rutin dilakukan sesuai jadwal posyandu

masing-masing kelurahan/desa, ibu hamil harus memeriksakan kandunganya

setiap bulan saat posyandu dilakukan, ibu nifas setiap bulan setelah melahirkan,
46

bayi 0-6 tahun harus selalu mengikuti posyandu dan pemberian vitamin. Dalam

melakukan verifikasi, petugas kesehatan mencatat peserta PKH yang melakukan

layanan kesehatan.

Untuk komponen pendidikan yang bertanggung jawab dalam verifikasi

adalah guru. Guru mencatat peserta didik yang tidak memenuhi komitmen

kehadiran yang telah ditentukan yaitu setidaknya 85% hadir sekolah atau

ketentuan tatap muka setiap bulannya dan pengecualian saat sakit dan terkena

bencana. Sebagaiman yang di jelaksan oleh pendamping PKH saat wawancara

dilapangan dengan pak (YS) sebagai beriku:

“Jadi untuk verifikasi data dan pemenuhan syarat peserta itu harus
memenuhi setiap persyaratan komponen dimana setiap peserta dalam
komponen kesehatan maka wajib melakukan posyandu pemeriksaan
kesehatan setiap bulan dan dalam komponen pendidikan maka seluruh
anak dari anggota keluarga yang menjadi peserta PKH harus rajin-rajin
kesekolah karena jika salah satu komponen tidak terpenuhi maka
dikenakan sanksi”.
Jadi dari hasil wawancara diatas maka verifikasi data dan pemenuhan

syarat peserta PKH harus selalu memenuhi setiap komitmen yang telah ditetapkan

oleh UPPKH.

d. Pemuktahiran Data

Proses pemutakhiran data yaitu apabila ada perubahan data dari RTSM

yang tidak sesuai dengan data awal yang tercatat pada master data base yang

bersifat dinamis. Perubahan data ini bisa terjadi sebagai hasil kegiatan

pendamping yang dilaksanakan oleh pihak PKH. Pemutakhiran data biasanya dari

laporan peserta PKH dan pendamping bekerja sama dengan ketua kelompok
47

peserta PKH untuk memverifikasi perubahan data terkait menggunakan format

pemutakhiran data. Diantaranya yaitu:

1. Perubahan tempat tinggal

2. Kelahiran anggota keluarga baru

3. Ibu hamil

4. Data baru sekolah (ada yang baru masuk sekolah dan ada yang baru

tammat sekolah atau pinda)

5. Pengurangan anggota keluarga

6. Menikah, bekerja, meninggal dan pinda/ bekerja.

7. Perbaikan nama atau dokumen

8. Perubahan fasilitas kesehatan yang diakses

9. Perubahan variabel sinergitas program

Seperti yang dijelaskan saat wawancara dengan pak (YS) selaku pendamping

PKH di Desa Botta.

“masalah pemutakhiran data itu dilakukan apa bila ada laporan masuk jika
ada anggota Peserta PKH ada datanya yang berubah contohnya dia baru
melahirkan atau dia hamil baru masuk anaknya SD, SMP, SMA atau dia
baru saja menganti Kknya atau yang lain maka mereka wajib melapor ke
ketua kelompok agar secepatnya dilakukan pemutakhiran data agar
nantinya data-datanya tida valid dan berimbas kepeneriman bantuan
nantinya”.(wawancara 18 januari 2021 pukul 10.00)
Dari hasil wawancara diatas ditarik kesimpulan bahwa pemuktahiran data

dilakukan apabila ada laporan masuk ke pendamping sehingga jika tidak ada

laporan pendaping tidak akan merubah data-data peserta meskipun peserta ada
48

penambahan komponen maka dari itu jika ada masalah respon dari peserta

langsung ke ketua kelompok sehingga data di pusat selalu valid.

e. Pencairan Dana awal

Pencairan dana PKH atau bantuan tunai hanya akan diberikan kepada

RTSM yang telah terpilih sebagai peserta PKH yang telah lolos seleksi mengikuti

setiap syarat program memenuhi komponen PKH melakukan validasi dan

pemuhtakhiran data. Dengan itu untuk membuktikan kepesertaannya adalah

memiliki kartu PKH yang tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, kartu

PKH itu diberikan langusung oleh pendamping PKH setelah peserta dinyatakan

lolos sebagai peserta PKH.

Dari awal peluncuran program PKH yaitu dari 2007-2015 proses

pencairan dilakukan 3 tahap atau 3 kali setahun dan dilakukan di pos. Namun dari

tahun 2016-2020 Proses pencairan dana PKH melalui 4 kali tahap selam 1 tahun

dan pencairan dilakuka 3 bulan sekali melalui bank.

Seperti yang dijelaskan oleh pendamping PKH pak (YS) mengenai

pencairan tahap pertama bagi peserta baru saat wawancara sebagai beriku:

“Pencairan dana PKH bagi peserta yang baru sama saja dengan yang lama
mereka mendapatkan kartu peserta PKH mereka ke bank mencairkan
dananya waktunya juga sama dengan peserta lama dengan saya
dampingi.”(18 januari 2021 pukul 10.00)
Dari hasil wawancara diatas maka didapat ditarik kesimpulan bahwa

pencairan baru bisa dilakukan apa bila peserta memiliki kartu PKH dan pencairan
49

dilakukan di Bank yang telah ditetapkan dan dilakukan masing-masing tampa

pendamping.

Gambar 4.1 Bentuk Kartu Elekronik PKH

C. Pembahasan Penelitian

a) Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Desa Botta Kecamatan

Suli Kabupaten Luwu

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu program, maka

dibutuhkan suatu evaluasi. Evaluasi program mempersoalkan apa yang

sesungguhnya yang telah terjadi sebagai hasil dari suatu kebijakan atau apa yang

terjadi setelah kebijakan tersebut dilaksanakan. Dengan kata lain bisa dikatakan

bahwa evaluasi itu akan mempersoalkan dampak nyata dari suatu proses akhir

suatu kebijakan atau dengan seberapa jauh kebijakan tersebut mencapai hasil

yang di harapkan sesuai tujuan dari program tersebut.

Tujuan dan sasaran dari suatu program atau kebijakan, akan dapat diukur

melalui evaluasi sehingga evaluasi disini sebagai tolak ukur seberapa jauh tujuan

dan sasaran dari suatu program itu telah tercapai. Dan untuk menilai keberhasilan
50

suatu program, juga perlu dikembangkan beberapa indikator atau kriteria yang

menjadi acauan dalam melakukan evaluasi. Evaluasi menjadi sangat penting

untuk dilakukan dalam suatu program.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan pada pelaksanaan Program Keluarga

Harapan (PKH), dalam hal ini Evaluasi Program Keluarga Harapan PKH Di Desa

Botta Kecamatan Suli Kabupaten Luwu, maka peneliti menggunakan kriteria

evaluasi dari William Dunn sebagai berikut:

1. Efektivitas

Efektivitas program ini sangat berkaitan erat dengan sejauh mana

pelaksanaan program keluarga harapan ini telah mencapai tujuan yang

diharapkan. Efektivitas program keluarga harapan (PKH) dapat dilihat dari adanya

kesesuaian antara konsep dan dengan fakta dilapangan sehingga tujuan dari

program ini berjalan dengan baik. Untuk menegtahui Efektivitas dari program

keluarga harapan PKH ini, peneliti mencoba melakukan tinjauan kelapangan

dimana PKH tersebut dilaksanakan di Desa Botta Kecamatan Suli, peneliti

melakukan observasi dengan sistem wawancara kepada pihak terkait.

Untuk melihat tingkat keefektivan dari program keluarga harapan di Desa

Botta Kecamatan Suli Kabupaten Luwu, ada dua hal yang menjadi acuan sebagai

dasar pengetahuan apakah program tersebut berjalan seperti yang diinginkan.

a. Komitmen
51

Komitmen merupakan salah satu syarat dari pelaksanaan PKH, keefektifan

pelaksanaan PKH dapat dilihat dari komitmen mereka untuk mematuhi syarat

yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Terlaksananya suatu program jika

masyarakat tetap patuh dan tidak menyalahi aturan yang sudah di sepakati

bersama. Di dalam podoman umum PKH, bagi pemberian layanan pendidikan

maupun kesehatan terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan kewajiban yang

harus dipenuhi dengan baik oleh peserta PKH / KPM. Kewajiaban yang harus

dilakukan oleh para penerima PKH (KPM) sesuai dengan yang tercantum dalam

pedoman umum diantaranya:

1) Memeriksakan kandungan bagi ibu hamil

2) Melakukan pemeriksaan paska persalinan untuk ibu nifas ke pustu

3) Mengantarka anak usia 0-5 tahun untuk posiandu

4) Pemeriksaan kesehatan bagi lanjut usia

5) Bagi anak usia sekolah rajin kesekolah

Apabilah peserta tidak memenuhi persayaratan komitmen sebagaimana yang

telah disepakati maka beralaku ketentuan sebagai berikut:

1) Peneguran

2) Pengurangan/ pemotongan dana PKH yang akan diterima

3) Dikeluarkan sebagai peserta KPM (PKH)

Untuk mengetahui lebih jelas terkait komitmen KPM di Desa Botta berikut

pernyataan wawancara dengan informan (YS) selaku pendamping di Desa Botta

menjelaskan bahwa: (wawancara 18 januari 2021 pukul 10.00 WITA).


52

“Bicara soal komitmen dek, di Desa Botta pesertanya rajin semua selama
ini. selama saya jadi pendamping kalau ada pertemuan seluruh anggota
langsung menghadiri pertemuan itu, Karena mereka takut dikenakan
sanksi pengurangan dana. Sejak awal anak-anak dari penerima bantuan
PKH semuanya rajin pergi sekolah soalnya itu syarat orang tuanya dalam
menerima bantuan PKH tapi sekarang karena lagi ada waba corona jadi
otamatis kesekolah diliburkan jadi saya belum turun lapangan meninjau
apakah anaknya rajin kumpul tugas kesekolahnya, sama halnya dengan
ibu-ibu yang punya balita, ibu hamil mereka rajin keposyandu untuk
memeriksakan kesehatannya dan anaknya. Bisa dikatakan karena adanya
bantuan PKH ini mereka rajin ke posyandu memberi pengaruh positif ”.
Dari penjelasan informan saat wawancara diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa peserta program keluarga harapan PKH Desa Botta Kecamatan Suli sudah

menjalankan komitmen yang ditetapkan dengan baik, tapi untuk 2020 karena ada

waba corona jadi dalam pemutakhiran data mendapatkan kendala kerana jarang

turun lapangan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu warga penerima

PKH di Desa Botta yang berinisial (HS) sebagai berikut: (wawancara 18 januari

2021 pukul 10.30 WITA).

“iyye dek alhamdulillah saya rajin keposyandu mulai saya hamil sampai
sekarang, setiap bulan kan disini posyandu setiap tanggal 9. Iyye saya rajin
karena persyaratannya terima bantuan PKH selalu disampaikan oleh
pendamping sama juga anak-anakku rajin semua pergi kesekolah tapi
sekarang kan ada corona jadi anakku rajin ji kasih masuk tugasnya kalau
hari senin pergi kumpul tuganya disekolah”.
Berdasarkan wawancara dengan warga penerima bantuan PKH tersebut

bahwa dalam menjalani komitmen ibu HS sudah menjalankan komitmennya

dengan baik dan patuh pada peraturan yang sudah ditentukan oleh pemerinta pusat

dan ketentuan dari program PKH itu sendiri. Meski demikian penerima bantuan

harus selalu memperhatikan setiap peraturan yang telah ditentukan pemerinta agar

bantuan yang diterima sesuai peraturan.


53

Sama halnya yang disampaikan oleh salah satu penerima PKH yang beinisial

(MR) di Desa Botta sebagai berikut: (wawancara 25 januari 2021 pukul 11.30

wita).

“rajin semua saya anakku pergi sekolah kalau jam setegah 6 berangkat mi
karena jalan kaki ji kasian pergi sekolah baru sekolahnya kurang lebih 2
kilo dari sini rumah karena tidak ada kendaraan dirumah tidak ada mi juga
bapaknya yang bisa antar ih karna jandaka saya dek na banyak anakku.
Tapi karena corona setiap hari senin ji na pergi kumpul ih tugasnya
kesekolah.pemerinta kasihki bantuan berarti kita sebagai penerima haruski
ikuti peraturannya”.
Dari hasil wawancara dengan KPM diatas bahwa dia sudah menjalankan

komitmen dengan baik dan memperhatikan kebutuhan sekolah anaknya. Karena

menurutnya pemerinta memberi bantuan berarti dia sebagai penerima harus

menjalankan peraturan pemerinta dengan baik.

Dari hasil wawancara diatas dengan beberapa informan dapat disimpulkan

bahwa dalam Porgram Keluarga Harapan (PKH) dengan adanya komitmen dan

sanksi tersebut, para peserta atau penerima PKH tetap menjaga komitmen dan

menjalankan kewajibannya yang telah ditetapkan oleh Pemerintah untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Di Desa Botta sendiri untuk pertambahan dan

pengurangan jumlah peserta PKH dibawah ini.

Tabel 4.7. Pertambahan Anggota PKH

Nama Pertambahan Pertambahan Pertambahan


Anggota Anggota PKH Anggota PKH
PKH 2018 2019 2020
Dusun Botta 15 - 3
Dusun Pangkajenne 10 - 1
Dusun Durian 9 - 1
Sumber:kantor dinas sosial 2021
54

Tabel 4.8. Pengurangan Anggota PKH

Nama Pengurangan Pengurangan Pengurangan


Anggota PKH Anggota PKH Anggota PKH
2018 2019 2020
Dusun Botta 3 - -
Dusun Pangkajenne 2 - -
Dusun Durian 11 - 2
Sumber:kantor dinas sosial 2021

Dari hasil tabel diatas menujukkan bahwa penambahan dan pengurangan

peserta PKH tahun 2018 menunjukkan hasil evaluasi yang baik sedangan di 2019

evaluasi tidak dilakukan dan tidak ada pembaharuan data sehingga banyak data

yang tidak valid dipusat dan untuk 2020 sedikit menunjukkan ada pembaharuan

data yang dilakukan oleh pelaksana program bantua.

b. Pertemuan Bulanan

Pertemuan setiap bulan merupakan salah satu rutinitas yang dilakukan

oleh pendamping, ketua kelompok dan peserta PKH di Desa Botta, yang

dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati secara bersama dan

lokasinya biasanya dirumah-rumah warga dan kantor Desa. Pertemuan itu

dilakukan untuk megecek apakah ada perubahan data pada setiap peserta PKH.

Adapun hal-hal yang dilakukan saat pertemuan bulanan:

1. Melakukan pemutakhiran data peserta dan validasi atas perubahan data

peserta

2. Memperbarui informasi perkembangan dan pencapain program


55

3. Memberi dan Menerima saran menggali keluhan para peserta PKH yang

menjadi permasalahan yang di hadapi peserta PKH

4. Memberi motivasi pada peserta agar tetap aktif menjalankan tugasnya

memenuhi komitmen

5. Memberikan materi-materi tentang program keluarga harapan agar

memanfaatkan dana bantuan sesuai dengan tujuannya.

Untuk mengetahui lebih jelas terkait dengan pertemuan bulanan peserta PKH

di Desa Botta. Berikut pernyataan wawancara peneliti dengan pendamping PKH

Desa Botta yaitu (YS), (wawancara dilakukan 18 januari 2021 pukul 10,00 wita).

“iyya ada pertemuan setiap bulan biasanya dilakukan di rumah-rumah


warga, tapi berhubung karena ada waba corona jadi ditahun 2020 sampai
saat ini tidak ada pertemuan saya hanya mengubungi ketua kelompok
masing-masing untuk menanyakan keadaan setiap peserta juga untuk
meminta data-data jika ada perubahan untuk memperbaiki data-data jadi
sekarang saya hanya menghubungi ketua kelompok saja. Tapi kalau duluh
sebelum ada waba ya setiap bulan diadakan petemuan untuk evaluasi
perkembagan program apakan sudah menggunakan dana sesuai dengan
yang diharapkan bukan digunakan untuk belanja baju dan make up atau
yang lain tidak berhungan dengan tujuan program. Saya selalu
menjelaskan kepada setiap penerima PKH bahwa ini bantuan bukan terima
gaji banyak hal yang harus dipenuhi para peserta PKH di tegaskan ya dek
Program ini hanya berlaku 5 tahun setiap penerima jadi kalau sudah cukup
5 tahun harus keluar meskipun masih memenuhi sayarat”
Dari hasil wawancara diatas dengan informan dapat disimpulkan bahwa

pertemuan bulanan sebenarnya sudah berjalan dengan baik sebelumya dari

dimulainya program ini namu mulai adanya virus corona menjadi pemicu tidak

terlaksananya pertemuan ini dengan peserta PKH sehingga pendamping kesulitan

dalam memantau perkemabangan peserta PKH dalam pembaruan data.


56

Sama halnya yang di sampaikan oleh salah satu peserta PKH yang berinisial

(MR) sebagai berikut: (wawancara 25 januari 2021 pukul 11.00)

“Iyye dek selalu ada pertemuan setiap bulan duluh tapi sekarang tidak
perna mi mungkin karena ini waba corona jadi tidak ada mi pertemuan
tidak ada juga penyampain dari ketua”
Kemudian wawancara selanjutnya dengan ibu (YL) selaku peserta PKH atau

KPM (wawancara 9 februari 2021 pukul 11.30).

“kalau pertemuan bulanan tidak perna mi dilakssanakan ada mi satu tahun


selama ada corona indi nabilang ji ketuaku kalau na bilang pendaping
tidak bisa diadakan pertemuan karena dilarang kumpul itu mi mungkin
selalu mi berkurang kuterima karena tidak valid mi kapang dataku di pusat
na tidak perna mi diminta kartu keluarga untuk memperbarui data”.
Dari hasil wawancara dari kedua informan peserta PKH diatas sama-sama

menyatakan bahwa pertemuan bulanan sudah tidak dilaksanakan selama setahun

ini dan tidak ada pembrauan data dilaksanakan dan mungkin saja dari peserta ada

yang baru sudah melahiran atau saja ada anggota keluarga yang meninggal atau

hal lainnya.

Dari permasalah diatas dan beberapa pendapat informan, peneliti

melakukan klarifikasi kepada kepala dinas sosial bapak (MS) (wawancara 1 mei

2021 pukul 13.00).

“iyye indi masalah komitmen dan pertemuan bulanan ya jadi satu-satu


kujelaskan duluh, komitmen ya peraturan yang harus di taati oleh setiap
peserta KPM dan itu harus mau tidak mau harus dipenuhi setiap syaratnya
jika masi mau mendptkan bantuan ini, saya tidak bisa bicara banyak
karena saya tidak turun lapangan lagsung menunjauh apa komitmen
peserta itu terlaksana dengan baik atau tidak tapi menurut laporan yang
masuk kepada saya sudah terlaksana dengan baik jika diliat dari laporanya
ya. Sedangkan pertemuan bulanan ini yang saya tekankan bawha saya
harapan para pendamping untuk mengoptimalkan pendapinganya kepada
57

setiap peserta agar peserta mampu memahami apa sebenarnya tujuan dan
manfaat dari bantuan ini untuk meraka”.
Dari penjelasan saat wawancara dengan bapak MS selaku Kepala Dinas

Sosial Kabupaten Luwu menyimpulakan bahwa komitmen dan pertemuan bulanan

harus dilaksanakan dengan baik dan haru selalu diperhatiakan agar bantuan ini

bermanfaat bagi penerima bantuan.

Dari hasil wawancara diatas di Desa Botta maka dapat disimpulkan bahwa

komitmen dan pertemuan bulanan sudah berjalan lancar. Namun karena adanya

waba corona ini menjadi terhambat itu mengakibatkan banyak data yang tidak

valid di pusat karena tidak ada pemutakhir data dan pembaruan data sehingga juga

megakibatkan banyak peserta yang menerima bantuan ada yang tidak sesuai

dengan komponen. Seperti yang dijelaskan oleh pendamping kepada saya bahwa

jika data setiap peserta tidak valid maka akan berpengaru kepada penerima itu

sendiri dan berimbas pada bantuan yang akan diterima setiap triwulan.

Adapun berdasarkan observasi dilapagan ditemukan bahwa efektivtas

komitmen ditemukan bahwa masyarakat masih banyak yang belum menjalankan

dengan baik masih ada peserta yang tidak membawah anaknya keposyandu dan

masih banyak anak peserta yang malas mengumpulkan tugas sekolah.

Berdasarkan observasi pertemuan bulanan juga ditemukan belum berjalanan

dengan baik dan selama saya meneliti dilapangan saya tidak perna mendapatkan

ada peertemuan bulanan dilaksanakan.


58

2. Efisiensi

Efisiensi yaitu seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai

hasil yang diinginkan oleh PKH. Kriteria efisiensi terkait dengan tiga komponen

yaitu biaya bantuan, waktu dan tenaga. Dimana disini informan menjawab

mengenai nominal dana yang mereka dapatkan, lamanya waktu proses penyaluran

dana.

a. Proses Pencairan

Pencairan dana PKH diberikan kepada RTSM yang telah dipilih sebagai

peserta PKH dan mengikuti syarat program pendidikan dan kesehatan. Bukti

kepesertaannya adalah kepemilikan kartu PKH yang tercantum nama ibu/wanita

yang bertanggung jawab dalam mengurus anak. Kartu PKH diberikan kepada

seluruh peserta PKH

Proses pencairan dana PKH dilakukan setiap 3 bulan sekali dalam 4 kali

tahap dalam setahun. Pencairan dilakukan di bank yang telah ditentukan oleh

PKH dan sekarang tidak lagi didamping oleh pendamping dalam menerima karena

semua peserta PKH sudah memiliki rekening ATM masing-masing, jadi dalam

pencairan semua masing-masing peserta mengambil uangnya sendiri-sendiri

tampa perantara lagi.

Untuk mengetahui lebih jelas terkait proses pencairan dana bantuan maka

peneliti melakukan beberapa wawancara dengan beberapa informan.


59

Seperti yang dijelaskan oleh Pak (YS) selaku pendamping di Desa Botta

pada wawancara tanggal 18 januari 2021 pukul 09.40 Wita. Menjelakan mengenai

proses pencairan dana sebagai berikut:

“Bicara soal pencairan jadi dalam pencairan dana PKH itu dilakukan
setiap 3 bualan (triwulan) sekali dalam 4 kali pencairan dalam setahun.
Kalau tempat pencairannya di lakukan di bank kan duluh di pos sekaran
sudah di bank. Dan sekarang itu semua perta sudah bisa mencairankan
sendiri karena mereka yang pegang kartunya masing-masing tinggal
mereka tunggu kapan tanggal pencairan dana dan sudah tidak didampingi
lagi. Kalau ade bertanya kenapa tidak didampingi soalnya biasa saya baru
mau hubungi ketuanya untuk sama-sama pergi mencairkan tapi belum
sempat disampaikan sudah na cairkan memang mi karena semua peserta
lebih duluan mi na tau masuknya itu uang dari pada saya mungkin selalu
na pantau. Makanya sekarang susa ditau siapa yang berkurang uang na
terima tidak sesuai mi dengan komponen yang seharusnya na terima
berapa anak SD, SMP, SMA, balita, Ibu hamil sama ada langsianya maka
saya sampaikan kepada mereka untuk melapor kalau dana yang na terima
tidak sesuai supaya cepat di perbaiki datanya’’.
Sama halnya Mengenai proses pencairan juga diutarakan oleh pak (IP)

selaku koordinator PKH kabupaten luwu wawancara dilakukan (22 februari 2021

pukul 12.20 wita).

“kalau pencairan itu dilakukan di bank setiap 3 bulan (triwulan) sekali


dalam 4 kali pencaiaran dalam 1 tahun. Dan harus didampingi oleh
pendamping masing-masing dalam mencairkan dana supaya pendamping
bisa memutakhirkan data-data peserta”.
Dari wawancara yang diutarakan oleh bapak IP selaku koordinator PKH

kabupaten luwu tentang pencairan dapat ditarik kesimpulan bahwa pencairan dia

menyatakan bahwa jika pada saat pencairan harus didampingi oleh pendamping

masing-masing agar pendamping dapat memuktahirkan data-data dipusat atau jika

ada kendala lainya.


60

Mengenai proses pencairan dana PKH sama halnya yang diutarakan

dengan Ibu (MR) selaku kasi kensos dikantor dinas kabupaten luwu wawancara

pada (18 februari 2021 pukul 11.30 wita).

“Pada saat pencairan dek, dilakukan oleh pihak bank memang dulunya di
lakukan di pos tapi sekaran dialihkan ke bank. Dan sekarang peserta PKH
sudah ada kartu atm PKH jadi mereka tidak repot lagi dalam mencairkan
dana. Saat pencairan harus didampingi oleh pendamping setiap desa atau
kecamatan.”
Dari hasil wawancara diatas dengan beberapa informan tentang pencairan

dapat disimpulkan bahwa sahnya pencairan dana PKH di Desa Botta sudah

berjalan dengan baik karena dengan di alihkannya ke bank jadi peserta bisa

mencairkan dana PKH tampa perantara lagi. Namun dengan dialihkannya ke bank

maka pendamping lebih susah mendata dana yang masuk di setiap peserta

PKHnya, apakah peserta mendapatkan dana sudah sesuai dengan komponen

masing-masing peserta.

b. Dana Bantuan

Pada tahu 2020 jumlah penerima PKH sebanyak 79 peserta dari 465 KK

dan dari 1,846 warga di Desa Botta. Penyaluran dana PKH dilakukan setiap 3

bulan sekali dalam 4 tahap yakni pada bulan Januari, April, Sebtember dan

Desember melalui Bank.

Tabel 4.9. Skenario Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Skenario bantuan Tahap pencairan Bantuan per


RTSM/KPM
Ibu hamil/nifas Rp 750,000 x 4 kali Rp 3,000,000
Anak usia 0 s.d 6 tahun Rp 750,000 x 4 kali Rp 3,000,000
Pendidikan anak Rp 225,000 x 4 kali Rp 900,000
61

SD/sederajat
Pendidikan anak SMP/ Rp 375,000 x 4 kali Rp 1,500,000
sederajat
Pendidikan anak SMA/ Rp 500,000 x 4 kali Rp 2,000,000
sederajat
Lanjut usia 70 tahun Rp 600,000 x 4 kali Rp 2,400,000
Penyandang disabilitas Rp 600,000 x 4 kali Rp 2,400,000
Tuberkulosis (TBC) Rp 750,000 x 4 kali Rp 3.000,000
Sumber: kantor dinas sosial 2021

Jadi dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rincian bantuan yang akan

diterima oleh KPM selama menjadi peserta PKH. Bantuan ini sesuai dengan

komponen yang telah ditentukan, maka dari itu peserta PKH dalam menerima

bantuan harus berpatokan dengan ketentuan rincian dana tersebut.

1. Ibu hamil/nifas dan anak usia 0-6 tahun maka berhak menerima dana sebesar

750,000 per tiga bulan sekali maka jika ditotalkan dalam penerimaan selama 1

tahun yaitu 3,000,000 dalam 4 kali pencairan dana.

2. Pendidikan anak SD/sederajat maka berhak menerima bantuan 225,000 per tiga

bulan (triwulan) maka jika ditotalkan 900,000 selama 1 tahun dalam 4 kali

penciran dana.

3. Pendidikan anak SMP/sederajat maka berhak menerima bantuan dana sebesar

375,000 per tiga bulan (triwulan) jadi jika ditotalkan dana yang diterima

selama 1 tahun 1,500,000 dalam 4 kali pencairan dana.

4. Pendidikan anak SMA/sederajat maka berhak menerima bantuan sebesar

500,000 per tiga bulan (triwulan) jika ditotalkan dana yang akan diterima

dalam 1 tahun yaitu 2,000,000 dalam 4 kali pencairan dana.


62

5. Langsia dan penyandang disabilitas maka berhak menerima dana 600,000 per

tiga bulan (triwulan) jika ditotalkan dalam 1 tahun yaitu 2,400,000 dalam 4

kali pencairan

6. Tuberkulosis (TBC) maka berhak menerima bantuan sebanyak 750,000 per tiga

bulan (triwulan) maka jika ditotalkan dalam 1 tahun dana yang diterima yaitu

3,000,000 dalam 4 kali pencairan dana.

Seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan yang ditemui dilapangan

saat wawancara dan observasi. Ibu (MN) selaku penerima bantuan PKH

(wawancara senin 25 januari 2021 pukul 11.00 wita).

“Kalau tentang berapa jumlahnya diterima itu tidak kutau karna kadang-
kadang naik kadang turun tidak menentu setiap menerima, saya juga tidak
kutau bagaimana caranya hitung ih yang kutau berapa-berapa saja yang
ada di dalam rekening masuk itu ku terima apala lagi ini selama corona
setiap bulan ki menerima disesuaikan dengan bantuan yang lain”
Dari wawancara dengan salah seorang penerima bantuan diatas maka

dapat disimpulkan bahwa masyarakat belum memahami betul tentang program

bantuan ini dalam hal nominal uang yang harus diterima sehingga mereka tidak

ambil pusing asalkan bantuan selalu masuk rekening saja setiap bulannya. Padahal

bukan ini yang diharapkan oleh pemerinta dan bukan tujuan dari program ini

sendiri.

Senada dengan yang di jelaskan oleh Ibu (HS) wawancara senin 18 januari 2021

pukul 10.00 wita.

“iya kalau besaran jumlah dananya yang diterima saya juga kurang tau
karna tidak menentu kadang banyak diterima kadang juga itu sedikit apa
lagi ini selama ada waba corona setiap bulan miki menerima”.
63

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peserta PKH di

Desa Botta Kecamatan Suli itu masih tidak menau tentang rincian dana yang

harus mereka terima setiap pencairan dana, mereka masih harus di berikan

evaluasi-evaluasi informasi tentang PKH. Agar masalah seperti ini bisa ditangani

jika dana yang terima tidak sesuai dengan komponen yang seharusnya mereka

terima.

Dari permasalah diatas dan beberapa pendapat informan, peneliti

melakukan klarifikasi kepada kepala dinas sosial bapak (MS) (wawancara 1 mei

2021 pukul 13.00).

“untuk proses pencairan dan dana bantuan yang diterima KPM itu saya
kurang tau ya soalnya itu sudah peraturan dari pusat, proses pencairan itu
kanya di bank duluh dikantor pos dan kalau dana nominal yang diterima
KPM saya juga tidak tau kalau waktunya saya tau karena ada
pemberitahuan dari pusat untuk disampaikan kepada staf saya yang di
tempatkan dilapangan”.
Dari penjelasan diatas saat wawancara dengan bapak kepala dinas dapat

disimpulkan bahwa bantuan PKH ini seutuhnya langsung dari pusat sehingga

dalam hal proses pencairan dan dana bantuan yg diterima itu tidak diketahui

karena poses pencairan dilakukan masin-masing melalui rekening masing-masing

dan dana bantua juga sesuai dengan komponenen masing-masing sehingga tidak

diketaui berapa nominal setiap KPM.

Adapun hasil observasi penelitian dilapagan ditemukan bahwa efisien

proses pencairan sudah berjalan dengan baik karena dari hasil penelitian saya,

pencairan dilakukan oleh masing-masing penerima tanpa perantara lagi yang

langsung masuk kedalam rekening/ATM masing-masing. Adapaun hasil obsevasi


64

tentang Dana Bantuan temukan bahwa banyak perta penerima bantuan tidak

sesuai dengan komponen masing-masing peserta ada yang setiap menerima

berkurang nominal dana yang diterima. Dari hasil observasi dilapangan di Desa

Botta saya juga mendapatkan hampir semua peserta PKH tidak menau dalam

menjumlah dana yang akan diterima maka dari itu mereka tidak perna melapor

kependamping jika ada masalah dalam penerimaan bantuan. Maka dari itu dari

aspek efisiensi dapat disimpulkan bahwa indikator ini belum berjalan dengan baik

seutuhnya.

3. Responsivitas

Responsivitas program keluarga harapan merupakan bentuk respon peserta

Program Keluarga Harapan (PKH) yang timbul akibat kepuasan mereka terhadap

pelaksanaan bantuan PKH. Tanggapan itu biasa berupa respon positif maupun

negatif, Responsivitas berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat

memuaskan kebutuhan. Responsivitas pada pelaksanaan Program Keluarga

Harapan Di Desa Botta mendapatkan respon yang cukup positif dari pihak

pelaksana maupun masyarakat peserta PKH.

Berbagai kepuasan diungkapkan oleh peserta saat dilakukan wawancara

mengenai program keluarga harapan (PKH) antara lain seperti yang diungkapkan

oleh ibu (HS) Dusun Pangkajenne wawancara dilakukan (senin 18 januari 2021

pukul 08.00 Wita).

“Alhamdulillah nak puas berkat bantuan ini biaya pembeli alat sekolah
anak saya tercukupi, saya merasa puas atas bantuan ini bisa bantu-bantu
keuangan kerana penghasilan tidak mentu apa lagi saya ada anakku balita
65

ada SD,SMP,SMA ada baru lulus SMA ada juga indoku kutemani tinggal
jadi banyak kebutuhan dan biaya ku butuhkan”.
Dari wawancara diatas dengan salah satu penerima bantua atau KPM

mereka sangat puas atas bantuan ini meraka sangat terbantu dalam hal pinansial

dan bantuan sekolah anak-anaknya.

Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh ibu (YL) dusun durian wawancara

dilakukan selasa (9 februari 2021 pukul 11.00 Wita).

“saya puas dek berkat bantuan ini bisa semua sekolah anak-anakku dan
juga ada biaya-biaya bantuan na terima disekolah kerana masukka sebagai
peserta PKH, bersyukur sekalika jadi penerima bantuan PKH karena tidak
ada mi kasian suamiku carikanka nafkah”
Dari hasil wawancara dengan ibu (YL) juga mearasa terbantu karena

berkat bantuan ini anak-anaknya juga mendapat bantuan disekolah sehingga

meringankan beban biaya sekolah anaknya.

Begitu juga dengan Ibu (MN) Dusun Pangkajenne (wawancara senin 25 januari

2021 pukul 10.00 wita).

“puaslah dek bantuan yang na kasihki pemerinta setiap 3 bulan sekali bisa
mi dipake bantu-bantu dikkana biasannya tidak ada betul mi uangku na
kebetulan bulanna omi lagi pencairan ada mi lagi bantu pembeli uang
makanan apalagi ada juga sembako jadi ada juga bantu pas habis beras,
telur kadang ayam sama ikan ikan bantuannya’’.
Jadi dari hasil wawancara dan observasi dilapangan di Desa Botta

Kecamatan Suli Kabupaten Luwu dapat disimpulkan bahwa sahnya respon

masyarakat terhadap bantuan ini merasa puas dan terbantu dengan adanya PKH

ini, karena bantuan ini bisa membantu pendidikan dan kesehatan. Dan anak-anak

dari penerima bantuan PKH ini juga bisa mendapatkan bantuan dari sekolah
66

mereka masing-masing sehingga mereka tidak terbebani lagi dengan biaya-biaya

sekolah dan bisa membeli peralatan sekolah dengan adanya bantuan itu orang

tuanya tidak pusing lagi.

Sejak awal menerima bantuan sosial PKH para peserta PKH mengaku

senang meskipun bantuan diberikan bukanlah bantuan penuh, mereka sudah

bersyukur karena dengan adanya bantuan ini bisa meringankan beban pengeluaran

keluarga, mereka juga berharap bahwa bantuan ini berjalan terus, mereka juga

berharap menjadi KPM mereka berharap tidak dikeluarkan sebagai peserta PKH.

Pihak desa juga berharap bahwa bantuan ini kedepanya pelaksanaan harus lebih

diperbaiki terumah masalah data.

Adapun berdasarkan observasi penelitian dilapangan ditemukan bahwa

responsivitas dari program ini sangat diterima dengan baik oleh masyarakat

karena bantuan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang kurang mampu.

Bantuan berupa uang tunai dan sembako sangat membantu kehidupan masyarakat

biaya pendidikan dan keesehatan juga.

4.Pemerataan

Pemerataan program keluarga harapan merupakan manfaat yang diterima

oleh peserta PKH disalurkan secara merata, jadi dengan kata lain pemerataan

berkaitan dengan keadilan untuk masyarkat.

Di Desa Botta sendiri untuk pemerataan menurut penjelasan bapak (WD)

selaku Kepah Desa Botta saat wawancara yang dilakukan pada selasa (23 februari
67

2021 pukul 13.27 wita) di Kantor Desa Botta belum merata hal itu dijelaskan

sebagai berikut:

“sejauh ini dek, di Desa Botta ini belum semua masyarakat yang tergolong
dalam masyarakat kurang mampu menerima dana bantuan PKH di lihat
dari datanya cuma 79 kk yang menerima, kadang yang tidak menerima
bantuan itu iri kadang mereka mengatakan pemerinta tidak adil karena
mereka merasa layak menerima, saya berharap supaya ada pendataan
ulang agar masyarakat yang layak bisa menerima agar bisa merata ke
masyarakat saya”.
Dari penjelasan saat wawancara dengan bapak (WD) selaku Kepalah

Desa Botta tentang pemerataan bantuan dapat disimpulkan bahwa warga Desa

Botta masih banyak yang layak menerima bantuan namun tidak menerima

bantuan tersebut sehingga menimbulkan kecemburan dan menyalakn pihak Desa

terkusus kepada Kepalah Desanya.

Sama halnya dengan yang dikemukankan oleh pendamping Desa Botta yaitu

Bapak (YS) (wawancara dilakukan pada tanggal 18 januari 2021 pukul 09.00

wita) sebagi berikut:

“kalau bicara merata dek ya pasti belum, di Desa Botta masih banyak yang
layak menerima tapi belum dapat, tapi saya selalu mengusulkan agar
masyarakat yang belum menerima agar menguslkan dirinya di pemdes di
opratornya, agar oprator bisa mengirim datanya ke pangkalan data, supaya
masyarakat yang layak menerimah bisa menerima bantuan PKH”.
Dari wawancara dengan pendamping PKH Desa Botta sendiri dapat

disimpulkan bahwa benar nayatanya bahwa bantuan ini belum merata karena

bantuan ini memang sangat selektif dalam menetukan penerima. Mereka yang

mnerima bantuan mereka yang memang layak dalam bantuan ini.


68

Sama halnya yang di sampaikan ibu (MN) warga Desa Botta penerima PKH

memberikan pendapat tentang pemerataan saat (wawancara yang dilakukan pada

senin tanggal 25 januari 2021 pukul 10.11 Wita.)

“tidak merata pi dek, itu tentanggaku layak na kena bantuan tapi tidak na
kena banyak anaknya tidak ada suaminya kaya saya, harusnya yang begitu
kasian di utamakan karena tidak ada mi yang mencarikan nafka setidaknya
ada bantui pembeli alat sekolahnya anaknya dan biasanya itu kalau masuk
mamanya anggota PKH anaknya menerima bantuan dari sekolah”.
Dari hasil wawancara dengan salah satu peserta PKH diatas menanggapi

tentang pemerataan bantuan ini bhawa dapat disimpulkan memperkuat pernyataan

dari dua informan diatas bahwa memang bantuan PKH ini belum merata ibu MN

menyatakan bahwa masih banyak warga yang layak untuk bantuan ini.

Dari permasalah diatas, peneliti melakukan klarifikasi kepada salah satu

koordinator PKH pada wawancara yang dilakukan senin 22 februari 2021 pukul

12.10 wita yaitu pak (IP)selaku koordinator PKH Kabupaten Luwu.

“begini dek, masalah merata atau tidaknya mungkin semua daerah yang
menerimah bantuan dari PKH itu memang tidak merata, karna apa bantuan
ini menjadi primadona di kalangan masyarakat. Semua masyarakat merasa
berhak menerimah bantuan ini apa lagi mereka yang memang kurang
mampu keluarga yang tergolong dalam pra sejahtera. Namun meskipun
masuk dalam keluarga pra sejahtera namun tidak ada komponen yang bisa
dijadikan acuan untuk mendapatkan bantuan PKH ini dek itu alasanya
kenapa PKH ini belum merata karena banyak pertimbangan dan banyak
komponen yang harus diperhatikan dan diikuti”
Dari hasil penjelasan responden diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk

Desa Botta dalam hal pemerataan belum mendapatkan hasil yang memuaskan.

Hal itu ditandai dengan masih banyaknya masyarakat yang kurang mampu belum

mendapatkan bantuan PKH. selain wawancara, bukti lain yang memperkuat


69

adanya ketidak merataan pada proses pelaksanaan bantuan PKH yaitu banyaknya

keluarga yang masuk dalam golongan keluarga prasejahtera.

Dari permasalah diatas, peneliti melakukan klarifikasi kepada kepala dinas sosial

bapak (MS) (wawancara 1 mei 2021 pukul 13.00).

“tentang pemerataan di indi ya bagaimana lagi ya memang begitu bantuan


tidak semualah dalam kampung atau daerah itu menerima bantuan
meskipun banyak yang layak kami sebagai pemerinta sebenarnya bahagia-
bahagia saja kalau semua dapat tapi kembali lagi dek dana bantua itu
terbatas dan bukan satu dua daerah saja yang mendapatkan bantuan ini tapi
seindonesia jadi harus dimaklumi jika masih banyak masyarakat yang
belum dapat mungkin lewati atau terwakilkan dengan bantuan lainnya”.
Dari hasil wawancara dengan bapak kepalah dinas diatas dapat

disimpulkan bahwa pemerataan program ini memang sulit untuk merata karena

bukan saja satu dua daerah yang mendapatkan bantuan ini namun seindonesia dan

dana bantua ini terbatas mungkin mayarakat yang kurang mampu lain bisa

mendaptkan bantuan lain dari pemerinta.

Gambar 4.2 Cakupan PKH Tahun 2007 s.d 2019

Sumber: Pedoman Pelaksanaan PKH 2021


70

1. Pada PJP tahun 2010-2014 terjadinya peningkatan target penerima manfaat

dan alokasi budget PKH, melampaui baseline target perencanaan.

2. Jumlah penerima PKH tahun 2016 adalah sebanyak 6 juta keluarga miskin

dengan anggaran sebesar Rp10 triliun

3. Jumlah penerima PKH tahun 2017 adalah sebanyak 6.228.810 keluarga

dengan anggaran sebesar Rp.11,5 triliun.

4. Jumlah penerima PKH tahun 2018 adalah sebanyak 10.000.232 keluarga

dengan alokasi anggaran sebesar Rp 19,4 triliun (sedikit lebih tinggi dari

target penerima PKH sebanyak 10 juta KPM).

5. Jumlah penerima PKH tahun 2019 sebanyak 9.841.270 keluarga dengan

alokasi anggaran sebesar Rp34,2 triliun (sedikit lebih renda dari target

penerima sebanyak 10 juta KPM).

Proses ketidak meratanya persebaran bantuan PKH sebenarnya disebabkan

oleh konsep dasar dari PKH itu sendiri karena dalam bantua PKH harus

menjangkau komponen-komponen yang menjadi kriteria penerima bantuan PKH,

jika menjangkau rumah tangga sangat miskin masyarakat yang masih tergolong

miskin dalam sosial ekonomi belum bisa jadi syarat untuk mendaptkan bantuan

PKH. Mereka yang tergolong miskin masih bisa mendapatkan dana bantuan dari

program pemerinta lainnya.

Dari hasil obseravasi dilapang peneliti juga mendapatkan bahwa

pemerataan bantuan program keluarga harapan (PKH) ini memang belum

sepenuhnya merata atau dengan kata lain masih banyak masyarakat yang layak

untuk program ini. Dan peneliti juga mendapatkan bahwa sudah banyak penerima
71

yang sudah tidak layak lagi untuk menerima bantuan ini namun belum juga

diganti dengan yang lanyak.

5. Kecukupan

Kecukupan Program Keluarga Harapan berkaitan dengan sejauh mana

kepuasan para peserta keluarga harapan PKH sebagai sasaran program didalam

mencukupi kebutuhan, dengan adanya PKH maka ada beberapa hal yang secara

tidak langsung akan terbantu misalnya biaya pendidikan, biaya kesehatan dan

mengurangi beban orang-orang yang tidak mampu. Kecukupan berkenaan dengan

sejauh mana suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan dan nilai, konsep

awal dari pelaksanan PKH .

Sebagaimana yang dijelaskan oleh informan saat melakukan tinjaun observasi

dilapangan wawancara dengan pak (WD) selaku Kepalah Desa Botta.

(Wawancara 23 februari 2021 pukul 13.30).

“bicara memecahkan kemiskinan dengan bantuan PKH ini dek, kayanya


tidak. Dalam artian bahwa bantuan ini tidak bisa memecahkan kemiskinan
namun jika dikatakan meringankan beban masyarakat itu lebih bagus
kedengarannya, karena dengan adanya bantuan ini warga saya dapat
terbantu khususnya dalam hal pendidikan dan kesehatan dan mereka
mendapatkan juga sembako setiap bulanya”
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara dengan bapak (WD) selaku

Kepalah Desa Botta bahwa untuk memecahakan kemiskinan itu satu hal yang

besar untuk di lakukan namun jika dikatan bahwa bantuan ini mampu

meringankan beban masyarakat itu bisa dikatan.


72

Sama halnya dengan yang dijelaskan oleh bapak (MS) selaku kepalah dinas sosial

kabupaten luwu (wawancara 1 maret 2021 pukul 13.00 wita)

“bicara tentang kecukupan bantuan PKH ini saya selaku kepalah dinas
sosial hanya berpesan agar masyarakat memanfaatkan bantuan ini
semestinya dan seperlunya agar bermanfaat dan berkecukupan untuk
keluarganya. Dan jika dikatan apakah bantuan ini bisa memecahkan
kemiskinan saya rasa tidak hanya saja membantu kebutuhan masyarakat
yang kurang mampu”.
Dari hasil wawancara dengan bapak kepalah dinas sosial dapat ditarik

kesimpulan bahwa program ini harus dimanfaatkan oleh peserta sebaik-bainya

dan digunakan semestinya.

Senada dengan yang di jelakan oleh ibu (MR) selaku Kasih Kensos Kabupaten

Luwu. (Wawancara 18 februari pukul 2021 11.30 WITA).

“dalam hal memecahkan kemiskinan itu hal yang sulit, apa lagi dengan
pertumbuhan angka kemiskinan makin meningkat sehingga jika hanya
program keluarga harapan (PKH) ini yang menerima hanya sebagian saja
dari satu Desa tidak semua yang terdaftar dalam keluarga prasejahtera.
Jadi menurut saya dek program ini belum bisa memecahkan kemiskinan
tapi bantuan ini bisa membantu meringankan beban masyarakat miskin”.
Dari hasil wawancara diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa dalam

memecahkan kemiskinan dimasyarakat itu sulit untuk dilakukan karena tingginya

angka kemiskinan namun dalam meringan beban masyarakat program bantuan

seperti PKH ini mampu meringankan beban masyarakat yang kurang mampu

dalam memenuhi kebutuhannya dan memang mereka benar-benar layak untuk

mendapatkan bantuan ini.


73

Untuk mengetahui tingkat kecukupan bantuan program keluarga harapan

ini di Desa Botta Kecamatan Suli Kabupaten Luwu. Peneliti melakukan

wawancara dengan beberapa peserta PKH sebagai berikut:

Informan pertama yaitu ibu (YL) selaku peserta PKH atau KPM. (wawancara 9

februari 2021 pukul 11.00)

“kalau bantuan ini dibilang cukup tidak untuk kehidupan sehari-hari ya


dicukupkan saja indi karna pencairankan dilakukan setiap 3 bulan sekali
na setiap penerimaan na ta sedikit ji kuterima itu juga tidak menentu
nominalnya kadang turun kadang naik begitumi tidak kutau juga apa
masalhnya kalau mengurang ih diterima”
Dapat disimpulakan dari hasil wawancara dengan ibu YL bahwa bantuan

dalam indikator kecukupan ini hanya bisa digunakan dalam jangka pendek.

Karena bantuan ini juga memiliki komponen sehingga banyak komponen

terpengaru dengan nominal yang diterima.

Informan kedua yaitu ibu (MN) selaku peserta PKH atau KPM (wawancara 25

januari 2021 pukul 11.00 wita)

“bantuan pkh ini indi dicukupkan bammi soalnya ada terus ji masuk
direkening jadi cukup tidak cukupnya kita bammi yang atur ih lumayan mi
lagia ada bantu-bantu keuangan siapa mau kasih bangki uang begitu setiap
bulan tinggal di tunggu saja masuk na tidak kerja jiki cuman peraturan-
peraturannya ji diikuti”.
Dari keterangan saat wawancara dengan ibu MN selaku peserta dapat

disimpulkan bahwa dalam indikator kecukupan dia menggap bahwa bantuan ini

harus dicukupkan saja dengan kebutuhan karena mereka bersyukur sudah bisa

mendaptkan bantuan ini dalam hal cukupnya memang belum bisa dikatan cukup

untuk kehidupan sehari-hari peserta.


74

Dari hasil observasi dilapangan yang dilakukan oleh peneliti ditarik

kesimpulan bahwa dalam indikator kecukupan ini peneliti mendapatkan kenyataan

bahwa bantuan yang didapat oleh masyarakat kadang habis sebelum waktunya

atau juga digunakan dalam hal lainnya sehingga bantuan ini terlihat habis sesaat

dan masyrakat tidak bisa menggunakan dalam jangka waktu yang lama dan belum

bisa memecahkan kemiskin.

6. Ketepatan

Ketepatan program keluarga harapan mengacu pada apakah tujuan atau

nila program dapat mengakomodir fakta program keluarga harapan dilapangan.

Ketepatan erat kaitannya dengan rasionalitas subtantif, karena pertanyaan tentang

ketepatan kebijakan tidak berkenaan satu kriteria individu tetapi lebih dari dua

kriteria secara bersama-sama.

Maka dari itu untuk mengetahui tingkat ketepatan dari program ini maka

peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan. Informan yang

pertama yaitu ibu (MR) selaku kasih kensos dinas sosial kabupaten luwu

wawancara dilakukan pada (tanggal 18 februari 2021 pukul 11.33 wita).

“kalau bicara tentang ketepatan dek saya rasa sudah tepat karena
masyarakat yang menerima bantuan PKH itu sudah melalui beberapa tahap
dalam pemilihan banyak syarat-syarat yang harus di penuhi ada komponen
yang menjadi acuan pemerinta dalam memilih penerima bantuan PKH”.
Dari hasil wawancara diatas dengan ibu MR selaku kasi kensos dalam

indikator ketepatan dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hal ketepatan penerima

bantuan sudah tepat dan sesuai dengan sasaran yang inginkan dan penetuan juga

melalui tahap seleksi.


75

Sama halnya dengan yang diungkapkan pak (WD) selaku Kepalah Desa Botta

pada saat wawancara. (23 februari 2021 pukul 13.27).

“ya masalah ketepatan saya rasa sudah tepat pada sasaran semua warga
saya yang masuk PKH ini memang layak, mereka yang masuk golongan
prasejahtera. Memang mungkin ada beberapa yang sudah layak untuk
dikeluarkan dan diganti oleh yang layak namum itu semua saya
kembalikan lagi ke pihak PKH dimana mereka menilaih sendiri”.
Dari penjelasan dengan pak WD selaku kepa ddesa Botta saat wawancara

dapat ditarik kesimpulan bahwa ketepatan bantuan ini memang sudah tepat dilihat

dari mereka yang menerima bantuan termaksud dalam golongan masyarakat pra

sejahtera.

Senada dengan yang di jelaskan oleh pak (YS) selaku pendamping PKH Desa

Botta. (Wawancara 18 januari 2021 10.20).

“sudah tepat dan sesuai sasaran kita sebagai pendampingkan turun


kelapang meninjauh apaka peserta ini lakyak atau tidak menerima bantuan
dari situ kita sebagai pendamping menilai bahwa sahnya masyarakat ini
layak dalam menerima bantuan, dan merka juga telah memenuhi syarat
kemponen PKH”.
Dari hasil wawancara dengan pendamping PKH bapak (YS) dapat ditarik

kesimpulan bahwa ketepatan sasaran ini sudah tepat kenapa demikian karena

setelah ada nama-nama peserta yang keluar dari pusat sebagai para calon

penerima bantuan maka pendamping turun langsung kelapangan untuk

memastikan lagi apakah benar warga/masyarakat tersebut benar layak sebagai

penerima bantuan. Pendamping melakukan seleksi berkas tinjauan rumah dan

sebagainya.
76

Dari penjelasan diatas dari beberapa informan maka peneliti melakukan

klarifikasi kepada kepala dinas sosial yaitu bapak (MS) wawancara 1 mei 2021

pukul 13.00).

“masalah ketepatan bantuan ya dek tidak mungkin pemerinta salah dalam


penempatan karena dalam memberikan suatu bantuan itu melewati bebagai
macam peraturan na seperti ini bantuan PKH pasti sudah ada aturan yang
harus dipenuhi sehingga masyarakat yang dapat bantuan itu betu-betul
yang layak menerima bantuan”.
Dari hasil wawancara dengan bapak kepala dinas dapat ditarik kesimpulan

bahwa sama halnya dari beberapa informan sebelumnya juga mengatakan bahwa

ketepatan peserta sudah tepat dan sudah berjalan dengan baik sesuai yang

diinginkan.

Pencapaian hasil berkenaaan dengan sejauh mana program PKH ini sudah

mencapai hasil dan berguna bagi keluarga penerima manfaat (KPM). Di Desa

Botta untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil dan berguna bagi KPM maka

dilakukan wawancara dengan beberapa informan sebagai beriku:

Wawancara dengan pak (YS) pendamping PKH Desa Botta (18 januari 2021

pukul 10.00).

“Bicara tentang apakah PKH benar-benar sudah mencapai hasil yang


diinginkan dan berguna bagi mereka yang membutuhkan (KPM). saya rasa
sudah karena tujuan dari PKH yaitu ada 2 komponen, pendidikan dan
kesehatan dan itu sudah teralisasikan anak-anak dari penerima PKH tidak
lagi dibebani uang sekolah dan memeriksakan kesehatan juga geratis dan
setiap bulannya mereka mendapatkan bantuan sembako ini jadi bukti
bahwa bantuan PKH ini berguna bagi peserta PKH.
77

Dari hasil wawancara diatas dengan pendamping PKH dapat ditarik

kesimpulan bahwa bantuan PKH ini sangat berguna dan bermanfaat bagi

penerima bantuan atau KPM.

Sama halnya yang disampaikan oleh pak (IP) selaku koordinasi PKH kabupaten

luwu (wawancara 22 februari 2021 12.30).

“Kalau menurut saya sudah mencapai hasil diinginkan belum karena KPM
belum bisa menggunakan dana PKH dengan baik KPM belum memikirkan
menggunakan dana dalam jangka panjang dan kalau berguna bagi mereka
yang menerima ya tentu berguna karena dana bantuan yang meraka terima
bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari merka.
Dari hasil wawancara dilapangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

dalam pencapaian hasil dari program ini sudah berhasil dan berguna bagi

masyarakat yang kurang mampu untuk kehidupan sehari-hari KPM.

Dari hasil wawancara dan obsevasi dilapangan dapat ditarik kesimpulan

bahwa ketepan program kelurga harapan ini sudah tepat karena dalam menetukan

peserta melalui banyak tahap dan harus mengikuti komponen-komponen yang

telah ditentukan dan bantuan ini berguna bagi mereka yang menerima bantuan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan analisis yang dilakukan oleh peneliti

terhadap bantuan program keluarga harapan (PKH) di Desa Botta Kabupaten

Luwu. dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan PKH belum berjalan dengan

baik sesuai dengan tujuan diluncurkan PKH yaitu dengan harapan mampu

memecahkan masalah klasik yang dihadapi RTSM.

PKH yang terselenggarakan di Desa Botta ada warga yang layak

mendapatkan bantuan namun tidak mendapat bantuan, dan adapulah yang tidak

layak menerima namun masih saja menerima, serta mereka yang mendapat dana

bantuan, dana tersebut kurang memenuhi kebutuhan mereka. Karena ketidak

valitnya data-data KPM sehingga bantuan yang diterima tidak sesuai dengan

aturan dana PKH.

1.Efektivitas PKH di Desa Botta ini belum berjalan dengan baik. Dilihat dari

pertemuan bulanan belum berjalan dengan baik. mengakibatkan banyak data yang

tidak valid di pusat karena tidak ada pemutakhir data dan pembaruan data

sehingga juga megakibatkan peserta yang menerima bantuan ada yang tidak

sesuai dengan komponen.

2. Efisiensi peserta PKH di Desa Botta Kecamatan Suli itu masih tidak tau tentang

rincian dana yang harus mereka terima setiap pencairan dana, mereka masih harus

78
79

di berikan evaluasi-evaluasi informasi tentang PKH. Jadi dinilai dari aspek

efisensi kebijakan PKH di Desa Botta ini belum efisien.

3.Responsivitas PKH di Desa Botta Kecamatan Suli Kabupaten Luwu dapat

disimpulkan bahwa sahnya respon masyarakat terhadap bantuan ini merasa puas

dan terbantu dengan adanya PKH ini,

4.Pemerataan PKH di Desa Botta indikator ini belum berjalan dengan baik sesuai

dengan harapan. dapat disimpulkan bahwa dalam hal penyebaran bantuan PKH ini

belum sepenuhnya merata, hal ini ditandai dengan data dari 465 kk hanya 79 kk

yang mendapatkan bantuan sedangkan dalam data msyarakat prasejahtera sangat

banyak.

5.Kecukupan PKH di Desa Botta menyatakan hasil penelitian menunjukkan pada

indikator ini bahwa dalam mencakup kecukupan belum berjalan dengan baik.

6.Ketepatan PKH ini di Desa Botta bahwa ketepan program kelurga harapan ini

sudah tepat karena dalam menetukan peserta melalui banyak tahap dan harus

mengikuti komponen-komponen yang telah ditentukan dan bantuan ini berguna

bagi mereka yang menerima bantuan.

B.SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan

sebelumnya. Dalam upaya meningkatkan Program Keluarga Harapan kedepannya.

Maka peniliti mencoba memberikan saran –saran sebagai berikut:


80

1. Program Keluarga Harapan untuk kedepannya lebih memfokuskan pada

proses penyadaran pada RTSM/KSM agar tidak ada lagi ketergantungan

terhadap bantuan-bantuan lainnya dan dapat menggunakan bantuan dengan

semestinya mampu memanfaatkan bantuan yang berikan pemerintah dalam

jangka panjang.

2. Proses pelaksanaan pemutakhiran data harus lebih ditingkatkan lagi.

Pendamping harus turun langsung untuk melakukan pemuktahiran setiap

bulannya.

3. Koordinasi antar lembaga harus ditingkatkan lagi. Koordinasi lembaga

Program Keluarga Harapan dengan lembaga-lembaga pemerintah yaitu,

lembaga pendidikan dan lembaga kesehatan. Hal ini perlu dilakukan karena

koordinasi dengan lembaga-lembaga pemerintah tersebut akan meningkatkan

kualitas pelayanan yang baik dan berjalan secara efektif.


DAFTAR PUSTAKA

Ayuningtias, D. (2018). Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Desa


Ngepung Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu. (2020). Garis kemiskinan dan penduduk
miskin di Kabupaten Luwu. Diperoleh dari http://luwukab.bps.go.id.

Dehani, M. (2018). Evaluasi Program Keluarga Harapan (Pkh) Dikecamatan


Bogor Selatan Kota Bogor. Jurnal Governansi, Volume 4 Nomor 1.

Huzaipa (2014), Evaluasi Kebijakan Program Keluarga Harapan Di Kecamatan


Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Jurnal Katalogis, Volume 2 Nomor 7, Juli
2014 Hlm 158-169.

Isnaini, R. (2014), Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (Pkh) Pada


Bidang Pendidikan Di kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan
Denai . Jurnal Administrasi Publik vol.2 no.2.

Kunto,A dan jabar, C. (2010). Evaluasi pogram pendidikan. jakarta: bumi

Mardapidjemari (2012). Pengukuran penilaiaan dan evaluasi pendidikan:


yogyakarta.

Subarasono, A.G (2016). Analisis kebijakan publik: konsep, teori dan aplikasi.
Yogyakarta: pustaka pelajar.

Sudjana,N,H. (2011). Supervisi pendidikan konsep dan aplikasinya bagi


pengawas sekolah bekasi: Binamitra publishing cikarang.

Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:


alfabeta.

Susanto, Herman. (2016). Evalusi Program Keluarga Harapan (PKH) Di


Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Kesejahteraan Sosial
Universitas Islam Negeri. Jakarta.

Susnaini (2014). Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2013


Dikeluarahan Bintoro Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.

Widoyoko, eko putra. (2012). Evaluasi program pembelajaran: yogyakarta.

William N. Dunn, (2013). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press.

Kementrian Sosial. (2015). Buku Kerja dan Operator PKH. Direktorat Jaminan
Sosial. Direktorat Jenderal Perlidungan dan Jaminan Sosial.

81
82

Peraturaan Perundang-Undangan
Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pogram Keluarga
Harapan.
Undang-Undang Nomor.10 Tahun 2017 Tentang Program Keluarga Harapan.

Website:
(http://berita.new/2019/12/04/tahun-depan-pemkab-luwu-usul-perbaikan-305-
data-pkh/ )
(http://pkh.kemsos.go.id.)
83

N
84

Pedoman Wawancara

1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan PKH di Desa Botta kecamatan suli?


2. Apakah proses pelaksanaan komitmen PKH sudah terlaksana sesuai
dengan kesepakatan?
3. Apakah pertemuan bulanan sudah dilaksanakan?
4. Bagaimana efisiensi pelaksanaan PKH di Desa Botta?
5. Bagaimana proses pencairan dana bantuan PKH?
6. Apakah jumlah nominal dana yang diterima sudah sesuai dengan
komponen yang ditentukan PKH?
7. Bagaimana respon masyarakat tentang bantuan PKH ini?
8. Apakah bantuan ini sudah tepat pada sasaran yang diinginkan?
9. Apakah dengan adanya PKH ini dapat memberikan kepuasan bagi peserta
PKH?
10. Seberapa jauh pencapain hasil yang diinginkan untuk memecahkan
masalah kemiskinan masalah pendidikan dan kesehatan?
11. Apakah bantuan yang telah diberikan pemerintah puasat sudah merata
kepada RSTM?
12. Apakah PKH benar-benar sudah mencapai hasil yang diinginkan dan
berguna bagi mereka yang membutuhkan?
85

LAMPIRAN 1: SURAT PENELITIAN

Surat Pengantar Penelitian Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar
86

Surat Permohonan Izin Penelitian Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Luwu
87

Surat Telah Melakukan Penelitian Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Luwu
88

Surat Balasan Telah Melakukan Penelitian Di Dinas Sosial Kabupaten Luwu


89

LAMPIRAN 2: FOTO/DOKUMENTASI

Gambar 1. Wawancara Dengan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Luwu

Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Gambar 2. Wawancara dengan Kepala Seksi Jaminan Sosial Keluarga Dinas

Sosial Kabupaten Luwu

Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti


90

Gambar 3. Wawancara Dengan Koordinator PKH Kabupaten Luwu

Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Gambar 4. Wawancara Dengan Pendamping PKH Desa Botta

Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti


91

Gambar 5. Wawancara Dengan Kepala Desa Botta

Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Gambar 6. Dokumentasi Dengan Kepala Desa, Kepala Dusun Dan Staf

Kantor Desa Botta

Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti


92

Gambar 7. Dokumentasi Dengan Bidan Desa Botta

Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Gambar 8. Wawancara dengan keluarga penerima manfaat (KPM) PKH

Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti


93

Gambar 9. Wawancara dengan keluarga penerima manfaat (KPM) PKH

Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Gambar 10. Wawancara dengan keluarga penerima manfaat (KPM) PKH

Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti


94

Gambar 11. Dokumentasi Penerimaan Bantuan Sembako

Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Gambar 12. Dokumetasi Pra Calon Peserta PKH

Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti


95

Gambar 13. pemeriksaan berkas pra calon peserta PKH Desa Botta

Sumber: Dukuntasi Peneliti Sendiri

Gambar 14. Kantor Dessa Botta

Sumber: Dokumentasi Peneliti Sendiri


96

Gambar 15. Kantor Dinas Sosial Kabupaten Luwu

Sumber: Dokumentasi Peneliti Sendiri


97

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yustina, atau akrab disapa tina. Dilahirkan di Dusun

Pangkajenne Desa Botta Kecamatan Suli Kabupaten Luwu

pada hari jum’at tanggal 01 agustus 1997, anak ke-dua dari

tiga bersaudara dari pasangan bapak Nawir dan ibu Hardiana.

Memiliki satu kakak laki-laki bernama wiwin hadrawi dan

satu adek laki-laki bernama iksan nawir. Selanjutnya jenjang pendidikan peneliti,

peneliti menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di MI 05 Botta dan lulus pada

tahun 2010, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Suli lulus pada

tahun 2013, dan melanjutkan ditahap selanjutnya pada SMA Negeri 1 Luwu lulus

pada tahun 2016. Dan peneliti melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi,

tepatnya di Univeritas Muhammadiyah Makassar pada Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

Dengan ketekunan hingga motivasi tinggi untuk belajar dan berusaha, peneleti

telah berhasil menyelesaikan pegerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan

peneliti tugas akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif khususnya

dalam pengembangan disiplin ilmu administrasi negara. Akhir kata peneliti

mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas terselesaikanya skripsi yang

berjudul “Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Botta Kecamatan

Suli Kabupaten Luwu”.

Anda mungkin juga menyukai