Anda di halaman 1dari 33

Merumuskan Masalah Kebijakan Pendidikan

Menurut Patton dan Savicky (1986)

Fajar Sidik, MPA


Perhatikan prinsip dan mekanisme dasar dalam merumuskan masalah
kebijakan Pendidikan menurut Patton dan Savicky (1986) dalam
bukunya berjudul A Basic Policy Analysis Process
• Patton dan Savicky mengemukakan bahwa analisis kebijakan dapat
dilakukan sebelum dan sesudah kebijakan.
• Analisis kebijakan pasca kebijakan biasanya berbentuk deskriptif dan
biasanya juga disebut ex-post. Analisis kebijakan yang dilakukan
sebelum kebijakan disebut ex ante.
• Bentuk analisisnya dibagi menjadi dua, yaitu prediktif dan preskriptif.
1. Analisi prediktif merupakan pada proyeksi kondisi masa mendatang
sebagai hasil dari adopsi kebijakan.
2. Analisis preskriptif merujuk pada sebuah rekomendasi kebijakan.
Rekomendasi kebijakan yang bersifat umum dan tidak memberikan
fokus tertentu disebut dengan advis, sementara rekomendasi yang
menekan pembuat kebijakan agar memilih suatu kebijakan disebut
advis persuatif.
• Patton dan Savicky mempromosikan enam langkah analisis kebijakan
yang disebutnya A Basic Policy Analysis Process
Catatan penting dalam mendefinisikan, verifikasi, dan mendetailkan
permasalahan kebijakan
• Proses pokok dalam langkah mendefinisikan, verifikasi, dan
mendetailkan permasalahan kebijakan adalah mengembangkan
“pernyataan masalah” (developing problem statement).
• Problem yang sering kali dijumpai: sangat sulit karena tidak jarang
tujuan atau keinginan klien tidak jelas, atau tujuan yang hendak
dicapai bersifat konfliktual.
• Analis kebijakan tidak punya pilihan lain selain harus melakukan
verifikasi, mendefinisikan, dan medetailkan permasalahan
• Dua metode pendekatan untuk identifikasi dan definisi masalah yang
banyak digunakan adalah:
1) Pragmatic approach yang digunakan apabila analis kebijakan
dihadapkan pada pertentangan bagaimana seharusnya suatu isu
kebijakan ditangani sehingga pertimbangan dijatuhkan pada biaya
yang paling rendah;
2) Social-criterion approach yang digunakan apabila analis kebijakan
mencari ekspresi tersembunyi dari permasalahan sosial yang harus
diatasi.
• Metode dasar dapat digunakan dalam mendefinisikan permasalahan: back-
of-the-envelope calculations untuk memperkirakan“ukuran”permasalahan.
• Untuk permasalahan yang tidak mempunyai informasi secara angka
dilakukandengancara:
1) Look up the number in a refference sorce atau mempergunakan
sumberrujukan.
2) Collect the number through a systematic survey or other
investigation,ataumelakukansurveiataumetodeinvestigasilain.
3) Guessthenumberataumembuattaksiran.
4) Get expert to help you guess the number, atau membuat taksiran
denganmempergunakanahli.
• Patton dan Sawicki menganjurkan adanya tujuh tahap dalam
merumuskan masalah yaitu;
1. Pikirkan kenapa suatu gejala dianggap sebagai masalah.
2. Tetapkan batasan masalah yang akan dicapai.
3. Kumpulkan fakta dan informasi yang berhubungan dengan masalah
yang telah ditetapkan.
4. Rumuskan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
5. Identifikasi variable-variabel yang mempengaruhi masalah (policy
envelope).
6. Tunjukan biaya dan manfaat dari masalah yang hendak diaatasi.
7. Rumuskan masalah kebijakan dengan baik
Simulasi Ke-2
Kasus Pendidikan di Provinsi Kepulauan
Riau (Daerah Perbatasan)
• Pengantar Kasus
Pemerintah provinsi banyak mengalami persoalan dalam membangun
Pendidikan (kesenjangan), sebab kepulauan Riau (Kepri) memiliki 2408
pulau, dan 19 pulau terdepan. Sementara itu, rata-rata IPM menempati
urutan ke 4 Nasional.

Apa yang menjadi masalah dan apa yang perlu/harus dilakukan dalam
menentukan agenda kebijakan pembangunan?
Langkah 1
Pikirkan kenapa suatu gejala dianggap sebagai masalah.
• Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) Provinsi Kepri sepanjang Agustus 2019 tertinggi keempat se-
Indonesia dengan persentase 6,91 persen.
Langkah 2
Tetapkan batasan masalah yang akan dicapai.
• Berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
tanggung jawab pendidikan setingkat SD/SMP berada dalam lingkup
pemerintah kabupaten/kota sedangkan Pemerintah Provinsi sekarang
bertanggung jawab atas pendidikan setingkat SMA/SMK.
Langkah 3
Kumpulkan fakta dan informasi yang berhubungan
dengan masalah yang telah ditetapkan
Langkah 4
Rumuskan tujuan dan sasaran yang akan dicapai
Langkah 5
Identifikasi variable-variabel yang mempengaruhi masalah
(policy envelope).
• Bagaimana struktur tenaga kerjanya?
• Bidang/industry kerja yang berdiri/berkembang dan serapan tenaga
kerjanya?
• Mengapa sekolah SMA lebih banyak berdiri dan berkembang
dibandingkan dengan SMK?
• Bagaimana keberpihakan politik?
• Bagaimana situasi sosial, ekonomi, dan budaya?
Langkah 6
Tunjukan biaya dan manfaat dari masalah yang hendak diatasi.
• Berapa dana DAK Pendidikan?
• Selama ini diprioritaskan untuk apa dan dimana?
• Wilayah mana yang perlu menjadi prioritas pengembangan?
Langkah 7
Rumuskan masalah kebijakan dengan baik
• Misalanya (agenda penyusunan RPJMD)
• Bagaimana arah pembangunan Pendidikan nasional?, bagaimana
mengubah pola perkembangan (memperbanyak) sekolah SMK dari
pada SMK?, SMK seperti apa yang akan dibutuhkan sesuai dengan
karakteristik sumber daya kewilayahnya beserta potensi-potensi
usaha/lapangan pekerjaan?, wilayah mana yang perlu diprioritaskan?
kualitas (kompetensi lulusan) seperti apa yang ingin dicapai/target
dan sektor usaha apa yang perlu dikembangkan?
Diskus
i
Patton dan Sawicki (1986)

Angka-angka tidak selalu berbicara sendiri, dan ide yang bagus tidak
selalu akan menang. Analis dan pengambil keputusan terus menerus
dihadapkan pada konflik antara alternatif yang secara teknis lebih
unggul dan secara politis memungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai