Anda di halaman 1dari 147

PERAN LEMBAGA OMBUDSMAN DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA DALAM MELAKUKAN ADVOKASI PELAKSANAAN


KEBIJAKAN PENDANAAN PENDIDIKAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta


untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan

Oleh
Tri Juli Ratnasari
NIM 14110241013

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018

i
PERAN LEMBAGA OMBUDSMAN DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA DALAM MELAKUKAN ADVOKASI PELAKSANAAN
KEBIJAKAN PENDANAAN PENDIDIKAN
Oleh.

Tri Juli Ratnasari


NIM 14110241013

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) peran lembaga
Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta (LO DIY) dalam melakukan advokasi
pelaksanaan kebijakan pendanaan pendidikan, (2) faktor pendukung dan faktor
penghambat lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta dalam
melakukan advokasi pelaksanaan kebijakan pendanaan pendidikan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjek dalam
penelitian ini ialah Ketua LO DIY, Kabid Pelayanan dan Investigasi, serta
Asisten. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi. Keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber dan teknik.
Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang meliputi
reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini
menunjukkan sebagai berikut. (1) LO DIY memiliki peran sebagai lembaga
independen dalam melakukan advokasi penyelesaian kasus-kasus pendanaan
pendidikan yaitu kasus pungutan liar dan penahanan ijazah. Dalam menangani
kasus pendanaan pendidikan pihak-pihak yang terlibat adalah LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat, Dinas Pendidikan, dan masyarakat. (2) Langkah-langkah
LO DIY dalam menangani kasus-kasus pendanaan pendidikan yaitu melalui tahap
persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Tahap persiapan berupa menerima aduan,
mencari bukti terkait kasus yang ditangani. Pada tahap pelaksanaan LO DIY
melakukan investigasi, klarifikasi, koordinasi, mediasi (jika diperlukan). Pada
tahap penilaian yang dilakukan yaitu membuat produk akhir berupa rekomendasi
dan monitoring secara bertahap. Fasilitas yang disediakan untuk penanganan
kasus di LO DIY yaitu kotak aduan, ruang pertemuan, dan ruang konsultasi. (3)
Faktor pendukung LO DIY dalam melakukan advokasi kasus pendanaan yaitu
Dinas Pendidikan sangat terbuka, LO DIY memiliki kompetensi dalam menangani
kasus yang baik, masyarakat dipermudah dalam melaporkan kasus (4) Faktor
Penghambat LO DIY dalam melakukan advokasi kasus pendanaan yaitu (a)
Keterbatasan lembaga secara infrastuktur, sumber daya dan anggaran, (b) sekolah
menutup diri, (c) sekolah takut dan khawatir seolah-olah ada sesuatu yang
disembunyikan sehingga hubungan komunikasi dengan LO DIY menjadi kurang
optimal.

Kata kunci : Advokasi, Lembaga Ombudsman DIY, Pendanaan pendidikan.

ii
THE ROLE OF OMBUDSMAN IN SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA
ON ADVOCATING THE EDUCATIONAL FUNDING POLICY
By

Tri Juli Ratnasari


NIM 14110241013

ABSTRACT
The aims of this research are: (1) Describing the role of Ombudsman
Institution in Special Region of Yogyakarta on advocating educational funding
policy. (2) Describing the supporting factors and the inhibiting factors of
Ombudsman Institution in Special Region of Yogyakarta on advocating
educational funding policy.
This research used descriptive qualitative approach. The subjects of this
study include the Leader of LO DIY, Head of Services and Investigations, and the
assistants. The data collection techniques used interviews, observations, and
documentation. The data analysis used Miles and Huberman interactive model
which includes data reduction, data presentation, and conclusion. The validity
test of data used triangulation of sources and techniques.
The results of this study indicate that: (1) LO DIY has a role in
advocating some cases of educational funding, such as the case of illegal levies
and the detention of diplomas. LSM, education offices and the community
involved in handling this cases. (2) LO DIY’s process in handling cases of
educational funding through the preparation, implementation and assessment
phase. The preparation stage is there is looking for data and evidence related the
cases. At the implementation stage, LO DIY conduct investigations to clarify,
coordination and mediation (when needed). At the stage of the assessment, they
make recommendations and monitoring in stages. The facilities for handling the
cases in LO DIY include complaint box, meeting room and consultation. (3) the
supporting Factors: The education office is very open, LO DIY has good
competence, the community is easier to report the case (4) Inhibiting Factors: the
limitations of Ombudsman institution in infrastructure, the resources, the budget,
the closed school, as if there is something wrong that is hidden so that the
relationship between the school and LO DIY become not yet optimal.

Keywords: Advocacy, DIY Ombudsman Institution, Education funding

iii
iv
v
vi
HALAMAN MOTTO

“Sukses adalah milik pembelajar yang tak kenal lelah. Karena ketika kamu tahu

lebih banyak, kamu bisa mencapai lebih banyak” (Robin Sharma)

vii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

anugerah-Nya, dan nikmat yang luar biasa, karya ini aku persembahkan kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Suroto dan Ibu Mujiati.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat serta karunia-Nya yang sangat melimpah, sehingga penulis

masih diberikan kesempatan, kesabaran, dan kemampuan untuk menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Peran Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa

Yogyakarta Dalam Melakukan Advokasi Pelaksanaan Kebijakan Pendanaan

Pendidikan” dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Maka daripada itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam mensukseskan penyusunan

skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Joko Sri Sukardi, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi

ini, atas bimbingan, arahan, dukungan, dan kesabarannya sehingga Tugas

Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Dr. Setya Raharja, M.Pd dan L. Hendrowibowo M.Pd selaku penguji

dan sekretaris yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara

komprehensif terhadap Tugas Akhir Skripsi ini.

3. Ketua, Asisten serta segenap staf di Lembaga Ombudsman DIY yang telah

membantu proses pengambilan data secara lancar.

ix
x
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i


ABSTRAK ............................................................................................................ ii
ABSTRACT ............................................................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN...................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................................viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 7
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Konsep Kebijakan Pendidikan ................................................................ 10
B. Proses Kebijakan Pendidikan .................................................................. 11
C. Kebijakan Pendanaan Pendidikan ........................................................... 13
1. Konsep Pembiayaan Pendidikan ........................................................ 14
2. Prinsip-prinsip Dalam pembiayaan Pendidikan ................................. 15
3. Karakteristik Pembiayaan Pendidikan yang diperbolehkan ............... 17
4. Kebijakan Pendanaan Pendidikan di Daerah ..................................... 20
D. Tinjauan Tentang Lembaga Ombudsman DIY ....................................... 21
1. Konsep dan Makna Ombudsman ....................................................... 21
2. Asas Ombudsman ............................................................................... 22
3. Tujuan Ombudsman ........................................................................... 24
4. Tugas dan Fungsi Ombudsman .......................................................... 25
5. Peran Lembaga Ombudsman ............................................................. 27
6. Wewenang Ombudsman .................................................................... 28
E. Advokasi ................................................................................................. 30
1. Tujuan Advokasi ................................................................................ 31
2. Langkah-langkah Advokasi................................................................ 32
F. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 33
G. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 36

xi
H. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 38

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 40
B. Setting dan Waktu Penelitian .................................................................. 40
C. Subjek Penelitian .................................................................................... 41
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 42
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 44
F. Keabsahan Data ...................................................................................... 48
G. Teknik Analisis Data............................................................................... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................... 53
1. Sejarah Lembaga Ombudsman DIY .................................................. 53
2. Profil Lembaga Ombudsman DIY ..................................................... 56
a. Fungsi Lembaga Ombudsman (LO) DIY ...................................... 57
b. Tugas Lembaga Ombudsman (LO) DIY ....................................... 57
c. Wewenang Lembaga Ombudsman (LO) DIY ............................... 58
d. Struktur Kepengurusan Lembaga Ombudsman Daerah
Istimewa Yogyakarta (LO DIY) .................................................... 60
B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 61
1. Peran Lembaga Ombudsman (LO DIY) Dalam Melakukan
Advokasi Terhadap Pelaksanaan Kebijakan
Pendanaan Pendidikan........................................................................ 61
2. Langkah-Langkah Lembaga Ombudsman DIY Dalam
Menangani Kasus-Kasus Pendanaan Pendidikan .............................. 67
3. Faktor Pendukung LO DIY Dalam Melakukan Advokasi
Terhadap Pelaksanaan Kebijakan Pendanaan Pendidikan ................. 71
4. Faktor Penghambat LO DIY Dalam Melakukan Advokasi
Terhadap Kebijakan Pendanaan Pendidikan ...................................... 73
C. Pembahasan............................................................................................. 75
1. Peran Lembaga Ombudsman (LO DIY) Dalam Melakukan
Advokasi terhadap Pelaksanaan Kebijakan
Pendanaan Pendidikan ........................................................................ 75
2. Langkah-langkah Lembaga Ombudsman DIY Dalam
Menangani Kasus-Kasus Pendanaan Pendidikan ............................... 80
3. Faktor Pendukung LO DIY Dalam Melakukan Advokasi
Terhadap Pelaksanaan Kebijakan Pendanaan Pendidikan .................. 85
4. Faktor Penghambat LO DIY Dalam Melakukan Advokasi
Terhadap Pelaksanaan Kebijakan Pendanaan Pendidikan ................. 86

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ................................................................................................. 88
B. Saran ....................................................................................................... 89
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 89

xii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 93

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Pelanggaran atau Penyimpangan di Lembaga Ombudsman DIY
Periode 26 September - 31 Desember 2017 ........................................... 2
Tabel 2.Kisi-kisi Pedoman Observasi ................................................................. 46
Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ............................................................ 47
Tabel 4. Kisi-kisi Sudi Dokumentasi ................................................................. 48
Tabel 5. Klarifikasi Jumlah Laporan Aduan Tahun 2015-2017 ......................... 62
Tabel 6. Rekap Pengaduan dan Produk Akhir 3 Tahun (2015-2017) ................ 65
Tabel 7. Hasil Kesimpulan dan Rekomendasi Kasus Pendanaan
Pendidikan di LO DIY .......................................................................... 84

xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian.................................................................... 38
Gambar 2. Trianggulasi Sumber ........................................................................... 49
Gambar 3. Komponen dalam analisis data (Interactive model)
Hubberman & Milles .......................................................................... 50
Gambar 4. Struktur Kepengurusan LO DIY 2018 ............................................... 60
Gambar 5. Laporan Akhir LO DIY ....................................................................... 64
Gambar 6. Mekanisme Penanganan Laporan di LO DIY ..................................... 68
Gambar 7. Kotak Aduan ....................................................................................... 69
Gambar 8. Ruang Konsultasi ................................................................................ 70
Gambar 9. Ruang Pertemuan ................................................................................ 70
Gambar 10. Pelatihan Audit Sosial ....................................................................... 71
Gambar 11. Partisipasi Masyarakat....................................................................... 71

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Observasi ........................................................................ 94
Lampiran 2. Pedoman Studi Dokumentasi.......................................................... 95
Lampiran 3. Pedoman Wawancara ..................................................................... 96
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Untuk Kepala LO DIY ................................ 97
Lampiran 5. Catatan Lapangan Pra Observasi ................................................... 101
Lampiran 6. Catatan Lapangan .......................................................................... 103
Lampiran 7. Reduksi dan Analisis Data Hasil Wawancara ............................... 109
Lampiran 8. Dokumentasi Kasus Pendanaan Pendidikan .................................. 121
Lampiran 9. Lampiran Foto ............................................................................... 128
Lampiran 10. Surat Ijin Peneltiian ..................................................................... 130

xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Pelayanan Pendidikan merupakan fungsi dan tanggungjawab pemerintah

terhadap warganya. Hak atas pendidikan telah diatur dalam Pasal 31 Undang-

Undang Dasar 1945 ayat 1 ditegaskan bahwa setiap warga Negara berhak

memperoleh pendidikan. Pendidikan merupakan faktor penting guna

meningkatkan kesejahteraan serta investasi jangka panjang bangsa kedepan.

Tujuan Pendidikan Nasional yaitu dapat mengembangkan potensi peserta didik,

seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003

bab II pasal 3.

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”
Sekolah sebagai lembaga formal dalam menjalankan fungsinya tidak luput

dari pembiayaan Pendidikan. Hal ini dikarenakan biaya pendidikan merupakan

komponen masukan instrumental (instrument input) yang sangat penting dalam

menyiapkan SDM melalui penyelenggaraan pendidikan disekolah (Mulyono,

2010:21). Dalam hal ini kebijakan anggaran yang ditetapkan oleh Pemerintah

termuat dalam Undang-Undang Sisdiknas no 20 tahun 2003 Pasal 49 ayat 1

yaitu dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan

dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan

1
dan Belanja Daerah (APBD). APBN yang tinggi sangat diperlukan guna untuk

meningkatkan kualitas pendidikan. Darmaningtyas (Rifai, 2011:105) anggaran

yang tinggi itu penting, tapi bukan yang terpenting untuk memperbaiki sistem

pendidikan Nasional. Artinya, anggaran setinggi apapun tidak menjamin akan

mampu memperbaiki sistem pendidikan nasional, bila para pengelola masih

tetap korup, kolusi, project oriented, dan kurang memiliki kemampuan

manajerial.

Dalam hal ini, dijumpai kasus-kasus pelanggaran dalam penyelenggaraan

pelayanan publik seperti pelayanan publik bidang pendidikan yang belum

akuntabel, tranparan maupun responsife dan adanya indikasi maladministrasi.

Berikut adalah laporan adanya pelanggaran atau penyimpangan di lembaga

Ombudsman DIY periode 26 September - 31 Desember 2017 sebagai berikut:

Tabel 1. Pelanggaran atau Penyimpangan di Lembaga Ombudsman


DIY Periode 26 September - 31 Desember 2017

No Pelanggaran atau penyimpangan Jumlah


1. Maladministrasi 12%
2. Pelanggaran etika Usaha 25%
3. Tidak ada pelanggaran 63%
Sumber: Dokumen Arsip LO DIY

Dari 8 kasus yang ditemukan maladministrasi, didominasi oleh bidang

pendidikan serta bidang administrasi pemerintahan. Sedangkan 4 pelanggaran

etika usaha swasta adalah bidang keuangan, bidang properti/perumahan, serta

bidang ketenagakerjaan. Selain itu berdasarkan pra penelitian di lembaga

Ombudsman DIY laporan yang sering diadukan yaitu bidang pendidikan, sampai

akhir triwulan keempat tahun 2017 menunjukkan klasifikasi bidang pendidikan

2
sebesar 14 % (50 kasus) dan menduduki peringkat pertama. Ombudsman

Nasional mengkategorikan tindakan maladministrasi yaitu 1) Tindakan yang

dirasakan janggal (inappropriate) karena dilakukan tidak sebagai mestinya; 2)

Tindakan yang menyimpang (deviate); 3) Tindakan yang melanggar ketentuan

(irregular/ illegitimate); 4)Tindakan penyalahgunaan wewenang (abuse of

power); 5) Tindakan penundaan yang mengakibatkan keterlambatan yang tidak

perlu (undue delay); 6) Tindakan yang tidak patut (inequity).

Contoh fenomena yang diberitakan media masa Harian Jogja pada hari

jumat tanggal 30 Desember 2016 terkait maladministrasi dalam bidang

pendanaan pendidikan yaitu wakil ketua LO DIY, Muhammad Saleh Tjan

memaparkan kebanyakan kasus aduan yang disampaikan ke lembaga ini

merupakan masalah yang terjadi di sekolah dan bukan di dinas. Tjan

mengungkapkan di unit satuan penyelenggaraan pendidikan banyak diadukan

tentang pungutan sekolah. Lebih lanjut Tjan menjelaskan, aduan pungutan

sekolah sebagian besar terjadi di jenjang pendidikan menengah seperti SMA dan

SMK. Persoalan yang muncul kebanyakan karena adanya ketidakpahaman atas

regulasi. Dalam Perda nomor 10/2013 tentang pembiayaan pendidikan ada tiga

jenis pungutan sekolah. Di antaranya biaya individu siswa, pungutan sekolah

dan sumbangan. (Harian Jogja, Jumat 30 Desember 2016).

Berdasarkan fenomena maladministrasi pendanaan pendidikan, perbuatan

pungli merupakan perbuatan yang merugikan orang lain, baik masyarakat

maupun Negara. Praktek pungli rawan terjadi terutama dibidang pendidikan.

Ironisnya, lembaga pendidikan yang notabene merupakan lembaga yang dituntut

3
melahirkan generasi yang berbudi pekerti luhur tak luput dari praktek pungutan

liar.

Pukat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) UGM telah mendata sedikitnya

terdapat 59 potensi pungutan liar yang dilakukan oleh pejabat sekolah.

Diantara 59 potensi tersebut yaitu 1) Uang pendaftaran masuk; 2) Uang

SPP/Komite; 3) Uang OSIS; 4) Uang Ujian; 5) Uang Study Tour; 6) Buku

Ajar/LKS; 7) Uang perpisahan; 8) Uang Pengambilan Ijazah dan lain

sebagainya. ( www.netcj.co.id )

Pungutan yang dibebankan kepada orangtua kini sudah mengarah pada

komersialisasi pendidikan atau seperti barang dagangan yang diperjual belikan.

Padahal dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Sisdiknas pasal 48

tentang pengelolaan dana pendidikan, pada ayat 1 pasal 48 disebutkan bahwa

“Pengelolaan dana Pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisien,

transparansi dan akuntabilitas publik”. Oleh karena itu seharusnya sekolah

selalu transparan dalam pengelolaan dana pendidikan.

Praktek pungutan liar yang terjadi kini sulit untuk dicegah karena

melibatkan stakeholders pada lembaga tersebut. Hal ini sebagaimana dikutip

dari Muhammad Rifai (2011:110) bahwa komite sekolah dianggap setali tiga

uang dengan BP3, yaitu kepanjangan tangan sekolah untuk melakukan

pungutan kepada orang tua murid. Semua pungutan berapa pun besarnya

menjadi sah bila sudah mendapat persetujuan dari komite sekolah. Komite

sekolah umumnya akan mendukung keputusan pihak sekolah karena yang

duduk dikomite sekolah memang orang-orang yang memiliki hubungan

4
kedekatan kepada sekolah. Praktik pungli merupakan salah satu perilaku

menzalimi orang lain karena mengambil hak orang lain. Sebagaimana firman

Allah dalam QS.Al-Baqarah ayat 188 yang terjemahannya yaitu sebagai

berikut.

“Dan Janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang
batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para
hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta
orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui”

Dengan demikian praktek maladministrasi di bidang pendidikan perlu

untuk dicegah guna untuk meningkatkan pendidikan yang berkualitas. Dalam

kaitan ini, fungsi pengawasan terhadap penggunaan biaya pendidikan perlu

diterapkan dan oleh karena itu dalam rangka penyelenggaraan pemerintah

yang baik dan upaya peningkatan penegakan hukum di Indonesia diperlukan

keberadaan lembaga pengawas eksternal yang secara efektif mengontrol tugas

penyelenggara Negara dan pemerintahan. Dalam hal ini pula pemerintah

membentuk Lembaga Independent yang bertugas mengawasi jalannya

pelayanan publik oleh pemerintah daerah, pelaku usaha swasta dan

perseorangan, salah satunya pengawasan pelayanan publik di bidang

pendidikan, saat ini didirikan Lembaga Ombudsman (LO) DIY.

Lembaga Ombdsman DIY terbentuk berdasarkan Peraturan Gubernur

Nomor 69 Tahun 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdirinya lembaga Ombudsman di

Indonesia, utamanya di daerah dapat dipandang sebagai penegak kehidupan

masyarakat karena permasalahan didaerah membutuhkan penanganan khusus

5
sehingga membutuhkan Ombudsman yang menguasai karakteristik daerahnya

sendiri. Dengan adanya Ombudsman masyarakat dapat berpartisipasi aktif

dalam mengontrol segala sikap dan perilaku pemerintah terutama dalam

pelayanan publik. Ombudsman dapat disebut sebagai lembaga peradilan bagi

masyarakat karena dapat mengadu ke lembaga tersebut tanpa adanya rasa takut

dan khawatir. Lembaga ombudsman juga memiliki peranan dalam

penyelesaian laporan/aduan masyarakat dan melakukan advokasi terhadap

tindakan maladministrasi. Sehingga memberi harapan baru bagi rakyat untuk

menciptakan pemerintahan yang bersih.

Namun menurut penelitian yang dilakukan oleh (Iskandar Sukmana: 2014)

terdapat kendala pelaksanaan dalam kurun waktu 10 tahun berdirinya LOD

DIY yaitu kepercayaan publik terhadap peranan dan fungsi LOD DIY masih

relatif rendah dalam melaksanakan pengawasan terhadap aparat Pemerintah.

Demikian juga, masih lemahnya independensi LOD DIY baik secara

institusional, fungsional, maupun personal menjadi kendala tersendiri dalam

pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap Pemerintah. Keseimbangan

kekuasaan antara Pemerintah dan parlemen dalam rangka check and balances

belum cukup optimal sehingga berpengaruh terhadap upaya pengawasan

terhadap Pemerintah.

Berdasarkan hasil observasi yang menunjukkan bahwa laporan atau aduan

di LO DIY didominasi pendidikan dan terkait pendanaan pendidikan, oleh

karena itu penelitian ini penting dilakukan guna untuk mengetahui Peran

Lembaga Ombudsman (LO DIY) dalam Penanganan pengaduan masyarakat

6
tentang pelayanan pendidikan serta dalam melakukan advokasi terhadap

pelaksanaan kebijakan pendanaan pendidikan, sehingga diharapkan dapat

tercipta pelayanan yang berkualitas. Dengan demikian dapat mengurangi

praktek maladministrasi yang sering terjadi khususnya di bidang pendidikan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah dapat diidentifikasi

sebagai berikut:

1. Banyaknya laporan yang masuk di Ombudsman mengenai kasus dibidang

pendidikan, sampai akhir triwulan keempat tahun 2017 menunjukkan

klasifikasi bidang pendidikan sebesar 14 % (50 kasus) dan menduduki

peringkat pertama.

2. Pendidikan di Yogyakarta berpotensial terjadi pungutan liar, sehingga

cenderung adanya tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat sekolah.

3. Keberadaan lembaga pengawas eksternal belum secara efektif mengontrol

tugas penyelenggara Negara dan pemerintahan.

4. Kepercayaan publik terhadap peranan dan fungsi LOD DIY masih relatif

rendah dalam melaksanakan pengawasan terhadap aparat Pemerintah.

7
C. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan, permasalahan penelitian

dibatasi dan difokuskan pada peran lembaga Ombudsman DIY dalam melakukan

advokasi terhadap pelaksanaan kebijakan pendanaan pendidikan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana peran lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta dalam

melakukan advokasi pelaksanaan kebijakan pendanaan pendidikan?

2. Bagaimana faktor pendukung dan faktor penghambat lembaga Ombudsman

Daerah Istimewa Yogyakarta dalam melakukan advokasi pelaksanaan

kebijakan pendanaan pendidikan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Mendeskripsikan peran lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta

dalam melakukan advokasi pelaksanaan kebijakan pendanaan pendidikan.

2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat lembaga

Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta dalam melakukan advokasi

pelaksanaan kebijakan pendanaan pendidikan.

8
F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu

pengetahuan dibidang pendidikan dalam matakuliah advokasi pendidikan dan

kebijakan pembiayaan pendidikan dan sebagai referensi penelitian yang

relevan/sejenis lainnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lembaga Ombudsman DIY

Sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas dan kinerja LO DIY dalam

menangani kasus terkait pendanaan pendidikan.

b. Bagi Masyarakat

Sebagai sarana agar masyarakat peduli dan tanggap akan penyimpangan-

penyimpangan yang dilakukan oleh pejabat publik.

c. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

penelitian sejenis yaitu terkait dengan advokasi terhadap pelaksanaan

pendanaan pendidikan di lembaga.

9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Kebijakan Pendidikan

Menurut Nugroho (2008: 37) Kebijakan pendidikan adalah bagian dari

kebijakan publik, sebagai kebijakan dibidang pendidikan tujuan kebijakannya

adalah untuk pembangunan negara bangsa di bidang pendidikan, sebagai salah

satu bagian dari tujuan pembangunan Negara bangsa secara keseluruhan. Lebih

lanjut Hasbullah (2016: 41) menyebutkan bahwa kebijakan pendidikan

merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategi

pendidikan yang dijabarkan dari visi dan misi pendidikan, dalam rangka

mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat dalam

kurun waktu tertentu. Lebih lanjut Rohman (2012:86) menjabarkan kebijakan

pendidikan sebagai berikut.

Kebijakan pendidikan (educational policy) merupakan keputusan berupa


pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik
umum maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan
melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program serta rencana-
rencana tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan.

Pendapat lain mengenai kebijakan pendidikan menurut (Rusdiana,

2015:37) kebijakan adalah seperangkat aturannya sedangkan pendidikan

menunjukkan pada bidangnya, dengan demikian kebijakan pendidikan tidak

terlalu berbeda dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Berdasarkan beberapa teori diatas, teori yang sesuai dengan penelitian ini

adalah keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategi

pendidikan yang dijabarkan dari visi dan misi pendidikan, dalam rangka

10
mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat dalam

kurun waktu tertentu.

B. Proses Kebijakan Pendidikan

Dalam proses kebijakan terdapat proses perencanaan, perumusan,

implementasi maupun evaluasi, berupa kebijakan pendidikan Nasional,

maupun daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pendidikan diatur oleh

pemerintah, yaitu kementrian kebudayaan pendidikan, dinas pemuda dan

olahraga pendidikan tingkat provinsi, maupun dinas pendidikan tingkat daerah.

Dalam hal ini Implementasi kebijakan merupakan tolak ukur keberhasilan

suatu kebijakan. Menurut Irianto (2012: 54-55) prinsip-prinsip yang dijadikan

acuan dalam menilai kelayakan suatu kebijakan pendidikan, sangat ditentukan

oleh kondisi konteks implementasi kebijakan itu sendiri.

Lebih lanjut, implementasi menurut Van Meter dan Van Horn (Rohman:

2012) merupakan keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh individu-

individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta

yang diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditentukan

terlebih dahulu. Berkaitan dengan implementasi kebijakan, (Irianto,2012:55)

mengungkapkan bahwa dalam menilai layak tidaknya suatu kebijakan harus

dilihat dari ukuran-ukuran sebagai berikut.

1. Berdasar aspek formulasi kebijakan pendidikan yaitu: (a) filsafat

pendidikan yang dipakai dasar penyelenggaraan pendidikan; (b) teori dan

ilmu yang dipakai rujukan untuk setiap komponen pendidikan (general

11
theory, middle range theory dan operational theory); (c) sistem nilai yang

dijadikan dalam pengembangan asumsi-asumsi yang melandasi praktik-

praktik pendidikan.

2. Pada tatanan implementasi kebijakan ialah: (a) prioritas permasalahan

pada setiap aspek substansi pendidikan. (b) pendekatan proses dan

prosedur implementasi yang digunakan; (c) peran-peran pelaku kebijakan

dari policy maker, organizational level dan operational level; (d) setting

lingkungan yang sangat memungkinkan berpengaruh terhadap keseluruhan

aspek kebijakan, baik pada saat proses perumusan, implementasi, maupun

lingkungan itu sendiri.

3. Pada tatanan evaluasi kebijakan pendidikan berkenaan dengan norma, alat

ukur dan prosedur yang digunakan. Terutama terhadap aspek: (a) dampak

terhadap efisiensi penggunaan sumber daya; (b) kemanjurannya terhadap

pencapaian target and means; (c) akuntabilitas para pelaku kebijakan pada

semua tingkatan.

Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gunn (Rohman: 2012) Dalam

mengimplementasikan suatu kebijakan secara sempurna maka dibutuhkan

syarat-syarat sebagai berikut.

1. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak

akan menimbulkan gangguan/kendala yang serius.

2. Untuk pelaksanaan suatu program, harus tersedia waktu dan sumber-

sumber yang cukup memadahi.

12
3. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan harus benar-benar ada atau

tersedia.

4. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan

kausalitas yang handal.

5. Hubungan kausalitas tersebut hendaknya bersifat langsung dan hanya

sedikit mata rantai penghubungnya.

6. Hubungan saling ketergantungan harus kecil.

7. Adanya pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.

8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.

9. Adanya komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

10. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan

mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

Berdasarkan pengertian dan syarat implementasi kebijakan pendidikan

diatas dapat dikatakan bahwa dengan adanya implementasi kebijakan maka

dapat dijadikan sebagai tolak ukur berhasil tidaknya suatu kebijakan.

C. Kebijakan Pendanaan Pendidikan

Menurut Nurhadi (2011:27) memahami biaya pendidikan diperlukan untuk

mengetahui dilema kebijakan yang terjadi dalam pendanaan pendidikan karena

empat alasan yaitu sebagai berikut.

1. Pendanaan dan pembiayaan pendidikan merupakan koin bermuka dua,

karena sebagai kegiatan lembaga non profit, sistem anggaran pendidikan

13
yang baik adalah menyeimbangkan antara kebutuhan biaya dengan sumber

dana yang tersedia.

2. Kebijakan pendanaan yang baik adalah mampu menutup keseluruhan

kebutuhan biaya pendidikan yang diperlukan, tetapi dalam kenyataannya

percepatan peningkatan biaya pendidikan yang dibutuhkan dalam

pendidikan jauh lebih progresif daripada percepatan sumber dana dalam

meningkatkan anggaran pendidikan.

3. Biaya pendidikan diperlukan secara terus-menerus meningkat untuk

menyesuaikan dengan perkembangan enrolmen peserta didik yang

semakin meningkat, meningkatnya kebutuhan akan fasilitas pendidikan

dan mengimbangi inflasi.

4. Memahami karakteristik biaya pendidikan akan membantu memahami

kesulitan yang dihadapi dalam pendanaan pendidikan.

Menurut peraturan pemerintah nomor 48 tahun 2008 pasal 2 ayat 1

pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,

Pemerintah daerah dan masyarakat. Pendanaan pendidikan dibutuhakan guna

mendukung kebutuhan biaya pendidikan.

1. Konsep Pembiayaan Pendidikan

Menurut Mulyono (2010:75) biaya adalah suatu unsur yang menentukan

dalam mekanisme penganggaran. Penentuan biaya akan memengaruhi tingkat

efisiensi dan efektifitas kegiatan dalam suatu organisasi yang akan mencapai

suatu tujuan tertentu. Sedangkan pembiayaan adalah bagaimana mencari dana,

14
menggunakan dana, memanfaatkan rencana biaya standar, memperbesar modal

kerja, dan merencanakan kebutuhan masa yang akan datang akan uang

(Mulyono, 2010:80). Lebih lanjut, Yahya (Mulyono, 2010: 77)

mengungkapkan bahwa pembiayaan pendidikan adalah suatu analisis tentang

sumber-sumber (revenue) dan penggunaan biaya yang diperuntukkan untuk

pengelolaan pendidikan secara efisien untuk mencapai tujuan. Menurut Perda

No 10 tahun 2003 pasal 4 pendanaan pendidikan digunakan sepenuhnya untuk

memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dan yang meliputi biaya pendidikan

adalah biaya satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan

pendidikan dan biaya pribadi peserta didik. Pada pasal 1 ayat 17 menerangkan

bahwa biaya pribadi peserta didik adalah biaya personal yang meliputi biaya

pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti

proses pembelajaran secara teratur. Dari pengertian biaya pendidikan diatas

dapat diartikan bahwa biaya pendidikan adalah sumber-sumber dan

penggunaan biaya guna untuk memenuhi kebutuhan pendidikan untuk

mencapai tujuan.

2. Prinsip-prinsip dalam pembiayaan pendidikan

Dalam pasal 58 Peraturan pememerintah no 48 tahun 2008 tentang

pendanaan pendidikan terdapat prinsip dalam pengelolaan dana pendidikan

oleh Pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara dan satuan pendidikan

yang didirikan oleh masyarakat. prinsip tersebut yaitu prinsip umum dan

prinsip khusus. Dalam prinsip umum terdiri atas prinsip keadilan; prinsip

15
efisiensi; prinsip transparansi dan prinsip akuntabilitas publik hal ini tercantum

pada pasal 59 ayat 1. Pada pasal 59 ayat 2 telah dipaparkan maksud dari

beberapa prinsip umum tersebut yaitu sebagai berikut.

a. Prinsip keadilan yaitu dilakukan dengan memberikan akses pelayanan

pendidikan yang seluas-luasnya dan merata kepada peserta didik atau

calon peserta didik, tanpa membedakan latarbelakang suku, ras, agama,

jenis kelamin, dan kemampuan atau status sosial-ekonomi.

b. Prinsip efisiensi yaitu dilakukan dengan mengoptimalkan akses, mutu,

relevansi, dan daya saing pelayanan pendidikan.

c. Prinsip transparansi yaitu dilakukan dengan memenuhi asas kepatutan dan

tata kelola yang baik oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara

pendidikan yang didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan sehingga

dapat diaudit atas dasar standar audit yang berlaku dan menghasilkan opini

audit wajar tanpa perkecualian dan dapat dipertanggungjawabkan secara

transparan kepadapemangku kepentingan pendidikan.

d. Prinsip akuntabilitas publik dilakukan dengan memberikan

pertanggungjawaban atas kegiatan yang dijalankan oleh penyelenggara

atau satuan pendidikan kepada pemangku kepentingan pendidikan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam prinsip khusus terdapat pada pasal 60 diantaranya yaitu:

a. Pengelolaan dana pendidikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

16
b. Pengelolaan dana pendidikan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan

yang didirikan masyarakat dilaksanakan sesuai peraturan perundang-

undangan dan anggaran dasar/anggaran rumah tangga penyelenggara atau

satuan pendidikan yang bersangkutan.

c. Pengelolaan dana pendidikan oleh satuan pendidikan dilaksanakan sesuai

peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga penyelenggara atau sauna pendidikan, serta peraturan satuan

pendidikan.

3. Karakteristik Pembiayaan Pendidikan yang diperbolehkan

Permendikbud Nomor 44 Tahun 2012 Pasal 1 nomor 2 telah memaparkan

bahwa pungutan adalah penerimaan biaya pendidikan baik berupa uang

dan/atau barang/jasa pada satuan pendidikan dasar yang berasal dari peserta

didik atau orangtua/wali secara langsung yang bersifat wajib, mengikat, serta

jumlah dan jangka waktu pemungutannya ditentukan oleh satuan pendidikan

dasar.

Pasal 8 ayat 1 dan 2 juga dipaparkan bahwa (1) pungutan yang dilakukan

oleh satuan pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib

memenuhi ketentuan yaitu sebagai berikut.

a. Didasarkan pada perencanaan investasidan/atau operasi yang jelas dan

dituangkan dalam rencana strategis,rencana kerja tahunan, serta anggaran

tahunan yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan;

17
b. Perencanaan invertasi dan/atau operasi sebagaimana dimaksud pada huruf a

diumumkan secara transparan kepada pemangku kepentingan satuan

pendidikan terutama orangtua/wali peserta didik, komite sekolah dan

penyelenggara satuan pendidikan dasar.

c. Dimusyawarahkan melalui rapat komite sekolah.

d. Dana yang diperoleh dibukukan secara khusus oleh satuan pendidikan dasar

terpisah dari dana yang diterima dari penyelenggara satuan pendidikan dasar

dan disimpan dalam rekening atas nama satuan pendidikan dasar.

(2) Pungutan harus digunakan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) butir b, dan sekurang-kurangnya 20% dari total dana pungutan

peserta didik atau orang tua/walinya digunakan untuk peningkatan mutu

pendidikan. Lebih lanjut, pada Permendikbud Nomor 44 Tahun 2012 Pasal 11

telah dipaparkan pungutan pendidikan yang dilarang seperti dibawah ini.

a. Dilakukan kepada peserta didik atau orangtua/walinya yang tidak mampu

secara ekonomis.

b. Dikaitkan dengan persyaratan akademik untuk penerimaan peserta didik,

penilaian hasil belajar peserta didik, dan/atau kelulusan peserta didik dari

satuan pendidikan; dan/atau

c. Digunakan untuk kesejahteraan anggota komite sekolah atau lembaga

representasi pemangku kepentingan satuan pendidikan baik langsung

maupun tidak langsung.

18
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 75 Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah dipaparkan bahwa

pada Pasal 1 point 3, 4 dan 5 yaitu sebagai berikut.

a. Bantuan Pendidikan, yang selanjutnya disebut dengan Bantuan adalah

pemberian berupa uang/barang/jasa oleh pemangku kepentingan satuan

pendidikan di luar peserta didik atau orangtua/walinya, dengan syarat

yangdisepakati para pihak.

b. Pungutan Pendidikan, yang selanjutnya disebut dengan Pungutan adalah

penarikan uang oleh Sekolah kepada peserta didik, orangtua/walinya yang

bersifat wajib, mengikat, serta jumlah dan jangka waktu pemungutannya

ditentukan.

c. Sumbangan Pendidikan, yang selanjutnya disebut dengan Sumbangan

adalah pemberian berupa uang/barang/jasa oleh peserta didik,

orangtua/walinya baik perseorangan maupun bersama-sama, masyarakat

atau lembaga secara sukarela, dan tidak mengikat satuan pendidikan.

Dalam Permendikbud nomor 75 tahun 2016 tentang Komite Sekolah

disebutkan bahwa komite sekolah baik perseorangan maupun kolektif, larangan

tersebut yaitu sebagai berikut.

a. Menjual buku pelajaran, bahan ajar, perlengkapan bahan ajar, pakaian

seragam, atau bahan pakaian seragam diSekolah.

b. Melakukan pungutan dari peserta didik atau orangtua/walinya.

c. Mencederai integritas evaluasi hasil belajar peserta didik secara langsung

atau tidak langsung.

19
d. Mencederai integritas seleksi penerimaan peserta didik baru secara langsung

atau tidak langsung.

e. Melaksanakan kegiatan lain yang mencederai integritas Sekolah secara

langsung atau tidak langsung.

f. Mengambil atau menyiasati keuntungan ekonomi dari pelaksanaan

kedudukan, tugas dan fungsi komite Sekolah.

g. Memanfaatkan aset Sekolah untuk kepentingan pribadi/kelompok.

h. Melakukan kegiatan politik praktis di Sekolah; dan/atau mengambil

keputusan atau tindakan melebihi kedudukan, tugas, dan fungsi Komite

Sekolah.

4. Kebijakan Pendanaan Pendidikan di Daerah

Menurut perda DIY No 10 tahun 2013 tentang pedoman pendanaan

pendidikan pasal 1 no 14 dijelaskan terkait dana pendidikan adalah sumber

daya keuangan yang disediakan untuk penyelenggaraan dan mengelola

pendidikan. Sedangkan pendanaan pendidikan pada pasal 1 No 15 yaitu

penyediaan sumberdaya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan

pengelolaan pendidikan.

Pada bab II dijelaskan bahwa yang bertanggung jawab terhadap pendanaan

pendidikan adalah pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten/Kota dan

Masyarakat. oleh karena itu perlu pengelolaan dalam satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah secara baik. Menurut pasal 7 perda

DIY No 13 pengelolaan pendanaan pendidikan dalam satuan pendidikan yang

20
dikelolanya yaitu: a) membebaskan peserta didik dari pungutan biaya

pendidikan pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan

pendidikan luar biasa; b) dapat menarik pungutan biaya pendidikan dari peserta

didik pada satuan pendidikan menengah; c) dapat menerima bantuan dana

pendidikan dari pemerintah dan/atau pemerintah kabupaten/kota dan d) dapat

menerima sumbangan dana pendidikan dari orang tua/wali peserta didik.

Masyarakat atau pihak lain secara sukarela dan tidak mengikat.

Dengan demikian berdasarkan peraturan-peraturan diatas dapat dikatakan

bahwa karakteristik biaya pendidikan yang tidak diperbolehkan yaitu pungutan,

namun pungutan boleh dilakukan asal berdasarkan pada ketentuan yang

berlaku.

D. Tinjauan Tentang Lembaga Ombudsman DIY

1. Konsep dan Makna Ombudsman

Upaya pembentukan lembaga Ombudsman di Indonesia oleh pemerintah

dimulai ketika Presiden B.J. Habibie berkuasa, kemudian dilanjutkan oleh K.H.

Abdurrahman Wahid. Masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid disebut

sebagai tonggak sejarah pembentukan lembaga Ombudsman di Indonesia

(Galang Asmara, 2005:15). Ombudsman dapat didirikan di daerah provinsi atau

kabupaten/kota sesuai dengan pasal 43 ayat 2 UU No. 37 Tahun 2008.

Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta yang selanjutnya

disingkat LO DIY adalah lembaga daerah yang bersifat independen untuk

21
mengawasi penyelenggaraan pemerintah daerah dan badan usaha, khususnya

pada bidang pelayanan publik (Pergub DIY No. 69 Tahun 2014).

Mudji Estiningsih (2016: 2) menjelaskan bahwa Ombudsman merupakan

keniscayaan dalam sebuah Negara demokratis yang didalamnya menempatkan

transparansi publik sebagai faktor penting. Lebih khusus lagi LO DIY

merupakan bagian penting dari upaya-upaya untuk mendorong adanya jaminan

kebebasan memperoleh informasi pengawasan yang efektif terhadap eksekutif (

check and balance sistem) dan penegakan hukum yang menjadikan keadilan

sebagai isu pokok sehingga akan mendorong partisipasi yang tinggi dari

masyarakat untuk ikut melakukan pengawasan terhadap penyelenggara Negara

(Mudji Estiningsih, 2016:2)

Apapun nama-nama Ombudsman pada hakikatnya lembaga tersebut

memiliki tugas yang sama yaitu peran pengawasan terhadap pelayanan publik

yang dilaksanakan oleh penyelenggara pemerintahan.

2. Asas Ombudsman

Estiningsih, (2016: 140) menjelaskan beberapa pedoman atau dasar

Ombudsman dalam membantu penyelenggaraan pelayanan publik,

bersumberkan pada asas-asas Umum pemerintahan yang baik, yaitu:

a. Asas Kecermatan Formal, yaitu cermat dalam mempersiapkan serta

mengeluarkan keputusan, institusi yang bersangkutan bersikap jujur dengan

mempertimbangkan semua fakta yang relevan, kepentingan para pihak,

termasuk pihak ketiga yang berkepentingan.

22
b. Asas fair play, artinya yang mengeluarkan keputusan tidak bersikap

menghalang-halangi kesempatan orang yang berkepentingan untuk

memperoleh keputusan yang menguntungkan baginya.

c. Asas pertimbangan, bahwa keputusan pejabat publik harus disertai dengan

pertimbangan yang memadai. Pertimbangan tersebut didukung oleh fakta

yang benar dan relevan. Pertimbangan keputusan tidak boleh bertentangan

dengan kebiasaan yang telah dipublikasikan, tidak bersifat umum maupun

kongkret.

d. Asas kepastian hukum formal, artinya mengandung kejelasan dan tidak

samar-samar.

e. Asas kepastian hukum material, keputusan pejabat publik yang bersifat

membebani tidak boleh diberlakukan surut.

f. Asas kepercayaan atau harapan yang telah ditimbulkan, tidak

diperbolehkannya ingkar apabila suatu keputusan telah menimbulkan

harapan-harapan dengan janji atau rencana. Kepercayaan timbul dengan

pemberlakuan kebijakan yang sama dalam kurun waktu tertentu.

g. Asas persamaan, hal atau keadaan yang sama diperlakukan secara sama pula.

Keadaan tersebut harus sama relevansinya, artinyarelevan dari segi

kepentingan yang akan diperhatikan dengan pengeluaran keputusan yang

bersangkutan.

h. Asas kecermatan material, bahwa keraguang yang ditimbulkan tidak melebihi

i. keuntungan/manfaat yang diperoleh dengan adanya keputusan pejabat publik

yang bersangkutan.

23
j. Asas keseimbangan, ada keseimbangan antara sanksi yang diterapkan dengan

bobot pelanggaran yang dilakukan. Lebih lanjut, Undang-Undang R1 No. 37

Tahun 2008 pasal 3 tentang Ombudsman Republik Indonesia menjelaskan

terkait asas-asas Ombudsman yaitu meliputi: kepatuhan, keadilan, non-

diskriminasi, tidak memihak, akuntabilitas, keseimbangan, keterbukaan, dan

kerahasiaan. Berdasarkan asas-asas diatas dapat diketahui bahwa dalam

melakukan penanganan dan penegakan hukum diperlukan seluruh asas yang

ditetapkan oleh pemerintahan guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan

kebenaran dan keadilan.

3. Tujuan Ombudsman

Tujuan pembentukan Lembaga Ombudsman Daerah yaitu untuk membela

kepentingan publik mendesakkan perubahan mental dan kultual dalam birokrasi

(Rohmah, 2013:1). Lebih lanjut, Pergub DIY Nomor 69 Tahun 2014

menjelaskan tujuan di bentuk lembaga Ombudsman DIY yaitu sebagai berikut.

a. Mendorong terwujudnya penyelenggaraan pemerintah daerah yang baik dan

bersih serta bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan

wewenang, atau jabatan, dan tindakan sewenang-wenang.

b. Membantu setiap warga masyarakat memperoleh pelayanan yang baik,

berkualitas, professional dan proporsional berdasarkan atas kepastian hukum,

keadilan, dan persamaan dari pemerintahan daerah.

24
c. Meningkatkan mutu penyelenggaraan pemerintah daerah agar setiap warga

Negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan

semakin membaik.

d. Memfasilitasi dan memberikan mediasi untuk mendapatkan perlindungan

hukum kepada setiap warga masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang

baik, berkualitas, professional dan proporsional berdasarkan asas kepastian

hukum, keadilan, dan persamaan dalam segala bidang penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

e. Mendorong terwujudnya penyelenggaraan usaha yang baik dan bersih.

f. Memfasilitasi dan memberikan mediasi untuk mendapatkan perlindungan.

g. hukum kepada setiap warga masyarakat untuk memperoleh pelayananan yang

baik, berkualitas, professional dan proporsional dalam praktek usaha.

h. Mendorong terwujudnya etika usaha yang baik dan berkelanjutan.

Dengan demikian lembaga Ombudsman memiliki tujuan untuk melakukan

pembelaan terhadap kepentingan masyarakat serta melakukan pengawasan

terhadap pelayanan publik sehingga akan terjadi perubahan dalam birokrasi agar

menjadi lebih baik.

4. Tugas dan Fungsi Ombudsman

Menurut Peraturan Gubernur DIY Nomor 69 Tahun 2014 Tugas Lembaga

Ombudsman diantaranya yaitu sebagai berikut.

a. Menyusun program kerja LO DIY sesuai fungsinya.

25
b. Menyebarluaskan pemahan mengenai kedudukan, fungsi, tugas, dan

wewenang dan program kerja LO DIY kepada seluruh masyarakat di daerah.

c. Melakukan koordinasi dan/atau kerja sama dengan berbagai lembaga, baik

pemerintah maupun badan usaha, dalam rangka mendorong dan mewujudkan

pemerintah daerah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme,

penyalahgunaan wewenang, atau jabatan, tindakan seenang-wenang dan

penyimpangan usaha.

d. Menerima dan menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat atas keputusan

dan/atau tindakan penyelenggara pemerintahan daerah dan pengusaha dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat yang dirasakan tidak adil,

diskriminastif, tidak patut, merugikan atau bertentangan dengan hukum.

e. Menerima dan menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat atas dugaan

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan praktik

dunia usaha

f. Atas prakarsa sendiri melakukan tindak lanjut terhadap dugaan

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan praktik

dunia usaha, tetapi dalam pelaksanaannya harus procedural dan sesuai dengan

peraturan perundangan-perundangan.

g. Membangun jaringan kerja dalam upaya pencegahan penyimpangan dalam

penyelenggaraan pemerintah daerah dan praktik usaha.

h. Membuat penelitian dan rewiew kebijakan atas persoalan-persoalan publik.

26
i. Membuat laporan triwulan dan tahunan kepada gubernur terhadap

pelaksanaan tugas, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Lebih lanjut, fungsi LO DIY yaitu sebagai lembaga pengawasan, mediasi

pelayanan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah dan

praktik dunia usaha swasta. Dengan tugas dan fungsi LO DIY tersebut

diharapkan mampu untuk menegakkan kadilan masyarakat.

5. Peran Lembaga Ombudsman

Lembaga Ombudsman memiliki peran dalam menegakkan keadilan di

masyarakat serta melakukan fungsi pengawasan pelayanan publik. Soekanto

(2012: 212) Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).

Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Soekanto (2012: 212-213)

Peranan mencakup tiga hal yaitu sebagai berikut.

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan kemasyarakatan.

b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

27
Dari beberapa definisi peran diatas dapat disimpulkan bahwa peran

merupakan seseorang maupun lembaga yang melakukan suatu tindakan

sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing. Dalam hal ini peran

lembaga Ombudsman yaitu sebagai melakukan pengawasan pada sektor

pelayanan publik maupun swasta.

6. Wewenang Ombudsman

Menurut Pergub DIY No. 69 tahun 2014 pasal 9 LO DIY mempunyai

wewenang yaitu sebagai berikut.

a. Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis kepada pelapor, terlapor

dan atau pihak lain yang terkait dengan pengaduan yang disampaikan kepada

LO DIY.

b. Melakukan klarifikasi terhadap pihak pelapor, terlapor dan/atau pihak lain

yang terkait untuk mendapatkan kebenaran isi pengaduan.

c. Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis kepada pemerintah daerah

berkaitan dengan adanya dugaan penyimpangan terhadap asas-asas

pemerintahan daerah yang bersih dan benas dari korupsi, kolusi, nepotisme,

penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan dan tindakan sewenang-wenang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan tetap menjunjung

tinggi asas praduga tak bersalah.

d. Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis kepada pengusaha

berkaitan dengan adanya dugaan penyimpangan dalam praktik usaha.

28
e. Membuat rekomendasi kepada pihak pelapor dan pihak terlapor dalam rangka

penyelesaian masalah antara kedua belah pihak.

f. Menyampaikan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada huruf e kepada

pihak pelapor daan terlapor seta pihak-ihak lain yang terkait dalam rangka

memfasilitasi penyelesaian masalah.

g. Menyampaikan tembusan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada huruf e

kepada Gubernur melalui Biro Hukum Setda DIY.

h. Bila diperlukan dapat mengumumkan atau mempublikasikan hasil

rekomendasi untuk diketahui masyarakat, sepanjang ada persetujuan dari

Pelapor, Terlapor, maupun Gubernur melalui Biro Hukum Sekretariat Daerah

DIY.

Lebih lanjut menurut (www.lo-diy.or.id) LO DIY tetap konsisten

membahas permasalahan-permasalah yang sehubungan dengan pemerintah dan

penyelenggaraan usaha swasta melalui kajian yang melibatkan stakeholder dan

shareholder. Selain itu melakukan upaya diseminasi, advokasi dan publikasi isu

karena hal ini menjadi kunci utama bagaimana sebuah isu menjadi isu prioritas

bagi semua pemangku kepentingan. Oleh karena itu perl pembahasan lebih

lanjut terkait advokasi.

29
E. Advokasi

USAID (2014: 184) menyatakan bahwa istilah advokasi mula-mula

digunakan dalam bidang hukum atau pengadilan, lambat laun advokasi tidak

hanya digunakan dalam terminologi dibidang hukum. Advokasi dapat diartikan

sebagai upaya pendekatan terhadap orang atau kelompok tertentu yang dianggap

mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu kondisi sosial tertentu. Lebih

lanjut,Pangabean (2012: 5) menyatakan arti advokasi adalah suatu tindakan yang

ditujukan untuk mengubah kebijakan, kedudukan atas persyaratan dari sejak tipe

institusi. Lebih lanjut, Rusdiana (2015:28) menjelaskan bahwa teori advokasi

lebih mendasarkan pada argumentasi yang rasional, logis dan bernilai. Teori

advokasi bersumber dari akar teori konflik yang merekomendasikan pemberian

kewenangan Negara atau pemerintah pusat untuk membatasi kelas atau

kelompok dominan yang dapat merugikan kelas marginal. Lebih lanjut, Gen,S.

& Wright, A.C. (2013) menyatakan sebagai berikut.

“ …..policy advocacy is defined as intentional activities initiated by the


public to affect the policy making process” Dapat diartikan seperti berikut,
advokasi kebijakan didefinisikan sebagai kegiatan yang disengaja yang
diprakarsai oleh masyarakat untuk mempengaruhi kebijakan.

Berdasarkan beberapa teori diatas, advokasi dapat diartikan sebagai upaya

pendekatan terhadap orang atau kelompok tertentu yang dianggap mempunyai

pengaruh terhadap keberhasilan suatu kondisi sosial tertentu. LO DIY

melakukan berbagai kegiatan dalam rangka advokasi kelembagaan untuk

penguatan kedudukan LO DIY ke depan agar eksistensi LO DIY semakin kokoh

di DIY sebagai salah satu alat kontrol penyelenggara pemerintahan maupun

usaha swasta.

30
1. Tujuan Advokasi

Tujuan Advokasi menurut Sampark (Pamungkas, dkk. 2010:12-13) yaitu:

a. Menarik perhatian para pembuat kebijakan terhadap masalah-masalah yang

dihadapi kelompok marjinal.

b. Mempengaruhi proses pembuatan dan implementasi dari kebijakan-kebijakan

yang ada.

c. Memberikan pemahaman kepada publik tentang detail dari berbagai

kebijakan, sistem-sistem yang ada serta skema-skema kesejahteraan sosial.

d. Meningkatkan keterampilan dan cara pandang individu maupun kelompok-

kelompok sosial agar kebijakan bisa diimplementasikan secara baik dan

benar.

e. Menciptakan sistem pemerintahan yang berorientasi pada rakyat.

f. Mendorong tumbuhnya aktivis-aktivis keadilan sosial yang muncul dari

kekuatan masyarakat sipil.

Lebih lanjut Rita R.Sharrma (Pangabean, 2012: 5) Tujuan advokasi adalah

untuk mengubah kebijakan, program atau kedudukan dari pemerintah, institusi

atau organisasi. Dari beberapa tujuan advokasi diatas dapat dikatakan bahwa

dengan adanya tujuan advokasi maka akan memberikan perubahan kebijakan

yang lebih baik.

31
2. Langkah-langkah Advokasi

Dalam melakukan Advokasi dibutuhkan berbagai tahapan atau cara untuk

menyelesaikan sebuah permasalahan, dalam hal ini menurut USAID ( 2014:

188) terdapat tiga langkah utama/tahapan dalam menjalankan advokasi yaitu

sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini yang paling penting yaitu penyusunan bahan/materi atau

instrument advokasi. Bahan advokasi adalah data informasi maupun bukti

yang dikemas dalam bentuk tabel, grafik atau diagram hal ini digunakan

untuk menjelaskan besarnya suatu masalah dalam sector tertentu.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi,

namun paling tidak terdiri dari pengorganisasian pemangku kepentingan;

pengumpulan data dan informasi terkait; Analisis bersama dan perumusan

tujuan; dialog dan komunikasi dengan para pihak untuk membangun

kesepakatan.

c. Tahap Penilaian

Pada tahap ini dapat melihat kembali apakah langkah-langkah yang

sudah disusun dan dilaksanakan berjalan dengan baik. Jika belum

memenuhi target, dilakukan evaluasi apakah akan berdampak cukup

signifikan, atau dirasakan cukup untuk melakukan perubahan atau

mendesakkan idea tau gagasan kepada para pengambil keputusan. Tahap

penilaian ini dapat digunakan untuk mengukur capaian yang dihasilkan dan

32
input yang digunakan. Lebih lanjut, (USAID, 2014: 188) menyatakan

bahwa dari berbagai tahapan advokasi dapat diartikan bahwa advokasi

merupakan serangkaian kegiatan yang dirumuskan secara stategis dan

terpadu yang diorientasikan untuk mempengaruhi perubahan kebijakan atau

kebiasaan kelompok tertentu agar terjadi perbaikan.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan digunakan untuk menghindari pengulangan kajian

terhadap hal-hal yang sama pada penelitian ini. Berikut penelitian yang relevan

dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Pertama, penelitian oleh Nofita

Shinta Dewi pada tahun 2014 dengan judul Pelaksanaan Advokasi Kebijakan

Pendidikan Melalui Lembaga Ombudsman Daerah di Kota Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengkaji tentang

pelaksanaan Advokasi kebijakan pendidikan melalui LOD di Kota Yogyakarta

yang dilihat dari jenis masalah yang ditangani, prosedur pengaduan dan

advokasi masalah melalui LOD serta faktor-faktor yang menjadi pendorong

dan penghambat bagi kinerja LOD.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan

kualitatif dengan subjek penelitian yang meliputi satu komisioner, tiga orang

staf dan guru yang terlibat langsung dalam pelaksanaan advokasi kebijakan

pendidikan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis

model interaktif Hubberman & Milles yaitu reduksi data, penyajian data dan

33
penarikan kesimpulan. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan

trianggulasi data yang meliputi trianggulasi sumber, teknik dan waktu.

Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. (1) Pelaksanaan advokasi

kebijakan pendidikan melalui LOD sudah berjalan cukup baik, masalah-

masalah pendidikan yang sering terjadi antara lain mengenai pungutan sekolah,

penahanan ijazah, sertifikasi guru serta masalah guru honorer. (2) Prosedur

pengajuan masalah melalui LOD dapat dilakukan secara langsung dengan

datang kekantor LOD atau dengan menggunakan media yang telah disediakan.

Prosedur advokasi yang dilakukan antara lain: pelapor melaporkan masalahnya

ke LOD melalui media yang telah disediakan anggota mengkaji dan

merencanakan tindak lanjut pengaduan, melakukan klarifikasi/investigasi

diperoleh data, data yang diperoleh memenuhi unsur-unsur mal-administrasi,

kasus dibahas, diputuskan mekanisme selanjutnya akan dipakai rekomendasi

ke instansi terkait atau atasan yang berwenang. (3) Faktor pendukung meliputi

dukungan dari gubernur, sarana dan prasarana yang cukup memadai serta jam

terbang dalam melakukan penyelesaian masalah. (4) Faktor penghambat:

rendahnya komitmen dari instansi terkait dalam menjalankan tahapan-tahapan

yang ada di LOD, SDM yang terbatas. LOD tidak punya kekuatan untuk

memaksakan hasil rekomendasi.

Kedua, penelitian oleh Febri Handayani pada tahun 2014 dengan judul

Peranan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Daerah Istimewa

Yogyakarta Dalam Proses Penyelesaian Maladministrasi Pungutan Biaya

Pendidikan Sekolah di Wilayah Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk

34
mendeskripsikan sebagai berikut. (1) Peranan Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap penyelesaian

maladministrasi pungutan biaya pendidikan sekolah di wilayah Yogyakarta. (2)

Kendala yang dihadapi dalam penyelesaian maladministrasi pungutan biaya

pendidikan sekolah di wilayah Yogyakarta. (3) Upaya yang dilakukan terhadap

kendala dari penyelesaian maladministrasi pungutan biaya pendidikan sekolah

di wilayah Yogyakarta. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Penentuan subyek penelitian dengan teknik

purposive dan snowball. Subjek penelitian ini adalah asisten-asisten

Ombudsman yang menangani laporan maladministrasi pungutan biaya

pendidikan sekolah dan yang memiliki pengetahuan tentang peranan

Ombudsman, serta para pelapor yang melaporkan maladministrasi pungutan

biaya pendidikan sekolah di ombudsman Republik Indonesia Perwakilan DIY.

Teknik pemeriksaan data menggunakan cross check data dengan analisis

induktif.

Hasil Penelitian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa peranan

Ombudsman dalam input laporan adalah menerima laporan yang masuk dari

masyarakat. Kemudian tahap registrasi dan pemeriksaan awal, Ombudsman

melakukan pencatatan dan pengecekan kelengkapan syarat formiil. Pada

pemeriksaan substansial Ombudsman melakukan pemeriksaan syarat maateriil

laporan dan membuat resume untuk ditindaklanjuti.dalam proses pemeriksaan,

Ombudsman tindakan klarifikasi, pemanggilan, mediasi/konsiliasi. Pelapor

adalah TKN, SPM, ME,RHS, SPR yang melaporkan maladministrasi pungutan

35
biaya pendidikan. Laporan TKN menggunakan proses pemeriksaan klarifikasi

dan pemanggilan, laporan ME dan RHS melalui klarifikasi, laporan SPM dan

SPR melalui mediasi. Output laporan tersebut berupa kesepakatan,

rekomendasi, dan kesimpulan. Kendala eksternal terhadap penyelesaian

laporan maladministrasi tersebut adalah masyarakattidak ingin lagi dan takut

melapor ke Ombudsman. Kendala internal berupa menumpuknya tugas

penanganan laporan dan kekurangan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM).

Upaya untuk mengatasi kendala eksternal tersebut adalah mengupayakan

keadilan dalam penyelesaian maladministrasi. Sedangkan kendala internal

diupayakan oleh Asisten Ombudsman dengan meningkatkan kinerjanya dan

saling membantu, serta penambahan jumlah SDM.

Apabila dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai

Lembaga Ombudsman Daerah, letak perbedaan dengan penelitian yang

pertama yaitu pada fokus penelitian, dalam penelitian ini lebih fokus pada

aspek kebijakan pendanaan pendidikan. Sedangkan letak perbedaan dengan

penelitian yang kedua yaitu pada tempat penelitian, Penelitian ini dilakukan di

Lembaga Ombudsman DIY.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Pergub DIY Nomor 69 tahun 2014 tentang Organisasi dan tata kerja

Lembaga Ombudsman DIY dibentuk dalam rangka penyelenggaraan

pemerintah yang baik dan upaya peningkatan penegakan hukum di Indonesia.

Dalam hal ini keberadaan lembaga pengawas eksternal yang secara efektif

36
mengontrol tugas penyelenggara negara dan pemerintahan sangat diperlukan.

Oleh karena itu pemerintah membentuk Lembaga Independent yang bertugas

mengawasi jalannya pelayanan publik oleh pemerintah daerah, pelaku usaha

swasta dan perseorangan maka didirikan Lembaga Ombudsman (LO) DIY.

Salah satu tugas dari Lembaga Ombudsman (LO) DIY yaitu melakukan

pengawasan dan advokasi terhadap bidang Pendidikan karena pendidikan

merupakan faktor penting guna meningkatkan kesejahteraan serta investasi

jangka panjang bangsa kedepan maka fungsi pengawasan terhadap penggunaan

biaya pendidikan perlu diterapkan, karena pendidikan masih mengalami

berbagai masalah salah satunya adanya maladministrasi berupa pungutan liar.

Dengan demikian bagaimana Peran LOD DIY dalam melakukan Advokasi

terhadap kebijakan pendanaan pendidikan dan apa saja faktor pendukung serta

penghambat dalam melakukan advokasi terhadap kebijakan pendanaan

pendidikan perlu untuk dilakukan penelitian.

37
Pergub DIY Nomor 69 tahun
2014 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja LO DIY

Peran Lembaga
Ombudsman DIY

Melakukan Advokasi
Pelaksanaan Kebijakan
Pendanaan Pendidikan
Pendidikan

Faktor Penghambat Faktor Pendukung

Solusi dan rekomendasi dari


LO DIY

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

H. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan konsep dan kerangka pikir diatas, muncul beberapa

pertanyaan diantaranya yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana LO DIY melakukan Advokasi terhadap kebijakan pendanaan

pendidikan?

a. Apa saja masalah pendanaan pendidikan yang ditangani oleh LO DIY?

b. Bagaimana peran LO DIY dalam advokasi pelaksanaan kebijakan

pendanaan pendidikan?

c. Siapa saja yang terlibat dalam melakukan advokasi di LO DIY?

38
2. Bagaimana langkah-langkah LO DIY dalam menangani kasus-kasus

terhadap pelaksanaan kebijakan pendanaan pendidikan?

a. Bagaimana prosedur pelaporan untuk pelayanan masyarakat di LO DIY?

b. Apa saja fasilitas yang disediakan oleh LO DIY untuk masyarakat?

3. Apa saja faktor pendukung LO DIY dalam melakukan advokasi terhadap

Kebijakan Pendanaan Pendidikan?

4. Apa saja faktor penghambat LO DIY dalam melakukan advokasi terhadap

pelaksanaan kebijakan pendanaan pendidikan?

5. Bagaimana solusi atau hasil LO DIY dalam melakukan advokasi terhadap

pelaksanaan kebijakan pendanaan pendidikan?

39
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2015:15)

menerangkan bahwa penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana

peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sumber data dilakukan

secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana peran Lembaga

Ombudsman DIY dalam melakukan advokasi terhadap kebijakan pendanaan

pendidikan.

B. Setting dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Ombudsman DIY yang beralamat

di Jalan Tentara Zeni Pelajar No. 1-A Pingit Kidul Yogyakarta 55231.

Persiapan, proses penelitian, dan pengumpulan data yang berupa observasi,

wawancara, dokumentasi serta pengolahan data dilakukan pada bulan Januari

sampai dengan Juni 2018. Alasan dari pemilihan lokasi tersebut adalah:

40
1. Lembaga Ombudsman DIY merupakan Lembaga yang mengawasi

penyelenggaraan pemerintah daerah dan badan usaha, salah satunya

bergerak dalam bidang Pendidikan.

2. Lembaga Ombudsman DIY merupakan lembaga yang dibentuk karena

melihat banyak kasus maladministrasi dalam pelayanan publik salah satunya

kebijakan pendanaan pendidikan.

3. Lokasi Lembaga Ombudsman DIY mudah dijangkau oleh peneliti.

4. Adanya keterbukaan dari pihak Lembaga Ombudsman DIY dalam berbagi

informasi dan kesediaan membantu peneliti dalam melancarkan tugas akhir.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian diperlukan sebagai pemberi informasi atau data-data

yang menjadikan sasaran penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah

mereka yang terlibat langsung dalam melakukan advokasi terhadap kebijakan

pendanaan Pendidikan. Subyek penelitian dipilih berdasarkan tujuan penelitian

dan pengetahuan bidang informan yang ada di Ombudsman. Subjek dalam

penelitian ini 3 informan yaitu sebagai berikut.

1. Pimpinan atau Kepala lembaga Ombudsmand daerah DIY.

2. Kabid Pelayanan dan Investigasi lembaga Ombudsmand daerah DIY yang

menangani aduan bidang kebijakan pendanaan pendidikan.

3. Asisten Lembaga Ombudsmand daerah DIY yang menangani tentang

bidang kebijakan pendanaan pendidikan.

41
Dalam penelitian ini peneliti belum menemukan subjek dari masyarakat

yang melaporkan kasus pendanaan pendidikan dikarenakan selama proses

penelitian belum ada masyarakat yang melaporkan terkait kasus pendanaan

pendidikan.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menurut Sugiyono (2015:308) merupakan

langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan

data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data

yang ditetapkan.

Metode Pengumpulan data primer atau yang utama dalam penelitian ini

adalah wawancara. Sterberg (Sugiyono, 2015:317) mendefinisikan wawancara

adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Dalam metode pengumpulan data ini wawancara yang digunakan

yaitu mengadakan wawancara dengan informan yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang peran lembaga

Ombudsman DIY dalam melakukan advokasi terhadap pelaksanaan kebijakan

pendanaan pendidikan dan hasilnya dibuat untuk catatan lapangan.

Metode pengumpulan data sekunder yaitu menggunakan observasi dan

studi dokementasi. Observasi (Pengamatan) Marshall (Sugiyono, 2015:310)

melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku

42
tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan bebas pada

objek penelitian dan mencatat apa yang sesuai dengan kajian yang diteliti; serta

melakukan analisis dan kemudian di buat kesimpulan. Observasi peneliti

lakukan sebelum pelaksanaan penelitian. Tujuannya yaitu untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan guna menyusun proposal skripsi.

Metode studi dokumentasi, dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2016:239). Moeleng (Sugiyono,

2016:241) Studi Dokumen berguna bagi penelitian kualitatif dengan berbagai

alasan diantaranya yaitu sebagai berikut.

a. Karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong pencarian data

lain.

b. Berguna sebagai bukti (evidence) untuk suatu penguji.

c. Berguna dan sesuai karena sifat nya yang alamiah, sesuai dengan konteks,

lahir, dan berada dalam konteks.

d. Relatif murah dan tidak sukar ditemukan, hanya membutuhkan waktu.

e. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas

tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan guna untuk mendukung

kelengkapan data. Bentuk dokumentasi yang dicari dalam penelitian ini

menggunakan sumber-sumber bukti tertulis dari Lembaga Ombudsman DIY.

43
E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan intrumen utama penelitian,

di mana peneliti sekaligus sebagai perencana yang menetapkan pemilihan

informan, sebagai pelaksana pengumpulan data, menafsirkan data, menarik

kesimpulan dan menganalisis data di lapangan secara alami tanpa dibuat-buat.

Instrumen dalam penelitian ini yaitu menggunakan, pedoman wawancara,

Pedoman observasi dan pedoman studi dokumentasi. Menurut Nasution

(Sugiyono, 2015:307) peneliti sebagai instrumen penelitian memiliki ciri-ciri

sebagai berikut.

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test

atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya perlu sering

merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk

menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul

seketika.

44
6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan

segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan

atau pelakan.

7. Dengan manusia sebagai instrument, respon yang aneh, yang menyimpang

justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang

bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat

pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Berikut adalah pedoman kisi-kisi dalam mencari data dilapangan yaitu

sebagai berikut.

1. Lembar Observasi

Pedoman observasi digunakan peneliti untuk mengamati situasi dan

kondisi Lembaga Ombudsman Daerah. lembar observasi ini digunakan

sebagai pedoman maupun catatan dalam bentuk deskripsi data. Aspek-aspek

yang ingin diamati peneliti diantaranya sebagai berikut.

45
Tabel 2. Kisi-kisi pedoman Observasi

No Aspek yang diamati Sumber Data Teknik


Identifikasi keberadaan Website LO Observasi
1. LOD DIY DIY, Kepala LO
a. Sejarah berdiri DIY, Warga LO
b. Tujuan dan Fungsi DIY
c. Personil LO DIY
Fasilitas: Warga LO DIY Observasi
2. a. Sarana dan
Prasarana
b. Pemanfaatan sarana
dan prasarana
Mengamati kegiatan Warga LO DIY Observasi
3. pelayanan terhadap
aduan masyarakat.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mempermudah peneliti dalam

memperoleh data dari informan. Dalam pedoman wawancara ini berisikan

pertanyaan-pertanyaan secara garis besarnya saja, dan akan dikembangkan

pada saat pelaksanaan dilapangan.

46
Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara

No Aspek Indikator yang dicari Sumber Data

1. Advokasi terhadap a. Kasus-kasus Kepala LO


kebijakan pendanaan pendanaan pendidikan DIY, Asisten
pendidikan oleh LOD yang pernah ditangani LO DIY
b. Personil yang terlibat
dalam advokasi
pendanaan pendidikan
2. langkah-langkah LO a. Prosedur pelaporan Kepala LO
DIY dalam untuk pelayanan DIY, Asisten
melakukan advokasi masyarakat di LO DIY LO DIY
terhadap kebijakan b. fasilitas yang
pendanaan pendidikan disediakan oleh LO
DIY untuk masyarakat
3. Faktor Penghambat a. Intern Kepala dan
dan pendukung LO b. Ektern Asisten LO
DIY dalam melakukan DIY
advokasi terhadap
kebijakan Pendanaan
Pendidikan.

3. Pedoman Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang

(Sugiyono, 2016:239). Metode ini digunakan untuk mengetahui data tertulis

mengenai penelitian tentang advokasi terhadap kebijakan pendanaan

pendidikan, berupa kasus maladministrasi pendidikan.

47
Tabel 4. Kisi-kisi Studi Dokumentasi

No Aspek Indikator Yang Dicari Sumber Data

1. Profil LOD DIY a. Sejarah berdiri Dokumen/arsip,


b. Tujuan dan Fungsi foto-foto
c. Personil LO DIY

2. Sarana dan a. Infrastruktur di LO


Prasarana DIY (kotak aduan,
ruang konsultasi,
ruang pertemuan)
3. Peran Produk Akhir yang Dokumen/arsip,
Ombudsmand dihasilkan sebagai upaya foto-foto
dalam melakukan penanganan kasus
Advokasi terhadap maladministrasi kebijakan
kebijakan pendanaan pendidikan.
pendanaan
pendidikan

4. Langkah-langkah a. Prosedur pelaporan Dokumen/arsip/foto-


LOD dalam untuk pelayanan foto
melakukan masyarakat di LO DIY
penanganan kasus b. fasilitas yang
terhadap kebijakan disediakan oleh LO
pendanaan DIY untuk masyarakat
pendidikan.

F. Keabsahan Data

Peneliti dalam memeriksa keabsahan data menggunakan teknik

trianggulasi data. Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Triangulasi Sumber

Sugiyono (2015:373) triangulasi sumber adalah untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan caramengecek data yang telah diperoleh

48
melalui beberapa sumber. Data dari beberapa sumber di deskripsikan dan

dikategorikan berdasarkan pada persamaan pandangan, perbedaan dan

tingkat spesifik dari sumber data tersebut (sugiyono, 2015:373).Dengan

melakukan trianggulasi sumber, dalam penelitian melakukan pengumpulan

data sekaligus menguji kredibilitas data.

Ketua LO DIY

Wawancara
mendalam Kabid
Pelayanan dan
Investigasi

Asisten LO
DIY

Gambar 2. Triangulasi Sumber


Hasil yang diperoleh peneliti dengan menggunakan triangulasi sumber

diperoleh data yang relatif sama sehingga data-data yang peneliti peroleh

mengalami tingkat kejenuhan.

2. Triangulasi Teknik

Sugiyono (2015:373) Triangulasi teknik digunakan untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini triangulasi teknik

yang digunakan yaitu dengan cross cek wawancara, observasi dan

dokumentasi. Hasil dari triangulasi teknik dalam penelitian ini yaitu peneliti

memperoleh informasi dari informan meliputi ketua LO DIY, kabid

Investigasi dan penelitian serta Asisten LO DIY. Untuk mendapatkan data

peneliti menggunakan pedoman wawancara kemudian data dicek kembali

49
dengan melakukan observasi dan studi dokumentasi untuk mengetahui

kebenaran dari peran LO DIY dalam melakukan advokasi terhadap

pelaksanaan kebijakan pendanaan pendidikan.

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2015:333) mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif

data diperoleh dari berbgai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan

data yang bermacam-macam (trianggulasi) dan dilakukan secara terus menerus

sampai datanya jenuh. Pada Jenis penelitian kualitatif ini, pengolahan data

tidak harus dilakukan setelah data terkumpul atau pengolahan data selesai.

Dalam hal ini, data sementara yang terkumpulkan, data yang sudah ada dapat

diolah dan dilakukan analisis data secara bersamaan. Pada saat analisis data,

dapat kembali lagi ke lapangan untuk mencari tambahan data yang dianggap

perlu dan mengolahnya kembali. Pengolahan data dalam penelitian kualitatif

dilakukan dengan cara mengklasifikasikan atau mengkategorikan data

berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelitiannya. Dalam penelitian ini

pengolahan data yang dilakukan yaitu dengan tiga tahap yaitu redusi data,

display data, dan kesimpulan atau verifikasi.

KOLEKSI
DATA

Display Data
(Penyajian Data)

REDUKSI DATA
Kesimpulan/Verifikasi

Gambar 3. Komponen dalam analisis data (interactive model)


Hubberman & Milles

50
Analisis data pada penelitian ini terdiri dari:

1. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga

perlu untuk diredusi. Redusi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting serta dicari tema dan

polanya. Sugiyono (2015:338) Data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi

data dalam penelitian ini akan dibantu dengan komputer.

2. Display data (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yaitu penyajian data.

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori dan sejenisnya (Sugiyono, 2015:341). Dalam melakukan

penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara naratif, akan

tetapi disertai proses analisis yang terus menerus sampai proses penarikan

kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang

telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. (Sugiyono:2015) Penarikan

kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami

makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan,alur sebab akibat atau

proposisi. Sebelum melakukan penarikan kesimpulan terlebih dahulu

51
dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan atau

verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya.

Lebih lanjut, Sugiyono (2015:345) kesimpulan dalam penelitian kualitatif

mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,

tetapi mungkin juga tidak, karena yang dikemukakan masih bersifat

sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya dan akan

berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Penarikan kesimpulan

merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data. Penarikan kesimpulan ini

merupakan tahap akhir dari pengolahan data. Dalam penelitian ini, setiap

tahap diverifikasi dan didukung oleh bukti-bukti yang valid sehingga

diperoleh kesimpulan yang objektif.

52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Lembaga Ombudsman DIY

Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta (LO DIY)

Yogyakarta didirikan oleh Pemerintah Provinsi DIY. Gagasannya diawali oleh

Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM UII)

Yogyakarta didukung oleh Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di

Indonesia (Partnership for Governance Reform in Indonesian) Indonesia.

Dalamhal ini terciptalah gagasan bagaimana membentuk pemerintahan yang

bersih dengan kinerja dan watak yang transparan serta memiliki akuntabilitas

publik.

Langkah pertama pengembangan LOD DIY dimulai dimana PUSHAM

UII menyelenggarakan penelitian untuk mengetahui penilaian masyarakat atas

kinerja birokrasi di Yogyakarta. Selanjutnya, diselenggarakan pertemuan

dengan Komisi Ombudsman Nasional di Jakarta untuk melihat proses kerja,

kinerja, dan kendala. Setelah kedua kegiatan dilaksanakan, dilakukan

sosialisasi secara intensif ke masyarakat Yogyakarta selama tiga bulan melalui

berbagai media, mulai dari diskusi hingga promosi pada pertunjukan

bioskop/film. Hasil penelitian dan sosialisasi mengerucut pada simpulan

ombudsman daerah diperlukan dan dibutuhkan masyarakat. Untuk

mengkristalkan gagasan, pada September 2003 diselenggarakan workshop

yang melibatkan partisipasi eksekutif daerah, parlemen daerah, pemuka

masyarakat, pemikir/akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat/ masyarakat

53
sipil. Pada tanggal 10 Juni 2004, ditandatangani Kesepakatan Bersama antara

Pemprov DIY dengan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dengan muatan

bahwa kedua lembaga sepakat untuk saling mendukung untuk pelembagaan

ombudsman sektor publik yang kemudian disebut sebagai Lembaga

Ombudsman Daerah , serta kegiatan lain dalam rangka tata pelayanan publik di

bidang hukum, pemerintahan, dan kemasyarakatan DIY, dengan melibatkan

sebanyak mungkin stakeholders.

Kesepakatan kerjasama ini berlangsung selama 3 tahun sejak

ditandatangani. Pada tanggal 30 Juni 2004, Gubernur DIY menerbitkan

Keputusan Nomor 134/2004 tentang Pembentukan dan Organisasi Ombudsman

Daerah di Propinsi DIY, dengan tiga pertimbangan. Pertama, bahwa pelayanan

yang sebaik-baiknya kepada setiap anggota masyarakat berdasarkan asas

keadilan dan persamaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya

untuk menciptakan penyelenggaraan pemerintahan daerah, lembagalembaga

penegakan hukum, dan lembaga-lembaga lainnya yang bersih dan bebas dari

korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan, dan

perbuatan sewenang-wenang. Kedua, bahwa untuk menjamin pemberian

pelayanan kepada setiap anggota masyarakat, maka perlu pemberdayaan

masyarakat melalui peran-serta untuk melakukan pengawasan terhadap praktek

penyelenggaraan pemerintahan daerah termasuk lembaga-lembaga penegak

hukum. Ketiga, bahwa ombudsman merupakan salah satu kelembagaan anti-

korupsi yang direkomendasikan oleh Ketetapan MPR No. VIII Tahun 2001

tentang arah kebijakan Negara yang bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

54
Tujuan pembentukan ombudsman disebutkan sebagai upaya dalam rangka

mendorong dan mewujudkan penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan

pemerintah daerah yang bersih dan bebas KKN, penyalahgunaan kekuasaan

atau jabatan, dan perbuatan sewenang-wenang dari aparatur Negara dan

pemerintah daerah, serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan umum dan

perlindungan hukum kepada masyarakat di Daerah.

Dua definisi terpenting pada Keputusan ini adalah definisi tentang

“Ombudsman” yang menyebutkan bahwa ombudsman daerah adalah sebuah

lembaga yang bersifat mandiri dan diadakan untuk melakukan pengawasan

terhadap penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah, Lembaga Penegak

Hukum, dan Lembaga-Lembaga Negara lainnya dalam memberikan pelayanan

masyarakat. Definisi tentang “Pelayanan Umum” yang menyebutkan bahwa

pelayanan umum adalah pelayanan yang harus diberikan oleh Pemerintah

Daerah, Lembaga Penegak Hukum, dan Lembaga-Lembaga Negara lainnya

kepda masyarakat berkaitan dengan fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya

sebagai aparatur atau pejabat negara atau pejabat daerah. Definisi ombudsman

daerah di sini menunjukkan bahwa peran dari ombudsman daerah DIY

melakukan pengawasan juga terhadap lembaga-lembaga Pusat yang melakukan

tugas di daerah, yaitu lembaga lembaga yang menjalankan urusan-urusan

pusat, yaitu urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter,

nasional, dan agama yang terjadi di daerah DIY. Definisi ini dipertegas dengan

pasal tentang kedudukan ombudsman daerah yang menyebutkan bahwa

ombudsman merupakan lembaga non-struktural yang bersifat mandiri yang

55
tidak memiliki hubungan struktural dengan lembaga-lembaga negara dan

pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

negara dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Ombudsman DIY

ditetapkan sebanyak lima orang, termasuk Ketua dan Wakil Ketua, dipilih oleh

sebuah Tim Seleksi yang dibentuk melalui Keputusan Gubernur No. 26/2004,

di mana Gubernur melakukan seleksi akhir terhadap calon terpilih dari Tim.

Ombudsman DIY ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.. Pada tanggal 8

juni 2005, Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Daerah Istimewa

Yogyakarta mengukuhkan Ombudsman Daerah dan Ombudsman Swasta DIY.

Pada sambutannya disampaikan bahwa tugas utama dari kedua ombudsman ini

adalah untuk melakukan kontrol terhadap pelayanan publik yang dilakukan

oleh aparat Pemerintah maupun Swasta.

Perjalanan keberadaan LOD dan LOS sampai dengan tahun 2014

diperkuat keberadaannya dengan disahkannya Perda DIY Nomor 5 Tahun 2014

tentang pelayanan publik. Berdasarkan Pergub DIY No. 69 Tahun 2014

Tentang Organisasi dan Tata Kerja LO DIY, Lembaga Ombudsman Swasta

(LOS) dan Lembaga Ombudsman Daerah (LOD) dilebur menjadi satu mulai

periode keanggotaan 2015-2018 sampai dengan saat ini dan beralamatkan di Jl.

Tentara Zeni Pelajar No 1-A Pingit Kidul Yogyakarta.

2. Profil Lembaga Ombudsman DIY

Lembaga ini dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 69 Tahun

2014, terdapat fungsi dan tugas didalam peraturan tersebut yaitu sebagai

berikut.

56
a. Fungsi Lembaga Ombudsman (LO) DIY

Fungsi LO DIY yaitu sebagai lembaga pengawasan, mediasi pelayanan

masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah dan praktik dunia

usaha swasta.

b. Tugas Lembaga Ombudsman (LO) DIY

Menyusun program kerja LO DIY sesuai fungsinya.

1) Menyebarluaskan pemahan mengenai kedudukan, fungsi, tugas, dan

wewenang dan program kerja LO DIY kepada seluruh masyarakat di

daerah.

2) Melakukan koordinasi dan/atau kerja sama dengan berbagai lembaga, baik

pemerintah maupun badan usaha, dalam rangka mendorong dan

mewujudkan pemerintah daerah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi,

nepotisme, penyalahgunaan wewenang, atau jabatan, tindakan seenang-

wenang dan penyimpangan usaha.

3) Menerima dan menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat atas keputusan

dan/atau tindakan penyelenggara pemerintahan daerah dan pengusaha dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat yang dirasakan tidak adil,

diskriminastif, tidak patut, merugikan atau bertentangan dengan hukum.

4) Menerima dan menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat atas dugaan

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan praktik

dunia usaha.

5) Atas prakarsa sendiri melakukan tindak lanjut terhadap dugaan

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan praktik

57
dunia usaha,tetapi dalam pelaksanaannya harus procedural dan sesuai

dengan peraturan perundangan-perundangan.

6) Membangun jaringan kerja dalam upaya pencegahan penyimpangan dalam

penyelenggaraan pemerintah daerah dan praktik usaha.

7) Membuat penelitian dan rewiew kebijakan atas persoalan-persoalan publik.

8) Membuat laporan triwulan dan tahunan kepada gubernur terhadap

pelaksanaan tugas, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

c. Wewenang Lembaga Ombudsman (LO) DIY

Berdasarkan Pergub No 69 tahun 2014 wewenang dari LO DIY yaitu

sebagai berikut. Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis kepada

pelapor, terlapor dan atau pihak lain yang terkait dengan pengaduan yang

disampaikan kepada LO DIY; Melakukan klarifikasi terhadap pihak pelapor,

terlapor dan/atau pihak lain yang terkait untuk mendapatkan kebenaran isi

pengaduan; Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis kepada

pemerintah daerah berkaitan dengan adanya dugaan penyimpangan terhadap

asas-asas pemerintahan daerah yang bersih dan benas dari korupsi, kolusi,

nepotisme, penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan dan tindakan sewenang-

wenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan tetap

menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah; Meminta keterangan secara lisan

dan/atau tertulis kepada pengusaha berkaitan dengan adanya dugaan

penyimpangan dalam praktik usaha; Membuat rekomendasi kepada pihak

pelapor dan pihak terlapor dalam rangka penyelesaian masalah antara kedua

58
belah pihak; Menyampaikan rekomendasi kepada pihak pelapor daan terlapor

serta pihak-pihak lain yang terkait dalam rangka memfasilitasi penyelesaian

masalah; Menyampaikan tembusan rekomendasi kepada Gubernur melalui

Biro Hukum Setda DIY; Bila diperlukan dapat mengumumkan atau

mempublikasikan hasil rekomendasi untuk diketahui masyarakat, sepanjang

ada persetujuan dari Pelapor, Terlapor, maupun Gubernur melalui Biro Hukum

Sekretariat Daerah DIY.

Saleh Tjan (2017:12) mengungkapkan bahwa LO DIY adalah lembaga

independen yang ada di DIY yang berfungsi untuk melaksanakan pengawasan

terhadap penyelenggaraan pelayanan publik baik pelayanan publik yang

penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah maupun oleh usaha swasta

yang dibentuk oleh pemerintah DIY melalui Pergub DIY Nomor 69 Tahun

2014 tentang organisasi dan tatakerja LO DIY, sebagai peraturan turunan dari

Perda Nomor 5 tahun 2014 tentang pelayanan publik. Dilihat dari tujuan,

fungsi dan tugas LO DIY memiliki kedudukan dan peran yang sangat strategis

untuk menciptakan iklim pelayanan publik yang berkualitas di DIY.

Melanjutkan tugas dan mandat dalam Pergub No. 69 tahun 2014, LO DIY

melakukan penataan kelembagaan dengan membangun sumberdaya manusia

serta sistem kelembagaan yang efektif, efisien dan akuntabel. Hal ini untuk

mendukung kerja-kerja pengawasan, penerimaan dan penanganan aduan

masyarakat. LO DIY membangun kerjasama dengan berbagai pihak terkait

(Pemerintah DIY dan Kabupaten/Kota, organisasi masyarakat sipil, pelaku

usaha, media massa untuk bersama-sama melakukan kajian, diskusi dan

59
penelitian serta pengawasan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah yang

baik dan bersih (http://lo-diy.or.id/).

d. Struktur Kepengurusan Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa


Yogyakarta (LO DIY)

Ketua

Wakil Ketua Bid. Wakil Ketua Bid. Pembinaan


Aparatur Pemda dan Pemgembangan Usaha
Swasta

Ketua Bidang Ketua Bidang Penelitian, Ketua Bidang Ketua Bidang


Pelayanan & Pengembangan & Sosialisasi, Kerja Monitoring
Investigasi Hubungan Kelembagaan Sama & Penguatan dan Evaluasi
Jaringan

Asisten Asisten Asisten Asisten

sekretaris
Staf Pengaduan

Staf Keuangan Staf Administrasi Staf IT & Data Base


Umum

Staf Penunjang

Gambar 4. Struktur Kepengurusan LO DIY 2018


(Sumber: Arsip LO DIY)

60
B. Hasil Penelitian

1. Peran Lembaga Ombudsman (LO DIY) Dalam Melakukan Advokasi


Terhadap Pelaksanaan Kebijakan Pendanaan Pendidikan

Lembaga Ombudsman (LO DIY) sebagai lembaga pengawas pelayanan

publik, pelayanan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah

dan praktik dunia usaha swasta memiliki peran dalam melakukan advokasi dan

pengawasan kebijakan pendanaan pendidikan. Dalam melakukan tugas dan

fungsinya, LO DIY berdiri secara independent dan tidak memihak kepada

siapapun. Peran LO DIY dibidang pendidikan adalah sebagai lembaga yang

berpengaruh memberikan perubahan dan meningkatkan pelayanan pendidikan

yang baik, yang dapat memenuhi hak dasar warga Negara. Sehingga

mewujudkan pemerintahan yang bersih bebas dari korupsi, kolusi dan

nepotisme. Beberapa cara yang dilakukan LO DIY untuk memperbaharui

pendidikan yaitu menerima aduan dari masyarakat.

a. Kasus pendanaan pendidikan yang ditangani oleh LO DIY

Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dari KKN

(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) LO DIY menangani berbagai macam

permasalahan salah satunya kasus di bidang pendidikan. Adapun data kasus

pendidikan yang dilaporkan tiga tahun terakhir di lembaga Ombudsman

adalah sebagai berikut.

61
Tabel 5. klasifikasi jumlah laporan aduan Tahun 2015-2017

Kategori Jenjang Tahun Tahun Tahun Total


2015 2016 2017
Pendidikan Dasar 15 20 30 65
(TK-SD-SMP)
Pendidikan SMA 101 146 156 403
Pelapor/pengadu Perguruan tinggi 134 116 189 439
Khusus 1 1 3 5
(Difabel/disabilitas)
Sumber: Dokumentasi arsip LO DIY

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus dari tahun ketahun semakin

meningkat dalam hal ini pula Ombudsman telah menjadi panutan bagi

masyarakat menbantu menerima aduan dan memecahkan permasalahan terkait

maladministrasi, penyimpangan maupun indikasi yang terjadi pada pelayanan

publik. Ombudsman DIY menerima aduan dari masyarakat dimana telah

ditemukan maladministrasi maupun penyimpangan seperti pungutan biaya

sekolah di Sekolah Dasar (SD), SMP mauun SMA yang seharusnya tidak boleh

dilakukan karena melanggar aturan Perda DIY No 13 tahun 2013. Hal ini

sebagaimana diketahui dari pernyataan yang disampaikan oleh SJ sebagai

berikut:

“Yang pernah kita lakukan kaitannya dengan kebijakan pendanaan


pendidikan. Biasanya terkait dengan pungutan disekolah. Yang jelas
dilarang itu adalah SD-SMP Negeri, tapi kalau sumbangan itu boleh.
Tapi kita temukan dilapangan kadang pungutan itu seolah-olah
sumbangan. Tulisanya sumbangan tapi kenyataannya atau substansinya
pungutan karena waktunya ditentukan dan jika tidak dibayarkan maka
akan ada sanksinya. Kadang kartu ujiannya tidak dikasih, bahkan
ujiannya disendirikan, selain itu adanya penahanan ijazah oleh pihak
sekolah”(SJ/02/03/2018).

Diperjelas oleh DN yang menyatakan, bahwa biasanya terkait pendanaan

pendidikan yaitu adanya pungutan, ada yang sifatnya dirahasiakan karena

62
ketakutan berimbas pada siswa sejauh ini kebanyakan SMA, Sekolah Dasar

(SD) biasanya swasta namun di sekolah swasta memang boleh memungut

karena tidak ada peraturan. Kasus disekolah negeri tahun-tahun ini tidak ada,

Ombudsman memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk mengembalikan

pungutan yang terjadi dapat diistilahkan sebagai sumbangan berbau pungutan

karenajumlahnya ditentukan, dalam hal ini siswa akan mengikuti ujian tidak

diperbolehkan ujian. Harusnya tidak ada konsekuensi ketika itu sumbangan,,

memberi sumbangan kesekolah boleh tidak memberi pun juga boleh.

Ombudsman merekomendasikan perbaikan secara sistemiknya maupun kasus

kasuistis. Kalau kasuistis biasanya kita mengembalikan kepada orang tua.

Lebih lanjut YK menambahkan terkait kasus pendanaan pendidikan yaitu

sebagai berikut:

“Dalam pendanaan pendidikan ada kasus pungutan liar yang diadukan di


LO DIY, saya cukup prihatin masih ada praktek-praktek pungutan liar
artinya pungutan untuk mendanai program tertentu yang itu sebenarnya
kalau dilihat di APBS sekolah itu bisa didanai sekolah, baik dari komite
sekolah, pemerintah dan lain sebagainya. Namun jangan-jangan ada
duplikasi anggaran, sudah dianggarkan anggaran dananya di APBS tetapi
ke orangtua pun masih dipungut. Bukan berarti sekolah itu tidak boleh
memungut, boleh tetapi harus proposional kalau itu bisa dianggarkan
oleh sekolah ya dianggarkan oleh sekolah. Tetapi kalau itu pungutan-
pungutan liar misalnya pembangunan ruang kelas baru, pengadaan
computer, kemah, bahkan study banding yang sebetulnya tidak ada
relevansinya dengan proses KBMT. Dalam hal ini ada tapi prosentasenya
kecil dan itu dilimpahkan ke orangtua”(YK/02/03/2018)

Untuk menguatkan pendapat diatas berdasarkan studi dokumen di LO DIY

terdapat kasus pungutan liar yang terjadi di salah satu sekolah X, yang

dilaporkan pada tanggal 19 Oktober 2017 oleh salah satu masyarakat ke

63
lembaga Ombudsman yaitu sekolah melakukan pungutan ke wali sebesar Rp. 3

Juta per anak. Berikut adalah hasil dokumentasi peneliti.

Gambar 5. Laporan Akhir LO DIY

Seperti yang disampaikan beberapa informan diatas dan berdasarkan

dokumen, ketika disebut sumbangan maka tidak boleh ada penarikan biaya

yang secara tegas jumlahnya ditentukan dan waktunya ditentukan, hal yang

demikian dapat disebut sebagai pungutan.

b. Peran LO DIY dalam advokasi pelaksanaan kebijakan pendanaan

pendidikan

Dalam perannya sebagai lembaga pengawas independent, lembaga

Ombudsman DIY juga berperan untuk melakukan advokasi serta memberikan

masukan atau rekomendasi-rekomendasi dalam penanganan kasus pendanaan

pendidikan. hal ini disampaikan oleh DN sebagai berikut,

“Advokasi yang dilakukan ombudsman dengan sembari jalan ketika ada


sistem kita beri masukan rekomendasi-rekomendasi, masukan, kritik-kritik
yang baik maupun kritikan yang membangun”(DN/27/02/2018).
Lebih lanjut pernyataan YK sebagai berikut,

“Kasus di LO sendiri ada 2 golongan yaitu konsultasi dan pengaduan.


Dalam konsultasi bisa jadi tidak ditemukan maladministrasi, indikasi atau
penyimpangan tetapi warga masyarakat sekedar ingin mendapatkan
informasi arahan dan sebagainya. Dalam konsultasi biasanya dilakukan 1-

64
2 kali pertemuan dan sudah selesai. Untuk pengaduan, adanya
maladministrasi manipulasi,penipuan dan lain sebagainya, nanti kita atasi.
Dalam menangani kasus dibutuhkan waktu yang fariatif ”.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa dalam pengawasan pada

tataran implementasi kebijakan, Lembaga Ombudsman (LO) DIY melakukan

advokasi terhadap kebijakan pendanaan pendidikan sifatnya menerima aduan

dari masyarakat karena masyarakat sebagai penerima kebijakan belum

memperoleh hak-haknya dalam praktek dan implementasi kebijakan. Selain itu

memberi masukan, rekomendasi-rekomendasi, kritik yang membangun. Serta

menerima konsultasi dari masyarakat sehingga dengan konsultasi yang telah

dilakukan masyarakat mendapatkan arahan dan mendapatkan informasi

sekaligus solusi dari lembaga Ombudsman DIY.

Tabel 6. Rekap pengaduan dan produk akhir 3 tahun (2015-


2017)
NO Jenis Tinggalan 2015 2016 2017 Tota Keterangan
tahun lalu l
1. Konsultasi - 160 142 251 553 Diselesaikan dengan
cara cepat yaitu
dilaksanakan
konsultasi dengan
asisten atau anggota
LO DIY
2. Pengaduan 49 91 141 127 408 Diselesaikan dengan
proses panjang yaitu
dilaksanakan dengan
klarifikasi,
investigasi, mediasi,
monitoring,maupun
evaluasi
3. Produk - 104 105 196 405
Akhir

Sumber: Arsip LO DIY

65
Dari tabel diatas dapat dilihat rekapan pengaduan dan konsultasi

permasalahan yang terjadi melalui LO DIY. Konsultasi yang dilakukan

sejumlah 553 dan dapat diselesaikan dengan cepat karena membutuhkan waltu

singkat sedangkan pengaduan dilakukan oleh masyarakat sebanyak 408 kasus

hal ini membutuhkan waktu yang panjang karena membutuhkan waktu yang

cukup lama serta terdapat produk Akhir sejumlah 405.

c. Personil yang terlibat dalam melakukan advokasi

Dalam melakukan advokasi kasus membutuhkan beberapa personil yang

terlibat didalamnya, terkait hal tersebut tentu membutuhkan kesiapan SDM

yang cukup akan tetapi di LO DIY kekurangan personil sehingga

membutuhkan kerjasama dengan lembaga yang lain seperti LSM, Dinas

Pendidikan, Orangtua, Masyarakat dan lain sebaginya. Seperti yang

diungkapkan oleh SJ sebagai berikut:

“Terkait dengan kasus pendanaan pendidikan kita bentuk team yang ada di
Ombudsman termasuk NGO yang mengamati pungutan yang
terjadi”(SJ/02/03/2018).

Lebih lanjut, DN menambahkan

“Terkait kebijakan pendanaan pendidikan sebenarnya ombudsman adalah


pengaduan terkait pendanaan atau pembiayaan. Ada Perda DIY No 10
tahun 2013 Pada saat perumusan kebijakan pendanaan juga ada peran dari
ombudsman dan selain itu juga ada NGO-NGO lainnya yang mengkritisi
terkait kebijakan yang ada, Seperti saranglidi, Sapurata dan lain
sebagainya. Khusus terkait peran ombudsman sendiri basisnya adalah
adanya aduan atau keluhan ada apa dengan pendanaan pendidikan? Lalu
terkait Advokasi kebijakan itu butuh waktu, dulu ada namanya pokja
(kelompok peduli pendidikan)”(DN/27/02/2018).

66
Berdasarkan beberapa hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa personil

yang terlibat dalam melakukan advokasi yaitu LSM atau NGO sehingga

dengan adanya kerjasama akan menyelesaikan kasus yang ditangani.

2. Langkah-Langkah Lembaga Ombudsman DIY Dalam Menangani


Kasus-Kasus Pendanaan Pendidikan

Pelayanan lembaga ombudsman terhadap masyarakat dilakukan melalui

beberapa cara sehingga masyarakat lebih mudah untuk mengakses yaitu

pelapor datang langsung, atau melalui telephon, email, maupun media sosial.

a. Prosedur pelaporan masyarakat ke Lembaga Ombudsman DIY

Berdasarkan studi dokumen terdapat mekanisme dalam penanganan

laporan di lembaga Ombudsman DIY yaitu sebagai berikut.

1. Masyarakat datang atau melalui surat/e-mail/telephone/fax ke LO DIY

untuk konsultasi dan atau melaporkan ke anggota ombudsman/asisten

2. Anggota mengkaji dan merencanakan tindak lanjut pengaduan

3. Melakukan klarifikasi/investigasi

4. Diperoleh data/fakta. Dalam hal ini data/fakta yang tidak memenuhi unsur-

unsur maladministrasi publik akan digugurkan. Kesimpulan (pendapat

hukum/rekomendasi) diberikan ke pelapor dan terlapor. Sedangkan

data/fakta yang lengkap sebagai kasus dan memenuhi unsur-unsur

maladministrasi publik akan dibahas.

5. Kasus dibahas

6. Diputuskan apakah melalui mekanismen mediasi dan atau langsung ke

langkah berikutnya.

67
7. Rekomendasi ke instansi terkait atau atasan yang berwenang.

Berikut hasil dokumentasi peneliti.

Gambar 6. Mekanisme Penanganan Aduan

Penanganan laporan di LO DIY secara umum melalui tahap investigasi,

klarifikasi, dan/atau mediasi, monitoring. Hal ini sesuai pernyataan dari salah

satu Asisiten LO DIY DN sebagai berikut:

“Kami Menerima aduan, investigasi (cari bukti), klarifikasi( ngundang


dinas terkait), ada koordinasi (dengan dinas juga), ada mediasi (ketika itu
kasuistis), mediasi tidak harus selalu ada ketika itu diperlukan saja. Ada
rekomendasi,kita plenokan di internal dan kemudian kirim ke luar pihak
untuk perbaikan, bisa perbaikan dan teguran untuk
perbaikan”(DN/27/02/2018).

Hal ini dipertegas oleh NK, salah satu asisten di LO DIY sebagai berikut:
“Kami melakukan pengawasan yang dilakukan sesuai dengan Pergub DIY
No 69 Tahun 2014. Seperti verifikasi, klarifikasi, monitoring Dan hal itu
sifatnya online dan ofline. Dalam hal Online kita datang, kita awasi dan
kita cari data. Sedangkan yang ofline kita menerima aduan memberikan
informasi dan ada alat bukti dokumen. Kita juga ada kotak aduan untuk
masyarakat”(NK/02/03/2018)

Selain itu NK menambahkan


“Langkah-langkah yang kami lakukan yaitu: 1) koordinasi, dalam hal ini
dinas harus mengetahui penggunaan anggaran real dari sekolah dan itu
dapat dilakukan oleh pengawas, harapannya setiap sekolah ada
pengawasan. 2). Menyampaikan kepublik melalui media cetak maupun

68
online bahwa kami juga melakukan pengawasan terkait kebijakan
pendanaan pendidikan. 3) Pemahaman kesekolah, setiap sekolah punya
paguyuban seperti MGMP, Ormas, Yayasan dan sebagainya, kami
melakukannya melalui paguyuban tersebut. 3) Memberikan pemehaman
dengan komite-komite sekolah”(NK/02/03/2018)

Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dalam prosedur

penanganan laporan atau kasus pendanaan pendidikan dari masyarakat

dibutuhkan proses yang panjang yaitu diperlukan berbagai tahapan seperti

investigasi, klarifikasi, koordinasi dan jika perlu dilakukan mediasi, serta

monitoring kemudian diberikan rekomendasi-rekomendasi. Selain itu dalam

penanganan kasus tersebut dilakukan dengan koordinasi, dalam hal ini dinas

harus mengetahui penggunaan anggaran real dari sekolah dan dapat dilakukan

oleh pengawas.

b. Fasilitas yang disediakan untuk masyarakat

Fasilitas yang diberikan oleh LO DIY sangat berguna untuk melayani

masyarakat sehingga terbantu dengan mudah dalam kasus yang dhadapinya.

Dalam hal ini selain hasil wawancara peneliti mendokumentasikan fasilitas

yang disediakan di LO DIY untuk menangani aduan dari masyarakat berupa

kotak aduan sehingga mempermudah masyarakat untuk menyampaikan

keluhan pelayanan publik termasuk pelayanan pendidikan sebagai berikut.

Gambar 7. Kotak Aduan

69
Kotak aduan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat guna melaporkan

kasus yang dialami berupa tulisan atau surat. Dalam melakukan advokasi dan

penyelesaian masalah lembaga Ombudman menyediakan fasilitas yang lain

yaitu berupa ruang pertemuan dan konsultasi yang dimanfaatkan untuk

membahas kasus dengan para pelapor maupun terlapor sehingga mendukung

proses advokasi yang dilakukan. Berikut Hasil dokumentasi peneliti:

Gambar 8. Ruang Konsultasi Gambar 9. Ruang Pertemuan


Selain fasilitas diatas, terdapat program Audit sosial yang diselenggarakan

oleh LO DIY untuk masyarakat. Audit sosial yaitu kegiatan yang dilakukan dalam

bentuk bimbingan teknis dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat

untuk mengkritisi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik serta

dilakukan pelatihan melakukan audit sosial. Dalam hal ini peneliti ikut serta

dalam kegiatan tersebut. Berikut dokumentasi kegiatan audit sosial.

70
Gambar 10. Pelatihan Audit Sosia Gambar 11. Partisipasi Masyarakat

Kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat, sehingga masyarakat

bisa menangani kasus yang terjadi dilingkungan sekitar secara mandiri dan jika

ingin menyelesaikan kasus secara tuntas maka masyarakat dapat langsung

meminta bantuan LO DIY.

3. Faktor Pendukung LO DIY Dalam Melakukan Advokasi Terhadap


Pelaksanaan Kebijakan Pendanaan Pendidikan

Pelaksanaan penanganan kasus di Lembaga Ombudsman (LO)

dilaksanakan untuk menjalankan tugas dan wewenangnya dalam melayani

masyarakat yang dirasakan tidak adil, diskriminatif, tidak patut, merugikan

atau bertentangan dengan hukum. Pelaksanaan tugas dan penanganan kasus

serta advokasi terhadap kebijakan pendanaan pendidikan tentu dipengaruhi

oleh faktor pendukung agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Dalam

hal ini NK berpendapat,

“1.Pemahaman masyarakat terkait pendidikan baik. Kami dipermudah


dengan iklim atmosfer pendidikan di Yogyakarta. 2. Dinas
pendidikan sangat terbuka dan open manajemen, ketika ada aduan
selalu terbuka baik itu ngomongin biaya dan lain sebagainya. 3.
Pendidikan di Yogyakarta komoditi”(NK/02/3/2018).

71
Lebih lanjut, Asisten LO DIY menyatakan,
“Semua kegiatan di LO DIY dilaksanakan dan relative tidak ada
kendala” (DN/27/02/2018)

Lebih lanjut SJ juga menyatakan sebagai berikut:


“Bahwa dalam melakukan penanganan kasus di lembaga Ombudsman
orangtua siswa dipermudah karena aduan yang dilaporkan sifatnya
dapat dirahasiakan nama pelapornya jika orangtua khawatir terjadi
diskriminasi terhadap pelayanan pendidikan yang akan dialami oleh
anak”(SJ/02/3/2018)

Berdasarkan pada pernyataan diatas peneliti simpulkan bahwa yang

menjadi faktor pendukung lembaga Ombudsman DIY dalam melakukan

advokasi terhadap pendanaan pendidikan diantaranya yaitu pemahaman

masyarakat terkait pendidikan di Yogyakarta sangat baik dimana sebagian

masyarakat telah menempuh pendidikan selain itu lembaga Ombudsman

dipermudah dengan iklim atmosfer pendidikan di Yogyakarta, Dinas

pendidikan sangat terbuka dan open manajemen dengan lembaga Ombudsman

dan membantu ketika ada aduan dari masyarakat. lembaga Ombudsman sudah

memiliki kompetensi yang baik dalam melakukan penanganan kasus karena

sudah berpengalaman menyelesaikan kasus pendidikan yang dilaporkan di LO

DIY hal ini disebabkan karena laporan atau aduan kasus pendidikan sendiri

cukup tinggi. Kemudian masyarakat dipermudah dalam melaporkan

maladministrasi maupun penyimpangan yang dilakukan oleh penyelenggara

pendidikan karena masyarakat dapat memilih opsi untuk dirahasiakan nama

pelapor.

72
4. Faktor Penghambat LO DIY Dalam Melakukan Advokasi Terhadap
Pelaksanaan Kebijakan Pendanaan Pendidikan

Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan guna

diperlukan untuk penyelenggaraan dan mengelola pendidikan. Lembaga

Ombudsman menangani kasus terkait pendanaan pendidikan. Dalam

Pelaksanaan penanganan kasus ada beberapa yang menjadi faktor penghambat

dalam pelaksanaannya, seperti pernyataan DN kendalanya yaitu orangtua

takut, anak takut. Dan anaknya dibedakan. Orangtua tidak mau meneruskan

kasus. Biasanya juga ada surat kaleng namun sulit untuk dideteksi siapa yang

melaporkan sehingga sulit untuk ditinjaklanjuti. Ketika dirahasiakan

kesulitannya yaitu penyelesaiannya tidak mendalam. Sama halnya dengan

pernyataan SJ yaitu 1)Orangtua terlalu khawatir 2)Pihak penyelenggara

sekolah atau dinas yang masih mengejar akuntabilitas tapi tidak

memperhatikan ketepatan 3) belum adanya komite yang benar-benar kritis dan

obyektif 4) kebijakan pendidikan yang selalu berubah. Lebih lanjut YK

menyatakan:

“Secara internal LO ini mempunyai cakupan masalah yang hampir


tidak terbatas. Artinya semua masalah pelayanan publik tidak hanya
pendidikan sehingga ada keterbatasan kami secara infrastuktur,
sumber daya termasuk anggaran itu untuk menyelesaikan
permasalahan secara betul-betul detail, cepat itu kami ada kendala.
.”(YK/02/03/2018).

Selain kendala internal diatas YK memaparkan bahwa ditingkat sekolah

masih ada pemahaman walaupun tidak semua sekolah, bahwa mereka

menganggap LO seperti beradu adab. Ketika LO DIY datang kesekolah,

sekolah menjadi resisten, sekolah menutup diri padahal pemerintahnya terbuka.

73
Sekolah takut dan khawatir seolah-olah ada sesuatu yang disembunyikan

sehingga hubungan kominikasinya menjadi tidak cair. Padahal harapan LO

DIY sendiri ketika itu misalnya ada ketimpangan atau ketidaktepatan sistem

justru LO DIY akan memberikan masukan atau menyelesaikannya. Banyaknya

sekolah di DIY sehingga masalahnya menjadi kompleks dan acap kali masalah

ini melibatkan beberapa sekolah. Baik itu urusan sistem,guru, pamong, kepala

sekolah, bahkan siswanya hal ini pun menjadi kendala bagi kami terkait

mobilisasi dan pengawasan dan yang terakhir belum adanya kerjasama antara

komite sekolah dengan LO DIY, karena merasa penting kedepannya untuk

bekerjasama. Setidaknya membuat sebuah kesepahaman dengan komite

sekolah masing-masing sekolah. Supaya nanti komite sekolah ini menjadi

pathner atau mitra dari LO DIY untuk mengawasi sekolah supaya kami

bersama-sama mengawasi sekolah.

Lebih lanjut YK menyatakan pendanaan pendidikan yang masih menjadi

kendala adalah tunggakan biaya pendidikan. Yang masih menjadi kendala

disini yaitu sebagai berikut.

1) Adanya persepsi/pemahaman masyarakat terkait pendidikan gratis,

sebetulnya hal ini tidak salah. Karena ada bagian –bagian pendidikan yang

sudah dibiayai pemerintah dan dengan menggunakan BOSNAS atau

BOSDA atau yang lainnya. Tetapi memang ada bagian-bagian yang belum

dibiayai oleh pemerintah, terutama untuk sekolah negeri dan swasta.

Sekolah Negeri memang pemerintah yang menjamin lebih banyak tetapi

karena sekolah swasta adalah milik yayasan mestinya butuh andil dari

74
masyarakat untuk memberikan supporting anggaran. Dalam hal ini perlu

pemahaman bersama sesuai inspektum sekolah ada yang membutuhkan

anggaran/dukungan dari masyarakat.

2) Sistem anggaran kita masih menganut sistem prosedural. Biasanya

menganut pada proposal pengajuannya. Dan penggunaannya pun ya harus

dihabiskan bagaimanapun caranya. Kita perlu mengubah mindset

penggunaan anggaran bahwa dalam penggunaannya harus sesuai kebutuhan,

dalam artian kebutuhan itu benar-benar kebutuhan yang real (memang itu

dibutuhkan) oleh sekolah. Jangan hanya nanti anggaran itu hanya selesai

pada masalah-masalah program dan tidak menyentuh pada kebutuhan dan

isinya.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa

kendala yang menjadi penghambat dalam penanganan kasus terhadap

pendanaan pendidikan di Yogyakarta diantara yang utama yaitu belum adanya

kerjasama dengan komite sekolah, orangtua yang cenderung takut, keterbatasan

secara infrastuktur, serta sumber daya LO DIY termasuk anggaran dari

internal LO DIY sendiri.

C. Pembahasan

1. Peran Lembaga Ombudsman (LO DIY) Dalam Melakukan Advokasi


Terhadap Pelaksanaan Kebijakan Pendanaan Pendidikan

Pelaksanaan tanggung jawab pemerintah DIY di bidang pendanaan

pendidikan ditetapkan dengan Perda No 10 Tahun 2013. Dalam hal ini prinsip

pendanaan pendidikan terdiri atas prinsip keadilan; prinsip efisiensi; prinsip

75
transparansi dan prinsip akuntabilitas publik namun peran masyarakat dan

pemerintah dalam mengawasi penggunaan dana di sekolah-sekolah belum

dilaksanakan secara optimal hal ini sesuai dengan masalah-masalah terkait

maladministrasi pendanaan pendidikan di sekolah. Salah satunya yaitu adanya

pungutan liar dan penahanan ijazah yang dilakukan oleh pihak sekolah di

Yogyakarta yang telah dilaporkan di lembaga Ombudsman DIY.

Berdasarkan peraturan Gubernur DIY Nomor 69 tahun 2014 tentang

organisasi dan tata kerja lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta.

LO DIY merupakan lembaga pengawasan terhadap pelayanan publik, lembaga

ini berdiri secara independent yang tidak memihak kepada siapapun. Peran

dalam melakukan advokasi dari LO DIY salahsatunya yaitu menerima

pengaduan dari masyarakat. Peran LO DIY dibidang pendidikan adalah

sebagai lembaga yang berpengaruh memberikan perubahan dan meningkatkan

pelayanan pendidikan yang baik, yang dapat memenuhi hak dasar warga

Negara. Sehingga mewujudkan pemerintahan yang bersih bebas dari korupsi,

kolusi dan nepotisme.

Peneliti menggunakan teori advokasi dari (USAID, 2014: 184) yang

menjelaskan bahwa advokasi sebagai upaya pendekatan terhadap orang atau

kelompok tertentu yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan

suatu kondisi sosial tertentu. Berdasarkan hasil penelitian advokasi yang

dilakukan oleh LO DIY yaitu menyelesaikan aduan dari masyarakat dengan

produk akhirnya yaitu berupa rekomendasi- rekomendasi, memberi masukan,

kritik yang membangun. Serta menerima konsultasi dari masyarakat sehingga

76
dengan konsultasi yang telah dilakukan masyarakat mendapatkan arahan dan

mendapatkan informasi sekaligus solusi dari lembaga Ombudsman DIY. Hal

ini sesuai dengan teori karena dengan rekomendasi-rekomendasi yang

diberikan memberikan pengaruh bagi masyarakat dan membantu dalam

menyelesaikan kasus.

Dalam menjalankan tugas dan fungsi yang dilakukan LO DIY yaitu

dengan melihat kasus pendanaan pendidikan yang ditangani melalui klarifikasi,

mediasi, monitoring. Peran lembaga Ombudsman DIY dalam advokasi

pendanaan pendidikan, sudah memenuhi beberapa hal yaitu sebagai berikut.

a. Kasus pendanaan pendidikan yang ditangani oleh LO DIY

Ombudsman telah menjadi panutan bagi masyarakat untuk dapat

membantu menerima aduan dan memecahkan permasalahan terkait

maladministrasi, penyimpangan maupun indikasi yang terjadi pada pelayanan

publik. Dalam penelitian ini untuk mengetahui kasus pendanaan pendidikan,

peneliti menggunakan teori pendanaan pendidikan Nurhadi (2011:27) dalam

memahami biaya pendidikan diperlukan pengetahuan tentang dilema kebijakan

yang terjadi dalam pendanaan pendidikan karena empat alasan yaitu:

1) Pendanaan dan pembiayaan pendidikan merupakan koin bermuka dua,

karena sebagai kegiatan lembaga non profit, sistem anggaran pendidikan

yang baik adalah menyeimbangkan antara kebutuhan biaya dengan sumber

dana yang tersedia.

2) Kebijakan pendanaan yang baik adalah mampu menutup keseluruhan

kebutuhan biaya pendidikan yang diperlukan, tetapi dalam kenyataannya

77
percepatan peningkatan biaya pendidikan yang dibutuhkan dalam

pendidikan jauh lebih progresif daripada percepatan sumber dana dalam

meningkatkan anggaran pendidikan.

3) Biaya pendidikan diperlukan secara terus-menerus meningkat untuk

menyesuaikan dengan perkembangan enrolmen peserta didik yang semakin

meningkat, meningkatnya kebutuhan akan fasilitas pendidikan dan

mengimbangi inflasi.

4) Memahami karakteristik biaya pendidikan akan membantu memahami

kesulitan yang dihadapi dalam pendanaan pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian Ombudsman DIY menerima aduan dari

masyarakat, hasil klasifikasi jumlah laporan aduan dari tahun 2015 sampai

2017 bidang pendidikan semakin meningkat. Ombudsman DIY menerima

aduan dari masyarakat seperti pungutan biaya sekolah, pihak LO DIY merasa

prihatin melihat masih ada praktek-praktek pungutan liar. Pungutan liar tidak

boleh dilakukan karena melanggar aturan Perda DIY No 10 tahun 2013 disebut

pungutan karena jumlah biaya dan waktunya ditentukan. Lebih lanjut pada

pasal 7 Perda DIY No 13 disebutkan pengelolaan pendanaan pendidikan dalam

satuan pendidikan yaitu membebaskan peserta didik dari pungutan biaya

pendidikan pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan

pendidikan luar biasa. Sekolah dapat menarik pungutan biaya pendidikan dari

peserta didik pada satuan pendidikan menengah. Lebih lanjut sekolah dapat

menerima bantuan dana pendidikan dari pemerintah dan/atau pemerintah

78
kabupaten/kota dan dapat menerima sumbangan dana pendidikan dari orang

tua/wali peserta didik.

b. Peran LO DIY dalam advokasi pelaksanaan kebijakan pendanaan

pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian, lembaga Ombudsman DIY menangani

kasus pendidikan ditingkat TK, SD, SMP pada tahun 2015 sampai 2017

berjumlah 65 kasus sedangkan ditingkat SMA berjumlah 403 Kasus. Lembaga

Ombudsman (LO) DIY melakukan advokasi terhadap kebijakan pendanaan

pendidikan sifatnya menerima aduan dari masyarakat karena masyarakat

sebagai penerima kebijakan belum memperoleh hak-haknya dalam praktek dan

implementasi kebijakan. Selain itu memberi masukan, rekomendasi-

rekomendasi, kritik yang membangun. Serta menerima konsultasi dari

masyarakat sehingga dengan konsultasi yang telah dilakukan masyarakat

mendapatkan arahan dan mendapatkan informasi sekaligus solusi dari lembaga

Ombudsman DIY.

c. Personil yang terlibat dalam melakukan advokasi

LO DIY bekerjasama dengan lembaga yang lain seperti LSM, Dinas

Pendidikan, Orangtua, Masyarakat dan lain sebaginya karena dalam melakukan

advokasi kasus membutuhkan beberapa personil yang terlibat didalamnya.

Berdasarkan hasil penelitian, pada saat perumusan kebijakan pendanaan Perda

DIY No 10 tahun 2013 Ombudsman ikut berperan dalam perumusannya dan

LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang mengkritisi terkait kebijakan yang

ada. Seperti saranglidi, Sapurata dan lain sebagainya. Pada tahun 2010 terdapat

79
Pokja (kelompok peduli pendidikan Yogya) yang mengkritisi pendidikan di

Yogyakarta. Dalam hal ini peneliti menganut Perda DIY No 10 Tahun 2013

pasal 5 bahwa penanggungjawab pendanaan pendidikan yaitu pemerintah

daerah, pemerintah kabupaten atau kota maupun masyarakat oleh karena itu

semua lapisan masyarakat bertanggungjawab untuk pendanaan pendidikan.

Dalam menegakkan keadilan serta menjadikan pendidikan menjadi lebih baik

dibutuhkan peran dari masyarakat maupun organisasi. Dalam hal ini terbukti

dengan hasil penelitian bahwa LO DIY membentuk team untuk melakukan

advokasi dan dibantu oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) atau NGO,

Dinas terkait maupun masyarakat umum sehingga akan mengatasi

permasalahan pungutan yang telah terjadi.

2. Langkah-Langkah Lembaga Ombudsman DIY Dalam Menangani


Kasus-Kasus Pendanaan Pendidikan

Dalam melayani masyarakat di LO DIY melalui beberapa cara yaitu

masyarakat lebih mudah untuk mengakses web resmi yang dimiliki LO DIY,

selain itu masyarat yang ingin melaporkan kasus datang langsung, atau melalui

telephon, email, maupun media sosial. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teori dari (USAID: 2014) yang menjelakan terkait langkah-

langkah dalam advokasi meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan penilaian.

Berdasarkan hasil penelitian tahap persiapan yang dilakukan LO DIY dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya, terdapat dua cara untuk menyelesaikan dan

merespon kasus dari masyarakat yaitu online dan ofline. Untuk yang ofline

yaitu melakukan inisiatif sendiri ketika terdapat indikasi, penyimpangan atau

80
maladministrasi dengan cara terjun langsung ke lapangan dan hal ini dilakukan

pengawasan serta pencarian data sedangkan yang online yaitu berupa laporan

langsung dari masyarakat. LO DIY Menerima aduan dari masyarakat, disertai

bukti-bukti dokumen. Hal ini sesuai dengan teori (USAID: 2014) yang

menerangkan bahwa dalam tahap persiapan dibutuhkan penyusunan

bahan/materi atau instrument advokasi. Bahan advokasi adalah data informasi

maupun bukti yang dikemas dalam bentuk tabel, grafik atau diagram hal ini

digunakan untuk menjelaskan besarnya suatu masalah dalam sector tertentu.

Pada tahap pelaksanaan LO DIY melakukan investigasi dengan mencari

bukti, melakukan klarifikasi dengan mengundang pihak terkait yang

berhubungan dengan kasus yang dibahas, ada koordinasi dengan dinas atau

pihak yang terkait , ada mediasi ketika itu kasuistis dan tidak harus selalu ada

hanya ketika mediasi diperlukan. Dalam hal ini sesuai dengan tahap

pelaksanaan yang dimuat oleh USAID yaitu Pada pelaksanaan advokasi

tergantung dari metode atau cara advokasi, namun paling tidak terdiri dari

pengorganisasian pemangku kepentingan, pengumpulan data dan informasi

terkait; Analisis bersama dan perumusan tujuan, dialog dan komunikasi dengan

para pihak untuk membangun kesepakatan.

Pada tahap penilaian USAID : 2014 dilakukan dengan melihat kembali

apakah langkah-langkah yang sudah disusun dan dilaksanakan berjalan dengan

baik. Jika belum memenuhi target, dilakukan evaluasi apakah akan berdampak

cukup signifikan, atau dirasakan cukup untuk melakukan perubahan atau

mendesakkan idea tau gagasan kepada para pengambil keputusan. Tahap

81
penilaian ini dapat digunakan untuk mengukur capaian yang dihasilkan dan

input yang digunakan.

Berdasarkan penelitian tahap penilaian yang dilakukan yaitu berupa

produk akhir berupa rekomendasi, yang dibahas dalam rapat pleno secara

internal dan kemudian hasil rekomendasi dikirim ke luar pihak untuk

perbaikan, bisa perbaikan dan teguran untuk perbaikan selain itu dilakukan

monitoring secara bertahap.

a. Prosedur pelaporan masyarakat ke Lembaga Ombudsman DIY

Dalam melaporkan kasus masyarakat dapat datang secara langsung ke LO

DIY maupun melalui media sosial. Dalam hal ini terdapat mekanisme

penanganan kasus di LO DIY yaitu:

1. Masyarakat datang atau melalui surat/e-mail/telephone/fax ke LO DIY

untuk konsultasi dan atau melaporkan ke anggota ombudsman/asisten.

2. Anggota mengkaji dan merencanakan tindak lanjut pengaduan

3. Melakukan klarifikasi/investigasi

4. Diperoleh data/fakta. Dalam hal ini data/fakta yang tidak memenuhi unsure-

unsur mal administrasi publik akan digugurkan. Kesimpulan (pendapat

hukum/rekomendasi) diberikan ke pelapor dan terlapor. Sedangkan

data/fakta yang lengkap sebagai kasus dan memenuhi unsur-unsur mal

administrasi publik akan dibahas.

5. Kasus dibahas

6. Diputuskan apakah melalui mekanismen mediasi dan atau langsung ke

langkah berikutnya.

82
7. Rekomendasi ke instansi terkait atau atasan yang berwenang.

Penanganan laporan di LO DIY secara umum melalui tahap investigasi,

klarifikasi, dan/atau mediasi, monitoring. LO DIY Menerima aduan dari

masyarakat, melakukan investigasi (cari bukti), melakukan

klarifikasi(mengundang dinas terkait), melakukan koordinasi dengan dinas

pendidikan, dalam hal ini dinas harus mengetahui penggunaan anggaran real

dari sekolah dan dapat dilakukan oleh pengawas. LO DIY melakukan mediasi

ketika itu kasuistis, mediasi tidak harus selalu ada ketika itu diperlukan saja.

Hasil akhir terdapat rekomendasi dan dalam penyusunan rekomendasi LO DIY

melakukan rapat pleno di internal dan kemudian hasil rekomendasi dikirim ke

luar pihak untuk perbaikan, bisa perbaikan dan teguran. Berdasarkan

mekanisme penanganan kasus diatas masyarakat dipermudah untuk dapat

melaporkan maladministrasi maupun penyimpangan yang terjadi di sektor

pelayanan publik sehingga masyarakat sangat terbantu dengan adanya lembaga

ini. Dalam penelitian ini terdapat hasil kasus yang ditangani di LO DIY sebagai

berikut.

83
Tabel 7. Hasil Kesimpulan dan Rekomendasi Kasus Pendanaan Pendidikan
di LO DIY

Kasus Proses Hasil/Rekomendasi

Bidang Pendidikan Bahwa berdasarkan hasil a. Dinas Pendidikan Pemuda dan


Tentang Pena hanan klarifikasi, koordinasi, Olahraga Daerah Istimewa
Ijazah dan Biaya investigasi, mediasi, Yogyakarta untuk
Pendidikan Warga pencermatan dan memberikan pembinaan dan
Tidak Mampu pengkajian terhadap pengarahan kepada sekolah-
permasalahan yang sekolah di DIY agar tidak
diadukan, maka LO DIY melakukan penahanan ijazah
berkesimpulan sebagai serta menginformasikan atas
berikut. aturan-aturan larangan
1. Bahwa Pengadu melakukan penahanan ijazah.
merupakan salah-satu b. Untuk melakukan pemerataan
warga pemegang Kartu dan analisis atas berbagai
Keluarga Sejahtera persoalan pembiayaan sekolah
(KKS) dengan nomor termasuk tentang batas atas
1946 9000 4093 7845. dan bawah sumbangan
2. Bahwa pengadu orangtua murid pada sekolah-
mempunyai tiga anak sekolah swasta di DIY.
sekolah. c. Pihak sekolah mengkaji ulang
3. Bahwa ijazah atas nama kebijakan penahanan ijazah
MHW telah diserahkan sebagai jaminan bagi
oleh sekolah kepada terlaksananya kewajiban siswa
pengadu pada mediasi pada sekolah pasca kelulusan.
tertanggal 28 Agustus Hal tersebut dikarenakan
2017 dirumah pengadu kewajiban akademik berupa
pengabdian tidak bisa
dilakukan dengan menahan
ijazah sebagai bagian hak
akademik siswa, dsb.

Berdasarkan proses dan hasil rekomendasi dari LO DIY maka dalam menangani

kasus penahanan ijazah memerlukan berbagai cara dan proses untuk

menyelesaikan kasus dan pihak sekolah agar selalu berkomitmen memfasilitasi

keberlangsungan pendidikan melalui bekerjasama dengan berbagai stakeholder

pendidikan.

84
a. Fasilitas yang disediakan untuk masyarakat

LO DIY menyediakan fasilitas berguna untuk melayani masyarakat

sehingga masyarakat akan terbantu dengan mudah dalam kasus yang

dhadapinya. fasilitas yang disediakan di LO DIY untuk menangani aduan dari

masyarakat berupa kotak aduan sehingga mempermudah masyarakat untuk

menyampaikan keluhan pelayanan publik termasuk pelayanan pendidikan

Kotak aduan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat guna melaporkan kasus yang

dialami berupa tulisan atau surat. Dalam melakukan advokasi dan penyelesaian

masalah lembaga Ombudman menyediakan fasilitas yang lain yaitu berupa

ruang pertemuan dan konsultasi yang dimanfaatkan untuk membahas kasus

dengan para pelapor maupun terlapor terdapat program Audit sosial yang

diselenggarakan oleh LO DIY untuk masyarakat. Audit sosial yaitu kegiatan

yang dilakukan dalam bentuk bimbingan teknis dengan memberikan

pemahaman kepada masyarakat untuk mengkritisi penyelenggaraan

pemerintahan dan pelayanan publik serta dilakukan pelatihan melakukan audit

sosial.

3. Faktor Pendukung LO DIY Dalam Melakukan Advokasi Terhadap


Pelaksanaan Kebijakan Pendanaan Pendidikan

Di Lembaga Ombudsman DIY terdapat berbagai faktor pendukung dan

penghambat dalam melakukan advokasi kasus pendanaan pendidikan. Dalam

advokasi yang dilakukan dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada

pelapor maupun terlapor. Berikut ini peneliti menjabarkan beberapa faktor

85
pendukung dan penghambat dalam melakukan advokasi kebijakan pendanaan

pendidikan, sebagai berikut:

Bahwa yang menjadi faktor pendukung lembaga Ombudsman DIY yaitu

Pemahaman masyarakat terkait pendidikan di Yogyakarta sangat baik dimana

sebagian masyarakat telah menempuh pendidikan selain itu lembaga

Ombudsman dipermudah dengan iklim atmosfer pendidikan di Yogyakarta;

Dinas pendidikan sangat terbuka dan open manajemen dengan lembaga

Ombudsman dan membantu ketika ada aduan dari masyarakat. lembaga

Ombudsman sudah memiliki kompetensi yang baik dalam melakukan

penanganan kasus karena sudah berpengalaman menyelesaikan kasus

pendidikan yang dilaporkan di LO DIY hal ini disebabkan karena laporan atau

aduan kasus pendidikan sendiri cukup tinggi. Kemudian masyarakat

dipermudah dalam melaporkan maladministrasi maupun penyimpangan yang

dilakukan oleh penyelenggara pendidikan karena masyarakat dapat memilih

opsi untuk dirahasiakan nama pelapornya.

4. Faktor Penghambat LO DIY dalam melakukan Advokasi terhadap


pelaksanaan kebijakan pendanaan pendidikan

Faktor penghambat LO DIY dalam melakukan Advokasi terhadap

kebijakan pendanaan pendidikan di Yogyakarta. Beberapa yang menjadi faktor

penghambat dalam melakukan advokasi terhadap kebijakan pendanaan

pendidikan adalah dalam penanganan semua masalah pelayanan publik tidak

hanya pendidikan ada keterbatasan lembaga Ombudsman secara infrastuktur,

sumber daya termasuk anggaran untuk menyelesaikan permasalahan secara

86
betul-betul detail, dan cepat; Ditingkat sekolah masih ada pemahaman

walaupun tidak semua sekolah, bahwa mereka menganggap LO DIY seperti

beradu adab. Sekolah menjadi resisten, sekolah menutup diri selain itu sekolah

takut dan khawatir seolah-olah ada sesuatu yang disembunyikan sehingga

hubungan kominikasi dengan LO DIY menjadi tidak cair. Padahal harapan

dari LO DIY adalah ketika ada ketimpangan atau ketidak pas-an sistem justru

akan diberikan masukan atau menyelesaikannya oleh LO DIY; Banyaknya

sekolah di DIY sehingga masalahnya menjadi kompleks dan acap kali masalah

ini melibatkan beberapa sekolah. Baik itu urusan sistem, guru, pamong, kepala

sekolah, bahkan siswanya hal ini pun menjadi kendala bagi LO DIY terkait

mobilisasi dan pengawasan; Belum adanya kerjasama antara komite sekolah

dengan LO DIY, karena LO DIY merasa penting kedepannya untuk

bekerjasama. Setidaknya membuat sebuah kesepahaman dengan komite

sekolah masing-masing sekolah. Supaya nanti komite sekolah ini menjadi

pathner atau mitra dari LO untuk bersama-sama mengawasi sekolah.

87
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan peran lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta

dalam melakukan advokasi terhadap kebijakan pendanaan pendidikan yaitu:

1. Lembaga Ombudsman (LO DIY) memiliki peran dalam melakukan advokasi

pendanaan pendidikan yaitu melakukan penanganan kasus pungutan liar dan

penahanan ijazah. pengawasan pada tataran implementasi kebijakan dan

melakukan advokasi terhadap kebijakan pendanaan pendidikan sifatnya

menerima aduan dari masyarakat. Selain itu memberi masukan,

rekomendasi-rekomendasi, kritik yang membangun serta menerima

konsultasi. Masyarakat mendapatkan arahan dan mendapatkan informasi

sekaligus solusi dari lembaga Ombudsman DIY.

2. Langkah-langkah dalam melakukan advokasi pendanaan pendidikan yaitu

menerima laporan langsung dari masyarakat berupa aduan masyarakat

menerima bukti berupa dokumen. Melakukan Investigasi, klarifikasi yang

dilakukan dengan mengundang pihak terkait yang berhubungan dengan

kasus yang dibahas, ada koordinasi dengan dinas atau pihak yang terkait ,

ada mediasi ketika itu kasuistis. Ada rekomendasi, yang dibahas dalam

rapat pleno secara internal dan kemudian hasil rekomendasi dikirim ke luar

pihak untuk perbaikan, bisa perbaikan ataupun teguran.

3. Faktor pendukung LO DIY dalam melakukan advokasi yaitu sebagai berikut.

Dinas pendidikan sangat terbuka dan open manajemen dengan

lembaga Ombudsman dan membantu ketika ada aduan dari masyarakat.

88
lembaga Ombudsman sudah memiliki kompetensi yang baik dalam

melakukan penanganan kasus karena sudah berpengalaman menyelesaikan

kasus pendidikan yang dilaporkan di LO DIY. Kemudian masyarakat

dipermudah dalam melaporkan maladministrasi maupun penyimpangan

yang dilakukan oleh penyelenggara pendidikan karena masyarakat dapat

memilih opsi untuk dirahasiakan .

4. Faktor penghambatnya adalah keterbatasan lembaga Ombudsman secara

infrastuktur, sumber daya termasuk anggaran untuk menyelesaikan

permasalahan harus secara betul-betul detail, dan cepat, Ditingkat sekolah

masih ada pemahaman bahwa mereka menganggap LO DIY seperti beradu

adab. Sekolah menjadi resisten, sekolah menutup diri selain itu sekolah takut

dan khawatir seolah-olah ada sesuatu yang disembunyikan sehingga

hubungan komunikasi dengan LO DIY menjadi tidak baik.

B. Saran

Saran yang dapat peneliti berikan kepada lembaga Ombudsman DIY yaitu:

1. Warga LO DIY sebagai teladan bagi masyarakat perlu mempertahankan

apa yang sudah menjadi tugas sebagai penegak hukum dan pemberantas

kasus korupsi kolusi dan nepotisme.

2. LO DIY perlu menjalin kerjasama dengan komite sekolah sehingga akan

terwujud pendanaan pendidikan yang adil bagi peserta didik.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih jauh dari sempurna,

karena kendala dari peneliti sendiri maupun dari faktor lain, adapun

89
keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti belum mampu secara detail

mendeskripsikan peran LO DIY dalam melakukan advokasi pelaksanaan

kebijakan pendanaan pendidikan karena masih ada beberapa data yang

dirahasiakan sehingga peneliti tidak mempunyai kewenangan untuk menggali

lebih jauh terkait data tersebut.

90
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rusdiana. (2015). Kebijakan Pendidikan: Dari Filosofi ke


Implementasi. Bandung: Pustaka Setia

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya: Al-Baqarah Ayat 188. PT


Sygma Examedia Arkanleema.

Depdikbud. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang


Sistem Pendidikan Nasional.

Estiningsih.M. (2016). Fungsi Pengawasan Ombudsman Dalam Mewujudkan


Pemerintahan Yang Baik: Studi Kasus Pemerintahan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Yogyakarta: LIBERTY.

Febri Handayani. (2014). Peranan Ombudsman Republik Indonesia


Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Proses Penyelesaian
Maladministrasi Pungutan Biaya Pendidikan Sekolah di Wilayah
Yogyakarta. Yogyakarta: Skripsi UNY

Galang Asmara. (2005). Ombudsman Nasional Dalam Sistem Pemerintahan


Negara Republik Indonesia. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.

Gen,S & Wright.A.C. (2013). Policy Advocacy organizations: A Framework


Linking Theory and Practice. Journal Of Policy Practice, 12 (3), 163-193.

Hasbullah.M. (2016). Kebijakan Pendidikan: Dalam Perspektif Teori,


Aplikasi, dan Kondisi Objektif Pendidikan di Indonesia.Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.

Holy, K. (30 Desember 2016). Pengaduan di Ombudsman di Dominasi Bidang


Pendidikan. Harian Jogja di lihat di www.lo-diy.or.id Pada 30 Januari
2018 pukul 14.34 WIB.

Irianto.Y.B. (2012). Kebijakan Pembaharuan Pendidikan: Konsep, Teori dan


Model. Jakarta: PT Raja Grafinto Persada.

Mulyono. (2010). Konsep Pembiayaan Pendidikan. Yogyakarta: Arruz Media

Nurhadi.M.A. (2011). Dilema Kebijakan Pendanaan Pendidikan. Yogyakarta:


Nurhadi Center.

Nofita Shinta Dewi. (2014). Pelaksanaan Advokasi Kebijakan Pendidikan


Melalui Lembaga Ombudsman Daerah di Kota Yogyakarta. Yogyakarta:
Skripsi UNY

91
.
Nugroho.R. (2008). Kebijakan Pendidikan yang Unggul: kasus pembangunan
pendidikan di Kabupaten Jembrana 2000-2006. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Pangabean. (2012). Manajemen Advokasi. Bandung: PT ALUMNI


Pergub. (2014). Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor, 69
Tahun 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Ombudsman
Daerah Istimewa Yogyakarta.
PERMENDIKBUD. (2017). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI Nomor 75 Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah
Rifai.M. (2011). Politik Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Rohman.A. (2012). Kebijakan Pendidikan Analisa Dinamika Formulasi dan


Implementasi. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

Rohmah.U. (2013). Analisis Pelaksanaan Kewenangan Lembaga Ombudsman


Daerah (LOD) Dalam menangani Laporan/Keluhan Masyarakat di Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY). Politika, Vol. 4 No.1 April 2013.

Shaleh Tjan. (2014). Kepeercayaan Publik Terhadap Lembaga Ombudsman


Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal Ombudsman Daerah
Pelayanan Publik berkualitas adalah hak warga Negara. Edisi 22/ Tahun
XII/2017.

Sigit Pamungkas,dkk. (2010). Advokasi Berbasis Jejaring. Yogyakarta:


PoiGov

Soekanto.S. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

.(2016). Metode Penelitian & Pengembangan: Research and


Development: Untuk Bidang Pendidikan Manajemen Sosial Teknik.
Bandung: Alfabeta.

USAID. (2014). Metode dan Teknik Advokasi dan Pengawasan Peningkatan


Mutu Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan. Jakarta: USAID-
KINERJA. www.kinerja.co.id

92
LAMPIRAN

93
Lampiran 1. Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

No Aspek yang diamati Sumber Data Teknik

4. Identifikasi keberadaan LOD DIY Website LO Observasi

d. Sejarah berdiri DIY, Kepala LO

e. Tujuan dan Fungsi DIY, Warga LO

f. Personil LO DIY DIY

5. Fasilitas: Warga LO DIY Observasi

c. Sarana dan Prasarana

d. Pemanfaatan sarana dan

prasarana

6. Mengamati kegiatan pelayanan Warga LO DIY Observasi

terhadap aduan masyarakat.

94
Lampiran 2. Pedoman Studi Dokumentasi

PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI

No Aspek Indikator Yang Dicari Sumber Data

1. Profil LOD DIY d. Sejarah berdiri Dokumen/arsip,


e. Tujuan dan Fungsi foto-foto
f. Personil LO DIY

2. Sarana dan a. Infrastuktur yang


Prasarana ada di LO DIY (kotak
aduan, ruang pertemuan,
ruang konsultasi
3. Peran Produk Akhir yang Dokumen/arsip,
Ombudsmand dihasilkan sebagai upaya foto-foto
dalam melakukan penanganan kasus
Advokasi terhadap maladministrasi kebijakan
kebijakan pendanaan pendidikan.
pendanaan
pendidikan
4. Langkah-langkah a. Prosedur pelaporan Dokumen/arsip/foto-
LOD dalam b. fasilitas yang foto
melakukan disediakan oleh LO
penanganan kasus DIY untuk masyarakat
terhadap kebijakan
pendanaan
pendidikan.

95
Lampiran 3. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

No Aspek Indikator yang dicari Sumber Data

1. Advokasi terhadap a. Kasus-kasus pendanaan Kepala LO


kebijakan pendanaan pendidikan yang pernah DIY, Asisten
pendidikan oleh LOD ditangani LO DIY
b. Peran LO DIY
c. Personil yang terlibat
dalam advokasi
pendanaan pendidikan
2. langkah-langkah LO fasilitas yang disediakan Kepala LO
DIY dalam oleh LO DIY untuk DIY, Asisten
melakukan advokasi masyarakat LO DIY
terhadap kebijakan
pendanaan pendidikan

3. Faktor Penghambat a. Intern Kepala dan


dan pendukung LO b. Ektern Asisten LO
DIY dalam melakukan DIY
advokasi terhadap
kebijakan Pendanaan
Pendidikan.

96
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Untuk Kepala LO DIY

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk Kepala LO DIY

Tujuan: Untuk mengetahui sejauh mana peran LO DIY dalam melakukan

Advokasi Kebijakan Pendanaan Pendidikan.

a. Identitas diri:

1) Nama :

2) Jabatan :

3) Agama :

4) Pekerjaan :

5) Pendidikan Terakhir :

b. Pertanyaan Penelitian

1) Kapan terbentuknya LO DIY?

2) Bagaimana sejarah LO DIY?

3) Apa yang melatarbelakangi terbentuknya LO DIY?

4) Apa tugas dan fungsi LO DIY?

5) Bagaimana advokasi yang dilakukan oleh LO DIY?

a. Apa saja kasus pendanaan pendidikan yang telah

ditangani oleh LO DIY?

b. Siapa saja personil yang trlibat dalam melakukan

advokasi?

97
6) Bagaimana Langkah-langkah LO DIY dalam melakukan

advokasi terhadap kebijakan pendanaan pendidikan?

7) Bagaimana Prosedur pelaporan masyarakat ke LO DIY?

8) Apa Faktor Penghambat dan pendukung LO DIY dalam

melayani dan menyelesaikan aduan/lapoan dari masyarakat?

9) Bagaimana LO DIY menarik perhatian masyarakat untuk

melaporkan maladministrasi yang dilakukan oleh pihak

pemerintahan?

10) Bagaimana LO DIY memfasiitasi masyarakat?

98
Lampiran 4.1 Pedoman Wawancara Untuk Asisten LO DIY

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk Asisten LOD DIY

A. Tujuan: Untuk mengetahui sejauh mana peran LOD DIY dalam

melakukan Advokasi Kebijakan Pendanaan Pendidikan.

B. Pertanyaan Panduan:

a. Identitas diri:

1) Nama :

2) Jabatan :

3) Agama :

4) Pekerjaan :

5) Pendidikan Terakhir :

b. Pertanyaan Penelitian

1) Bagaimana LO DIY melakukan Advokasi terhadap

kebijakan pendanaan pendidikan?

a. Apa saja kasus pendanaan pendidikan yang telah

ditangani oleh LO DIY?

b. Siapa saja personil yang trlibat dalam melakukan

advokasi?

2) Bagaimana langkah-langkah LO DIY dalam melakukan

advokasi terhadap kebijakan pendanaan pendidikan?

99
3) Bagaimana Prosedur pelaporan masyarakat ke LO DIY?

4) Apa Faktor Penghambat dan pendukung LOD dalam

proses Advokasi terhadap kebijakan pendanaan

pendidikan?

5) Bagaimana LO DIY menarik perhatian masyarakat untuk

melaporkan maladministrasi yang dilakukan oleh pihak

pemerintahan?

6) Bagaimana LO DIY memfasiitasi masyarakat?

100
Lampiran 5. Catatan Lapangan Pra Observasi

CATATAN LAPANGAN 1

Hari/Tanggal : Senin 29 Januari 2018

Waktu : 10.00 : 10.10 WIB

Tempat : Lembaga Ombudsman DIY

Kegiatan : Mengurus Administrasi Perijinan

Deskripsi

Pukul 09.00 peneliti tiba di Lembaga Ombudsman DIY yang beralamatkan

di Jl. Tentara Zeni Pelajar No. 1-A Pingit Kidul Yogyakarta 55231. Kegiatan

pertamakali yang dilakukan oleh peneliti adalah mengurus segal hal yang bersifat

administratif. Pihak LO menerima surat perizinan dan peneliti diminta menunggu

beberapa hari untuk proses surat perizinan kemudian akan dikonfirmasi melalui

telephon.

Hari selasa tanggal 30 januari 2018 peneliti ditelphon oleh pihak ombudsman

bahwa surat sudah selesai di proses dan peneliti diminta datang kekantor hari

jumat tanggal 2 Februari 2018 pukul 09.00 WIB.

101
CATATAN LAPANGAN 2

Hari/Tanggal : Jumat 2 Februari 2018

Waktu : 08.45- 09.15 WIB

Tempat : Lembaga Ombudsman DIY

Kegiatan : Melakukan Observasi pra penelitian dan Wawancara Pra

penelitian

Deskripsi

Pada hari Jumat 2 Februari 2018 peneliti datang kembali ke Lembaga

Ombudsman DIY, sesuai dengan konfirmasi surat perizinan. Tujuan peneliti

mengadakan pra penelitian adalah untuk mendapatkan informasi terkait peran

lembaga Ombudsman DIY dalam melakukan advokasi terkait kebijakan

pendanaan pendidikan. Peneliti kemudian bertemu dengan salah satu asisten di

bidang penelitian, pengembangandan Hubungan Kelembagaan kemudian

melakukan pembicaraan mengenai maksud kedatangan peneliti ke Lembaga

Ombudsman DIY dan melakukan wawancara. Dalam melakukan wawancara

peneliti mencatat dalam buku catatan pra penelitian. Setelah berangsur beberapa

menit wawancarapun selesai. Peneliti mendapatkan beberapa informasi bahwa

permasalahan pendidikan yang sering di adukan di lembaga Ombudsman adalah

pungutanliar di sekolah. Sehingga dengan hasil pra penelitian akan dijadikan

sumber data peneliti untuk menulis proposal.

102
Lampiran 6. Catatan Lapangan

CATATAN LAPANGAN 1

Hari/Tanggal : Kamis 22 Februari 2018

Waktu : 09.00-09.20 wib

Tempat : Lembaga Ombudsman DIY

Kegiatan : Menyerahkan Surat Perijinan Penelitian

Deskripsi:

Pukul 09.00 peneliti datang ke LO DIY dengan menyerahkan Surat Perijinan

Penelitian ke bagian secretariat. Kemudian peneliti diminta untuk menunggu

proses perijinan beberapa hari dan mendapat konfirmasi melalui telephon.

103
CATATAN LAPANGAN 2

Hari/Tanggal : Selasa 27 Februari 2017

Waktu : 13.30- 14.30 WIB

Tempat : Lembaga Ombudsman Daerah

Kegiatan : Pengamatan dan Melakukan Wawancara dengan Asisten

LO DIY

Deskripsi

Pukul 13.30 peneliti tiba di LO DIY. Kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti adalah melakukan wawancara dengan asisten LO DIY. Wawancara di

lakukan diruangan pertemuan, dan wawancara dilakukan dengan proses berdialog

satu sama lain menggunakan pedoman wawancara. Dalam proses wawancara

dilakukan proses perekaman dan peneliti mencatat di buku catatan lapangan.

104
CATATAN LAPANGAN 3

Hari/Tanggal : Jumat 2 Maret 2017

Waktu : 09.00-11.00

Tempat : Lembaga Ombudsman DIY

Kegiatan : Melakukan wawancara dengan informan

Deskripsi:

Pukul 09.20 Wawancara di lakukan diruangan pertemuan, dan wawancara

dilakukan dengan proses berdialog satu sama lain menggunakan pedoman

wawancara. Dalam proses wawancara dilakukan proses perekaman dan peneliti

mencatat di buku catatan lapangan. Hasil dari wawancara yaitu bahwa LO DIY

Kasus di LO sendiri ada 2 golongan yaitu konsultasi dan pengaduan. Dalam

konsultasi bisa jadi tidak ditemukan maladministrasi, indikasi atau penyimpangan

tetapi warga masyarakat sekedar ingin mendapatkan informasi arahan dan

sebagainya. Dalam konsultasi biasanya dilakukan 1-2 kali pertemuan dan sudah

selesan. Untuk pengaduan, adanya maladministrasi manipulasi,penipuan dan lain

sebagainya, nanti kita atasi. Dalam menangani kasus waktu yang dibutuhkan

fariatif.

Setiap hari kamis LO ada namanya rapat kasus itu hukumnya wajib diikuti

oleh seluruh komisioner, asisten dan penanggung jawab kasus tersebut. Yang

dibahas adalah kasus yang ditangani dan untuk melihat progress dan tindak lanjut,

cakupan bahkan rencana untuk penyelesaiannya. Lalu ada rapat pleno, didalam

105
rapat ini kami membahas kasus yang sudah masuk dalam tahap rekomendasi dan

hal ini diikuti oleh ketua penanggungjawab kasus.

106
CATATAN LAPANGAN 4

Hari/Tanggal : Senin 5 Maret 2017

Waktu : 09.00-11.00

Tempat : Lembaga Ombudsman DIY

Kegiatan : Melakukan pengamatan dan studi dokumen

Deskripsi

Pukul 09.00 peneliti tiba dilokasi, tujuan utamanya yaitu ingin melakukan

pengamatan secara seksama kegiatan yang dilakukan di LO DIY. Hasil dari

pengamatan tersebut yaitu peneliti dapat mengambil dokumentasi secara fisik

kegiatan yang dilakukan namun peneliti juga merasakan secara langsung kegiatan

tersebut. Salah satunya yaitu peneliti mengamati interaksi yang terjadi antara

masyarakat yang datang di LO DIY dengan anggota ombudsman, peneliti juga

mengawasi peran dari setiap anggota ombudsman yang bekerja disana.

Studi dokumen yang peneliti lakukan yaitu dengan melihat produk akhir

dari LO DIYberupa buku laporan yang berisi tentang kasus-kasus yang ditangani

serta adanya rekomendasi yang dikeluarkan oleh LO DIY.

107
CATATAN LAPANGAN 5

Hari/Tanggal : Rabu 21 Maret 2017

Waktu : 08.00-15.00

Tempat : Lembaga Ombudsman DIY

Kegiatan : Melakukan Kegiatan Audit Sosial

Deskripsi

Pukul 08.00 Peneliti masuk keruang pertemuan dilantai dasar dengan melewati

tangga. Peneliti ikut bergabung dengan para peserta audit sosial dengan mengikuti

secara seksama serangkaian acara tersebut. Dengan melakukan presensi,

pembukaan yang disampaikan oleh wakil kepala LO DIY, Mengikuti materi dari 2

narasumber, berdiskusi dengan peserta lain, ikut menganalisis persoalan,

presentasi hasil diskusi dan penutup. Kegiatan ini sangat bermanfaat dan kegiatan

berakhir pukul 15.15 diakhiri dengan foto bersama.

108
Lampiran 7. Reduksi dan Analisis Data Hasil Wawancara

TRANSKRIP WAWANCARA YANG SUDAH DIREDUKSI

NO Pertanyaaan Pengumpulan Data Hasil reduksi data Kesimpulan


1. Bagaimana DN: DN: Advokasi yang dilakukan
Ombudsman Advokasi yang dilakukan Advokasi yang dilakukan ombudsman sembari jalan
DIY ombudsman by sembari jalan ketika ombudsman by sembari jalan ketika ketika ada sistem diberi
melakukan ada sistem kita beri masukan ada sistem kita beri masukan masukan rekomendasi-
advokasi rekomendasi-rekomendasi masukan rekomendasi-rekomendasi masukan rekomendasi masukan baik
terhadap baik kritik-kritik yang baik maupun baik kritik-kritik yang baik maupun kritik-kritik yang baik
kebijakan kritikan yang membangun. kritikan yang membangun. maupun kritikan yang
pendanaan Ombudsman basisnya pengaduan Ombudsman basisnya pengaduan membangun.
pendidikan? karena exsternal complain, jadi karena exsternal complain, jadi Kasus di LO sendiri ada 2
penerima pengaduan. Kalau dari sisi penerima pengaduan. Kalau dari sisi golongan yaitu konsultasi
pengawasan kita tidak punya fungsi pengawasan kita tidak punya fungsi dan pengaduan. Dalam
pengawasan secara langsung, pengawasan secara langsung, konsultasi bisa jadi tidak
maksudnya SD ini kita awasi itu maksudnya SD ini kita awasi itu ditemukan
tidak namun ada masalah ada aduan tidak namun ada masalah ada aduan maladministrasi, indikasi
kita selesaikan. Ombudsman punya kita selesaikan. Ombudsman punya atau penyimpangan tetapi
onmousand, inisiatif ombudsman onmousand, inisiatif ombudsman warga masyarakat sekedar
sendiri untuk melakukan sendiri untuk melakukan ingin mendapatkan
penyelidikan tanpa adanya aduan penyelidikan tanpa adanya aduan informasi arahan dan
dari masyarakat. Misalnya dulu dari masyarakat. Misalnya dulu sebagainya.
melakukan sampling dari SD SMP melakukan sampling dari SD SMP
SMA penyelenggaraan PPDB. Hasil SMA penyelenggaraan PPDB. Hasil
dari investigasi menjadi telaah dari investigasi menjadi telaah
ombudsman dan biasanya kitta ombudsman dan biasanya kitta
paparkan kedinas pendidikan. Tapi paparkan kedinas pendidikan.
tidak selalu kita melakukan
onmousan. YK:
YK: Kasus di LO sendiri ada 2
Kasus di LO sendiri ada 2 golongan yaitu konsultasi dan
golongan yaitu konsultasi dan pengaduan. Dalam konsultasi bisa
109
pengaduan. Dalam konsultasi bisa jadi tidak ditemukan
jadi tidak ditemukan maladministrasi, indikasi atau
maladministrasi, indikasi atau penyimpangan tetapi warga
penyimpangan tetapi warga masyarakat sekedar ingin
masyarakat sekedar ingin mendapatkan informasi arahan dan
mendapatkan informasi arahan dan sebagainya. Dalam konsultasi
sebagainya. Dalam konsultasi biasanya dilakukan 1-2 kali
biasanya dilakukan 1-2 kali pertemuan dan sudah selesan. Untuk
pertemuan dan sudah selesan. Untuk pengaduan, adanya maladministrasi
pengaduan, adanya maladministrasi manipulasi,penipuan dan lain
manipulasi,penipuan dan lain sebagainya, nanti kita atasi. Dalam
sebagainya, nanti kita atasi. Dalam menangani kasus waktu yang
menangani kasus waktu yang dibutuhkan fariatif.
dibutuhkan fariatif.
Setiap hari kamis kita ada
namanya rapat kasus itu hukumnya
wajib diikuti oleh seluruh
komisioner, asisten dan penanggung
jawab kasus tersebut. Yang dibahas
adalah kasus yang ditangani dan
untuk melihat progress dan tindak
lanjut, cakupan bahkan rencana
untuk penyelesaiannya. Lalu ada
rapat pleno, didalam rapat ini kami
membahas kasus yang sudah masuk
dalam tahap rekomendasi dan hal ini
diikuti oleh ketua penanggungjawab
kasus.

2. Apa saja DN: DN: pungutan biasanya kalau


masalah Biasanya terkait pungutan Biasanya terkait pungutan ada terbukti adanya pungutan,
pendanaan ada yang sifatnya dirahasiakan yang sifatnya dirahasiakan karena Ombudsman memberikan
pendidikan karena ketakutan berimbas pada ketakutan berimbas pada siswa. rekomendasi-rekomendasi

110
yang siswa. Sejauh ini kebanyakan SMA. Sejauh ini kebanyakan SMA. Kalau untuk mengembalikan
ditangani Kalau SD biasanya swasta namun di SD biasanya swasta namun di pungutan itu karena
oleh LO sekolah swasta memang boleh sekolah swasta memang boleh sumbangan berbau
DIY? memungut karena tidak ada memungut karena tidak ada pungutan, jumlahnya
peraturan. Yang Sekolah Negeri peraturan. Yang Sekolah Negeri ditentukan mau ujian tidak
Tahun-tahun ini tidak ada. Tahun-tahun ini tidak ada. boleh ujian. Harusnya
Kalau pungutan biasanya Kalau pungutan biasanya tidak ada konsekuensi
kalau terbukti adanya pungutan, kalau terbukti adanya pungutan, ketika itu sumbangan, mau
Ombudsman memberikan Ombudsman memberikan nyumbang boleh tidakpun
rekomendasi-rekomendasi untuk rekomendasi-rekomendasi untuk juga boleh. Ombudsman
mengembalikan pungutan itu karena mengembalikan pungutan itu karena merekomendasikan Entah
sumbangan berbau pungutan, sumbangan berbau pungutan, itu perbaikan secara
jumlahnya ditentukan mau ujian jumlahnya ditentukan mau ujian sistemiknya maupun kasus
tidak boleh ujian. Harusnya tidak tidak boleh ujian. Harusnya tidak ada kasuistis. Kalau kasuistis
ada konsekuensi ketika itu konsekuensi ketika itu sumbangan, biasanya kita
sumbangan, mau nyumbang boleh mau nyumbang boleh tidakpun juga mengembalikan kepada
tidakpun juga boleh. Ombudsman boleh. Ombudsman orang tua.
merekomendasikan Entah itu merekomendasikan Entah itu Dalam pendanaan
perbaikan secara sistemiknya perbaikan secara sistemiknya pendidikan ada kasus
maupun kasus kasuistis. Kalau maupun kasus kasuistis. Kalau pungutan liar yang
kasuistis biasanya kita kasuistis biasanya kita diadukan di LO DIY, saya
mengembalikan kepada orang tua. mengembalikan kepada orang tua. cukup prihatin masih ada
YK: YK: praktek-praktek pungutan
Dalam pendanaan pendidikan Dalam pendanaan pendidikan liar artinya pungutan untuk
ada kasus pungutan liar yang ada kasus pungutan liar yang mendanai program tertentu
diadukan di LO DIY, saya cukup diadukan di LO DIY, saya cukup yang itu sebenarnya kalau
prihatin masih ada praktek-praktek prihatin masih ada praktek-praktek dilihat di APBS sekolah
pungutan liar artinya pungutan untuk pungutan liar artinya pungutan untuk itu bisa didanai sekolah,
mendanai program tertentu yang itu mendanai program tertentu yang itu baik dari komite sekolah,
sebenarnya kalau dilihat di APBS sebenarnya kalau dilihat di APBS pemerintah dan lain
sekolah itu bisa didanai sekolah, sekolah itu bisa didanai sekolah, baik sebagainya.
baik dari komite sekolah, pemerintah dari komite sekolah, pemerintah dan
dan lain sebagainya. Namun jangan- lain sebagainya. Namun jangan-

111
jangan ada duplikasi anggaran, jangan ada duplikasi anggaran,
sudah dianggarkan anggaran sudah dianggarkan anggaran pernah kita lakukan
dananya di APBS tetapi ke orangtua dananya di APBS tetapi ke orangtua kaitannya dengan
pun masih dipungut. Bukan berarti pun masih dipungut. Bukan berarti kebijakan pendanaan
sekolah itu tidak boleh memungut, sekolah itu tidak boleh memungut, pendidikan. Biasanya
boleh tetapi harus proposional kalau boleh tetapi harus proposional kalau terkait dengan pungutan
itu bisa dianggarkan oleh sekolah ya itu bisa dianggarkan oleh sekolah ya disekolah. Yang jelas
dianggarkan oleh sekolah. Tetapi dianggarkan oleh sekolah. Tetapi dilarang itu adalah SD-
kalau itu pungutan-pungutan liar kalau itu pungutan-pungutan liar SMP Negeri, tapi kalau
misalnya pembangunan ruang kelas misalnya pembangunan ruang kelas sumbangan itu boleh. Tapi
baru, pengadaan computer, kemah, baru, pengadaan computer, kemah, kita temukan dilapangan
bahkan study banding yang bahkan study banding yang kadang pungutan itu
sebetulnya tidak ada relevansinya sebetulnya tidak ada relevansinya seolah-olah sumbangan.
dengan proses KBMT. Dalam hal ini dengan proses KBMT. Dalam hal ini Tulisanya sumbangan tapi
ada tapi prosentasenya kecil dan itu ada tapi prosentasenya kecil dan itu kenyataannya atau
dilimpahkan ke orangtua. dilimpahkan ke orangtua. substansinya pungutan
SJ: SJ: karena waktunya
Yang pernah kita lakukan Yang pernah kita lakukan kaitannya ditentukan dan jika tidak
kaitannya dengan kebijakan dengan kebijakan pendanaan dibayarkan maka aka nada
pendanaan pendidikan. Biasanya pendidikan. Biasanya terkait dengan sanksinya. Kadang kartu
terkait dengan pungutan disekolah. pungutan disekolah. Yang jelas ujiannya tidak dikasih,
Yang jelas dilarang itu adalah SD- dilarang itu adalah SD-SMP Negeri, bahkan ujiannya
SMP Negeri, tapi kalau sumbangan tapi kalau sumbangan itu boleh. Tapi disendirikan. Selain
itu boleh. Tapi kita temukan kita temukan dilapangan kadang pungutan juga terdapat
dilapangan kadang pungutan itu pungutan itu seolah-olah sumbangan. penahanan ijazah. Ijazah
seolah-olah sumbangan. Tulisanya Tulisanya sumbangan tapi siswa ditahan karena
sumbangan tapi kenyataannya atau kenyataannya atau substansinya kurang bayar SPP atau
substansinya pungutan karena pungutan karena waktunya sumbangan.
waktunya ditentukan dan jika tidak ditentukan dan jika tidak dibayarkan
dibayarkan maka aka nada maka aka nada sanksinya. Kadang
sanksinya. Kadang kartu ujiannya kartu ujiannya tidak dikasih, bahkan
tidak dikasih, bahkan ujiannya ujiannya disendirikan. Selain
disendirikan. Terkait dengan hal itu pungutan juga terdapat penahanan

112
kita bentuk team yang ada di ijazah. Ijazah siswa ditahan karena
Ombudsman termasuk NGO yang kurang bayar SPP atau sumbangan.
mengamati kerjadian pungutan yang
terjadi. Kita juga memetakan seputar
problem pandanaan pendidikan.
Dulu kita juga buat formulasi berapa
kebutuhan anak pertahun selain itu
kita juga melihat dari pemerintah
dana yang dialokasikan itu berapa.
Selain pungutan juga terdapat
penahanan ijazah. Ijazah siswa
ditahan karena kurang bayar SPP
atau sumbangan. Kaitannya dengan
hal tersebut dikota ada kebijakan
JPD (Jaminan Pendidikan Daerah)
yang diberikan pemerintah kepada
siswa yang mengalami kesulitan
dalam biaya pendidikan, nah dulu
ada yang melaporkan terkait
panahanan ijazah karena masih
kurang, setelah kita Tanya
kurangnya sekitar 2 juta, waktu itu
JPD dapat 3juta, lalu kami
rekomendasikan untuk menggunakan
JPD dan JPD itu bisa digunakan
untuk membayar kekurangan itu.
3. Siapa saja DN: DN: Terkait kebijakan
yang Terkait kebijakan pendanaan Terkait kebijakan pendanaan pendanaan pendidikan
terlibat pendidikan sebenarnya ombudsman pendidikan sebenarnya ombudsman sebenarnya ombudsman
dalam adalah pengaduan terkait pendanaan adalah pengaduan terkait pendanaan adalah pengaduan terkait
melakukan atau pembiayaan. Ada Perda DIY atau pembiayaan. Ada Perda DIY No pendanaan atau
advokasi No 10 tahun 2013 Pada saat 10 tahun 2013 Pada saat perumusan pembiayaan. Ada Perda
di LO DIY perumusan kebijakan pendanaan kebijakan pendanaan juga ada peran DIY No 10 tahun 2013

113
juga ada peran dari ombudsman dan dari ombudsman dan selain itu juga Pada saat perumusan
selain itu juga ada NGO-NGO ada NGO-NGO lainnya yang kebijakan pendanaan juga
lainnya yang mengkritisi terkait mengkritisi terkait kebijakan yang ada peran dari
kebijakan yang ada, Seperti ada, Seperti saranglidi, Sapurata dan ombudsman dan selain itu
saranglidi, Sapurata dan lain lain sebagainya. Khusus terkait juga ada NGO-NGO
sebagainya. Khusus terkait peran peran ombudsman sendiri basisnya lainnya yang mengkritisi
ombudsman sendiri basisnya adalah adalah adanya aduan atau keluhan terkait kebijakan yang ada,
adanya aduan atau keluhan ada apa ada apa dengan pendanaan Seperti saranglidi,
dengan pendanaan pendidikan? pendidikan? Sapurata dan lain
Advokasi kebijakan itu butuh Advokasi kebijakan itu butuh sebagainya. Khusus terkait
waktu, dulu ada namanya pokja waktu, dulu ada namanya pokja peran ombudsman sendiri
(kelompok peduli pendidikan). (kelompok peduli pendidikan). basisnya adalah adanya
SJ: SJ: aduan atau keluhan ada
Terkait dengan kasus pendanaan Terkait dengan kasus pendanaan apa dengan pendanaan
pendidikan kita bentuk team yang pendidikan kita bentuk team yang pendidikan?
ada di Ombudsman termasuk NGO ada di Ombudsman termasuk NGO Advokasi kebijakan
yang mengamati pungutan yang yang mengamati pungutan yang itu butuh waktu, dulu ada
terjadi” terjadi” namanya pokja (kelompok
peduli pendidikan).

4. Bagaimana DN: DN: Menerima aduan,


langkah- Menerima aduan, investigasi Menerima aduan, investigasi investigasi (cari bukti),
langkah LO (cari bukti), klarifikasi ( ngundang (cari bukti), klarifikasi ( ngundang klarifikasi ( ngundang
DIY dalam dinas terkait), ada koordinasi dinas terkait), ada koordinasi (dengan dinas terkait), ada
menangani (dengan dinas juga), ada mediasi dinas juga), ada mediasi (ketika itu koordinasi (dengan dinas
aduan dari (ketika itu kasuistis), mediasi tidak kasuistis), mediasi tidak harus selalu juga), ada mediasi (ketika
masyarakat harus selalu ada ketika itu diperlukan ada ketika itu diperlukan saja. Ada itu kasuistis), mediasi
terkait saja. Ada rekomendasi,kita plenokan rekomendasi,kita plenokan di tidak harus selalu ada
kebijakan di internal dan kemudian kirim ke internal dan kemudian kirim ke luar ketika itu diperlukan saja.
pendanaan luar pihak untuk perbaikan, bisa pihak untuk perbaikan, bisa Ada rekomendasi,kita
pendidikan? perbaikan dan teguran untuk perbaikan dan teguran untuk plenokan di internal dan
perbaikan. perbaikan. kemudian kirim ke luar
NK: NK: pihak untuk perbaikan,

114
Kami melakukan pengawasan Kami melakukan pengawasan bisa perbaikan dan teguran
yang dilakukan sesuai dengan Pergub yang dilakukan sesuai dengan Pergub untuk perbaikan.
DIY No 69 Tahun 2014. Seperti DIY No 69 Tahun 2014. Seperti
verifikasi, klarifikasi, monitoring Dan verifikasi, klarifikasi, monitoring Dan
hal itu sifatnya online dan ofline. hal itu sifatnya online dan ofline.
Dalam hal Online kita datang, kita Dalam hal Online kita datang, kita
awasi dan kita cari data. Sedangkan awasi dan kita cari data. Sedangkan
yang ofline kita menerima aduan yang ofline kita menerima aduan
memberikan informasi dan ada alat memberikan informasi dan ada alat
bukti dokumen. bukti dokumen.
kita juga melakukan fungsi kita juga melakukan fungsi
pengawasan yang tanpa diketahui oleh pengawasan yang tanpa diketahui oleh
siapapun juga karena ada indikasi- siapapun juga karena ada indikasi-
indikasi di masyarakat tetapi indikasi di masyarakat tetapi
masyarakat tidak ada yang melapor. masyarakat tidak ada yang melapor.
Hal ini juga dilakukan berdasarkan Hal ini juga dilakukan berdasarkan
indikasi dari jaringan, kami punya indikasi dari jaringan, kami punya
jaringan yang dibangun oleh LO. jaringan yang dibangun oleh LO.
Jaringan tersebut mengindikasikan Jaringan tersebut mengindikasikan ada
ada sesuatu disuatu tempat tertentu sesuatu disuatu tempat tertentu dan
dan dalam waktu tertentu pula. Nanti dalam waktu tertentu pula. Nanti
kalau sudah selesai dilakukan kalau sudah selesai dilakukan
Monitoring. Monitoring.
Langkah-langkah yang kami Langkah-langkah yang kami
lakukan yaitu: lakukan yaitu:
1. Jituji atau koordinasi, dalam hal ini 5. Jituji atau koordinasi, dalam hal ini
dinas harus mengetahui dinas harus mengetahui
penggunaan anggaran real dari penggunaan anggaran real dari
sekolah dan itu dapat dilakukan sekolah dan itu dapat dilakukan
oleh pengawas, harapannya setiap oleh pengawas, harapannya setiap
sekolah ada pengawan sekolah ada pengawan
2. Menyampaikan kepublik melalui 6. Menyampaikan kepublik melalui
media cetak maupun online bahwa media cetak maupun online bahwa

115
kami juga melakukan pengawasan kami juga melakukan pengawasan
terkait kebijakan pendanaan terkait kebijakan pendanaan
pendidikan. pendidikan.
3. Pemahaman kesekolah, setiap 7. Pemahaman kesekolah, setiap
sekolah punya paguyuban seperti sekolah punya paguyuban seperti
MGMP, Ormas, Yayasan dan MGMP, Ormas, Yayasan dan
sebagainya, kami melakukannya sebagainya, kami melakukannya
melalui paguyuban tersebut. melalui paguyuban tersebut.
4. Memberikan pemehaman dengan 8. Memberikan pemehaman dengan
komite-komite sekolah. komite-komite sekolah.
SJ: SJ:
Yang pernah kita lakukan terkait Yang pernah kita lakukan terkait
pendanaan pendidikan yaitu pendanaan pendidikan yaitu
menerima aduan tentang pungutan. menerima aduan tentang pungutan.
Langkah-langkah kita dalam Langkah-langkah kita dalam
menangani aduan dari masyarakat menangani aduan dari masyarakat
kita menyediakan formulir baik kita menyediakan formulir baik
formulir konsultasi maupun formulir konsultasi maupun
pengaduan. Terkait konsultasi kita pengaduan. Terkait konsultasi kita
memberikan arah-arahan sedangkan memberikan arah-arahan sedangkan
pengaduan kita melakukan pengaduan kita melakukan
klarifikasi, investigasi, Mediasi jika klarifikasi, investigasi, Mediasi jika
dibutuhkan, dan memberikan dibutuhkan, dan memberikan
rekomendasi-rekomendasi. rekomendasi-rekomendasi.
9. Faktor DN: DN: Pemahaman
pendukung 90 persen semua dilaksanakan 90 persen semua dilaksanakan masyarakat terkait
Relative tidak ada kendala. Relative tidak ada kendala. pendidikan baik. Kami
YN: YN: dipermudah dengan
1. Pemahaman masyarakat terkait 1.Pemahaman masyarakat terkait iklim atmosfer
pendidikan baik. Kami pendidikan baik. Kami pendidikan di
dipermudah dengan iklim dipermudah dengan iklim Yogyakarta.
atmosfer pendidikan di atmosfer pendidikan di 2.Dinas pendidikan
Yogyakarta. Yogyakarta. sangat terbuka dan

116
2. Dinas pendidikan sangat terbuka 2.Dinas pendidikan sangat
open manajemen,
dan open manajemen, ketika ada terbuka dan open manajemen, ketika ada aduan selalu
aduan selalu terbuka baik itu ketika ada aduan selalu terbukaterbuka baik itu
ngomongin biaya dan lain baik itu ngomongin biaya dan lain
ngomongin biaya dan
sebagainya. sebagainya. lain sebagainya.
3. Pendidikan di Yogyakarta 3.Pendidikan di Yogyakarta
3.Pendidikan di
komoditi. komoditi. Yogyakarta komoditi.
SJ: SJ: SJ:
Dalam melakukan Dalam melakukan Dalam melakukan
penanganan kasus di lembaga penanganan kasus di lembaga penanganan kasus di
ombudsman masyarakat dipermudah ombudsman masyarakat dipermudahlembaga ombudsman
karena aduan yang dilaporkan bisa karena aduan yang dilaporkan bisa
masyarakat dipermudah
dirahasiakan nama pelapornya. dirahasiakan nama pelapornya. karena aduan yang
-steckholder masih kooperatif -steckholder masih kooperatif dilaporkan bisa
- dari ombudsman sudah memiliki - dari ombudsman sudah memilikidirahasiakan nama
kompetensi dalam menangani kasus. kompetensi dalam menangani kasus.
pelapornya.
Karena sudah berpengalaman Karena sudah berpengalaman
-steckholder masih
terutama dalam penanganan masalah terutama dalam penanganan masalah
kooperatif
pendidikan, karena masalah pendidikan, karena masalah
- dari ombudsman sudah
pendidikan yang dilaporkan di pendidikan yang dilaporkan di memiliki kompetensi
Ombudsman sendiri tinggi. Ombudsman sendiri tinggi. dalam menangani kasus.
Karena sudah
berpengalaman terutama
dalam penanganan
masalah pendidikan,
karena masalah pendidikan
yang dilaporkan di
Ombudsman sendiri
tinggi.
10. Faktor DN: DN: 9. keterbatasan kami
penghambat kendalanya yaitu orangtua takut, kendalanya yaitu orangtua takut, secara infrastuktur,
anak takut. Dan anaknya dibedakan. anak takut. Dan anaknya dibedakan. sumber daya termasuk
Orangtua tidak mau meneruskan Orangtua tidak mau meneruskan anggaran itu untuk

117
kasus. Biasanya juga ada surat kasus. Biasanya juga ada surat menyelesaikan
kaleng namun sulit untuk dideteksi kaleng namun sulit untuk dideteksi permasalahan secara
siapa yang melaporkan sehingga sulit siapa yang melaporkan sehingga sulit betul-betul detail, cepat
untuk ditinjaklanjuti. Ketika untuk ditinjaklanjuti. Ketika itu kami ada kendala.
dirahasiakan kesulitannya yaitu dirahasiakan kesulitannya yaitu - Ditingkat sekolah masih
penyelesaiannya tidak mendalam. penyelesaiannya tidak mendalam. ada pemahaman walaupun
tidak semua sekolah,
YK: YK: bahwa mereka
1. Secara internal LO ini 5. Secara internal LO ini menganggap LO seperti
mempunyai cakupan masalah mempunyai cakupan masalah beradu adab. Ketika kami
yang hamper tidak terbatas. yang hamper tidak terbatas. datang kesekolah, sekolah
Artinya semua masalah Artinya semua masalah pelayanan menjadi resisten, sekolah
pelayanan public tidak hanya public tidak hanya pendidikan menutup diri padahal
pendidikan sehingga ada sehingga ada keterbatasan kami pemerintahnya terbuka.
keterbatasan kami secara secara infrastuktur, sumber daya Sekolah takut khawatir
infrastuktur, sumber daya termasuk anggaran itu untuk seolah-olah ada sesuatu
termasuk anggaran itu untuk menyelesaikan permasalahan yang disembunyikan
menyelesaikan permasalahan secara betul-betul detail, cepat itu sehingga hubungan
secara betul-betul detail, cepat itu kami ada kendala. kominikasinya menjadi
kami ada kendala. 6. Ditingkat sekolah masih ada tidak cair. Padahal harapan
2. Ditingkat sekolah masih ada pemahaman walaupun tidak kami ketika itu misalnya
pemahaman walaupun tidak semua sekolah, bahwa mereka ada ketimpangan atau
semua sekolah, bahwa mereka menganggap LO seperti beradu ketidak pas ansistem kami
menganggap LO seperti beradu adab. Ketika kami datang justru akan memberikan
adab. Ketika kami datang kesekolah, sekolah menjadi masukan atau
kesekolah, sekolah menjadi resisten, sekolah menutup diri menyelesaikannya.
resisten, sekolah menutup diri padahal pemerintahnya terbuka. -Banyaknya sekolah di
padahal pemerintahnya terbuka. Sekolah takut khawatir seolah- DIY sehingga masalahnya
Sekolah takut khawatir seolah- olah ada sesuatu yang menjadi kompleks dan
olah ada sesuatu yang disembunyikan sehingga acap kali masalah ini
disembunyikan sehingga hubungan kominikasinya menjadi melibatkan beberapa
hubungan kominikasinya menjadi tidak cair. Padahal harapan kami sekolah. Baik itu urusan
tidak cair. Padahal harapan kami ketika itu misalnya ada sistem,guru, pamong,

118
ketika itu misalnya ada ketimpangan atau ketidak pas kepala sekolah, bahkan
ketimpangan atau ketidak pas ansistem kami justru akan siswanya hal ini pun
ansistem kami justru akan memberikan masukan atau menjadi kendala bagi kami
memberikan masukan atau menyelesaikannya. terkait mobilisasi dan
menyelesaikannya. 7. Banyaknya sekolah di DIY pengawasan.
3. Banyaknya sekolah di DIY sehingga masalahnya menjadi Belum adanya kerjasama
sehingga masalahnya menjadi kompleks dan acap kali masalah antara komite sekolah
kompleks dan acap kali masalah ini melibatkan beberapa sekolah. dengan LO DIY, karena
ini melibatkan beberapa sekolah. Baik itu urusan sistem,guru, kami merasa penting
Baik itu urusan sistem,guru, pamong, kepala sekolah, bahkan kedepannya untuk
pamong, kepala sekolah, bahkan siswanya hal ini pun menjadi bekerjasama. Setidaknya
siswanya hal ini pun menjadi kendala bagi kami terkait membuat sebuah
kendala bagi kami terkait mobilisasi dan pengawasan. kesepahaman dengan
mobilisasi dan pengawasan. 8. Belum adanya kerjasama antara komite sekolah masing-
4. Belum adanya kerjasama antara komite sekolah dengan LO DIY, masing sekolah. Supaya
komite sekolah dengan LO DIY, karena kami merasa penting nanti komite sekolah ini
karena kami merasa penting kedepannya untuk bekerjasama. menjadi pathner atau mitra
kedepannya untuk bekerjasama. Setidaknya membuat sebuah dari LO untuk mengawasi
Setidaknya membuat sebuah kesepahaman dengan komite sekolah supaya kami
kesepahaman dengan komite sekolah masing-masing sekolah. bersama-sama mengawasi
sekolah masing-masing sekolah. Supaya nanti komite sekolah ini sekolah. Jangan sampai
Supaya nanti komite sekolah ini menjadi pathner atau mitra dari komite sekolah dibentuk
menjadi pathner atau mitra dari LO untuk mengawasi sekolah untuk mengesahkan
LO untuk mengawasi sekolah supaya kami bersama-sama perilaku sekolah yang
supaya kami bersama-sama mengawasi sekolah. Jangan tidak benar. Karena ada
mengawasi sekolah. Jangan sampai komite sekolah dibentuk indikasi bahwa komite
sampai komite sekolah dibentuk untuk mengesahkan perilaku sekolah itu isinya adalah
untuk mengesahkan perilaku sekolah yang tidak benar. Karena orang-orang yang bisa
sekolah yang tidak benar. Karena ada indikasi bahwa komite diajak untuk melakukan
ada indikasi bahwa komite sekolah itu isinya adalah orang- konspirasi. kalau baik kan
sekolah itu isinya adalah orang- orang yang bisa diajak untuk namanya musyawarah
orang yang bisa diajak untuk melakukan konspirasi. kalau baik kalau
melakukan konspirasi. kalau baik kan namanya musyawarah kalau

119
kan namanya musyawarah kalau tidak baik namanya konspirasi.
tidak baik namanya konspirasi. Jangan sampai itu terjadi.
Jangan sampai itu terjadi. SJ:
SJ: Faktor penghambat eksternal
Faktor penghambat eksternal kekhawatiran orangtua karena
kekhawatiran orangtua karena khawatir anaknya mengalami
khawatir anaknya mengalami diskriminasi dalam pelayanan
diskriminasi dalam pelayanan pendidikan jika orangtua
pendidikan jika orangtua melaporkan ke ombudsman
melaporkan ke ombudsman Mainsed pihak penyelenggara
Mainsed pihak penyelenggara pendidikan yang hanya
pendidikan yang hanya mengejar akuntabilitas tapi tidak
mengejar akuntabilitas tapi tidak mementingkan ketepatan
mementingkan ketepatan sasaran.
sasaran. Kebijakan pendidikan yang sering
Kebijakan pendidikan yang sering berubah.
berubah.

120
Lampiran 8. Dokumentasi Kasus Pendanaan Pendidikan

121
122
123
124
125
126
127
Lampiran 9. Lampiran Foto

Gambar 1. Gedung LO DIY


Gambar 2. Pintu Masuk LO

Gambar 4. lorong tengah


Gambar 3. resepsionis

Gambar 5. ruang konsultasi Gambar 6. bagian dalam ruang


konsultasi

Gambar 7. ruang pertemuan Gambar 8. mekanisme penanganan


laporan

128
Gambar 9. kotak aduan Gambar 10. Ruang tamu

Gambar 12. Buku laporan


Gambar 11. masyarakat yang konsultasi Pelaksanaan kegiatan LO DIY
di LO DIY

Gambar 13. pamflet yang terpajang di Gambar 14. pelatihan audit sosial
sudut ruangan LO DIY

129
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian

130
131

Anda mungkin juga menyukai