Anda di halaman 1dari 8

TEORI ANALISIS KEBIJAKAN

Salah satu teori analisis kebijakan adalah lay-theory. Menurut schererhorn (1993)
teoriadalah kumpulan konsep dan id yang menjelaskan dan memprediksi terkait
fenomena sosial. Teori sendiri dibagi menjadi dua pemahaman yaitu lay theory dan
scientific theory.

Lay Theories = teori yang dikembangkan dari pengalaman


Scientific Theories = teori yang dikembangkan melalui metod ilmiah

Analisis kebijakan adalah teori yang berasal dari pengalaman terbaik, bukan dari
temuan, kajian akademik, atau penelitian ilmiah. Artinya teori ini termasuk lay theory.
Artinya pengembangan teori ini ditentukan oleh keberhasilan/kegagalan kebijakan
publik yang terjadi di lingkungan administrasi publik.

Kebijakan publik dalam perkembangannya terdapat 2 jenis, yaitu kebijakan publik


agenda dan kebijakan publik mandat/idologi.

1. Kebijakan publik agenda


a) Pragmatis, sesuai dngan isu publik yang terkini
b) Masyarakat sekuler, demokrasi maju
c) AS, Jerman, Belgia, Inggris
d) Tidak ada beda antara “Buruh- Konservatif” atau “Republik- Demokrat”
e) Lebih kepada “how” daripada “what”
2. Kebijakan mandat/idologi
a) Sesuai dengan ideologi partai
b) Masysrakat, agamis atau tradisional atau transisional, demokrasi dalam
transisi atau simbolik
c) Indonesia pada masa awal kemerdekaan
d) Partai islam membawa ideologi syariah, partai nasionalis membawa sentimen
nasion, partai komunis membawa komunisme
e) Lebih kepada “what” daripada “how”

ANALISIS KEBIJAKAN VERSI DUNN

Menurut dunn, analis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual dan praktis yang
ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan
pengetahuan tentang dan di dalam proses kebijakan. Analis kebijakan adalah disiplin
ilmu sosial.

Pelaku kebijakan ---- lingkungan kebijakan ---- kebijakan publik -- repeat

Metode analisis kebijakan menggabungkan lima prosedur umum yang lazim dipakai
dalam pemecahan masalah manusia
1) Definisi = menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan
masalah kebijakan
2) Prediksi = menyediakan informasi mengenai konsekuensi di masa mendatang
dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk jika tidak melakukan sesuatu.
3) Preskripsi = menyediakan informasi mengenai nilai dari konsekuensi alternatif
kebijakan di masa mendatang
4) Deskripsi = menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa lalu
dari diterapkannya alternatif kebijakan.
5) Evaluasi = kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan masalah

UNSUR KEBIJAKAN

a) Informasi yang relevan dengan kebijakan


b) Pernyataan kebijakan
c) Pembenaran
d) Dukungan
e) Sanggahan
f) Syarat

Sementara itu, cara argumen kebijakan dibagi delapan, yaitu


1. Otoritatif, pernyataan kebijakan didasarkan pada argumen pihak berwenang
2. Statistikal, didasarkan kepada argumen sampel dari populasi yang menjadi target
kebijakan
3. Klasifikasional, didasarkan suatu klasifikasi dari target kebijakan.
4. Intuitif, didasarkan kepada suatu “pengetahuan yang terpendam” dari pembuat
kebijakan.
5. Analisentrik, didasarkan kepada suatu metodologi yang dianggap valid
6. Eksplanatorik, hubungan sebab-akibat.
7. Pragmatis, didasarkan pada analogi-analogi atau kasus-kasus yang sama
8. Kritik nilai, didasarkan kepada etika atau berkenaan dengan nilai baik dan buruk

PROSES ANALISIS KEBIJAKAN


1. Merumuskan masalah
Masalah kebijakan diantaranya nilai, kebutuhan atau kesempatan yang belum
terpenuhi, yang dapat diidntifikasi kemudian diperbaiki melalui tindakan publik. Ciri-
ciri masalah kebijakan diantaranya
i. Terdapat saling ketergantungan antar masalah kebijakan
ii. Mempunyai subyektivitas
iii. Buatan manusia, karena produk penilaian subyektif dari manusia*
iv. Bersifat dinamis
*kesalahan karena memecahkan masalah yang salah karena memformulasikan
masalah dengan terlalu cepat (howard, 1968)

Metode perumusan masalah menurut dunn

Metode Tujuan Prosedur Sumber Kriteria


Pengetahuan Kinerja
Analisis Batas Estimasi batas Pencarian sampel Sistem Ketepatan
peta masalah “bola salju”, pencarian pengetahuan batas
masalah, dan
penjumlahan
Analisis Kejelasan Pemilihan secara logis Analisis Konsistensi
Klasifikasi konsep dan klasifikasi konsep individual logis
Analisis Idntifikasi Pemilihan secara logis Analisis Konsistensi
HirarkI penyebab yang dan klasifikasi individual atau logis
mungkin, penyebab kelompok
masuk akal,
dan dapat
ditindaklanjuti
Synecties Pengenalan Perumusan analogi Kelompok Masuk akal
kesamaan antar personal, langsung, (plausibility)
masalah dan fantasi
Brainstorming Generalisasi id, Pemunculan ide dan Kelompok konsensus
tujuan, dan evaluasi
strategi
Analisis Generalisasi Penggunaan secara Kelompok Perbaikan
Perspektif wawasan serentak perspektif wawasan
Berganda teknis, organisasi dan
personal
Analisis Sintesis kreatif Idntifikasi pelaku, Kelompok konflik
Asumsi asumsi-asumsi penampakan asumsi,
yang mempertentangkannya,
berlawanan pengelompokan, dan
sintesis
Pemetaan Penilaian Penyusunan tingkat Kelompok Masuk akal
Argumentasi asumsi dan penggambaran (plausability)
plausibilitas dan
urgensi

Model- model kebijakan


1. Model deskriptif, yang bertujuan menjelaska/memprediksi sebab-sebab dan
konsekuensi pilihan kebijakan
2. Model normatif, hampir sama dengan model deskriptif, namun jga memberikan
rekomendasi untuk meningkatkan pencapaian nilai atau kemanfaatan

2. Peramalan masa depan kebijakan


Prosedur untuk membuat informasi aktual tentang situasi sosial di masa dpan atas
dasar informasi yang telah ada tentang masalah kebijakan, tiga bentuk peramalan
yaitu
a. Peramalan ekstrapolasi, yang didasarkan pada ekstrapolasi hari ini kemasa
dpan, dan produknya disebut proyeksi. Tekni yang digunakan antara lain
analisis antar waktu, estimasi tren linear, pembobotan eksponensial,
tarnsformasi data, katastrofi metodologi. Menggunakan 3 asumsi dasar yaitu
persistensi, keteraturan, dan reliabilitas-validitas data.
b. Peramalan teoris, didasarkan pada suatu teori, produknya disebut prediksi.
Biasanya menggunakan pemetaan teori,model klausal, analisis regresi,dll.
c. Peramalan penilaian pendapat,didasarkan pada penilaian para ahli atau pakar,
produknya disebut perkiraan. Teknik yang digunakan antara lain dlphi
kebijakan, analisis dampak silang,dll.
3. Rekomendasi kebijakan
Penentuan alternatif yang terbaik dan mengapa, rekomendasi pada dasarnya
adalah pernyataan advokasi dan advokasi mempunyai empat pertanyaan yang harus
dijawab, antara lain
1. Dapat ditindak lanjuti?
2. Bersifat prospektif?
3. Bermuatan “nilai”-selain fakta?
4. Etik?

Didalam memutuskan alternatif kebijakan, salah satu pendkatan yang paling


banyak dipergunakan adalah rasionalitas, yang memilikki berbagai macam jenis
1. Rasional teknis, berkenaan dengan pilihan efektif
2. Rasional ekonomis, berkenaan dengan efisiensi
3. Rasionalitas legal, berkenaan dengan legalitas
4. Rasionalitas sosial, berkenaan dengan akseptabilitas
5. Rasional substantif, yang merupakan kombinasi dari empat rasionalitas di atas
*dunn menyarankan rasional komprehensif, yang merupakan upaya
mensinkronasi seluruh model rasionalitas di atas

KRITERIA UNTUK REKOMENDASI KEBIJAKAN


1. Efektivitas, berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil yang
diharapkan
2. Efisiensi, jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektifitas
yang dikehendaki
3. Kecukupan, seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai,
atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah
4. Pemerataan, pemerataan distribusi manfaat kebijakan
5. Responsivitas, seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan,
prefensi, atau nilai kelompok masyarakat yang menjadi target kebijakan
6. Kelayakan, berkenaan dengan pertanyaan apakah kebijakan tersebut tepat untuk
suatu masyarakat?

4. Pemantauan hasil kebijakan


Merupakan prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk memberikan
informasi tentang sebab dan akibat dari kebijakan publik yang memiliki 4 fungsi
(eksplanasi, akuntansi, pemeriksaan dan kepatuhan)

Hasil kebijakan dibedakan menjadi 2 yaitu


1. Outputs = produk layanan yang diterima kelompok sasaran kebijakan
2. Impacts = perilaku yang nyata pada kelompok sasaran kebijakan

Tindakan kebijakan dibagi menjadi 2 yaitu


1. Kebijakan regulatif = tindakan yang dirancang untuk menjamin kepatuhan terhadap
standard tertentu
2. Kebijakan alokatif = mengalokasikan sumberdaya tertentu kepada sasaran
kebijakan

5. Evaluasi kinerja kebijakan


Menciptakan premis-premis nilai dngan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan “
apa perbedaan yang dibuat?”. kriteria untuk evaluasi diterapkan secara
restrospektif (expost), sementara kriteria untuk rekomendasi diterapkan secara
prospektif (ex ante)

MODEL EVALUASI
1. Efektivitas = apakah hasil yang ingin dicapai?
2. Efisiensi = berapa banyak dipergunakan sumberdaya?
3. Kecukupan = seberapajauh pencapaian hasil yang diinginkan telah
meemcahkan masalah?
4. Pemerataan = apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada
kelompok target yang berbeda?
5. Responsivitas = apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau
nilai kelompok tertentuu?
6. Ketepatan = apakah hasil yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai?

Dunn mengembangkan 3 pendekatan evaluasi kebijakan, yaitu


1. Evaluasi semu, pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang valid dan dipercaya mengenai hasil kebijakan (tanpa
menanyakan manfaat dan nilai dari hasil) ke target kebijakan.
2. Evaluasi formal, menggunakan metode deskriptif, yang menggunakan metode
deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dipercaya mengenai hasil
kebijakan namun mengevaluasi hasil tersebut atas tujuan program kebijakan
yang telah diumumkan secara formal oleh pembuatan kebijakan
3. Evaluasi keputusan teoritis, menggunakan metode deskriptif, yang menggunakan
metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai hasil kebijakan secara eksplisit dinilai oleh
berbagai macam

ANALISIS KEBIJAKAN VERSI WEIMER-VINNING

Riset kebijakan adalah sebuah upaya untuk melihat hubungan antara variabel “
jika pemerintah melakukan X” dengan variabel “akan terjadi Y”. Pemahaman
mengenai analisis kebijakan oleh Weimar dan Vining adalah sebagai sebuah kegiatan
yang mengandung tiga nilai, yaitu pragmatis (client-oriented), mengacu pada
keputusan publik, dan tujuannya meleibhi kepentingan atau nilai-nilai klien,
melainkan kepentingan atau nilai-nilai sosial. Weimer dan Vining membahas
mengenai perbedaan dan persamaan kebijakan publik dengan riset akademik, riset
kebijakan, perencanaan strategis, administrasi publik, dan jurnalistk. Kebijakan publik
ini sering rancu dengan riset akdemik, dimana fokusnya kepada uaya menemukan
atau mengembangkan teori-teori yang memberikan kontribusi kepada kemajuan
masyarakat. Riset kebijakan merupakan sebuah upaya untuk melihat hubungan antara
variable. Perencanaan strategis atau classical planning adalah upaya untuk
menemukan tujuan dan sasaran yang dikehendaki akan dicapai oleh masyarakan dan
menentukan cara yang paling efesien untuk mencapainya. Diantara ketiga hal
tersebut, administrasi publik merupakan yang paling sering diidentikan dengan
analisis kebijakan. Analisis kebijakan dilakukan dengan mengingat dua alasan
(Rationale) pokok setiap analisis kebijakan publik, yaitu bahwa terjadi (1) Kegagalan
pasar (market failures), (2) Kegagalan pemerintah (government failure). Weimar dan
Vining melihat bahwa empat kegagalan pasar yang banyak diidentifikasi adalah
berkenaan dengan barang publik, eksternalitas, monopoli natural, dan informasi yang
asimetris. Seorang analis kebijakan harus menguasai beberapa hal ini, yaitu
1) mempunyai kompetensi untuk mengumpulkan, mengorganisasikan, dan
mengkomunikasikan infromasi di bawah tekanan tenggat waktu.
2) mampu meletakkan masalah sosial di dalam konteksnya.
3) memerlukan keterampilan teknis yang memungkinkannya untuk membuat
prediksi dengan lebih akurat dan membuat evaluasi konsekuensi kebijakan yang lebih
meyakinkan
4) mempunyai pemahaman yang kuat tentang perilaku politik dan organisasi
untuk memprediksi bahkan mempengaruhi sebuah kebijakan.
5) mempunyai etika dalam bekerja melayani klien.

Weimar dan Vining menggunakan model benefit-cost dalam memilih alternatif


kebijakan, dimana itu merupakan sebuah model analisis yang didasarkan kepada
efesiensi impak dari sebuah kebijakan di AS dengan mempertimbangkan bahwa
kebijakan tersebut harus dapat dikuantifikasi secara moneter. Terdapat empat langkah
dalam pelaksanaan model benefit-cost, yaitu
1. mengidentifikasi impak yang relevan
2. menghitung secara moneter impak tersebut
3. melakukan diskon untuk variable waktu dan resiko
4. memilih alternatif kebijakan. Analisis kebijakan harus disampaikan dengan
benar dan baik bagi publik

Weimar dan Vining menekankan efesiensi ekonomi sebagai tujuan penting dalam
evaluasi alternatif kebijakan.

ANALISIS KEBIJAKAN VERSI PATTON SAVICKY

Isu kebijakan tidak dapat dengan mudah didefinisikan dengan baik, seringkali
cenderung merupakan isu politis murni ataupun isu teknis murni, solusinya adalah
pernah dibuktikan sebelumnya, tidak ada jaminan bagi keberhasilan solusi kebijakan,
tingkat kecukupan dari kebijakan sulit disetarakan dengan pemahaman tentang public
goods, dan seringkali unsur fairness dari solusi kebijakan sulit. Analisis kebijakan
lebih dari sekadar proses teknis-kuantitatif, tapi juga bersifat politis. Dalam analisis
kebijakan hal yang paling sulit dilakukan adalah mencari metode analisis dan
perencanaan kebijakan yang sederhana, karena proses pemecahan masalah tidak
sesuai dengan kondisi kebutuhan analisis kebijakan. Patton dan Savicky
memperkenalkan model klasik dalam proses kebijakan, yaitu mendefinisikan masalah,
menentukan kriteria evaluasi, mengidentifikasi kebijakan alternatif, mengevaluasi
kebijakan alternatif, memilih kebijakan yang disukai, menerapkan kebijakan yang
disukai, dan kembali lagi ke langkah awal.
Berkaitan dengan hal itu, Patton dan Savicky memperkenalkan modelnya
sebagai “the basic methods of policy analysist and planning”. Konsep basic methods
ini diartikan sebagai bagian dari metode analisis kebijakan, yang terdiri dari cara-cara
yang diterapkan dengan cepat tetapi secara teoritis masuk akal untuk membantu
dalam membuat keputusan kebijakan yang baik. Patton dan Savicky juga menjelaskan
sebelas kriteria untuk menjadi analis kebijakan yang unggul, mulai dari belajar untuk
fokus dengan cepat pada kriteria keputusan sentral dari masalah, sampai dengan
menyadari bahwa tidak ada yang namanya "benar-benar benar", "rasional" dan
"analisis lengkap". Analisis kebijakan yang baik mengintegrasikan informasi
kualitatif dan kuantitatif, mendekati permasalahan dari berbagai perspektif dan
menggunakan metode yang sesuai untuk menguji fisibilitas dari opsi-opsi yang
ditawarkan. Seorang analis kebijakan harus bekerja dengan mempertimbangkan unsur
etik. Patton dan Savicky menjelaskan mengenai pemahaman dengan teori etik,
pendekatan teologis lebih mengedepankan etik dari sisi hasil. Sedangkan, pendekatan
deontologis berkenaan dengan etik dari sisi proses. Dari segi hasil, dapat dilihat
berdasarkan pendekatan benefit-cost. Dari segi proses, analis kebijakan harus melalui
proses yang benar dalam melakukan analisis kebijakan, seperti melibatkan
konstituen.Analisis kebijakan harus dapat mengangkat masalah yang penting dengan
menggunakan cara yang kogis, valid, dan dapat direplikasi, serta mempresentasikan
informasi berupa produk analisis kebijakan yang dapat digunakan oleh pengambil
keputusan. Analisis kebijakan ini dilakukan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah-masalah publik.

langkah analisis kebijakan yang disebutnya sebagai A Basic Policy Analysis


Process

1. Mendefinisikan, verifikasi, dan mendetailkan permasalahan kebijakan.


Ada banyak pendekatan untuk identifikasi dan definisi masalah. Dua metode
yang banyak digunakan adalah, pertama, pragmatic approach yang digunakan adalah,
pertama, pragmatic approach yang digunakan apabila analis kebijakan dihadapkan
kepada pertentangan bagaimana seharusnya suatu isu kebijakan ditangani, sehinnga
pertimbangan dijatuhkan kepada biaya yang paling rendah; kedua, social-criterion
approach di mana analis kebijakan mencari ekspresi tersembunyi dari permasalahan
sosial yang harus diatasi.

2. Establishing Evaluation Criteria.


Proses membuat kriteria evaluasi seringkali dilakukan terlalu canggih dan terlalu
rumit sehingga memerlukan informasi yang begitu banyak yang tidak mungkin
diperoleh dalam analisis kebijakan. Secara umum, Patton dan Savicky
mengemukakan tidak ada formula baku dalam membuat kriteria. Seorang analis
kebijakan bahkan dapat memulai dengan mengemukakan ide yang masih vague dan
kemudian secara bertahap mendetilkan ke dalam kriteria-kriteria. 3. Mengidentifikasi
alternatif. Metode untuk mengidentifikasi alternatif dikelompokkan menjadi lima
yaitu:
a. Researched analysis and experimentation yang menggunakan teknik passive
collection and classification.
b. No-action analysis yang menggunakan teknik pengembangan tipologi-
tipologi (development of typologies).
3. Quick Surveys
yang menggunakan teknik analogi, metafora, dan sinektik-sebuah teknik untuk
melihat masalah lama dengan cara atau pendekatan yang baru.
a) Literature review yang menggunakan teknik galang-gagas (brain storming).
b) Comparison of real world experience yang menggunakan teknik
perbandingan dengan suatu ideal.
4. Evaluasi alternatif kebijakan.
Langkah ini khusus digunakan untuk kebijakan yang akan diambil- atau ex-ante
evaluation. Patton dan Savicky memperkenalkan dua metode untuk menentukan
alternatif kebijakan peramalan dan evaluasi.
5. Menyajikan alternatif kebijakan.
Patton dan Savicky menegaskan bahwa proses analisis kebijakan merupakan
evaluasi alternatif kebijakan dari sisi teknis, ekonomi, dan politik, dikaitkan dengan
implementasinya. Masalahnya adalah alternatif kebijakan apa yang harus disajikan?
Masalah menetapkan alternatif kebijakan bertemu dengan sejumlah tantangan.
Pertama, konflik antara rasionalitas individu dengan rasionalitas kelompok. Kedua,
maslaah kriteria-kriteria berganda (multiple criteria).
6. Pemantauan dan evaluasi kebijakan yang diimplementasikan.
Patton dan Savicky mengemukakan bahwa implementasi sama penting dengan
kebijakan itu sendiri, sehingga kegagalan implementasi dianggap sama dengan
kegagalan kebijakan. Berkenaan dengan policy failures di dalam konteks pengawasan
dan evaluasi kebijakan, Patton dan Savicky mengutip Carol H. Weiss (1989)
mengelompokkan menjadi 2, yaitu
(1) Program failures di mana kebijakan tidak dapat diimplementasikan sesuai
dengan desain dan
(2) theory failure di mana kebijakan dapat diimplementasikan sesuai desain tetapi
tidak memberikan hasil yang diharapkan.

Patton dan Savicky menjelaskan secara detail mengenai enam langkah dalam
proses analisis kebijakan tersebut, mulai dari mendefinisikan, verifikasi, dan
mendetailkan permasalahan kebijakan sampai dengan pemantauan dan evaluasi
kebijakan yang diimplementasikan Berdasarkan tiga pemahaman mengenail analisis
kebijakan yang disampaikan oleh Dunn, Weimar dan Vining, serta Patton dan
Savicky, dapat dilihat bahwa ketiganya memiliki kesamaan dalam beberapa aspek.
Misalnya, mengenai langkah dalam proses analisis kebijakan yang pasti diawali
dengan mendefinisikan atau mengidentifikasi permasalahan yang sedang dihadapi,
kemudian penyediaan alternatif kebijakan, dan di akhiri dengan evaluasi kebijakan

Anda mungkin juga menyukai