net/publication/356248337
CITATION READS
1 131
2 authors, including:
Fitri Kurnianingsih
Universitas Maritim Raja Ali Haji
26 PUBLICATIONS 47 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Fitri Kurnianingsih on 16 November 2021.
Penulis:
Fitri Kurnianingsih
Irwanto
MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK
© Fitri Kurnianingsih & Irwanto
Bekerjasama dengan:
Penerbit & Percetakan Samudra Biru
Jln. Jomblangan, Gg.Ontoseno B.15 RT 12/30
Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta
Email: admin@samudrabiru.co.id
Website: www.samudrabiru.co.id
WA/Call: 0812-2607-5872
Glosarium
v
Dominan : Bersifat sangat menentukan karena kekuasaan,
pengaruh, dan sebagainya: bahasa Indonesia sangat
di daerah Jakarta a berpengaruh kuat; tampak
menonjol (tentang warna dan sebagainya): warna
biru sangat dalam lukisannya
Dinamika : Fis bagian ilmu fisika yang berhubungan dengan
benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakkan;
Gerak (dari dalam); tenaga yang menggerakkan;
semangat; Prinsip biomekanika yang diterapkan
pada sistem tubuh dalam gerakan
Empiris : Berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh
dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah
dilakukan)
Fiskal : berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan
negara
Hakikat : Inti sari atau dasar: dia yang menanamkan --
ajaran Islam di hatiku; kenyataan yang sebenarnya
(sesungguhnya): pada --nya mereka orang baik-baik
Ilmu : Pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu
di bidang (pengetahuan) itu: dia memperoleh gelar
doktor dalam – pendidikan; Pengetahuan atau
kepandaian (tentang soal duniawi, akhirat, lahir,
batin, dan sebagainya); Isl sifat mengetahui yang
wajib bagi Allah Swt.
Indikator : sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk
atau keterangan: seseorang yang akan melakukan
suatu pekerjaan sebaiknya menggunakan -- yang
sudah ada; kenaikan harga dapat menjadi -- adanya
inflasi
Inovasi : Pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru;
pembaruan: -- yang paling drastis dalam dasawarsa
terakhir ialah pembangunan jaringan satelit
komunikasi; Penemuan baru yang berbeda dari
yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya
(gagasan, metode, atau alat); unsur yang mengalami
pembaruan dalam bahasa modern
Kapabilitas : Kemampuan atau kecakapan dalam melakukan
sesuatu
Keberpihakan : Hal berpihak pemerintah kepada rakyat akan
meningkatkan kesejahteraan sosial
vi
Kepemimpinan : Perihal pemimpin; cara memimpin: mahasiswa tetap
mendukung cara
Kesenjangan : Perihal (yang bersifat, berciri) senjang;
ketidakseimbangan; ketidaksimetrisan; jurang
pemisah: antara si kaya dan si miskin makin lebar
Keuangan : Seluk-beluk uang; urusan uang; keadaan uang: ~
makin baik; biayanya tidak terjangkau olehku
Kinerja : Sesuatu yang dicapai; Prestasi yang diperlihatkan;
Kemampuan kerja (tentang peralatan)
Klasifikasi : Penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan
menurut kaidah atau standar yang ditetapkan
Konsepsi : Pengertian; pendapat (paham); Rancangan (cita-cita
dan sebagainya) yang telah ada dalam pikiran
Kualitas : Tingkat baik buruknya sesuatu; kadar: derajat atau
taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya);
Manajemen : Penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran; Pimpinan yang bertanggung
jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi
Masyarakat : Sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan
terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap
sama
Mikro : Kecil; tipis; sempit: ditinjau secara -- tempat itu
hanya pantas untuk pasar; berkaitan dengan jumlah
yang sedikit atau ukuran yang kecil
Ombudsman : pegawai pemerintah (seperti di Swedia dan Selandia
Baru) yang ditunjuk untuk menangani pengaduan
orang yang mendapat perlakuan tidak adil atau
sewenang-wenang dalam pelayanan masyarakat
Paradigma : Ling daftar semua bentukan dari sebuah kata yang
memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata
tersebut; model dalam teori ilmu pengetahuan;
kerangka berpikir
Paradoks : pernyataan yang seolah-olah bertentangan
(berlawanan) dengan pendapat umum atau
kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung
kebenaran; bersifat paradoks
Pembangunan : Proses, cara, perbuatan membangun
Pemberdayaan : proses, cara, perbuatan memberdayakan
Pemerataan : proses, perbuatan memeratakan
vii
Pendekatan : Proses, cara, perbuatan mendekati (hendak
berdamai, bersahabat, dan sebagainya): ~ yang telah
dilakukannya selama ini tampaknya tidak berhasil;
Antar usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti,
metode untuk mencapai pengertian tentang masalah
penelitian; ancangan
Pilar : Dasar (yang pokok)
Publik : Orang banyak (umum); semua orang yang datang
(menonton, mengunjungi, dan sebagainya): -- merasa
puas melihat pertunjukan itu
Reformasi : Perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang
sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat
atau negara
Sejarah : Ssal-usul (keturunan) silsilah; Kejadian dan peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa lampau; riwayat;
tambo: cerita. Pengetahuan atau uraian tentang
peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi
dalam masa lampau; ilmu sejarah
Seni : Kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu
yang bernilai tinggi (luar biasa); orang yang
berkesanggupan luar biasa; genius
Sentralisasi : Penyatuan segala sesuatu ke suatu tempat (daerah
dan sebagainya) yang dianggap sebagai pusat;
penyentralan; Pemusatan: saat ini sedang diusahakan
-- tanaman tebu di sekitar pabrik gula
Teknologi : Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu
pengetahuan terapan; Keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi
kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia
Terminologi : Peristilahan (tentang kata-kata); ilmu mengenai
batasan atau definisi istilah
Tipologi : Ilmu watak tentang bagian manusia dalam golongan-
golongan menurut corak watak masing-masing;
klasifikasi kamus dan buku acuan lain; ilmu yang
mempelajari kesamaan sintaksis dan morfologi
bahasa-bahasa tanpa mempertimbangkan sejarah
bahasa
viii
Prakata
M
anajemen sektor publik merupakan tugas yang dilakukan
baik itu oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Dalam menjalankan manajemen sektor publik harus mem-
perhatikan beberapa hal seperti birokrasi pemerintahan, organisasi
administrasi, reformasi administrasi publik, demokratic governance,
mengukur kinerja reformasi, diskursus teoretis reformasi administrasi,
manajemen pelayanan publik, hakikat otonomi daerah dan sebagainya.
Buku ajar ini hadir untuk memberikan penjelasan kepada pembaca baik
dari akademisi dan masyarakat umum agar mengetahui sejauh mana
pengetahuan yang saat ini berkembang dalam manajemen sektor publik
mulai dari pendalaman teori maupun studi kasus dari beberapa negara
khususnya di Indonesia.
Mata kuliah Manajemen Sektor Publik memberikan ulasan yang
komprehensif serta gagasan pembaharuan yang nantinya menarik untuk
diulas secara mendalam. Hal ini berguna untuk bisa memberikan efek
pemikiran yang kritis maupun gagasan yang baik terhadap manajemen
sektor publik. Manajemen Sektor Publik dikhususkan untuk mahasiswa
yang melanjutkan studi Magister Administrasi Publik Universitas
Maritim Raja Ali Haji sebagai acuan pada rencana pembelajaran semes-
ter (RPS). Materi di dalam buku ini sudah sesuai dengan standar dan
acuan dari Indonesian Association for Public Administration (IAPA).
Akhirnya puji syukur diucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga buku ini dapat
diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu proses penerbitan buku ini, diantaranya
pihak Penerbit UMRAH Press serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
ix
Politik (FISIP) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) yang telah
memfasilitasi proses hibah buku ajar di lingkungan FISIP UMRAH
tahun 2021. Kepada para kolega di Program Studi Magister Administrasi
Publik (MAP) yang telah memberikan dukungan untuk menerbitkan
manuskrip ini menjadi buku ajar. Demikianlah, semoga buku ajar
Manajemen Sektor Publik ini bermanfaat, segala kritik dan masukannya
akan diterima dengan senang hati sebagai perbaikan di kemudian hari.
Penulis.
x
Daftar Isi
Glosarium____v
Prakata____ix
Daftar Isi____xi
Daftar Tabel____xv
Daftar Gambar____xvii
Demokratic Governance____49
A. Perubahan Paradigma Government ke Governance____49
B. Good Governance____53
C. Dari Good Governance Menuju Democratic Governance____58
D. Dynamic Governance____71
xi
Diskursus Teoretis Reformasi Administrasi dan Birokrasi____97
A. Strategi Reformasi Administrasi____97
B. Tipologi Strategi Reformasi____103
C. Reformasi Birokrasi Diskursus Teoretis dan Empiris____104
Hakikat Governance____163
A. Pengertian Good Governance____163
B. Prinsip Good Governance____164
C. Pilar-Pilar Good Governance____167
xii
Manajemen Perubahan Sektor Publik____215
A. Konsep Manajemen Perubahan____215
B. Pendekatan Manajemen Perubahan____216
C. Manajemen Perubahan dalam Sektor Publik____219
Daftar Pustaka____225
Indeks____237
Profil Penulis____245
xiii
xiv
Daftar Tabel
xv
xvi
Daftar Gambar
xvii
xviii
Perkembangan
Administrasi Publik
1
Manajemen Sektor Publik
2
Manajemen Sektor Publik
a. Tahap Prasejarah
Bukti-bukti sejarah menunjukan dengan jelas bahwa pada tahap
prasejarah ini administrasi sudah berkembangdengan baik. Meskipun
mungkin secara tidak sadar, masyarakat purba telah menjalankan roda
administrasi sebagaimana apa yang sekarang disebut sebagai prinsip-
prinsip administrasi . karena kebutuhan masyarakat yang dipuaskan
melalui penerapan prinsip-prinsip administarsi dan manajemenpun
relative masih sederhana maka pada umumnya system administrasi yang
dipergunakan belum serumit yang digunakan sekarang ini. Ditinjau dari
segi waktu dan tempat, tahap prasejarah ini dapat dibagi pula menjadi
enam tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut :
1) Zaman Mesopotamia; Pada zaman semopotamia telah
dijalankan prinsip-prinsip dasar administarsi yang diketahui
pada zaman modern sekarng, terutama pada bidang
pemerintahan, perdagangan, komunikasi dan pengangkutan
(terutama pengangkutan sungai). Sejarah membuktikan bahwa
masyarakat Mesopotamia telah menggunakan logam sebagai
alat tukar, hal ini memudahkan dalam perdagangan.
2) Zaman Babilonia; Zaman Babilonia, administrasi pemerintahan,
perdagangan, perhubungan dan pengangkutan telah ber-
3
Manajemen Sektor Publik
5
Manajemen Sektor Publik
passer/ let do, let pass yang artinya biarkan semua terjadi, biarkan semua
berlalu. Tokoh yang menonjol pada zaman ini adalah George Von Zincke
yang telah menghasilkan 537 karya ilmiah dan yang terbanyak adalah
tentang administrasi pertanian.
Perkembangan semakin pesat karena pada zaman ini telah timbul
adanya revolusi industri di Inggris, yang mengakibatkan perubahan
yang besar dalam administrasi. Adalagi seorang tokoh yang mempunyai
peranan besar pada zaman ini, yaitu Charles Barbage, seorang professor
matematika pada Universitas Cambridge, yang pada permulaan abad 18
menulis buku yang berjudul the economy of manufacture. Pada buku ini
menekankan pada pentingnya efesiansi dalam usaha mencapai tujuan.
Selama hampir satu abad hasil karya ini terlupakan dan baru terselidiki
kembali setelah lahirnya gerakan manajemen ilmiah (scientific
manajement movement), yang dipelopori oleh Fredrick Winslow Taylor
tahun 1886.
c. Zaman Modern
Ada zaman ini, administrasi mulai dikenal sebagai ilmu, karena
pada zaman itu yang dipelopori oleh F.W. Taylor (seorang sarjana
pertambangan) dari amerika serikat, mulai mengadakan penyelidikan-
penyelidikan dalam rangka mempertinggi efesiensi perusahaan dan
peningkatan produktivitas pekerja. Pada saat itu dia melihat bahwa
efesiensi perusahaan tidak terlalu tinggi dan produktivitas pekerjanya
rendah karena terlalu banyaknya waktu dan gerak-gerik kaum buruh
yang tidak produktif, kemudian dia melakukan studi yang dikenal
dengan time and motion study untuk mempelajari penggunaan waktu
yang oleh kaum buruh serta gerak-gerik mereka dalam melaksanakan
pekerjaan, terutama para buruh tingkat bawah. Hasil studinya dituliskan
dalam satu buku yang berjudul the principle of scientific management, yang
diterbitkan pada tahun 1911.
Pada saat taylor melakukan penyelidikan-penyelidikan, di perancis
timbul pula seorang ahli pertambangan yang bernama Hendry Fayol
yang bekerja pada salah satu perusahan tambang disana, yang pada saat
itu perusahaan terancam oleh kehancuran. Sebagai seorang ahli fikir,
Fayol mencari sebab-musabab dari kegagalan perusahaan itu untuk
mencapai tujuannya. Hasil pemikiran fayol ditulis dalm bukunya pada
tahun 1916 dengan judul administration generalle et industrielle, yang
6
Manajemen Sektor Publik
7
Manajemen Sektor Publik
9
Manajemen Sektor Publik
11
Manajemen Sektor Publik
saat itu, yaitu dampak dari krisis moneter. Keadaan tersebut membuat
orang nomor satu di Indonesia, Soeharto yang menjabat sebagai presiden
selama kurang lebih 32 tahun menyatakan mundur.
Pembebasan Tahanan Politik di era BJ. Habibie, Tak butuh waktu
lama, ia kemudian mengeluarkan sejumlah amnesti dan abolisi untuk
para tahanan politik (tapol). Langkahnya dimulai dari pembebasan 13
tapol yang terlibat kasus demonstrasi di Timor Timur serta penghinaan
terhadap presiden sebelumnya, Soeharto. Di dalam pemberitaan
Harian Kompas (12/6/1998) menyebutkan, BJ Habibie secara resmi
mengeluarkan Keppres No 85 Tahun 1998 untuk memberikan amnesti
dan abolisi kepada 13 tapol dan napol tersebut. Melalui Keppres No. 85
Tahun 1998 itu, presiden memutuskan memberikan amnesti kepada
delapan orang, yaitu Cancio AH Guterres, Thomas Agusto, Antonio
Freitas, Jose Gomez, Hermenigildo da Costa, Luis Pereira, dan Bendito
Amaral.
Mereka dihukum karena terbukti telah berbuat makar. Abolisi
juga diberikan kepada delapan orang lain dari Timtim, yaitu Juvenal
do Santos Monis, Fransisco de Deus, Domingos da Silva, Silvereiro
Baptista Ximenes, Vicente Marques, dan Bernadino Simao. Selanjutnya
di bulan Agustus, Habibie juga memberikan grasi terhadap tiga napol
PKI. Mereka adalah Manan Effendi (80), Alexander Warrouw (81), dan
Pudjo Prasetyo (72) yang terlibat dalam pemberontakan G-30S/PKI,
seperti diberitakan dalam Harian Kompas (18/8/1998).
Grasi kepada tiga napol PKI itu diberikan melalui Keputusan
Presiden (Keppres) No 42/G/ 1998. Menteri Kehakiman Muladi dan
Jaksa Agung AM Ghalib mengumumkan langsung pemberian grasi
kepada pers usai mengikuti upacara detik-detik Proklamasi di Istana
Merdeka (17/8/1998). Ketiga napol itu dipenjara untuk seumur hidup
karena kasus subversi. “Saya langsung tertunduk. Dalam diri saya waktu
itu hanya ada perasaan haru, bingung, kaget, dan syukur kepada Allah
SWT,” kata Manan Effendi usai menerima grasi dari presiden. “Seketika
itu pula, dari kursi roda yang menopang kelumpuhan kaki saya di
balik terali besi (sambil menunjuk sel), saya tundukkan kepala, seraya
mengucap Alhamdulillahi Robbilalamin....” lanjutnya. Tak hanya itu,
pada Januari 1999, Habibie kembali memberikan grasi, amnesti, abolisi,
dan rehabilitasi kepada sejumlah narapidana dan tahanan politik.
12
Manajemen Sektor Publik
13
Manajemen Sektor Publik
14
Manajemen Sektor Publik
15
Manajemen Sektor Publik
16
Manajemen Sektor Publik
17
Manajemen Sektor Publik
18
Pemikiran Doktrin dan Prinsip
Manajemen Publik
20
Manajemen Sektor Publik
21
Manajemen Sektor Publik
22
Manajemen Sektor Publik
23
Manajemen Sektor Publik
25
Manajemen Sektor Publik
26
Manajemen Sektor Publik
27
Manajemen Sektor Publik
28
Manajemen Sektor Publik
29
Manajemen Sektor Publik
birokrasi adalah jangan sampai ada sisa pada akhir tahun buku
(birokrasi lama).
b. Birokrasi kita tidak pernah menyadari bahwa ada perubahan
besar di dunia. Dimana semua hal harus mengacu kepada pasar,
bisnis harus mengacu kepada permintaan pasar, dan kalau
mau berhasil dalam kompetisi harus mampu melayani pasar.
Pasar birokrasi adalah seluruh masyarakat, yang dilayani
oleh birokrasi bukannya pejabat pemerintahan atau pimpinan
birokrasi itu sendiri, tetapi rakyat.
c. Birokrasi di Indonesia sangatlah commanding dan centralistik,
sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan zaman masa kini
dan masa depan, dimana dibutuhkan kecepatan dan akurasi
pengambilan keputusan. Selain itu dengan posisinya yang
strategis, birokrasi di Indonesia tak bisa menghindar dari
berbagai kritik yang hadir yaitu:
» Buruknya pelayanan publik.
» Besarnya angka kebocoran anggaran Negara.
» Rendahnya profesionalisme dan kompetensi PNS.
» Sulitnya pelaksanaa koordinasi antar instansi.
» Masih banyaknya tumpang tindih kewenangan antar
instansi, aturan yang tidak sinergis dan tidak relevan
dengan perkembangan aktual masalah lainnya.
» Birokrasi juga dikenal enggan terhadap perubahan,
ekslusif, kaku, dan terlalu dominan sehingga hampir
seluruh masyarakat membutuhkan sentuhan-sentuhan
birokrasi (birokrasi lama).
» Tingginya biaya yang dibebankan untuk pengurusan hal
tertentu baik yang berupa legal cost maupun illegal cost,
waktu tunggu yang lama, banyaknya pintu layanan yang
harus dilewati dan tidak berprespektif harus dihormati
oleh rakyat.
Jika kita lihat dari pendapat R. Nugroho Dwijowiyoto penerapan
New Public Service masihlah belum terlaksana karena masih banyaknya
masalah-masalah yang masih perlu dibenahi sehingga menghambat
proses penerapan konsep New Public Service ini. Kemudian jika mengacu
30
Manajemen Sektor Publik
kepada prinsip-prinsip dari New Public Service itu sendiri ada beberapa
berinsip yang masih belum terpenuhi. Berikut beberapa prinsip yang
belum terpenuhi dan juga kendala yang dihadapi :
a. Mengutamakan Kepentingan Publik (Seeks the Public Interest)
New Publik Service berpandangan aparatur negara bukan
aktor utama dalam merumuskan apa yang menjadi kepentingan
publik. Administrator publik adalah aktor penting dalam
sistem kepemerintahan yang lebih luas yang terdiri dari warga
negara, kelompok, wakil rakyat, dan lembaga-lembaga lainnya.
Administrator negara mempunyai peran membantu warga
negara mengartikulasikan kepentingan publik. Warga negara
diberi suatu pilihan di setiap tahapan proses kepemerintahan,
bukan hanya dilibatkan pada saat pemilihan umum.
Administrator publik berkewajiban memfasilitasi forum bagi
terjadinya dialog publik. Argumen ini berpengaruh terhadap
peran dan tanggung jawab administrasi publik yang tidak hanya
berorientasi pada pencapaian tujuan-tujuan ekonomis tapi juga
nilai-nilai yang menjadi manifestasi kepentingan publik seperti
kejujuran ,keadilan, kemanusiaan, dan sebagainya.
Namun pada kenyataannya para pelayan publik masih
belum mengutamakan kepentingan publik. Sebagai contoh
misalnya dalam proses pemberian pelayanan umum kepada
masyarakat, penyelenggara layanan secara berkali-kali
menunda atau mengulur-ulur waktu dengan alasan yang tidak
dapat di pertanggungjawaban sehingga proses administrasi
yang sedang dikerjakan menjadi tidak tepat waktu sebagaimana
ditentukan (secara patut) dan mengakibatkan pelayanan
umum tidak ada kepastian sehingga menimbulkan masyarakat
tak nyaman dan menghilangkan rasa kepercayaan terhadap
pelayan publik.
b. Kewarganegaraan Lebih Berharga dari Kewirausahaan (Value
Citizenship over Entrepreuneurship)
New Publik Service memandang keterlibatan citizen dalam
proses administrasi dan pemerintahan lebih penting ketimbang
pemerintahan yang digerakkan oleh semangat wirausaha.
New Publik Service berargumen kepentingan publik akan lebih
31
Manajemen Sektor Publik
33
Manajemen Sektor Publik
34
Manajemen Sektor Publik
35
Manajemen Sektor Publik
36
Manajemen Sektor Publik
37
Manajemen Sektor Publik
39
Manajemen Sektor Publik
40
Reformasi
Administrasi Publik
A. Pengertian Reformasi
Kata reformasi berasal dari bahasa asing “reformation” (Inggris)
atau “reformatie” (Belanda). Kata dasar reformation berasal dari kata
reform, yang berarti membentuk kembali. Reform berasal dari kata form,
yang berarti bentuk atau membentuk. Reformasi adalah perubahan,
perbaikan penyempurnaan. Reformasi secara umum berarti perubahan
terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Reformasi dapat
mengacu pada beberapa hal yaitu Reformasi Protestan: Kata Reformasi
sendiri pertama-tama muncul dari gerakan pembaruan di kalangan
Gereja Kristen di Eropa Barat pada abad ke-16, yang dipimpin oleh
Martin Luther, Ulrich Zwingli, Yohanes Calvin, dll. Reformasi Katolik,
kadang disebut “Kontra Reformasi”, adalah periode pembaruan pada
Gereja Katolik yang diawali dengan Konsili Trente sehubungan dengan
struktur gerejani, tarekat religius, gerakan kerohanian, dan dimensi
politis.
Beberapa tokoh yang menonjol diantaranya: St. Pius V, St. Ignatius
Loyola, St. Teresa dari Avila, St. Yohanes dari Salib, St. Fransiskus
dari Sales. Reformasi Indonesia: Di Indonesia, kata Reformasi
umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang
menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto atau era setelah Orde
Baru, yaitu era reformasi. Konsep dasar reformasi adalah melakukan
perubahan, perbaikan, penataan dan pengaturan secara komprehensif
dan sistematik terhadap banyak hal, terutama yang berkaitan dengan
pimpinan dan kepemimpinan, serta sistem bernegara, berorganisasi
dan berpemerintahan. Reformasi sebagai proses perubahan dari
41
Manajemen Sektor Publik
42
Manajemen Sektor Publik
43
Manajemen Sektor Publik
1. Strategi Inti
Strategi inti ini berkaitan erat dengan tujuan dari suatu sistem
dan organisasi pemerintahan. Tujuan dari suatu sistem dan organisasi
pemerintahan dijadikan strategi inti karena merupakan fungsi inti
pemerintahan yaitu fungsi mengarahkan. Strategi ini menghapus fungsi-
fungsi yang tidak lagi menjalankan tujuan pemerintah yang sebenarnya.
Strategi ini memisahkan fungsi mengarahkan dari fungsi melaksanakan,
sehingga setiap organisasi dapat memusatkan pada satu tujuan. Strategi
ini juga meningkatkan kemampuan pemerintah untuk mengarahkan
dengan menciptakan mekanisme baru guna mendefinisikan tujuan
dan strategi. Strategi ini pendekatannya dengan pendekatan kejelasan
tujuan, pendekatan kejelasan arah dan pendekatan kejelasan arah.
2. Strategi Konsekuensi
Strategi konsekuensi ini berkaitan erat dengan sistem insentif
pemerintah, sistem ini merupakan bagian penting dari sistem
pemerintahan. birokratis memberi insentif yang kuat kepada pegawai
untuk taat aturan dan tunduk. Inovasi hanya akan membawa kesulitan
sedangkan status quo terus-menerus mendatangkan hadiah. Pegawai
dibayar sama tanpa memandang hasil. Dan sebagain besar organisasi
bersifat monopoli. Sistem insentif pemerintah yang disebutkan harus
diubah menjadi insentif dengan menciptakan konsekuensi atas kinerja
yang dihasilkan.
44
Manajemen Sektor Publik
3. Strategi Pelanggan
Strategi pelanggan ini memiliki pola yaitu menggeser sebagian
pertanggungjawaban kepada pelanggan. Strategi ini memberi pilihan
kepada pelanggan mengenai organisasi yang memberikan pelayanan
dan menetapkan standar pelayanan pelang-gan yang harus dipenuhi
oleh organisasi-organisasi itu. Penciptaan pertanggungjawaban kepada
pelanggan semakin menekan organisasiorganisasi pemerintah untuk
memperbaiki hasil-hasil kinerja mereka, tidak sekedar mengelola
sumber daya mereka. Strategi ini juga menciptakan informasi mengenai
kepuasan pelanggan terhadap pelayanan dan hasil-hasil tertentu dari
pemerintah, dan strategi ini memberi organisasi-organisasi pemerintah
sasaran tujuan yang tepat yaitu meningkatnya kepuasan pelanggan.
4. Strategi Kontrol
Strategi kontrol pengendalian secara signifikan mendorong turun
kekuasaan pengambilan keputusan melalui hirarki, dan kadang-
kadang keluar ke kelompok masyarakat. Strategi ini menggeser bentuk
pengendalian yang digunakan dan aturan-aturan yang rinci serta
komando hierarkis ke misi bersama dan sistem yang menciptakan
akuntabilitas kinerja. Strategi ini memberdayakan organisasi dengan
mengendurkan cengkeraman badan kontrol pusat.
5. Strategi Budaya
Sistem pemerintah kritis yang terakhir adalah dna yang
menentukan budaya organisasi pemerintah yaitu mengenai nilai-nilai,
norma, sikap, dan harapan pegawai. Budaya sangat dipengaruhi oleh
bagian dna yang lainya yakni tujuan organisasi, sistem insentif, sistem
pertangungjawaban, dan struktur kekuasaannya. Ubahlah unsur-unsur
ini maka budaya akan berubah, tetapi budaya tidak selalu berubah
seperti yang apa yang diharapkan para pemimpinnya. Oleh karena
itu, setiap organisasi yang telah menggunakan empat strategi lainnya
akhirnya harus memutuskan mengubah budaya organisasinya.
Sementara itu Caiden (1969:8) mengatakan administrative reform
sebagai the artificial inducement of administrative transformation againts
resistence yang dapat diartikan beberapa konsekuensi yaitu
a. Pertama, reformasi administrasi merupakan suatu proses
kegiatan yang secara sengaja diciptakan oleh manusia, tidak
45
Manajemen Sektor Publik
47
Manajemen Sektor Publik
48
Demokratic Governance
49
Manajemen Sektor Publik
2. Pengertian Governance
Menurut United Nation Development Program (UNDP)
mendefinisikan governance sebagai: “the exercise of political, economic, and
administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”. Sedangkan
World Bank Governance sebagai: “the way state power is used in managing
economic and social resources for development of society”. Artinya Jika World
Bank lebih menekankan pada cara pemerintah mengelola sumber daya
sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat, maka
UNDP lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi, dan administratif
dalam pengelolaan Negara. Muncul cara pandang baru yaitu governance
dan good governance. Perspektif yang berpusat pada government bergeser
ke perspektif governance. Mulai masuknya lembaga donor seperti IMF
dan World Bank ke dunia berkembang.
Konsep governance melibatkan tidak sekedar pemerintah dan
negara, tapi juga peran berbagai actor diluar pemerintah dan negara,
sehingga pihak-pihak yang terlibat juga sangat luas. Governance
adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang
melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non pemerintah dalam
suatu kegiatan kolektif. Ganie-Rochman (Widodo, 2001, 18). Governance
adalah praktek penyelenggaraan kekuasaan dan kewenangan oleh
pemerintah dalam pengelolaan urusan pemerintahan secara umum dan
pembangunan ekonomi pada khususnya.
Pinto dalam Nisjar. (1997:119) Governance sebagai proses
penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan
public goods dan services. Lebih lanjut ditegaskan bahwa apabila dilihat dari
segi aspek fungsional, governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah
telah berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan
yang telah digariskan atau sebaliknya.
3. Government ke Governance
Perbedaan paling pokok antara konsep government dan governance
terletak pada bagaimana cara penyelenggaraan kekuasaan (otoritas)
politik, ekonomi dan administrasi dalam pengelolaan urusan suatu
50
Manajemen Sektor Publik
51
Manajemen Sektor Publik
Government Governance
Tidak ada keseimbangan / simbiosis Adanya keseimbangan atau simbiosis
antar aktor. antar aktor.
Sumber: Olahan Penulis, 2020
52
Manajemen Sektor Publik
B. Good Governance
Istilah good governance berasal dari Bahasa Inggris, yaitu good dan
governance. Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN), good memiliki
arti nilai yang menjunjung tinggi keinginan rakyat dan nilai yang dapat
meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai kemandirian,
pembangunan berkelanjutan, dan keadilan sosial. Good governance
adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar
yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan
korupsi baik secara politik maupun administratif. Good governance
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican
framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Governance pada dasarnya
pertama kali digunakan di dunia usaha atau korporat.
Sementara itu, Hughes dan Ferlie, dkk dalam Osborne dan Gaebler,
(1992) berpendapat bahwa Good Governance memiliki kriteria yang
berkemampuan untuk memacu kompetisi, akuntabilitas, responsip
terhadap perubahan, transparan, berpegang pada aturan hukum,
mendorong adanya partisipasi pengguna jasa, mementingkan kualitas,
efektif dan efisien, mempertimbangkan rasa keadilan bagi seluruh
pengguna jasa, dan terbangunnya suatu orientasi pada nilai-nilai. Di
Indonesia, istilah good governance diartikan sebagai konsep pemerintahan
yang bersih, baik, dan berwibawa. Istilah good governance berasal dari
dua kata yang diambil dari Bahasa Inggris, yaitu good dan governance.
Good memiliki arti nilai yang menjunjung tinggi keinginan rakyat,
kemandirian, aspek fungsional, serta pemerintahan yang efektif dan
efisien.
53
Manajemen Sektor Publik
54
Manajemen Sektor Publik
55
Manajemen Sektor Publik
57
Manajemen Sektor Publik
60
Manajemen Sektor Publik
61
Manajemen Sektor Publik
1. Faktor Budaya
Perumusan kebijakan dilakukan melalui sebuah proses. Pada
prosesnya melibatkan berbagai faktor khususnya faktor budaya. Pada
konteks partisipasi, sebagian masyarakat masih memiliki pemikiran
sederhana “budaya nerimo” dan tidak merasa perlu ikut-ikutan dalam
urusan Pemerintah. Paradigma ini perlu diubah. Karena partisipasi
masyarakat dalam perumusan kebijakan publik amat penting. Dalam
democratic governance Pemerintah memiliki kewajiban membangun
masyarakat, menguatkan masyarakat agar mampu berkontribusi dalam
perumusan kebijakan publik. Jika tidak, maka prinsip partisipatif
seringkali dimanfaatkan untuk melegalisasi sebuah mekanisme yang
mengakomodasi kepentingan tertentu. Untuk melahirkan sebuah
kebijakan publik dalam proses perumusannya kerap diwarnai dengan
berbagai bentuk “ transaksional”. Budaya terimakasih menjadi alasan
bagi pemberi hadiah yang saat ini dikategorikan sebagai gratifikasi.
Bentuk penyimpangan yang dianggap biasa tersebut diidentifikasi masih
terus berjalan hingga saat ini.
Budaya “ewuh pekewuh” ternyata juga masih nyata ter-refleksikan
pada sikap dan pandangan aktor perumus kebijakan. Dengan dalih
membantu “kerabat” atau kepentingan lingkungan terdekat. Sikap
ini seringkali menciptakan ruang “koruptif dan kongkalikong”.
Disamping itu masyarakat tertentu kerapkali memberikan apresiasi
dan bentuk kehormatan kepada “orang kuat” secara finansial. Tanpa
merasa berkewajiban untuk ikut memantau darimana sumber kekayaan
tersebut, (masih tabu). Budaya inilah yang seharusnya di-reduksi
melalui berbagai bentuk pendidikan politik rakyat, kepedulian, berbagai
peraturan, mekanisme maupun ketegasan dalam penegakannya.
63
Manajemen Sektor Publik
64
Manajemen Sektor Publik
65
Manajemen Sektor Publik
3. Faktor Individu
Proses perumusan kebijakan publik merupakan serangkaian aktifitas
intelektual yang dilakukan didalam proses kegiatan yang bersifat politis.
Aktifitas politis tersebut divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang
saling bergantung, yang diatur menurut urutan waktu yaitu nampak
dalam serangkaian kegiatan yang mencakup identifikasi permasalahan,
formulasi kebijakan, implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan.
Pada setiap tahapannya mencerminkan aktivitas individu perumus
kebijakan yang terus berlangsung yang terjadi sepanjang waktu.
Sebagai perumus kebijakan, anggota DPR memiliki beban moril untuk
memperjuangkan kepentingan politik partainya dan kebutuhan daerah
pemilihannya. Kompleksitas permasalahan yang dijumpai dalam proses
perumusan kebijakan merupakan dilema yang sangat mempengaruhi
kualitas dan sekaligus pencapaian target kebijakan yang dihasilkan.
Dinamika posisi dan relasi antara para perumus kebijakan sebagai
individu maupun institusi DPR dan Pemerintah sebagai pemilik
kewenangan untuk merumuskan kebijakan publik menentukan konten
kebijakan yang ditetapkan. Faktor individu yang membawa kepentingan
masing-masing institusi maupun individu memiliki kecenderungan untuk
diakomodasi. Jika tidak maka perumusan kebijakan akan mengalami
“dead lock” Kondisi ini seringkali menimbulkan kesepakatan yang
“saling memahami” untuk menetapkan sebuah kebijakan yang menjadi
tidak efektif.Faktor pentingnya adalah bagaimana mempertemukan
kepentingan para aktor perumus kebijakan tersebut, baik pada sisi
eksekutif maupun legislatif. Maka harus ada perspektif yang sama
terhadap permasalahan, tujuan kebijakan dan komitmen politik diantara
para aktor perumus kebijakan. Perlu kontrol masyarakat terhadap proses
perumusan kebijakan sebagai penerapan prinsip-prinsip Democratic
Governance. Sejauh ini peran masyarakat lebih banyak diwakili oleh elit
politik dan massa.
66
Manajemen Sektor Publik
67
Manajemen Sektor Publik
68
Manajemen Sektor Publik
69
Manajemen Sektor Publik
US Supreme Court and the court system; political parties; interest groups;
the press; the bureaucracy. Usulan kebijakan publik bisa saja datang dari
infrastruktur politik ataupun suprastruktur politik atau kedua-duanya.
Kedua komponen tersebut secara bersama-sama merumuskan kebijakan
publik.
Pandangan Lane tersebut tidak jauh berbeda dengan sistem
perumusan kebijakan publik di Indonesia. Kebijakan publik bertujuan
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dalam proses perumusannya
melibatkan masyarakat, partai politik, media massa dan kelompok
kepentingan (interest group) lainnya, sebagai infrastruktur politik.
Suprastruktur politiknya adalah Presiden, DPR, DPD. Seluruh
komponen tersebut bersama-sama saling mengisi dan berkontribusi
sesuai peran masing-masing. Untuk perwujudannya, pemerintah
menggunakan “kekuasaan” yang demokratis yakni, melalui konsensus
di antara para elite yang memiliki peran dalam proses formulasi
kebijakan yang menentukan nasib bangsa dan negara (Agus Pramono
2005, hal.20).
Sedangkan kekuasaan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
formulasi kebijakan yang sah. Sedangkan elit politik mencakup semua
pemegang kekuasaan dalam suatu bangunan politik. (Harold D Laswell
dan Kaplan,1950) Untuk itu harus ada kemauan dan komitmen politik
para perumus kebijakan untuk membangun kapasitas masyarakat agar
dapat berpartisipasi memberikan kontribusi positif terhadap proses
maupun konten kebijakan yang akan ditetapkan. Profesionalismen
para perumus kebijakan dapat dilakukan melalui peningkatan supporting
bagi perumusan kebijakan. Perlu dibangun sistem yang memudahkan
masyarakat, kelompok pakar dan ahli, kelompok swasta dan tokoh
masyarakat untuk melakukan uji publik terhadap kebijakan yang akan
ditetapkan.
D. Dynamic Governance
Konsep dynamic governance telah menjadi sangat popular di era
milenial yang sangat cepat mengalami perubahan di berbagai bidang
kehidupan, tidak terkecuali penyelenggaraan pemerintahan sebagai
akibat dari perkembangan yang begitu pesat dari teknologi informasi.
Namun, hal mendasar terhadap penyelenggaraan pemerintahan tidak
71
Manajemen Sektor Publik
pernah beranjak dari tuntutan prosesnya yang harus efektif dan efisien.
Era milenial dengan ditandai dengan perubahan yang begitu cepat
pada akhirnya mengubah fokus mewujudkan efektivitas dan efisiensi
penyelenggaraan pemerintahan tidak hanya dilihat dari kemampuan
pemerintah untuk merumuskan, melaksanakan dan mengontrol
berbagai kebijakannya semata. Kompleksitas permasalahan yang
dihadapi oleh setiap pemerintahan dari berbagai Negara dewasa ini,
mengindikasikan bahwa good government dan good policies saja tidak
cukup.
Lebih dari itu, tantangan era milenial yang paling penting adalah
“dynamic, cut across many decisions, involve the need for continuous learning,
and rest on effective and rapid implementation (Porter, dalam Neo & Chen,
2007, p. viii). Oleh karena itu, yang dibutuhkan adalah pemerintahan
yang mampu menjawab tantangan itu. Dalam konteks inilah, konsep
dynamic governance menjadi tren saat ini sebagai sebuah jawaban jitu atas
tantangan yang dihadapi oleh pemerintah di berbagai negara. Neo dan
Chen (2007) dalam bukunya yang seminal meyakini bahwa dynamic
governance-lah yang menjadi kunci sukses Pemerintah Singapura saat
ini. Apa yang dimaksud dengan konsep dynamic governance? Mengapa
konsep ini penting? Bagaimana prakteknya yang efektif?.
72
Manajemen Sektor Publik
73
Manajemen Sektor Publik
tersebut menjadi hal yang sangat penting. Dijelaskan oleh Neo dan Chen
(2007, p. 3) bahwa Institutional culture can support or hinder, facilitate of
impede dynamism in policy-making and implementation. Institutional culture
involves how a nation perceives its position in the world, how it articulates
its purpose, and how it evolves the values, beliefs and principles to guide its
decisionmaking and policy choices. In addition, strong organizational capabilities
are needed to consider thoroughly major policy issues and take effective action.
Dynamic governance sebagai output dari sinergi kedua elemen
tersebut perwujudannya sangat bergantung pada upaya pemimpin
untuk menata interaksi sosial dan ekonomi untuk mencapai tujuan
nasional yang dicita-citakan. Dengan mengutip pendapat North, Neo
dan Chen (2007, p. 12) mengatakan bahwa pembangunan ekonomi
dan sosial yang berkelanjutan hanya akan terjadi manakala terdapat
“leadership intention, cognition and learning which involve continual
modification of perceptions, belief structures and mental models, particularly
when confronted with global development and technological change. Oleh
karenanya, dua hambatan utama untuk terwujudnya dynamic governance
adalah ktidakmampuan untuk menghadapi perubahan lingkungan dan
untuk melakukan penyesuaian atas kelembagaan yang dibutuhkan agar
tetap efektif.
75
Manajemen Sektor Publik
76
Manajemen Sektor Publik
77
Manajemen Sektor Publik
78
Manajemen Sektor Publik
79
Manajemen Sektor Publik
80
Manajemen Sektor Publik
henti-hentinya bisa datang dari mana saja dan tidak dapat diprediksi.
Singapura telah banyak mengalami kemajuan selama 40 tahun sejak
kemerdekaannya.
Kekuatan kepemimpinan politis dan publik sektor Singapura tidak
langsung diperoleh dengan berbagai upaya. Tetapi ada peran administratif
secara keseluruhan yang bekerja dari belakang untuk menciptakan,
mengembangkan, mereview, dan menerjemahkan kebijakan-kebijakan
mulai dari persepsi kemudian di legislasi kemudian dipraktekkan.
Dengan cara ini pemerintah tahu bagaimana memikirkan efektifitas
dan efisiensi yang menjadi tujuan dari Dynamic Governance, Dampak
dari penanaman budaya, pengintegrasian kemampuan, dan selalu siap
mengahdapi perubahan membuat kepemimpinan yang dinamis dan
pemerintahan yang efektif di Singapura dan diakui di seluruh dunia.
Sehingga, itu dengan jelas menunjukkan kesuksesan Singapura dalam
penerapan Dynamic Governance.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penghargaan yang telah
diperoleh Singapura karena institusi publiknya secara konsisten
termasuk salah satu yang terbaik di dunia diantaranya;
a. Singapura termasuk sepuluh terbaik dengan kategori
“Governance” berdasarkan pada Laporan “Governance Matters”
dari Bank Dunia pada tahun 2006.
b. Institusi pemerintah Singapura mendapat peringkat
atas berdasarkan laporan Sub-index of the 2006 Global
Competitiveness
c. Singapura mendapat peringkat ke-lima sebagai negara yang
berdaya saing tinggi di dunia. Ranking tersebut berdasarkan dari
kecepatan, meritokrasi, dan inkoruptibilitas pemerintahan.
d. Pada bulan Juni 2006, studi dari Hong Kong berdasarkan
Political and Economic Risk Consultancy (PERC), Singapura
memperoleh level ‘skor merah’ terendah dan memiliki standar
tertinggi dalam hal corporate governance di Asia.
e. Pada tahun 2006, PERC merating Hong Kong dan Singapura
sebagai dua negara terbaik dengan kualitas dan integritas
sistem yuridis yang mereka miliki, termasuk konsistensi dalam
penerapan hukum.
81
Manajemen Sektor Publik
82
Manajemen Sektor Publik
83
Manajemen Sektor Publik
84
Mengukur Kinerja Reformasi
Administrasi Publik
85
Manajemen Sektor Publik
86
Manajemen Sektor Publik
C. Reformasi Birokrasi
Pengertian Reformasi Birokrasi Reformasi adalah mengubah
atau membuat sesuatu menjadi lebih baik daripada yang sudah ada.
Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang termasuk
didalamnya masyarakat birokrasi, dalam pengertian perubahan ke
arah kemajuan. (Susanto, 180). Birokrasi adalah sistem pemerintahan
yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada
hierarki dan jenjang jabatan. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian reformasi Birokrasi adalah suatu perubahan signifikan
87
Manajemen Sektor Publik
89
Manajemen Sektor Publik
90
Manajemen Sektor Publik
91
Manajemen Sektor Publik
92
Manajemen Sektor Publik
94
Manajemen Sektor Publik
95
Manajemen Sektor Publik
96
Diskursus Teoretis Reformasi
Administrasi dan Birokrasi
97
Manajemen Sektor Publik
98
Manajemen Sektor Publik
99
Manajemen Sektor Publik
100
Manajemen Sektor Publik
101
Manajemen Sektor Publik
102
Manajemen Sektor Publik
103
Manajemen Sektor Publik
dari kelompok baru yang lebih memiliki posisi di mata masyarakat. Hal
ini dikarenakan besarnya kekuatan politik yang dapat digunakan oleh
mesin birokrasi untuk membendung tuntutan kelompok baru tersebut.
Dalam model mixed bureaucracy, dapat dilihat ciri antara lain terdapat
hubungan antara birokrasi dengan masyarakat, meskipun hubungan
tersebut terbatas. Hubungan tersebut terjadi ketika seseorang atau
individu ditugaskan untuk membantu pemerintahan yang lemah, seperti
pemerintahan yang membutuhkan keahlian statistik, perencanaan
ekonomi dan promosi. Individu dan tenaga ahli tersebut dapat berasal
dari universitas, lembaga penelitian atau unit militer. Keterlibatan
masyarakat tersebut selanjutnya membuat pemerintah semakin
fleksibel dalam proses rekrutmen. Perubahan yang mendasar dalam
struktur birokrasi model ini terjadi ketika ada pergolakan sosial dan
politik seperti perang, revolusi atau kudeta.
Pada titik tersebut, birokrasi akan menerima infusi yang besar dari
kelompok sosial lainnya. Ketika model ini diterapkan, banyak standar
dan prosedur rekrutmen serta promosi berubah guna mendukung
kelompok baru. Model selanjutnya yaitu open bureaucracy. Birokrasi
terbuka memiliki pola rekrutmen yang relatif fleksibel. Setiap orang
yang memenuhi syarat dapat masuk ke birokrasi. Selain itu, standar
masuk dalam hal pendidikan dan pengalaman tidak terlalu kaku.
Berbagai kontak dan pertukaran terjadi antara pemerintah dan industri.
Partai politik berkuasa dan pengaruh mereka terhadap birokrasi lebih
bersifat langsung. Birokrasi menjadi dipolitisir dan legislatif atau partai
sering mempengaruhi dan intervensi. Pintu birokrasi harus terbuka
lebar yang diikuti juga oleh pintu di luar itu birokrasi. Hal lain yang
harus diperhatikan dalam birokrasi terbuka yaitu prosedur baru dan
organisasi yang sederhana.
104
Manajemen Sektor Publik
1. Patologi Birokrasi
Patologi Birokrasi adalah sebuah penyakit yang menggerogoti
sendi-sendi kehidupan dalam birokrasi. Penyakit ini bukan sesuatu yang
datang dengan tiba-tiba, tetapi sudah ada dan terpelihara sejak lama.
Birokrasi sudah terbiasa menjadi simbol kemakmuran dan kerajaan
bagi aparatnya untuk mendapatkan pelayanan dari masyarakat. Kultur
pangreh praja (rakyat mengabdi pada pemerintah/raja) sudah ada dan
bersemayam di birokrasi zaman kerajaan-kerajaan Nusantara, dan
birokrasi yang diciptakan untuk melayani penguasa sudah terjadi sejak
zaman penjajahan Belanda sampai dengan sekarang (era reformasi).
Membangun sistem kontrol dan akuntabilitas publik menjadi signifikan
dalam memerangi patologi birokrasi. Sebagai “eksekutor” kekuasaan
birokrasi sangat mudah terbuai dan tergoda untuk melakukan “abuse of
power”. Untuk itu dalam menghadapi berbagai gejala empirik patologi
dalam birokrasi, sudah saatnya diupayakan agar birokrasi memiliki
daya tahan yang semakin tinggi terhadap berbagai penyakit yang
menyerangnya, juga reformasi birokrasi harus dilakukan secara radikal
dan komprehensip, karena pada dasarnya patologi birokrasi yang terjadi
tidaklah berdiri sendiri, melainkan juga melibatkan para penegak
hukum para politisi dan yang lainnya.
Pada mulanya, istilah “patologi” hanya dikenal dalam ilmu
kedokteran sebagai ilmu tentang penyakit. Namun belakangan hari
analogi ini dikenal dalam birokrasi, dengan makna agar birokrasi
pemerintahan mampu menghadapi berbagai tantangan yang mungkin
105
Manajemen Sektor Publik
timbul, baik yang bersifat politis, ekonomi, sosio kultural dan teknologi,
berbagai penyakit yang mungkin sudah dideritanya atau mengancam
akan menyerangnya perlu diidentifikasi untuk kemudian dicarikan terapi
pengobatan yang paling efektif. Harus diakui bahwa tidak ada birokrasi
yang sama sekali bebas dari patologi birokrasi. Sebaliknya tidak ada
birokrasi yang menderita “penyakit birokrasi sekaligus”(Teruna,2007).
Dalam paradigma Actonian dinyatakan power tends to corrupt,
but absolute power corrupt absolutely (kekuasaan cenderung korup, tapi
kekuasaan yang absolut pasti korup) secara implisit juga menjelaskan
birokrasi dalam hubungannya dengan kekuasaan akan mempunyai
kecenderungan untuk menyelewengkan wewenangnya (Ismail,
2009). Dalam hal tersebut, selain sistem, bisa juga aparaturnya.
Contoh konkrit dari masalah tersebut, yaitu kasus yang lagi hangat-
hangatnya dibicarakan publik dewasa ini tentang bagaimana Gayus
Tambunan sebagai Pegawai Negeri Sipil Golongan III a dilingkungan
Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan mendadak menjadi
orang yang terkenal saat ini di Indonesia. Bukan karena prestasinya di
birokrasi meningkatkan penerimaan pajak, melainkan justru karena
perbuatannya telah memperkokoh keyakinan tentang buruknya
birokrasi di Indonesia.
Tidak semua birokrat seperti Gayus Tambunan, tetapi kelemahan
sistem organisasi seperti dituliskan oleh Caiden, seorang pakar ternama
reformasi administrasi, bahwa gejala tersebut mengidentifikasikan
telah terbentuk citra menyeluruh mengenai buruknya birokrasi di
Indonesia( Eko Prasojo,2010). Mal-administrasi yang saat ini mungkin
dapat disebut gayuisme atau nama lain yang barangkali akan segera
muncul sebenarnya bukanlah kesalahan yang bersifat individual, tetapi
timbul karena kelemahan sistematik dari organisasi birokrasi. Yaitu
kelemahan dan kegagalan organisasi dalam membentuk sistem yang
mencegah terjadinya penyakit-penyakit birokrasi (patologi birokrasi),
sehingga menyebabkan munculnya perilaku menyimpang yang diterima
secara kolektif. Fenomena Gayus, dan nama-nama birokrat lain yang
akan muncul serta menjadi bagian dari sindrom gayuisme adalah patologi
birokrasi yang sudah menahun dan sistemis. Patologi ini seperti gurita,
merusak sel-sel produktif dalam birokrasi dan melibatkan hampir semua
pejabat dalam semua strata. Ruang lingkup patologi birokrasi menurut
106
Manajemen Sektor Publik
Smith (1988) dalam Ismail (2009) dapat dipetakan dalam dua konsep
besar, yaitu:
a. Disfunctions of bureaucracy, yakni berkaitan dengan struktur,
aturan, dan prosedur atau berkaitan dengan karakteristik
birokrasi atau birokrasi secara kelembagaan yang jelek,
sehingga tidak mampu mewujudkan kinerja yang baik, atau
erat kaitannya dengan kualitas birokrasi secara institusi.
b. Mal-administration, yakni berkaitan dengan ketidakmampuan
atau perilaku yang dapat disogok, meliputi: perilaku korup,
tidak sensitif, arogan, misinformasi, tidak peduli dan bias, atau
erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusianya atau
birokrat yang ada di dalam birokrasi.
Bentuk patologi birokrasi yang ditinjau dari perspektif perilaku
birokrasi merefleksikan bahwa birokrasi sebagai pemilik kewenangan
menyelenggarakan pemerintahan tentu memiliki kekuasaan “relatif”
yang sangat rentan terhadap dorongan untuk melakukan hal-hal
yang menguntungkan diri dan kelompoknya yang diformulasikan
atau diwujudkan dalam berbagai perilaku yang buruk. Suatu perilaku
dikatakan baik, bila secara universal semua orang bersepakat mengakui
suatu perbuatan yang menunjukkan tingkah laku seseorang memang
baik, sedangkan sebaliknya suatu perilaku dikata-kan buruk, bila
secara universal semua orang bersepakat menyatakan bahwa tingkah
laku seseorang itu buruk. Karena hakikatnya hanya dua jenis perilaku
yang ada dalam diri manusia, yaitu perilaku baik dan perilaku buruk,
yang kesemuanya itu tergantung dari manusianya sendiri. Dikaitkan
dengan patologi birokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam
perspektif perilaku, maka yang dijadikan indikator adalah berbagai
perilaku buruk dari birokrasi itu sendiri.
Birokrasi diharapkan dapat mewujudkan suatu tata pemerintahan
yang mampu menumbuhkan kepercayaan publik, karena bagaimana
pun pada akhirnya pelayanan publik produk dari suatu pemerintahan
adalah terciptanya kepercayaan publik. Birokrasi tidak hanya sekedar
melaksanaan kekuasaan, tetapi juga memiliki tujuan moral, sebuah
birokrasi yang menghargai hak-hak masyarakat (Teruna, 2007). Proses
patologi birokrasi yang akut diIndonesia ini bukan sesuatu yang datang
tiba-tiba, tetapi terpelihara sejak lama. Birokrasi sudah terbiasa menjadi
107
Manajemen Sektor Publik
108
Manajemen Sektor Publik
109
Manajemen Sektor Publik
111
Manajemen Sektor Publik
113
Manajemen Sektor Publik
harus belajar dari sektor bisnis di mana jika tidak fokus dan
perhatian pada pelanggan (customer), maka warga negara tidak
akan puas dengan pelayanan yang ada atau tidak bahagia.
Oleh karena itu, pemerintah harus menempatkan rakyat
sebagai pelanggan yang harus diperhatikan kebutuhannya.
Pemerintah harus mulai mendengarkan secara cermat para
pelanggannya, melaui survei pelanggan, kelompok fokus dan
berbagai metode yang lain. Tradisi pejabat birokrasi selama
ini seringkali berlaku kasar dan angkuh ketika melayani
warga masyarakat yang datang keistansinya. Tradisi ini harus
diubah dengan menghargai mereka sebagai warga negara yang
berdaulat dan harus diperlakukan dengan baik dan wajar.
Diantara keunggulan sistem berorientasi pada pelanggan
adalah memaksa pemberi jasa untuk bertanggung jawab kepada
pelanggannya, mendepolitisasi keputusan terhadap pilihan
pemberi jasa, merangsang lebih banyak inovasi, memberi
kesempatan kepada warga untuk memilih di antara berbagai
macam pelayanan, tidak boros karena pasokan disesuaikan
dengan permintaan, mendorong untuk menjadi pelanggan
yang berkomitmen, dan menciptakan peluang lebih besar bagi
keadilan.
g. Ketujuh, pemerintahan wirausaha: menghasilkan ketimbang
membelanjakan. Artinya, sebenarnya pemerintah mengalami
masalah yang sama dengan sektor bisnis, yaitu keterbatasan
akan keuangan, tetapi mereka berbeda dalam respon yang
diberikan. Daripada menaikkan pajak atau memotong program
publik, pemerintah wirausaha harus berinovasi bagaimana
menjalankan program publik dengan dengan sumber daya
keuangan yang sedikit tersebut. Dengan melembagakan konsep
profit motif dalam dunia publik, sebagai contoh menetapkan
biaya untuk public service dan dana yang terkumpul digunakan
untuk investasi membiayai inovasi-inovasi di bidang pelayanan
publik yang lain. Dengan cara ini, pemerintah mampu
menciptakan nilai tambah dan menjamin hasil, meski dalam
situasi keuangan yang sulit.
h. Kedelapan, pemerintahan antisipatif: mencegah daripada
mengobati. Artinya, pemerintahan tradisional yang birokratis
114
Manajemen Sektor Publik
117
Manajemen Sektor Publik
118
Manajemen Sektor Publik
119
Manajemen Sektor Publik
120
Manajemen Pelayanan Publik
121
Manajemen Sektor Publik
122
Manajemen Sektor Publik
sisi sedangkan di sisi lain adalah SDM, keuangan, fisik, informasi dan
politik. Manajemen pelayanan publik juga dapat diartikan sebagai suatu
proses perencanaan dan pengimplementasian serta mengarahkan dan
juga mengkoordinasikan penyelesaian aktifitas-aktifitas pelayanan
publik demi tercapainya tujuan-tujuan pelayanan publik yang telah di
tentukan sebelumnya. Manajemen pelayanan publik yang baik tentu
saja akan berpengaruh dan memberikan pelayanan yang berkualitas,
sebaliknya buruknya kualitas pelayanan publik maka akan berpengaruh
pada tingkat kepercayaan masyrakat terhadap pemerintah. Dari uraian
diatas dapat di pahami bahwa pelayanan adalah suatu proses.
Dengan demikina Objek utama dari manajemen pelayanan
publik adalah pelayanan itu sendiri, jadi manajemen pelayanan publik
adalah manajemen proses, yaitu sisi manajemen yang mengatur dan
mengendalikan proses layanan, agar mekanisme kegiatan pelayanan
dapat berjalan dengan tertib, lancar, tepat sasaran, serta memuaskan
bagi pihak yang dilayani. Selanjutnya Rinaldi , Runi. (2012:45). Juga
Manyatakan bahwa: Pelayanan publik hampir secara otomatis akan
dapat membentuk citra ( image ) tentang kinerja birokrasi. Karena
kebijakan negara yang menyangkut pelayanan publik tidak lepas dari
birokrasi. Sehubungan dengan itu kinerja birokrasi secara langsung
berkaitan dengan masalah kualitas pelayanan yang diberikan oleh
aparatur.
123
Manajemen Sektor Publik
124
Manajemen Sektor Publik
125
Manajemen Sektor Publik
1. Definisi Inovasi
Menurut Rogers (dalam Rina 2013) inovasi adalah sebuah ide,
praktik atau objek yang dianggap baru oleh individu satu unit adopsi
lainnya. Menurut Asian Development Bank inovasi adalah Sesuatu
yang baru, dapat diimplementasikan, dan memliki dampak yang
menguntungkan. Inovasi bukan sebuah kejadian ataupun aktivitas; ini
adalah konsep, proses, penerapan, dan kapabilitas yang menentukan
kesuksesan organisasi. Inovasi dapat membantu sektor publik untuk
membuat nilai untuk masyarakat. Menurut Damanpour dalam Yogi
Suwarno inovasi dapat berupa produk atau jasa yang baru, teknologi
yang baru, teknologi proses produksi yang baru, sistem struktur dan
administrasi baru atau rencana baru bagi anggota organisasi. Menurut
Rina Mei Mirnasari (2013) mengartikan inovasi di dalam pelayanan
publik bisa diartikan sebagai prestasi dalam meraih, meningkatkan, dan
memperbaiki efektivitas, efisiensi dan akuntabilitas pelayanan publik
yang dihasilkan oleh inisiatif pendekatan, metodologi, dan atau alat
baru dalam pelayanan masyarakat.
Inovasi layanan dapat didefinisikan sebagai “suatu proses yang berisi
konsep-konsep baru dan produksi, pengembangan dan implementasi
perilaku . Ini juga merupakan metode , perubahan respon terhadap
lingkungan eksternal atau tindakan pertama akibat pengaruh lingkungan
terhadap transformasi organisasi.” (Lu and Tseng, 2010 apud Daft,
1978). Menurut Mulgan dan Albury dalam Muluk mengatakan bahwa
inovasi yang sukses merupakan kreasi dan implementasi dari proses,
produk, layanan, dan metode pelayanan baru yang merupakan hasil
pengembangan nyata dalam efisiensi, efektivitas, atau kualitas hasil.
126
Manajemen Sektor Publik
129
Manajemen Sektor Publik
130
Manajemen Sektor Publik
132
Manajemen Sektor Publik
134
Manajemen Sektor Publik
135
Manajemen Sektor Publik
136
Hakikat Otonomi Daerah dalam
Pelayanan Publik
A. Pengertian Desentralisasi
Desentralisasi berasal dari kata de dari bahasa Belanda artinya
lepas dan centerum yang arinya pusat. Sehingga desentralisasi
memiliki makna sesuatu yang terlepas dari pusat. Desentralisasi adalah
penyerahan Kekuasaan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada
daerah otonom berdasarkan asas otonomi. pengertian ini sesuai dengan
Undang-undang nomor 23 tahun 2014. Dengan adanya desentralisasi
maka muncul otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi
sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana
di definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya
dengan sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir
ini sering kali dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan
adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan paradigma
pemerintahan di Indonesia.
Menurut Rondinelli, definisi desentralisasi ialah penyerahan
keputusan atau kewenangan administratif dari pemerintah pusat kepada
lembaga swadaya masyarakat. Sedangkan Patrick Sills Pengertian
asas desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari tingkat
pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintah yang lebih rendah,
Kemudian Jha S.N dan Mathur P.C mengatakan bahwa Desentralisasi
ialah sebuah pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat dengan
cara devolusi kepada pejabat daerah. Lalu Irawan Soejipto berpendapat,
bahwa arti desentralisasi merupakan pelimpahan kewenangan
pemerintah kepada pihak lain untuk dilaksanakan. Sedangkan, menurut
137
Manajemen Sektor Publik
Sumber: Wikipedia
Ada ruang Lingkup yang berbeda dalam penerapan kedua asas pada
penerapan asas sentralisasi, banyak dipakai pada masa sebelum otonomi
daerah digulirkan. Saat itu, terjadi pemusatan seluruh wewenang pada
sejumlah kecil pemimpin. Akibatnya, ruang lingkup dari penerapan
asas sentralisasi ini begitu besar, yaitu seluruh wilayah negara. Sampai
sekarang, asas sentralisasi masih dipakai terutama dalam pengambilan
keputusan mengenai kebijakan ekonomi negara dan pengambilan
keputusan mengenai pertahanan serta keamanan negara. Sedangkan
kalau Pada penerapan asas desentralisasi mempunyai ruang lingkup
yang lebih kecil, yaitu wilayah suatu daerah tertentu. Dengan kecilnya
ruang lingkup ini, pengembangan daerah jadi lebih mudah dilakukan
karena daerah bisa lebih fokus dalam mengembangkan daerahnya dan
sekaligus memajukan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sana.
140
Manajemen Sektor Publik
141
Manajemen Sektor Publik
142
Manajemen Sektor Publik
orde lama, orde baru, dan reformasi. Jelas telah nampak perubahan
dan kemajuan pada daerah-daerah diindonesia dengan banyaknya
pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan pengelolaan tata
pariwisata dan kota sejak dimulai sistem desentralisasi tetapi dibalik
semua kemajuan dan perkembangan daerah-daerah yang berhasil dalam
memajukan daerahnya ada juga daerah yang tidak maju dan merasa
kurang diperhatikan dan menimbulkan konflik internal dan ancaman
bagi keutuhan negara kesatuan republik indonesia.
Sejak diberlakukan UU no 32 tahun 1999 yang kemudian disusul
dengan UU no 32 tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah yang
secara subtansial memberikan otonomi kepada daerah provinsi dan
kabupaten serta pemerintahan kota suatu kewenangan serta otonomi
yang lebih luas dibandingkan era sebelumnya. Ada beberapa hal yang
menandai adanya otonomi daerah diindonesia misalnya: diserahkannya
berbagai urusan kepada daerah, pemilihan kepala daerah secara
langsung, semakin banyaknya daerah baru hasil dari pemekaran
daerah, dan lahirnya beberapa partai lokal. Memang tidak disangkal
lagi, bahwa otonomi daerah membawa perubahan positif didaerah
dalam hal kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangga daerah sendiri. Kewenangan ini menjadi sebuah impian karena
sistem pemerintahan yang sentralistik cenderung menempatkan daerah
sebagai sebagai pelaku pembangunan yang tidak begitu penting atau
terpingirkan.
Pada masa orde baru, pengerukan potensi daerah kepusat terus
dilakukan dengan dalih pemerataan pembangunan, daerah justru
mengalami proses pemiskinan yang luar biasa. Dengan kewenangan
tersebut tampaknya banyak daerah yang optimis akan bisa mengubah
keadaan yang tidak menguntungkan tersebut. Akan tetapi apakah
dibalik optimisme itu terbersit kekhwatiran bahwa otonomi daerah
juga akan menimbulkan beberapa persoalan, yang jika tidak segera
dicari pemecahannya, akan menyulitkan upaya daerah untuk
mensejahterakan rakyatnya. Karena tanpa disadari beberapa dampak
yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan otonomi daerah telah
terjadi. Ada beberapa permasalahan yang dikhawatirkan bila dibiarkan
berkepanjangan akan berdampak buruk pada susunan ketatanegaraan
indonesia. Setelah sekian lama otonomi berlangsung dengan ditandai
143
Manajemen Sektor Publik
144
Manajemen Sektor Publik
145
Manajemen Sektor Publik
146
Manajemen Sektor Publik
147
Manajemen Sektor Publik
149
Manajemen Sektor Publik
150
Kerjasama Pemerintah dalam
Community Development
151
Manajemen Sektor Publik
152
Manajemen Sektor Publik
153
Manajemen Sektor Publik
154
Manajemen Sektor Publik
155
Manajemen Sektor Publik
Berdasarkan keempat prinsip diatas yang sifat nya sangat padat oleh
karena itu penulis pada bagian ini memilih pembahasan prinsip-prinsip
Community Development secara lebih detail dan mendalam. Menurut
Jim Ife Community Development antara lain satu prinsip sama yang lain
saling berkaitan dan saling melengkapi. Prinsip-prinsip ini diasumsikan
menjadi pertimbangan bagi sukses atau tidak nya suatu kegiatan
Community Development dan dianggap konsisten dengan semangat
keadilan sosial dan sudut pandang ekologis (Ife, Jim, 1997:178-198).
Prinsip-prinsip ini dimaksudkan sebagai seperangkat prinsip dasar yang
akan mendasari pendekatan Community Development bagi semua praktik
kerja masyarakat.
156
Manajemen Sektor Publik
157
Manajemen Sektor Publik
Selain itu yang paling terpenting adalah manfaat skema dari Public-
Private Partnertship yaitu
a. Tersedianya alternatif berbagai sumber pembiayaan;
b. Pelaksanaan penyediaan infrastruktur lebih cepat;
c. Berkurangnya beban (APBN/APBD) dan risiko pemerintah;
d. Infrastruktur yang dapat disediakan semakin banyak;
e. Kinerja layanan masyarakat semakin baik;
f. Akuntabilitas dapat lebih ditingkatkan;
g. Swasta menyumbangkan modal, teknologi, dan kemampuan
manajerial.
Pola pikir masa lalu mengatakan bahwa infrastruktur harus
dibangun menggunakan anggaran pemerintah sehingga pada kondisi
anggaran pemerintah yang terbatas, pola pikir tersebut berujung pada
kesulitan memenuhi kebutuhan infrastruktur yang memadai bagi
perekonomian yang berkembang pesat. Saat ini telah didorong pola pikir
yang lebih maju dalam penyediaan infrastruktur melalui Public-Private
Partnertship. Dengan adanya Public-Private Partnertship maka Pemerintah
dapat memfokuskan diri untuk membangun infrastruktur yang tidak
bersifat komersial namun sangat diperlukan oleh masyarakat, seperti
pembangunan infrastruktur perdesaan, jalan arteri, drainase , dan
sebagainya yang berhubungan dengan infrastruktur. Peran pemerintah
adalah menyediakan perangkat aturan dan regulasi yang memberi
insentif bagi dunia usaha untuk memberikan layanan infrastruktur
tersebut.
Insentif tersebut dapat berupa kebijakan pajak, bea masuk,
aturan ketenagakerjaan, perizinan, pertanahan, dan lainnya, sesuai
kesepakatan dengan dunia usaha. Tidak semua kegiatan pemberian
layanan di bidang infrastruktur melalui skema Public-Private Partnertship
memberikan tingkat pengembalian yang wajar (cost recovery or financially
viable). Untuk meningkatkan kelayakan finansial tersebut diperlukan
campur tangan pemerintah berupa pemberian dukungan pemerintah.
Pemberian dukungan pemerintah pada saat ini dilakukan dalam
bentuk penyediaan lahan dan pembangunan sebagian konstruksi.
Dalam rangka menjamin efisiensi dan efektifitas dalam penyediaan
infrastruktur, risiko dikelola berdasarkan prinsip alokasi risiko antara
159
Manajemen Sektor Publik
160
Manajemen Sektor Publik
161
Manajemen Sektor Publik
162
Hakikat Governance
165
Manajemen Sektor Publik
166
Manajemen Sektor Publik
168
Standarisasi Manajemen
Pelayanan Publik
172
Manajemen Sektor Publik
173
Manajemen Sektor Publik
C. Maladministrasi Publik
Maladministrasi menurut UU Nomor 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia (“UU 37/2008”) diartikan sebagai
perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang,
menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan
wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban
hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan
oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang menimbulkan
kerugian materiil dan/atau immateriil bagi masyarakat dan orang
perseorangan. Menurut Hendra Nurtjahjo dkk dalam buku memahami
Mal-administrasi (hal. 11-12) yang kami akses dari laman Ombudsman
RI menjelaskan definisi maladministrasi yaitu:
1. Perilaku dan perbuatan melawan hukum,
2. Perilaku dan perbuatan melampaui wewenang,
3. Menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi
tujuan wewenang itu,
4. Kelalaian,
5. Pengabaian kewajiban hukum,
6. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik,
7. Dilakukan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan,
174
Manajemen Sektor Publik
1. Bentuk-Bentuk Maladministrasi
Bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk maladministrasi yang
paling umum adalah penundaan berlarut, penyalahgunaan wewenang,
penyimpangan prosedur, pengabaian kewajiban hukum, tidak trans-
paran, kelalaian, diskriminasi, tidak profesional, ketidakjelasan
informasi, tindakan sewenang-wenang, ketidakpastian hukum, dan
salah pengelolaan. Kemudian Hendra dkk menjelaskan yang termasuk
bentuk tindakan maladministrasi adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan aparatur pemerintah dikarenakan adanya;
a. Mis Conduct yaitu melakukan sesuatu di kantor yang ber-
tentangan dengan kepentingan kantor.
b. Deceitful practice yaitu praktek-praktek kebohongan, tidak
jujur terhadap publik. Masyarakat disuguhi informasi yang
menjebak, informasi yang tidak sebenarnya, untuk kepentingan
birokrat.
c. Korupsi yang terjadi karena penyalahgunaan wewenang
yang dimilikinya, termasuk didalamnya mempergunakan
kewenangan untuk tujuan lain dari tujuan pemberian
kewenangan, dan dengan tindakan tersebut untuk kepentingan
memperkaya dirinya, orang lain kelompok maupun korporasi
yang merugikan keuangan negara.
d. Defective Policy Implementation yaitu kebijakan yang tidak
berakhir dengan implementasi. Keputusan-keputusan
atau komitmen-komitmen politik hanya berhenti sampai
pembahasan undang-undang atau pengesahan undang-undang,
tetapi tidak sampai ditindak lanjuti menjadi kenyataan.
e. Bureaupathologis adalah penyakit-penyakit birokrasi ini antara
lain:
1) Indecision yaitu tidak adanya keputusan yang jelas atas
suatu kasus. Jadi suatu kasus yang pernah terjadi dibiarkan
setengah jalan, atau dibiarkan mengambang, tanpa ada
keputusan akhir yang jelas. Biasanya kasus-kasus seperti
bila menyangkut sejumlah pejabat tinggi. Banyak dalam
praktik muncul kasus-kasus yang di peti es kan.
175
Manajemen Sektor Publik
Masih bersumber dari buku yang sama, ada pendapat lain mengenai
bentuk maladministrasi yang dilakukan oleh birokrat yaitu:
176
Manajemen Sektor Publik
177
Manajemen Sektor Publik
178
Manajemen Sektor Publik
179
Manajemen Sektor Publik
180
Pengembangan Manajemen SDM
Menuju Birokrasi Berkualitas
181
Manajemen Sektor Publik
182
Manajemen Sektor Publik
183
Manajemen Sektor Publik
184
Manajemen Sektor Publik
185
Manajemen Sektor Publik
186
Manajemen Sektor Publik
187
Manajemen Sektor Publik
190
Manajemen Sektor Publik
192
Manajemen Sektor Publik
193
Manajemen Sektor Publik
195
Manajemen Sektor Publik
196
Manajemen Pemberdayaan
Masyarakat
197
Manajemen Sektor Publik
198
Manajemen Sektor Publik
modal secara langsung pada sektor riil masih sangat rendah. Para
penyandang modal besar masih lebih memilih untuk menginvestasikan
dananya dalam bisnis finansial dan pasar modal yang tidak berdampak
banyak bagi sektor riil, dan tidak pula menyerap tenaga kerja. Berbagai
persoalan di bidang investasi masih menghambat pengembangan sektor
riil, di antaranya masalah perizinan, ketidakpastian dalam penyediaan
energi, persoalan ketenagakerjaan yang belum didasarkan pada
ketentuan berprinsip win-win, serta ketidakpastian penegakan hukum.
Prakarsa Pemerintah menyusun Rancangan Undang-Undang
Investasi yang ditujukan untuk meningkatkan investasi baik yang
berasal dari dalam negeri maupun asing layak dihargai. Namun muatan
dari rancangan tersebut hendaklah lebih mengedepankan kepentingan
bangsa, dan jangan member kesempatan yang terlalu leluasa kepada pihak-
pihak luar untuk menguasai ekonomi nasional dengan dalih ”globalisasi
ekonomi tidak bisa dihindari”. Oleh karena itu, RUU Investasi yang
diprakarsai Pemerintah tersebut harus memiliki ketegasan terhadap
upaya membangun kemandirian bangsa dan memperkokoh kedaulatan
di bidang ekonomi. UU Investasi juga harus mampu mengembangkan
level playing field bagi semua pelaku bisnis hingga rasa keadilan dalam
berekonomi dirasakan oleh seluruh masyarakat. Juga harus terkait
dengan upaya desentralisasi dan penguatan otonomi daerah. Ijin-ijin
investasi tidak perlu dipusatkan tetapi harus didelegasikan ke daerah.
Pemerintah cukup memberi rambu-rambu atau guidelines.
Konsep utuh pengembangan sektor riil perlu melibatkan berbagai
perspektif sekaligus, termasuk perspektif otonomi daerah. Upaya
mengatasi kemiskinan dan pengangguran melalui pengembangan sector
riil tidak dapat hanya dilakukan ditingkat pusat, melainkan juga harus di
daerah. Daerah apabila diberi kesempatan, dorongan, dan insentif dapat
mengembangkan inisiatif untuk membangun sektor riil berbasis potensi
lokal, termasuk pertanian dan industri berbasis pertanian sebagai sektor
yang paling banyak menampung tenaga kerja, dengan mengaitkannya
pada kebutuhan pasar nasional dan global, sebagaimana pengembangan
industri pedesaan di China maupun Thailand dan bahkan Vietnam.
Kinerja daerah dalam mengatasi kemiskinan dan pengangguran
semestinya langsung dikaitkan dengan kebijakan desentralisasi fiskal
yang meningkatkan alokasi anggaran bagi daerah. Dengan demikian,
199
Manajemen Sektor Publik
200
Manajemen Sektor Publik
201
Manajemen Sektor Publik
5. Kebijakan Fiskal
Semua kebijakan ekonomi harus diarahkan untuk mencapai tujuan
tersebut. Termasuk kebijakan fiskal yang harus dapat digunakan
sebagai instrumen pengendali perekonomian ke arah yang dikehendaki.
Pemerintah harus sudah mulai menggunakan kebijakan fiskal yang
berpihak pada pertumbuhan sektor riil yang mampu berperan dalam
penyerapan tenaga kerja dan penanggulangan kemiskinan. Ada
sementara pakar yang menilai bahwa sejak tahun 2001 anggaran terus
menerus mengalami kontraksi, karena sebagian yang cukup besar dari
dana. Anggaran harus digunakan untuk membayar hutang. Memang
dampaknya seakan baik dalam rangka pengendalian inflasi. Namun
harus dipertimbangkan apa dampaknya bagi sektor riil. Banyak ahli
berpendapat bahwa dalam masa krisis ekonomi, yang bagi kita belum
sepenuhnya berakhir, anggaran justru harus bersifat ekspansif guna
memberi ruang gerak yang memadai buat sektor riil, termasuk upaya
mengatasi kemiskinan dan pengangguran.
Disisi lain Pemerintah masih menyediakan subsidi yang sifatnya
konsumtif seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau dulu disebut
dengan Santuan Langsung Tunai (SLT). Paket subsidi semacam itu
sudah selayaknya ditinggalkan karena hanya akan mengakibatkan
ketergantungan dan melemahnya semangat dan daya juang masyarakat.
Namun demikian, sejak tahun 2007, Pemerintah memulai program
203
Manajemen Sektor Publik
205
Manajemen Sektor Publik
1. Konsep-Konsep Pembangunan
Sebelum kita membahas hal-hal pokok mengenai konsep
pemberdayaan, ada baiknya kita tinjau terlebih dahulu konsep
pembangunan yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia dalam arti yang luas. Pembangunan menurut
literatur-literatur ekonomi pembangunan seringkali didefinisikan
sebagai suatu proses yang berkesinambungan dari peningkatan
pendapatan riil perkapita melalui peningkatan jumlah dan produktivitas
sumber daya. Dari pandangan itu lahir konsep-konsep Mengenai
pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi. Teori mengenai
pertumbuhan ekonomi dapat ditelusuri setidak-tidaknya sejak abad ke-
18. Menurut Adam Smith (1776) proses pertumbuhan dimulai apabila
perekonomian mampu melakukan pembagian kerja (division of labor).
Pembagian kerja akan meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya
akan meningkatkan pendapatan. Adam Smith juga menggarisbawahi
pentingnya skala ekonomi.
Dengan meluasnya pasar, akan terbuka inovasi-inovasi baru
yang pada gilirannya akan mendorong perluasan pembagian kerja
dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith muncul
pemikiran-pemikiran yang berusaha mengkaji batas-batas pertumbuhan
(limits to growth) antara lain Malthus (1798) dan Ricardo (1917). Setelah
206
Manajemen Sektor Publik
Adam Smith, Malthus, dan Ricardo yang disebut sebagai aliran klasik,
berkembang teori pertumbuhan ekonomi modern dengan berbagai
variasinya yang pada intinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang
menekankan pentingnya akumulasi modal (physical capital formation)
dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (human capital). Salah
satu pandangan yang dampaknya besar dan berlanjut hingga sekarang
adalah model pertumbuhan yang dikembangkan oleh Harrod (1948)
dan Domar (1946). Pada intinya model ini berpihak pada pemikiran
Keynes (1936) yang menekankan pentingnya aspek permintaan dalam
mendorong pertumbuhan jangka panjang. Dalam model Harrod-Domar,
pertumbuhan ekonomi akan ditentukan oleh dua unsur pokok, yaitu
tingkat tabungan (investasi) dan produktivitas modal (capital output
ratio). Agar dapat tumbuh secara berkelanjutan, masyarakat dalam
suatu perekonomian harus mempunyai tabungan yang merupakan
sumber investasi. Makin besar tabungan, yang berarti makin besar
investasi, maka akan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, makin rendah produktivitas kapital atau semakin
tinggi capital output ratio, makin rendah pertumbuhan ekonomi. Berbeda
dengan Harrod-Domar yang memberikan tekanan kepada pentingnya
peranan modal, Arthur Lewis (1954) dengan model surplus of labornya
memberikan tekanan kepada peranan jumlah penduduk. Dalam model
ini diasumsikan terdapat penawaran tenaga kerja yang sangat elastis.
Ini berarti para pengusaha dapat meningkatkan produksinya dengan
mempekerjakan tenaga kerja yang lebih banyak tanpa harus menaikkan
tingkat upahnya. Meningkatnya pendapatan yang dapat diperoleh oleh
kaum pemilik modal akan mendorong investasi-investasi baru karena
kelompok ini mempunyai hasrat menabung dan menanam modal
(marginal propensity to save and invest) yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kaum pekerja. Tingkat investasi yang tinggi pada gilirannya
akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu berkembang sebuah model pertumbuhan yang disebut
neoklasik. Teori pertumbuhan neoklasik mulai memasukkan unsur
teknologi yang diyakini akan berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi
suatu negara (Solow, 1957). Dalam teori neoklasik, teknologi dianggap
sebagai faktor eksogen yang tersedia untuk dimanfaatkan oleh semua
negara di dunia. Dalam perekonomian yang terbuka, di mana semua
207
Manajemen Sektor Publik
209
Manajemen Sektor Publik
210
Manajemen Sektor Publik
212
Manajemen Sektor Publik
214
Manajemen Perubahan Sektor
Publik
215
Manajemen Sektor Publik
216
Manajemen Sektor Publik
217
Manajemen Sektor Publik
219
Manajemen Sektor Publik
220
Manajemen Sektor Publik
221
Manajemen Sektor Publik
222
Manajemen Sektor Publik
223
Manajemen Sektor Publik
224
Daftar Pustaka
225
Manajemen Sektor Publik
226
Manajemen Sektor Publik
227
Manajemen Sektor Publik
228
Manajemen Sektor Publik
229
Manajemen Sektor Publik
230
Manajemen Sektor Publik
231
Manajemen Sektor Publik
232
Manajemen Sektor Publik
233
Manajemen Sektor Publik
234
Manajemen Sektor Publik
235
Manajemen Sektor Publik
236
Indeks
237
Manajemen Sektor Publik
238
Manajemen Sektor Publik
G I
Gaebler 23, 25, 53, 65, 94, 111 identifikasi 23, 66, 69, 133, 191,
Ganie-Rochman 50 195, 218, 221, 222
Gary 182 Ife 156
Gaspersz 129, 130 Ignatius Loyola 41
Gayus Tambunan 106 Illchman 86
G.D.Garson 23 Implementasi 70, 195, 222
Geoff Mulgan 128 Indonesia ix, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 22, 25, 29, 30, 33, 35,
George Von Zincke 6
36, 37, 38, 39, 41, 48, 52, 53,
Ghana 150
54, 71, 83, 84, 88, 89, 90, 93,
Gibson 122 94, 106, 110, 131, 137, 138,
globalisasi 9, 42, 68, 76, 181, 199 141, 142, 144, 145, 146, 147,
Goh Keng Swee 77, 79 148, 149, 153, 156, 157, 158,
161, 168, 173, 174, 187, 188,
Gould Williams 186
189, 190, 191, 197, 198, 200,
Goulet 206
201, 202, 203, 205, 208,
grasi 12 209, 210
Inggris 5, 6, 7, 23, 24, 25, 41, 42,
H 53, 188
Heinz 68
Hendry Fayol 6, 7 J
Heri Herdiawanto 55 Jacob 182, 185
Hermenigildo da Costa 12 Jawa 145
historical 3 Jepang 145, 201
Hoki 10 Jerman 5
hong sui 10 Jim 156
239
Manajemen Sektor Publik
240
Manajemen Sektor Publik
modern 2, 3, 4, 7, 9, 58, 92, 93, Osborne 23, 25, 44, 53, 65, 94,
95, 201, 207, 209, 213 101, 111, 173
Moris 94 otoriter 35, 61, 104
Muhammad Yunus 205
multidimensional 82 P
Muluk 126 Partisipasi 55, 64, 165
Myanmar 13 partisipatif 24, 28, 58, 62, 153,
185, 211
N pemberdayaan 10, 130, 147, 153,
155, 167, 182, 201, 204, 206,
Nauheimer 216
211, 213
Neo 72, 73, 74, 75, 76, 77, 82, 84,
perancis 6
93
Perancis 5
nepotisme 36, 108
physiocratism 5
Nigeria 150
Pius V 41
North 75
Plato 1
Politik x, 12, 21, 27, 66
O
politis 20, 27, 34, 37, 41, 47, 60,
Oluwu 20 64, 66, 81, 106, 138, 202
organisasi ix, 5, 8, 9, 16, 19, 20, Posner 91
21, 22, 23, 27, 28, 43, 44, 45,
pragmatis 79, 144
46, 47, 51, 54, 62, 68, 74, 84,
88, 89, 92, 95, 97, 98, 99, prancis 5
100, 101, 102, 104, 106, 111, prasejarah 3
112, 113, 115, 116, 118, 122, Prasetyo 15
123, 124, 126, 127, 128, 129, Prasojo 33, 58, 95, 106
130, 141, 147, 152, 153, 154,
preventif 115, 146
164, 165, 170, 172, 173, 179,
181, 182, 184, 185, 186, 187, Prewit 68
190, 192, 193, 194, 195, 196, privasi 2
215, 216, 217, 218, 219, 220, proaktif 78, 89, 223
221, 222, 223 profesionalisme 19, 30, 70, 171
Organisasi 27, 28, 32, 62, 117, 141, profesionalitas 100, 102
173, 222
proteksionalisme 5
241
Manajemen Sektor Publik
Rhodes 95
Riant Nugroho 65 T
Riau 37, 53 Taiwan 201, 212
Rinaldi 122, 123 Teresa 41
Rina Mei Mirnasari 126 terminasi 186
R. Nugroho Dwijowiyoto 30 Teruna 106, 107, 108
Rogers 126, 128 Thailand 199
Romawi 1, 4 Thoha 94, 102
Rondinelli 137 Thomas Agusto 12
Runi 122, 123 Thomas Alfa Edison 2
Timor Timur 12, 13
S Tiongkok 4
sektor publik ix, x, 24, 28, 55, 80, Transparansi 55, 56, 125, 163, 165
84, 97, 121, 126, 160, 164, Turner 99
181, 185, 186, 187, 188, 189
242
Manajemen Sektor Publik
U White 64, 94
Winardi 216
Ulrich Zwingli 41
Universitas Cambridge 6
Y
V Yohanes 41
Yunani 1, 2, 4
variabel 52, 70, 186, 208
yuridis 81
Vicente Marques 12
W
Washington 182, 185
Waterston 87
243
Manajemen Sektor Publik
244
Profil Penulis
245
Manajemen Sektor Publik
246
View publication stats