Ramli Umar
Mata kuliah: filsafat Ilmu
MAKALAH
OLIGARKI EKONOMI DI INDONESIA
DISUSUN OLEH
1
KATA PENGANTAR
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menjadi sumber rujukan bagi pembaca
dalam menambah wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.......................................................................................... 4
C. Tujuan............................................................................................................. 4
D. Manfaat ........................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ..................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 22
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jika kita melihat hirarki perekonomian Indonesia dengan konsep
perekonomian kerakyatan, seharusnya pemerataan ekonomi menjadi acuan
dalam kesuksesan pembangunan negara. Tetapi semenjak orde baru hirarki
perekonomian sangat mencolok terjadi di Indonesia. Hirakhi yang sangat
mencolok antara orang-orang kaya dan masyarakat miskin, dimana
kelompok orang kaya yang mendominasi pendapatan negara menjadi
kelompok minoritas dan masyarakat miskin menjadi kelompok mayoritas.
Oligarki perekonomian sejak zaman orde baru sampai sekarang
sangatlah jelas. Menurut Hasil kajian Prof Jeffrey Winters dari
Northwestern University,AS, mengutip data dari Capgemini and Merrill
Lynch menunjukkan kurang dari 1% orang kaya di Indonesia mempunyai
kekayaan setara dengan 25% GDP (Gross Domestic Product). Tetapi
perbedaan Oligarki dalam sektor ekonomi pada era Soeharto dengan era
reformasi sekarang adalah pada era orde baru Soeharto dapat
mengendalikan orang-orang kaya tersebut menjadi oligarki di bawah
kekuasaannya.
Keadilan ekonomi menjadi fokus dari Pemerintahan Jokowi-JK
dengan corak pembangunan yang asimetris, dari pinggiran serta redistribusi
aset dan akses.
Sejak reformasi, transformasi struktural perekonomian Indonesia yang
diharapkan lebih berkeadilan ternyata mengalami hambatan akibat tren
penguasaan aset dan akses terhadap sumber daya ekonomi yang tidak banyak
berubah dan diindikasikan dikuasai serta dikendalikan oleh sekelompok
kecil pelaku ekonomi (Oligarki) Kondisi ketimpangan di Indonesia sejak
reformasi mengalami peningkatan ditunjukkan dengan rasio gini, rasio gini
tanah dan penguasaan aset dan akses keuangan di perbankan
1
1. Oligarki Masa Orde Baru
Oligarki dalam perekonomian pada Era orde baru dibangun beriringan
dengan sentralisasi politik pada zaman itu. Di bawah kepemimpinan
soeharto selama tiga puluh tahun lebih memupuk berkembangnya oligarki
dalam kelompok-kelompok tertentu saja. Kelompok oloigarki orde baru
terdiri dari keluarga besar Soeharto yaitu anak, istri, dan para kerabatnya.
Sementara itu dipupuk pula lingkaran oligarki yang lain yaitu para
pengusaha tionghoa seperti Liem Sioe Liong dan Bob Hasan dan para
petinggi-petinggi militer yang menguasai aset-aset negara. Semua
lingakaran oligarki tersebut dapat dikendalikan secara penuh oleh Soeharto
untuk melanggengkan kekuasaanya selama tiga dekade lebih.
Soeharto telah membangun kerajaan oligarkinya semenjak dia
menjadi mandataris presiden Republik Indonesia dengan mengeluarkan PP
no. 8 tahun 1966 dengan mengambil alih konglomerasi Soekarno. Pada
tahun-tahun berikutnya keberpihakan Soeharto kepada oligarki bisnis
keluarganya terlihat sangat jelas dengan mengeluarkan peraturan
perundang-undangan yang mendukung bisnisnya. Terlihat jelas pada awal
tahun 1990-an dengan banyaknya peraturan pemerintah yang dikeluarkan
demi mendukung monopoli usaha, pembebasan pajak, hingga dibentuknya
puluhan yayasan keluarga demi menghimpun dana untuk menyelamatkan
usahanya.Peraturan-peraturan tersebut antara lain, Keputusan Presiden
(Keppres) No. 86 tahun 1994 yang berisi tentang hak atas monopoli
distribusi bahan peledak industri yang diberikan kepada perusahaan
keluarganya yaitu PT. Multinitrotama Kimia. Tidak hanya di situ saja,
negara juga dibebani utang PPN perusahaan tersebut dengan mengeluarkan
Keppres No. 42 tahun 1995.
2. Oligarki Ekonomi Era Reformasi
Setelah 32 tahun Indonesia terjajah dalam sector ekonomi oleh
oligarki ekonomi Soeharto dan keluarganya. Akhirnya rezim Soeharto jatuh
juga karena ulanya sendiri yang mengakibatkan krisis ekonomi, sehingga
2
gerakan massa besar-besaran menurunkan Soeharto dari kursi presiden.
Runtuhnya rezim orde baru yang digantikan dengan era reformasi sempat
memberikan harapan bagi rakyat yang dahulunya terkekang dan terisolasi
untuk dapat membangun perekonomiannya. Tetapi semua itu hanya ilusi
semata, dalam prakteknya demokrasi dan Desentralisasi yang dilakukan
malah membangun oligarki ekonomi yang lebih besar pada tingkat nasional
maupun daerah.
Pada faktanya selama lebih dari sepuluh tahun setelah reformasi dan
desentralisasi, Aktor-aktor lama pada era orde baru yang cukup lama
dipupuk masih mempunyai kekuatan besar dalam era reformasi. Kekuatan-
kekuatan itu bukan hanya pada unsur modal saja karena sudah mengusai 30
tahun lebih, tetapi kekuatan politik orde baru ternyata masih menancap di
pusat maupun daerah. Kondisi ini dibahasakan Vedi Hadiz dengan kaum
Predatoris, yaitu para pelaku politik lama ditingkat paling dasar dalam
simpul oligarki dan primordial orde baru yang masih resisten dan terbawa
arus desentralisasi sampai ke daerah-daerah. Para aktor ekonomi baru juga
mulai membentuk kerajaan oligarkinya dengan memanfaatkan desentralisasi
pemerintahan.
Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi juga dibidik sebagai
penggerak ekonomi rakyat, dengan memperhatikan aspek registrasi usaha
skala mikro dan kecil, pengembangan sarana dan prasarana usaha bagi
UMKM, fasilitasi sertifikasi, standardisasi, merek, dan pengemasan, juga
akses UMKM untuk mendapat kredit, dan perbaikan tata kelola dan
kelembagaan koperasi. Wirausaha juga menjadi fokus pembangunan,
dengan target meningkatkan partisipasi wirausaha untuk meningkatkan
jumlah tenaga kerja persentase wirausaha terhadap jumlah penduduk
Indonesia pada periode 2016-2017 tercatat masih sangat kecil, yakni hanya
sebesar 3,1%. Menurut Bambang, kunci peningkatan dan penguatan iklim
kewirausahaan adalah inovasi dan transfer teknologi serta penelitian dan
pengembangan.
3
Sementara itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia
terus meningkat. Sesuai data Human Development Report Office of the
United Nations Development Programme (UNDP), IPM Indonesia pada
2015 menempati peringkat 113 dari 188 negara.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat penelittian
4
BAB II
PEMBAHASAN
Oligarki itu sendiri. Apalagi bila itu disematkan hanya pada konsep
“minoritas yang menguasai mayoritas”. Bila konsep Oligarki didasarkan
pada hal demikian, maka hampir setiap kekuasaan, pengaruh, atau
pemerintahan, yang menempatkan adanya minoritas dalam memimpin,
maka dapat disebut sebagai Oligarki. Hal itu misalnya, Soviet, kardinal
Gereja, direksi perusahaan, bahkan demokrasi perwakilan itu sendiri,
karena di dalamnya hanya sedikit orang yang memerintah. Padahal, dalam
pengertiannya, yang dimaksud Oligarki tidaklah sesederhana itu. Pada titik
inilah, Jeffrey A. Winters, seorang Profesor di Northwestern University,
berusaha mengkonstruksi ulang pemahaman mengenai Oligarki.
5
luas dan sistemik, meskipun dirinya berposisi minoritas dalam suatu
komunitas Dengan demikian, suatu kekuasaan yang Oligarkis harus
didasarkan pada bentuk kekuasaan yang susah dipecahkan dan
jangkauannya yang harus sistemik.
6
Berdasarkan fakta demikian, Winters memulai penjelasannya
mengenai Oligarki dari apa yang dimaksud dengan Oligark. Winters
mendefinisikan Oligark sebagai “pelaku yang menguasai dan
mengendalikan konsentrasi besar sumber daya material yang bisa
digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan kekayaan pribadi
dan posisi sosial ekslusifnya” Berdasarkan definisi itu, terdapat tiga hal
yang saling bersangkut paut, antara lain, pertama, kekayaan adalah bentuk
kekuasaan material yang berbeda dengan sumber daya kekuasaan lain
yang berpusat pada minoritas; kedua, penguasaan dan pengendalian
sumber daya itu ditujukan untuk kepentingan pribadi; dan ketiga, definisi
Oligark tetap konsisten di berbagai zaman dan kasus.
7
bisa berbeda-beda. Dalam suatu masa, Oligarki bisa terlibat secara
langsung dalam politik, tapi dalam suatu masa juga tidak. Dalam satu
masa, Oligark terlibat secara aktif dalam mempertahankan kekayaan
dengan senjata, tapi dalam masa yang lain tidak bersenjata, dan
sebagainya. Perbedaan tersebut sebagai taktik yang berhubungan dengan
bagaimana pertahanan atas kekayaan dilakukan. Semakin tinggi kebutuhan
untuk mempertahankan kekayaan, maka terjadi kecenderungan bahwa
Oligark akan semakin banyak terlibat dalam kekuasaan politik. Hal
tersebut terjadi juga bila didukung oleh sistem politik yang memungkinkan
adanya gangguan atas hak milik dan kekayaan. Hal sebaliknya, bila dalam
sebuah sistem politik, hak milik dan kekayaan dilindungi secara ketat,
maka Oligark bisa saja tidak perlu terlibat secara aktif dalam perebutan
kekuasaan.
8
ancaman itu, membuat Oligark membentuk pertahanan kekayaan dengan
mengikuti konteksnya. Dalam hal ini, Winters menyatakan bahwa,
9
b) Tipe kedua adalah Oligarki penguasa kolektif. Oligark jenis ini
memiliki kekuasaan dan berkuasa secara kolektif melalui lembaga
yang memiliki norma atau aturan main. Perbedaan mendasar antara
Oligarki panglima dengan oligarki penguasan kolektif ini terletak pada
kadar kerja samanya. Dalam Oligarki penguasa kolektif ini, para
Oligark bekerja sama untuk mempertahankan kekayaannya dan
memerintah suatu komunitas. Dalam kebanyakan kasus, pemerintah
kolektif dilembagakan dalam suatu badan pemerintah yang isinya
Oligark semuanya. Secara historis, contoh dari bentuk oligarki
penguasa kolektif bisa ditemui dari komisi mafia, pemerintahan
Yunani-Roma, juga menurut Winters adalah praktek politik di
Indonesia pasca Soeharto.
10
pribadi dan terlembaga dimana hukum lebih kuat. Oligarki jenis ini
disebut dengan Oligarki Sipil. Karena hak milik dan pertahanan harta
telah disediakan oleh negara, maka fokus Oligark hanya pada
pertahanan pendapatan, yaitu upaya untuk mengelak dari jangkauan
negara untuk meredistribusi kekayaan, misal melalui pajak progresif.
Oligarki Sipil tidak selalu bersifat demokratis dan melibatkan pemilu.
Misalnya, Amerika dan India memang bersifat demokratis secara
prosedural, tetapi di Singapura dan Malaysia bersifat otoriter. Dari
beragam contoh itu, semuanya bersifat oligarki sipil.
Tipe ideal yang dibuat oleh Winters ini tidak statis, artinya dalam
suatu wilayah yang memiliki satu tipe oligarki tertentu bisa
memungkinkan berubah menjadi tipe oligarki yang lain. Hal itu terjadi
dengan mengikuti perkembangan situasi yang spesifik. Ini misalnya terjadi
di Indonesia. Oligark merupakan aktor sangat berpengaruh dalam ekonomi
politik Indonesia, mereka muncul dan memperoleh kekuasaan semasa
Orde Baru Soeharto, dan transisi menuju demokrasi bukan merupakan
gangguan signifikan atau menyusutkan kekuasaan mereka. Oligarki itu
sendiri berubah secara dramatis seiring tumbangnya rezim Soeharto—dari
sultanistik ke penguasa kolektif—dengan konsekuensi penting bagaimana
cara pertahanan kekayaan diupayakan dan dijamin di Indonesia. Namun,
Oligarki tidak lantas menghilang. Penekanan pada bagian ini adalah
bagaimana kekuasaan oligarkis terejawantah di Indonesia kontemporer.
11
atau jatuhnya Soeharto. Oligarki yang dibesarkan oleh rejim Soeharto
terus bertransformasi dengan menyesuaikan konteks politik di Indonesia
yang didorong oleh skema Neoliberalisme, misal demokratisasi,
desentralisasi, dan deregulasi. Pasca krisis ekonomi di tahun 1998,
Oligarki dengan beragam cara mampu bertahan dan kembali menjadi
pemain utama dalam dunia bisnis di Indonesia. Untuk itu, konfigurasi
tatanan yang Oligarkis sebanarnya tetap menjadi kekuatan ekonomi politik
yang dominan di Indonesia pasca Orde Baru. Hal tersebut juga kemudian
dikuatkan lagi oleh Christian Chua dalam artikelnya yang berjudul,
“Capitalist Consolidation, Consolidated Capitalist,”, yang menunjukan
bahwa perubahan institusional pasca Soeharto pada awalnya ditujukan
untuk mengakhiri rejim yang otoritarian, sentralisasi, dan praktek KKN,
ternyata dimanfaatkan oleh kekuatan lama untuk mempertahankan
kekuasaannya.
12
Dengan desentralisasi, kekuatan ekonomi ini berubah lokus patron-klien-
nya. Kekuatan ekonomi ini beralih pada relasi patronase yang
terdesentralisasi. Hal ini mengikuti juga dengan pola beralihnya sebagian
kekuasaan yang ke Daerah. Apalagi karena adanya Pemilukada yang
membutuhkan uang sangat banyak untuk kontestasi. Keterlibatan ini pun
bisa secara langsung maupun tidak langsung. Kemudian, dengan
deregulasi, mereka tetaplah yang paling diuntungkan karena merupakan
kekuatan ekonomi yang paling kuat sehingga saat pengaturan dibebaskan
di pasar, mereka telah menguasai pasar tersebut. Seperti pemilik grup
Salim yang tetap menjadi produsen terigu paling besar dengan
Bogasarinya, setelah ada deregulasi untuk pengusahaan terigu di
Indonesia.
13
3. Kondisi ketimpangan yang terjadi di Indonesia
14
Sumber: BPS. Indeks Gini Indonesia, 1990 - 2017; Sumber: BPS.
(THE CONVERSATION/YENNY TJOE)
15
konsumen ini berperan cukup penting bagi Indonesia, yaitu meningkatkan
pendapatan pajak negara dan menuntut pelayanan publik yang lebih baik
dan transparan serta dapat dipertanggungjawabkan. Namun di sisi lain,
mereka yang berpendidikan rendah semakin sulit mengakses lapangan
kerja. Mereka terjebak dalam pekerjaan dengan gaji rendah. Banyak dari
mereka adalah petani dan nelayan di daerah pedesaan dan mereka yang
bekerja di sektor informal. Karena kenaikan upah mereka lebih lambat
dibanding gaji pekerja terampil, ketimpangan ekonomi di Indonesia
melebar. Ketimpangan ekonomi dan pembangunan manusia Tingginya
ketimpangan ekonomi mengakibatkan kelompok berpendapatan rendah
tidak mampu mengakses kebutuhan dan pelayanan dasar seperti makanan,
kesehatan dan pendidikan. Ini bisa berdampak buruk bagi masyarakat dan
memperlambat proses pembangunan manusia, yang diukur dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). IPM mengukur pencapaian rata-rata suatu
negara dalam tiga dimensi: kesehatan, pendidikan, dan penghasilan
individu untuk mendukung kehidupan yang layak. Ada empat kategori
pembangunan manusia, yaitu sangat tinggi (IPM lebih dari 80), tinggi
(antara 70 dan 80), sedang (antara 60 dan 70), dan rendah (di bawah 60).
Berdasarkan data IPM dari lembaga PBB, United Nations Development
Programme (UNDP), Indonesia termasuk dalam kategori pembangunan
manusia sedang. Namun, tingginya kesenjangan antara kaya dan miskin
tampaknya telah memperlambat pembangunan manusia Indonesia.
Menurut Human Development Reports, sepanjang tahun 2000-an IPM
Indonesia meningkat rata-rata 0,92 persen per tahun dari 60,4 pada
tahun 2000 menjadi 66,2 pada 2010. Indeks Gini selama periode itu antara
31,0 dan 38,0. Dari tahun 2010 hingga 2014, IPM Indonesia tumbuh jauh
lebih lambat, 0,78 persen per tahun karena ketimpangan ekonomi saat itu
lebih tinggi.
16
Pada masa kepresidenan SBY periode kedua, Indeks Gini naik
menjadi 41,0.
17
rata IPM nasional, tetapi 14 di antaranya sudah termasuk dalam kategori
pembangunan manusia sedang. Provinsi daerah tertinggal juga
menunjukkan peningkatan pesat dalam hal kesehatan, pendidikan, dan
standar hidup. Di bawah pemerintahan Jokowi, Papua mencatat
pembangunan manusia tercepat, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat dan
Sulawesi Barat. IPM mereka meningkat masing-masing 1,4 persen, 1,2
persen, dan 1,1 persen per tahun. Upaya mengatasi ketimpangan
Pemerintah berusaha mengatasi masalah ketimpangan melalui berbagai
kebijakan. Pemerintahan SBY fokus pada pengentasan kemiskinan secara
progresif. Selama SBY menjadi Presiden RI, anggaran kemiskinan
mencapai 7 persen pada 2014, meningkat dari 5,7 persen pada 2011.
Dalam menanggulangi ketimpangan, program-program SBY berupaya
memberdayakan masyarakat melalui bantuan pendidikan, kesehatan, dan
kredit mikro. Pemerintahan Jokowi memutuskan untuk melanjutkan
program SBY. Dari tahun 2015 hingga 2018, anggaran negara untuk
program pengentasan kemiskinan meningkat dari 9 persen menjadi 12,8
persen. Berbeda dengan pendekatan SBY, Jokowi tidak hanya
memprioritaskan pembangunan rakyat, tetapi juga infrastruktur dalam
mengatasi ketimpangan. Menurut saya, inilah alasan mengapa strategi
Jokowi lebih efektif daripada SBY dalam menangani ketimpangan.
Pembangunan infrastruktur bertujuan meningkatkan konektivitas serta
mengurangi biaya logistik antar daerah. Pemerintahan Jokowi menaruh
perhatian ekstra pada 30 proyek prioritas, termasuk proyek Palapa Ring,
jalur kereta api Trans Sulawesi, dan jalan Trans Papua. Untuk
memperkecil kesenjangan pendidikan, Jokowi memperkenalkan Program
Indonesia Pintar pada 2014. Program ini memberikan bantuan uang tunai
kepada siswa-siswi keluarga kurang mampu usia 6-21 tahun dengan tujuan
mereka akan menyelesaikan sekolah atau melanjutkan pendidikan minimal
12 tahun. Hingga Oktober 2017, lebih dari 17,9 juta kartu telah
didistribusikan dari target 19,7 juta. Jokowi juga merombak sistem
18
pendidikan kejuruan. Ia melibatkan pelaku industri untuk berkontribusi
dalam pengembangan kurikulum sekolah kejuruan dan teknis. Di bawah
kemitraan itu, perusahaan swasta akan menawarkan pelatihan dan peluang
magang bagi para siswa dan guru. Perombakan ini bertujuan
meningkatkan keahlian para siswa kejuruan dan semakin memperkuat
ketrampilan tenaga kerja Indonesia. Arah yang benar Ketimpangan tinggi
dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup manusia, kohesi sosial,
dan pertumbuhan ekonomi. Ketimpangan di Indonesia erat kaitannya
dengan ketimpangan, baik dalam mengakses peluang ekonomi maupun
layanan publik. Strategi pembangunan Jokowi terbukti telah
mempertimbangkan masalah ini sehingga pemerintahannya
menggabungkan pembangunan infrastruktur bersama sumber daya
manusia. Dengan semakin lancar transportasi dan komunikasi di daerah
dan lebih banyak orang di pedesaan mendapat akses layanan publik yang
setara, ketimpangan ekonomi akan semakin menurun. Indonesia kini juga
bergerak ke arah yang benar dalam penanggulangan kesenjangan yang
lebih efektif. Mengatasi ketimpangan tetap merupakan tantangan bagi
Indonesia. Saat ini kita juga perlu menaruh perhatian pada pemerintah
daerah. Mereka sekarang berperan sangat penting, terutama dalam
memastikan dana dan program yang turun di daerah dapat ditangani secara
optimal sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional dan
menciptakan lapangan pekerjaan di desa.
19
Grafik Ketimpangan Kekayaan
6%
4%
20
Piketty menyatakan bahwa ketimpangan akan muncul apabila r > g
Corak ketimpangan dalam 10 tahun terakhir dalam pandangan Piketty
(2014 & 2015) dikenal sebagai patrimonial capitalism
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/31/100200826/seberapa-parah-
ketimpangan-ekonomi-di-indonesia-.
22