Anda di halaman 1dari 183

TEORI KEBIJAKAN PUBLIK

Dr.Ednawan Prihana, M.Si


DeskripsiPerkuliahan
Mata kuliah ini memberikan pengetahuan, pemahaman,
dan keahlian kepada mahasiswa tentang Konsep pokok,
dan metode dalam teori kebijakan publik yang mencakup
sistem, tingkat-tingkat, proses, siklus kebijakan publik ,
analisis kebijakan publik dan peran informasi dalam
pembuaatan kebijakan publik

TujuanIntruksional
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu
menerjemahkan teori kebijakan publik tentang konsep pokok,
metode analisis kebijakan publik , serta peran informasi dalam
pembuatan kebijakan publik dan mengaplikasikannya dengan
tepat yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat
Daftar Pustaka
 Anderson,James E (1969) , Public Policy
Making, New York : Holt Rinehart and Winston
 Dunn, William, N (1981), Public Policy Analisis : An
Introduction, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hail
 Dye, Thomas R. (1978), Understanding Public Policy,
New
Yersey, Prentice Hall.
 Easton, David, (1965), A System Analysis of Political
Life, New York : Wiley
 Edwards III, George C (1980), Implementing Public
Policy, Washington D.C: Congressional Quarterly Inc.
 Jones, Charles O, (1984), An Introduction to
the Study of Public Policy, Third Edition,
(Monterey : Books/Cole Publising, Conpany.
 Ripley, Randall B. Dan Grace Franklin,(1982),
Bureaucracy and Policy Implementation,
(Homewood, Illinois The Dorsey Press,
 Mazmanian, Daniel, and Paul A. Sabatier
((1981), Effective Policy Implementatian,
Lexington Mass DC:Heath
 Van Meter, D.S, and C.E Horn (1978), The
Policy Implementation Process : A Conceptual
Framwork, Aministration and Society
I. Pengertian Kebijakan, Kebijakan
Publik dan Alasan Mempelajari
Kebijakan
“Policy” adaPublik
yg menerjemahkan “Kebijakan” (Samodra Wibawa,
1994, Muhajir Darwin,1998) ada juga “Kebijaksanaan” (Islamy,
2001, Abdul Wahab,1990), dlm materi ini diterjemahkan menjadi
“Kebijakan” yaitu :
 sebagai suatu progam pencapaian tujuan, nilai-nilai dan
tindakan-tindakan yang teratur (Laswel dan Kaplan ,1979)
 Serangkaian tindakan yg mempunyai tujuan tertentu yg diikuti
dan dilaksaanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku
guna memecahkan suatu masalah tertentu (Anderson, 1979)
 Serangkaian tindakan yg dipilih yg mempunyai arti penting
dalam mempengaruhi sejumlah besar orang (Mac Rae dan Wilde,
1979)
Kebijakan Publik (Public Policy)

THOMAS R. DYE:
“Public Policy is whatever to government choose to do or not
to do” (Kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah
utk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu)
JAMES E. ANDERSON:
“Public Policies are those policies developed by
governmental bodies and officials” (Kebijakan Publik adalah
kebijakan-kebijakan yg dikembangkan oleh badan-badan dan
pejabat-pejabat pemerintah)
DAVID EASTON:
“Public Policy is the authoritative allocation of values for the
whole society” (Kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-
nilai secara sah kepada seluruh anggota masyarakat )
Perlunya mempelajari Kebijakan Publik
Anderson dan Dye memberikan alasan sbb :
 Alasan ilmiah (scientific reason) dgn maksud utk
memperoleh pengetahuan yg lebih mendalam
hakekat dan asal mula kebijakan publik.
 Alasan profesional (professional reason)
dimaksudkan utk menerapkan pengetahuan
ilmiah di bidang kebijakan publik guna
memecahkan masalah sosial sehari-hari
 Alasan politik (political reason) pada dasarnya
agar pemerintah dapat menempuh kebijakan
yang tepat guna mencapai tujuan yg tepat pula.
Gbr. Kebijakan Publik dilihat sbg variabel bebas dan variabel terikat (Dye,1978 )

Lingkungan Lembaga, Proses,


Kebijakan Publik
A dan Perilaku Politik B

E F
C
Kekuatan dan
D Kebijakan Publik
Kondisi Lingkungan

 Meliputi: Meliputi: Meliputi:


 Kesejahteraan Bentuk Pemerintahan Kebijakan hak-hak sipil
 Urbanisasi Tipe Konstitusi Kebijakan restribusi
 Sistem ekonomi Birokrasi Pendapatan
 Tingkat pendidikan Sistem Kepartaian Kebijakan pendidikan
 Ketimpang-ketimpangan Struktur Kekuasaan Kebijakan kesejahteraan
 Struktur Klas Pola Partisipasi Kebijakan kesehatan
 Pola Kebudayaan Sistem Kelompok Kebijakan pertahanan
 Komposisi rasial Kepentingan Kebijakan perpajakan
 Keragaman agama Derajat Konflik Kebijakan energi
 Watak rejim Kebijakan lingkungan
Keterangan gambar:
 Garis penghubung A: Dampak kekuatan-kekuatan dan kondisi lingkungan
terhadap lembaga-lembaga politik dan pemerintahan, proses polititk
dan perilaku politik.
 Garis penghubung B: Dampak lembaga-lembaga politik dan lembaga
pemerintahan, proses-proses politik dan perilaku politik terhadap
kebijakan publik
 Garis penghubung C: Dampak kekuatan-kekuatan dan kondisi-kondisi
lingkungan terhadap kebijakan publik
 Garis penghubung D: Dampak (umpan balik) kebijakan publik terhadap
kekuatan-kekuatan dan kondisi-kondisi lingkungan.
 Garis penghubung E: Dampak (umpan balik) lembaga-lembaga politik,
lembaga-lembaga pemerintahan, proses-proses politik dan perilaku
politik terhadap kekuatan-kekuatan dan kondisi-kondisi lingkungan.
 Garis penghubung F: Dampak (umpan balik) kebijakan publik terhadap
lembaga-lembaga politik, lembaga pemerintahan, proses-proses politik
dan perilaku politik
Isu Dialog Publik Keputusan Kebijakan
Kebijakan Musyawarah Publik

Analisis Pemerintah/
Kebijakan Adm. Publik

Model : Analisis Kebijakan Deliberatif (Dwidjowijoto, 2007)

Model ini menghindari kebijakan publik yg teknokratik, dan


mendudukkan pemerintah hanya sebagai fasilitator dan
legalisator “keinginnan publik”. Model ini dinyatakan bukan
menjadi hal yang baru karena telah terjadi dalam praktek
berbangsa dan bernegara kita
Agar lebih dapat mengadopsi partisipasi publik model
Kebijakan Deliberatif disederhanakan sbb :

Isu Analis Kebijakan


Proses Publik
Kebijakan Kebijakan Publik

Verifikasi dan
Akuntabilisasi

Kebijakan Publik dipahami oleh para ahli dengan amat


beragam. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan publik
ranah yang dinamis dan menarik untuk dikaji. Analisis
kebijakan publik sebagai kajian multimetode harus
memberikan perhatian yang serius kpd masalah,
mengembangkan alternatif, penilaian dan pemberian
rekomendasi secara lebih kreatif dan pro publik
Kesimpulan Kebijakan Publik

 Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah


yg berupa tindakan pemerintah
 Kebijakan publik baik untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu itu
mempunyai tujuan tertentu
 Kebijakan publik ditujukan untuk
kepentingan masyarakat
ALIRAN
KONTINENTAL
(EROPA, BELANDA, BRITISH)

MAINSTREAM
PUBLIC POLICY
?

ALIRAN
ANGLO SAXON
(AMERIKA)
TERMINOLOGI
 Policy = kebijakan,
 Public Policy = kebijakan publik,
 Public = bukan negara, tapi domain state,
society, dan private (governance)
 Public = aliran anglo saxon Amerika
 State, Government = aliran kontinental (eropa,
Belanda, Inggris), tata negara, tata pemerintah,
tata negara, tertib administrasi
Menggunakan istilah Kebijaksanaan
 Untuk mewadahi serangkaian aturan yg
sudah ditetapkan dlm reformasi birokrasi
dan kewenangan diskresi dlm
penyelenggaraan pemerintahan
 Untuk mengatasi masalah yg muncul ketika
peraturannya tidak mengatur, tidak
lengkap, multi tafsir atau terjadi stagnasi
dalam pelayanan
 Ketika kebijakan sudah ditetapkan, dalam
implementasinya lebih tepat menggunakan
istilah kebijaksanaan (Ermaya Suradinata,
2017)
II. Sistem, Jenis dan Tingkat Kebijakan

Publik
 Sitem Kebijakan Publik
Adalah keseluruhan pola kelembagaan dalam
pembuatan kebijakan publik yang melibatkan hubungan
di antara 4 elemen yaitu masalah kebijakan publik,
pembuatan kebijakan publik, kebijakan publik dan
dampaknya terhadap kelompok sasaran (Bintoro

Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaja AR, 1998)


INPUT PROCESS OUTPUT IMPACT

FEEDBACK

ENVIRONMENT

Gbr. Sistem Kebijakan Publik yg terdiri empat elemen (Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustopadidjadja,1988)
Keterangan :
 Input (Masukan): Masalah Kebijakan Publik, timbul
karena faktor lingkungan kebijakan publik yaitu
keadaan yang melatar belakangi atau peristiwa yang
menyebabkan timbulnya masalah kebijakan publik
 Process (proses): Pembuatan Kebijakan Publik, bersifat
politis, dalam proses tersebut
berbagai kelompok kepentingan yang berbeda-beda
bahkan ada yang saling bertentangan.
 Output (keluaran) : Kebijakan Publik, serangkaian
tindakan yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah
atau mencapai tujuan tertentu
 Impacts (dampak): yaitu dampaknya terhadap kelompok
sasaran (target groups)
Sistem dilihat secara fungsional
(Sadu Wasistiono,2013) meliputi :

 Masukan (input) , berupa 6 M, (man, money,


material method, machine, minute)
 Proses (process), yakni mengubah komponen
input menjadi komponen output
 Keluaran (output) yakni produk yg dihasilkan
dari proses
 Nilaiguna (outcome) berupa nilai manfaat dari
keluaran sebuah sistem bagi sistem lainnya
 Dampak (inpact) berupa dapak langsung maupun
tdk langsung dari bekerjanya sebuah sistem
 Manfaat (benefit) berupa nilai tambah
langsung maupun tdk langsung krn bekerjanya
sistem
 Unpan balik (feedback) yang arahnya kepada
internal sistem
 Umpan kedepan (feedforward) masukan dari
sistem yg lebih kecil dan lebih rendah kpd
sistem yg lebih besar dan lebih tinggi
susunannya
 Lingkungan (environment), berupa lingkungan
internal dan lingkungan eksternal dari sebuah
sistem
 Sistem mempunyai batas (boundary of
system), batas ini memisahkan antara
lingkungan dan sekitarnya.
OUT
INPUT PROCESS OUTPUT IMPACT BENEFIT
COME

FEEDBACK
FEEDFORWAD

Boundary of ENVIRONMENT
system
JENIS-JENIS
 KEBIJAKAN PUBLIK: (James A.
Anderson, 1970) )

Substantive and Procedural Policies


Substantive Policy: Kebijakan dilihat dari substansi masalah yang dihadapi
oleh pemerintah.
Procedural Policy: Kebijakan dilihat dari pihak-pihak yang
terlibat dalam perumusannya (Policy Stakeholder)
Distributive, Redistributive, and Regulatory Policies
Distributive Policy: Kebijakan yang mengatur tentang pemberian
pelayanan/keuntungan kepada individu, kelompok, atau perusahaan
Redistributive Policy: Kebijakan yang mengatur tentang
pemindahan alokasi kekayaan, pemilikan, atau hak-hak.
Regulatory Policy: Kebijakan yang mengatur tentang pembatasan/
pelarangan terhadap perbuatan/tindakan.
Material Policy: Kebijakan yang mengatur tentang pengalokasian/ penyediaan
sumber-sumber material yang nyata bagi penerimanya.
Public Goods and Private Goods Policies
Public Goods Policy: Kebijakan yang mengatur tentang penyediaan
barang/pelayanan oleh pemerintah untuk kepentingan orang banyak.
Private Goods Policy: Kebijakan yang mengatur tentang penyediaan
barang/pelayanan oleh pihak swasta, untuk kepentingan individu di pasar
bebas dengan imbalan biaya tertentu .
Tingkat-Tingkat Kebijakan Publik
(LAN, 1997)

 Lingkup Nasional
o Kebijakan Nasional: Kebijakan negara yang
bersifat fundamental dan strategis dalam
pencapaian tujuan nasional. Yang berwenang:
MPR, Presiden, DPR
o Kebijakan Umum: Kebijakan Presiden sebagai
pelaksanan UUD, TAP MPR, UU, untuk mencapai
tujuan nasional. Yang berwenang: Presiden
o Kebijakan Pelaksanaan: merupakan penjabaran
dari kebijakan umum sebagai strategi pelaksanaan
tugas di bidang tertentu. Yang berwenang:
Menteri/setingkat menteri dan pimpinan LPND
Lingkup Daerah
 Kebijakan Umum: Kebijakan Pemda sebagai pelaksanaan
azas desentralisasi dalam rangka mengatur urusan RT
Daerah. Yang berwenang: Gubernur dan DPRD Provinsi
untuk Daerah Provinsi dann Bupati/Walikota untuk Daerah
Kab./Kota.
 Kebijakan Pelaksanaan, ada tiga macam
Desentralisasi: realisasi pelaksanaan PERDA
Dekonsentrasi: pelaksanaan nasional di Daerah

Tugas pembantuan (medebewind): Pelaksanaan tugas


Pemerintah Pusat di Daerah yang diselenggarakan

oleh Pemda.
TAHAP-TAHAP PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK
ada berbagai pendapat ahli
mengenai tahapan-tahapan
dari kebijakan publik, antara
lain:
1. Ripley
HASIL
PENYUSUN AGENDA AGENDA PEMERINTAH

DIIKUTI
FORMULASI &
LEGITIMASI KEBIJAKAN HASIL
KEBIJAKAN

DIPERLUKAN
IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN HASIL
TINDAKAN KEBIJAKAN
EVALUASI TERHADAP DIPERLUKAN
IMPLEMENTASI, MENGARAH KE
KINERJA & DAMPAK
KEBIJAKAN KINERJA & DAMPAK
KEBIJAKAN

KEBIJAKAN BARU
TAHAPAN KEBIJAKAN PUBLIK
(RIPLEY)
2. WILLIAM N.DUNN

a) Penyusun agenda (agenda setting):


Suatu proses agar suatu masalah bisa
mendapat perhatian dari pemerintah

b) Formulasi kebijakan (policy formulation):


Proses perumusan/pengembangan pilihan
-pilihan atau alternatif alternatif kebijakan
untuk memecahkan masalah.
c) Adopsi kebijakan (policy adoption):
Proses ketika pemerintah menetapkan
kebijakan.
d) Implementasi kebijakan (policy
implementation):
Proses untuk melaksanakan kebijakan supaya
mencapai hasil/tujuan.
e) Evaluasi kebijakan (policy evaluation):
Proses untuk memonitor (berarti mulai dari
tahap Implementasi) dan menilai hasil atau kinerja
kbijakan.
JENIS-JENIS KEBIJAKAN PUBLIK
Secara umum ada 6 jenis dari kebijakan publik, yaitu:

1.KebijakanRegulatif:
jenis ini adalah kebijakan yang berupa pembatasan atau
pelarangan terhadap perilaku individu atau kelompok
dengan tujuan agar individu atau kelompok tidak melakukan
suatu tindakan yang tak diperbolehkan (contoh: uu
anti monopoli, uu pornografi, uu perkawinan, kebijakan
pemakaian helm bagi pengendara sepeda motor,
dll).Termasuk dalam hal ini adalah berbagai ketentuan yang
menyangkut keselamatan umum ( seperti:
kebijakan tentang pengawasan obat dan makanan) dan
kepentingan umum (seperti berbagai perizinan dalam
menggunakan hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang
banyak, contoh: izin galian “c”, imb, dll)
2. Kebijakan distributif:
Jenis ini adalah kebijakan-kebijakan yang
terkait dengan penggunaan anggaran publik
(APBN/APBD) untuk memberikan manfaat
langsung kepada masyarakat atau segmen
masyarakat tertentu.

Contoh: kebijakan subsidi BBM, kebijakan


pendidikan dasar gratis, kebijakan pengadaan
obat murah, dll.
3.KebijakanRedistributif:
jenis ini adlah kebijakan yang dikenakan kepada sejumlah
warga negara untuk memberikan manfaat kepada orang
lain, atau dalam pengertian yang lebih umum adalah
kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan, pendapatan,
pemilikan/ hak-hak, diantara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Seperti, pengenaan pajak progresif kepada
sejumlah orang yang termasuk kategori wajib pajak untuk
memberikan manfaat kepada orang lain melalui berbagai
program pemerintah (ini adalah gambaran “inti” dari
kebijakan redustributif.Contoh lain adalah kebijakan
mengenai pajak kekayaan, pajak pendapatan, PBB, pajak atas
bunga tabungan, semua ini biasanya untk membiayai
pembangunan fasilitas umum (jalan, sekolah, rumah sakit,
dll).
4. Kebijakan yang berhubungan dengan
penyediaan barang-barang yang
Bersifat publik (public goods)
seperti: jalan raya, jembatan, waduk,
dll.

5. Kebijakan yang berhubungan dengan


penyediaan barang-barang yang
bersifat pasar bebas/privat
(privat goods
seperti: perumahan (perumnas, btn, dll))
6. Kebijakan konstituen:
Jenis kebijakan ini merupakan kategori Sisa
(residual kategori), artinya, mencakup hal-
hal lain yang tidak dapat dimasukan
kedalam kelima jenis sebelumnya.
Seperti kebijakan pertahanan, keamanan,
luar negri, dll.
LEVEL 1 BUKU PELAJARAN TEXT BOOK

LEVEL 2 LAPORAN PENELITIAN YANG


TIDAK DIPUBLIKASIKAN

LEVEL 3 PROCEEDINGS TEMU ILMIAH

LEVEL 4 SCIENTIFIC READINGS

LITERATUR
LEVEL 5 TESIS/DISERTASI

NASKAH REFERAL JOURNAL


LEVEL 6
ILMIAH BIDANG ILMU
RUJUKAN SUMBER MASALAH

Fenomena Penyelenggaraan Pemerintahan


Strata 1
(Data Lapangan)

Fenomena Penyelenggaraan Pemerintahan


(Data Lapangan)
Strata 2
Kesenjangan Penelitian
(Research Gap)

Kesenjangan Penelitian
(Research Gap)

Strata 3 Fenomena Penyelenggaraan Pemerintahan


(Data Lapangan)

Kesenjangan Teori
(Theory Gap)
TATANAN KONSEPTUAL YANG
BAIK, TETAPI BELUM ADA MASALAH
PEMBUKTIAN EMPIRIK

MASALAH PENELITIAN YANG


BELUM BERHASIL DIJAWAB MASALAH
ATAU HIPOTESIS YG BELUM
BERHASIL DI BUKTIKAN
RESEARCH
GAP
TEMUAN PENELITIAN YANG
KONTROVERSIAL TERHADAP MASALAH
PENELITIAN SEJENIS LAINNYA

HASIL PENELITIAN YANG


MASALAH
MENYISAKAN KELEMAHAN
Apa itu “Theory Gap”
Theory Gap adalah kesenjangan atau ketidakmampuan sebuah
teori dalam menjelaskan sebuah fenomena, oleh karena itu
teori tersebut dipertanyakan.

Proses penncarian theory gap


Hanya mellalui sebuah penelitian pustaka
memang tdk mudah dan pada
yg sangat intensiflah seorang peneliti
dasarnya sama dgn proses
dapat menemukan atau mengembangkan
pencarian research gap bedanya
sebuah theory gap yg
teori mempunyai cakupan yg
mengungkapkan”gugatan terhadap
lebih luas dari sebuah konsep
kemampanan sebuah teori”
dalam research gap

Jawabannya adalah : Tidak Selalu


Disertasi Doktor cukup dikembangkandari
Apakah masalah yg muncul dari research gap Tapi
Disertasi harus bila kandidat doktor dapat menggali theory
berangkat dari gap (melalui sebuah ekplorasi intelektual yg
intensif) tentu saja akan sangat
theory gap membaggakan
Pentingnya Informasi dalam
Pembuatan Kebijakan
Analisis Kebijakan Publik (William N. Dunn,
1994):

Suatu disiplin Ilmu Sosial Terapan yang


menggunakan berbagai macam metode penelitian
dan argumen untuk menghasilkan dan
mentransformasikan informasi yang relevan
dengan kebijakan yang digunakan dalam
lingkungan politik tertentu untuk memecahkan
masalah kebijakan
Informasi yang Relevan dengan Kebijakan

Metodologi dalam analisis kebijakan dapat memberikan informasi


dengan menjawab lima bentuk pertanyaan (William N. Dunn, 1994),
yaitu:
1. Masalah apakah yang dihadapi?
2. Kebijakan apa yang telah dibuat untuk memecahkan masalah
tersebut, baik pada masa sekarang maupun masa lalu, dan
hasil apakah yang telah dicapai?
3. Bagaimana nilai dari hasil kebijakan tersebut dalam memecahkan
masalah? Policy Performance (William N. Dunn, 1994) adalah
tingkat (derajad) sampai di mana hasil suatu kebijakan membantu
pencapaia suatu nilai (tujuan yang diinginkan)
4. Alternatif-alternatif kebijakan apakah yang tersedia untuk
memecahkan masalah tersebut, dan apakah kemungkinan di masa
depan?
5. Alternatif-alternatif tindakan apakah yang perlu dilakukan untuk
memecahkan masalah tersebut?
Model Proses Penetuan
Agenda

1. Model Kingdon
Kingdon (1984) menyatakan bahwa kebijakan
adalah produk dari konvergensi tiga aliran proses yg
mengalir melalui sistem politik meliputi :
a. Aliran masalah (problem stream) : suatu keadaan
yg terjadi dlm masy.Kehidupan masy dipenuhi oleh
pelbagai isu dan peristiwa, sebagian peristiwa nyata
dirasakan sebagai masalah, sebagian mengendap,
tertutup oleh peristiwa yg dianggap penting dan
sebagian lainnya bersifat potensial utk berkembang
menjadi masalah.
b. Aliran Politik (political stream : aliran ini mencakup :
1) Suasana nasional (national mood) terdiri atas opini publik dan
iklim opini
2) Kekuatan politik terorganisir : terdiri atas partai politik, politik
legislatif, kelompok penekan.
3) Pemerintah berkaitan dgn perubahan dlm personil dan yurisdiksi,
4) Pembangunan konsensus, terdiri atas proses tawar menawar
(bergaining) pengelompokan perihal (bandwagons), dan pemberian
uang jasa (tipping)
c.Aliran Kebijakan (policy stream) :
- Aliran masalah dan aliran politik akan sampai pada suatu kondisi
yang disebut jendela kebijakan (policy window)
- Terdapat belbagai usulan kebijkn, terjadi dinamika interaks,i
ide-ide mengambang berhadapan satu sama lain dan berkombinasi.
- Ide yang akan muncul sebagai agenda yg akan diterima hrs
memenuhi beberapa kriteria yakni layak secara teknis, setara dgn nialai
nilai dominan komunitas dan mampu mengantisipasi
kendala masa depan
2. Model Cobb dan Elder
 Apabila suatu masalah telah memperoleh perhatian serius para pembuat
kebijakan, maka ia berstatus sbg agenda institusional
 Proses perluasan dan kontrol agenda mencakup 5 aspek yaitu : Kreasi Isu,
Penekanan oleh Media Massa, perluasan pada publik yg lebih luas, Pola Akses
dan Agenda Pengambilan Kepuutusan

Karakteristi
Inisiato k Isu
r Agenda
Kreasi Perluasan Pengambi
Penekanan pada Pola
isu l
Media Masa publik yg Akses Keputusa
lebih luas n

Sarana
Pemanfaata
Pemicu
n Simbol

Gbr. Perluasan dan Kontrol Agenda


Sumber : Cobb & Elder ( Parsons,
Ket :
 Sarana pemicu, dapat berupa olahan isu yg di buat oleh partai yg
bersaing yg memandang ketidakadilan, peristiwa yang tidak
terantisipasi dan keinginan untuk berbuat baik.
 Karakteristik isu, dapat dilihat dari derajat kekhususan perumusan
isu, ruang lingkup signifikan masyarakat, relevansi waktu isu,
drajat kompleksitas isu dan kategori preseden isu.
 Kreasi isu, perlu dilakukan suatu strategi utk mewadahi isu
 Pemanfaatan simbol, strategi isu akan berfokus pd penghargaan
atau jaminan simbolik (penciptaan unit baru, simbol menunjukkan
opsi bersama dsb)
 Penekanan media massa, dalam menggunakan simbol yakni
membangkitkan keprihatinan atau perhatian, memprovokasi
tindakan, membuat kecut oposisi, mempertontonkan kekuatan
komitmen, dan menegaskan dukungan
 Perluasan pd publik yang lebih luas, melalui media massa
 Pola akses, adanya jaminan pd suatu isu agar dapat mencapai
tahap agenda institusional adalah tersedianya akses yang tepat
Gbr. Faktor yang mempengaruhi Perumusan Masalah Kebijakan
(Parsons,1995)

Definisi ::
Nilai Budaya
Dukungan kelompok
kepentingan
Informasi ilmiah
Nasihat profesional

KONDISI MASALAH POLICY

Pemicu :
Indikator Agenda
Krisis/ Sistemik
bencana Institusional
Feedback
Diskusi Isu-isu strategis
1. Isu ideologi dan politik dunia
 Berakhirnya pandangan bipolar (dua kutub) antara
barat dan timur , kalahnya ideologi sosialisme
 Berkembangnya konsep jalan tengah (Amthoni
Giddens) China menjadi negara raksasa baru
mengawinkan ideologi antara sosialisme dgn
kapitalisme dlm bentuk ideologi market socialism
 Demokrasi gelombang ketiga, dan konflik peradaban
(Samuel P.Huntington) mengingatkan akan dan
sedang terjadi pertempuran ideologi utk merebutkan
hegemoni dunia antara kapitalisme dengan Islam
sebagai ideologi (bukunya “The clash of civilization
and remaking of word order”)
2. Ideologi Pancasila dapat dikatagorikan ideologi
jalan tengah.
- Diskusikan agar Ideologi Pancasila mampu sebagai
ideologi berbangsa dan bernegara dan dapat
mengantisipasi secara cerdas agar Indonesia tidak
menjadi Timur tengah jilid 2
3. Isu ekonomi global yang berpengaruh terhadap
kebijakan perekonomian indonesia.
-“Rent-seeking government” birokrasi negara
dikooptasi oleh pemodal besar, baik secara langsung
melalui para birokrat yg menjalankan
pemerintahan maupun melalui tangan-tangan legislator
dlm bentuk pembuatan kebijakan publik
(Diskusikan kasus pemburu rente “Papa minta
saham”)
4. Isu sosial budaya global, mengilhami banyak daerah otonom
yang mulai membangkitkan kembali kearifan lokal (local wisdom)
“Think localy, Act Globally” dan “Think globally, Act Locally” (Nasibitt
bukunya Global Paradox)
5. Isu Agama, dijadikan model pemerintahan yang berdasarkan Syariat
Islam spt yg dijalankan di Prov NAD dicoba akan diikuti beberapa Prov
lainnya spt Sulsel, Banten, Sumbar, Kalsel dan beberapa Kab/Kota di
Jabar spt Tasikmalaya dan Cianjur, namun ditolak krn pemerintah pusat
berpandangan agama urusan mutlak pemerintah pusat kecuali Prov NAD
karena adanya perjan jian Helsinki
5. Isu Pertahanan dan keamanan,
- Bila akan mengembangkan perdamaian, perlu diperlihatkan
kekuatan pertahanan, agar tawaran yg diajukan diperhitungkan
- Pengelolaan urusan keamanan masih diperdebatkan antara
ditangani terpisah “Fragmented system of policing” seperti di
Belgia, Canada, Belanda,Switzerland & US, atau “
Centralized system of policing” seperti di Prancis, Italia,
Firlandia, Israel, Thailand, Irlandia Denmark, Swedia.
6.Isu Organisasi/Pemerintahan Bayangan
 Dalamkonteks pem dikenal orgs pemerintahan yg resmi
dan pemerintahan bayangan (the inivisible government)
 Pemerintahan bayangan tdk hanya di AS melainkan
hampir seluruh dunia termasuk di Indonesia
 Bakerdan Mander, mengemukakan badan-badan dunia
seperti WTO, GATT. Suzanne mettler (2011)
menggunakan istlah pem bayangan “the submerged
state” Grant R Jefferey (2009) “shadow government”
 Contoh :pd jaman orba kasus petrus, jaman pem SBY,
Sekber koalisi pendukung pem SBY, pem awal Jokowi,
koalisi Indonesia Hebat dan KMP.
 Contoh di Pemda para Kep Daerah dikelilingi mafia yg
berupaya mempengaruhi kebijakan, dgn cara “omong-
omong” lalu “iming-iming” dan klo cara ini tdk menpan
tdk segan-segan menggunakan cara “amang-amang”
dlm arti mengancam secara halus atau kasar.
PARADIGMA OPA, NPM dan NPS
PARADIGMA (Pgd) OPA NPM = Reinventing Government NPS = Government is Us (King &
Pdg 1 (1900-1937) dikotomi antara melahirkan konsep GG Sivers, 1998)
politik dan administrasi negara. (enterpreneurial government). Joined up thinking and joined up
Pdg 2 (1938-1956) administrasi Reagan : government is not solution to our action (Stewart et.al., 1999)
negara sebagai ilmu politik. problem, govern-ment is the problem. Citizens First ! (Denhardt & Gray,
Pdg 3 (1970-sekarang) administrasi 1998)
sebagai ilmu administrasi publik. Paradigma NPM (1992 -2002) Paradigma NPS (2003- sekarang)

1) Politik harus memusatkan 1) Catalytic gov. (steering rather than rowing. 1) Serve rather than steer
perhatian pada kebijakan publik Services is rowing) 2) Seek the public interest
atau ekspresi kehendak rakyat, 2) Community owned (empowering rather than
serving)
3) Value citizenship over
admneg berkenaan dgn entrepreneurship
implementasinya. 3) Competitive gov. (injection competiition in
service delivery) 4) Think strategically, act
2) Penyatuan ilmu administrasi ne- 4) Mission’s driven not rule’s driven demokratically
gara dan i. politik (Morsten Marx) 5) Customer oriented (meeting the need of the 5) Serve citizen, not customers
3) Prinsip2 mgt dikembangkan se- customer, not bureaucracy)
6) Recognize that accountability is
cara ilmiah dan mendalam. Peri- 6) Result oriented (funding outcomes,not input)
not simple
laku organisasi, analis mgt, pene- 7) Enterprising gov (earning rather than
rapan teknologi seperti metode spending) 7) Value people, not just
kuantitatif, analisis sistem, opera- 8) Anticipatory gov(prevention ratherthan cure) productivity.
sional research, econometry dsb 9) Decentralized gov (from hierarchy to
participation) Note : Isues tentang justice, equity,
4) Adm publik dgn fokus pada teori
10) Market oriented (leveraging change through participation, and leadership yg
organisasi, teori manajemen dan the market)
kebijakan publik, sedangkan kurang diperhatikan dalam buku
Note : Birokrasi yg lamban, gemuk, boros,
locusnya kepentingan publik. inefisien, merosotnya kinerja yanlik. Reinventing gov.
7
Dari paradigma OPA, utk memba- Dari paradigma NPM, utk memba- Dari paradigma NPS, utk memba-
ngun/reformasi birokrasi : ngun/reformasi birokrasi ngun/reformasi birokrasi, maka
1) Administrasi publik harus diarahkan pada 6 dimensi kunci: birokrasi harus berubah
dipisahkan dari dunia politik 1) Productivity, bgmn pem meng orientasinya, yaitu :
(dikhotomi AP dgn politik). hasilkan lebih banyak dgn biaya 1) Dari paradigma constitutionalism
2) Tidak memberi peluang pada yg lebih sedikit. ke paradigma communitarianism
Administrator untuk 2) Marketization, bgmn pemerintah (Fox & Miller, 1995).
memperaktekkan sistem menggunakan insentif pasar agar 2) Dari institution-centric civil service
nepotisme dan spoil. hilang patologi/penyakit birokrasi ke model citizen-centric
3) Para legislator hanya 3) Service orientation, program yg governance (Prahalad, 2005).
merumuskan kebijakan nasional lebih responsif thdp kebutuhan 3) Perlu diterapkan pola citizen-
dan Administrator hanya warga masy. centered collaborative public
mengeksekusinya. 4) Decentralization, melimpahkan management (Cooper, at ell.,
4) Para Administrator selalu kewenangan kepada unit kerja 2006).
mengutamakan nilai efisiensi terdepan 4) Tidak ada tindakan birokrasi yang
dan ekonomis. 5) Policy, bgmn pememerintah memanipulasikan partisipasi
5) Para Administrator diangkat memperbaiki kapasitas masyarakat (Yang & Callahan,
berdasarkan kecocokan dan perumusan kebijakan. 2007).
kecakapannya. 6) Performance accountability, bgmn
6) Metode keilmuan menurut pem memperbaiki
Taylor harus menggeser metode kemampuannya utk memenuhi
rule of thumb. janjinya.

8
Pelajaran penting dari paradigma Pelajaran penting dari paradigma Pelajaran penting dari paradigma
OPA adalah utk membangun NPM adalah dlm membangun NPS adalah dlm membangun AN/
aparatur negara atau reformasi aparatur /reformasi birokrasi reformasi birokrasi harus :
birokrasi diperlukan: harus : 1) Memperhatikan pelayanan kpd
1) Profesionalitas 1) Memperhatikan mekanisme pasar. masy sbg warga negara, bukan
2) Penggunaan prinsip keilmuan 2) Mendorong kompetisi dan kontrak sbg pelanggan.
3) Hubungan impersonal utk mencapai hasil 2) Mengutamakan kepentingan
4) Penerapan aturan dan 3) Harus lebih responsif terhadap umum.
standarisasi secara tegas kebutuhan pelanggan. 3) Mengikut sertakan warga
5) Sikap yang netral 4) Bersifat mengarahkan (steering) masyarakat (masy tidak dijadikan
d/p. menjalankan sendiri (rowing) penonton)
6) Perilaku yg mendorong/mendu-
kung terjadinya efisiensi dan 5) Harus melakukan deregulasi; 4) Berfikir strategis dan bertindak
efektivitas sumberdaya (4M+T) 6) Memberdayakan oprator/pelaksana demokratis.
7) Mengembangkan budaya 5) Memperhatikan norma, nilai, dan
organisasi (corporate cultural) standard yg ada.
8) Innovatif dan berjiwa wirausaha; 6) Menghargai masyarakat d/p.
manajer wirausaha yg bertindak
9) Pencapaian hasil ketimbang
seakan-akan uang adalah milik
budaya taat asas.
mereka.
10)Orientasi pada proses dan input.

PARADIGMA DAN PENDEKATAN PARADIGMA DAN PENDEKATAN PARADIGMA DAN PENDEKATAN


OPA LEBIH PAS/COCOK UNTUK NPM LEBIH PAS/COCOK UNTUK NPS LEBIH PAS/COCOK UNTUK
DEP/LEMBAGA YG MENANGANI DEP/LEMBAGA YG MENANGANI DEP/LEMBAGA YG MENANGANI
BIDANG/SEKTOR POLHUKAM BIDANG/SEKTOR PEREKONOMIAN BIDANG/SEKTOR KESRA 10
 Perhubungan pun belum menerbitkan izin.

“Ada beberapa kekurangan dokumen yang belum dilengkapi oleh PT. KCIC (Kereta Cepat
Indinesia Cina), yaitu dokumen terkait rancangan bangunan, gambar teknis, data
lapangan, spesifikasi teknis dan analisa dampak lingkungan (Amdal),” kata Dirjen
Perkeretaapian Kementrian Perhubungan Hermanto Dwiatmoko, Jakarta, Rabu(3/2/2016)

Menurutnya, PT KCIC sudah pernah melakukan survei lapangan untuk melihat kondisi
wilayah yang akan dijadikan jalur Kereta Cepat Jakarta – Bandung. Namun, mereka tidak
mengikut- sertakan BMKG dalam survei tersebut. “Ternyata jalur yang akan dilalui
merupakan wilayah Zona Sesar,” katanya.

Dirjen Hermanto mengatakan, berdasarkan surat kepala BMKG Nomor:


GF.202/001/KB/I/2016 tanggal 27 Januari 2016 perihal Informasi Kegempaan di sepanjang
jalur KA Cepat diperoleh informasi bahwa secara umum yang harus diperhatikan.

Jalur KA Cepat akan melewati Zona Sesar/ patahan aktif sebagai sumber gempa bumi
sehingga perlu mempertimbangkan striktur bangunan, rel dan fasilitas keselamatan
operasional terhadap potensi gempa bumi di masa pengoperasian KA cepat tersebut.

“Dokumen teknis yang kami terima adalah untuk Km 95+00 sampai dengan Km 100+00,
yang pada lintasan tersebut terdapat 3 (tiga) buah jembatan dan terowongan sepanjang
2,04 Km. Tentunya dokumen teknis untuk tiga jembatan dan terowongan tersebut perlu
kami pelajari dengan detail, mengingat di daerah tersebut merupakan wilayah Sesar/
patahan yang berpotensi gempa bumi,” tandasnya.

Menurut dia, terbitnya izin usaha dan izin pembanginan maka PT KCIC dapat segera
melanjutkan pekerjaan pembangunan prasarana kereta cepat Jakarta – Bandung. (PNJ-
37/win)
KEBIJAKAN PERUBAHAN UU NO. 43/1999
TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO.8/1974
TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN
MENJADI UU NO. 5/1914 TENTANG ASN
LATAR BELAKANG

PERINGKAT INDONESIA MENINGKAT DARI #55 (2008-2009)


MENJADI #38 (2013-2014)
2008-2009
10.
7
19.
3

DARI 2008-2009 ke 2013-


2014
- KORUPSI MEMBURUK
- KINERJA BIROKRASI MEMBAIK
REFORMASI BIROKRASI
.... untuk menjawab tantangan di masa depan
TRANSFORMASI BIROKRASI &
PENGELOLAAN SDM
APARATUR
BIROKRASI
2025 BERSIH,
KOMPETEN
DAN
2018 MELAYANI
DYNAMIC
GOVERNANCE
PERFORMANCE BASED PENGEMBANGAN
2013 BUREAUCRACY POTENSI HUMAN
MANAJEMEN CAPITAL
SDM
RULE BASED
BUREAUCRACY
ADMINISTRASI
KEPEGAWAIAN
FONDASI UU UNTUK REFORMASI BIROKRASI

UU No 25 RUU Sistem
Tahun 2009 Pengawasan
Pelayanan Intern
Publik Pemerintah

BIROKRASI
BIROKRA
BERSIH,
SI
KOMPETEN
EKSISTIN
DAN
G
MELAYANI

RUU
UU No. 39 UU APARATUR
Adminsitrasi
Tahun SIPIL NEGARA
Pemerintaha
2008 Peraturan n
Kementeria Pelaksana:
n Negara 19 PP, 4 PERPRES,
1 PERMEN
FONDASI UU UNTUK REFORMASI BIROKRASI

UU No 25 RUU Sistem
Tahun 2009 Pengawasan
Pelayanan Intern
Publik Pemerintah

BIROKRASI
BIROKRA
BERSIH,
SI
KOMPETEN
EKSISTIN
DAN
G
MELAYANI

RUU
UU No. 39 UU APARATUR
Adminsitrasi
Tahun SIPIL NEGARA
Pemerintaha
2008 Peraturan n
Kementeria Pelaksana:
n Negara 19 PP, 4 PERPRES,
1 PERMEN
TUJUAN UTAMA UU ASN
a. Independensi dan e. Kesejahteraan
Netralitas f. Kualitas Pelayanan
b. Kompetensi Publik
c. Kinerja/ Produktivitas g. Pengawasan dan
Kerja Akuntabilitas
d. Integritas

setkab.go.id
PRINSIP DASAR UU ASN
Memberlakukan “SISTEM MERIT ”
melalui:
 Seleksi dan promosi secara adil dan Sistem Merit
kompetitif adalah kebijakan
dan Manajemen
 Menerapkan prinsip fairness ASN yang
 Penggajian, reward and punishment berdasarkan pada
kualifikasi,
berbasis kinerja kompetensi, dan
 Standar integritas dan perilaku untuk kinerja secara adil
kepentingan publik dan wajar dengan
tanpa
 Manajemen SDM secara efektif dan membedakan latar
efisien belakang politik,
ras, warna kulit,
 Melindungi pegawai dari intervensi agama, asal usul,
politik dan dari tindakan semena-mena. jenis kelamin,
status pernikahan,
umur, ataupun
kondisi kecacatan.
UU ASN DAN UU POKOK KEPEGAWAIAN
UNDANG-UNDANG
UNDANG UNDANG
APARATUR SIPIL
POKOK KEPEGAWAIAN
NEGARA
STRUKTUR: STRUKTUR:
• XV Bab • VI Bab
• 141 Pasal • 41 Pasal
PEGAWAI: PEGAWAI:
• Pegawai Negeri Sipil • Pegawai Negeri Sipil
• Pegawai Pemerintah • Tentara Nasional
dengan Perjanjian Kerja Indonesia
• Kepolisian Negara RI
JABATAN: JABATAN:
• Jabatan Administrasi • Jabatan Struktural
• Jabatan Fungsional • Jabatan Fungsional
• Jabatan Pimpinan Tinggi
SISTEMATIKA UU ASN
BAB I KETENTUAN BAB VI HAK DAN
BAB XI ORGANISASI
UMUM KEWAJIBAN ASN

BAB II ASAS, PRINSIP,


BAB XII SISTEM
NILAI DASAR, KODE BAB VII KELEMBAGAAN
INFORMASI ASN
PERILAKU DAN KODE ETIK

BAB III JENIS, STATUS, BAB VIII MANAGEMEN BAB XIII


DAN KEDUDUKAN ASN ASN PENYELESAIAN SENGKETA

BAB IV FUNGSI, BAB IX PENGISIAN


BAB XIV KETENTUAN
JABATAN PIMPINAN
TUGAS, DAN PERAN ASN PERALIHAN
TINGGI
BAB X PEGAWAI ASN
BAB XV KETENTUAN
BAB V JABATAN ASN YANG MENJADI PEJABAT
PENUTUP
NEGARA
BIROKRASI INDONESIA

Panjang, Berbelit dan Mahal


KEBIJAKAN PENGELOLAAN
PERBATASAN NEGARA

80
BATAS MARITIM NKRI

RI-
TH NA M
AI IET
RI-V
AI
ND

RI-PHIL
-I
RI

RI-PALAU
RI-MAL
RI-MAL

RI-P
RI-SING

NG
RI-RDTL
RI-A
UST
RA LIA
RI-SIN

KETERANGAN :
4
 Batas laut teritorial dengan 4 negara yaitu : Malaysia, RDTL, PNG, dan Singapura.
 Batas laut yuridiksi (ZEE dan landas kontinen) dengan 9 negara yaitu : Malaysia, RDTL, PNG, India, Thailand,
Viet Nam, Filipina, Republik Palau, dan Australia.
P.
RONDO P. P.
BERHALA SEKATUNG P. BRAS
P. MARORE
P.
MIANG
AS P.
FANIL
DO
P. NIPAH

P. FANI

P. BATEK

P. DANA II

P. DANA I
POTRET RIIL
BATAS WILAYAH NEGARA
DAN KAWASAN PERBATASAN
PERBATASAN RI - MALAYSIA
Kerusakan/pergeseran atau hilangnya patok atau pilar
membuat batas antar negara menjadi kabur.

Patok batas laut di Sei Patok batas darat di Aji


Pancang, Kec. Sebatik, Kuning, Kec. Sebatik,
KESENJANGAN EKONOMI MASYARAKAT PERBATASAN

Rumah penduduk Rumah penduduk


di Kalimantan Barat di Sarawak
KETERBATASAN INFRASTRUKTUR

Perbandingan kondisi infrastruktur jalan di kawasan perbatasan

Jalan di Wilayah Jalan di Wilayah Sarawak


Pelayanan sosial dasar yang memadai merupakan kunci
bagi ketahanan masyarakat wilayah perbatasan.

Prasarana pendidikan di Prasarana pendidikan di


Kec. Sajingan Besar, Kab. Telok Melano, Malaysia
Sambas, Kalbar, RI
PERBATASAN RI – RDTL
Fasilitas sistem CIQS di PLB RI dan RDTL

Kantor CIQS dan Tempat Pemeriksaan Imigrasi Motamasin RI

Kawasan Pemeriksaan CIQS Terpadu di Salele RDTL


Aktivitas perlintasan dan gerbang perbatasan di Motain,
Kab. Belu, NTT
Kondisi rumah penduduk dan prasarana pelayanan sosial
dasar di wilayah perbatasan di Silawan, Kab. Belu, NTT

Rumah penduduk Sarana air bersih

Sarana
pendidikan
PLTS
Sarana PLT Surya Sarana Pendidikan
Pos Pengamanan Perbatasan di PLB Napan
Kab. Timor Tengah Utara, NTT
PERBATASAN RI – PNG
KONDISI RUMAH PENDUDUK DI PERBATASAN PAPUA

95
SARANA JALAN MENUJU PERBATASAN PNG
DI KAB. KEEROM, PAPUA
PRASARANA KANTOR PLB DI YETTY, DISTRIK ARSO
TIMUR, KAB. KEEROM, PAPUA

TAMPAK DEPAN

TAMPAK
SAMPING
GAPURA PERBATASAN ANTAR NEGARA DI
SOTA, MERAUKE

MEMASUKI WILAYAH MENINGGALKAN


NKRI WILAYAH NKRI
PERMASALAHAN UTAMA PENGELOLAAN PERBATASAN NEGARA
 BEBERAPA SEGMEN BATAS NEGARA WILAYAH DARAT DAN LAUT MASIH
BELUM TUNTAS (MASIH TERDAPAT SEGMEN BERMASALAH BERUPA OBP,
UNRESOLVED, UNSURVEYED DAN SEJUMLAH BATAS MARITIM YANG BELUM
DAPAT DISELESAIKAN).
 KONDISI KAWASAN PERBATASAN YANG BELUM SEPENUHNYA AMAN/TERTIB,
SEHINGGA SERING TERJADI KASUS-KASUS PELANGGARAN BATAS NEGARA
DAN LINTAS BATAS NEGARA YANG BERPOTENSI MERUGIKAN NEGARA.
 KONDISI KAWASAN PERBATASAN YANG MASIH TERISOLIR BAIK SECARA FISIK
MAUPUN KOMUNIKASI/INFORMASI, DAN MASIH BANYAKNYA DESA-DESA
TERTINGGAL PADA KAWASAN PERBATASAN (TERMASUK PPKT) KARENA
TERBATASNYA INFRASTRUKTUR/SARANA PRASARANA PELAYANAN PUBLIK.
 KONDISI SOSIAL EKONOMI WARGA MASYARAKAT PERBATASAN (TERMASUK
PPKT) YANG MASIH RENDAH (JUMLAH RTS MASIH TINGGI DAN IPM YANG
MASIH RENDAH), PADAHAL POTENSI SUMBERDAYA CUKUP BESAR (BAIK
PERBATASAN DARAT MAUPUN LAUT).
 KESENJANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DENGAN NEGARA TETANGGA
KHUSUSNYA RI – MALAYSIA DAN SINGAPORE YANG DAPAT MENIMBULKAN
8
KECEMBURUAN SOSIAL DAN BERPOTENSI TERHADAP DEGRADASI JIWA
KEBANGSAAN/NASIONALISME.
KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERBATASAN NEGARA
PENGELOLAAN PERBATASAN NEGARA
(PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN PEMBANGUNAN
KAWASAN PERBATASAN)

ASPEK PENGELOLAAN ASPEK PEMBANGUNAN


BATAS WILAYAH NEGARA (BORDER) KAWASAN PERBATASAN (FRONTIER)
Garis Batas Darat : 3.094,16 KM (187 Kecamatan pada 64 Kabupaten di 21 Provinsi)
 Perbatasan Darat: 68 Kecamatan/Lokpri
 Perbatasan Laut: 119 Kecamatan/Lokpri

Batas Wilayah Negara : Garis Batas yang Merupakan Pemisah Kawasan perbatasan : Bagian dari Wilayah Negara yang terletak
Kedaulatan Suatu Negara yang Didasarkan atas Hukum pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan
Internasional (pasal 1 huruf 4 UU 43 / 2008) negara lain, dalam hal Batas Wilayah Negara di Darat, Kawasan
Perbatasan berada di Kecamatan (pasal 1 haruf 6 UU 43 / 2008)

PENGELOLAAN PERBATASAN NEGERA PENTING DAN STRATEGIS:

 MENJAMIN KEUTUHAN WILAYAH DAN PENEGAKAN KEDAULATAN NKRI;


 PENEGAKAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA
(NASIONAL DAN REGIONAL);
 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA DAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN HASIL-HASILNYA
(KESEJAHTERAAN MASYARAKAT);
 MEMBANGUN DAYA SAING WARGA MASYARAKAT PERBATASAN UNTUK DAPAT
MENGIMBANGI AKTIVITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NEGARA TETANGGA
PARADIGMA PENGELOLAAN PERBATASAN NEGARA

PERUBAHAN PARADIGMA DALAM PENGELOLAAN PERBATASAN NEGARA

PARADIGMA BARU:
(Outward Looking)
 NKRI SEBAGAI SATU ENTITAS YANG MEMILIKI
ELEMEN KEDAULATAN, WILAYAH DAN
PENDUDUK, YANG HARUS DILINDUNGI SECARA
PARADIGMA LAMA:
UTUH;
(Inward Looking)  PERBATASAN NEGARA DISAMPING SEBAGAI
WILAYAH PERTAHANAN, JUGA MEMILIKI
MEMANDANG PERBATASAN SUMBER DAYA YANG HARUS DIDAYA GUNAKAN
NEGARA HANYA SEBAGAI SECARA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK
WILAYAH PERTAHANAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT;
YANG HARUS DIJAGA  SECURITY APPROACH;
SECARA MILITERISTIK  PROSPERITY APPROACH;
(SECURITY APPROACH)  ENVIRONMENT APPROACH.
 PERBATASAN NEGARA YANG MEMILIKI POSISI
STRATEGIS, HARUS DAPAT DIJADIKAN
BERANDA DEPAN SEKALIGUS PINTU GERBANG
PERDAGANGAN DENGAN NEGARA TETANGGA.
AGENDA UTAMA
PENGELOLAAN BATAS WILAYAH
NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN
TAHUN 2015 – 2019

1. PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS WILAYAH NEGARA;


2. PENINGKATAN PERTAHANAN, KEAMANAN DAN PENEGAKAN HUKUM;
3. PENINGKATAN PELAYANAN LINTAS BATAS NEGARA
4. PENINGKATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN
5. PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN
6. PENGEMBANGAN/PERTUMBUHAN EKONOMI KAWASAN PERBATASAN
7. PENINGKATAN PELAYANAN SOSIAL DASAR KAWASAN PERBATASAN
8. PENGUATAN/PENATAAN KELEMBAGAAN
3 DOKUMEN PENGELOLAAN
PERBATASAN
1
GRAND DESIGN/ 2
DESAIN BESAR RENCANA
PENGELOLAAN INDUK
BATAS WILAYAH PENGELOLAAN 3
NEGARA DAN BATAS WILAYAH RENCANA AKSI
KAWASAN NEGARA DAN PENGELOLAAN
PERBATASAN KAWASAN BATAS WILAYAH
TAHUN 2011-2025 PERBATASAN NEGARA DAN
(JANGKA PANJANG) TAHUN 2015-2019 KAWASAN
Per Badan No.1/2011 (JANGKA MENENGAH) PERBATASAN
Per Badan No.1/2015 (TAHUNAN)

MENGGAMBARKAN
MENGGAMBARKAN APA
BAGAIMANA VISI & MISI
MENGGAMBARKAN APA YANG AKAN
PERBATASAN SESUAI
YANG AKAN DILAKSANAKAN SETIAP
RPJP 2011 - 2025
DILAKSANAKAN UTK TAHUNNYA DALAM
AKAN DIKELOLA DAN
JANGKA LIMA TAHUNAN PENGELOLAAN BATAS
DIWUJUDKAN DALAM
DALAM MENGELOLA WILAYAH NEGARA DAN
JANGKA PANJANG
BATAS WILAYAH KAWASAN PERBATASAN
NEGARA DAN
KAWASAN
PERBATASAN (2015 –
PROPINSI PAPUA
KALIMANTAN
BARAT
KESIMPULAN
1. Pengelolaan perbatasan negara menggunakan 3 pendekatan
(keamanan, kesejahteraan dan pelestarian lingkungan)
2. Pengelolaan perbatasan negara dilaksanakan secara bertahap
(jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang)
3. Pengelolaan perbatasan negara harus melibatkan Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Sektor Swasta dan Masyarakat
4. Untuk mengoptimalkan hasil pengelolaan perbatasan harus
mempertimbangkan permasalahan, potensi daerah dan
kearifan lokal (local wisdome)
5. Keberhasilan pengelolaan perbatasan negara untuk
kepentingan masyarakat di kawasan perbatasan khususnya dan
masyarakat Indonesia pada umumnya (NKRI)
Kebijakan Bencana (UU 24/2007)

Alam

BENCANA Non Alam

Sosial

107
Bencana Alam :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempabumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor

108
Bencana non-Alam :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit.

Bencana Sosial :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror.

109
WILAYAH RAWAN BENCANA GEMPABUMI
TSUNAMI

1945/12/4000
1819/ ? / ?
1762/1.8/ ?
1524/ ? / ?
1868/4/ ?
1941/ ? /5000
1881/1.2/ ?

2004/35/300,000
1907/2.8/400 1967/2/0
2 x1861/ ? / 2605
1797/ ? /300
1931/32/ ?
1883/35/36,500
2006/4/637 1994/13/238
1977/6/180

Year/Run-up (m)/Deaths
(18 major events since 1524)
PETA PERKIRAAN DAERAH RAWAN BANJIR
BANJIR
Isu Koordinasi
Sebagai Wakil Pemerintah Pusat yang ada di
Daerah, Gubernur, mempunyai fungsi
koordinasi terhadap instansi vertikal yaitu
perangkat Kementerian dan/atau Lembaga
Pemerintah Non Kementerian yang ada di
daerah. Namun dalam pelaksanaannya tidak
jarang mengalami kendala disebabkan
antara lain egois sektoral masing-masing
instansi. Bagaimana upaya pemecahan
masalah ini agar koordinasi di daerah dapat
berjalan dengan baik, dan solusi apa yang
ditawarkan anda.I
Upaya Pemecahan Masalah.
 Sebagai aparatur pemerintah hal utama yang harus disadari adalah
koordinasi merupakan keharusan dalam pelaksanaan pembangunan.
 Pada Tingkat Pusat koordinasi antara Kementerian/Instansi Pemerintah,
Tingkat Daerah Gubernur selaku wakil pemerintah pusat melakukan
koordinasi disamping terhadap instansi vertikal juga terhadap Bupati dan
Walikota.
 Instansi vertikal harus memahami bahwa Kepala Daerah disamping
mengkoordinasikan aparat daerahnya sendiri (koordinasi hirarkis) juga
berwenang secara operasional mengkoordinasikan instansi-intasi lain
yang ada di daerahnya (koordinasi fungsional teritorial).
Rekomendasi yang ditawarkan sbg dasar agenda kebijakan
 Pelaksnaan koordinasi dapat terjadi dengan baik tanpa wadah tertentu,
maupun dengan menggunakan suatu wadah seperti Rapat Koordinasi
Sektor-Sektor, Panitia-panita, antar Kementerian atau instansi vertikal di
Daerah dan lain-lain.
 Kordinasi selalu bersifat hubungan kerja, namun demikian, hubungan
kerja tidak selalu bersifat koordinatif karena hubungan kerja dapat pula
bersifat konsultatif dan informatif.
 
BIOLOGI BAHAYA BIOLOGI
Epidemi, penyakit
tanaman, hewan,
SARS, Flu Burung
dll.

Kandang kurang Bersih ?

Korban Flu Burung


BAHAYA TEKNOLOGI
Bahaya Teknologi

Kecelakaan Pesawat

Semburan lumpur Sidoarjo

Akibat Radiasi Nuklir / Radioaktif


KEBAKARAN HUTAN
LINGKUNGAN

Memadamkan kebakaran hutan

Peta Rawan Kebakaran Hutan


SOSIAL TEROR

Tragedi Bom Bali


Isu Teror
 Kekacauan yang mengiringi reformasi di Indonesia telah membuat wajah
Indonesia yang semula dikenal ramah, lembut, dan toleran, tiba-tiba
menjadi garang, beringas dan anarkis. Bom yang meledak di Legian Bali,
mengukuhkan bahwa di Indonesia terdapat gerakan radikal Islam.
Bagaimana upaya mengatasi masalah tersebut, dan solusi apa yang
ditawarkan untuk meminimalisir tudingan negatif dunia internasional
bahwa di Indonesia adanya gerakkan radikal Islam.
Upaya memecahkan masalah :
 Harus dipahami sesungguhnya Islam adalah Islam tidak
mengenal predikat seperti itu, dan sesungguhnya Islam
itu satu, tetapi dipahami dan diamalkan secara beragam.
 Meyakinkan kepada umat Islam dan masyarakat
internasional bahwa Islam tidak saja mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, tatapi mencakup seluruh aspek
kehidupan. Islam adalah agama yang benar karena ia
datang dari Allah Swt. Ia bisa titerapkan di semua tempat
dan waktu, karena Islam mengajarkan kedamaian.
Rekomendasi yang ditawarkan sbg dasar agenda kebijakan
 Mengurangi ketimpangan sosial, karena Islam yang
radikal tidaklah berdiri sendiri, ia dilahirkan oleh
ketidakadilan dan ketimpangan-ketimpangan sosial.
 Dialog-alog antar budaya juga harus lebih di dorong,
sehingga pemahaman terhadap karakteristik-karakteristik
KONFLIK

Konflik Sosial di Pontianak


Isu Otda
. Permasalahan bad pratices desentralisasi
antara lain menguatnya rasa kedaerahan
yang sempit, munculnya putra daerah
dalam mengisi jabatan publik serta
kesenjangan kemakmuran antar daerah.
Apabila semangat kedaerahan semacam ini
tidak dibatasi justru akan mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Anda diminta bagaimana upaya pemecahan
masalah kasus tab, terutama yang
berhubungan dengan mutasi pegawai, dan
rekomendasi yang ditawarkan sbg dasar
Upaya Pemecahan Masalah :
 Perpindahan pegawai lebih bersifat terbuka dalam rangka
pengembangan wawasan dan kemampuan aparatur sipil negara
serta lebih terbukanya pengembangan karier pegawai.
 Promosi jabatan dimungkinkan promosi secara silang antar
Kabupaten/Kota dan Propinsi
 Penempatan pegawai harus didasarkan the right man and the
right plase jangan like dislike
 Pola karier yang dapat diprediksikan sejak awal dapat diproyeksi
ke depan
Rekomendasi ygditawarkan sbg dasar agenda
kebijakan:
 Penerapan sistem manajemen kepegawaian berdasarkan merit
dalam rangka mendorong terciptanya profesionalisme
dilingkungan birokrasi pemerintah.
 Mengoptimalkan sistem informasi kepegawaian yang berkaitan
dengan informasi skill pegawai
 Aturan pola karier pegawai yang dilaksanakan dengan kriteria
antara lain pendidikan, kemampuan dan kaderisasi yang jelas bagi
jabatan struktural.
 Perlu adanya pilot projek yang akan diadakan sebagai acuan
penyusunan standar kompetensi jabatan dan perlu adanya peta
Isu Pengambilan Keputusan
Persoalan dari berbagai kebijakan publik
dalam pengambilan keputusan
kecenderungan memilih memutuskan
kebijakan publik dilakukan dengan
pemungutan suara yang tidak berbasis pada
sila ke 4 dari Pancasila. Bagaimana upaya
mengatasi masalah tersebut agar dalam
pengambilan keputusan dapat dilaksanakan
secara musyawarah/mufakat, dan
rekomendasi yang ditawarkan sbg dasar
menyusun agenda kebijakan
Upaya Pemecahan Masalah :
 Mengedepankan musyawarah/mufakat dalam setiap pengambilan
kepuutusan yang menggunakan filosofi “win-win” dan menghindarkan
pemungutan suara yang pada dasarnya berbasis pada filosofi “win-
lost” .
 Memilih memutuskan kebijakan publik dilakukan dengan pemungutan
suara, terdapat kecenderungan untuk menghalalkan segala cara untuk
menang sehingga harus segera dikembalikan penyimpangan sila
keempat tersebut.
 Kewajiban semua pomponen bangsa untuk memperjuangkan
implementasi Pancasial sebagai ideologi bangsa.
Rekomendasi yang ditawarkan sbg dasar agenda kebijakan :
 Demokrasi Pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dan cara untuk
menyelesaikan masalah, ide-ide yang paling baik akan diterima, bukan
berdasarkan suara terbanyak.
 Adanya political will dan political action dari semua komponen bangsa
untuk menghindari politik yang bersifat transaksional dan mengarah
pada industri politik.
 Pendidikan politik yang baik sesuai alam demokrasi Pancasila sedini
mungkin harus diajarkan di semua lapisan masyarakat, dan diharapkan
partai-partai politik dengan gigih memperjuangkan implementasi
Isu Sara

Indonesia negara yg berideologi Pancasila


yang mengakui enam agama resmi sebagai
agama yang sah dianut oleh pemeluknya,
berikut ratusan aliran kepercayaan yang
juga diakui eksistensinya. Indonesia
memang rawan terhadap berbagai konflik
antar pemeluk agama. Bagaimana upaya
memecahakan masalah konflik agama di
Indonesia, dan rekomendasi yang di
Upaya Pemecahan Masalah :
 Peran tokoh agama untuk menyebarkan kepada umatnya berhubungan
dengan pemahaman kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia.
 Sejak awal telah menetapkan bentuk negara Pancasila yang tidak
didasarakan pada agama tertentu sehingga hal ini harus dipahami oleh
semua umat beragama
 Tidak menganggap rivalitas bagi pemeluk agama lain, karena konflik yang
sering terjadi di Indonesia pada umumnya disebabkan karena rivalitas antar
pemeluk agama yang berbeda.
Rekomendasi yang ditawarkan sbg dasar agenda kebijakan
 Pemahaman ajaran agama dalam konteks pluralitas Indonesia harus terus
menerus ditingkatkan.
 Pemerintah dituntut untuk mengembangkan situasi yang kondusif bagi
keharmonisan hubungan umat beragama.
 Pemerintah harus ikut terlibat daalam persoalan-persoalan umat beragama
namun harus bersifat netaral. Dialog-dialog, musyawarah dan kerjasama
hubungan antar umat beragama dalam bidang sosial ditingkatkan
Analisis Kebijakan

Kinerja kebijakan

Evaluasi Peramalan

Hasil kebijakan Masalah Masa Depan kebijakan


Kebijakan

Pemantauan Rekomendasi

Mata Kuliah Kebijakan Publik, 22 mei 2008 Aksi kebijakan 134

Sumber: Dunn,2003
FOKUS PERUMUSAN MODEL KEBIJAKAN
& TEKNIK PENGANALISAAN
-
INPUT PROCES OUTPUT

-Berbagai
harapann -Agenda setting
-Berbagai tuntutan -Agenda Government -Komitmen
-Berbagaikeinginan
-
-Kesepakatan politik -
Berbagaikebutuha -Penetapan kehendak Perundangan
n -Legitimasi

-Pelaku Perumus
Publik (Pemerintah, -Kebijakan
Lembaga Politik) Publik
-Partiisipasi Publik -Aturan Per-UU-
-Lingkungan mempengaruhi an
MODEL-MODEL IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN PUBLIK

 Tahap Implementasi Kebijakan , pada dasarnya


berkaitan dengan bagaimana pemerintah bekerja
 Proses yg terlihat nampak sederhana
sesungguhynya justru tidak sederhana.
Pelaksanaan kebijakan dpt melibatkan penjabaran
lebih lanjut tujuan-tujuan yg telah ditetapkan tsb
oleh pejabat atau instansi pelaksana.
 Model-modelatau teori yg dikembangkan dlm
membahas implementasi kebijakan publik telah
banyak , berikut ini hanya akan membahas
beberapa model untuk didiskusikan sbb :
 A. MODEL MERILEE S. GRINDLE (1980)
FORMULATION
IMPLEMENTING ACTIVIT IES INFLUENCE BY : OUT COMES
POLICY

A. CONTENT OF POLICY (ISI KEBIJAKAN)


1..Interest affected (Kepentingan yg
dipengaruhi oleh kebijakan)
POLICY
GOALS 2. Type of benefid (Jenis manfaat yg
dihasilkan)
3. Exted of change envisioned (Derajat
perubahan yag diinginkan)
4. Site of decision making (Kedudukan
A..Impaction
pembuatan kebijakan)
individuals and
ACTIONS 5. Program implementors (Siapa pelaksana
groups
PROGRAMS AND program)
B. Changs and
INDIVIDUAL 6. Resqurces committed (Sumber daya
its acceptance
PROJECTS yang dilaksanakan)
GOALS B. CONTEXT OF IMPLEMENTATIONS
DESIGNED
ARCHIVED (LINGKUNGAN KEBIJAKAN)
AND FUNDED
1 .Power interest, and strategies of actors
involved (Kekuasaan, kepentingan
dan trategi aktor yang terlibat)
2 Institutions and regim characteristics.
(Karakteristik lembaga dan
penguasa)
PROGRAM 3. Compliance and responsiveness
DELIVERES (Kjepatuhan dan daya tanggap
DESIGNED

MEASURING SUCCES

Sumber : Grindle, M. (ed), 1980, Politic and Policy


Implementation in the Third Word, Princeton
University Press.
Menurut Merilee S Grindle, keberhasilan
Implementasi Kebijakan dipengaruhi :
 Isi kebijakan (content of policy)
 Lingkungan kebijakan (content of implementation)
 Kondisi sumber daya, infrastruktur yg diperlukan
 Keunikan model ini terletak pada pemahaman yg komprehensif akan
konteks kebajikan, khususnya yg menyangkut dengan implementator ,
penerima implemetasi dan arena konflik yg mungkin terjadi diantara
para aktor implementasi.
GEORGE EDWARD III (1980)
COMMUNICATIONS

RESOURCES

IMPLEMENTATION
PERFORMANCE

DISPOSITIONS

BUREAUCRATIC Sumber: Eward III, George C. 1980, Implementing


STRUCTURE Public Policy, Washington : Congressional Quartely,
Inc
MENURUT GEORGE C. EDWARD III TERDAPAT 4 VARIABEL
YG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN :
1. Komunikasi(Communications) :
Keberhasilan Implementasi Kebijakan mensyaratkan agar
implementator mengetahui apa yg harus dilakukan, apa yg menjadi
tujuan dan sasaran kebijakan harus di transmisikan kpd klpk sasaran
(target group) sehingga akan mengurangi distorsi implemntasi.
2. Sumberdaya(Resources) Walaupun isi kebijakn
sdh dikomunikasikan secara jelas & konsisten, ttp apabila
implementator kekurangan sumberdaya, implementasi tdk akan
berjalan efektif. Sumberdaya dpt berwujud manusia yakni kompetensi
implementor dan sumberdaya finansial
3. Disposisi (dispositions)
Disposisi adalah watak dan karakter yg dimiliki oleh
implementator seperti : komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila
implementator memiliki disposisi yg baik , maka dia dpt menjalankan
kebijakan dgn baik spt yg diinginkan oleh pembuat kebiajakan .
4. Struktur Birokrasi (Bureaucratic structure)
Salah satu dari aspek struktur yg penting dari setiap organisasi adalah
adanya prosedur operasi yg standar (Standard Operating Prosedure
atau SOP) . Stuktur organisasi yg terlalu panjang akan cenderung
melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur
birokrasi yg rumit dan komplek yg pd gilrannya menyebabbkan
aktvitas organisasi tdk fleksibel
MODEL DANIEL MAZMANIAN DAN PAUL
A.SABATIER(1975) (DIKENAL A FRAME WORK
IMPLEMENTATION ANALYSIS)

Model ini menjelaskan bahwa ada 3 (tiga) klpk yg


mempengaruhi keberhasilan implementasi yakni :
 Mudah tidaknya masalah yang akan digarap
dikendalikan
 Kemampuan keputusan kebijakan untuk
menstrukturkan secara tepat proses implementasinya,
dan
 Pengaruh langsung pelbagai variabel politik terhadap
keseimbangan dukungan bagi tujuan yg termuat dalam
keputusan kebijakan tersebut.
Ketiga katagori tsb dinamakan varibel bebas (dependent
variable), selengkapnya lihat gbr berikut ini :
MODEL DANIEL MAZMANIAN & PAUL A.SABATIER(1981)

1.Karakteristik dari masalah (tractability of the


problems), indikatornya :
- Kesukaran-kesukaran teknis
- Keragaman perilaku kelompok sasaran
- Proporsi klpk sasaran thdp total populasi
-Cakupan perubahan perilaku yg diharapkan

2.Karakteristik kebijakan /UU (ability of statute


to strukture implementation), indikatornya :
• Kejelasan isi kebijakan
• Seberapa jauh kebijakan tsb memiliki 3.Variabel lingkungan (nonstatutory varibles
dukungan teoritis affecting implementation), indikatornya :
• Besarnya alokasi sumberdaya finansial thdp
• Kondisi sosio, ekonomi dan teknologi
kebijakan tsb
• Seberapa besar adanya ketepautan dan • Dukungan publik terhadap sebuah
dukungan antar berbagi intitusi pelaksana kebijakan
• Kejelasan dan konsistensi aturan yg ada pada • Sikap dari kelompok pemilih
badan pelaksana • Dukungan dari atasan
• Tingkat komitmen apoarat thdp tujuan • Tingkat Komitmen dan ketrampilan dari
kebijakan
aparat dean implementornya
• Seberapa luas akses klpk-klpk luar utk
berpatisipasi dlm implementasi
kebijakan

D.TAHAP-TAHAP DALAM PROSES IMPLEMENTASI (VARIABEL TERGANTUNG)


Outpu kebijakan Kesedian klpk Dampak nyata Dampak output
Perbaikan mendasar
Institusi pelaksana memenuhi out output kebijakan kebijakan
dalam undang-undang
Sumber : Mazmanian, Daniel, and put
Paulkebijakan
A.Sabatier, 1981, Efective Policy Implementation, sbg
Lexington Mass :
dipersepsi
MODEL DONALD S.VAN METER DAN CARL E.VAN HORN
(1975) DISEBUT A MODEL OF THE POLICY
IMPLEDMENTATION PROCESS

 Van Meter dan Van Horn teorinya beranjak


dari argumen bahwa perbedaan-perbedaan
dlm proses implementasi akan dipengaruhi
oleh sifat kebijakan yg akan dilaksanakan
 Kedua ahli mengemukakan bahwa jalan
yang menghubungkan antara kebijakan
dan kinerja dipisahkan oleh sejumlah
variabel bebas (independen variable) yang
saling berkaitan, variabel-variabel tsb
sebagaimana pada gbr di bawah ini :
MODEL : VAN METER DAN VAN HORN (1975)

Komunikasi antar
organisasi dan
penguatan aktivitas
Standar dan
sasaran kebijakan

Kinerja
Karakteristik Sikap
Kebijaka
organisasi pelaksana pelaksana
n

Sumber daya

Kondisi sosial,
ekonomi dan politik

Sumber :D.S Van Meter and Van Horn, 1975, The Policy Implementation Process : A Conceptual Framwork,
Aministration and Society
PERKEMBANGAN MODEL
IMPLEMENTASI
Penulis dan Tahun
Variabel-variabel yang bekerja
dalam proses implementasi

Resources, interorganizational
Ackerman dan Steinman (1982)
strukture
Stimulus, Contextual,
Alexander (1985) Organizational, Environmental,
Perceptual
Comunication (transmission,
clarity, cosistency) Resources
(staff, information, authorithy,
Erward III (1980) facilities) Dispotion or attitudes
of implementer, Bureaucatic
structure (standard procedures,
fragmentation) , complexity

Strucurebof power relationshop


Elmore (1976, 1977, 1978, m1979-80,
and incentives, Discretion,
19850)
Resources
Content of policy (interests affected, type of
benefits, extent of change envisioned, site of
decision making, program implementators) and
Grindle (1980, 1981) Context of implementations, `(power,, interests,
strategiesnof actor involved, institution and
regime characteristics, compliance and
responsivenees)
Decision and control processes, Resources,
Relations with environment, Supervisory
Scheirer (1981) explectations, Routines, Technicalrequirementts,
Communication flow, Work group norms,
Behavioral skills, Incetives , Cognitive supports
Formal policy (carity of objectives and priorities,
Browne dan Wildavsky validity of theory of causality, sufficiency of
(1984) financial resaources, sufficiency of power);
learning/adaptation

Implementers clarity abaout inovation, Neede


skills ands knowledge, Availability of matrials,
Gross et al. (1971)
Compatability of organizational arranements with
innovation, Degree of staff motivation

Policy message multilicity of agents, perspektives,


Hambleton (1983)
and ideologis; resources; politics of planning
Content of policy (interests affected, type of
benefits, extent of change envisioned, site of
decision making, program implementators) and
Grindle (1980, 1981) Context of implementations, `(power,, interests,
strategiesnof actor involved, institution and
regime characteristics, compliance and
responsivenees)
Decision and control processes, Resources,
Relations with environment, Supervisory
Scheirer (1981) explectations, Routines, Technicalrequirementts,
Communication flow, Work group norms,
Behavioral skills, Incetives , Cognitive supports
Formal policy (carity of objectives and priorities,
Browne dan Wildavsky validity of theory of causality, sufficiency of
(1984) financial resaources, sufficiency of power);
learning/adaptation

Implementers clarity abaout inovation, Neede


skills ands knowledge, Availability of matrials,
Gross et al. (1971)
Compatability of organizational arranements with
innovation, Degree of staff motivation

Policy message multilicity of agents, perspektives,


Hambleton (1983)
and ideologis; resources; politics of planning
cccccc Policy goals, Implementation procedures,
Larson (1980)
Complecxity, Changes in economic environment
Tractability of the the problem (four variables),
Mazmanian dan Ability of satatute to structure implementation
Sabatier (1981, 1983( (seven variables), Nonstatutory veriables (five);
Implementation success
Montjoy dan O ‘Toole Policy specificity, resources, agency goals,
(1979) routines, world view.
Percifity of policy, technical limitations, actorrs,
Nakamura and arenas, organizational structures, bureaucratic
Smallwood (1980) normn, resources, motivations, communication
networks, compliance mechanisms
Implemetation strategy, tractability of policy
problem, content of policy, structure of broader
sociopolitical and policy systems, number of
Ross (1984) actors, extent of power diffusion, personal and
institutional dispositions of actors, clarity,
adequacy of resources, support of leaders,
institutionalroutines
Bargaming and fixing, institutional arrangements,
Williams (1980, 1982) staffcompetence, marketike pressures,
information process, recources
Weatherley dan Lipsky Resouces, coping behaviors of street-
(1977) levelbureaucrats
Various tensions amongidealized policy,
Smitsth (1973) implementingorganization, target group,
environmental factors

Policy standars, resources, enforcement,


Van Meter and Van
communications, characteristics of implementing
Horn (1975)
agencies, political cnditions,

Local propensity to accept a program, blend of


Thomas (1979) policy incetives wiyh conditions, how the issue
develops
EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK

 Adalah suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan


membuahkan hasil yaitu dengan membandingkan antara hasil yang
diperoleh dengan tujuan atau target (aspek efektifitas kebijakan= hasil :
tujuan) atau perbandingan input : output sebagai aspek efesiensi dari
kebijakan yang telah ditentukan
Evaluasi kebijakan adalah suatu pengkajian secara
sistematik dan empiris terhadap akibat dari suatu
kebijakan dan program pemerintah dan
kesesuaiannya dengan tujuan yang hendak dicapai
oleh kebijakan tersebut (David Mackmias; Howlett
and Ramesh, 1995).
Evaluasi kebijakan selalu melibatkan para birokrat,
politisi, dan juga seringkali melibatkan pihak-pihak
diluar pemerintah (Howlett and Ramesh, 1995).
Evaluasi kebijakan merupakan aktivitas ilmiah yang
perlu dilakukan oleh para pembuat kebijakan di
dalam tubuh birokrasi pemerintah (Samodra
Wibawa, et al, 1994).
MODEL EVALUASI BERDASAR SIAPA DAN
KAPAN ?

 MODEL EVALUASI EX-ANTE atau ASSESMENT


 MODEL EVALUASI EX-POST
 EVALUASI AKHIR (TOTAL/ KOMPREHENSIF)
MODEL EVALUASI EX-ANTE/ ASSESMENT:
 Dilakukan sebelum persiapan dan implementasi proyek
dimulai
 Evaluasi internal berlangsung sebelum persiapan dan
implementasi proyek (identifikasi)
 Evaluasi eksternal berlangsung sebelum persiapan dan
implementasi proyek
MODEL EVALUASI EX-POST:
 Dilakukan ketika proyek sedang berjalan (selama persiapan dan
implementasi proyek)
 Dilakukan pada evaluasi akhir (sesudah persiapan rencana berlangsung dan
sesudah implementasi rencana berlangsung)
 Evaluasi internal dilakukan terhadap persiapan dan implementasi proyek
(termasuk monitoring)
 Evaluasi eksternal dilakukan atas implementasi proyek
 Evaluasi akhir internal dilakukan setelah persiapan rencana dan
implementasi rencana
 Evaluasi akhir eksternal dilakukan setelah persiapan rencana (appraisal)
dan implementasi rencana
MODEL KERANGKA KERJA PEMBERDAYAAN
(Cook and Macaulay, 1997)

 Akronim ACTORS
 A = Authority (wewenang)
C = Confidency and Competence (rasa percaya
diri dan kemampuan diri)
T = Trust (keyakinan, saling percaya)
O = Oppurtunities (kesempatan, peluang)
R = Responsibility ( tanggung jawab)
S = Support (dukungan)
SASARAN MUTU (SMART)
S = Specific, khusus
M = Measurable, dapat diukur/ dievaluasi
A = Achievable, dapat dicapai
R = Realistic, Relevant, berorientasi pada
pencapaian tujuan dan hasil (ouput,
outcome)
T = Time Frame, Time Lines, Time Bound, Time
Schedule, ada batas waktu yang jelas untuk
pencapaian tujuan (mutu) yang telah
ditentukan (standar-kan) tersebut
Evaluasi kebijakan  kegiatan yang menyangkut estimasi
atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak (Anderson: 1975).

Evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya,


evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja,
melainkan kepada seluruh proses kebijakan.

Mata Kuliah Kebijakan Publik, 22 mei 2008 160


….

 Evaluasi  kesimpulan + klarifikasi + kritik + penyesuaian


dan perumusan masalah kembali

Mata Kuliah Kebijakan Publik, 22 mei 2008 161


Menurut Lester dan Stewart, evaluasi kebijakan dapat
dibedakan ke dalam dua tugas yang berbeda.

a. Untuk menentukan konsekuensi-konsekuensi


apa yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan
dengan cara menggambarkan dampaknya.

b. Untuk menilai keberhasilan atau kegagalan


dari suatu kebijakan berdasarkan standard
atau kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Mata Kuliah Kebijakan Publik, 22 mei 2008 162


Tipe evaluasi kebijakan :

James Anderson membagi evaluasi kebijakan ke dalam tiga tipe:

a. Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Menyangkut


prihal kepentingan (interest) dan ideologi dari kebijakan.

b. Evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-


program tertentu.

c. Evaluasi kebijakan sistematis. Melihat secara obyektif program–program


kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat
dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut
dicapai. Menjawab kontribusi dampak dalam menjawab kebutuhan
Mata masyarakat.
Kuliah Kebijakan Publik, 22 mei 2008 164
Langkah Evaluasi

Edward A. Schuman mengemukakan 6 langkah dalam


evaluasi kebijakan, yaitu:
 1. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi
 2. Analisis terhadap masalah
 3. Deskripsi dan Standarisasi kegiatan
 4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
 5. Menentukan apakah perubahan yang diamati
merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena
penyebab yang lain.
 6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan
suatu dampak.
Mata Kuliah Kebijakan Publik, 22 mei 2008 165
Evaluasi memainkan sejumlah fungsi
utama dalam analisis kebijakan.

  Pertama, dan yang paling penting, evaluasi


memberi informasi yang valid dan dapat
dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu,
seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan
telah dapat dicapai melalui tindakan publik. 
Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan
seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu (misalnya,
perbaikan kesehatan) dan target tertentu.
 Kedua, evaluasi memberi sumbangan pada
klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang

Mata Kuliah Kebijakan Publik, 22 mei 2008 166


 mendasari pemilihan tujuan dan target.  Nilai
diperjelas dengan mendefinisikan dan
mengoperasikan tujuan dan target.  Nilai juga dikritik
dengan menanyakan secara sistematis kepantasan
tujuan dan target dalam hubungan dengan masalah
yang dituju.  Dalam menanyakan kepantasan tujuan
dan sasaran, analis dapat menguji alternatif.sumber
nilai maupun landasan mereka dalam berbagai bentuk
rasionalitas (teknis, ekonomis, legal, sosial,
substantif).

Mata Kuliah Kebijakan Publik, 22 mei 2008 167


Evaluasi Kebijakan
 Para pelaku yang terlibat dalam tahap perumusan dan
implementasi kebijakan, cenderung untuk memandang
evaluasi dari sudut asumsi dan prosedur sehubungan dengan
pencapaian tujuan utama.
 POLICY MAKERS: cenderung memandang evaluasi dari segi
kepentingan constituents, karena kekuasaan mereka
tergantung pada dukungan rakyat yang diwakili mereka.
Cara evaluasi kebijakan adalah melalui survei terhadap
kepuasan rakyat.
 POLICY IMPLEMENTERS: cenderung memandang evaluasi dari
segi keberhasilan mengelola program. Karena itu ada
kecenderungan untuk menguasai dan mempengaruhi
informasi yang diberikan pada policy decision makers.
Caranya:
1. Memilih data dan informasi yang mendukung kinerja
 Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi
metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk
perumusan masalah dan rekomendasi.  Informasi
tentang tidak memadainya kinerja kebijakan
dapat memberi sumbangan pada perumusan
ulang masalah kebijakan, sebagai contoh, dengan
menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu
didefinisikan ulang.  Evaluasi dapat pula
menyumbang pada definisi alternatif kebijakan yang
baru atau revisi kebijakan dengan menunjukkan
bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan
sebelumnya perlu dihapus dan diganti dengan yang
lain.
Mata Kuliah Kebijakan Publik, 22 mei 2008 169
Evaluasi Teknis
 Evaluasi oleh pihak ketiga; yaitu oleh
evaluator profesional, lebih menekankan pada
cara evaluasi yang secara metodologis dapat
dipertanggung jawabkan (scientifically valid
findings)
 Policy Makers dan atau implementers akan
menerima hasil evaluasi oleh profesional
sebagai evaluator teknis, apabila dipenuhi
persyaratan tertentu:
1. Tujuan yang diinginkan oleh policy makers telah
dipahami dengan benar oleh evaluator teknis;
2. Pencapaian tujuan diukur dengan obyektif
3. Laporan evaluasi menjelaskan hubungan antara
tujuan dengan hasil program
 Sebaliknya, evaluator teknis hanya bisa
melaksanakan tugasnya, apabila:
1. Tujuan kebijakan jelas
2. Tujuan dapat diukur
3. Implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan
4. Tersedia cukup data yang diperlukan
 Meskipun evaluasi teknis bersifat obyektif, hasil
evaluasi mempunyai konsekuensi terhadap
policy makers maupun policy implementers.
RENSTRA PEMBANGUNAN

FILOSOFIS/IDE DASAR

VISI

Rasionalitas MISI
Doktrin
TUJUAN

Konsisten TARGET/SASARAN

KEBIJAKSANAAN

PROGRAM
Rasionalitas
Perilaku/ PROYEK • Protap
Pelaksanaan • Juklak
• Juknis
STANDART OPERATING PROCEDURE
TAHAPAN PENYUSUNAN RENSTRA

NOW? HOW? FUTURE?


•Analisis •Visi, Misi •Visi,Misi
SWOT, BSC
•Isu-Isu •Kebijakan •Tujuan (Objektive)
Strategik Dasar
•Program •Sasaran (Target)
•Proyek dan •Capaian Output
Kegiatan (Goals, Achievement)
EXISTING
CONDITION

FUTURE
CONDITION

ISU STRATEGIK

IDENTIFIKASI
MASALAH

AKAR MASALAH

ALTERNATIF
SOLUSI

RENSTRA/RENOP
FORMULASI IMPLEMENTASI EVALUASI KETERANGAN
KEBIJAKAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN (TREND)

+ + + Ideal, Logis

+ + - Why?

+ - + Why?

+ - - Why?

- - + Aneh

- + - Aneh

- + + Aneh

- - - Wajar, Logis
- EKSEKUTIF
- Swasta
- Masyarakat

IMPLEMENTASI

FORMULASI EVALUASI
- EKSEKUTIF
- LEGISLATIF
- Swasta
- Masyarakat - LEGISLATIF
- EKSEKUTIF (Atasan Langsung)
- Swasta
- Masyarakat
- Yudikatif
Tugas MK.Teori Kebjkn Publik
Download jurnal Internasional dari 3 hasil penelitian , kajian
para pakar yg thema mendekati kesamaan terkait kebijakan
publik, kemudian Anda diminta:
1. Mapping penelitian dari 3 jurnal internasional tersebut
dengan terlebih dahulu reviuv translate ke dalam bhs
Indonesia dari masing-masing jurnal dengan menyebutkan
a) judul penelitian, penulis, tahun nama jurnal b) latar
belakang masalahnya, b) Teori yang digunakan, c) Metode
yang dipakai, d) Hasil penelitian serta e) Kemukakan
secara singkat perbedaan dari masing-masing jurnal tsb
2. Membuat Research Gap 1. Research Gap
2 .Resech Gap 3 minimal hasil tiga penelitian
dan kajian para pakar selanjutnya dibuat
mapping spt contoh berikut :
RESEARCH GAP TERHDAP ISU YANG
BERHUBUNGAN DENGAN STRATEGI DIVERSIFIKASI
Research Gap   Isu/Peneliti   Temuan
 
  Gap: 1  Isu:Lingkungan dan
Terdapat perbedaan kinerja
Terdapat Kapabilitas
diversifikasi pada lingkungan yang
Luo (2002), Geiger dan Hoffman
perbedaan berbeda.
(1998), Fauver, Houston dan
pendapat Naranjo (2003) Mayer dan
Perbedaan karakteristik lingkungan
terhadap Whitington (2003)
mempengaruh keputusan strategi
pengaruh diversifikasi.
karakteristik Kesuksesan tidak tergantung
lingkungan dan lingkungan tertentu tetapi tergantung
Keats (1988)
kapabilitas kapabilitas perusahaan dalam
Bogaert, Martens, dan
mengintegrasikan aset stratejiknya.
perusahaan Cauwenbergh (1997) Johnson, Jean
dalam keputusan L (1999)
Adanya perbedaan karakteristik
strategi. perusahan terhadap ketidakpastian
lingkungan akan berbeda
Wheelen (2000), dan William (2002
dan kawan-kawannya)
Research Gap  Isu/Peneliti   Temuan
Gap: 2
   Isu:potensi eksploitasi sinergi  
Related diversification kinerjanya
diversifikasi
Terdapat Sarvaes (1986), Pandya dan Rao
lebih baik dibandingkan unrelated
diversification.
perbedaan (1998)
pendapat (Hitt dan Hokisson 1990)
Tidak ada perbedaan kinerja related
dan unrelated setelah dikontrol
terhadap dengan lingkungan industri.
potensi
Keats (1999), Barney (2002), Hubungan diversifikasi dengan
ekonomis pada Merino kinerja berbentuk kurva non linier
arah strategi
Pengukuran kinerja related dan
yang berbeda Datta, Rajagopalan (1998), Palich, unrelated diversification tergantung
Cardinal dan Miller (2000) pada sasaran yang ingin dicapai

Barney (2002) Tidak ada konklusi related dan


unrelated diversifiction dalam
meningkatkan kinerja Related
diversification untuk mendapatkan
manfaat ekonomis operasional,
unrelated mendapat manfaat
ekonomus finansial.
Research Gap   Isu/Peneliti   Temuan
 
Gap: 3
   Isu:
Hubungan diversifikasi
dengan kinerja
Terdapat
perbedaan
Ansoff (1965), Weston dan
temuan Mansingkha(1971), Rumelt (1974), Diversifikasi meningkatkan nilai
terhadap Pandya Rao (1998), Barney (2002)
hubungan
diversifikasi Shleifer and Vishiny (1991); Scherer
dengan (1987); Matsusaka (1993), Lang dan
Diversifikasi tidak meningkatkan
Stulz (1994); Berger and Offek
penciptaan (1996); Sarvaes (1996) nilai
nilai
TERIMA KASIH,
MATUR SUWUN, HATUR NUHUN, THANK YOU,
KAMSIA, KAMSAMIDA, SUKRON,
ARIGATO GOZAIMASU

Anda mungkin juga menyukai