Anda di halaman 1dari 11

Bentuk-Bentuk Analisis Kebijakan Publik

Disusun Oleh :

Nama : Nur Malasary

Npm : (02032011035)

Kelas : VI

Mata Kuliah : Analisis Kebijakan Publik

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KHAIRUN

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebijakan selalu menjadi polemik yang tak pernah berhenti di permasalahkan


baik itu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah maupun kebijakan yang dikeluarkan oleh
pihak dunia usaha, instansi atau organisasi profit maupun non profit. Masyarakat
senantiasa aktif membahas kebijakan baik kebijakan ke dalam organisasi maupun
kebijakan keluar organisasi, serta menyoroti secara berkelanjutan setiap masalah yang
timbul untuk mendapatkan kebijakan yang baik dan benar. Sebelum membahas lebih jauh
tentang analisis kebijakan publik, sangat diperlukan untuk terlebih dahulu memahami
konsep kebijakan. Hal ini perlu dilakukan karena begitu luasnya penggunaan konsep dan
istilah kebijakan, sehingga akan menimbulkan sudut pandang yang berbeda dalam
memahami konsep dan istilah kebijakan serta melahirkan paradigma baru. Secara
etimologis, istilah kebijakan atau policy berasal dari bahasa Yunani “polis” berarti
negara, kota yang kemudian masuk ke dalam bahasa Latin menjadi “politia” yang berarti
negara. Kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa Inggris “policie” yang artinya
berkenaan dengan pengendalian masalah-masalah publik atau administrasi pemerintahan.
Istilah “kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang
aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok maupun suatu badan pemerintah) atau
sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Stephen R. Covey mengatakan
bahwa kebijaksanaan adalah anak dari integritas yaitu integritas terhadap prinsip, dan
ibunya adalah kerendahan hati dan ayahnya adalah keberanian. (Stephen R. Covey,
2005 : 442) Kemudian kebijakan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis menyangkut
analisis kebijakan publik, dimana kata publik (public) sendiri sebagian ahli mengartikan
negara. Misalnya saja Islami (2007) dan Wahab (2008) tetap mempertahankan istilah
negara ketika menerjemahkan kata publik. Kata “publik” dalam kebijakan publik dapat
dipahami ketika dikaitkan dengan istilah “privat”.
Istilah publik dapat dirunut dari sejarah negara Yunani dan Romawi Kuno.
Bangsa Yunani Kuno mengekspresikan kata publik sebagai koinion dan privat disamakan
dengan idion. Bangsa Romawi Kuno menyebut publik dalam bahasa Romawi res-publica
dan privat sebagai res- priva. Dengan menelusuri literatur sejarah Romawi, Gobetti
(2007) memilah istilah privat dalam kaitannya dengan individu atau person; sedangkan
publik merujuk pada komunitas atau Negara. (Strategy et al., 2021)
Kebijakan publik atau public policy yang diambil pemerintah di belahan dunia manapun,

ermasuk di Indonesia merupakan aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah yang

terjadi di tengah masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga

pemerintah. Kebijakan publik menurut hemat saya adalah keputusan-keputusan yang

mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat

oleh pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat publik maka kebijakan

publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang menerima mandat dari

publik atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas

nama rakyat banyak. (Pemerintahan 2022)

kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang kontinum oleh pemerintah demi

kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan

ikut berpartisipasi dalam pemerintahan kebijakan tidak semata dilihat sebagai pemanfaatan

strategi dari sumberdaya tetapi memiliki dimensi moral yang sangat mendalam bahkan

sangat menentukan (Donahue, 2003) (Andi & Gruntur 2019)

Kebijakan publik sebagai pilihan tindakan yang legal karena dibuat oleh orang yang memiliki
otoritas dan legitimasi dalam sistem pemerintahan. Keputusan - keputusannya mengikat aparatus
pemerintahan untuk bertindak dalam menyiapkan rancangan perundang - undangan dan
peraturan pemerintah untuk dipertimbangkan oleh parlemen atau mengalokasikan anggaran guna
mengimplementasikan program tertentu. Kebijakan sebagai keputusan legal bukan juga berarti
bahwa pemerintah selalu memiliki kewenangan dalam menangani berbagai isu dan masalah
publik. Setiap pemerintahan biasanya bekerja berdasarkan warisan kebiasaan-kebiasaan
pemerintahan terdahulu. Rutinitas birokrasi yang diterima biasanya merefleksikan keputusan
kebijakan lama yang sudah terbukti efektif jika diterapkan. Dalam konteks ini, penting
dikembangkan proses kebijakan yang partisipatif dan dapat diterima secara luas sehingga dapat
menjamin bahwa usulan dan aspirasi masyarakat dapat diputuskan secara teratur dan mencapai
hasil yang baik. Kebijakan publik sebagai hipótesis artinya kebijakan dibuat berdasarkan teori
dan proposisi-proposisi sebab akibat. Oleh karena itu, kebijakan hendaknya bersandar pada
asumsi-asumsi mengenai prilaku. Hal ini penting agar kebijakan selalu mendorong orang untuk
melakukan sesuatu, serta mampu memprediksi keadaan dan menyatukan perkiraan-perkiraan
mengenai keberhasilan yang akan dicapai dengan mekanisme mengatasi kegagalan yang
mungkin terjadi. Namun kebijakan bukanlah laboratorium tempat uji coba, karena sulit untuk
mengevaluasi asumsi-asumsi prilaku sebelum sebuah kebijakan benar-benar dilaksanakan.
Pemerintah mungkin memperkirakan bahwa sebuah paket pengurangan pajak akan mendapat
respon positif dari rakyat. Tetapi, hingga pemerintah mengumumkan pengurangan tersebut dan
mengukur dampaknya, para pengambil kebijakan harus selalu waspada karena akibat yang
ditimbulkan kebijakan tersebut belum tentu sesuai dengan perkiraan sebelumnya. (Medtek n.d.)

1.2 Rumusan Masalah


Apa Saja Bentuk – Bentuk Kebijakan public ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bentuk – bentuk dari kebijakan public
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Di antara ilmuwan analisis kebijakan, barangkali Dunn paling banyak dikenal di
Indonesia. William N. Dunn adalah Profesor dalam Analisis Kebijakan di University of
Pittsburgh Amerika Serikat yang telah dikenal luas kepakarannya dalam bidang ini. Karena itu
buku karyanya menjadi refensi penting dalam pengajaran analisis kebijakan di banyak
universitas di dunia. Beberapa karyanya telah diterjemahkan oleh para pengajar Universitas
Gadjah Mada dan beredar luas di kalangan mahasiswa.7 Analisis kebijakan versi Dunn adalah
analisis kebijakan yang dipahami sebagai sebuah aktifitas intelektual dan praktis yang bertujuan
untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan dalam proses
analisis kebijakan. Menurut Dunn, analisis kebijakan adalah ilmu sosial terapan yang
menggunakan berbagai metode penelitian dan argumentasi untuk menghasilkan informasi yang
relevan dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang mungkin timbul akibat diterapkannnya
suatu kebijakan.
A. Analisis Kebijakan Publik Menurut Para Ahli
Kartasasmita (1997:142) menjelaskan bahwa kebijakan public adalah upaya untuk
memahami dan mengartikan :
(1) apa yang dilakukan (atau tidak dilakukan) oleh pemerintah mengenai suatu masalah,
(2) apa yang menyebabkan atau yang memengaruhinya, dan
(3) apa pengaruh dan dampak dari kebijakan publik tersebut.
Anderson dalam Islamy (1994: 19) mengartikan kebijakan publik sebagai serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh pelaku atau
sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu.
Friedrich dalam Wahab
(1991:13) mengartikan kebijakan sebagai suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan
dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai
tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Anderson dalam Lembaga Administrasi Negara (2000:2) mengartikan kebijakan publik sebagai
suatu respons dari sistem politik terhadap demands/claims dan suports yang mengalir dari
lingkungannya.
Menurut Duncan MacRae (1976), analisis kebijakan adalah sebagai suatu disiplin ilmu sosial
terapan yang menggunakan argumentasi rasional dengan menggunakan fakta-fakta untuk
menjelaskan, menilai, dan membuahkan pemikiran dalam rangka upaya memecahkan masalah
publik.
Suryadi dan Tilaar menegaskan bahwa analisis kebijakan adalah sebagai suatu cara atau prosedur
dalam menggunakan pemahaman manusia terhadap dan untuk pemecahan masalah kebijakan.
Definisi kerja analisis kebijakan menurut Dunn ialah suatu disiplin ilmu sosial terapan
yang menggunakan metode inquiri dan argumentasi berganda untuk menghasilkan dan
mendayagunakan informasi kebijakan yang sesuai dalam suatu proses pengambilan keputusan
yang bersifat politis dalam rangka memecahkan masalah kebijakan. Berdasarkan definisi di atas
ada empat hal yang terkandung dalam definisi tersebut:
1. Sebagai ilmu sosial terapan, artinya suatu hasil nyata dari suatu misi ilmu pengetahuan
yang terlahir dari gerakan profesionalisme ilmu-ilmu sosial.
2. Menghasilkan dan mendayagunakan informasi, ialah suatu bagian dari kegiatan analisis
kebijakan yaitu pengumpulan, pengolahan, dan pendayagunaan data agar menjadi
masukan yang berguna bagi para pembuat keputusan.
3. Menggunakan “metode inquiri” dan argumentasi berganda, ialah penggunaan jenis-jenis
metode dan teknik dalam analisis kebijakan seperti metode yang sifatnya deskriftif,
metode yang sifatnya preskriftif, metode yang bersifat kuantitatif dan yang bersifat
kualitatif. Penggunaan metode tersebut sangat tergantung pada sifat isu kebijakan yang
sedang disoroti.
4. Pengambilan keputusan yang bersifat politis, ialah suatu proses pendayagunaan informasi
didalam proses pembuatan kebijakan publik.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Bentuk Analisis Kebijakan Publik

Analisis kebijakan memiliki tiga bentuk, yaitu analisis kebijakan prospektif, analisis
kebijakan retrospektif, dan analisis kebijakan terintegrasi (Dunn 2003).

Analisis kebijakan prospektif menghasilkan transformasi informasi sebelum aksi


kebijakan dimulai dan diimplementasikan yang memberi ciri kepada cara beroperasinya para
ekonomi, analis sistem dan peneliti operasi (Dunn 2003). Walter William, seorang mantan kepala
divisi Penelitian dan Perencanaan pada Kantor Kesempatan Ekonomi Amerika, mendeskripsikan
analisis kebijakan prospektif sebagai suatu alat untuk mensintesakan informasi yang dipakai
dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif dan
diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan untuk melakukan
pengambilan keputusan. Analisis kebijakan prospektif tidak jarang menghasilkan jurang pemisah
antara pemecahan masalah yang diunggulkan upaya-upaya pemerintah untuk memecahkannya.

Analisis kebijakan retrospektif merupakan penciptaan dan transformasi informasi sesudah


aksi kebijakan dilakukan, mencakupi berbagai kegiatan yang dikembangkan oleh tiga kelompok.
Pertama, analisis yang berorientasi pada disiplin. Kelompok tersebut sebagian besar terdiri atas
para ilmuwan politik dan sosiologi. Mereka berusaha mengembangkan dan menguji teori yang
didasarkan pada teori dan menerangkan sebab-sebab dan konsekuensi dari kebijakan.
Tujuantujuan dan sasaran spesifik dari para pembuat kebijakan luput dari perhatian kelompok ini.
Partai politik misalnya, menurut kelompok ini, bukan merupakan variabel yang dapat
dimanipulasi yang dapat digunakan para pembuat kebijakan untuk menghasilkan perubahan
dalam pengeluaran pemerintah.(Ardyansyah, 2010)

Kedua, analis yang berorientasi pada masalah. Kelompok ini sebagian besar terdiri dari
para ilmuwan polisik dan sosiologi, yang berusaha menjelaskan sebab-sebab dan konsekuensi
kebijakan. Bedanya dengan kelompok pertama, kelompok ini kurang menaruh perhatian pada
pengembangan dan pengujian teori yang dianggap penting dalam disiplin ilmu sosial. Mereka
lebih menaruh perhatian pada identifikasi variabel-variabel yang dapat dimanipulasi oleh para
pembuat kebijakan untuk mengatasi permasalahan. Seperti kelompok analis pertama, kelompok
ini juga jarang menyajikan informasi mengenai tujuan dan sasaran kebijakan yang spesifik dari
para pembuat kebijakan.(Ardyansyah, 2010)

Kelompok analis ketiga adalah analis yang berorientasi pada aplikasi. Kelompok analis
ini terdiri atas para ilmuwan politik, sosiologi, profesional pekerjaan sosial, dan administratur
publik. Kelompok ini berusaha menjelaskan sebab-sebab dan konsekuensi kebijakan dan
program publik, tetapi tidak menaruh perhatian pada pengembangan dan pengujian teori-teori
dasar. Berbeda dengan kelompok analis terdahulu, kelompok analis ketiga ini tidak hanya
menaruh perhatian pada variabel-variabel kebijakan, tetapi juga melakukan identifikasi tujuan
dan sasaran kebijakan dari para pembuat kebijakan dan pelaku kebijakan. Informasi mengenai
tujuan dan sasaran kebijakan memberi landasan bagi pemantauan dan evaluasi hasil yang
spesifik, yang dapat digunakan para praktisi untuk merumuskan masalah-masalah kebijakan,
mengembangkan alternatif kebijakan baru, dan merekomendasikan arah tindakan untuk
memecahkan masalah.(Ardyansyah, 2010)

3.2. Pendekatan Analisis Kebijakan

Banyak pendekatan yang dapat digunakan oleh seorang analis untuk membuat analisis
kebijakan yang memadai. Wahab (2012) mengungkapkan 9 pendekatan dalam analisis kebijakan
publik, yaitu pendekatan proses, pendekatan substantif, pendekatan logis- positivis, pendekatan
ekonometrik, pendekatan fenomenologis, pendekatan partisipatif, pendekatan preskriptif,
pendekatan ideologis, dan pendekatan historis.(Ardyansyah, 2010)

1. Pendekatan Proses
Pendekatan proses seringkali digunakan oleh para analis kebijakan. Dalam pendekatan
ini, berbagai masalah sosial diidentifikasi sebagai suatu masalah kebijakan yang harus
ditindaklanjuti oleh pembuat kebijakan. Sesuai siklusnya, kebijakan tersebut diseleksi untuk
dipilih mana yang dipandang paling baik, kemudian diimplementasikan oleh aparat
pemerintah dalam berbagai level. Kegiatan selanjutnya adalah mengevaluasi kebijakan dan
berdasarkan hasil evaluasi atas kelebihan dan kekurangan kebijakan tersebut, kebijakan dapat
diubah. Semua kegiatan tersebut tidak lepas dari proses politik, karena kebijakan memang
berada pada ranah politik. (Ardyansyah, 2010)

3.3. Konsep Dasar Kebijakan Publik

Kebijakan selalu menjadi polemik yang tak pernah berhenti dipermasalahkan baik itu
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah maupun kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak dunia
usaha, instansi atau organisasi profit maupun non profit masyarakat pada umunya. Selalu aktif
membahas kebijakan baik kebijakan ke dalam organisasi maupun kebijakan keluar organisasi.
Sehingga sebelum membahas lebih jauh tentang analisis kebijakan publik, sangat diperlukan
untuk terlebih dahulu memahami konsep kebijakan. Hal ini perlu dilakukan karena begitu
luasnya penggunaan konsep dan istilah kebijakan, sehingga akan menimbulkan sudut pandang
yang berbeda dalam memahami konsep kebijakan.(Strategy et al., 2021)
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan kajian kepustakaan disimpulkan bahwa pelaksaan kebijaka merupakan upaya


yang dilakukan dalam melaksanakan kebijakan dalam pencapaian tujuan. Pada pelaksaan
kebijakan di pengaruhi oleh disposisi, sumber data, komunikasi dan struktur birokrasi yang
berkaitan satu sama lainnya. Selain itu dalam proses pelaksanan kebijakan harus memperhatikan
dimensi-dimensi yang berpengaruh terhadap kebijakan tersebut. Proses pelaksanaan kebijakan
harus dievaluasi agar tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

4.2. Saran

1. Dalam proses perumusan sebuah kebijakan pemerindah dalam hal ini eksekutif maupun
legislatif harus benar-benar memperhatikan tahapan atau proses dari perumusan
kebijakan publik itu sendiri mulai dari pemahaman tentang masalah yang engeuka di
masyarakat sampai dengan penetapan kebijakan itu sendiri.

2. Dalam hal ini sebuah kebijakan maka haruslah pula diperhadikan atau dipenuhi elemen-
elemen yang menunjang dalam pelaksanaan atau penerapan kebijakan itu.

3. Daalam hal evaluasi kebijakan publik di harapkan dapat memberikan kontribusi positif
guna perbaikan kebijakan di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Andi & Gruntur. 2019. “Analisis Kebijakan Publik.” Analis Kebijakan Publik (April): 165.

Medtek, Jurnal. “Aka N Pendidikan.”

Pemerintahan, Selaku Penyelenggara. 2022. “Kebijakan Publik Pendelegasian Tanggung Jawab


Negara Kepada Presiden.” (August).

Andi & Gruntur. 2019. “Analisis Kebijakan Publik.” Analis Kebijakan Publik (April): 165.

Medtek, Jurnal. “Aka N Pendidikan.”

Pemerintahan, Selaku Penyelenggara. 2022. “Kebijakan Publik Pendelegasian Tanggung Jawab


Negara Kepada Presiden.” (August).

Anda mungkin juga menyukai