Disusun Oleh :
Npm : (02032011035)
Kelas : VI
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
terjadi di tengah masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga
mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat
oleh pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat publik maka kebijakan
publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang menerima mandat dari
publik atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas
kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang kontinum oleh pemerintah demi
kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan
ikut berpartisipasi dalam pemerintahan kebijakan tidak semata dilihat sebagai pemanfaatan
strategi dari sumberdaya tetapi memiliki dimensi moral yang sangat mendalam bahkan
Kebijakan publik sebagai pilihan tindakan yang legal karena dibuat oleh orang yang memiliki
otoritas dan legitimasi dalam sistem pemerintahan. Keputusan - keputusannya mengikat aparatus
pemerintahan untuk bertindak dalam menyiapkan rancangan perundang - undangan dan
peraturan pemerintah untuk dipertimbangkan oleh parlemen atau mengalokasikan anggaran guna
mengimplementasikan program tertentu. Kebijakan sebagai keputusan legal bukan juga berarti
bahwa pemerintah selalu memiliki kewenangan dalam menangani berbagai isu dan masalah
publik. Setiap pemerintahan biasanya bekerja berdasarkan warisan kebiasaan-kebiasaan
pemerintahan terdahulu. Rutinitas birokrasi yang diterima biasanya merefleksikan keputusan
kebijakan lama yang sudah terbukti efektif jika diterapkan. Dalam konteks ini, penting
dikembangkan proses kebijakan yang partisipatif dan dapat diterima secara luas sehingga dapat
menjamin bahwa usulan dan aspirasi masyarakat dapat diputuskan secara teratur dan mencapai
hasil yang baik. Kebijakan publik sebagai hipótesis artinya kebijakan dibuat berdasarkan teori
dan proposisi-proposisi sebab akibat. Oleh karena itu, kebijakan hendaknya bersandar pada
asumsi-asumsi mengenai prilaku. Hal ini penting agar kebijakan selalu mendorong orang untuk
melakukan sesuatu, serta mampu memprediksi keadaan dan menyatukan perkiraan-perkiraan
mengenai keberhasilan yang akan dicapai dengan mekanisme mengatasi kegagalan yang
mungkin terjadi. Namun kebijakan bukanlah laboratorium tempat uji coba, karena sulit untuk
mengevaluasi asumsi-asumsi prilaku sebelum sebuah kebijakan benar-benar dilaksanakan.
Pemerintah mungkin memperkirakan bahwa sebuah paket pengurangan pajak akan mendapat
respon positif dari rakyat. Tetapi, hingga pemerintah mengumumkan pengurangan tersebut dan
mengukur dampaknya, para pengambil kebijakan harus selalu waspada karena akibat yang
ditimbulkan kebijakan tersebut belum tentu sesuai dengan perkiraan sebelumnya. (Medtek n.d.)
PEMBAHASAN
Analisis kebijakan memiliki tiga bentuk, yaitu analisis kebijakan prospektif, analisis
kebijakan retrospektif, dan analisis kebijakan terintegrasi (Dunn 2003).
Kedua, analis yang berorientasi pada masalah. Kelompok ini sebagian besar terdiri dari
para ilmuwan polisik dan sosiologi, yang berusaha menjelaskan sebab-sebab dan konsekuensi
kebijakan. Bedanya dengan kelompok pertama, kelompok ini kurang menaruh perhatian pada
pengembangan dan pengujian teori yang dianggap penting dalam disiplin ilmu sosial. Mereka
lebih menaruh perhatian pada identifikasi variabel-variabel yang dapat dimanipulasi oleh para
pembuat kebijakan untuk mengatasi permasalahan. Seperti kelompok analis pertama, kelompok
ini juga jarang menyajikan informasi mengenai tujuan dan sasaran kebijakan yang spesifik dari
para pembuat kebijakan.(Ardyansyah, 2010)
Kelompok analis ketiga adalah analis yang berorientasi pada aplikasi. Kelompok analis
ini terdiri atas para ilmuwan politik, sosiologi, profesional pekerjaan sosial, dan administratur
publik. Kelompok ini berusaha menjelaskan sebab-sebab dan konsekuensi kebijakan dan
program publik, tetapi tidak menaruh perhatian pada pengembangan dan pengujian teori-teori
dasar. Berbeda dengan kelompok analis terdahulu, kelompok analis ketiga ini tidak hanya
menaruh perhatian pada variabel-variabel kebijakan, tetapi juga melakukan identifikasi tujuan
dan sasaran kebijakan dari para pembuat kebijakan dan pelaku kebijakan. Informasi mengenai
tujuan dan sasaran kebijakan memberi landasan bagi pemantauan dan evaluasi hasil yang
spesifik, yang dapat digunakan para praktisi untuk merumuskan masalah-masalah kebijakan,
mengembangkan alternatif kebijakan baru, dan merekomendasikan arah tindakan untuk
memecahkan masalah.(Ardyansyah, 2010)
Banyak pendekatan yang dapat digunakan oleh seorang analis untuk membuat analisis
kebijakan yang memadai. Wahab (2012) mengungkapkan 9 pendekatan dalam analisis kebijakan
publik, yaitu pendekatan proses, pendekatan substantif, pendekatan logis- positivis, pendekatan
ekonometrik, pendekatan fenomenologis, pendekatan partisipatif, pendekatan preskriptif,
pendekatan ideologis, dan pendekatan historis.(Ardyansyah, 2010)
1. Pendekatan Proses
Pendekatan proses seringkali digunakan oleh para analis kebijakan. Dalam pendekatan
ini, berbagai masalah sosial diidentifikasi sebagai suatu masalah kebijakan yang harus
ditindaklanjuti oleh pembuat kebijakan. Sesuai siklusnya, kebijakan tersebut diseleksi untuk
dipilih mana yang dipandang paling baik, kemudian diimplementasikan oleh aparat
pemerintah dalam berbagai level. Kegiatan selanjutnya adalah mengevaluasi kebijakan dan
berdasarkan hasil evaluasi atas kelebihan dan kekurangan kebijakan tersebut, kebijakan dapat
diubah. Semua kegiatan tersebut tidak lepas dari proses politik, karena kebijakan memang
berada pada ranah politik. (Ardyansyah, 2010)
Kebijakan selalu menjadi polemik yang tak pernah berhenti dipermasalahkan baik itu
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah maupun kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak dunia
usaha, instansi atau organisasi profit maupun non profit masyarakat pada umunya. Selalu aktif
membahas kebijakan baik kebijakan ke dalam organisasi maupun kebijakan keluar organisasi.
Sehingga sebelum membahas lebih jauh tentang analisis kebijakan publik, sangat diperlukan
untuk terlebih dahulu memahami konsep kebijakan. Hal ini perlu dilakukan karena begitu
luasnya penggunaan konsep dan istilah kebijakan, sehingga akan menimbulkan sudut pandang
yang berbeda dalam memahami konsep kebijakan.(Strategy et al., 2021)
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
1. Dalam proses perumusan sebuah kebijakan pemerindah dalam hal ini eksekutif maupun
legislatif harus benar-benar memperhatikan tahapan atau proses dari perumusan
kebijakan publik itu sendiri mulai dari pemahaman tentang masalah yang engeuka di
masyarakat sampai dengan penetapan kebijakan itu sendiri.
2. Dalam hal ini sebuah kebijakan maka haruslah pula diperhadikan atau dipenuhi elemen-
elemen yang menunjang dalam pelaksanaan atau penerapan kebijakan itu.
3. Daalam hal evaluasi kebijakan publik di harapkan dapat memberikan kontribusi positif
guna perbaikan kebijakan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Andi & Gruntur. 2019. “Analisis Kebijakan Publik.” Analis Kebijakan Publik (April): 165.
Andi & Gruntur. 2019. “Analisis Kebijakan Publik.” Analis Kebijakan Publik (April): 165.