Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

Tentang

Educational Policy: Concepts of public policy analysis

Oleh
Sri Mures Walef NIM. 22324007

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Sufyarma Marsidin, M.Pd
Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed. Ed.D

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (S3)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
BAB I
EDUCATION POLICY: CONCEPTS OF PUBLIC POLICY ANALYSIS

A. Policy (kebijakan), wisdom (kebijaksanaan), public policy, policy making, decision


making,
dan policy analysis
1. Policy (Kebijakan)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan
asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita,
tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Carl J
Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008:7) mendefinisikan kebijakan sebagai
serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-
kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Richard Rose sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007: 17) juga menyarankan bahwa
kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan
beserta konsekuensikonsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai keputusan
yang berdiri sendiri.
M.Solly Lubis (2007) mengatakan Kebijakan (policy) adalah seperangkat keputusan yang
diambil oleh pelaku-pelaku politik dalam rangka memilih tujuan dan cara untuk pencapaian
tujuan, sedangkan Rakasasataya, mendefinisikan kebijakan sebagai suatu taktik dan strategi
yangvdiarahkan untuk mencapai suatu tujuan.
Definisi-definisi kebijakan diatas, selain mempunyai perbedaan tertentu karena masing-
masing ahli itu memberikan sudut pandang masing-masing, terdapat suatu persamaan bahwa
kebijakan itu pada dasarnya serangkaian tindakan yang terarah untuk mencapai tujuan tertentu.
Dengan kata lain definisi kebijakan oleh para ahli diatas diperoleh suatu pengertian umum lebih
lengkap mengenai kebijakan yaitu”suatu program kegiatan, nilai, taktik dan strategi yang dipilih
oleh seorang atau sekelompok orang dan dapat dilaksanakan serta berpengaruh terhadap
sejumlah besar orang dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
2. Wisdom (Kebijaksanaan)
kebijaksanaan tentu tidak terlepas dari karakteristik orang yang bijaksana bahwa orang
yang dipandang bijaksana biasanya memiliki karakter pribadi yang penuh dengan kedamaian dan
belas kasih terhadap manusia dan dunia.
Kebijaksanaan (Wisdom) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kepandaian
menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuan), kecakapan bertindak apabila
menghadapi kesulitan, dan sebagainya.
Baltes mendefinisikan kebijaksanaan sebagai keahlian dalam mengatasi permasalahan
mendasar yang berkaitan dengan perilaku dan makna hidup. Menurut Baltes, kebijaksanaan
merupakan perpaduan dari intelek dan karakter.
Sedangkan Menurut Sternberg, kebijaksanaan adalah penilaian dari pemahaman individu
dengan masalah yang dimiliki serta melibatkan solusi sebagai alternatif pemecahan masalahnya
yang memaksimalkan berbagai macam keseimbangan antara dirinya sendiri (interpersonal),
orang lain (intrapersonal), dan berbagai aspek kehidupannya (ekstrapersonal).
Ardelt mengartikan kebijaksanaan sebagai suatu kombinasi antara dimensi kognitif,
reflektif, dan afektif. Kebijaksanaan adalah suatu proses di mana individu memiliki kematangan
dalam mengintegrasikan ketiga dimensi tersebut.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka kita dapati penegertian kebijaksanaan secara
yang lebih umum adalah kemampuan seseorang menggunakan akal budinya yang terdiri dari
kognitif, reflektif dan afektif dalam memahami permasalahan kemudian mencarikan solusinya.
3. Public Policy (Kebijakan Publik)
Istilah kebijakan publik merupakan terjemahan istilah bahasa Inggris, yaitu public policy.
Kata policy ada yang menerjemahkan menjadi “kebijakan” (Samodra Wibawa, 1994; Muhadjir
Darwin, 1998) dan ada juga yang menerjemahkan menjadi “kebijaksanaan” (Islamy, 2001;
Abdul Wahap, 1990). Meskipun belum ada kesepakatan bahwa policy diterjemahkan menjadi
“kebijakan” atau “kebijaksanaan”, kecenderungan untuk policy digunakan istilah kebijakan.
Oleh karena itu, public policy diterjemahkan menjadi kebijakan public.
Menurut Thomas R. Dye (1992), “Public Policy is whatever the government choose to do
or not to do” (kebijakan publik adalah apa pun pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu). Menurut Dye, apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu,
tentu ada tujuannya karena kebijakan publik merupakan “tindakan” pemerintah. Apabila
pemerintah memilih untuk tidak melakukan sesuatu, juga merupakan kebijakan publik yang ada
tujuannya.
Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai bidang dan
sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya. Disamping itu dilihat
dari hirarkirnya kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional maupun lokal seperti
undangundang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan
pemerintah daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan
keputusan bupati/walikota.
Sebelum membicarakan mengenai kebijakan publik, sangat perlu memahami dahulu
konsep kebijakan. Hal ini perlu dilakukan karena begitu luasnya penggunaan konsep dan istilah
kebijakan, sehingga akan menimbulkan sudut pandang yang berbeda dalam memahami konsep
kebijakan dan kebijakan publik, khususnya kebijakan pendidikan.
Easton dalam Taufiqurrohman (2014) memberikan definisi kebijakan publik sebagai the
authoritative allocation of values for the whole society atau sebagai pengalokasian nilainilai
secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Laswell dan Kaplan juga mengartikan
kebijakan publik sebagai a projected program of goal, value, and practice atau sesuatu program
pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam praktek-praktek yang terarah.
Pressman dan Widavsky sebagaimana dikutip Budi Winarno (2002: 17) mendefinisikan
kebijakan publik sebagai hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat-akibat
yang bias diramalkan. Kebijakan publik itu harus dibedakan dengan bentuk-bentuk kebijakan
yang lain misalnya kebijakan swasta. Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan faktor-faktor bukan
pemerintah.
Beragam definisi tentang konsep kebijakan publik dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat dua pendapat yang mengemuka. Pertama, pendapat yang memandang bahwa kebijakan
publik identik dengan tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah. Pendapat ini cenderung
beranggapan bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh pemerintah pada dasarnya dapat
disebut sebagai kebijakan publik. Kedua, pendapat yang memusatkan perhatian pada
implementasi kebijakan (policy implementation). Pandangan yang pertama melihat bahwa
kebijakan publik merupakan keputusankeputusan pemerintah yang mempunyai tujuan atau
sasaran tertentu, dan pandangan yang kedua beranggapan bahwa kebijakan publik mempunyai
akibat-akibat atau dampak yang dapat diramalkan atau diantisipasi sebelumnya.
Kebijakan publik adalah keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran
strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan
yang mengikat publik, kebijakan publik harus dibuat oleh otoritas politik, yaitu mereka yang
menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses pemilihan
untuk bertindak atas nama rakyat banyak. Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh
administrasi negara yang dijalankan oleh birokrasi pemerintah.
4. Policy Making (Membuat Kebijakan)
Didalam membuat sebuah kebijakan tidak terlepas dari orang atau pelaku dari pembuat
kbijakan itu sendiri. Orang-orang atau pelaku yang terlibat dalam perumusan kebijakan disebut
aktor kebijakan. Menurut James Anderson, aktor kebijakan dibagi dalam dua peran, yaitu
pertama pelaku resmi yaitu pemerintah yang terdiri dari Lembaga legislative, eksekutif dan
yudikatif. Yang kedua adalah pelaku tidak resmi yaitu berasal dari luar Lembaga pemerintah,
seperti kelompok kepentingan, partaai politik, organisasi massa, warga negara dan inndividu.
Kebijakan dibuat untuk memenuhi tuntutan masyarakat atau publik yang menginginkan
adanya sebuah perubahan. Pelaku kebijakan terdiri atas kelompok masyarakat, organisasi
profesi, partai politik, badan-badan pemerintah, wakil rakyat, dan analisis kebijaksanaan. Mereka
bertugas membuat kebijakan atas masukan dari lingkungan tempat lahir sebuah isu tentang
kebijakan.
Lingkungan kebijakan adalah suasana tertentu ketika kejadian di sekitar isu kebijakan
timbul, memengaruhi, dan dipengaruhi juga oleh pelaku kebijakan. Pelaku kebijakan dalam
menyusun sebuah kebijakan tentunya harus berdasarkan input yang berasal dari lingkungan yang
berpangkal pada masyarakat atau publik. Lingkungan lahir karena adanya tuntutan, harapan, atau
keinginan. Selanjutnya, hal ini oleh pelaku kebijakan dijadikan sebuah kebijakan untuk public.
Sebagai pelaku kebijakan harus melihat tuntutan dari lingkungan tersebut untuk
memenuhi tuntutan publik yang menginginkan perubahan. Akan tetapi, selaku pelaku kebijakan
dalam memformulasi sebuah kebijakan kadang-kadang dalam menghasilkan sebuah keputusan
atau kebijakan belum tentu masyarakat menerima kebijakan tersebut. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
a. Kebijakan tidak sesuai dengan kondisi lingkungan
b. Kebijakan yang dikeluarkan atas dasar kepentingan beberapa pelaku kebijakan
5. Decession Making (Pengambilan Keputusan)
Pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang terutana
bagi seorang pemimpin. Organisasi akan berjalan sesuai fungsinya, apabila para pemimpinya
memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan dan mampu menerapkannya kepada anggota
organisasi. Keputusan biasanya diambil ketika terjadi masalah, untuk mengatasi masalah yang
terjadi dalam suatu organisasi atau dalam perusahaan diperlukan suatu kebijakan dalam
pengambilan keputusan yang baik dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan pemikiran
tentang
Pembuat keputusan adalah aktivitas choice (memilih) dua atau lebih alternatif untuk
mencapai tujuan atau memecahkan maslah (Robbin, 1982:, Campbell, Corbally dan Nystrand,
1977: Robbin, 198: Ungson dan Moday, 1985: Williams, 2006). Mann (1975) dalam
Mustiningsih 2014) mengemukakan baha pembuatan keputusan pada dasarnya adalah memilih
beberapa kegiatan yang sebelumnya melalui seleksi secara khusus beberpa alternatif yang
dikerjakan bersama-sama anggota dengan memperhatikan faktor ekstrinsik atau situasi.
Stoner (1982) dalam Mustiningsih 2014, pembuatan keputusan yaitu proses manusiawi
yang disadari dan mencakup fenomena individual dan sosial, didasarkan pada premis nilai dan
fakta, menyimpulkan sebuah pilihan diantara alternatif, dengan maksud bergerak menuju satu
situasi yang diinginkan. Miccrimon dan Taylor dalam Muhyadi (1989) mengemukakan bahwa
dalam pembuatan keputusan terdapat proses pemikiran dan tindakan yang mengahsilkan pilihan
tingkah laku.
Pembuatan keputusan merupakan salah satu aktifitas mental sebagaimana dikemukakan
bahwa “decision making can be regarded as the mental processes cognitive process resulting in
the selection of a course of action among several alternative scenarios. Every decision making
proses produces a final choice” Jurnalis naspa.org.2013) dalam Mustiningsih, 2014.
Tahap-tahapan pengambilan keputusan
- Inteligence, Pengumpulan informasi untuk mengidentifikasikan permasalahan
- Design, Tahap perancangan solusi dalam bentuk alternatif2 pemecahan masalah
- Choice, Tahap memilih dari solusi dari alternatif2 yg disediakan
- Implementation, Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya
6. Policy Analysis (Analisis Kebijakan)
Analisis kebijakan publik telah berkembang jauh sebelum minat pada studi implementasi
muncul, bahkan analisis studi evaluasi telah lahir terlebih dahulu. Jika studi kebijakan publik
dianalogikan sebagai induknya, studi implementasi adalah anak bungsu yang lahir setelah studi
evaluasi (meskipun dalam urutan siklus kebijakan tidak akan ada evaluasi jika implementasi
tidak dilakukan).
Analisis kebijakan publik (policy analysis) adalah kajian multi– disiplin terhadap
kebijakan publik yang bertujuan untuk mengintegrasikan dan mengontekstualisasikan model dan
riset dari disiplin tersebut yang mengandung orientasi problem dan kebijakan (Parsons, 2001:
xii). Menurut Wildavsky (1979), analisis kebijakan publik adalah subbidang terapan yang isinya
tidak dapat ditentukan berdasarkan disiplin yang terbatas, tetapi dengan segala sesuatu yang
sesuai dengan situasi dari masa dan hakikat persoalannya.
Analisis kebijakan publik menurut Harold Laswell (Parsons, 2001) adalah analisis yang
multimethod, multidisciplinary, berfokus pada masalah, berkaitan dengan pemetaan
kontekstualitas masalah kebijakan, opsi kebijakan, dan hasil kebijakan. Selain itu, bertujuan
untuk mengintegrasikan pengetahuan dalam suatu disipilin yang menyeluruh untuk menganalisis
pilihan publik dan pengambilan keputusan.
Berdasarkan pendapat Lasswell tersebut, tampaknya lingkup analisis kebijakan publik
lebih berfokus pada persoalan proses pembuatan kebijakannya, yakni dari tahap pendefinisian
masalah, agenda setting, formulasi kebijakan sampai legalisasi kebijakan

Sahya (2014:25) mengatakan analisis kebijakan berhubungan dengan penyelidikan serta


deskripsi sebab dan konsekuensi kebijakan publik. Dalam analisis kebijakan, dapat dianalisis
pembentukan, substansi, dan dampak dari kebijakan tertentu.
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli di atas maka dapat menyimpulkan secara
umum bahwa analisis kebijakan adalah kajian yang melibatkan seluruh displin ilmu terhadap
suatu permasalahan tentang kebijakan baik dari desain, opsi sampai kepada implementasi
kebijakan itu sendiri yang bertujuan untuk menyempurnakan kebijakan yang dianalisis.
B. The characteristics of policy
Kebijakan sebagaimana sebagai sebuah istilah masih merupakan sebuah ajang perdebatan
para ahli tentang perbedaanya dengan kebijaksanaan, namun Solichin Abdul Wahab (2008: 40-
50) memberikan beberapa pedoman sebagai berikut :
 Kebijakan harus dibedakan dari keputusan
 Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari administrasi
 Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan
 Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan
 Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai
 Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit maupun implisit
 Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu
 Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi dan yang
bersifat intra organisasi
 Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga-lembaga
pemerintah
 Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.
Menurut Said Zainal Abidin (2004: 56-59), tidak semua kebijakan publik mempunyai
prioritas yang sama untuk diproses. Hal tersebut ditentukan oleh proses penyaringan melalui
serangkaian kriteria. Berikut ini kriteria yang dapat digunakan dalam menentukan kebijakan.
a. Efektivitas, mengukur suatu alternatif sasaran yang dicapai dengan suatu alternatif
kebijakan dapat menghasilkan tujuan akhir yang diinginkan
b. Efisien, dana yang digunakan harus sesuai dengan tujuan yang dicapai
c. Cukup, suatu kebijakan dapat mencapai hasil yang diharapkan dengan sumber daya yang
ada
d. Adil
e. Terjawab, kebijakan dibuat agar dapat memenuhi kebutuhan suatu golongan atau suatu
masalah tertentu dalam masyarakat
C. The differences between decision making and policy making, and what is the
relationship between them
Secara etimologi, istilah kebijakan berasal dari kata “bijak” yang berarti “selalu
menggunakan akal budidaya; pandai; mahir” (Departemen Pendidikan Nasional, 2002: 149).
Selanjutnya dengan memberi imbuhan ke- dan - an, maka kata kebijakan berarti “rangkaian
konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan” (Departemen Pendidikan Nasional, 2002: 149).
Pengertian di atas setidaknya memberikan dua poin penting yang perlu dipahami, yaitu:
pertama, pengambilan keputusan mesti didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan logis
sehingga dapat diterima oleh semua pihak yang menjadi sasaran keputusan tersebut. Kedua,
pengambilan keputusan yang pada gilirannya melahirkan satu atau lebih keputusan dapat
dijadikan sebagai garis-garis besar untuk melakukan suatu pekerjaan, profesi atau
kepemimpinan.
Keputusan adalah pengakhiran daripada proses pemikiran tentang apa yang dianggap
sebagai “masalah” sebagai sesuatu yang merupakan penyimpangan daripada yang dikehendaki,
direncanakan atau dituju dengan menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif pemecahannya
(Atmosudirdjo, 1990: 45). Menurut Siagian (dalam Asnawir, 2006: 203), pengambilan keputusan
merupakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi. Dikatakan
lebih lanjut bahwa masalah tersebut menyangkut pengetahuan tentang hakikat dari masalah yang
dihadapi, analisis masalah dengan mempergunakan fakta dan data, mencari alternatif yang paling
rasional dan penilaian hasil yang dicapai sehingga akibat dari keputusan yang diambil akan dapat
menjawab pertanyaan tentang apa yang harus diperbuat untuk mengatasi masalah tersebut
dengan menjatuhkan pilihan (choice) pada salah satu alternatif tertentu.
Dapat diartikan bahwa pengambilan keputusan adalah memilih dan menetapkan satu
alternatif yang dianggap paling tepat dari beberapa alternatif yang dirumuskan. Keputusan itu
harus bersifat fleksibel, analitis dan mungkin untuk dilaksanakan dengan dorongan sarana
prasarana dan sumber daya yang tersedia (berupa manusia dan material).
Dari pengertian diatas dapat kita jelaskan bahwa perbrdaan antara pengambilan
keputusan dan pembuatan kebijakan sebagai berikut :
Pengambilan keputusan Membuat Kebijakan
Keputusan adalah suatu reaksi terhadap Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas
beberapa solusi alternatif yang dilakukan yang menjadi pedoman dan dasar rencana
secara sadar dengan cara menganalisa dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kemungkinan - kemungkinan dari alternatif kepemimpinan, dan cara bertindak.
tersebut bersama konsekuensinya.
Keputusan adalah pemecahan masalah yang Kebijakan adalah semacam jawaban terhadap
dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan suatu masalah, merupakan upaya untuk
merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu memecahkan, mengurangi, mencegah suatu
pertanyaan. (Ralph C. Davis (Hasan, 2004)) masalah dengan cara tertentu, yaitu dengan
tindakan yang terarah. (Hoogerwerf (1988,
66)).
Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada Kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah
proses pemikiran tentang suatu masalah aktor (pejabat, kelompok, instansi) atau
dengan menjatuhkan pilihan pada suatu serangkaian aktor dalam suatu bidang
alternatif. (Prajudi Atmosudirjo) kegiatan tertentu. (James. E. Anderson (1978,
33)).
Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan
keputusan yang diambil oleh seseorang
pelaku atau kelompok politik dalam usaha
memilih tujuan–tujuan dan cara – cara untuk
mencapai tujuan – tujuan itu.
Kebijakan (policy) adalah serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu
yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang
atau sekelompok pelaku guna memecahkan
masalah tertentu (Solichin Abdul Wahab)

Dari kedua kata tersebut, masing-masing memiliki definisi yang berbeda-beda. Namun,
tidak ada perbedaan selama keduanya bermakna sebagai keputusan pemerintah. Dari kedua kata
tersebut memiliki persamaan yaitu pada prosesnya dimana baik kebijakan, kebijaksanaan
maupun keputusan bertujuan untuk memecahkan, mengurangi, dan mencegah suatu masalah
melalui proses pemikiran dan pemilihan alternatif diantara beberapa alternatif yang
memungkinkan. Kebijakan sangat dekat dengan kepemimpinan serta sama-sama ditetapkan/ di
putuskan oleh pihak-pihak yang berwenang dan biasanya merupakan kumpulan dari beberapa
keputusan-keputusan yang dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan yang lainnya.
Sedangkan keputusan sendiri dapat saja di lakukan oleh siapa saja, baik itu seseorang maupun
sekelompok orang tertentu
D. The forms and the types of public policy and the examples
1. Jenis-jenis Kebijakan Publik
James E. Anderson (1970) mengelompokkan jenis-jenis kebijakan publik sebagai berikut.
a. Substantive and Procedural Policies
Substantive policy adalah kebijakan dilihat dari substansi masalah yang dihadapi oleh
pemerintah. Misalnya, kebijakan pendidikan, kebijakan ekonomi, dan lain-lain.
b. Procedural policy adalah kebijakan dilihat dari pihak-pihak yang terlibat dalam
perumusannya (policy stakeholders). Misalnya UndangUndang tentang Pendidikan, yang
berwenang membuat adalah Departemen Pendidikan Nasional. Akan tetapi, dalam
pelaksanaan pembuatannya, banyak instansi/organisasi lain yang terlibat, baik
instansi/organisasi pemerintah maupun organisasi bukan pemerintah, yaitu DPR,
Departemen Kehakiman, Departemen Tenaga Kerja, Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI), dan Presiden yang mengesahkan undang-undang tersebut.
Instansi-instansi/organisasiorganisasi yang terlibat tersebut disebut policy stakeholders.
c. Distributive, Redistributive, and Regulatory Policies
 Distributive policy adalah kebijakan yang mengatur tentang pemberian
pelayanan/keuntungan kepada individu, kelompok, atau perusahaan. Contoh,
kebijakan tentang tax holiday.
 Redistributive policy adalah kebijakan yang mengatur tentang pemindahan alokasi
kekayaan, pemilikan, atau hak-hak. Contoh, kebijakan tentang pembebasan tanah
untuk kepentingan umum.
 Regulatory policy adalah kebijakan yang mengatur tentang
pembatasan/pelarangan terhadap perbuatan/tindakan. Contoh, kebijakan tentang
larangan memiliki dan menggunakan senjata api.
d. Material Policy
Material policy adalah kebijakan yang mengatur tentang pengalokasian/penyediaan
sumber-sumber material yang nyata bagi penerimanya. Contoh, kebijakan pembuatan
rumah sederhana.
e. Public Goods and Private Goods
Policies Public goods policy adalah kebijakan yang mengatur tentang penyediaan barang-
barang/pelayanan oleh pemerintah untuk kepentingan orang banyak. Contoh, kebijakan
tentang perlindungan keamanan dan, penyediaan jalan umum.
Private goods policy adalah kebijakan yang mengatur tentang penyediaan
barang-barang/pelayanan oleh pihak swasta untuk kepentingan individu (perseorangan) di pasar
bebas dengan imbalan biaya tertentu. Contoh tempat hiburan, hotel, dan lain-lain.
2. Model Pendekatan dalam Proses Pembuatan Kebijakan Publik
Ada beberapa model yang bisa dipergunakan untuk menjelaskan proses pembuatan public
policy. Dye, Thomas R. (2011) menjelaskan bahwa model adalah bentuk abstraksi dari suatu
kenyataan. Model merupakan suatu perwakilan yang disederhanakan dari beberapa gejala dunia
kenyataan. Model yang dipergunakan dalam public policy termasuk model yang konseptual.
Model seperti ini berusaha untuk:
a. menyederhanakan dan menjelaskan pemikiran tentang politik dan public policy
b. mengidentifikasikan aspek-aspek yang penting dari persoalan policy;
c. menolong seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan memusatkan pada
aspek-aspek yang esensial dalam kehidupan politik;
d. mengarahkan usaha ke arah pemahaman yang lebih baik mengenai public policy dengan
menyarankan hal-hal yang dianggap penting dan yang tidak penting;
e. menyarankan penjelasan untuk public policy dan meramalkan akibatnya
E. Why public policy in education and policy analysis are needed?
Kebijakan publik dibedakan menjadi analisis kebijakan, kebijakan publik, dan
anjuran kebijakan. Kebijakan publik secara garis besar mencakup tahap-tahap perumusan
masalah kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Analisis kebijakan
berhubungan dengan penyelidikan serta deskripsi sebab dan konsekuensi kebijakan
publik. Dalam analisis kebijakan, dapat dianalisis pembentukan, substansi, dan dampak
dari kebijakan tertentu.
Analisis kebijakan publik sangat berguna dalam merumuskan ataupun
mengimplementasikan kebijakan publik. Teori-teori dalam analisis kebijakan publik pada
akhirnya dapat digunakan untuk mengembangkan kebijakan publik yang baik pada masa
yang akan datang.
Analisis kebijakan publik di dalam dunia pendidikan adalah mutlak diperlukan,
dikarena dengan kajian analisis kebijakan publik khususnya di bidang pendidikan, maka
akan dapat diketahui sejauh mana kebijakan itu memiliki pengaruh atau berdampak
kepada masyarakat luas, sehingga pemerintah selaku pembuat kebijakan bisa pula
mengkaji implementasi beserta kendala-kendala yang dihadapi sehingga pemerintah bisa
memodifikasi kebijakan publik di bidang pendidikan sehingga kebijakan itu lebih
bermanfaaat, contohnya kurikulum.
BAB III
PENUTUP

Pendidikan merupakan public goods (barang dan jasa milik publik), dan merupakan hak asasi
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Dalam konteks tersebut, kewajiban
pemerintah untuk melaksanakannya, utamanya peranan mendasar menyediakan kesempatan belajar.
Dengan demikian, aspek pendidikan sebagai public goods dalam dimensi kebijakan pendidikan, terkait
dengan perspektif kebijakan publik yang harus dikaji secara multidisiplener dengan sudut pandang
analitik dan komprehensif, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Pemerintah dalam menjalankan tugas sekaligus kewenangannya selaku pembuat kebijakan
seyogyanya melakukan kajian kebijakan publik (analisis kebijakan) terkait dengan pendidikan baik dari
segi desain sampai kepada implementasi, sehingga perjalanan pendidikan yang cenderung terseok-seok
akan kembali tegap dan bisa menjawab tantangan zaman yang terus berubah.
Daftar Pustaka

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.

Ardelt, Monika. (2003). Empirical Assessment of a Three-Dimensional


Departemen Pendidikan Nasional.(2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi keempat.
Gramedia:Jakarta.
http://meyhidayati.blogspot.com/2011/09/kebijakan-kebijaksanaan-dan-keputusan.html

Islamy,M.Irfan,2001,Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Jakarta Bumi. Aksara

Mustiningsih, 2014. Pembuatan Keputusan dalam kepemimpinan Pendidikan, Malang: Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Negeri Malang
Sahya Anggara. 2014. Kebijakan Publik. Bandung. Pustaka Setia
Sternberg, R. J., and J. Jordan, eds. (2002). A handbook of wisdom: Psychological perspectives.
Cambridge, UK: Cambridge Univ. Press.
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik :Teori dan Proses. Yogyakart :Med. Press

Anda mungkin juga menyukai