TINJAUAN PUSTAKA
Kebijakan memiliki arti umum dan spesifik. Dalam arti umum, kebijakan
menunjuk pada jaringan keputusan atau sejumlah tindakan yang memberikan
arah, koherensi, dan kontinuitas. Dalam kaitan ini, Greer and Paul Hoggett
memaknai kebijakan sebagai sejumlah tindakan atau bukan tindakan yang lebih
dari sekadar keputusan spesifik. Dalam arti spesifik, ide kebijakan berkaitan
dengan cara atau alat (means) dan tujuan (ends), dengan fokus pada seleksi tujuan
dan sarana untuk mencapai sasaran yang diinginkan.1
1
kehidupan nasional untuk mencapai tujuan pemberdayaan yang diinginkan.
Menurut Thomas R.Bye kebijakan publik merupakan apapun yang dipilih
pemerintah untuk dilakukan ataupun tidak dilakukan. Hal ini menunjukan bahwa
dalam penyusunan kebijakan publik menjadi hak prerogratif pemerintah pusat
baik itu lembaga eksekusif, legislatif maupun yudikatif. Ketiga lembaga itu
seharusnya menjadi satu kesatuan dalam perumusan kebijakan-kebijakan yang
akan di keluarkan.
2
Intinya, Jika sebuah kebijakan diibaratkan produk dari sebuah mesin, maka
ketika mesin tersebut memiliki sistem dan komponen-komponen yang berkualitas,
maka produk yang dihasilkan adalah sesuatu yang baik dan berkualitas. 2
3
“impere” dan “plere”. Kata “implere” dimaksudkan “to fill up”; “to fill in”, yang
artinya mengisi penuh; melengkapi, sedangkan “plere” maksudnya “to fill”, yaitu
mengisi. Selanjutnya kata “to implement” dimaksudkan sebagai : “(1) to carry
into effect; to fulfill; accomplish. (2) to provide with the means for carrying out
into effect or fulfilling; to give practical effect to. (3) to provide or equip with
implements”.5
5
H. Tachjan, Implementasi Kebijakan Publik, (Bandung: AIPI Bandung, 2006) hlm.24
6
Haedar Akib, Implementasi Kebijakan; Apa Mengapa dan Bagaimana, (Jurnal Administrasi
Publik, Vol.1 No. 1, 2010) hlm.2
4
Unsur-unsur implementasi kebijakan yang mutlak harus ada ialah : “(1) unsur
pelaksana (implementor), (2) adanya program yang akan dilaksanakan, (3) target
groups.”
5
penyusunan rencana tersebut sesuai dengan urusan (tugas) yang menjadi
tanggung jawab setiap unit administratif. Selanjutnya, rencana-rencana yang
telah disusun dijabarkan lagi ke dalam program-program operasional.
Penyusunan program ini harus bersifat mempermudah dan memperlancar
pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional. Oleh karena itu, salah satu hal
yang harus jelas dalam penyusunan program adalah penggambaran tentang
jenis kegiatan yang harus dilakukan dalam bentuk uraian kegiatan yang jelas,
baik uraian kegiatan bagi setiap satuan kerja maupun uraian kegiatan dari
setiap orang yang terlibat di dalamnya. Jadi sebagai output dari kegiatan phase
pertama dari unit administratif, jika ia dipandang sebagai suatu sistem adalah
berupa kebijakan-kebijakan administratif, yaitu kebijakan umum, kebijakan
pelaksanaan, dan kebijakan teknis operasional yang untuk selanjutnya
dituangkan ke dalam program-program operasional, sehingga terbentuk
struktur program.
6
dan produktivitas yang tinggi dan dengan hasil pekerjaan yang memenuhi
standar yang telah ditentukan serta terarah kepada pencapaian tujuan dan
sasaran-sasaran organisasional. Kemudian, apabila suatu tahap pelaksanaan
kegiatan operasional telah selesai dilaksanakan misalnya atas dasar satu kurun
waktu tertentu maka perlu dilakukan penilaian, dengan maksud untuk
memperoleh masukan yang tepat tentang perbandingan antara hasil yang
nyatanya dicapai dengan hasil yang seharusnya dicapai. Bilamana terdapat
kesenjangan di antara kedua jenis hasil tersebut, perlu dilakukan pengkajian
(analisis) yang mendalam untuk menentukan faktor-faktor penyebabnya.
Dengan demikian, penilaian yang merupakan langkah terakhir dalam proses
administrasi dan sebagai salah satu fungsi organik manajemen - merupakan
tindakan pengukuran dan pembandingan daripada hasil pekerjaan yang
nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.