Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

2.1 Konsep Anlisis Kebijakan Publik

2.1.1 Pengertian Analisis Kebijakan Publik

Secara etimologis, istilah kebijakan atau policy berasal dari bahasa Yunani “polis”

berarti negara, kota yang kemudian masuk ke dalam bahasa Latin menjadi “politia” yang

berarti negara. Kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa Inggris “policie” yang artinya

berkenaan dengan pengendalian masalah-masalah publik atau administrasi pemerintahan.

Istilah “kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor

(misalnya seorang pejabat, suatu kelompok maupun suatu badan pemerintah) atau sejumlah

aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Stephen R. Covey mengatakan bahwa

kebijaksanaan adalah anak dari integritas yaitu integritas terhadap prinsip, dan ibunya adalah

kerendahan hati dan ayahnya adalah keberanian. (Stephen R. Covey, 2005 : 442 1.

Kemudian kebijakan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis menyangkut analisis

kebijakan publik, dimana kata publik (public) sendiri sebagian ahli mengartikan negara.

Misalnya saja Islami (2007) dan Wahab (2008) tetap mempertahankan istilah negara ketika

menerjemahkan kata publik. Kata “publik” dalam kebijakan publik dapat dipahami ketika

dikaitkan dengan istilah “privat”. Istilah publik dapat dirunut dari sejarah negara Yunani dan

Romawi Kuno. Bangsa Yunani Kuno mengekspresikan kata publik sebagai koinion dan

privat disamakan dengan idion. Bangsa Romawi Kuno menyebut publik dalam bahasa

Romawi res-publica dan privat sebagai res- priva. Dengan menelusuri literatur sejarah

1
Muhammad Guntur, ‘Analisis Kebijakan Publik’.

1
Romawi, Gobetti (2007) memilah istilah privat dalam kaitannya dengan individu atau person;

sedangkan publik merujuk pada komunitas atau negara 2.

Kebijakan melibatkan perilaku seperti halnya maksud- maksud,bisa berupa tindakan

dan bukan tindakan. Kebijakan menunjuk pada serangkaian tindakan yang bertujuan.

Kebijakan memiliki outcomes di masa depan. Kebijakan juga menunjuk pada serangkaian

tindakan, muncul dari proses yang melibatkan hubungan organisasional 3.

Di dalam analisis kebijakan terdapat informasi-informasi berkaitan dengan masalah-

masalah kebijakan publik serta argumen-argumen tentang berbagai alternatif kebijakan.

Semua itu didapatkan dari kajian mendalam tentang permasalahan-permasalan kebijakan.

Informasi yang didapat dari kajian mendalam tentang permasalah kebijakan inilah yang akan

dipakai sebagai argumen dalam memberikan bahan pertimbangan atau masukan kepada pihak

pembuat kebijakan. Analisis kebijakan dalam arti luas adalah satu bentuk penelitian terapan

yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai masalah-masalah

sosial teknis dan untuk mencari solusi-solusi yang lebih baik. Karena berusaha menggunakan

ilmu modern dan teknologi modern dalam menyelesaikan masalah-masalah masyarakat,

analisis kebijakan mencari langkah-langkah yang mudah diamati, menyusun informasi dan

bukti- bukti serta pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh penerapan suatu kebijakan yang

dilakukan untuk membantu para pembuat kebijakan didalam memilih tindakan yang paling

menguntungkan. Operation riset, analisis sistem, sistem biaya dan manfaat dan analisis

efektifitas biaya ada dalam kategori yang sama dan sering dipakai dalam studi analisis

kebijakan. Namun analisis kebijakan memperhitungkan kesulitan-kesulitan politik dan

organisasi yang berhubungan dengan keputusan publik dan implementasinya 4.

2
Guntur.
3
Guntur.
4
M.Si Dr. Kismartini, ‘Analisis Kebijakan Publik ( Kerangka Dasar )’.

2
Menurut Quade, analisis kebijakan publik diartikan sebagai sebuah penelitian

terapan untuk mehamai secara mendalam berbagai permasalahan sosial guna mendapatkan

pemecahan masalah yang lebih baik. Kemudian Stuart S. Nagel menambahkan bahwa

analisis kebijakan publik adalah penentuan dalam rangka hubungan antara alternatif

kebijakan dan tujuan kebijakan 5.

Anderson (1994:5) memberikan definisi yang lebih sempit ia menyatakan kebijakan

publik sebagai “a purposes course of action or inaction undertaken by an actor or set of

actors in dealing with a problem or matter of concern”. Kebijakan publik adalah

pengambilan tindakan yang memiliki maksud oleh aktor atau sekelompok aktor dalam

mengatasi permasalahan atau sesuatu yang menjadi kepedulian. Artinya, kebijakan publik

bukanlah random tetapi memiliki tujuan dan maksud; kebijakan publik dilakukan oleh

otoritas publik; kebijakan publik terdiri dari sebuah pola tindakan yang berada dalam

kerangka waktu tertentu; kebijakan publik merupakan hasil dari sebuah tuntutan, ia

merupakan serangkaian tindakan pemerintahan yang terarah sebagai tanggapan dari tekanan

tentang sebuah persoalan. Kebijakan publik bisa saja positif (tindakan yang dilakukan) dan

bisa juga negatif (tindakan yang tidak dilakukan). Terhadap definisi Anderson ini,

Theodoulou (1995: 1-9) menggunakan definisi ini dan menambahkan bahwa kebijakan publik

memiliki tujuan yang khas. Ia menyelesaikan persengketaan yang terjadi terhadap

sumberdaya yang terbatas, mengatur perilaku, memotivasi tindakan-tindakan kolektif,

melindungi hak, dan mengarahkan kemanfaatan menuju kepentingan publik, bukan

kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok 6.

Tilaar dan Nugroho (2012:183-185) dalam bukunya Kebijakan Pendidikan

melakukan review terhadap pengertian kebijakan publik berdasarkan literatur yang mereka

telusuri. Beberapa rumusan yang ditemukan antara lain:


5
Dr. Kismartini.
6
Afriva Khaidir and Margaret Sutton, ‘No Title’.

3
1. James Lester dan Rober Stewart dalam Public Policy: An Evolutionary

Approach (2000): a process or a series or pattern of governmental activities

or decisions that are design to remedy some public problem, either real or

imagined.

2. BG Peters dalam American Public Policy (1995): the sum of government

activities, whether acting directly or through agents, as it has an influence on

the lives of citizens.

3. Michael Howlet and M. Ramesh dalam Studying Public Policy: Policy Cycles

and Policy Subsystem (1995): a complex phenomenon consisting of numerous

decisions made by numerous individual and organizations. It is often shaped

by earlier policies and is frequently linked closely with other seemingly

unrelated decisions 7.

Friedrich mengartikan kebijakan sebagai suatu tindakan yang mengarah pada tujuan

yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu

sehubungan dengan adanya hambatan seraya mencari peluang untuk mencapai tujuan atau

sasaran yang dinginkan (Widodo, 2007:13). Post, et al (1999) memaknai kebijakan sebagai

rencana tindakan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah untuk mencapai tujuan yang lebih

luas yang memengaruhi kehidupan penduduk negara secara substansial. Dari beberapa

pandangan tentang kebijakan, dapat ditarik benang merah bahwa suatu kebijakan pasti

berkaitan dengan rencana tindakan yang diarahkan untuk mewujudkan tujuan tertentu 8.

Kebijakan memiliki arti umum dan spesifik. Dalam arti umum, kebijakan menunjuk

pada jaringan keputusan atau sejumlah tindakan yang memberikan arah, koherensi, dan

kontinuitas. Dalam kaitan ini, Greer and Paul Hoggett (1999) memaknai kebijakan sebagai

sejumlah tindakan atau bukan tindakan yang lebih dari sekadar keputusan spesifik. Dalam arti
7
Khaidir and Sutton.
8
Guntur.

4
spesifik, ide kebijakan berkaitan dengan cara atau alat (means) dan tujuan (ends), dengan

fokus pada seleksi tujuan dan sarana untuk mencapai sasaran yang diinginkan 9.

Studi kebijakan merupakan hasil kontribusi dari empat tokoh besar, yaitu: Lasswell

(1956) dengan mendirikan, “think-tank”, dan mendekati persoalan menggunakan pendekatan

multidisipliner melalui tahap-tahap dalam proses kebijakan publik. Simon dengan

menekankan pada proses pengambilan keputusan dipusatkan pada ide rasionalitas, Lindblom

(1959) mendukung pendekatan “incrementalism”, dan Easton (1965) yang

mengonseptualisasikan hubungan antara masukan, pembuatan kebijakan, luaran kebijakan,

dan lingkungannya yang lebih luas 10.

Analisis kebijakan merupakan suatu hal penting karena bisa membantu seorang

pembuat keputusan dengan memberikan informasi yang diperoleh melalui penelitian dan

analisis, memisahkan dan mengklarifikasi persoalan mengungkap ketidakcocokan tujuan dan

upayanya, memberikan alternatif-alternatif baru dan mengusulkan cara-cara menterjemahkan

ide-ide kedalam kebijakan-kebijakan yang mudah diwujudkan dan direalisasikan 11.

William N. Dunn (2000) mengemukakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu

disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan

argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan,

sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah

kebijakan. Weimer and Vining, (1998:1): The product of policy analysis is advice.

Specifically, it is advice that inform some public policy decision. Jadi analisis kebijakan

publik lebih merupakan nasehat atau bahan pertimbangan pembuat kebijakan publik yang

berisi tentang masalah yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi publik

berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa

9
Guntur.
10
Guntur.
11
Dr. Kismartini.

5
diambil dengan berbagai penilaiannya berdasarkan tujuan kebijakan. Analisis kebijakan

publik bertujuan memberikan rekomendasi untuk membantu para pembuat kebijakan dalam
12
upaya memecahkan masalah-masalah publik .

Analisis kebijakan publik berdasarkan kajian kebijakannya dapat dibedakan antara

analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik tertentu dan sesudah adanya kebijakan

publik tertentu. Analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik berpijak pada

permasalahan publik semata sehingga hasilnya benar-benar sebuah rekomendasi kebijakan

publik yang baru. Keduanya baik analisis kebijakan sebelum maupun sesudah adanya

kebijakan mempunyai tujuan yang sama yakni memberikan rekomendasi kebijakan kepada

penentu kebijakan agar didapat kebijakan yang lebih berkualitas 13.

Dunn (2000: 117) membedakan tiga bentuk utama analisis kebijakan publik, yaitu.

1. Analisis Kebijakan Prospektif Analisis Kebijakan Prospektif yang berupa produksi

dan transformasi informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan.

Analisis kebijakan disini merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi

untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang

dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif

sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan.

2. Analisis Kebijakan Retrospektif Analisis kebijakan retrospektif adalah sebagai

penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan. Terdapat

3 tipe analis berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh kelompok analis ini

yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis yang berorientasi pada masalah

dan analis yang berorientasi pada aplikasi. Tentu saja ketiga tipe analisis

retrospektif ini terdapat kelebihan dan kelemahan.

12
Guntur.
13
Guntur.

6
3. Analisis Kebijakan yang Terintegrasi Analisis kebijakan yang terintegrasi

merupakan bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang

menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan

sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak

hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif

dan perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus menghasilkan

dan mentransformasikan informasi setiap saat 14.

Beberapa konsep analisis kebijakan publik:

1. Disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan multi-metode penelitian dan

argumen untuk menghasilkan dan mentransformasikan informasi yang policy

relevant buat memecahkan masalah kebijakan (W.N. Dunn).

2. Proses mengevaluasi beberapa alternatif kebijakan dengan menggunakan

kriteriakriteria yang relevan agar diperoleh alternatif terbaik untuk dijadikan

tindakan kebijakan (D.L. Weimer dan A.R. Vining)

3. Cara untuk mensintesakan informasi, termasuk hasil penelitian, untuk menghasilkan

format keputusan kebijakan (penentuan pilihan-pillihan alternatif) dan untuk

menentukan kebutuhan masa depan akan informasi yang policy relevant (Walter

Williams, 1971)

4. Wildasky: Policy analysis is an activity creating problems that can be solved.

(Analisis kebijakan adalah sebuah aktivitas menciptakan masalah yang dapat

dipecahkan).

5. Dunn: The process of producing knowledge of and in policy process. (Proses

memproduksi ilmu pengetahuan tentang proses kebijakan dan pengetahuan dalam

proses kebijakan).

14
Guntur.

7
6. Leslie A. Pal: Policy analysis will be defined as the disciplined application of

intellect to public problems. (Analisis kebijakan didefinisikan sebagai penerapan

disiplin ilmu dari kaum intelektual pada masalah-masalah publik) 15.

Dari beberapa pengertian di atas, dikemukakan beberapa ciri analisis kebijakan:

a. Analisis kebijakan sebagai aktivitas kognitif (cognitive activity), yakni aktivitas yang

berkaitan dengan learning and thinking. Aktivitas tersebut hanya sebagai salah satu

aspek dari proses kebijakan (policy process), artinya masalah kebijakan didefinisikan,

ditetapkan, dipecahkan, dan ditinjau kembali. Proses tersebut akan melibatkan

berbagai pihak, baik pihak yang setuju maupun yang tidak, baik mereka sebagai

pemilih maupun sebagai yang dipilih. Selain itu, juga melibatkan kelompok

kepentingan dan legislator, birokrat dan media massa. Elemen kognitif memiliki peran

sentral dalam proses tersebut, sekalipun tidak dominant. Dikatakan memiliki peran

sentral, karena menurut Leslie A. Pal bahwa proses kebijakan sesungguhnya,

hanyalah merupaka proses diskusi dan debat (discussing and debating) ide-ide mereka

tentang prioritas, masalah, dan solusinya. Aspek kognitif yakni memikirkan tentnag

posisi seseorang pada masalah kebijakan tertentu yang dilakukan oleh semua orang

yang terlibat sejauh mereka dibutuhkan dalam klarifikasi atau justifikasi dan

rasionalisasi pandangan atau pendapat mereka. Sungguhpun demikian, analisis

kebijakan yang baik dan argumentasi kebijakan yang jelas dan meyakinkan tidak

pernah dilakukan. Hal tersebut disebabkan jarang sekali bisa sampai pada kesimpulan,

sekalipun hal tersebut menjadi lebih penting, karena proses kebijakan sebagai proses

politik yang berusaha memadukan kekuasaan dan kepentingan.

b. Analisis kebijakan sebagai bagian dari proses kebijakan secara kolektif sehingga

merupakan hasil aktivitas kolektif. Misalnya seorang menteri meminta kepada

15
Guntur.

8
penasehatnya untuk melakukan analisis dan melaporkan tentang suatu isu kebijakan.

Laporan penasehat tadi tidak akan menjadi dasar keputusan mereka. Hal tersebut

disebabkan karena masalah kebijakan publik sesungguhnya adalah public itu sendiri.

Mereka akan menghasilkan arus informasi hasil analisis dari berbagai sumber, seperti

dari laporan surat kabar, representasi kelompok kepentingan, buku dan artikel ilmiah,

komite parlementaria dan sebagainya. Jika demikian, ketika analisis dilakukan secara

individual, pembuatan kebijakan biasanya dibuat didasarkan pada pengetahuan

kolektif dan terorganisasi terhadap masalah- masalah kebijakan. Setiap analis

profesional harus memahami fakta tersebut dan implikasinya.

c. Analisis kebijakan sebagai disiplin intelektual terapan. Hal ini berarti masalah

kebijakan yang harus dikaji melalui aktivitas dari sejumlah analisis. Analisis

kebijakan adalah reflektif, kreatif, imajinatif, dan eksploratori sekalis sebagai kontrol

diri pada tataran terbaik. Analisis kebijakan tidak akan pernah membuang semua

asumsi dan beberapa latar yang diperlukan untuk tetap memperkuat hasil analisis.

Namun demikian, analisis individual membutuhkannya bukan untuk memperlemah

masalah tersebut dan apa yang telah tersedia menunjukkan bahwa analisis kebijakan

sebagai bagian yang terorganisasi. Asumsi-asumsi dan bias setiap studi tunggal

(single study) akan diungkap dan diteliti secara cermat atau seksama oleh orang lain

dalam proses kebijakan. Tanggung jawab setiap analis sekedar ”memperjelas” dan

merefleksikan diri sebaik mungkin untuk membantu meningkatkan kejelasan, namun

tidak mengamati sampai pada sasarannya.

d. Analisis kebijakan berkaitan dengan masalah-masalah publik (public problems).

Tidak semua masalah masuk ranah publik bahkan ketika masalah tersebut melibatkan

sejumlah besar orang. Masalah publik memiliki dampak pada masyarakat atau

beberapa orang berkepentingan sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, tidak

9
mengherankan manakala memperdepatkan kebijakan yang berkaitan dengan apakah

masalah-masalah tersebut merupakan masalah publikdalam pengertian ini dan dalam

hal ini menjadi target dari aksi kebijakan (policy action). Analisis kebijakan publik

berdasarkan kajian kebijakannya dapat dibedakan antara analisis kebijakan sebelum

adanya kebijakan publik tertentu dan sesudah adanya kebijakan publik tertentu.

Analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik berpijak pada permasalahan

publik semata sehingga hasilnya benar-benar sebuah rekomendasi kebijakan publik

yang baru. Keduanya baik analisis kebijakan sebelum maupun sesudah adanya

kebijakan mempunyai tujuan yang sama yakni memberikan rekomendasi kebijakan

kepada penentu kebijakan agar didapat kebijakan yang lebih berkualitas. Analisis

kebijakan publik lebih merupakan nasehat atau bahan pertimbangan pembuat

kebijakan publik yang berisi tentang masalah yang dihadapi, tugas yang mesti

dilakukan oleh organisasi publik berkaitan dengan masalah tersebut, dan uga berbagai

alternatif kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya

berdasarkan tujuan kebijakan.

Kebijakan publik merupakan pondasi untuk melaksanakan pembangunan dalam

berbagai bidang lainnya mengingat secara hakiki upaya pembangunan adalah untuk

membangun potensi manusianya yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan di berbagai

bidang pembangunan lainnya. Filosofis dalam kebijakan pendidikan pada dasarnya dijiwai

oleh cita-cita luhur sebagaimana rumusan yang termaktub dalam amanat konstitusi. Dalam

konteks inilah filosofis tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap

kebijakan publik. Untuk itulah kebijakan yang berpihak sangat diperlukan dari semua pihak,

terutama pemerintah khususnya menyangkut dana atau anggaran 16 .

2.1.2 Kebijakan Publik dan Analisis Kebijakan Publik

16
Guntur.

10
Ada perbedaan yang menonjol yakni antara kebijakan pulik dan analisis kebijakan

publik. Kebijakan Publik adalah arah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah. Area studi

meliputi segala tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan mempunyai pengaruh terhadap

kepentingan masyarakat secara luas, misalnya kebijakan pemerintah tentang sistem jaminan

sosial melalui Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional. Dan kebijakan pemerintah terhadap pembangunan desa melalui Undang-Undang

Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Hal ini ditegaskan bahwa secara garis besar kebijakan

publik mencakup tahap-tahap perumusan masalah kebijakan, implementasi kebijakan dan

evaluasi kebijakan. Sedangkan Analisis Kebijakan Publik berhubungan dengan penyelidikan

dan deskripsi sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan publik. Analisis kebijakan

dapat menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan pada satu, beberapa atau

seluruh tahap dari proses kebijakan, tergantung pada tipe masalah yang dihadapi klien yang

dibantunya. Analisis kebijakan dilakukan tanpa mempunyai pretensi untuk menyetujui atau

menolak kebijakan. Jadi misalnya seorang pengamat kebijakan publik mengatakan bahwa

kenaikan BBM akan menimbulkan inflasi dan keresahan masyarakat, maka sebenarnya ia

sudah melakukan analisis kebijakan publik 17.

Analisis kebijakan publik yang lebih komprehensif dengan pelibatan banyak expert

dan praktisi misalnya dilakukannya analisis tentang kebijakan Undang-Undang Otonomi

Daerah tahun 1999 khususnya No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah untuk

mengkaji keefektifan dari kebijakan ini yang hasilnya dapat diketahui dengan adanya

rekomendasi untuk revisi terhadap Undang-Undang tersebut yang akhirnya terbit Undang-

Undang No. 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tersebut

dan direvisi lagi melalui Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah

Contoh lainnya adalah analisis kebijakan publik tentang Program Keluarga Harapan (PKH)

17
Dr. Kismartini.

11
oleh Kementerian Sosial, apakah pelaksanaan kebijakan tersebut sudah efektif. Analisis

kebijakan akan merekomendasikan apakah Kementerian Sosial akan meghentikan program

ini, atau membuat perbaikan-perbaikan dengan mekanisme dan aturan yang berlaku. Atau

bahkan mencari alternatif baru untuk meningkatkan keberhasilan dalam kebijakan tersebut 18.

Seorang analis kebijakan publik akan memposisikan ilmunya sebagai sesuatu yang bebas

nilai, analis bekerja atas kepentingan publik, tanpa ada pengaruh kepentingan- kepentingan

politik ataupun golongan. Jadi seorang analis dapat mengambil posisi netral dalam

memperjuangkan kebijakan publik yang lebih baik dalam rangka menyelasaikan persoalan-

persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.

2.1.3 Elemen-Elemen Penting Dalam Analisis Kebijakan Publik

Dalam melaksanakan analisis kebijakan publik, analis haruslah memahami elemen-

elemen dasar yang diperlukan ketika melakukan analisis kebijakan publik. Terdapat lima

elemen penting yang harus dipertimbangkan secara logis dalam menangani masalah publik,

yakni :

1. Tujuan-Tujuan

Tujuan adalah apa yang diusahakan oleh seorang pengambil kebijakan untuk

mencapai atau memperolehnya dengan menggunakan kebijakan-kebijakannya.

Tugas yang seringkali paling sulit bagi analis adalah menyingkap apakah memang

benar atau tidak tujuan tersebut. Kadang diutarakan secara jelas namun seringkali

tidak langsung oleh pembuat kebijakan. Maka tugas analis adalah untuk menyelidiki

dan mendapatkan persetujuan mengenai tujuan yang sebenarnya.

2. Alternatif-Alternatif

Alternatif-alternatif adalah pilihan-pilihan atau cara-cara yang tersedia bagi pembuat

kebijakan yang dengannya diharapkan tujuan dapat tercapai. Alternatif-alternatif


18
Dr. Kismartini.

12
bisa berupa kebijakan-kebijakan, strategi-strategi atau tindakan-tindakan. Alternatif-

alternatif tidak harus jelas merupakan pengganti satu sama lain ataupun mempunyai

fungsi yang sama. Misalnya pendidikan, rekreasi, penjagaan keamanan oleh polisi,

perumahan murah untuk mereka yang berpenghasilan rendah, ini semua secara

sendiri-sendiri maupun dikombinasikan dalam berbagai cara semuanya mungkin

harus dipertimbangkan sebagai alternatif-alternatif kebijakan untuk masalah

kenakalan remaja.

3. Dampak-Dampak

Perancangan sebuah alternatif sebagai cara menyelesaikan tujuan mengimplikasikan

serangkaian konsekuensi tertentu. Jadi dampak ini berhubungan dengan alternatif.

Beberapa diantaranya bersifat positif dan berdampak menguntungkan terhadap

pencapaian tujuan. Beberapa yang lain merupakan biaya, atau konsekuensi negatif

sehubungan dengan alternatif tersebut, dan merupakan hal-hal yang ingin dihindari

atau diminimalisir oleh pembuat keputusan.

4. Kriteria

Kriteria adalah suatu aturan atau standar untuk mengurutkan alternatif-alternatif

menurut urutan yang paling diinginkan. Kriteria merupakan cara menghubungkan

tujuan-tujuan, alternatif-alternatif dan dampak-dampak. Banyak orang

menghubungkan atau bahkan mengganti istilah kriteria dengan skala efektivitas,

yakni skala yang menunjukkan tingkat pencapaian tujuan.

5. Model

Model tidak lebih dari serangkaian generalisasi atau asumsi tentang dunia,

merupakan gambaran realitas yang disederhanakan yang bisa digunakan untuk

menyelidiki hasil suatu tindakan tanpa benar-benar bertindak. Jadi, jika serangkaian

tindakan dianggap perlu diimplementasikan, dibutuhkan suatu skema atau proses

13
untuk menginformasikan kepada kita dampak apakah yang mungkin timbul dan

sampai seberapa jauh tujuan bisa tercapai. Peran ini diisi oleh sebuah model. Sebuah

model mungkin saja berupa bagan struktur organisasi, persamaan matematika,

program komputer, diagram, atau mungkin sekedar sebuah gambaran mental

mengenai situasi yang ada di pikiran pembuat model. Model- model kebijakan (yang

digunakan untuk meramalkan dampak suatu pilihan atau alternatif) iasanya

merupakan struktur matematis yang dibantu dengan program komputer, dan banyak

juga diantaranya menggunakan model mental sederhana, digunakan sepanjang

proses analisis untuk mendefinisikan lingkup permasalahan, mengukur pencapaian

suatu tujuan, menampilkan hasil dan dimanapun analisis membuat sebuah keputusan
19
.

B. Analisis Kebijakan

2.1 Analisis Kebijakan Publik

Menurut Dale Yoder seperti yang dikutip oleh A. A. Anwar Prabu Mangkunegara

dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, analisis didefinisikan sebagai

“Prosedur melalui fakta-fakta yang berhubungan dengan setiap pengamatan yang diperoleh

dan dicatat secara sistematis” (dalam Mangkunegara, 2001:13) 20. Berdasarkan pendapat di

atas, kegiatan analisis merupakan proses kerja dari rentetan tahapan pekerjaan sebelum riset

didokumentasikan melalui tahapan penulisan laporan. Analisis dapat dilihat dari berbagai

perspektif. Halim dalam bukunya Analisis Investasi menjelaskan analisis dapat dilihat dari:

1. Secara mekanis, dalam tahapan analisis akan terjadi:

a. Perubahan angka dan catatan hasil pengumpulan data jadi informasi yang lebih

mudah dipahami.

19
Dr. Kismartini.
20
Guntur.

14
b. Penggunaan alat analisis yang bermanfaat untuk membuktikan hipotesis ataupun

pendeskripsian variabel riset secara benar, bukan kebetulan saja.

c. Penginterprestasian berbagai informasi dalam kerangka yang lebih luas, atau

inferensi ke populasi, untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang muncul.

2. Secara substantif, dalam tahapan analisis dilakukan proses:

a. Membandingkan dan mengetes teori atau konsep dengan informasi yang

ditemukan.

b. Mencari dan menentukan konsep baru dari data yang dikumpulkan.

c. Mencari penjelasan apakah konsep baru itu berlaku umum, atau baru terjadi bila

ada kondisi tertentu (Halim, 2002: 35).

Perspektif analisis baik dilihat secara mekanis atau substantif akan lebih

memudahkan dalam menganalisis. Perspektif analisis juga dapat menentukan dari sisi mana

kita akan menganalisis. Secara substantif dalam pembuatan kebijakan SIM Lingkungan,

BPLH dan Bapapsi menggunakan perspektif tersebut.

2.2 Macam-Macam Analisis Kebiajakan

2.2.1Macam-macam analisis

Analisis merupakan aktivitas untuk menciptakan pengetahuan. Analisis diperlukan

untuk mengetahui kekurangan apa saja yang dihadapi dalam suatu aktivitas. Menurut Halim

dalam bukunya Analisis Investasi, menguraikan bahwa analisis dapat dilihat sesuai dengan

kegunaannya yaitu:

a. Analisis teknikal adalah analisis yang dimulai dengan cara memperhatikan

instansi itu sendiri dari waktu ke waktu.

15
b. Analisis kekuatan relatif (Relative strength analysis) adalah analisis yang

berupaya mengidentifikasikan masalah yang memiliki kekuatan relative terhadap

masalah lain.

c. Analisis fundamental adalah suatu sekuritas memiliki nilai intrinsik tertentu (nilai

tingkah lakunya). Nilai intrinsik suatu sekuritas ditentukan oleh faktor-faktor

fundamental yang mempengaruhinya. Faktor tersebut dapat dari instansi. Analisis

ini akan membandingkan nilai intrinsik suatu sekuritas dengan tingkah laku

pegawai guna menentukan apakah sudah dapat diterapkan atau belum. Analisis ini

akan memahami dan akhirnya mengevaluasi kinerja pegawai yang diterapkan.

d. Analisis instansi individual adalah analisis yang dilakukan dengan mengamati

kinerja fungsi-fungsi instansi dan kepemimpinan para pegawai. Analisis ini akan
21
mengetahui perkembangan dan kondisi kinerja pegawai (Halim, 2002: 40) .

Berdasarkan kegunaan analisis di atas, maka kita dapat mengetahui apakah tujuan

analisis tersebut. Kegunaan analisis di atas merupakan tolak ukur dalam

pembuatan kebijakan SIM Lingkungan di BPLH dan Bapapsi Kabupaten

Bandung. Adapun analisis teknikal dan analisis instansi individual menjadi

gambaran BPLH dan Bapapsi dalam pembuatan kebijakan SIM lingkungan itu

sendiri.

2.2.2 Proses Analisis Kebijakan

Dunn mengatakan keberhasilan analisis pembuatan kebijakan dapat dikembangkan

melalui tiga proses, yaitu:

a. Proses pengkajian kebijakan, menyajikan metodologi untuk analisis kebijakan.

Metodologi di sini adalah sistem standar, aturan, dan prosedur untuk

menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang

relevan dengan kebijakan.


21
Guntur.

16
b. Proses pembuatan kebijakan adalah serangkaian tahap yang saling bergantung

yang diatur menurut urutan waktu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan,

adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan.

c. Proses komunikasi kebijakan, merupakan upaya untuk meningkatkan proses

pembuatan kebijakan berikut hasilnya. Dalam hal ini sebagai penciptaan dan

penilaian kritis, pengetahuan yang relevan dengan kebijakan. (Dunn, 2003:1) 22.

Analisis kebijakan merupakan suatu proses kognitif, sementara pembuatan kebijakan

bersifat politis. Keberadaan analisis kebijakan disebabkan banyaknya kebijakan yang tidak

memuaskan. Kebijakan dianggap tidak memecahkan masalah, bahkan menciptakan masalah

baru. Analisis kebijakan, diperlukan untuk mengetahui kebijakan apa yang cocok dalam

proses pembuatan kebijakan. Kebijakan tersebut dibuat sesuai dengan masalah yang sedang

dihadapi. Analisis dapat dikembangkan di awal pembuatan suatu kebijakan ataupun di akhir

penerapan kebijakan 23.

Pada dasarnya terdapat tiga hal pokok dalam menganalisis kebijakan yaitu:

1) Fokus utama adalah mengenai penjelasan / anjuran kebijakan yang pantas.

2) Sebab-sebab dan konsekunsi dari kebijakan diselidiki dengan menggunakan

metodologi ilmiah.

3) Analisis dilakukan dalam rangka mengembangkan teori- teori umum yang dapat

diandalkan kebijakan-kebijakan dan pembentukannya. Sehingga dapat diterapkan

kepada lembaga dan bidang kebijakan yang berbeda. (dalam Tangkilisan,2003:3).

Berdasarkan pemaparan di atas analisis kebijakan dapat bersifat ilmiah dan

relevan bagi masalah-masalah politik sosial sekarang ini.

2.2.3 CiriCiri Kebijakan Analisis Publik

22
Guntur.
23
Guntur.

17
Analisis kebijakan memiliki beberapa ciri, seperti yang dikemukakan oleh Joko

Widodo dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik, bahwa ciri-ciri dari analisis

kebijakan sebagai berikut:

1) Analisis kebijakan sebagai aktivitas kognitif (cognitive activity).

2) Analisis kebijakan sebagai bagian dari proses kebijakan secara kolektif sehingga

merupakan hasil aktivitas kolektif.

3) Analisis kebijakan sebagai disiplin intelektual terapan.

4) Analisis kebijakan berkaitan dengan masalah-masalah publik (Widodo, 2007:

20-22) 24.

Adapun penjelasan dari ciri-ciri analisis kebijakan di atas sebagai berikut:

Pertama, Analisis kebijakan sebagai aktivitas kognitif (cognitive activity), yaitu

aktivitas yang berkaitan dengan learning and thinkity. Aktivitas tersebut hanya sebagai salah

satu aspek dari proses kebijakan (policy process), artinya masalah kebijakan didefinisikan,

ditetapkan, dipecahkan, dan ditinjau kembali. Proses tersebut akan melibatkan berbagai

pihak, baik pihak yang setuju maupun yang tidak, baik mereka sebagai pemilih maupun yang

dipilih.

Kedua, Analisis kebijakan sebagai bagian dari proses kebijakan secara kolektif

sehingga merupakan hasil aktivitas kolektif. Analisis pada tataran awal hanya bisa dilakukan

secara individual. Analisis lebih tepat dipahami sebagai kontribusi yang terorganisasi

sekaligus sebagai pengetahuan kolektif terhadap masalah kebijakan tertentu.

Ketiga, analisis kebijakan sebagai disiplin intelektual terapan. Masalah kebijakan

harus dikaji melalui aktivitas dari sejumlah analisis. Aplikasi sederhana berkaitan dengan

kebijaksanaan konvensional sekalipun dalam pengertian ini bukan sebagai disiplin.

24
Guntur.

18
Keempat, analisis kebijakan berkaitan dengan masalah-masalah publik, tidak semua

masalah masuk ranah publik bahkan ketika masalah tersebut melibatkan sejumlah orang,

masalah publik memiliki dampak pada masyarakat atau beberapa orang yang berkepentingan

sebagai anggota masyarakat.

C. Kesimpulan

Berdasarkan dari pemaparan terkait dengan analisis kebijakan publik, yang perlu kita

pahami bahwa analisis kebijakan publik ialah suatu proses ilmu terapan yang

menggabungkan dari

beberapa ilmu atau mulltidisipilner dimana suatu pengetahuan yang diperoleh melalui

penelitian atau penyelidikan sebuah sebab akibat dari suatu kebijakan yang mampu

memberikan jalan keluar dari berbagai macam alternatif program serta kinerja kebijakan.

Analisis kebijakan dapat menganalisis pembentukan, substansi dan dampak dari kebijakan-

kebijakan tertentu. Analisis kebijakan dilakukan tanpa mempunyai kecenderungan untuk

menyetujui atau menolak kebijakan-kebijakan. Dalam proses menganalisi kebijakan juga

diperlukan ketelitian yang tinggi agar didpatkan hasil yang konkret. Selain itupun terdapat

ciri maupun elemen-elemen yang dapat mendukung daripada proses menganalisis dari

kebijakan publik tersebut. Dengan adanya analisis kebijakan ini nantinya Analisis kebijakan

merupakan dapat membantu seorang pembuat keputusan dengan memberikan informasi yang

diperoleh melalui penelitian dan analisis, memisahkan dan mengklarifikasi persoalan

mengungkap ketidakcocokan tujuan dan upayanya, memberikan alternatif-alternatif baru dan

mengusulkan cara-cara menterjemahkan ide-ide kedalam kebijakan-kebijakan yang mudah

diwujudkan dan direalisasikan pada publik.

19
20

Anda mungkin juga menyukai