Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI &


HUMANIORA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUKABUMI
Jalan R. Syamsudin, SH. No. 50 Sukabumi
Telepon : (0266) 218342, 218345, Faximili : (0266)
218342

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2021/2022

Nama : Nurul Farazila


NIM : 2030711046
Kode/ Mata Kuliah : 07402021 /Penelitian Kuantitatif
Program Studi : Ilmu Administrasi Publik
Hari Tanggal : Selasa, 6 April 2022
Dosen Pengampu : Dr. Ike Rachmawati,Dra., MSi.
Sifat Soal : Open Book
Kelas : Semester IV

Bismillahirohmannirohim ,
SOAL:
1. Langkah awal dari suatu penelitian karena adanya suatu permasalahan yang harus

dicarikan solusinya. Menurut Stonner secara teori terdapat beberapa sumber masalah.

Sebutkan dan Jelaskanlah

2. Jelaskan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh seorang peneliti dalam menulis karya

ilmiah

3. Uraikan tahapan secara sistematis pembuatan kuesioner dalam penelitian kuantitatif


4. Jelaskan perbedaan penelitian Kuantitatif dan penelitian Kualitatif yang tertuang dalam

Bab 1 dan Bab II Skripsi

5. Uraikan rencana proposal Usulan Penelitian saudara mencakup Bab I Pendahuluan, Bab

II Tinjauan Pustaka dan Bab III Metode Penelitian dalam rangkaian penulisan karya

ilmiah Skripsi

JAWABAN:
1. Stonner mengatakan: “masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat
penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan
dengan kenyataan. Artinyanya, bahwa menurut stonner dalam melakukan penelitian
nantinya kita akan dihadapkan dengan masalah 2 hal yakni masalah penyimpangan
anatara pengalaman dan kenyataan dan penyimpanagan antara apa yang direncanakan
dengan kenyataan. Masalah penyimpnagan antara pengalaman dan kenyataan yaitu
sesuatu hal yang terjadi perubahan namun perubhan tersebut cenderung tidak diharapkan
oleh orang lian. Misalnya, orang yang biasanya menjadi pemimpin bidang pemerintahan
harus berubah ke bidang Pendidikan. Dari hal tersebut tentu akan menimbulkan suatu
masalah karena tidak sesuai dengan pengalaman yang dia miliki dengan kenyataan yang
orang berikan. Sedangkan masalah penyimpangan antara apa yang direncanakan dengan
kenyataan yaitu bilamana suatu rencana tersebut telah ditetapkan, namun hasilnya tidak
sesuai dengan target yang diharapkan ,tentu saja ii juga dapat menimbulkan suatu
permasalahn. Misalnya, Pemerintah merencakan akan adanya pembangunan jalan tol di
sukabumi dengan penyelesaian jlan tersebut hingga akhir tahun 2020, namun pada
kenyataannya jalan tol disukabumi sampai saat ini masih belum dapat dinikmati oleh
masyarakat karena masih belum selesai pembangunannya. Tentu ini akan menimulkan
suatu permasalahan karena sesuatu hal yang telah direncakana namun namun pada
kenyataannya tidak mencapai target yang maksimal.

2. Menurut Harsojo (1972:152), syarat yang harus dimiliki oleh seorang peneliti/ilmuwan
dalam menulis karya ilmiah yaitu:
a) Sikap Objektif: Maksudnya bahwa keadaan objek, masalah atau gejala sebagaimana
adanya merupakan hal yang paling penting. Pengaruh subjek dalam melakukan
deskripsi, analisis, dan menarik kesimpulan harus dihindari.
b) Sikap Relatif: Jika teori-teori ilmu pengetahuan ternyata tidak sesuai lagi dengan
fakta yang diperoleh, maka teori tersebut akan dilepaskan atau diperbaiki. Dengan
kenyataan demikian, maka seorang peneliti/ilmuwan tidak akan tetap
mempertahankan pendapatnya jika ternyata bahwa pendapatnya tsb tidak sesuai
dengan fakta. Kebenaran ilmu tidak bersifat mutlak tetapi bersifat relatif.
c) Sikap Skeptik: Maksudnya, seorang peneliti/ilmuwan harus tetap bersikap ragu-ragu
atau tidak mudah percaya pada penyataan-pernyataan selama pernyataan-pernyataan
tersebut belum didukung oleh data yang cukup kuat. Seorang ilmuwan harus selalu
hati-hati dan teliti dalam memberikan penilaian pada pernyataan ilmiah sehingga
menjadi ilmmuwan yang kritis.
d) Kesabaran Intelektual: Artinya, seorang peneliti/ilmuan tidak mudah menyerah dan
kuat menahan tekanan untuk menyatakan suatu pendirian ilmiah serta tetap berusaha
mendapatkan data dan fakta yang diperlukan untuk pernyataan dan pendirian tadi.
Karena tidak mudah mendapatkan data yang relevan inilah maka dibutuhkan
kesabaran pada setiap ilmuan yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan.
e) Kesederhanaan: Berarti bahwa cara berfikir, cara menyatakan pendapat atau cara
pengujian dilakukan secara sederhana. Yang berarti bahwa, jika suatu gejala dapat
diterangkan secara memadai oleh suatu penjelasan, maka penjelasan lain yang lebih
rumit tidak perlu.
f) Sikap tidak memihak kepada Etika: Ilmu tidak bersifat normatif, artinya tidak
bermaksud membuat penilaian baik atau buruk. Ilmu bertujuan membuat pernyataan
tentang mana yang benar dan mana yang salah secara empirik.
Jadi, seorang peneliti/ilmuan tidak akan memutar balikkan fakta untuk mengikuti
preferensi politik, agama, atau moral tertentu dan tidak akan memilih fakta tertentu saja
serta mengabaikan fakta yang lain yang tidak mendukung teori atau pendapat yang
disenanginya.

3. Menurut Una Sekaran (1992), dalam buku Sugiyono (2019: 200), mengemukakan bahwa
ada beberapa prinsip dalam penulisan kuisioner yang baik sebagai pengumpulan data
yaitu: prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik.
1) Prinsip penulisan kuisioner/angket
Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang
digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka negatif positif, pertanyaan tidak
mendua, tidak menanyakan hal hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan,
panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.
a) Isi dan tujuan pertanyaan
Yang dimaksud di sini adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk
pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat
pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus sekalah pengukuran dan jumlah
item nya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
b) Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner atau angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya
responden tidak dapat berbahasa Indonesia, maka angket jangan disusun dengan
bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam angket haruslah
memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya, dan
"frame of refrence" dari responden.
c) Tipe dan bentuk pertanyaan
tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup (kalau dalam
wawancara: Terstruktur dan tidak Terstruktur). Dan bentuknya dapat
menggunakan kalimat positif atau negatif. Pertanyaan terbuka adalah
pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawaban nya
berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Contoh: bagaimana kah tanggapan anda
terhadap iklan iklan di Tv saat ini? Sebaliknya pertanyaan tertutup, adalah
pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden
untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah
tersedia. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data
nominal, ordinal, interval, dan ratio, adalah bentuk pertanyaan tertutup.
Pertanyaan tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat,
dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh
angket yang telah terkumpul. Pertanyaan pertanyaan dalam angket perlu dibuat
kalimat positif dan negatif agar responden dalam memberikan jawaban setiap
pertanyaan lebih serius, dan tidak mekanistis.
d) Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua sehingga menyulitkan
responden untuk memberikan jawaban. Contoh: bagaimana pendapat anda
tentang kualitas dan kecepatan pelayanan KTP? Ini adalah pertanyaan yang
mendua, karena menanyakan tentang dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan
harga. Sebaiknya pertanyaan tersebut dijadikan menjadi dua yaitu: bagaimana
kah kualitas pelayanan KTP? Bagaimanakah kecepatan pelayanan?
e) Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak menanyakan
hal hal yang sekiranya responden sudah lupa atau pertanyaan yang memerlukan
jawaban dengan berfikir berat. Contoh: bagaimana kah kinerja para penguasa
Indonesia 30 tahun yang lalu? Menurut anda, bagaimana cara mengatasi krisis
ekonomi saat ini? (Kecuali penelitian yang mengharapkan pendapat para ahli).
Kalo misalnya umur responden 25 tahun dan pendidikannya rendah maka akan
sulit memberikan jawaban.
f) Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang
baik saja atau ke yang jelek saja. Misalnya: bagaimana kah kalau bonus atau
jasa pelayanan ditingkatkan? Jawaban responden tentu cenderung akan setuju.
Bagaimana kah prestasi kerja Anda selama setahun terakhir? Jawabannya akan
cenderung baik.
g) Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan
membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak,
sehingga memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tersebut dibuat
bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan
cara mengisi nya. Disarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah
20 s/d 30 pertanyaan.
h) Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam kuesioner, dimulai dari yang umum menuju ke hal
yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit atau di acak. Hal
ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi
semangat responden untuk menjawab. Kalau pada awalnya sudah diberi
pertanyaan yang sulit, atau yang spesifik, maka responden akan patah semangat
untuk mengisi angket yang telah mereka terima urutan pertanyaan yang di Acak
perlu dibuat bila tingkat kematangan responden terhadap masalah yang
ditanyakan sudah tinggi.
2) Prinsip pengukuran dan Penampilan fisik kuisioner/angket
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen
penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh
karena itu instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan
data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Supaya diperoleh data
penelitian yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen angket tersebut
diberikan pada responden, maka perlu di uji validitas dan reabilitas nya terlebih
dahulu. Instrumen yang tidak valid dan reliabel bila digunakan untuk
mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel pula.
Penampilan fisik kuesioner / angket sebagai alat pengumpul data akan
mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket
yang dibuat di kertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik bagi
responden, Bila dibandingkan angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan
berwarna. Tetapi angket yang dicetak di kertas yang bagus akan berwarna akan
menjadi mahal.

4. Perbedaan yang menonjol pada kuantitatif dan kualitatif yaitu di mana kuantitatif pada
Bab I kita harus menjelaskan suatu permasalahan secara dedukrif (umum ke khusus).
Biasanya disebut dengan latar belakang penelitian. Setelah lata belakang penelitian, baru
kita menjelaskan fokus masalah dan pertanyaan pokok penelitian. Sebelum membuat
penelitian kita harus menemukan terlebih dahulu fenomena masalahnya. Bila sudah
ditemukan barulah kita Menyusun di bagian fokus masalah ini. Fokus masalah ini
mempertegas dari latar belakang masalah penelitian yang kita lakukan. Selanjutnya
masuk pada tahap tujuan penelitia. Tujuan penelitian ini menjawab dari fokus masalah
yang kita angkat. Apakah maksud dari tujuan penelitian kita tersebut apakah ingin
mengetahui saja, ingin mendalami masalah yang diteliti, menganalisis penelitian tersebut
atau ingin mengevaluasi daripada fenomena masalah yang telah kita teliti nantinya.
Selanjutnya terakhi yaitu pada aspek kegunaan/manfaat hasil daripada penelitian yang
kita lakukan. Diantaranya ada aspek teoritis dan aspek praktis. Aspek teoritis ini lebih
menujukan pada tujuan yang telah kita tentukan sebelumnya. Contohnya bila tujuan kita
ingin mengethaui di kinerja instansi A, maka aspek teoritisnya yaitu kita hanya sebatas
ingin mengetahui saja tentang kinerja di instansi tersebut. Sedangkan aspek praktis yaitu
mnfaatnya nanti kiranya dapat diasakan baik oleh instansi tempat kita penelitian,
masyarakat, maupun mahasiwa. Itulah bagian dari Bab I kuantitaif. Sedangkan Bab I
kualitatif sebenarnya hamper sama,namun yang membuat berbeda ialah pada
penjelasakan latar belakang penelitian dimana kualitatif bersifat induktif (kgusus-umum)
dari kebalikan dari kuantitatif.
Kemudian Bab II pada kuantitaif ialah perbedaan yang terlihat jelas antara kuantitatif
dan kualitatif yaitu dimana kuantitatif terdapat landasan teori, kerangka berfikir dan
pengajuan hipoesis. Selain itu yang mebedakannya juga ialah kuantitatif terapat 2
variabel yakni variable X dan y sedangkan kualitatif hanya memiliki 1 variabel yakni
hanya Y saja. Kemudian yang membedakan dari kuantitatif dan kualitatif adalah bila
kuantitatif jawabann semestaranya ialah hipotesis sedangkan kualitatif jawaban
semesntaranya disebut dengan premis. Untuk landasan teori antara kuantitatif dan
kualitatif sama dimana kita akan mencari tahu penelitian terlebih dahulu dan kemudian
menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang kita lakukan.
Jadi,menurut saya itulah perbedaan jelas diantara kuantitatif dan kualitatif.

5. Rencana Usulan Proposal Penelitian


BAB I: PENDAHULUAN
Pertama: Dalam uraian Bab I Pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang
penelitian, rumusan masalah yang diteliti, tujuan penelitian dan kegunaan/manfaat
penelitian. Dalam latar belakang penelitian yang peneliti akan paparkan ialah fenomena
penelitian yang peneliti angkat. Disini peneliti mencoba membahas terkait awal masalah
daripada fenomena yang peneliti ambil dengan menggunakan pendekatan deduktif
(Umum-khusus). Contohnya yaitu peneliti ingin mengangkat fenomena tentang
kebijakan PKH dalam menanggulangi kemiskinan. Maka peneliti harus mencari
informasi terkait dengan fenomena tersebut dari berbagai sumber yang mendukung dan
terpercaya. Sehingga nantinya peneliti dapat menyimpulkan dan membuat sebuah latar
belakang penelitian ini dengan menggunakan pemikiran sendiri. Dengan telah
ditemukannya sebuah fenomena, maka peneliti dapat menentukan judul untuk dijadikan
bahan penelitian kedepannya. Adapun judul yang telah peneliti angkat nantinya yaitu
“Evaluasi terhadap implementasi PKH dalam menanggulangi kemiskinan di
Kabupaten Sukabumi”.
Kedua: Setelah peneliti telah memaparkan penelitian yang akan di angkat pada latar
belakang, hal selanjutnya ialah menentukan rumusan masalah yang akan peneliti jadikan
sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya . Adapun rumusan masalah yang telah
peneliti angkat yaitu:
1. Apakah Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam menanggulangi
kemiskinan selama Pandemi Covid-19 di Kabupaten Sukabumi sudah berjalan
optimal ?
2. Seberapa optimalkah Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah
dijalankan oleh Pemerintah di masa Pandemi covid-19 dalam upayamenanggulangi
kemiskinan di Kabupaten Sukabumi ?
Ketiga: Setelah pada tahap perumusan masalah, selanjutnya ialah tujuan dari rumusan
masalah yang di angkat tersebut. Apakah tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui,
menganalisis, mendalami lebih lanjut atau untuk mengevaluasi. Untuk tujuan penelitian
yang peneliti harapkan yaitu:
“Untuk mengetahui serta mendeskripsikan nantinya tentang Evaluasi terhadap
Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) oleh Pemerintah dalam
Menanggulangi Kemiskinan di Kabupaten Sukabumi”.
Keempat: Tahap selanjutnya setelah menentukan tujuan penelitian yaitu menentukan
hasil penelitian nanti akan berguna dan bermanfaat pada siapa dan untuk apa nanti hasil
dari penelitian tersebut bagi orang lain. Terdapat dua aspek kegunaan penelitian yakni
aspek teoritis dan aspek praktis.
Secara aspek teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pengembangan ilmu, terkhususnya pada ilmu pengetahuan administrasi publik serta
dapat berguna untuk bahan kajian peneliti nantinya dalammengkaji tentang evaluasi
implementasi kebijakan pemerintah daerah dan faktor penyebab kemiskinan yang terjadi
di Sukabumi. Secara aspek praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi instansi terkait, bagi masyarakat, dan bagi mahasiswa.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Pertama: Pada uraian bab II tinjauan pustaka ini akan banyak menjelaskan tentang
teori-teori para ahli yang berkaitan dengan fenomena penelitian serta nantinya teori
tersebut menjadi pendukung dan penegas pada penelitian yang dilakukan. Awalan pada
bab ini biasanya peneliti harus mencari dan memahami penelitian terdahulu. Dimana
penelitian terdahulu ialah penelitian orang lain yang fenomenanya sama dengan
penelitian kita. Disitu, kita mencoba menganalisis penelitian orang lain dengan melihat
teori siapa saja yang digunakan, dimana lokasi penelitian tersebut, tahun berapa
terbitnya penelitian tersebut, metode dan pendekatan apa yang dilakukan, melihat nama
peneliti dan hasil dari penelitian yang diperoleh. Setelah menganalisis barulah nanti kita
dapat membandingkan dengan penelitian yang kita angkat. Apakah ada kesamaan atau
ada perbedaan. Tujuan penelitian terdahulu ialah agar kita mampu memahami dan
mengalisis anatra penelitian orang lain dengan oenelitian yang kita lakukan sekarang.
Kedua: Selanjutnya pada tahap ini, peneliti akan memaparkan berbagai teori-teori yang
berkaitan dengan penelitian yang di angkat. Di bab II akan dijelaskan secara rinci terkait
hasil penelitian dilapangan dengan teori-teori para ahli. Untuk teori ini haruslah bersifat
mendukung, tepat dengan penelitian yang di angkat, dan mampu nantinya menjadi
jawaban dar hasil penelitian yang telah dilakukan.
Ketiga: Setelah pemaparan berbagai teori-teori yang berkaitan, selanjutnya yaitu
menentukan kerangka fikir/kerangka berfikir. Kerangka berfikir ini dilakukan oleh
peneliti setelah peneliti mampu memahami dan mengetahui dari hal-hal yang telah
dibahas dan di observasi. Maka dari itu, nantinya si peneliti akan mencoba menuangkan
sebuah hasil pemikirannya pada penelitian yang telah ia lakukan kedalam bentuk
kerangka berfikir. Disini, biasanya para peneliti cenderung kesulitan karena sering kali
salah ataupun tidak tepat dalam menuangkan hasil pemikiran mereka dengan penelitian
yang telah dilakukan.
Keempat: Selanjutnya, pada tahap ini peneliti akan memberikan hasil/jawaban yang
bersifat sementara (Hipotesis) dari hasil penelitian yang dilakukan. Peneliti mencoba
memberikan jawaban dengan hasil yang menurutnya itu tepat dalam penelitian yang
telah ia lakukan. Hasil daripada kerangka berfikir tadi, kemudian ditungkankanlah
kedalam hipotesis ini.
BAB III: Metodologi Penelitian:
Pertama: Pada uraian awalan di bab ini akan banyak dijelaskan mengenai Metode
penelitian yang digunakan, Operasional penelitian, populasi dan sampel, Teknik
pengumpulan data, instrument penelitian, analisis data dan uji hipotesis, serta lokasi dan
jadwal penelitian. Intinya pada bab ini peneliti lebih menjurus pada Teknik atau
prosedur atau langkah-langkah dalam menyusun sebuah penelitian.
Jadi, kesimpulannya bahwa rencana usulan proposal yang akan peneliti lakukan ialah
terkait dengan "Evaluasi terhadap implementasi PKH dalam menanggulangi
kemiskinan di Kabupaten Sukabumi” dimana Bab I pada penelitian ini menjelaskan
pokok permasalahan, fenomena masalah yang akan diangkat, tujuan penelitian tersebut
hingga kegunaan hasil daripada penelitian yang nantinya diperoleh. Selanjutnya pada
bagian Bab II, peneliti akan lebih menjurus pada pembahasan mengenai teori-teori yang
akan di pakai sebagai pendukung hasil penelitian nantinya, menuangkan hasil fikiran
peneliti kedalam kerangka berfikir, dan menjawab persoalan dari hasil jawaban
sementara penelitian kedalam hipotesis. Tekahir, pada Bab III ini, si peneliti lebih
menjelasan pada proses tekinik, prosedur atau langkah-langkah dalam tahapan menyusun
sebuah penelitian. Rencana daripada hasil penelitian ini ialah untuk dapat memenuhi
tugas matakuliah metode penelitian kuantitatif dan menjadikan wawasan pengetahuan
selanjutnya sebagai acuan pembuatan skripsi original.
“SELESAI”
“ALHAMDULILLAH”

Anda mungkin juga menyukai