Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AKUNTABILITAS PELAYANAN PUBLIK

(PUBLIC SERVICE ACCOUNTABILITY)

Diajukan untuk memenuhi Tugas MataKuliah Manajemen Pelayanan Publik

Dosen Pengampu:

Dr. Ike Rachmawati, M.Si

Disusun Oleh:

Nurul Farazila

(2030711046)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMNISTRASI DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmatnya
sehingga tugas makalah Matakuliah Akuntabilitas Pelayanan Publik ini dapat
tersusun hingga selesai. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dosen pada bidang Studi Manajemen Pelayanan Publik. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Dr.Ike


Rachmawati,.M.Si selaku dosen bidang Studi Manajemen Pelayanan Publik yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan sekaligus
wawasan bagi penulis dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis menyadari makalah yang ditulis masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari dosen bidang studi
yang nantinya dapat membangun kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi para khalayak pembaca sekalian.

Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sukabumi, 05 Januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4

A. Latar Belakang ..................................................................................... 5

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 7

A. Pengertian Akuntabilitas ...................................................................... 7

B. Teori Pelayanan Publik ........................................................................ 10

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 12

A. Problematika Akuntabilitas Pelayanan Publik ..................................... 12

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 20

KESIMPULAN ............................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan good governance menunjukkan sejauh mana koordinasi dan


sinergi antara tiga pilar negara, rakyat, pemerintah, dan dunia usaha, saling terkait,
dan seimbang. Sebab akuntabilitas pelayanan publik akan menjadi poin penting
dalam mengarahkan perkembangan demokrasi di Indonesia saat ini. Akuntabilitas
merupakan ukuran apakah kegiatan administrasi publik atau pelayanan publik yang
diberikan oleh pemerintah sesuai dengan standar dan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat, dan apakah pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan nyata
masyarakat atau tidak. Di sebagian besar negara berkembang, perhatian utama
untuk tata kelola yang baik dalam kaitannya dengan pelaksanaan kekuasaan dan
manajemen sektor publik adalah meluasnya korupsi yang cenderung menjadi ciri
yang melekat. Bahkan, di beberapa negara, terdapat bukti bahwa budaya korupsi
begitu mendarah daging dalam birokrasi pemerintahan yang ditandai dengan
kelangkaan sumber daya. Dalam konteks ini, ketiadaan akuntabilitas tersebar luas
dan menjadi ciri budaya administrasi yang menonjol pada waktu-waktu tertentu.
Kualitas pelayanan publik hingga saat ini masih dihadapkan pada berbagai
permasalahan seperti sulitnya akses pelayanan, prosedur yang rumit untuk
mendapatkan izin tertentu, biaya yang tidak jelas, dan pungli yang menjadi
indikator rendahnya kualitas pelayanan publik. pelayanan publik di Indonesia.
Dimana juga akibat dari berbagai permasalahan pelayanan publik masyarakat tidak
menyadari keberadaannya.
Selain itu, ada juga kecenderungan ketimpangan pelayanan publik karena
mereka yang tergolong miskin sulit mengakses layanan. Sebaliknya, bagi mereka
yang memiliki "uang" akan sangat mudah mendapatkan semua yang diinginkannya.
Jika ketimpangan dan ketidakadilan ini terus berlanjut, maka diskriminasi ini
berpotensi menimbulkan potensi konflik dalam kehidupan berbangsa. Potensi

4
tersebut antara lain kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, besarnya
disparitas antara si kaya dan si miskin dalam konteks pelayanan, pertumbuhan
ekonomi yang lambat, dan pada tahap tertentu dapat meledak dan merusak seluruh
negara Indonesia. Kejadian ini lebih karena model pemerintahan belum mengalami
perubahan mendasar dari model pelayanan konvensional. Paradigma lama itu
ditandai dengan perilaku aparatur negara dalam lingkungan birokrasi yang masih
memposisikan diri sebagai dilayani, bukan melayani. Padahal, dalam model
pelayanan prima, pemerintah seharusnya melayani, bukan dilayani. Lebih baik lagi,
di era demokratisasi dan desentralisasi saat ini, semua otoritas publik harus
menyadari bahwa esensi pelayanan juga semangat pelayanan untuk efektivitas dan
keberhasilan tanah, air dalam konstruksi ditunjukkan, antara lain. , dengan tindakan
"melayani, bukan melayani", "mendorong, bukan melayani". menghalangi",
"menyederhanakan, tidak mempersulit", "sederhana, tidak rumit", "terbuka untuk
semua, tidak hanya beberapa (Mustopadidjaja AR, 2002)."

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Akuntabilitas ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Pelaynan Publik ?
3. Apa sajakah hambatan dalam pelaksanaan dan pengembangan
akuntabilitas pelayanan publik ?
4. Bagaimanakah kondisi dan problematika akuntabiltas pelayanan publik
yang lemah di Indonesia ?
5. Bagaimanakah Uapaya meningkatkan pelaksanaan dan pengembangan
akuntabilitas peleyanan publik ?
6. Bagaimanakah cara menghadapi kondisi dan problematika akuntabilitas
pelayanan public yang lemah di Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui definisi dari akuntabilitas.
2. Untuk mengetahui definisi dari pelayanan publik.

5
3. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan dan pengembangan
akuntabilitas pelayanan publik.
4. Untuk mengetahui kondisi dan problematika akuntabilitas pelayanan
publik yang lemah di Indonesia.
5. Untuk mengetahui upaya meningkatkan pelaksanaan dan
pengembangan akuntabilitas pelayanan publik.
6. Untuk mengetahui cara menghadapi kondisi dan problematika
akuntabilitas pelayanan publik yang lemah di Indonesia.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Akuntabilitas Publik


1. Pengertian Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas adalah salah satu pilar pemerintahan yang baik,
merupakan tanggung jawab pemerintah untuk mengambil keputusan demi
kepentingan umum, dalam hal ini tanggung jawab pemerintah terhadap
pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah.
Menurut Mardiasmo, akuntabilitas adalah suatu bentuk kewajiban
bertanggung jawab atas berhasil atau tidaknya misi organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui
sarana yang bertanggung jawab yang dilakukan secara berkala.
Menurut Mahmudi, akuntabilitas adalah kewajiban agen (pemerintah)
untuk mengelola sumber daya, mempertanggungjawabkan dan
mengungkapkan semua kegiatan dan kegiatan yang berkaitan dengan
penggunaan sumber daya Publikasi kepada prinsipal (principal).
Dari uraian di atas, akuntabilitas publik dapat dipahami sebagai upaya
untuk melaksanakan akuntabilitas atas tanggapan unit-unit organisasi atau
pihak kepentingan publik pihak yang memberikan akuntabilitas tersebut.
2. Prinsip-Prinsip Akuntabilitas
Prinsip tanggung jawab mensyaratkan dua hal, daya tanggap dan
konsekuensi. Komponen pertama (istilah berasal dari akuntabilitas)
menyangkut permintaan pejabat publik untuk secara berkala menjawab
semua pertanyaan mengenai bagaimana mereka menggunakan otoritas
mereka, di mana sumber daya digunakan dan apa yang dicapai dengan
menggunakan sumber daya ini .
Dalam melaksanakan akuntabilitas di instansi pemerintah, sebagaimana
dikutip oleh LAN dan BPKP, prinsip harus diperhatikan sebagai berikut:

7
1) Harus ada komitmen dari manajemen puncak dan semua staf
akar rumput yang bertanggung jawab dalam menangani
pelaksanaan tugas.
2) Harus ada sistem yang dapat memastikan bahwa sumber daya
yang digunakan oleh sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku.
3) Harus menunjukkan sejauh mana tujuan dan sasaran tercapai
1087 diusulkan.
4) Harus diarahkan pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan
manfaat yang diperoleh.
5) Bersikap jujur, objektif, transparan dan inovatif untuk
mengkatalisasi perubahan 1087 dalam pengelolaan instansi
pemerintah dalam bentuk pengukuran dan metode kinerja 1087
yang diperbarui dan menyusun laporan pertanggungjawaban.
3. Fungsi dan jenis akuntabilitas publik
a. Fungsi Akuntabilitas Publik
Menurut Mardiasmo (2004:69) agar berfungsi dengan baik, maka
dalam melaksanakan sistem akuntabilitas : harus diterapkan
1) Pernyataan yang jelas tentang maksud dan tujuan kebijakan dan
program . Hal terpenting dalam menetapkan sistem akuntabilitas
adalah mengembangkan pernyataan yang konsisten. Pada
dasarnya, tujuan program dan kebijakan dapat dinilai, akan
menjadi, tetapi sebagian besar pernyataan tujuan terlalu luas dan
karena itu terlalu sulit untuk diukur. Untuk ini, kita
membutuhkan pernyataan yang realistis dan terukur.
2) Model pengukuran target; setelah tujuan ditetapkan dan hasil
diidentifikasi, indikator kemajuan 1087 yang mengarah pada
pencapaian tujuan dan 1087 hasil harus ditetapkan. Pilih
indikator untuk mengukur arah menuju pencapaian tujuan dan
hasil. Pemilihan indikator untuk mengukur arah kemajuan
pencapaian tujuan kebijakan dan tujuan program memerlukan

8
metode dan metode tertentu agar indikator yang dipilih dapat
mencapai . keinginan yang diinginkan para pengambil
keputusan.
3) Sistem intensif penyimpanan; sistem yang mendalam harus
dimasukkan dalam sistem akuntabilitas. Penerapan sistem
insentif harus diterapkan dengan hati-hati, karena terkadang
sistem insentif akan membawa hasil yang berlawanan.
4) Komunikasi dan penggunaan data; sistem akuntabilitas kinerja
dapat menghasilkan banyak data. Informasi yang dihasilkan
hanya akan berguna jika dirancang dengan hati-hati, dimana
informasi yang disajikan benar-benar berguna bagi para
pemimpin, pengambil keputusan dan program serta masyarakat.
5) Pengembangan kebijakan dan pengelolaan program yang
terkoordinasi untuk mendorong akuntabilitas.
b. Jenis-jenis Akuntabilitas Publik
Menurut Mardiasmo, ada dua jenis akuntabilitas, yaitu:
1) Akuntabilitas Vertikal (internal) Setiap pejabat publik atau
publik, baik perorangan maupun dalam kelompok hierarki,
wajib memberikan pertanggungjawaban kepada
sendiri/langsung mengenai tren pelaksanaan atau hasil
pelaksanaan kegiatan secara periodik atau sewaktu-waktu sesuai
permintaan.
2) Akuntabilitas Horizontal (Eksternal) Akuntabilitas Horizontal
(Eksternal) yang melekat pada setiap instansi pemerintah
sebagai organisasi bertanggung jawab atas semua tugas yang
diberikan menerima dan melaksanakan atau
mengembangkannya untuk berkomunikasi dengan pihak
eksternal (masyarakat besar) dan lingkungannya (tanggung
jawab publik atau eksternal dan lingkungan).

9
B. Teori Pelayanan Publik
1. Pengertian Pelayanan
Pelayanan pada hakekatnya adalah rangkaian kegiatan, sehingga proses
pelayanan berlangsung secara teratur dan berkesinambungan, mencakup
seluruh daur hidup organisasi perusahaan. Proses tersebut dimaksudkan
untuk dilakukan dengan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersama antara
penerima dan penyedia layanan.
Menurut A.S. Moenir, pelayanan adalah suatu proses pemenuhan
kebutuhan melalui kegiatan langsung orang lain. Inilah yang disebut sebagai
layanan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelayanan adalah suatu
kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu menyiapkan atau mengurus
apa yang dibutuhkan orang lain. Dengan definisi ini, pelayanan dapat
dipahami sebagai kegiatan yang dapat dialami melalui hubungan antara
penerima dan penyedia layanan dengan menggunakan fasilitas berupa
organisasi organisasi atau perusahaan.
2. Pengertian Pelayanan Publik
Pengertian pelayanan publik menurut A.S. Moenir adalah upaya suatu
kelompok atau orang atau suatu birokrasi untuk membantu masyarakat
dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Pelayanan publik adalah kegiatan
utama dari mereka yang terlibat dalam layanan, baik komersial maupun non-
komersial orang. Namun dalam praktiknya, terdapat perbedaan antara
layanan yang disediakan oleh individu komersial yang biasanya dioperasikan
oleh pihak swasta dan layanan yang disediakan oleh organisasi non-
komersial yang biasanya dimiliki oleh pemerintah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah
semua jenis pelayanan baik berupa barang publik maupun sebagai pelayanan
publik pada prinsipnya bertanggung jawab dan dilakukan oleh instansi
pemerintah pusat, daerah dan pada BUMN atau BUMD di kerangka
penegakan ketentuan.

10
3. Jenis-jenis Pelayanan Publik
Munculnya pelayanan publik karena adanya manfaat, dan manfaat ini
bermacam-macam bentuknya sehingga pelayanan publik yang diberikan
juga banyak sifatnya. Berdasarkan Keputusan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003
tentang MENSAN kegiatan pelayanan umum meliputi:
a. Jasa administrasi Khususnya jasa yang menghasilkan berbagai
bentuk dokumen dinas yang dibutuhkan masyarakat.
b. Jasa Komoditas Khususnya, jasa yang menghasilkan berbagai
bentuk atau jenis barang untuk digunakan oleh masyarakat umum.
c. Pelayanan Secara khusus, pelayanan yang menciptakan berbagai
jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat.
4. Azas Pelayanan Publik
Secara teoritis tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah
memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas
pelayanan publik yang profesional, kemudian Lijan Poltak Sinambela
mengemukakan azas-azas dalam pelayanan publik adalah:
1) Transparansi Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua
pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta
mudah dimengerti.
2) Akuntabilitas Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Kondisional Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efesiensi
dan efektivitas
4) Partisipatif Mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelyaanan publik dengan meperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat.
5) Keamanan hak Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan
suku, agama, ras, golongan, gender, dan status ekonomi.
6) Kesimbangan hak dan kewajiban Pemberi dan penerima pelayanan
publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

11
BAB III

PEMBAHASAN

A. Problematika
1. Hambatan Dalam Pelaksanaan dan pengembangan akuntabilitas
Pelayanan Publik
Selama ini pihak berwenang baik pusat maupun daerah telah melakukan
upaya-upaya dalam rangka pelaksanaan asas tanggung jawab publik,
namun masih banyak kekurangan yang tercermin dalam bentuk-bentuk
tindakan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih teliti dalam
mencari penyebabnya, baik berupa mekanisme akuntabilitas maupun
pertanggungjawaban serta komitmen implementasi. Artinya, pemerintah
harus terus mencari formula yang baik, agar akuntabilitas publik dapat
berjalan dan ketidakpuasan publik yang diwujudkan dalam bentuk protes
dapat diredakan atau setidaknya diredakan .
Sampai saat ini telah dilakukan upaya penyempurnaan bentuk
akuntabilitas publik atau akuntabilitas pemerintah (seperti pelaporan
akuntabilitas). Sementara mekanisme pertanggungjawaban masih
dikembangkan, gunakan mekanisme pertanggungjawaban melalui
DPR/DPRD . Meskipun mekanisme pertanggungjawaban publik kepada
masyarakat belum dikembangkan secara langsung, hal ini dapat dilakukan
di masa mendatang. Mengenai mekanisme akuntabilitas publik, model
yang berlaku adalah model “4 Pilar dan 6. Garis Manajemen Interaksi”.
Keempat pilar tersebut adalah pemerintah daerah, DPRD, masyarakat dan
kelompok mediasi. Interaksi yang ingin kita bangun antara 4 pilar adalah
adanya sinergi antara 4 pilar di bidang hukum. Artinya, setiap pihak dalam
interaksi harus bersandar dan berpedoman pada ketentuan hukum yang
berlaku. Apabila mampu melaksanakannya dengan baik, maka masing-
masing pihak wajib mempertanggungjawabkan segala tindakan yang
dilakukan dalam rangka pembangunan.

12
Dalam konteks pembangunan daerah, pertanggungjawaban Pekerjaan
Umum meliputi hal-hal sebagai berikut: perkembangan peraturan,
kebijakan publik, Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Daerah (LPJ)
berdasarkan renstra , mekanisme rapat umum, sistem informasi
pembangunan , sel pengaduan masyarakat, standar pelayanan, perencanaan
program pengembangan sistem, model pendanaan dalam PDBA, resolusi
konflik dan manajemen interaksi pembangunan Walaupun indikator dapat
digunakan untuk menilai keberhasilan implementasi akuntabilitas publik
oleh pengelola pemerintah termasuk kepercayaan dan kepuasan warga
terhadap pemerintah tersebut, meningkatkan kesadaran publik terhadap
pelaksanaan program pemerintah , meningkatkan keterwakilan
berdasarkan pilihan rakyat orang dan kepentingan, serta berkurangnya
kasus korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Dengan demikian, kendala
utama akuntabilitas publik adalah apakah pemerintah memiliki kemauan
politik.

2. Kondisi dan Problematika Akuntabilitas Pelayanan Publik Yang


Lemah Di Indonesia
Rendahnya kualitas pelayanan publik menjadi salah satu ciri birokrasi
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan
pelayanan publik pada masa doi moi melibatkan seluruh lapisan
masyarakat, namun selama tahapannya tidak banyak berubah. Tanggapan
yang berbeda cenderung menunjukkan adanya perbedaan jenis pelayanan
publik. Kegagalan ditandai dengan banyaknya anomali dalam pelayanan
publik . Sistem dan prosedur pelayanan yang rumit serta lambatnya sumber
daya manusia dalam memberikan pelayanan publik juga merupakan aspek
pelayanan yang banyak dibuktikan. Yang membuat aparatur administrasi
lemah dalam menjalankannya adalah mekanisme hirarki . Hal ini terlihat
dari budaya kerja dimana semua pekerjaan/perusahaan harus menunggu
instruksi dan perintah, perintah dan persetujuan dari atasan mereka. Karena
kurangnya kreativitas, inisiatif dan kemandirian di kalangan PNS.

13
Akuntabilitas publik adalah salah satu dari 10 prinsip tata pemerintahan
yang baik. Dengan sendirinya, “tanggung jawab publik” dapat dipahami
sebagai sebagai setiap kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan publik
/di luar organisasi yang mana organisasi memiliki atau berkewajiban untuk
menjelaskan, melaporkan, menjelaskan, memberikan alasan. lakukan,
tanggapi , terima tanggung jawab, wajib memberikan 1087 perhitungan,
dan tunduk pada tinjauan publik/eksternal (penilaian). Secara lebih ringkas,
akuntabilitas publik mengacu pada bagaimana suatu organisasi dimintai
pertanggungjawaban atas operasinya kepada publik untuk mendapatkan
evaluasi publik terhadap organisasi tersebut.
Dari definisi seperti ini, kita dapat mengidentifikasi unsur-unsur prinsip
akuntabilitas publik yaitu: pertama, birokrasi memiliki kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan tindakan dan keputusannya kepada publik.
Kedua, organisasi sosial politik atau tepatnya masyarakat di luar aparatur
pemerintahan melakukan penilaian. Sementara itu, dari berbagai
pengalaman praktis yang ditemukan di sektor , kinerja tanggung jawab
publik oleh pemerintah , sebenarnya secara riil menimbulkan sensasi
ketidakpuasan di masyarakat. Ketidakpuasan berkaitan dengan berbagai
bidang seperti akuntabilitas kebijakan, peraturan dan tindakan pengelola
pemerintahan dalam urusan pembangunan, baik di pusat maupun di daerah.
Bukti ketidakpuasan ini tercermin dalam protes massa yang diorganisir
oleh berbagai lapisan masyarakat terhadap kebijakan, peraturan dan
tindakan pemerintah.
Namun, sekalipun prinsip tanggung jawab ini masih menyisakan
banyak kekesalan di kalangan masyarakat, tidak boleh kita hentikan. Kita
harus menyadari bahwa mencapai tata kelola yang baik secara umum dan
akuntabilitas pada khususnya adalah proses yang panjang dan tidak pernah
berakhir.

14
3. Upaya Meningkatkan Pelaksanaan dan Mengembangkan
Akuntabilitas Pelayanan Publik
Dalam melaksanakan pertanggungjawaban di lembaga negara, harus
berpegang pada 3 prinsip, yaitu pertama, adanya komitmen pimpinan dan
seluruh jajaran instansi terkait; kedua, Berdasarkan sistem yang dapat
menjamin penggunaan sumber daya 1087 sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku 1087; ketiga, menunjukkan tingkat
pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Beberapa metode
mempertahankan akuntabilitas meliputi:
1) Kontrol legislatif Legislatif mengawasi operasi pemerintah
melalui debat dan beberapa komite internal lembaga itu. Jika
komite legislatif dapat berfungsi secara efektif, mereka dapat
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan (meningkatkan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
masyarakat), memantau penyalahgunaan kekuasaan pemerintah
melalui investigasi dan penegakan hukum yang efektif.
2) Pertanggungjawaban Ini adalah ciri yang menonjol dari negara
hukum. Pemerintah terikat untuk menghormati supremasi hukum,
berdasarkan badan peradilan independen. Undang-undang yang
dibuat atas dasar ini seringkali memiliki sistem pengadilan dan
semua pejabat publik dapat dimintai pertanggungjawaban di
pengadilan atas semua tindakan mereka.
3) Desentralisasi dan partisipasi Akuntabilitas dalam pelayanan
publik juga dapat ditegakkan melalui struktur pemerintahan yang
terdesentralisasi dan partisipatif. Ada situasi khusus di mana
banyak tugas pemerintahan didelegasikan ke tingkat lokal oleh
pejabat lokal yang bertanggung jawab langsung kepada
masyarakat lokal. Legitimasi elektoral juga merupakan faktor
penting seperti dalam kasus pemerintah pusat. Tetapi ruang
lingkup tanggung jawab dalam sistem desentralisasi lebih dari
adalah fungsi otonom di tingkat lokal.

15
4) Pengawasan administrasi internal Pegawai negeri sipil yang
diangkat seringkali memainkan peran dominan dalam pelaksanaan
tugas pemerintahan karena masa jabatan mereka yang relatif lama
dan keterampilan profesional mereka. Biasanya, kepala unit
pemerintahan setingkat menteri diharapkan dapat
mempertahankan kontrol hierarkis atas pejabatnya dengan
dukungan aturan dan peraturan tentang sistem perilaku, utama dan
keuangan serta inspeksi.
5) Komunikasi massa dan opini publik Dalam kebanyakan konteks,
efektivitas berbagai metode menjaga akuntabilitas yang diuraikan
di atas sangat bergantung pada tingkat dukungan media massa dan
opini publik. Misalnya, tantangannya adalah bagaimana dan
sejauh mana orang dapat menggunakan media untuk melaporkan
penyalahgunaan kekuasaan dan menghukum pelaku.
Ada tiga faktor yang menentukan dampak sebenarnya dari
media massa dan opini publik. Pertama, hak atas kebebasan
berekspresi dan berserikat harus diterima dan dihormati. Di banyak
negara, kebebasan ini dilindungi oleh konstitusi. Penerimaan dan
penghormatan secara umum dapat diukur dengan peran yang
dimainkan oleh media massa (termasuk perhatian pada pola
kepemilikan ) dan pentingnya peran media kelompok kepentingan,
asosiasi profesional, organisasi wanita, organisasi konsumen,
koperasi, dan organisasi profesi. Asosiasi. Kedua, pelaksanaan
berbagai tugas pemerintahan harus transparan. Penting bahwa
masyarakat memiliki akses terhadap informasi. Hal ini harus
dijamin oleh konstitusi (misalnya Undang-Undang Kebebasan
Informasi), yang hanya yang mempertimbangkan keamanan
nasional (dalam arti sempit ) dan privasi setiap orang. Informasi
yang dihasilkan oleh pemerintah harus dapat diakses secara luas
termasuk anggaran, rekening publik dan laporan audit. Tanpa akses
ke berbagai informasi ini, publik tidak akan sepenuhnya menyadari

16
apa yang dilakukan dan tidak dilakukan pemerintah dan efektivitas
media massa akan agak terbatas Ketiga, warga dididik, pemahaman
mereka tentang hak dan kewajiban, selain keinginan untuk
melaksanakannya.
Selain itu, agar sistem ini bekerja secara efektif, kondisi
tertentu perlu dipenuhi. Salah satu syaratnya adalah adanya
kemauan politik yang kuat dari para pelaksana, termasuk dalam hal
ini pemerintah pusat dan daerah, siap mempertanggungjawabkan
segala perbuatannya di depan umum. Selain itu, karena tata kelola
yang baik berarti menjadi gerakan yang mencerminkan, kata dan
tindakan di semua lapisan masyarakat, terutama pejabat pemerintah
dalam kegiatan sehari-hari didukung oleh komitmen politik yang
kuat dan undang-undang yang aman menjadikannya tantangan
untuk mengambil tindakan publik. tanggung jawab. Isu selanjutnya
adalah bagaimana agar semua pihak memahami good governance
agar tujuan di atas dapat tercapai. Selanjutnya, untuk memenuhi
akuntabilitas pemerintahan , birokrasi pemerintahan harus mampu
memenuhi harapan ideal masyarakat. Karena keberadaan birokrasi
pemerintahan sesungguhnya dilakukan dalam rangka pencapaian
tujuan masyarakat, tujuan demokrasi, dan tujuan negara pada
umumnya, maka aparatur pemerintahan perlu mengklaim ciri-ciri
dan mekanisme akuntabilitas yang ideal. kepada masyarakat.
Perwujudan tanggung jawab tersebut direpresentasikan oleh dalam
bentuk peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
komitmen politik dan mekanisme akuntabilitas . Sementara itu,
perangkat pendukung adalah kode etik dan sistem pemantauan
kegiatan penyelenggara dan penyelenggara pemerintahan. sistem
pemantauan dengan sanksi yang jelas dan tegas.
Oleh karena itu, prinsip tentang akuntabilitas publik harus
memperhatikan ada atau tidaknya prosedur, yang dinyatakan
sebagai undang-undang dan peraturan yang kredibel secara hukum

17
yang memastikan penerapan prinsip tata kelola yang baik sebagai
alat pemerintahan dasar. Tanggung jawab publik.
4. Reformasi Birokrasi Dalam Menghadapi Kondisi dan Problematika
Akuntabilitas Pelayanan Publik Di Indonesia
Untuk memperbaiki sistem ini di masa depan, pemerintah harus
mengembangkan sistem standar akuntansi dan ini harus dikomunikasikan
kepada publik. Hanya dengan begitu orang akan memahami pertanyaan ini
dengan baik, yang darinya sistem akan bekerja secara efektif. Oleh karena
itu, harus menghindari kemungkinan kecenderungan bahwa setiap lembaga
memiliki standar akuntabilitasnya sendiri , yang menyebabkan kesulitan
dalam implementasi di tingkat nasional.
Selanjutnya, tidak adanya Peraturan standar akan mengacaukan
keseluruhan sistem. Selanjutnya, untuk memenuhi akuntabilitas
pemerintah, birokrasi pemerintah harus mampu memenuhi harapan idealis
masyarakat. Karena keberadaan birokrasi pemerintahan pada hakekatnya
dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan masyarakat, tujuan demokrasi,
dan tujuan negara secara keseluruhan, maka birokrasi yang sesungguhnya
adalah kebutuhan akan karakteristik idealis dan mekanisme akuntabilitas.
untuk komunitas. Mewujudkan akuntabilitas ini direpresentasikan dalam
bentuk peraturan perundang-undangan yang ada dengan komitmen politik
dan mekanisme akuntabilitas . Sedangkan alat pendukung adalah
penegakan kode etik dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara
pemerintahan serta sistem pemantauan secara jelas. dan sanksi tegas.
Oleh karena itu, Prinsip tentang Akuntabilitas dalam Pelayanan Publik
harus mengacu pada ada atau tidaknya prosedur , yang diwujudkan dalam
ketentuan hukum yang kredibel dalam untuk menjamin terselenggaranya
pelayanan publik. . Selain itu, diperlukan komitmen politik yang kuat
terhadap akuntabilitas dan mekanisme akuntabilitas . Karena tanpa
komitmen politik, seindah apapun model akuntabilitas publik dibangun,
tidak akan pernah berhasil.

18
Di sisi lain, kemauan masyarakat untuk ikut serta dalam mengatur
segala tindakan pemerintah juga menjadi faktor kunci keberhasilan
pelaksanaan tanggung jawab pelayanan publik ini, karena tanggung jawab
publik juga menyangkut aspek pelayanan publik, masyarakat sebagai
bagian terpenting. dalam menghadapinya. Nilai akuntabilitas penting
diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Hal ini didasarkan
pada yang berpendapat bahwa keberadaan atau keberadaan suatu negara,
tergantung pada rakyatnya. Oleh karena itu, negara harus memberikan
pelayanan yang baik dan akuntabel. Dewasa ini, kebutuhan orang yang
semakin kompleks dan berkembang membuat kinerja pelayanan publik
tidak hanya menjadi tanggung jawab negara tetapi juga melibatkan
partisipasi sektor swasta. Dalam konteks pemerintahan ,istilah
akuntabilitas kinerja sudah tidak asing lagi dalam Dengar Pendapat maupun
penyusunan roadmap reformasi birokrasi . Roadmap tersebut memuat 3
(tiga) tujuan. (1) birokrasi yang bersih dan akuntabel. ; (2) aparatur
pemerintahan yang efektif dan efisien; dan (3) birokrasi dengan pelayanan
publik yang berkualitas.
Dengan demikian birokrasi dapat dipahami melalui peran dan
kemampuannya, mendukung terselenggaranya sistem pemerintahan
dengan menyelesaikan berbagai masalah dan memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Esensi aparatur administrasi yang profesional salah
satunya adalah memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, sehingga
cita-cita, prakarsa dan upaya aparatur administrasi harus diarahkan untuk
memiliki pemikiran tentang pelayanan publik. Birokrasi ada sebagai
ciptaan penguasa untuk memberikan layanan kepada penguasa untuk
tujuan ekspansi dan untuk memperluas dan mempertahankan kekuasaan.
Dengan reformasi administrasi tahun , konsep pelayanan juga berubah dari
orientasi pelayanan para pemimpin menjadi orientasi pelayanan publik.

19
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pertanggungjawaban publik adalah upaya untuk memberikan


pertanggungjawaban secara terbuka oleh unit organisasi atau pihak yang
berkepentingan kepada pihak yang memberikan pertanggungjawaban
tersebut.
2. Pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan 1087 berupa barang
publik dan pelayanan publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab
1087 dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di lingkungan 1087 pusat,
daerah dan BUMN atau BUMD dalam rangka 1087 penyelenggaraan
ketentuan peraturan perundang-undangan undangan.
3. Hambatan akuntabilitas pelayanan publik adalah kurangnya investigasi
menyeluruh oleh pemerintah mengenai penyebabnya, berupa mekanisme
akuntabilitas atau akuntabilitas dan partisipasi para aktor. Artinya,
pemerintah harus terus mencari formula yang baik agar akuntabilitas publik
dapat berjalan dan ketidakpuasan publik yang muncul dalam bentuk protes
dapat ditekan, ditekan atau setidaknya diminimalkan.
4. Persoalan Akuntabilitas Publik di Indonesia Rendahnya kualitas pelayanan
publik menjadi salah satu sorotan mengacu pada birokrasi pemerintah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat Peningkatan pelayanan publik
pada periode doi moi berkaitan dengan seluruh masyarakat, tetapi selama
tahap , ia belum melihat perubahan yang jelas.
5. Upaya peningkatan kinerja dan akuntabilitas pelayanan publik merupakan
kemauan politik yang kuat dari pelaksana, termasuk pemerintah pusat dan
daerah dalam hal ini bersedia menjelaskan segala tindakannya kepada

20
publik , pemerintah harus mengikuti prinsip sebagaimana dimaksud atau
tidak ada prosedur yang berprinsip.
6. Untuk meningkatkan sistem ini di masa mendatang, pemerintah harus
mengembangkan sistem standar akuntansi dan sistem ini harus tersedia
untuk umum dan mengakui tanggung jawab utama lembaga pengatur
pemerintah, aparatur administrasi pemerintah harus mampu untuk
memenuhi harapan ideal masyarakat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Kamis, 05 Januari 2023.Pukul 08:00-10:35

Sora. 2020. Akuntabilitas Publik (Public Accountability) Sebagai Pilar Good


Governance.

https://administarsinegaraku.blogspot.com/2012/2017akuntbilitaspublik-
public.html?m=1
Kiran. 2016. 8 Pelayanan Publik Yang Bermutu Merupakan Wujud Good
Governance.
www.coursehero.com/file/p7
Maidin Zulkifli. 2019. Beginikah Wujud Akuntabilitas Publik di Indonesia?.
http://rakyatku.com/kolom/116/beginikah-wujud-akuntabilitas-di-
indonesia
Sangkala Rewa. 2015. Akuntabilitas Dalam Perspektif Governance.

https://www.researchgate.net/publication/281318998_Akuntabilitas_Dala
m_Perspekt if_Governance
BHP UMY. 2010. Perlunya Manajemen Pelayanan Publik Dalam Pemerintahan.
https://www.umy.ac.id/perlunya-manajemen-pelayanan-publik-
dalampemerintahan.html
Jufri. 2019. Birokrasi dan Upaya Meningkatkan Pelayanan Publik.
https://bengkulu.kemenag.go.id/opini/314-birokrasi-dan-upaya-
meningkatkanpelayanan-publik
Darman. 2015. Teori-teori Manajemen dan Organisasi.
https://Theorymanajemendanorganisasi.blogspot.com/2015/12/pelayanan
publik.html?m=1

22

Anda mungkin juga menyukai