Anda di halaman 1dari 10

“ MAL PELAYANAN PUBLIK “

Dosen Pengampu : Dwi Listia Rika Tini,S.IP.,M.A

KELOMPOK 2

MOH IRVAN ARIF MAULANA 721112943

NUR CHAIRANI 721112946

BUSRIYANTO 7211129

MUTIK HELMI 7211129

FISIP 2021A

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS WIRARAJA

2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini guna
memenuhi Tugas Kelompok untuk mata kuliah Manajemen Perubahan berjudul : “ Mal Pelayanan
Publik ”. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada Ibu
Dwi Listia Rika Tini,S.IP.,M.A selaku dosen pengampu Mata Kuliah Manajemen Perubahan yang
telah Memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih Kepada pihak-
pihak yang turut membantu dalam pembuatan Makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga Makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang bisa membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami bisa berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Sumenep, 04 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Pemerintah Kabupaten Sumenep tentunya membuat kebijakan pelayanan yang bersifat “satu
pintu”, dengan membentuk Mal Pelayanan Publik (MPP) Kabupaten Sumenep. Yang mana
merupakan fasilitas pelayanan umum berbentuk kantor bersama yang menyediakan beberapa
jenis pelayanan umum kepada masyarakat, yang dilaksanakan secara terpadu dari berbagai
instansi pemerintah. Pemerintah Kabupaten Sumenep terus berupaya meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat, salah satunya kepada pelaku usaha untuk mempermudah dalam
pengurusan perizinan. Referensi 3

Pelayanan publik dapat Diartikan sebagai pemberian layanan Keperluan orang atau masyarakat
Yang mempunyai kepentingan pada Organisasi itu sesuai dengan aturan Pokok dan tata cara yang
telah Ditetapkan. Pemerintah Kabupaten Sumenep membentuk Mall Pelayanan Publik (MPP) untuk
mengintegrasikan berbagai layanan baik intansi pusat, daerah, BUMN, BUMD dan unit layanan
pendukung lainnya dalam satu lokasi yang sama. Refrensi 1

MPP merupakan model pelayanan terpadu generasi ketiga. Pertama, Pelayanan Terpadu Satu Atap
(PTSA) yaitu layanan yang menyatukan berbagai unit teknis dalam satu atap dan satu gedung,
dimana masing-masing unit teknis memberikan layanan kepada masyarakat sesuai dengan
wewenang dan tanggungjawabnya dalam hal ini tidak ada keterkaitan dan koordinasi antara unit
teknis satu dengan unit teknis yang lain. Kedua, berevolusi menjadi Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) yaitu sistem layanan yang mana masyarakat hanya dilayani dan hanya berhubungan dengan
customer service, tidak berhungan dengan yang memproses perijinan (back office). Pada pelayanan
satu pintu umumnya proses perijinan dan non perijinan transparan dalam hal prosedur. Waktu
penyelesaian, biaya dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Ketiga, hadirnya Mal Pelayanan Publik
(MPP) yang mana inovasi ini juga dapat memayungi PTSP tanpa mematikan pelayanan yang sudah
ada sebelumnya. Peran PTSP justru diperluas sebagai motor penggerak MPP. Konsep MPP ini
terinspirasi dari Public Service Hall (PSH) yang ada di Azerbaijan dan Georgia, yakni pusat
pelayanan terpadu dan terintegrasi, baik antar kementerian maupun dengan pemerintah lokal .

Pada era otonomi daerah, pemerintah daerah diberikan kesempatan untuk membuktikan
kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Dimana pemerintah
pusat memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan pemetaan dalam memberikan

1
pelayanan publik dan dapat memangkas jalur birokrasi serta memberikan kesempatan kepada
pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan publik dengan memberlakukannya desentraslisasi.

Agar mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, maka semua pihak yang
berkaitan dengan penyedia layanan publik harus lebih memperhatikan kepentingan warga negara
atau masyarakat dibandingkan kepentingan individu dan kelompok. Maka terdapat Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Mall Pelayanan Publik pada Pasal
3 Ayat 1 bahwa Pelayanan Publik pada MPP terdiri atas: a. Pelayanan yang paling banyak
dibutuhkan oleh masyarakat setempat; dan/atau b.Pelayanan yang dapat menjadi alternatif bagi
masyarakat (referensi 2). Dengan adanya MPP, masyarakat tidak sekadar mendapatkan pelayanan
yang lebih nyaman dan terpuaskan. Dimana dengan adanya kehadiran MPP menjadi solusi yang
tepat untuk memberikan kemudahan, kecepatandan keterjangkauan bagi masyarakat dalam
megakses layanan.

B . Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang kami kembangkan, maka rumusan masalah yang kami
angkat sebagai berikut:

1. Bagaimana Konsep Perubahan di Mall Pelayanan Publik (MPP)?


2. Apa saja Kekurangan MPP dalam Manajemen Perubahan?
3. Bagaimana Langkah-langkah Tata Kelola Kebijakan MPP?

C . Tujuan

1. Untuk mengetahui Birokrasi dan Manajemen Pemerintah Daerah.


2. Untuk mengetahui Kekurangan MPP dalam Manajemen Perubahan.
3. Untuk Mengetahui Langkah-langkah Tata Kelola Kebijakan MPP.

D . Manfaat

1. Secara Teoritis untuk menambah wacana bagi Akademisi atau akademis merupakan manfaat
penelitian bagi pengembangan ilmu mengenai Birokrasi dan Manajemen Pemerintah daerah
Sehingga manfaat teoritis ini dapat mengembangkan ilmu yang diteliti dari segi teoritis.
Teori yang digunakan penulis membuka pengetahuan baru bagi peneliti dan Mahasiswa

2
Jurusan Ilmu Administrasi Publik serta seluruh Mahasiswa Universitas Wiraraja.
2. Secara Praktis bagi Perguruan Tinggi, sebagai bentuk kontribusi penulis untuk menambah
khazah keilmuan dan karya ilmiah Perputsakaan Universitas Wiraraja Ataupun Perpustakaan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan juga jadi bahan informasi pertimbangan dan masukan
bagi pihak-pihak terkait terhadap permasalahan yang sama pada periode yang akan datang.

BAB II

PEMBAHASAN

A . Konsep Perubahan Mall Pelayanan Publik (MPP)

Secara etimologi istilah birokrasi berasal dari kata bureau (bahasa Perancis) yang berarti "meja
tulis dan kratos (bahasa Yunani) yang berarti "pemerintahan": Dapat dipahami bahwa birokrasi
adalah orang-orang yang bekerja di balik meja tulis di kantor-kantor. Dan pengertian tersebut
kemudian makin berkembang. Dalam konteks politik birokrasi diartikan sebagai wujud dari aparat
pemerintahan negara dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut melalui serangkaian
tahapan atau biro-biro yang masing-masing diberi mandat atau dalam menentukan suatu tahap
kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tentang kasus yang dihadapi.

Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah yang telah
berpegang teguh pada hierarki dan jenjang jabatan. Di dalam pendekatan institusional
(kelembagaan), khususnya di dalam skema, tercantum `lalu-lintas' administrasi negara dari
eksekutif 'turun' ke Kebijakan Administrasi, lalu ke Administrasi dan yang terakhir ke pemilih.
Artinya, setiap kebijakan negara yang diselenggarakan pihak eksekutif diterjemahkan ke dalam
bentuk kebijakan administrasi negara, di mana pelaksanaan dari administrasi tersebut dilakukan
oleh lembaga birokrasi (Mukrimaa et al., 2016).

Manajemen Pemerintahan dapat di definisikan sebagai proses dalam perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya dan kegiatan dalam suatu entitas

3
pemerintah dengan tujuan untuk mencapai efektivitas, efisiensi, dan pelayanan yang optimal
kepada masyarakat.

Manajemen Pemerintahan Daerah merupakan kegiatan usaha yang dilakukan dalam organisasi
yang bertujuan untuk mencapai tujuan di Daerah dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
secara efisien dan efektif. Oleh karena itu, Manajemen Pemerintahan Daerah perlu dipahami bagi
seorang pemimpin pemerintahan daerah agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

B . Kekurangan MPP dalam Manajemen Perubahan

Kekurangan yang dialami di Mall Pelayanan Publik (MPP) utamanya yaitu di Jaringan Internet sehingga
dapat berpengaruh terhadap Kinerja pegawai.

Berikut peran Birokrasi dalam manajemen pemerintah:

1. Fungsi pelaksana Administrasi Kebijakan


Birokrasi bertanggung jawab untuk mengimplementasikan undang-undang yang telah
disusun oleh legislatif yang kemudian ditafsirkan pada eksekutif. Dengan demikian dalam
administrasi ini, birokrasi berarti pelaksana kebijakan umum pemerintah yang dimana
kebijakan umum itu sendiri telah dirancang untuk mencapai kesejahteraan seluruh
masyarakat
2. Fungsi Pelayanan
Birokrasi sesungguhnya diarahkan untuk memberikan dan menyediakan berbagai layanan
dan fasilitas kepada masyarakat untuk mendorong dan memenuhi apa yang diperlukan
masyarakat dari segala aspek kehidupan.
3. Fungsi Pengaturan dan Pengawasan
Fungsi ini, biasanya dirancang untuk memastikan kepatuhan terhadap undang-undang yang
berlaku dan peraturan dalam rangka melakukan pengawasan dan meneggakkan aturan.
4. Fungsi Perencanaan dan Penganggaran
Fungsi ini membantu pemerintah dalam menentukan perencanaan dan penganggaran untuk
menentukan prioritas-prioritas terlebih dahulu. Hal ini memungkinkan untuk
mengalokasikan sumber daya dan anggaran pada area yang sentral.

C . Langkah-langkah Tata Kelola Kebijakan MPP

Kebijakan yang dilakukan yang pertama dari segi fisik seperti bangunan untuk perlengkapan seperti kantin,
musholla, kamar mandi, serta fasilitas sarana dan prasarana lainnya.

Yang kedua, sistem jaringan internet,

4
Desentralisasi adalah penyerahan kekuasaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk mengatur urusan dalam daerahnya sendiri. Berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat
dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia, dengan adanya desentralisasi, maka
muncullah otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Atau dapat juga diartikan sebagai
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang
yang berada pada tingkat lebih rendah dalam struktur organisasi. Saat ini banyak perusahaan atau
organisasi yang memilih dan menerapkan sistem desentralisasi karena dapat memperbaiki dan
meningkatkan efisiensi dan produktivitas suatu organisasi.

1. Tujuan Desentralisasi :
Berikut ini merupakan tujuan dari desentralisasi yaitu :
- mencegah pemusatan keuangan
- sebagai usaha pendemokrasian Pemerintah Daerah untuk mengikutsertakan rakyat
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
- Penyusunan program-program untuk perbaikan sosial ekonomi pada tingkat
local sehingga dapat lebih realistis.
2. Ciri-Ciri Desentralisasi :
Smith (1985) mengungkapkan Desentralisasi mempunyai ciri-ciri tertentu. Ialah seperti :
- Penyerahan wewenang untuk dapat melaksanakan fungsi pemerintahan tertentu dan juga
pemerintah pusat kepada daerah otonom
- Fungsi yang diserahkan ialah dapat dirinci, atau fungsi yang tersisa (residual functions).
- Penerima wewenang ialah daerah otonom
- Penyerahan wewenang berarti wewenang untuk menetapkan dan juga melaksanakan
kebijakan, wewenang mengatur dan juga mengurus (regellingen bestuur) kepentingan yang
sifatnya lokal,
- Wewenang mengatur ialah wewenang untuk menetapkan norma hukum yang berlaku umum
dan juga bersifat abstrak.
- Wewenang mengurus ialah wewenang untuk menetapkan norma hukum yang sifatnya
individual dan juga konkrit (beschikking, acte administrative verwaltungsakt).
- Keberadaan daerah otonom ialah di luar hirarki dari organisasi pemerintah pusat.
- Menunjukkan kepada pola hubungan antar organisasi,
- Menciptakan political variety dan juga diversity of structure didalam sistem politik.

D . Arti penting Manajemen Pemerintah Daerah

5
Berikut arti penting dan manfaat manajemen pemerintah daerah:
1. Manajemen pemerintahan daerah mengatur tentang tata cara pembagian kerja dalam
organisasi antara manajer atau pimpinan dan anggota-anggotanya. Ini dilakukan karena
masih diperlukan mengingat pada dasarnya setiap pimpinan memiliki berbagai
keterbatasan. Sehingga perlu ada pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab dalam
organisasi.
2. Agar terdapat keterkaitan formal untuk bekerjasama dalam organisasi pemerintahan,
sehingga setiap anggota organisasi menyadari betul perananya dalam rangka memberikan
kontribusi guna pencapaian tujuan.
3. Untuk memperjelas fungsi masing-masing anggota mengenai kerjasama dalam organisasi
utujuan secara efektif menghindari timbulnya tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas
dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang tersedia.
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya pemborosan-pemborosan yang tidak perlu dalam
penyelesaian kerja sehingga pekerjaan dapat terselesaikan secara efektif dan efisien,
5. Agar tujuan penyelenggaraan pemerintahan dapat tercapai secara teratur. meski selangkah
demi selangkah tetapi terus dan berkelanjutan sehingga setiap sasaran yang ditetapkan serta
hendak dicapai dapat terwujud.

BAB III

PENUTUP

A . Kesimpulan

Jadi dari pembahasan diatas kami sebagai penulis menyimpulkan bahwasannya birokrasi ini
merupakan sistem organisasi pemerintah yang didalamnya terdapat hierarki untuk menjalankan
berbagai tugas Negara. Dalam menjalankan tugasnya birokrasi memiliki banyak fungsi seperti
fungsi administrasi kebijakan, pelayanan, pengaturan dan pengawasan, perencanaan dan
penganggaran. Dan untuk setiap pemerintah daerah pasti memiliki kewenangannya sendiri yang
disebut otonomi daerah, hal ini yang disebut desentralisasi kewenangan yang dimana pemerintah
pusat memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk menjalankan pemerintahannya
sendiri. Dalam menjalankan pemerintahannya setiap daerah pasti sudah menyiapkan segalanya
yaitu seperti manajemen pemerintahnya sendiri. Karena hal ini dapat membantu untuk melakuakn
perencanaa dan pengorganisasian dengan menata sumber daya dan SDM secara efektif dan efisien.

B . Saran

Untuk birokrasi Indonesia diharapkan untuk dilakukan reformai birokrasi, salah satunya melakukan
6
birokratisasi dengan tujuan menyederhanakan birokrasi yang cukup berbelit-belit dan kaku
menjadilebih sederhana dan inovatif dan untuk pemerintah daerah diharapkan jangan selalu
bergantung pada pusat dalam hal penerimaan anggaran. Padahal setiap daerah memiliki otonominya
sendiri, jadi pemerintah daerah harus melakukan inovasi seperti memanfaatkan SDA dan SDM
dalam meningkatkan PADnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. (2011). Manajemen Pemerintahan Daerah.

Muhammad, A. S., & Suswaini, E. (2018). Upaya Meningkatkan Kesejahteraan.


https://adjisuradji.blogs.umrah.ac.id/wp-content/uploads/sites/50/2020/02/
Debirokratisasi_Unesco_HVS.pdf

Mukrimaa, S. S., Nurdyansyah, Fahyuni, E. F., YULIA CITRA, A., Schulz, N. D., ‫ د‬,‫غسان‬.,
Taniredja, T., Faridli, E. M., & Harmianto, S. (2016). Fungsi birokrasi dalam efektivitas
pelayanan publik. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(August), 128.

Anda mungkin juga menyukai