Anda di halaman 1dari 52

INOVASI KOMUNIKASI PEMERINTAH UNTUK

MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE MELALUI


PELAYANAN PUBLIK DI DISTRIK AIMAS
KABUPATEN SORONG

PROPOSAL SKRIPSI

MOHHAMMAD FARIDUDIN AL ATAR


202163201053

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SORONG
2024
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh para pembimbing dan diterima untuk diajukan

kepada Panitia Ujian Proposal Skripsi yang dibentuk oleh Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sorong untuk memenuhi

syarat guna ujian seminar proposal skripsi pada program studi Ilmu Administrasi

Negara.

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

NANIK PURWANTI, SS., M. Si ROSNANI, S. AN., M. Si


NIDN. 1221106901 NIDN. 1405068501

MENGETAHUI
DEKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ARIE PURNOMO, S. IP., M. Si


NIDN. 1217018201

ii
iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim. Alhamdulillah, Puji dan Syukur kita panjatkan


ke hadirat Allah SWT atas segala pertolongan, rahmat, dan kasih sayang-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Inovasi
Komunikasi Pemerintah Untuk Mewujudkan Good Governance Melalui
Pelayanan Publik Di Distrik Aimas Kabupaten Sorong”. Shalawat dan salam
kepada Rasulullah SAW yang senantiasa menjadi sumber inspirasi dan teladan
terbaik untuk umat manusia.
Penulis menyadari banyak pihak yang memberikan dukungan dan bantuan

selama menyelesaikan studi dan tugas akhir ini. Oleh karena itu, sudah

sepantasnya penulis dengan penuh hormat mengucapkan terimakasih dan

mendoakan semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik kepada :

1. Bapak Dr. H. MUHAMMAD ALI, M.M, M.H., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Sorong.

2. Bapak ARIE PURNOMO, S.IP., M. Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik.

3. Ibu ANA LESTARI, S.AN., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara yang telah banyak membantu selama masa

perkuliahan.

4. Ibu NANIK PURWANTI, SS., M.Si selaku Pembimbing I yang telah

memberikan ilmu serta nasihat yang bermanfaat bagi penulis selama

penyusunan proposal Skripsi.

iv
5. Ibu ROSNANI, S.AN., M.Si. selaku Pembimbing II yang telah banyak

membantu dalam proses perkuliahan serta memberikan ilmu yang

bermanfaat bagi penulis selama penyusunan proposal Skripsi.

6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik yang telah

banyak membantu penulis selama menjalani perkuliahan di Universitas

Muhammadiyah Sorong.

7. Kedua orang tua dan adik-adik yang senantiasa memberikan do’a dan kasih

sayang serta dukungan moril maupun materiil kepada penulis hingga saat

ini.

8. Seluruh teman-teman seperjuangan dan juga pihak-pihak lainnya yang tidak

dapat penulis sebut satu persatu yang telah memberikan do’a dan dukungan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak melakukan kesalahan dalam

penyusunan proposal skripsi ini. Oleh karena itu, penulis meminta maaf yang

sedalam-dalamnya atas kesalahan yang dilakukan penulis. Harapan dari penulis

semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan

referensi demi pengembangan ke arah yang lebih baik.

Sorong, 20 Januari 2024

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................ii

KATA PENGANTAR..................................................................................iii

DAFTAR ISI..................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR...................................................................................vii

DAFTAR TABEL......................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................6

C. Tujuan Penelitian............................................................................6

D. Manfaat Penelitian.........................................................................6

E. Sistematika Penulisan....................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Inovasi..............................................................................................9

1. Definisi Inovasi................................................................................9

2. Kategori Inovasi............................................................................12

3. Penerapan Inovasi Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan

Publik.............................................................................................12

B. Komunikasi...................................................................................13

1. Definisi Komunikasi.....................................................................13

2. Komunikasi Pemerintah..............................................................16

vi
C. Good Governance..........................................................................18

1. Definisi Good Governance............................................................19

D. Pelayanan Publik..........................................................................23

1. Konsep Pelayanan Publik............................................................23

2. Hubungan Komunikasi Pemerintah dengan Pelayanan

Publik dalam mewujudkan Good Governance...........................30

E. Kerangka Pikir.............................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian..................................................................................34

B. Waktu Dan Tempat Penelitian.........................................................35

C. Penentuan Informan.........................................................................35

D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................35

E. Teknik Analisis Data.........................................................................37

F. Keabsahan Data.................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.....................................................................................35

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1................................................................................33

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seluruh lapisan masyarakat dalam menjalani rutinitas kegiatan sehari-hari

pasti tidak luput dari sebuah pelayanan publik, di mana kita memiliki berbagai

kebutuhan yang harus dilayani dengan baik oleh para penyelenggara pelayanan

publik. Memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal pelayanan publik juga

termasuk dalam hak dan kewajiban warga negara, yang mana keduanya memiliki

korelasi dan harus dihormati, dipenuhi haknya, serta dijunjung tinggi sebagaimana

mestinya. Pelayanan publik memang sangat erat kaitannya dengan berbagai

kebijakan publik. Berbagai kebijakan itu sangat diharapkan agar tidak terlalu

memihak kepada para elit politik saja melainkan harus memihak pula pada

masyarakat, sebab masyarakat yang akan menerima berbagai kebijakan dan

pelayanan publik. Masyarakat tentunya sangat mengharapkan untuk memperoleh

pelayanan yang terbaik dari siapa pun yang berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan mereka, baik itu kebutuhan dalam pelayanan administratif, barang,

jasa, ataupun lainnya. Salah satu faktor dari permasalahan pelayanan publik yang

kerap kali terlupakan adalah peranan komunikasi pemerintah dalam upaya

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Masyarakat rela membayar pajak dan memberikan mandat kepada

pemerintah untuk menggunakan pajak tersebut guna melayani kebutuhan barang

dan jasa dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Bahkan

1
2

masyarakat juga memberikan otoritas kepada pemerintahnya untuk melakukan

tindakan represif jika diperlukan agar pajak dan sumber pemasukan lainnya dapat

dipungut secara efektif dan digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Penyelenggaraan pemerintahan,Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten

dan kota. Tiap daerah-daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan

penyelenggaraan dan pelayanan kepada masyarakat yang dikenal otonomi daerah.

Berdasarkan dengan konsep otonomi daerah bahwa untuk menyelenggarakan

pemerintahan tersebut, daerah berhak membangun daerahnya dengan modal dan

kekuatan sendiri, dan berhak mengenakan pungutan biaya kepada masyarakat

berupa pajak. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Repulik Indonesia

Tahun 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan

kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan

pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan undang-undang (Solong, A.,

& Muliadi, 2020:77).

Komunikasi sangat penting dilakukan oleh Distrik Aimas Kabupaten Sorong

khususnya dalam hal pelayanan publik. Pesan yang disampaikan haruslah baik

dan saluran media komunikasi yang digunakan pun harus tepat agar komunikasi

dapat berjalan lancar, sebab hal itu berpengaruh terhadap kualitas pelayanan

publik. Kurang baiknya peranan komunikasi pemerintah terhadap pelayanan

publik bisa saja terjadi karena minimnya informasi mengenai peraturan-peraturan

yang dijalankan, misalnya dalam prosedur penerimaan dana bantuan sosial, dan
3

lainnya. Bahkan, tutur bahasa dari seorang pegawai pemerintah dalam

berkomunikasi pun menjadi hal yang perlu diperhatikan agar masyarakat merasa

nyaman dalam upaya pelayanan publik. Sebab, seorang komunikator yakni

penyelenggara pelayanan publik atau pemerintah harus memiliki etos dan

kredibilitas serta harus komunikatif dalam menyampaikan informasi agar apa

yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat sehingga tidak terjadi

kesalahpahaman ataupun ketidakpuasan dalam menerima pelayanan publik.

Komunikasi pemerintah belum sepenuhnya berjalan dengan baik dan lancar,

masyarakat masih kurang paham mengenai beberapa standar operasional sebuah

kebijakan, padahal itu adalah hal penting yang harus dipahami masyarakat secara

luas.

Inovasi dalam bentuk komunikasi oleh pemerintah saat ini diperlukan sebab

adanya perubahan di lingkungan masyarakat yang berlangsung secara cepat. Perlu

adanya pembaharuan komunikasi agar pemerintah mampu beradaptasi dengan

perubahan-perubahan yang terjadi. Adaptasi yang tepat menjadi suatu keharusan

bagi pemerintah agar setidaknya dapat bertahan dengan lebih baik di lingkungan

kehidupan masyarakat saat ini.

Inovasi dalam komunikasi diperlukan Distrik Aimas Kabupaten Sorong

karena dalam proses perubahan sosial yang cepat, misalnya pembangunan, terjadi

proses perubahan yang disengaja atau direncanakan agar berguna menuju

terwujudnya suatu sistem sosial, budaya, politik, dan ekonomi yang lebih

kondusif bagi terwujudnya kesejahteraan dan keadilan sosial. Di Indonesia, tujuan

pembangunan apabila mengacu pada tujuan nasional yang tertuang dalam


4

mukadimah Undang Undang Dasar Tahun 1945 pada dasarnya adalah

terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur.

Inovasi merupakan sesuatu yang baru dalam kehidupan seseorang atau suatu

sistem sosial. Inovasi juga dapat terjadi pada suatu kehidupan kelompok sosial,

organisasi sosial, kelembagaan sosial, organisasi bisnis, atau suatu sistem sosial

kehidupan masyarakat. Inovasi inilah yang dapat membuat terciptanya suasana

baru karena adanya ide atau gagasan dan cara baru untuk memenuhi kebutuhan

seseorang atau para warga suatu sistem sosial dalam kehidupannya. Wujud inovasi

atau pembaruan tersebut dapat berupa perubahan ide-ide atau gagasan-gagasan

baru, cara atau metode, dan teknik baru serta penggunaan teknologi, peralatan,

atau pengelolaan kehidupan baru yang berbeda dengan sebelumnya atau berbeda

dengan yang telah menjadi kebiasaan masyarakat (Roger dan Shoemaker 1981;

Sumardjo, 2014).

Dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

sudah jelas tercantum bahwasanya warga negara harus mendapatkan pelayanan

publik yang sesuai, baik dalam hal barang, jasa, atau pelayanan administratif

lainnya. Meskipun demikian, pada pelaksanaannya, masih banyak sekali

ketidakmerataan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Sering kali kita dengar

tentang ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan publik, baik dalam kasus

E-KTP, BPJS, penerimaan bantuan sosial, dan lainnya. Mereka sering

mengeluhkan terkait adanya keterlambatan pelayanan, pungutan liar, pengurangan

dana bantuan sosial, terkadang mereka tak jarang pula dipersulit dalam hal
5

persyaratan administratif, bahkan masyarakat sering pula mengeluhkan kualitas

pelayanan dari pegawai pemerintah yang kurang komunikatif.

Kualitas pelayanan publik berkaitan pula dengan konsep good governance.

Pelayanan publik merupakan pelopor utama dari seluruh komponen pelaksanaan

good governance, sebab komponen tersebut erat kaitannya dengan publik Jika

pelayanan publik dapat dilakukan dengan baik, maka good governance akan

mudah terealisasi, karena syarat terciptanya good governance adalah transparasi,

akuntabilitas, dan pemerintahan yang partisipatif. Transparasi bermakna

pemberian jaminan bagi ketersediaan akses publik dalam seluruh proses

pengambilan kebijakan pengelolaan pemerintahan. Akuntabilitas adalah suatu

perwujudan kewajiban dari suatu instansi pemerintahan untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misinya.

Sedangkan pemerintahan yang partisipatif bermakna wujud pemerintahan yang

berupaya mengakomodasi berbagai aspirasi yang muncul di masyarakat dalam

proses pengambilan keputusan Oleh karenanya, pelayanan publik yang baik perlu

dilakukan guna mewujudkan good governance dengan memperhatikan peran

komunikasi pemerintah.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dari itu perlu

adanya penelitian terkait inovasi komunikasi pemerintah yang optimal dalam

mewujudkan good governance melalui pelayanan publik di Kantor Distrik Aimas

Kabupaten Sorong.
6

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Inovasi Komunikasi Pemerintah Dalam Mewujudkan Good

Governance Melalui Pelayanan Publik di Distrik Aimas?

2. Apa hambatan pada Inovasi Komunikasi Pemerintah Dalam Mewujudkan Good

Governance Melalui Pelayanan Publik di Distrik Aimas?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang harus dicapai dalam penelitian ini untuk menjawab

permasalahan diatas adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seperti apa Inovasi Komunikasi Pemerintah Dalam

Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik di Distrik Aimas

Kabupaten Sorong.

2. Untuk mengetahui seperti apa hambatan pada Inovasi Komunikasi Pemerintah

Dalam Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik di Distrik

Aimas Kabupaten Sorong.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan didapatkan dari hasil penelitian ini adalah

sebagaimana yang tertera di bawah ini :

1. Manfaat Akademis
7

Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran yang baik dalam

pengembangan ilmu sosial secara umum khususnya di bidang administrasi dalam

mengkaji berbagai masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat dalam hal

ini masalah tentang Inovasi Komunikasi Pemerintah Dalam Mewujudkan Good

Governance Melalui Pelayanan Publik.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Dapat memberikan masukan yang baik terhadap pemerintah dalam

pengambilan suatu kebijakan.

b. Menjadi informasi umum bagi masyarakat secara luas, terkhususnya

masyarakat di Distrik Aimas terhadap kebijakan pemerintah dalam upaya

menyediakan pelayanan publik dalam mewujudkan Good Governance.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penelitian ini dengan judul “Inovasi

Komunikasi Pemerintah Dalam Mewujudkan Good Governance Melalui

Pelayanan Publik Di Distrik Aimas Kabupaten Sorong” dapat dirincikan sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar Belakang, Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Inovasi, Komunikasi, Good Governace,


8

Pelayanan Publik, Kerangka Pikir

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam Metode Penelitian terdapat Pendekatan

dan Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu

Penelitian, Penentuan Informan, Teknik

Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, dan

Keabsahan Data.

DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Inovasi

1. Definisi Inovasi

Inovasi merupakan salah satu hal penting dalam penyelenggaraan

organisasi. Setiap organisasi, termasuk organisasi pemerintahan memerlukan

inovasi dalam praktik penyelenggaraan urusan-urusan dan kegiatan yang

dilakukan. Ada beragam definisi mengenai inovasi dalam konteks

penyelenggaraan organisasi sektor publik atau pemerintahan. Istilah inovasi dalam

suatu organisasi pertama kali muncul dan diperkenalkan oleh Schumpter pada

tahun 1934. Inovasi dipandang sebagai kreasi dan implementasi “kombinasi

baru”. Istilah kombinasi baru tersebut dapat merujuk pada produk, jasa, proses

kerja, pasar, kebijakan dan sistem baru. Dalam inovasi dapat diciptakan nilai

tambah, baik pada organisasi, pemegang saham, maupun masyarakat luas. Dalam

kamus Oxford dijelaskan bahwa innovate berarti make change, introduce new

things atau dengan kata lain bring changes. Dengan demikian inovasi merupakan

berubahnya suatu hal sehingga menjadi sesuatu yang baru. Oleh karena itu

sebagian besar definisi dari inovasi meliputi pengembangan dan implementasi

sesuatu yang baru (dalam de Jong & den Hartog, 2003). Sedangkan istilah baru

dijelaskan Adair (1996) bukan berarti original tetapi lebih ke newness (kebaruan).

Kemudian Schumpter memperjelas arti kebaruan tersebut, bahwa inovasi adalah

mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi.

(Solong & Muliadi, 2020:78).


10

Secara khusus inovasi dalam lembaga publik bisa didefinisikan sebagai

upaya untuk membawa hal-hal baru ataupun ide-ide baru dalam implementasi,

yang dicirikan dengan adanya perubahan langkah yang cukup besar, berlangsung

cukup lama dan berskala cukup umum sehingga dalam proses implementasinya

berdampak cukup besar terhadap organisasi dan tata hubungan organisasi. Inovasi

dalam pelayanan publik tidaklah hanya ditinjau dari produknya saja, tetapi bisa

dilihat dari hubungan pemberi layanan dan penerima layanan, selain itu juga bisa

dilihat dari hubungan organisasi dengan mitra organisasi lainnya.Ditinjau secara

lebih khusus, pengertian inovasi di dalam pelayanan publik bisa diartikan sebagai

prestasi dalam meraih, meningkatkan, dan memperbaiki efektifitas, efisiensi dan

akuntabilitas pelayanan publik yang dihasilkan oleh inisiatif pendekatan,

metodologi, dan atau alat baru dalam pelayanan masyarakat (Prabowo, 2022:30)

Menurut West dan Far dalam Solong (2020: 79) yang menjabarkan bahwa

“inovasi merupakan peralihan dari prinsip-prinsip, proses, dan praktik-praktik

manajemen tradisional atau pergeseran dari bentuk organisasi yang lama dan

memberi pengaruh signifikan cara baru sebuah manajemen dilakukan. Inovasi

sebagai pengenalan dan penerapan dengan sengaja gagasan, proses, produk dan

prosedur yang baru pada unit yang menerapkannya, yang dirancang untuk

memberikan keuntungan bagi individu, kelompok organisasi, dan masyarakat

luas”.

Pendapat lain yang lebih merujuk pada pandangan bahwa inovasi berkaitan

dengan unsur kebaruan dan penggunaan teknologi informasi dalam suatu

organisasi. Pendapat ini sebagaiman disebutkan oleh Said dan Susanto yang
11

dikutip dari Solong (2020:80) menyatakan bahwa “Inovasi dimaknai sebagai

suatu perubahan yang terencana dengan memperkenalkan teknologi dan

penggunaan peralatan baru dalam lingkup instansi. Inovasi memiliki pengertian

yang tidak hanya sebatas membangun dan memperbarui namun juga dapat

didefinisikan secara luas, memanfaatkan ide-ide baru menciptakan produk, proses,

dan layanan.” Pendapat di atas menjelaskan bahwa Inovasi adalah perubahan yang

terenacana dengan matang. Pelaksanaan inovasi didahului adanya kajian terlebih

dahulu mengenai inovasi yang akan dilakukan. Inovasi dapat dilakukan dengan

penggunaan teknologi informasi dan peralatan yang baru dalam organisasi

pemerintahan. Inovasi dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan ide-ide

baru yang diciptakan dalam suatu proses pelayanan. Dengan kata lain, inovasi

dilakukan untuk memperbaiki kualitas pelayanan bagi masyarakat. Inovasi

diperlukan dalam penyelenggaraan suatu organisasi baik sektor swasta maupun

organisasi sektor publik seperti instansi pemerintahan. Inovasi dalam organisasi

pemerintahan menjadi suatu tuntutan bagi instansi pemerintahan menyusul

semakin meningkatnya desakan dari publik akan adanya peningkatan kinerja dari

instansi pemerintahan agar mampu menyelesaiakan permasalahan di dalam

kehidupan masyarakat melalui suatu program dan pelayanan. Inovasi merupakan

langkah solutif dari organisasi sektor publik untuk mengatasi persoalan yang

terjadi di masyarakat dan upaya untuk mengikuti perkembangan zaman yang terus

berubah terutama berkembangnya teknologi informasi.

Pada konteks yang spesifik, pada tataran pemerintah daerah, secara normatif

dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,


12

Pasal 386 disebutkan bahwa inovasi pemerintah daerah adalah semua bentuk

pembaruan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah. Pembaruan ini

bertujuan untuk meningkatkan kinerja tata kelola pemerintahan daerah, termasuk

dalam peran pemerintah untuk penyelenggaran pemerintahan daerah, pelaksanaan

pembangunan dan pelayanan publik. (Dikutip dari Undang Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah).

2. Kategori Inovasi

Menurut Christensen dan Laergreid dalam Latifah, et al. (2023:174) apabila

inovasi dilihat dari segi proses, inovasi juga dapat dibedakan dalam dua kategori

yaitu:

a. Sustaining innovation (inovasi terusan) merupakan proses inovasi yang

membawa perubahan baru namun dengan tetap mendasarkan diri pada kondisi

pelayanan dan sistem yang sedang berjalan atau produk yang sudah ada.

b. Discontinues innovation (inovasi terputus) merupakan proses inovasi yang

membawa perubahan yang sama sekali baru dan tidak lagi berdasar pada

kondisi yang sudah ada sebelumnya.

3. Penerapan Inovasi Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Inovasi di sektor publik adalah salah satu jalan atau bahkan

“breakthrough” untuk mengatasi kemacetan dan kebuntuan organisasi di

sektor publik. Karakteristik dari sistem di sektor publik yang rigid, kaku

dan cenderung status-quo harus mampu dicairkan melalui penularan

budaya inovasi. Inovasi yang biasanya hanya akrab di lingkungan dinamis

seperti di sektor bisnis, perlahan mulai disuntikkan ke lingkungan sektor


13

publik. Sinyal perubahan pun menunjukkan positif, di mana inovasi mulai

mendapat tempat di sektor publik. Budaya inovasi ini harus dapat

dipertahankan dan dikembangkan lebih baik lagi. Hal ini tidak terlepas

dari dinamika eksternal dan tuntutan perubahan yang sedemikian cepat,

yang terjadi di luar organisasi publik. Selain itu perubahan di masyarakat

dengan tingkat literasi yang lebih baik, mempunyai kesadaran (awareness)

yang lebih baik akan haknya. Dengan demikian maka sektor publik dapat

menjadi sektor yang dapat mengakomodasi dan merespon secara cepat

setiap perubahan yang terjadi (Latifah, et al. (2023:176))

B. Komunikasi

1. Definisi Komunikasi

Komunikasi dipandang sebagai arus informasi dan emosi yang terdapat

dalam suatu kelompok baik secara vertical maupun horizontal dalam arti

perhubungan atau persambungan wahana. Istilah komunikasi atau dalam Bahasa

Inggris communication berasal dari bahasa Latin cmmunicatio, dan bersumber

dari kata communis yang artinya “membuat kebersamaan atau membangun

kebersamaan antara dua orang atau lebih” (Effendi,2018:187). Hal yang senada

diungkapkan oleh Cangara dalam Priansa (2017:104) bahwa komunikasi

berpangkal pada perkataan Latin communis yang artinya membuat kebersamaan

atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Lebih lanjut

dinyatakan bahwa komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi manusia

yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya, baik secara disengaja maupun
14

tidak. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, namun

juga ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.

Secara terminologi, para ahli komunikasi memberikan pengertian

komunikasi menurut sudut pandang dan pendapat mereka masing-masing.

Vardiansyah dalam Purba (2021:16) mengungkapkan beberapa definisi

komunikasi secara istilah yang dikemukakan para ahli :

a. Jenis & Kelly menyebutkan “komunikasi adalah suatu proses melalui

mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya

dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk

perilaku orang lainnya (khalayak)”

b. Berelson & Stainer “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian

informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui

penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-

angka, dan lain- lain

c. Gode “Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari

yang semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang)

menjadi dimiliki dua orang atau lebih”

d. Brandlun “Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan

untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif,

mempertahankan atau memperkuat ego”

e. Resuch “Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu

bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan”


15

f. Weaver “Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran

seseorang dapat memengaruhi pikiran orang lainnya”.

Pada setiap komunikasi, penyampaian informasi yang dillakukan manusia

umumnya berupa pikiran, ide atau gagasan, niat, maksud, perasaan, maupun

emosi dilakukan secara langsung dan kita kenal sebagai komunikasi. Komunikasi

adalah setiap tindakan di mana satu orang memberikan atau menerima informasi

dari orang lain tentang kebutuhan orang itu, keinginan, persepsi dan pengetahuan.

Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang paling penting dalam kehidupan

bermasyarakat. Hal ini terlihat di kehidupan manusia yang umumnya selalu

berkelompok membentuk suatu komunitas dan selalu terjadi aktivitas komunikasi.

Sepanjang kehidupan manusia kegiatan komunikasi berlangsung dari hari ke hari

dan waktu ke waktu selama mereka melakukan aktivitasnya. Hal ini disebabkan

karena komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia (Effendi, 2018:192).

Komunikasi sebagai sarana utama dalam melakukan kegiatan dan kehidupan

manusia sehari-hari disebut juga sebagai kebudayaan. Komunikasi dalam suatu

negara selain menggunakan Bahasa negara juga dipengaruhi oleh budaya yang

ada di dalam negara tersebut. Itu sebabnya dalam suatu peradaban sistem

komunikasi suatu negara mengalami perubahan sesuai peradaban atau zaman yang

disepakati oleh anggota pemerintahan dan masyarakatnya. Komunikasi

pemerintahan adalah penyampaian ide, gagasan, isi pikiran/pernyataan, informasi

dari pemerintah, kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan negara. Dalam

hal ini pemerintah sebagai komunikator dan masyarakat sebagai penerima

informasi dan bisa berlaku juga sebaliknya. Namun pemerintah memiliki


16

kewenangan sekaligus bertanggung jawab mempertimbangkan atau merespon

sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku (Simbolon, 2022:179)

Komunikasi merupakan proses aktivitas yang paling mendasar dilakukan

dalam kehidupan manusia. Komunikasi memberikan pengaruh yang sangat besar

dalam interaksi yang terjadi setiap harinya. Komunikasi membangun hubungan

antar manusia baik dari beragam golongan, umur, kepentingan maupun jarak.

Semua manusia dapat menunjukkan keberadaan dirinya dengan memahami

kehendak, sikap, dan perilaku yang ditunjukkan dalam komunikasi. Pengaruh

Komunikasi mampu meningkatkan cakrawala berpikir seseorang menjadi semakin

luas. Komunikasi juga dapat meningkatkan keharmonisan dalam hubungan

antarmanusia, tetapi dapat juga menimbulkan perang antar bangsa. Oleh karena

itu komunikasi tidak hanya dipandang sebagai seni yang dapat diaplikasikan,

namun juga sebagai ilmu yang dapat dipelajari, dan sebagai lapangan kerja yang

sangat menjanjikan (Simbolon, 2022:181).

2. Komunikasi Pemerintah

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan baik secara verbal

ataupun non-verbal dari individu yang satu kepada individu lainnya guna

mencapai suatu tujuan. Pemerintah adalah kumpulan organ, badan atau organisasi,

perangkat negara atau aparatur negara yang melaksanakan berbagai kegiatan atau

kegiatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan negara (Haryanto dalam Aprilia &

Nurchotimah, 2022:74). Komunikasi pemerintah yakni proses penyampaian

sebuah ide, strategi dan gagasan pemerintah pada kelompok masyarakat dengan

maksud agar suatu tujuan negara dapat tercapai (Hasan dalam Aprilia &
17

Nurchotimah, 2022:74). Maksud dari komunikasi pemerintah dalam konteks ini

yakni dikategorikan sebagai komunikatornya, dan yang menjadi komunikan

adalah masyarakat. Namun, hal tersebut bisa berbalik, masyarakat dapat menjadi

komunikator ketika menyampaikan gagasan pada pemerintah dan di sini

pemerintah berperan sebagai komunikan untuk menganalisis apa yang diharapkan

oleh masyarakat tersebut. Dalam hal itu, pemerintah tentunya harus memenuhi

keinginan masyarakat dengan mempertimbangkan sesuai ketentuan yang

ditetapkan. Komunikator sangatlah penting dalam berkomunikasi, sehingga

komunikator pemerintah juga akan menentukan efektivitas dalam melangsungkan

komunikasi. Selain itu, komunikasi pemerintah juga harus bisa menyesuaikan

terhadap perubahan pemerintahan yang semula goverment kini menjadi

governance. Oleh karenanya, akan terjadi komunikasi serta persuasi dengan

menyediakan berbagai informasi pada masyarakat luas agar dapat mengawal

jalannya pemerintahan.

Di sisi lain, fungsi komunikasi pemerintah menurut Hasan yang dikutip

dalam Aprilia & Nurchotimah, (2022:75) adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi kepada masyarakat luas;

b. Menjelaskan dan mendukung keputusan yang diambil;

c. Mempertahankan nilai-nilai dan mempromosikan perilaku yang

bertanggung jawab;

d. Mendukung dialog antara lembaga dan warga.


18

Di samping itu, berbagai kendala dihadapi oleh pemerintah. Simon,

Smithburg, dan Thomson dari Buku Pegangan Komunikasi Administratif

telah menulis hambatan untuk komunikasi pemerintah:

a. Kendala bahasa

Komunikasi dapat terganggu jika penerima pesan menggunakan kata-

kata yang tidak tepat dan tidak dapat dipahami.

b. Kerangka acuan

Setiap orang memiliki kerangka acuan yang berbeda dan hal ini dapat

memengaruhi efektivitas pesan yang disampaikan.

c. Kesenjangan status

Ini berkaitan dengan hambatan dalam model komunikasi organisasi

yang diadopsi oleh organisasi pemerintah.

d. Letak geografis

Letak geografis yang memiliki jarak cukup jauh antara pemerintah

dan warga dapat menghambat komunikasi pemerintah.

e. Perlindungan diri terhadap pemrakarsa

Mengacu pada kesediaan penerima pesan untuk menerima pesan.

f. Tekanan kerja lainnya

Tekanan kerja yang dialami dapat menyebabkan kehilangan prioritas

dalam mengirim dan menerima pesan.

g. Pembatasan yang disengaja pada proses komunikasi


19

Mengacu pada sensor pemerintah atas pengiriman dan penerimaan

pesan (Aprilia & Nurchotimah, (2022:78))

C. Good Governance

Konsep kepemerintahan (governance) merupakan salah satu isu sentral

berkenaan dengan manajemen organisasi publik. Hal ini seiring dengan adanya

tuntutan yang semakin meningkat dari publik berkenaan dengan penyelenggaraan

pemerintahan yang baik seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran publik

tentang kualitas pelayanan publik yang perlu ditingkatkan. Isu ini juga terkait

dengan adanya perubahan paradigma dari penyelenggaraan pemerintahan yang

bersifat konvensional atau tradisional menuju paradigma baru yang lebih

memberdayakan publik sebagai stakeholders utama dalam pemerintahan atau

sering disebut juga dengan istilah dari pemerintah (government) menjadi tata

pemerintahan (governance) sebagai salah satu perwujudan publik yang semakin

modern. Tujuan utama implementasi good governance adalah membangun “the

professional government”, bukan dalam arti pemerintah yang dikelola para

teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai kualifikasi profesional, yaitu

mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan yang memadai dan kompeten di

bidangnya (Priansa, 2017:26).

1. Definisi Good Governance

Organisasi birokrasi yang tumang tindih, gemuk, sistem, metode, dan

prosedur kerja yang belum tertib, ASN yang belum profesional, tidak netral,

praktik korupsi yang masih terjadi, kolusi dan nepotisme masih mengakar,

koordinasi, integrasi yang kurang baik, sinkronisasi program belum terarah, dan
20

disiplin serta etos kerja aparatur negara masih rendah adalah sebagian dari

gambaran buruknya sistem pelayanan publik dan birokrasi di Indonesia. Pada

hakikatnya good governance bermakna kegiatan suatu lembaga pemerintah yang

dijalankan berdasarkan kepentingan rakyat dan norma yang berlaku untuk

mewujudkan cita-cita Negara (Sadjijono dalam Rahmadana, 2020:6-7). Pendapat

lain menyebutkan bahwa good governance adalah bagaimana pemerintah

berinteraksi dengan masyarakat dan mengelola sumber-sumber daya dalam

pembangunan.

Konsep good governance lahir dari pergolakan krisis yang terjadi di Afrika

tahun 1989 hingga 1990-an. Krisis tersebut dinilai oleh Bank Dunia (World Bank)

sebagai kegagalan dalam pembangunan yang diakibatkan oleh buruknya

pemerintahan (bad governanve atau poor governance). Kegagalan tersebut

merupakan kekeliruan dari pengembangan kapasitas institusional (institutional

capacity building). Seiring dengan bantuan yang diberikan maka pada tahun 1990-

an konsep tersebut mengalami revitalisasi menjadi rubrik governance for

development dalam rangka mendorong reformasi ekonomi dan demokratisasi

politik yang diarahkan pada pemerintahan yang baik. Rubrik tersebut kemudian

dikembangkan dan dipopulerkan menjadi governance melalui buku yang terbit

pada tahun 1992 dengan judul : “Governance and Development”. Pengembangan

tersebut dimaksudkan untuk menguatkan negara-negara penerima bantuan

(recipient) untuk melaksanakan reformasi pemerintahan dan pelayanan publik,

yang diharapkan mampu mengurangi praktik korupsi dan kekeliruan dalam

pemerintahan (Priansa, 2017:26-27)


21

Good governance secara etimologis terdiri dari dua kata yaitu “good” dan

“governance”. “Good” berasal dari bahasa Inggris yang berarti baik, sedangkan

kata “Governance” berasal dari bahasa Perancis Kuno yang berarti pengendalian

(control) dan suatu keadaan yang berada dalam kondisi terkendali (the state of

being governed), yang kemudian dapat dipahami sebagai nakhoda sebuah kapal

(the idea of steering or captaining a ship). Secara istilah, pengertian good

governance dapat ditinjau dari dua segi yang berbeda, yaitu good government

governance dan good corporate governance. Good government governance

dilihat dari sudut pandang organisasi publik sedangkan good corporate

governance dilihat dari sudut pandang organisasi bisnis.

Good governance berorientasi pada dua hal penting, yaitu: Pertama,

orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan bernegara; orientasi

ideal negara mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan

komponen konstituen / pemilihnya seperti: legitimasi, apakah pemerintah dipilih

dan mendapat kepercayaan rakyat; akuntabilitas (kewajiban memberi

pertanggungjawaban/ menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang

atau badan hukum/ pimpinan organisasi kepada pihak yang memiliki

hak/kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban); serta

Kedua, pemerintah yang mampu melaksanakan fungsinya secara ideal, yaitu

efektif dan efisien melakukan upaya pencapaian tujuan bernegara.

Good governance sebagai kebijakan - kebijakan yang menyokong

perkembangan masyarakat (termasuk mengembangkan kemampuan sektor swasta

untuk menciptakan lapangan kerja), penyelenggaraan kepemerintahan yang


22

berdemokrasi, desentralisasi, konsensus, serta akuntabel (dengan memfungsikan

badan pembuat undang-undang, dan sistem perundangan yang pantas bagi

penegakan hukum dan perlindungan HAM). Dengan demikian, tiga pilar utama

yang mendukung kemampuan dalam mengimplementasikan good governance

adalah:

1. Negara/Pemerintah. Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah

kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor

swasta dan kelembagaan masyarakat beradab.

2. Sektor Swasta. Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta

yang aktif dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti: industri

pengolahan perdagangan, perbankan dan koperasi, termasuk kegiatan

sektor informal.

3. Masyarakat (Civil Society). Kelompok masyarakat dalam konteks

kenegaraan pada dasarnya ruberada di antara atau di tengah-tengah

antara pemerintah dan in perseorangan, yang mencakup baik

perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara

sosial, politik, dan ekonomi.

Ketiga unsur tersebut, yaitu pemerintah, dunia usaha swasta dan

masyarakat harus secara bersama-sama mengadakan hubungan kemitraan

berupaya mewujudkan terlaksananya good governance. Prioritas

pembangunan atau pengembangan sumber daya aparatur diarahkan pada

penciptaan good governance dengan kebijakan yang mengarah kepada

penerapan prinsip-prinsip good governance (Priansa, 2017:28-29)


23

Dari berbagai definisi yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa

good governance mengandung arti kegiatan suatu lembaga pemerintah yang

dijalankan berdasarkan kepentingan rakyat dan norma yang berlaku untuk

mewujudkan cita-cita negara dimana kekuasaan dilakukan oleh masyarakat yang

diatur dalam berbagai tingkatan pemerintahan negara yang berkaitan dengan

sumber-sumber sosial-budaya, politik, dan ekonomi. Dapat juga didefinisikan

sebagai suatu sistem dan mekanisme yang mengatur pola hubungan antara

pemerintah, dunia usaha/swasta, dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih, demokratis, dan efektif, dan efisien sesuai dengan cita-

cita terbentuknya masyarakat madani yang makmur, sejahtera dan mandiri.

D. Pelayanan Publik

1. Konsep Pelayanan Publik

Istilah pelayanan berasal dari kata ‘layan’ yang artinya menolong

menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan

melayani. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara

ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan

kehidupan manusia. Sementara itu, istilah publik berasal dari Bahasa Inggris

public yang berarti umum, masyarakat, negara. Kata publik sebenarnya sudah

diterima menjadi bahasa Indonesia baku menjadi publik yang berarti umum, orang

banyak, ramai (Sinambela dikutip dalam Nurhadi, 2018:139).

Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63

Tahun 2003 telah dijelaskan bahwa pengertian pelayanan publik adalah segala

kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik


24

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan

kebutuhan peraturan perundangundangan. Sedangkan penyelenggara pelayanan

publik dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 tahun

2003 diuraikan bahwa Instansi Pemerintah sebagai sebutan kolektif yang meliputi

Satuan Kerja/ satuan organisasi Kementerian, Departemen, Lembaga Pemerintah

Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, dan

Instansi Pemerintah lainnya, baik pusat maupun Daerah termasuk Badan Usaha

Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, menjadi penyelenggara palayanan

publik (Dikutip dari Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :

63/KEP/M.PAN/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan

Publik).

Sementara pengguna jasa pelayanan publik adalah orang, masyarakat,

instansi pemerintah dan badan hukum yang menerima layanan dari instansi

pemerintah. Dari beberapa pengertian pelayanan publik yang diuraikan tersebut,

dalam konteks pemerintah daerah, pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai

pemberian layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat

dan/atauorganisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai

dengan aturan pokok dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk

memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan (Andriansyah, 2021:14).

Tugas pokok pemerintah sebagai organisasi publik adalah memberikan

pelayanan kepada masyarakat, sehingga aparatur pemerintah memiliki kewajiban

dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan publik dengan baik dan dapat

memuaskan semua pihak serta harus mampu mengembangkan kemampuan dan


25

kreativitasnya untuk memberikan pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan

masyarakat karena kualitas pelayanan kepada masyarakat menjadi salah satu

indikator dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah, dan bukan sebaliknya

pemerintah minta dilayani oleh masyarakat. Untuk itu, pemerintah berkewajiban

memenuhi kebutuhan masyarakat dan melindungi kepentingan masyarakat agar

masyarakat dapat terpuaskan dari segi pelayanan. Pelayanan pemerintah kepada

masyarakat yang dikenal dengan pelayanan umum (public service) atau yang di

Indonesia populer dengan sebutan pelayanan publik. Pelayanan publik merupakan

isu yang sangat strategis karena interaksi antara pemerintah dan masyarakat.

(Solong & Muliadi, 2020:76-77).

Secara konsep, pelayanan publik cenderung menjadi konsep yang sering

digunakan oleh banyak pihak, baik dari kalangan praktisi maupun ilmuwan,

dengan makna yang berbeda-beda. Dalam sejarah perjalanan administrasi publik,

pelayanan publik semula dipahami secara sederhana sebagai pelayanan yang

diselenggarakan oleh pemerintah. Semua barang dan jasa yang diselenggakan oleh

pemerintah kemudian disebut sebagai pelayanan publik. Literatur terdahulu

umumnya menjelaskan bahwa whatever government does is public service.

Pendapat seperti itu dahulu dapat dimaklumi karena pemerintah pada saat itu

hanya peduli untuk menyelenggarakan pelayanan yang menjadi barang publik

atau pelayanan yang menurut kesepakatan politik dan pertimbangan moral dinilai

penting bagi kehidupan warganya. Namun ketika telah terjadi perubahan peran

pemerintah dan non-pemerintah dalam penyelenggaraan layanan yang menjadi

hajat hidup orang banyak dalam era sekarang ini maka definisi pelayanan publik
26

seperti yang telah disebutkan di atas perlu dipikirkan kembali. (Dwiyanto,

2015:14).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik dalam Bab I Pasal 1 menyatakan bahwa Pelayanan

publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap

warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif

yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Dalam undang-undang

yang sama pada Bagian Ketiga Ruang Lingkup Pasal 5 menyatakan bahwa (1)

ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik

serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;

(2) ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi pendidikan,

pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi,

lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan,

sumber daya alam, pariwisata, dan sektor strategis lainnya. (Dikutip dari Undang

Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik).

Pelayanan publik menurut Subarsono dalam Dwiyanto (2008:136)

merupakan suatu produk dari birokrasi publik yang selalu diterima oleh warga

masyarakat sebagai unsur pengguna pelayanan maupun oleh masyarakat secara

luas. Karena itu pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai suatu serangkaian

aktivitas yang dilakukan oleh lembaga birokrasi publik untuk memenuhi segala

bentuk kebutuhan dari warga pengguna.


27

Menurut Sarundadjang dalam Maulidiah (2014:12) bahwa manfaat dari

suatu pelayanan publik yang baik bagi penyelenggaraan sistem pemerintahan

daerah di Indonesia ke depan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan citra pemerintahan daerah

2. Meningkatkan kualitas pemerintahan

3. Menciptakan nilai baik berupa profit atau benefit bagi publik dan

pemerintah.

Oleh karena itu, keberadaan dari citra pemerintah di tengah-tengah

masyarakat dalam suatu proses pelayanan publik akan sangat terkait

dengan kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh unsur pemerintah

itu sendiri kepada masyarakat, apabila pelayanan publik dilaksanakan

dengan baik dan maksimal oleh instansi pemerintah maka di mata

masyarakat citra dan marwah dari pemerintah tentu akan berada pada

kategori baik pula, dan seiring dengan itu maka kualitas dari output unsur

pemerintahan dalam pelayanan publik juga akan meningkat, serta akan

terciptanya suatu nilai-nilai profit atau benefit baik bagi kepentingan

publik yang dilayaninya maupun bagi kepentingan instansi pemerintah

yang berkewajiban untuk memberikan pelayanan publik kepada unsur

masyarakat.

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik pada dasarnya menuntut

keterlibatan seluruh komponen pemangku kepentingan, baik birokrasi di

lingkungan pemerintah, swasta sebagai perpanjangan tangan pemerintah dan

masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah pemerintah yang


28

dekat dan mengayomi masyarakat dan dalam memberikan pelayanan harus sesuai

dengan kebutuhan masyarakat. Esensi pemerintahan yang baik (good governance)

dapat dilihat dengan terlaksananya pelayanan publik yang baik. Hal ini sesuai

dengan ruh kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang bertujuan untuk

memberikan fleksibilitas kepada daerah untuk mengatur dan mengelola daerahnya

masing-masing demi peningkatan pelayanan publik. (Rahmadana, 2020:11)

Dalam Rahmadana (2020:12-23) disebutkan salah satu tugas pokok

terpenting pemerintah adalah memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.

Pelayanan publik merupakan pemberian jasa oleh pemerintah, pihak swasta atas

nama pemerintah, ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan pembiayaan

maupun gratis guna memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyarakat. Ada tiga

alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai

mengembangkan dan menerapkan good governance di Indonesia, yaitu:

1. Pelayanan publik selama ini menjadi bagian penting di mana negara

diwakili pemerintah berinteraksi dengan masyarakat. Keberhasilan

dalam pelayanan publik akan mendorong tingginya dukungan

masyarakat terhadap kinerja pemerintahan.

2. Pelayanan publik adalah tempat di mana berbagai aspek pemerintahan

yang bersih dan good governance dapat diartikulasikan secara mudah.

3. Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur pemerintahan,

yaitu : pemerintah, swasta, masyarakat, dan mekanisme pasar.

Tujuan pelayanan publik adalah memberikan kepuasan dan layanan

yang sesuai dengan keinginan masyarakat atau pelayanan pada umumnya.


29

Agar dapat mencapai target tersebut maka kualitas pelayanan yang sesuai

dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat harus menjadi target

pemerintahan.

Pada hakekatnya suatu pelayanan publik memiliki suatu ruang

lingkup yang sangat luas, tidak hanya terbatas pada pelayanan dalam arti

sempit, yakni pada proses pelayanan tatap muka antara unsur yang

melayani (pemerintah) dengan orang yang dilayani (publik) akan tetapi

juga terletak pada seluruh proses pemenuhan berbagai macam kebutuhan

dari masyarakatnya (pelayanan dalam arti luas). Oleh karena itu, secara

umum ruang lingkup dari pelayanan publik tersebut terbagi menjadi 2

bentuk yaitu pelayanan dalam arti luas dan pelayanan dalam arti sempit.

Pelayanan publik dalam arti luas merupakan suatu proses pemenuhan

kebutuhan masyarakat secara umum oleh lembaga birokrasi pemerintah.

Sedangkan pelayanan publik dalam arti yang sempit merupakan pelayanan

publik yang dilakukan secara tatap muka oleh seorang praktisi pelayanan

publik (aparatur pemerintah) dengan seorang masyarakat yang ingin

mengurus keperluan administrasi (Sri Maulidiah, 2014:26).

Pelayanan prima organisasi publik jika mampu diimplementasikan

dengan baik akan mampu membangun hubungan jangka panjang dengan

stakeholders organisasi publik. Kompetensi pelayanan prima menyangkut:

1. Kemampuan (Ability)

Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh

pegawai organisasi publik untuk menunjang pekerjaannya dan


30

mendukung kegiatan operasional organisasi publik tercapai dengan

optimal. Seorang pegawai organisasi publik yang profesional akan

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik mengenai soft skills

maupun hard skills pekerjaan di organisasi publik.

2. Sikap (Attitude)

Sikap terkait dengan perilaku atau perangai yang ditampilkan oleh

pegawai organisasi publik ketika ia melaksanakan pekerjaan dan

berhubungan dengan relasi organisasi publik. Pegawai organisasi

publik harus bersikap dan berperilaku yang lugas dalam membangun

hubungan jangka panjang dengan stakeholders organisasi publik.

3. Penampilan (Appearance)

Penampilan terkait dengan tampilan fisik maupun nonfisik dari

pegawai organisasi publik. Seorang pegawai organisasi publik yang

profesional harus mampu berpenampilan menarik, baik secara fisik

maupun non fisik, sehingga ia mampu menjadi “magnet” dalam

membangun hubungan jangka panjang (Priansa, 2017:65)

Berbagai kebutuhan masyarakat di zaman sekarang terhadap

pelayanan publik yang efektif akan semakin meningkat. Kredibilitas

pemerintah sangat dipertimbangkan dalam memecahkan persoalan terkait

sistem pelayanan publik agar masyarakat bisa memiliki kepuasan terhadap

pelayanan publik yang ada di Indonesia. Pemerintah dapat berperan

sebagai komunikator yang menyampaikan gagasan kepada masyarakat

untuk mencapai suatu tujuan negara. Namun, pemerintah juga dapat


31

bertindak sebagai komunikan untuk meninjau berbagai keluhan dan saran

masyarakat mengenai sistem pelayanan publik. Pemerintah harus bisa

terbuka dan cekatan dalam menanggapi berbagai persoalan pelayanan

publik. Tidak boleh adanya batasan antara pemerintah dengan masyarakat

yang menyebabkan proses komunikasi terhambat (Maryam dalam Aprilia

& Nurchotimah, 2022:81). Para penyelenggara pelayanan publik pun harus

mampu bersifat adil tanpa harus berpihak dan menguntungkan suatu elit

politik tertentu, tetapi harus juga berpihak kepada masyarakat. Pemerintah

saat ini berupaya untuk menghubungkan tata kelola pemerintahan yang

baik (good governance) dengan sistem pelayanan publik, korelasi antara

keduanya memang sudah cukup jelas terlihat. Pelayanan publik yang

efektif dapat menimbulkan kesejahteraan di lingkungan masyarakat. Untuk

mencapai keefektifan dalam sistem pelayanan publik, komunikasi

pemerintah tentu harus diterapkan dengan baik. Jika komunikasi

pemerintah sudah terjalin dengan baik, setidaknya berbagai keluhan

mengenai ketidakpuasan masyarakat terhadap sistem pelayanan publik

dapat berkurang secara perlahan. Pemerintah dan komunikator lainnya

yang berperan sebagai pihak penyelenggara publik harus bisa

mendengarkan aspirasi masyarakat. Berkurangnya kepercayaan

masyarakat terhadap pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik

akan dianggap sebagai hal wajar jika persoalan- persoalan pelayanan

publik selalu terulang kembali. Selain itu, pemerintah juga harus bisa

mengajak masyarakat agar turut aktif dalam upaya pengawasan pelayanan


32

publik (Nurchotimah, 2021:47). Masyarakat harus bisa terlibat dalam

setiap proses perumusan dan pengambilan kebijakan publik, karena

kebijakan-kebijakan itu sasarannya adalah masyarakat, sehingga

masyarakat juga memiliki kebebasan untuk berpendapat agar kebijakan

tersebut dapat mencapai suatu keputusan bersama bukan hanya keputusan

sepihak yang menguntungkan salah satu golongan saja, hal ini tentu

didasarkan pada prinsip demokrasi. Penyelenggaraan pelayanan publik

dijadikan acuan keberhasilan pemerintah dalam menjalankan tugasnya.

Artinya, jika pelayanan publik belum bisa terlaksana dengan baik sesuai

dengan Undang-Undang yang berlaku, maka pemerintah belum bisa

dikatakan berhasil dalam mengelola jalannya pemerintahan, sebab

pelayanan publik di dalamnya mencakup berbagai komponen penting

governance. Harapan Indonesia untuk mewujudkan good governance

sangat tinggi. Namun, hal tersebut masih terhambat karena selalu

munculnya persoalan yang berkaitan dengan sistem politik dan

pemerintahan. Beragamnya kasus penyimpangan dalam pengambilan

kebijakan, membuat masyarakat selalu menuntut adanya transparansi dari

pejabat publik dalam melaksanakan pemerintahan. Transparansi

merupakan salah satu karakteristik yang harus dimiliki oleh good

governance dan menjadi aspek penting dalam pelayanan publik. Oleh

karena itu, komunikasi pemerintah benar-benar harus terealisasi dengan

baik, sebab menjadi faktor pendukung terjadinya pelayanan publik yang

efektif dan efisien (Aminulloh, Setyawan, & Fauzan dalam Nurchotimah,


33

2021:49). Pemerintah harus mampu memberikan informasi kepada

masyarakat luas dan menjelaskan secara rinci terkait kebijakan-kebijakan

yang diterapkan, sehingga di sini masyarakat mendapatkan transparansi

dan tata kelola pemerintahan pun dapat berjalan dengan baik jika tidak ada

tuntutan dari kalangan masyarakat. Oleh karenanya, sudah sangat jelas jika

komunikasi pemerintah tentu sangat berkaitan dengan penyelenggaraan

pelayanan publik di Indonesia. Jika komunikasi pemerintah dapat

terlaksana dengan baik, maka sistem pelayanan publik pun akan berjalan

dengan efektif dan good governance dapat terwujud sesuai dengan

harapan.

Jenis Pelayanan yang terdapat pada Distrik Aimas Kabupaten

Sorong dintaranya yaitu : Pembuatan Kartu Keluarga (KK), Pembuatan

Kartu Tanda Penduduk (KTP), Pengurusan Keterangan Domisili, dan

Pengaduan Warga.
34

E. Kerangka Pikir

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Inovasi Komunikasi Pemerintah Dalam Mewujudkan Good


Governance Melalui Pelayanan Publik Di Distrik Aimas
Kabupaten Sorong

Undang-Undang Indikator pelayanan prima


Nomor 25 Tahun
menurut Donni Juni
2009 Tentang Teori.
Pelayanan Publik. Priansa (2017: 65)
1. Inovasi
1. Kemampuan
Keputusan Menteri 2. Komunikasi
Pendayagunaan (ability) 3. Good
Aparatur Negara
2. Sikap (attitude) Governance
Nomor 63 Tahun
2003 Tentang 3. Penampilan 4. Pelayanan
Pedoman Umum Publik
(appearance)
Penyelenggaraan
Pelayanan Publik.

Peningkatan Kualitas Komunikasi Pemerintah Melalui


Pelayanan Publik Agar Terwujudnya Good
Governance di Distrik Aimas Kabupaten Sorong
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, untuk mendeskripsikan bagaimana inovasi komunikasi pemerintah

untuk mewujudkan good governance melalui pelayanan publik di Kantor Distrik

Aimas. Sugiyono (2017:25) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan

data di lakukan secara triangulasi (gabungan), Analisis data bersifat induktif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik

karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting);

disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih

banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai

metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat

kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono,

2013:7-8)
36

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam rentang waktu Maret-Mei 2024 dengan

tempat penelitian berlokasi di Kantor Distrik Aimas Kabupaten Sorong.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

No Bulan
Kegiatan
. Januari Februari Maret April Mei

1. Pengajuan Judul Proposal

2. Observasi & Penyusunan


Proposal
3. Seminar Proposal

4. Penelitian & Pengumpulan Data

5. Proses Penyusunan Skripsi

6. Sidang Skripsi

C. Penentuan Informan

 Kepala Distrik : 1 orang

 Sekretaris : 1 orang

 Pegawai Bagian Pelayanan : 1 orang

 Masyarakat : 3 orang

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Wekke (2019:79) Teknik Pengumpulan Data adalah merupakan

salah satu langkah yang sangat strategis dan sangat penting dalam penelitian

karena tanpa mengetahui atau melalui teknik pengolahan data yang baik maka
37

seorang peneliti tidak akan mendapatkan data yang akurat dan memenuhi standar

data yang ditetapkan.

1. Teknik Observasi

Menurut Sugiono (2017:137) sebagai teknik pengumpulan data mempunyai

ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara

dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, observasi tidak terbatas pada

orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Observasi yaitu dengan

melakukan pengamatan langsung tentang objek yang akan di teliti, serta

melakukan pencatatan secara sistematis tentang hal tertentu yang di amati.

Menurut Patton dalam Wekke (2019:83), tentang manfaat observasi adalah

sebagai berikut : 1) Peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam

keseluruhan data sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau

menyeluruh. 2) Peneliti akan memperoleh pengalaman langsung, sehingga

memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi

oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka

kemungkinan melakukan penemuan atau discovery. 3) Peneliti dapat melihat hal–

hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada

dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan

terungkapkan dalam wawancara. 4) Peneliti dapat menemukan hal–hal yang

sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena

bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. 5)

Peneliti dapat menemukan hal–hal yang di luar persepsi responden, sehingga

peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif. 6) Peneliti tidak hanya


38

mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan–kesan pribadi, dan

merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

2. Teknik Wawancara

Menurut Sugiono (2017:45) wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-

hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit kecil.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan terstruktur karena peneliti menggunakan pedoman wawancara yang

disusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data yang dicari.

Metode wawancara yang digunakan oleh penyusun adalah menghubungi dan

bertanya (berkomunikasi langsung) dengan responden guna mendapatkan data dan

informasi di lapangan. Pihak yang dimaksud dengan responden dalam penelitian

ini adalah Pegawai Kantor Distrik Aimas Kabupaten Sorong dan juga masyarakat

di wilayah Distrik Aimas.

3. Dokumentasi

Menurut Hamadi dalam Hidayat (2021:80), metode dokumentasi adalah

informasi yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi

maupun perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar

oleh peneliti untuk memperkuat hasil penelitian. Dokumentasi bisa berbentuk

tulisan, gambar atau karya-karya monumentel dari seseorang. Pengumpulan data

dengan cara dokumentasi merupakan suatu hal dilakukan oleh peneliti guna

mengumpulkan data dari berbagai hal media cetak membahas mengenai


39

narasumber yang akan diteliti. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai

hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, dan sebagainya.

Metode ini di gunakan pada saat penelusuran informasi yang bersumber dari

dokumentasi anggota bersangkutan dan yang mempunyai relevansi dengan tujuan

penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2017:243) Dalam penelitian kualitatif, data di peroleh

dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang

bermacam-macam dan di lakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah data

kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka serta

tidak dapat disusun dalam kategori struktur klasifikasi.

Data peneliti dikumpulkan dengan aneka macam cara, observasi wawancara,

dan umumnya diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan melalui

pencatatan, pengetikan, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata

yang biasanya di susun kedalam teks yang diperluas dan tidak menggunakan

perhitungan matematis atau statistik sebagai alat bantu analisis.

Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan dalam Wekke (2019:91)

menyatakan bahwa Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,

menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,


40

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan

yang diceritakan kepada orang lain.

F. Keabsahan Data

Wekke (2019:104) menyatakan banyak hasil penelitian kualitatif yang

diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti

merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang

diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan

ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data

kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.

Selama pelaksanaan penelitian, suatu kesalahan dimungkinkan dapat timbul.

Entah itu berasal dari diri peneliti atau dari pihak informan. Untuk mengurangi

dan meniadakan kesalahan data tersebut, peneliti perlu mengadakan pengecekan

kembali data tersebut sebelum diproses dalam bentuk laporan dengan harapan

laporan yang disajikan nanti tidak mengalami kesalahan.

Ada 3 teknik yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan keabsahan data

dalam suatu penelitian lapangan khususnya pada penelitian kualitatif, adapun tiga

hal yang dimaksud sebagai berikut:

1) Memperpanjang masa pengamatan.

Hal ini memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang

dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi

dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden

terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.


41

2) Pengamatan yang terus menerus.

Dilakukan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang

sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta

memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

3) Triangulasi.

Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

tersebut. Triangulasi juga bisa disebut sebagai teknik pengujian yang

memanfaatkan penggunaan sumber yaitu membandingkan dan mengecek

terhadap data yang diperoleh. Triangulasi dilakukan dengan sumber data

dan penelitian atau pengamat lain. Teknik triangulasi yang digunakan adalah

teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber (wawancara

dan triangulasi) dengan sumber berarti membandingkan dengan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

Triangulasi ini dilakukan dengan cara :

a. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakan secara pribadi.

b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

saling berkaitan.

c. Mengadakan perbincangan dengan banyak pihak untuk mencapai

pemahaman tentang suatu atau berbagai hal.


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Andriansyah. (2021). Inovasi Pelayanan Publik Di Era Pandemi Covid-19.


Moestopo Publishing.
Dwiyanto, A. (2015). Manajemen Pelayanan Publik. Yogyakarta: UGM Press.
Effendi, U. (2018). Asas Manajemen. Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Hayat. (2017). Manajemen Pelayanan Publik. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Hidayat, A. A. (2021). Menyusun Instrumen Penelitian & Uji Validitas-
Reliabilitas. Health Books Publisher.
Maulidiah, S. (2014). Pelayanan Publik, Pelayanan Terpadu Administrasi
Kecamatan (PATEN). Bandung: CV Indra Prahasta.
Nurchotimah, A. S. (2021). Pengawasan Pelayanan Publik. Jejak Pustaka.
Prabowo, H., et al. (2022). Inovasi Pelayanan Pada Organisasi Publik. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Priansa, D. J. (2017). Manajemen Pelayanan Prima, Fokus pada Organisasi
Publik dan Peningkatan Kualitas Aparatur. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Purba, B., et al. (2021). Pengantar Ilmu Komunikasi. Yayasan Kita Menulis.
Rahmadana, M. F., et al. (2020). Pelayanan Publik. Yayasan Kita Menulis.
Simbolon, B. R., et al. (2022). Komunikasi Pemerintahan Dalam Pembangunan
Desa. Purbalingga: Eureka Media Aksara.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Wekke, I. S. (2019). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Penerbit Gawe Buku
(Group Penerbit CV. Adikarya Mandiri).
Sumber Jurnal :

Aprilia, I. A. & Nurchotimah, A. S. I. (2022). Peran Komunikasi Pemerintah


Untuk Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Jurnal
Communication, 13(1), 70-85.
Gemiharto, I. & Juningsih, E. R. (2021). Komunikasi Pemerintahan Dalam
Implementasi Kebijakan Bantuan Sosial Tunai di Kabupaten Bandung.
Jurnal Manajemen Komunikasi, 6(1), 1-22.
Latifah, et al. (2023). Inovasi Pelayanan Publik Elektronik Sistem Aplikasi
Bantuan Kota (SABAKOTA) Kota Tangerang. PUBLIK : Jurnal
Manajemen Sumber Daya Manusia, Adminsitrasi dan Pelayanan Publik,
10(1), 167-180.
Mushaf, M. A. (2022). Peran Komunikasi Masyarakat Terhadap Pemerintah
Untuk Mewujudkan Pelayanan Publik yang Berkualitas. Jurnal
Kewarganegaraan, 6(2), 2809-2816.
Solong, A. & Muliadi. (2020). Inovasi Pelayanan Publik. JAQ Al Qisthi Jurnal
Sosial Dan Politik, 10(2), 76-86.
Wahyono, T. & Aditia, R. (2022). Unsur-Unsur Komunikasi Pelayanan Publik
(Sebuah Tinjauan Literatur). Jurnal Multidisiplin Dehasen (MUDE), 1(4),
489-494.

Undang Undang :
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang


Pemerintahan Daerah.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003


Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Jenis-Jenis Pelayanan di Distrik Aimas Kabupaten Sorong diakses 25 Maret 2024


dari https://aimas.sorongkab.go.id/layanan/

Anda mungkin juga menyukai