Diajukan Oleh :
PINGKY PRAYOGA GUNAWAN
NPM 03.17.056
hamba dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
baik. waktu, pikiran dan tenaga yang tidak terukur diberikan-Nya sehingga skripsi
sendiri, melainkan berkat dukungan yang penulis peroleh dari berbagai pihak.
Oleh karena itulah, dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih dan rasa
1. Ibu Dr. Hj. Lishapsari Prihartini, M. Si, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial
3. Ibu Indah Pusnita, S.Sos., M.Si Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah
6. Kepada kedua orang tuaku tercinta, ayahanda dan ibunda atas jasa,
pengorbanan dukungan baik moril maupun materi serta doa yang tiada
iii
hentinya sejak penulis masih dalam kandungan hingga studi di jenjang
Universitas.
skripsi ini.
Penulis sepenuhnya sadar dalam penulisan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan dan menjadi bahan pembelajaran bagi penulis untuk lebih giat dan
teliti dalam proses penulisan penelitian ini. Saran dan kritik membangun sangat
dalam penyusunan penelitian ini. Besar harapan penulis penelitian ini dapat
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN COVER ....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
v
3.6. Jenis dan Sumber Data............................................................................... 34
3.7. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 35
3.8. Teknik Analisa Data .................................................................................. 37
3.9. Jadwal Penelitian ....................................................................................... 39
3.10. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 27
Tabel 3.1 Fokus Penelitian ................................................................................. 33
Tabel 3.2 Informan Penelitian............................................................................ 34
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ............................................................................... 39
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 26
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu ciri Indonesia sebagai negara Indonesia berkembang adalah adanya
dengan daerah-daerah lain disekitarnya. Menurut data statistik dari BPS Kota
sebesar 1,5 persen pertahun dan di tingkat provinsi Sumatera Selatan 2,36 persen
arus perpindahan penduduk menuju daerah perkotaan atau lebih dikenal lagi
banyak penduduk yang tinggal diperkotaan. Selain itu, kota juga sebagai pusat
segala aktifitas, ternyata telah mengundang penduduk dari desa atau daerah
1
2
perpindahan penduduk ini, menurut Tadjuddin Noer Effendi (1993: 104), diduga
kota besar sehingga tak heran bila kota menjadi perhatian para urban migran.
menawarkan harapan atau kesempatan hidup yang lebih baik (memadai) dari pada
di pedesaan. Daya tarik dari kota sebagai pusat pembaharuan, pusat pembangunan
ekonomi, pusat mode, pusat pendidikan, dan tempat hiburan menyebabkan kota
pekerjaan.
Sementara itu, lapangan kerja yang ditawarkan di kota sudah tinggi dan
dengan kemajuan ekonomi dan teknologi yang ada. Namun, di satu sisi hal ini
tidak diimbangi dengan kemampuan yang dimiliki para urban. Tingkat pendidikan
yang dimiliki mereka pada umumnya relatif rendah dan adanya keterbatasan
keahlian menyebabkan mereka sulit untuk masuk ke dalam sektor formal. Adanya
para urban tersebut ada yang mendapatkan pekerjaan yang tidak memadai di kota.
3
menampungnya.
Tadjuddin Noer Effendi (2003: 82) mengatakan bahwa para pelaku kerja
sektor informal ini pada umumnya mengerjakan pekerjaan apa saja asal bisa untuk
ada yang bekerja dengan mengumpulkan barang bekas, mengemis dan pekerjaan
lainnya. Salah satu yang menarik untuk diperhatikan diantara pelaku kerja sektor
pemulung ini dimiskinkan dalam segala aspek kehidupannya, yaitu tidak hanya
dimiskinkan secara ekonomi tetapi juga secara sosial. Secara ekonomi hal ini
disebabkan jenis pekerjaan mereka yang rendah dengan penghasilan yang relatif
kebutuhan pokoknya.
2017: 139-140).
sebagai bagian dari sektor informal dipandang sebagai bagian yang dinamikanya
4
pada kaum marjinal serta dipandang negatif. Akibatnya hubungan yang terjadi
antara sektor informal dan masyarakat kurang harmonis. Sehingga pelaku sektor
informal dan masyarakat kurang harmonis. Sehingga pelaku sektor informal ini
terkadang tidak mendapatkan tempat yang layak pada sebuah struktur masyarakat.
salah satu jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang gelandangan adalah sebagai
pengumpul barang-barang bekas. Padahal bila dilihat dari segi pekerjaa, para
bekas. Hal ini didasari alasan bahwa mereka hidup dijalanan dan tidak
TPA. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Twikromo bahwa para
besar dan tempat tinggal mereka tidak jauh komunitas tersendiri di sekitar TPA.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Twikromo bahwa para pemulung
tempat tinggal mereka tidak jauh dari TPA yang kemudian ada yang mendirikan
memulung bisa dilakukan oleh siapa saja baik itu dari anak-anak maupun orang
dewasa dan mereka menjadi pemulung karena untuk memenuhi kebutuhan hidup
wawancara dengan Bapak Somad Musa selaku Ketua Rt. 68 Sukawinatan Kota
Palembang untuk jumlah pemulung berkisaran 80-100 orang. Pola kerja pemulung
di TPA Sukawinatan tersebut dari jam 08.00- 17.00 sore hingga mereka ada yang
bekerja dari jam 19.00 sampai 06.00 pagi. Beberapa pemulung tersebut biasanya
ada yang pendatang dari berbagai daerah seperti Kenten, Sukabangun, Musi II,
Perumnas dan lain sebagainya, akan tetapi rata-rata pemulung yang bekerja di
informal ini bercirikan padat karya dengan penciptaan lapangan kerja sehingga
barang-barang bekas yang kemudian mereka kumpulkan dan akan mereka jual
dalam kelas sosial paling rendah. Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti
menjadi kebiasaan ketika mereka sedang beraktifitas pada tempat mereka bekerja
dalam memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini sama dengan pendapat Salim yang
kurang elit selalu terabaikan dan tergolong sebagai kelas sosial yang paling
tempat mencukupi kebutuhan hidup mereka. Sampah yang masuk 500 sampai ±
600 ton perhari dan juga bekerjasama dengan Kementerian ESDM untuk
lain juga bisa untuk mengurangi angka pengangguran sebab pemulung disini
hanya bekerja di ruang lingkup sektor informal, dan di kawasan TPA Sukawinatan
saja dan juga memberikan kebebasan pada angkatan kerja tanpa harus ada
persyaratan apapun, sehingga mereka bisa langsung sesuai dengan jenis apa yang
pokok mereka, dan juga memberikan kesepakatan harga jual barang, kemudian
selain ada bentuk kerjasama ada juga akomodasi, dimana bentuk akomodasinya
ini merupakan fasilitas pada alat memulung dan transportasi yang digunakan serta
informasi barang-barang bekas yang baik antar sesama pemulung, tetapi selain
ada bentuk kerjasama dan akomodasi yang terjadi terdapat juga persaingan,
dimana bentuk persaingannya ini adalah dalam proses pemulungan sampah, dan
dalam hal waktu jam kerja pembagian pemulungan sampah, serta nilai jual barang
yang berbeda dengan mengumpulkan jenis barang yang sama antar sesama
pemulung.
terabaikan dan tidak dianggap dari masyarakat lainnya yang tidak berprofesi
sebagai pemulung. Banyak masyarakat tidak ingin bergaul bahkan tidak ingin
tahu tentang pemulung, hal ini karena pemulung memiliki penampilan yang
kumuh dan bau. Dalam hal ini ketika alasan seseorang menjadikan mereka
pemulung, karena penampilan tersebut telah menjadi salah satu ciri bagi
menarik untuk diteliti agar dapat mengetahui banyak informasi terkait faktor-
Sukawinatan. Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis memilih judul yaitu
permasalahnya yaitu:
a. Manfaat Teoritis.
b. Manfaat Praktis
WALHI dkk, agar dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pihak
Kota Palembang.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan menjadi referensi bagi pihak yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian sosial
Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Manusia
lahir dengan kapasitas yang ia miliki kemudian memulai hidup saling berkawan dan
atau hidup berkelompok dan satu sama lain saling membutuhkan maka manusia
Konsep sosiologi manusia sering disebut dengan makhluk sosial yang artinya
manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan dari oranglain, sehingga arti
sosial sering diartikan sebagai hal yang berkenaan dengan masyarakat (Waluya, 2007:
pada departemen sosial menunjuk pada suatu acuan yang digunakan dalam
acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan
11
12
demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu berarti terhadaphak
dan kewajiban dari masing-masing individu yang saling berfungsi satu dengan
terhadap sesamanya. Hal ini berdasarkan pandangan bahwa manusia suci itu bagi
merasa ikut menderita bila pihak lain yang ada dilingkungannya mengalami
balik yang amat erat. Pada relasi timbal balik ini menentukan dan ditentukan hakekat
proses, bila seorang individu itu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang,
berhubungan, mengenal dan menyesuaikan diri dengan individu individu yang hidup
B. Pengertian Ekonomi
“Oikos”yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara
harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang
maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga seringdiartikan
menurut KBBI (2001), kata ekonomi berarti ilmu yang mengenai asasasas produksi,
berhubungan dengan usaha manusia untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya dengan sumber daya yang terbatas. P.A. Samuelson (dalam
Gilarso, 2004) menyebutkan ilmu ekonomi adalah studi tentang perilaku orang dan
maupun dimasa depan) kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu
usaha manusia dalam mengatur rumah tangganya untuk memenuhi kebutuhan hidup
ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan
Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus
materi dan batas-batasnya yang tidak bisa diikuti manusia. Penduduk dan kepadatan
menurut Wirutomo (2012) faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan
a. Tingkat Pendidikan
b. Jenis Pekerjaan
c. Tingkat Pendapatan
e. Tempat Tinggal
f. Kepemilikan Kekayaan
h. Aktivitas ekonomi
Dalam hal ini, uraiannya dibatasi hanya 4 faktor yang menentukan yaitu tingkat
1. Tingkat Pendidikan
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (fikiran, cipta, rasa,
seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan
jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah
jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari
tinggi.
Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang
pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua anak. Selain itu, pendidikan
17
informal yang pernah diikuti berupa kursus dan lain-lain. Karena tingkat pendidikan
sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan dan pendapatan serta status sosial
ekonomi yang akan diperoleh. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang didapat maka
semakin tinggi juga status sosial ekonomi yang disandang. Berdasarkan tingkat
pendidikan, UU no. 20 tahun 2003 menggolongkan dalam tida bagian yaitu rendah,
menengah dan tinggi: a. Pendidikan rendah yaitu pendidikan yang melandasi jenjang
(SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. c.
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang
2. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang yang diterima
oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam
bentuk uang dan barang. Menurut Sumardi dalam Yerikho (dalam Poniman,2015)
oleh tingkat pendidikan yang ditempuh. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan
dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang
Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha tani
ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usaha tani. Pendapatan
usaha tani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input)
yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usaha
tani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar
Pendapatan sosial ekonomi orang tua dapat merumuskan indikator kemiskinan yang
yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau sekelompok orang akan
mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapak hidup secara
Berdasarkan dari pendapatan keluarga, BPS (2012) membagi kedalam tiga golongan
a. Golongan Rendah,
pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal
seperti sandang, pangan dan tempat tinggal yang berpenghasilan kurang dari Rp.
b. Golongan Menengah,
kebutuhan hidup dan mampu menikmati jenjang pendidikan namun belum memiliki
c. Golongan Tinggi,
kebutuhan hidup baik kebutuhan jangaka pendek maupun jangka panjang tanpa ada
budaya dalam keluarga untuk menjaga martabat, yaitu yang berpenghasilan diatas Rp.
2.500.000.
3. Pemilikan Kekayaan
memiliki nilai tinggi dalam suatu rumah tangga seperti halnya uang, perhiasan,
20
barang-barang yang bernilai jual tinggi serta kepemilikan lahan sebagai investasi
(Adi, 2004):
a. Golongan rendah, memiliki harta dan simpanan uang senilai kurang dari Rp.
5.000.000
b. Golongan menengah, memiliki harta dan simpanan uang senilai Rp. 5.000.000 s/d
Rp. 15.000.000
c. Golongan tinggi, memiliki harta dan simpanan uang senilai lebih dari Rp.
15.000.000
4. Tempat tinggal
Secara umum, rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berlindung atau
hari. Namun, pengertian rumah juga dapat ditinjau lebih jauh secara fisik dan
psikologis.
a. Status rumah yang ditempati, rumah dinas, menyewa, menumpang pada saudara
atau ikut oranglain umumnya merupakan keluarga dengan sosial ekonomi rendah.
21
b. Kondisi fisik bangunan, dapat berupa permanen, kayu dan bambu. Keluarga yang
c. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati, pada
reformasi kesenjangan antar provinsi masih terlihat dalam hal-hal yang diukur dari
tingkat harapan hidup, tingkat pendidikan, pembangunan serta pendapatan. Dalam hal
kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang yang
diatur sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial
masyarakat, pemberian posisi ini disertai pula dengan posisi tertentu dalam struktur
sosial masyarakat, pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status (Dewi, 2009). Sosial ekonomi
adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan
oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan serta pendapatan (Wayan, 2014). Soerjono
Soekanto (2009: 208) menyatakan bahwa, Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai
(1). Ukuran kekayaan, Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk
dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah
(2) Ukuran kekuasaan, Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai
(3). Ukuran kehormatan, Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-
ukuran kekayaan dan/atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati,
mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-
masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang
(4). Ukuran ilmu pengetahuan, Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh
(tiga) faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung
oleh MaMahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas
pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan, dan air yang sehat serta didukung
oleh pekerjaan yang layak. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa
status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri
dalam lingkungannya, sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang
sekelompok manusia yang hidup bersama dalam kurun waktu tertentu. Kehidupan
masyarakat membutuhkan orang lain sehingga menimbulkan suatu hal yang disebut
interaksi sosial. Kelompok sosial terjadi karena adanya interaksi dan persamaan ciri
karena dengan kehidupan yang sejahtera dapat menghindari manusia dari penyakit
sosial seperti kemiskinan,tuna wisma serta menghindari manusia dari keinginan untuk
akan berusaha dengan bekerja keras agar dapat menambah perekonomian keluarga,
persamaan karena berada di satu tempat tinggal yang sama. Berdasarkan teori
terbentuk atas pekerjaan dan tingkat sosial yang sama. Seperti yang terjadi pada
kelompok pemulung. Pada umumnya dapat dikatakan pemulung adalah orang yang
daur ulang (Tasiana : 2009, diakses tanggal 17 Januari 2018 pukul 11.50 WIB).
kurang mengerti dan tidak menanamkan budi pekerti dalam dirinya. Masyarakat
beranggapan bahwa pemulung itu panjang tangan, pemulung sangat kumuh, dan
Gambar 2.1
a. Tingkat Pendapatan
d. Aktivitas Ekonomi
e. Kondisi Sosial
Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu
/ Tahun Penelitian
Mantikulore.
4. Kehidupan Sosial Lenny S. Hasil penelitian ini Deskriptif –
Ekonomi dan Siahaan, 2018 menunjukkan, adanya Kualitatif
Perilaku Pemulung profesi sebagai
di Starban pemulung disebabkan
Lingkungan XI kemiskinan sehingga
Kecamatan Medan mempengaruhi
Polonia pendapatan, pekerjaan,
pendidikan, dan
kesehatan. Perilaku
pemulung juga dilihat
dari aktivitas yang dapat
diamati dan yang tidak
dapat diamati seperti :
gaya hidup, interaksi
sosial dan etos kerja
serta perasaan malu atau
gengsi melakukan
pekerjaan sebagai
pemulung.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
melakukan analisis data secara induktif, lebih mementingkan proses dari pada
hasil penelitian yang dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian .
manusia, suatu subjek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun kelas
atau lukisan secara sistematis serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
29
30
Metode ini cocok dalam penelitian ini karena penelitian ini berusaha
dan akurat.
Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya
menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Konsep juga
dapat diartikan sejumlah pengertian, objek, kondisi, situasi dan lain-lain yang
sejenis. Ada dua jenis konsep ,yaitu : a) Konsep-konsep yang secara eksplisit
31
mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta
atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Pekerjaan pemulung sering
ulang.
makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa
adanya bantuan dari orang lain, sehingga arti sosial sering diartikan
bahasa Yunani yaitu oikos yang berarti keluarga atau rumah tangga
yang baik.
33
Tabel 3.1.
Fokus Penelitian
-
2. Interaksi Dalam Kehidupan Sosial Dalam Jabatan Dalam Organisasi
Komunitas Pemulung Komunitas
Informan yang dimaksud dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
34
Tabel 3.2.
Informan Penelitian
1. Ketua RT 1 Orang
2. Pemulung 4 Orang
.Jumlah 7 Orang
analitis. sumber data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan sekunder. Sumber data yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini
a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
lapangan. Sumber data primer dapat berupa opini yang diambil dari kelompok
Sukarame Palembang.
35
b. Data Sekunder Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak
sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting). Bila dilihat dari sumber
sumber sekunder.
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,
natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti
1. Wawancara
Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.Merupakan
orang yang dianggap paham dan mengetahui masalah yang akan diteliti
2. Observasi Langsung
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti secara langsung di
yang sebenarnya.
untuk menunjang data primer atau data utama yang diperoleh langsung dari
penuh. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
pengumpulan data.”
peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil
penelitian ini dilakukan melalui tiga kegiatan yang terjadi secara bersamaan
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi
jenis kegiatan utama analisis data merupakan proses siklus dan interaktif.
Peneliti harus siap bergerak diantara empat “sumbu” kumparan itu selama
dibawah ini:
Tabel 3.3.
Jadwal Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Minggu
Pembuatan x x
Proposal x X x X
Konsultasi
Proposal
Ujian X
Proposal
Penelitian X x x X X x
Konsultasi x x x x X
Skripsi
Ujian X
Skripsi
40
a. Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini. Selain itu, bab ini juga berisi tentang tinjauan
pustaka yang merupakan hasil kajian yang berisikan bukti-bukti dari hasil-hasil
lokasi penelitian yang diambil, definisi konsep, fokus penelitian, informan, jenis dan
sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, jadwal penelitian dan