Anda di halaman 1dari 47

MANAJEMEN KONFLIK PERANG SUKU OLEH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MIMIKA


PROVINSI PAPUA
PROPOSAL SKRIPSI

“Diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan


Pemerintahan dan salah satu syarat kelulusan pada program sarjana
Terapan pemerintahan pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri”

Oleh
BRIAN ALDORA ONAWAME
NPP : 29.1728

PROGRAM STUDI POLITIK INDONESIA


TERAPAN
FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2022
KATA PENGANTAR

Syaloom... salam sejahtera didalam kasih Yesus Kristus

Puji dan syukur penulis angkat kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena

atas rahmat dan Hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Proposal

Skripsi ini yang berjudul “Peran pemerintah daerah dalam menangani konflik

perang suku di kabupaten mimika”. guna memenuhi salah syarat dalam

menyelesaikan pendidikan Diploma IV di Institut Pemerintahan Dalam

Negeri. Penulis sadari dalam penyususnan Proposal Skripsi ini tentunya

memerlukan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu,

pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada

seluruh pihak yang terlibat serta mendukung dalam penyusunan proposal

Skripsi ini yang senang tiasa sabar dan setia memberikan nasehat serta

motivasi kepada penulis dapat menyelesaikan Penulisan Proposal Skripsi

tersebut.

Dengan segalah Hormat pada kesempatan ini penulis tidak lupa

mengucapkan terimakasi sebesar-besarnya kepada pihak yang sudah

membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan Penulisan

proposal ini

Terutama kepada :

1. Rektor IPDN Bapak Dr. Hadi Prabowo, MM beserta jajaran Wakil

Rektor IPDN
2. Bapak Dr. Andi Pitono , S.sos , M.Si selaku dekan fakultas politik

pemerintahan

3. Bapak Teguh Ilham, S.STP, M.SI selaku ketua program Studi

Politik Indonesia Terapan

4. Bapak Tri Raharjanto S.STP M. Si, MH selaku dosen pembimbing

yang telah meluangkan waktu dan tenaga dan pikirannya dalam

membimbing peneliti selamaa penyusunan skripsi ini

5. Seluruh dosen pengajar, pelatih, dan pengasuh serta civitas

akademika IPDN Kampus Jatinangor yang telah memberikan

tenaga, waktu, ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman

serta bimbingan kepribadiaan kepada penulis;

6. Keluarga Besar penulis di Kabupaten Mimika, serta keluarga

besar angkatan XXIX Praja gautama dan ade-ade angkatan XXX,

XXXI, XXXII, XXXIII yang senangtiasa memberikan motivasi serta

dorongan kepada penulis.

7. Serta semua rekan-rekan dan pihak-pihak yang tidak bisa

disebutkan satu persatu namun telah memberikan banyak

masukan, dorongan dan bantuan kepada pebulis dalam

penyusunan proposal skripsi ini.

Penulis menyadari dengan segalah keterbatasan serta kekurangan

yang ada maka proposal Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

sebab itu, Penulis membutuhkan saran serta kritik yang bersifat

membagun agar dapat menjadi perbandingan demi perbaikan karya tulis

ii
ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga karya tulis

ini dapat bermanfaat bagi pihak lain.

Jatinangor, Desember 2022


Peneliti

Brian A. Onawame
NPP. 29.1728

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iv

DAFTAR TABEL.........................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................7

1.4 Kegunaan Penelitian..................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................9

2.1. Penelitian Sebelumnya.............................................................9

2.2 Landasan Teoritis dan Legalistik.............................................12


2.2.1LandasanTeoritis…………………..……………..…………12
2.2.2 Landasan Legalistik………………………………………..23

2.3 Kerangka Pemikiran................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................29

3.1 Pendekatan Penelitian.............................................................29

3.2 Operasionalisasi Konsep.........................................................31

3.3 Sumber Data dan Informan.....................................................32


3.3.1Sumber Data Primer………………………………………..32
3.3.2Sumber Data Sekunder…………………………………….33
3.3.3Informan…………..…………………………………………33

3.4 Instrumen Penelitian................................................................34


3.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................35
3.5.1Observasi (observation)…………………..………………..35

iv
3.5.2 Wawancara………………………………………………....37
3.5.3 Dokumentasi……..………….……………………………37
3.5.4 Trigulasi…………………………………………………….38

3.6 Teknik Analisis Data................................................................38

3.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian..................................................39

3.7 1 Jadwal Penelitia……...………………………………….…39


3.7.2 Lokasi Penelitian…………………………………………40
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................viii

LAMPIRAN I..................................................................................................................ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian terdahulu..................................................................18

v
Tabel 3. 1 Operasional Konsep………………………………………… …...86

Tabel 3. 2 Sumber Informan......................................................................89

Tabel 3. 3 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN DAN PENYUSUSNAN

SKRIPSI PRAJA UTAMA TAHUN AKADEMIK 2022/2023......95

DAFTAR GAMBAR

vi
Gambar 2. 1 Kerangka pemikiran...............................................................................83

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konflik adalah suatu proses sosial yang berlangsung dengan

melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menantang

dengan ancaman kekerasan. Konflik yang terjadi antarbangsa ataupun

konflik internal yang melibatkan antarsuku di suatu wilayah menjadi

sebuah pemandangan yang sering muncul dalam kehidupan masyarakat.

Bahkan, lebih sering konflik terjadi karena adanya perbedaan etnis, hal itu

masih terjadi hingga saat ini. Seperti yang tahu bahwa Indonesia sebagai

suatu negara multikultural yang didalamnya terdapat berbagai macam

etnis dengan berbagai kebudayaan yang menjadi potensi munculnya

konflik.

Papua adalah salah satu provinsi dalam negara kesatuan Republik

Indonesia yang memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang sangat

besar dan merupakan modal dasar bagi pelaksanaan pembangunan

nasional, termasuk untuk kemajuan daerah dan masyarakat Papua.

Walaupun daerah ini memiliki kekayaan alam yang banyak, namun

kehidupan masyarakatnya tidak pernah lepas dari konflik. Papua menjadi

salah satu provinsi yang memegang peringkat tertinggi dalam konflik, hal

itu di buktikan dari 33 Provinsi di Indonesia, ada 27 Provinsi yang dilanda

1
2

konflik sosial pada 2014. Pertikaian antar warga dan antar kelompok

mendominasi hilangnya nyawa rakyat, terutama di Papua sebagai 1

Narwok Dwi Dan Suyanto Bagong, Sosologi Teks Pengantar Dan

Terapan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004, hlm 68. 2

pemegang peringkat tertinggi di 2014 berdasarkan laporan konflik yang

terjadi 2013. Neta menegaskan, kondisi 2013 memang "panas". Dari 33

provinsi di Indonesia, ada 27 yang dilanda konflik sosial. Pertikaian antar

warga dan antar kelompok mendominasi hilangnya nyawa rakyat,

terutama di Papua sebagai pemegang peringkat tertinggi di indonesia. Hal

ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan yang harusnya damai, aman,

dan tentram tidak didapatkan di daerah tersebut. Dengan ada konflik yang

ikut tercipta sehingga membuat kehidupan masyarakat sangat kurang

aman, dan banyak nyawa yang hilang.

Salah satu wilayah di Indonesia yang masih menyimpan berbagai

macam permasalahan di papua yakni di kabupaten mimika kota

timika .perang suku adalah salah satu masalah yang terjadi dan yang

sampai sekarang masih ada hingga saat ini. Perang antarsuku terjadi di

kabupaten mimika yang terjadi beberapa tahun belakangan ini tidak

terlepas dari pokok permasalahan tersebut , utamanya adalah perang

suku yang dipicu oleh perbedaan suku , budaya golongan, dan kelompok ,

sesuai dengan karakteristik dan dianggapnya sebagai salah satu

permasalahannya karena menggangu dan merugikan bahkan melanggar

norma dan aturan yang berlaku pada suku-suku yang ada


3

Salah satu perang suku yang terjadi di tembagapura pada tahun

1997 (suku amungme) perang antara suku amungme dengan suku dani

dan damal yang menjadi perang awal dan muncul perang suku jarang

sekali terjadi sebelumnya di kabupaten mimika. Perang suku tersebut

bersamaan dengan pengelolaan dana satu persen (1%) dari sumber PT.

Freeport Indonesia itulah semua suku berdatangan untuk bekerja dan

mencari nafkah di perusahaan tersebut , setelah konflik perang suku itu

perang antarsuku yang muncul dan berkepanjangan

Perang suku kembali lagi terjadi kedua kali pada tahun 2014

perang suku yang terjadi antara suku dani dan suku moni yang terlibat

saling serang di timika ,jayanti , distrik kuala kencana, kabupaten mimika .

kronologi perang antarsuku dipicu karena perebutan hakatas tanah

perang suku antarsuku berlangsung selama enam bulan yang merenggut

korban 21 orang dan perang ini diakhiri dengan proses “pematahan panah

“ dan “pembayaran kepala “ korban perang sesuai dengan tradisi yang

berlaku dan sesuai dengan kepala perang waktu itu satu korban dibayar

sebesar 500 juta(Muhammad Ali,liputan 6 malam sctv).

Tahun 2018 pada tanggal 19 februari perang suku terjadi kembali di

distrik kwamki narama, kabupaten mimika . awal mula dipicu karena aksi

saling serang yang diawali oleh keluarga korban yang merasa tidak puas

dan menyimpan dendam hingga kembali lagi merupakan penyerangan

terhadap kelompok pelaku pembunuhan. Itulah sebabnya dan aksi

pembalasan ini tidak hanya melibatkan para pemuda saja namun wanita ,
4

dan anak-anak pun ikut terlibat dalam perang tersebut . sementara itu ,

kepolisisan resor (polres) mimika dan personel TNI yang ditugaskan di

disrik kwamki narama kecewa dengan pemkab mimika karena belum

turun tangan untuk menanggani perang adat tersebut, seluruh kios-kios

hingga sekolah dasar (SD) yang bertempat didistrik kwamki narama

dengan terpaksa dievakuasi untuk dievakuasi ke kota timika dan personil

TNI/POLRI melakukan pengamanan di beberapa titik antar kedua belah

pihak agar mengantisipasi adanya perang susulan kedua kelompok

tersebut.

Pada bulan maret tahun 2018 konflik kembali terjadi antar kedua

kelompok dan kedua kelompok tersebut belum berdamai dan akibat

konflik ini Sembilan orang tewas akibat perang suku yang berkepanjangan

hingga saat ini situasi keamanan di distrik kwamki Narama kedua

kelompok masih melaakukan aksi saling serang dan tetap berjaga dengan

busur dan anak panah ,parang , serta kapak .namun para aparat

keamanan baik TNI/POLRI tetap melakukan pengamanan di distrik

kwamki Narama

Dalam Undang-undang Nomor 23 Pasal 2 tahun 2014 tentang

pemerintah daerah menjelaskan :

Pemerintah daerah adalah penyelenggaran urusan pemerintahan

oleh pemerintah daaerah dan dewan perwakilan rakyat daerah dan dewan

perwakilan rakyat daaerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan


5

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam undang-

undang dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam hal ini pemerintahan daerah perlu berperan aktif dan

mengaambil langkah untuk pencegahan karena kita ketahui konflik perang

suku dapat menyebabkan warga yang menjadi korban dalam suatu

konflik tersebut . sering terjadi konflik di distrik di kwamki narama yang

bisa dibilang menjadi sarang perang suku di distrik kwamki narama. Oleh

karena itu peran peran pemerintah dalam pencegahan konflik tersebut

memerlukan langkah-langkah pencegahan secara langsung dari

pemerintah, demikian peran aktif pemerintah daerah sangat dituntut dan

diperlukan terhadap situasi social masyarakat. Sesuai amanat undang-

undang dasar (UUD) 1945 , pemerintah daerah berwenang mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan ini dan juga pemberian otonomi luas kepada daerah

diarahkan untuk mempercepat demi terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pemberdayaan , peran dan pelayanan

kepada masyarakat.

NO Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 54 Tahun 1996 tentang Pembentukan

Kabupaten Mimika di Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya pasal 3 ayat (2) maka

terbentuklah wilayah di kabupaten Mimika yang meliputi :

1. Kecamatan mimika baru


6

2. Kecamatan mimika timur

3 Kecamatan mimika

4 Kecamatan Agimuga

Karena Hal tersebut didasari Undang-Undang Nomor 45 Tahun

1999, tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian

Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak

Jaya, dan Kota Sorong. Setelah resmi menjadi kabupaten definitif

pemerintahan daerah resmi menetapkan 12 kecamatan atau sekarang

telah diubah menjadi distrik yang menjadi bagian dari wilayah kabupaten

Mimika. Distrik tersebut adalah :Mimika Baru, Kuala Kencana,

Tembagapura, Mimika Timur, Mimika Timur Jauh, Mimika Tengah,

Mimika Barat, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat Jauh, Agimuga, Jila

dan Jita.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas pokok bahasan

skripsi dengan judul : “Peran Pemerintah Daerah Dalam Mengatasi

Konflik Perang Suku di Kabupaten Mimika Provinsi Papua”

1.1 Rumusan Masalah

Perang suku di Kabupaten Mimika merupakan konflik sosial yang

dilakukan oleh suku kerabat yang berdomisili di Timika. Oleh sebab itu,

berdasarkan pernyataan penelitian ini penting untuk dilihat oleh peneliti


7

berdasarkan strategi pemerintah daerah dalam mengatasi konflik perang

suku. Dengan ini muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi pemerintah daerah dalam mengatasi konflik

perang suku yang ada di Kabupaten Mimika Provinsi Papua ?

2 Apa yang menjadi faktor penyebab konflik perang suku di

Kabupaten Mimika Provinsi Papua ?

2.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui strategi pemerintahan daerah dalam mencegah

konflik perang suku di Kabupaten Mimika Provinsi Papua.

2.Untuk mengetahui faktor penyebab konflik perang suku di

Kabupaten Miimika Provinsi Papua

2.2 Kegunaan Penelitian

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang

sangat berguna secara teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan berkaitan

faktor- faktor konflik perang suku antarsuku yang mempengaruhi

bidang ekonomi,sosial,budaya, dan politik

2. Secara Praktis

a) Pemerintahan Daerah
8

a. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah kabupaten

mimika mengenai pencegahan konflik perang suku antarrsuku

di Kabupaten Mimika

b. Memberikan sumbangan pengetahuan dan model

penanganan konflik perang suku di Kabupaten Mimika

b) Praja

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi lembaga institut

Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) terutama bagi seorang praja

sebagai bahan bacaan dalam mengkaji dan mempelajari masalah-

masalah yang sering terjadi dalam masyarakat sehingga praja

sebagai aparatur pemerintaha dalam mengambil atau membuat

kebijakan yang tepat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Sebelumnya

Di dalam melakukan penelitian ini diperlukan suatu landasan teori

yang akan digunakan sebagai sarana untuk mendukung teori yang akan

diajukan. Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada

penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan penanganan konflik

perang suku di kabupaten mimika . Berikut ini akan diuraikan penelitian

terdahulu beserta persamaan dan perbedaan yang mendukung penelitian

ini, di antaranya sebagai berikut

Tabel 2. 1 Penelitian terdahulu


No Nama Judul Metode Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian Penelitian
& Tahun
1 2 3 4 5
1 Penyelesai metode Implikasi penyelesaian
Yulianus an Konflik kualitatif konflik antar suku di
Payzon Antar Suku berupa Kabupaten Mimika
Aituru dan wawancara akan meningkatkan
(2009) Implikasiny dan ketahanan wilayah baik
a observasi di wilayah Kabupaten
Terhadap Mimika maupun
Ketahanan ketahanan wilayah
Wilayah Papua. Dengan
demikian keamanan
wilayah akan terjamin
dari segala

9
10

1 2 3 4 5
kemungkinan serangan
dari luar maupun
pemberontakan dari
dalam.
2 Odi Murib Peranan Penelitian ini Perang antar suku
(2015)
Kepala menggunaka bukanlah suatu
Suku n metode peristiwa baru dalam
dalam penelitian perjalanan sejarah
Penyelesai yuridis masyarakat Kabupaten
an Perang normatif Timika karena sebelum
Antarsuku masuknya pengaruh
di asing di Tanah
Kabupaten Amungsa, perang
Timika antar suku sudah ada
Kajian dari dan sering
Segi berlangsung antar
Hukum suku maupun dalam
Adat tingkat konfederasi
(sesama suku) atau
lebih dikenal dengan
Perang saudara
3. Krinis Kum Perang Pengumpula menurut masyarakat
(2019)
Antar Suku n data perang antar suku
Dan dengan merupakan alamiah
Resolusi pendekatan jadi tidak bisa dihindari
Konflik Di yang telah dari permasalahan
Kabupaten digunakan apapun dalam
Mimika untuk kehidupan manusia di
Papua mencapai dunia termasuk suku-
tujuan suku yang berperang
penelitian di Mimika. Dan dalam
adalah perang antar suku
kualitatif biasanya mencari bukti
siapa yang benar dan
siapa yang salah. Di
sisi lain, perang antar
suku dimanfaatkan
oleh pemerintah
daerah, aparat
keamanan (TNI/Polri),
maupun PTFI untuk
kepentingan politik,
ekonomi,
11

jabatan/posissi dan

Penelitian pertama, dilakukan oleh Yulianus Payzon Aituru

mahasiswa Program Studi Magister dari Universitas Gadjah Mada dengan

judul “Penyelesaian Konflik Antar Suku dan Implikasinya Terhadap

Ketahanan Wilayah” memiliki kesamaan membahas tentang konflik yang

ada di Kabupaten Mimika dan perbedaan penelitian tersebut adalah

penelitian tersebut menganilisa Human Security dalam Perang antar suku

di kabupaten Timika

Kedua, penelitian dilakukan oleh Odi Murib Mahasiswa Universitas

Samratulangi dengan judul “Peranan Kepala Suku dalam Penyelesaian

Perang Antarsuku di Kabupaten Timika Kajian dari Segi Hukum Adat”.

Persamaan dalam penelitian tersebut adalah Membahas tentang konflik

perang suku di mimika. Perbedaan dalam penelitian tersebut adalah

Mengetahui peran kepala suku dalam penyelesaian perang suku di

kabupaten mimika kajian dari segi hukum adat.

Ketiga, penelitian ini dilakukan oleh Krinus Kum mahasiswa

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul “Perang

Antar Suku Dan Resolusi Konflik Di Kabupaten Mimika Papua”.

Persamaan dalam penelitian tersebut adalah Membahas tentang konflik

perang suku di mimika. Perbedaan penelitian tersebut adalah memahami

benturan kepentingan antar suku dalam konflik dan juga untuk memahami

proses resolusi konflik di Kabupaten Mimika.


12

Keempat, peneltian Wilhelmus Wanmang dari Program Studi

Magister Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dengan

judul penelitiannya “Makna Konflik Intergroup dan Perdamaian Pada Suku

Amungme” memiliki persamaan yaitu Membahas tentang konflik perang

suku di mimika sedangkan perbedaannya yaitu meneliti makna konflik

intergroup dan perdamaian bagi suku Amungme.

2.2 Landasan Teoritis dan Legalistik


2.2.1 Landasan Teoritis

2.2.1.1 Manajemen

 Manajemen adalah sebagai proses bekerja sama antara individu dan


kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi.
Proses ini dimaknai sebagai fungsi dan aktivitas yang dilaksanakan oleh
pemimpin dan anggota atau bawahannya dalam bekerja sama pada
sebuah organisasi. Fungsi dan aktivitas yang dilaksanakan mendorong
sumber daya manusia bekerja memanfaatkan daya lainnya sehingga tujuan
organisasi tercapai. Hersey dan Blancard (2013)

Follet dan Danim (2010)

Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain,


dalam hal ini seorang manajer, yang bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

Dari pemahaman peran dan peranan di atas dapat ditarik

kesimpulkan bahwa peran merupakan tindakan atau aktivitas yang


13

diharapkan oleh masyarakat untuk dilakukan sesuai dengan status

yang dimiliki oleh meraka sehingga peran tersebut dapat dirasakan

pengaruh maupun dampak pada daerah tersebut. Selain itu, peranan

merupakan suatu kedudukan kelompok atau individu untuk

melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan tanggung jawab yang

telah diamanahkan. Untuk itu, Pemerintah yang mempunyai peranan

penting dalam masyarakat sebagai bentuk pemerintah untuk memberi

pemahaman yang jelas terkait Konflik Perang suku yang sering kali

terjadi di Kabupaten Mimika Provinsi Papua.

2.2.1.2 Pemerintah Daerah

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah, pengertian Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

Dudung Abdullah dalam Jurnalnya menjelaskan bahwa

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan pemerintahan pada

tingkat daerah yang merupakan bagian dari pemerintahan pusat.


14

Pemerintah daerah merujuk pada otoritas administratif di suatu daerah

yang lebih kecil dari sebuah negara. Sebutan ini digunakan untuk

melengkapi lembaga-lembaga tingkat negara-bangsa, yang disebut

sebagai pemerintah pusat, pemerintah nasional, atau (bila perlu)

pemerintah federal. "Pemerintah Daerah" hanya beroperasi

menggunakan kekuasaan yang diberikan undang-undang atau arahan

tingkat pemerintah yang lebih tinggi dan masing-masing negara

memiliki sejenis pemerintah daerah yang berbeda dari satu negara ke

negara lain.

Adapun fungsi pemerintah daerah menurut Misdyanti dan R.G.

Kartasapoetra adalah:

1. Fungsi otonomi Fungsi otonomi dari pemerintah daerah

adalah melaksanakan segala urusan yang telah diserahkan

oleh pemerintah pusat maupun daerah yang lebih tinggi

tingkatannya.

2. Fungsi pembantuan Merupakan fungsi untuk turut serta dalam

melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada

pemerintah daerah oleh pusat atau pemerintah daerah tingkat

atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan

kepada yang menugaskannya.

3. Fungsi Pembangunan Fungsi ini untuk meningkatkan laju

pembangunan dan menambah kemajuan masyarakat

sehingga tuntutan dari masyarakatpun semakin berkembang


15

dan kompleks.

2.2.1.3 Konflik

Konflik merupakan suatu hal yang sering dialami oleh individu dan

kelompok. Dalam sejarah kehidupan manusia konflik merupakan

bagian dari kehidupan yang tak pernak terpisahkan Konflik merupakan

suatu dilema yang dialami individu atau kelompok. Selama ini

kebanyakan orang memandang konflik dalam dua hal, yaitu sebagai hal

yang natural, normal, dibutuhkan,dan tak dapat dielakan dan sebagai

suatu problem yang harus diatasi. Namun selama ini image terhadap

konflik terkesan negatif, artinya konflik selalu diidentik dengan

permasalahan, kekerasan, tidak menyenangkan, penderitaan, dan

perang.

Konflik adalah perjuangan yang dilakukan oleh berbagai pihak

untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan,

otoritas, dan lain sebagainya, dimana tujuan dari mereka bertikai itu

tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk

menundukkan saingannya dengan kekerasan atau ancaman.

Menurut Fisher “konflik adalah hubungan antara dua pihak atau

lebih (individu atau kelompok) yang memiliki, atau yang merasa

memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan”. Konflik adalah suatu

kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering bersifat kreatif. Konflik

terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan. Konflik timbul karena

ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan sosial, seperti


16

kesenjangan status sosial, kurang meratanya kemakmuran dan akses

yang tidak seimbang yang kemudian menimbulkan masalah-masalah

diskriminasi.

2.2.1.4 Konsep Suku

Pengertian suku merupakan kelompok golongan sosial yang

terdapat di kalangan masyarakat yang digunakan untuk membedakan

suatu golongan yang satu dengan golongan lainnya. Biasanya tiap-tiap

suku ini memiliki ciri khas tersendiri. Suku juga dapat diartikan sebagai

suatu golongan manusia yang terikat dengan tata kebudayaan

masyarakat tertentu. Nah untuk lebih jelasnya dibawah ini akan

dipaparkan pengertian suku yang dikemukakan oleh beberapa para

ahli. Suku merupakan suatu golongan manusia yang

mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya berdasarkan garis

keturunan yang dianggap sama dengan merujuk kepada ciri khas

misalnya: budaya, bahasa, agama dan perilaku.

Wilbinson (Koentjaraningrat, 2007) mengatakan bahwa “pengertian

etnis mungkin mencakup dari warna kulit sampai asal usus acuan

kepercayaan, status kelompok minoritas, kelas stratafikasi,

keanggotaan politik bahkan program belajar.” Selanjutnya

Koentjaraningrat (2007) juga menjelaskan bahwa “etnis dapat

ditentukan berdasarkan persamaan asal- usul yang merupakan salah

satu faktor yang dapat menimbulkan suatu ikatan.” Berdasarkan teori-

teori di atas dapat disimpulkan bahwa etnis atau suku merupakan suatu
17

kesatuan sosial yang dapat membedakan kesatuan berdasarkan

persamaan asal-usul seseorang sehingga dapat dikategorikan dalam

status kelompok mana ia dimasukkan

2.2.1.5 Konsep Perang Suku

Perang Suku adalah suatu perang yang berlangsung antara dua

pihak baik secara bersekutu atau tidak dengan dasar keberpihakan

adalah alasan "kesukuan". Berbeda dengan perang konvensional,

alasan perang suku biasanya adalah berdasar perebutan sumber

makanan atau perebutan Tanah Ulayat. Keputusan perang atau damai

serta pemimpin jalannya peperangan biasanya dipimpin oleh seorang

Kepala Suku. Walau mengakibatkan korban jiwa atau luka-luka tetapi

sebuah perang suku lebih mirip sebuah Tawuran. Pada zaman modern

sebuah perang suku akan segera ditengahi dan dilerai oleh pihak

keamanan, karena sebuah suku biasanya sekarang di bawah naungan

sebuah pemerintahan yang berdaulat. Pada zaman dahulu pihak yang

kalah dari sebuah perang suku biasanya akan dimusnahkan,

diperbudak atau diusir oleh pihak yang menang, tetapi pada zaman

modern hasil dari sebuah perang suku tidak mengubah peta teritorial

atau keuntungan finansial apapun. Perang suku sekarang hanya

berlangsung di suku-suku tradisional di pedalaman Papua, Afrika, dan

Suku Indian,serta Hutan Amazon Sedangkan perkelahian antar suku

berdasar fanatisme suku di daerah perkotaan sering dikategorikan

"Tawuran" atau "Perkelahian Geng"


18

Sementara itu kelompok-kelompok, seperti juga perorangan bisa

saja saling bersaing. Dalam hal ini, anggota-anggota suatu kelompok

yang berani menolak menghargai kelompok lain, tidak hanya

cenderung meningkatkan permusuhan, tetapi juga secara relatif

meningkatkan penghargaan dari anggota kelompoknya sendiri

(kelompok dalam atau in group); serta cenderung meningkatkan rasa

saling menyenangi di antara mereka. Otomatis ia semakin tergantung

kepada mereka untuk penghargaan. Peningkatan itu berubah sesuai

dengan keberhasilan kelompoknya dalam persaingan terhadap

kelompok lain. Pemimpin- pemimpin kelompok, diketahui kerap

mengekploitasi kecenderungan ini. Mereka mencoba untuk

meningkatkan permusuhan antara kelompok mereka sendiri dengan

kelompok lain, karena pada saat yang sama akan meningkatkan

ketergantungan dan kesetiaan dari pada pengikutnya

2.2.2 Landasan Legalistik


2.2.2.1 Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 pasal 18 ayat 2 yang berbunyi “Pemerintahan daerah provinsi,

daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendisan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.

2.2.2.2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan


Konflik Sosial

Pemerintah memiliki Pasal 3 UU No 7 Tahun 2012 Penanganan Konflik


19

bertujuan:

a. menciptakan kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, damai,


dan sejahtera;
b. memelihara kondisi damai dan harmonis dalam hubungan sosial
kemasyarakatan;
c. meningkatkan tenggang rasa dan toleransi dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara;
d. memelihara keberlangsungan fungsi pemerintahan;
e. melindungi jiwa, harta benda, serta sarana dan prasarana umum;
f. memberikan pelindungan dan pemenuhan hak korban; dan
g. memulihkan kondisi fisik dan mental masyarakat serta sarana dan
prasarana umum.

2.2.2.3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah


Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2014 pasal 25 ayat (1) meliputi :

(1) Urusan pemerintahan umum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (5) meliputi:

a. pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan


nasional dalam rangka memantapkan
pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta
pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;
c. pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku,
umat beragama, ras, dan golongan lainnya guna
mewujudkan stabilitas kemanan lokal, regional,
dan nasional
20

d. penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan.
e. koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi
pemerintahan yang ada di wilayah Daerah provinsi
dan Daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikan
permasalahan yang timbul dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan,
keadilan, keistimewaan dan kekhususan, potensi serta
keanekaragaman Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
f. pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan
Pancasila; dan
g. pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang
bukan merupakan kewenangan Daerah dan tidak
dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.

2.2.2.4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia

Bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara

kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh

karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh

diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Dalam pasal 6 yang

berbunyi :

1. Dalam rangka penegakan hak asasi manusia, perbedaan dan


kebutuhan dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan
dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan Pemerintah.
2. dentitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas
tanah ulayat dilindungi, selaras dengan perkembangan zaman.

2.2.2.5 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Peraturan


Pelaksanaan Undang Undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang
Penanganan Konflik Sosial

Peraturan pemerintah ini mengatur ketentuan mengenai

pencegahan konflik, tindakan darurat penyelamatan dan perlindungan


21

korban, bantuan penggunaan dan kekuatan TNI, pemulihan

pascakonflik, peran serta masyarakat, pendanaan penanganan konflik,

dan monitoring dan evaluasi. Dijelaskan juga dalam Pasal 2 Ayat (1)

dan Ayat (2) dan Pasal 4 Ayat (1), Ayat (2)dan Ayat (3).

2.2.2.6 Peraturan Daerah Khusus Papua Nomor 20 Tahun 2008


Tentang Peradilan Adat Di Papua

Pemberian Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dimaksudkan

untuk mewujudkan keadilan, penegakan supremasi hukum,

penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), percepatan

pembangunan ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan kemajuan

masyarakat Papua, dalam rangka kesetaraan dan keseimbangan

dengan kemajuan provinsi lain. Dalam Peraturan Daerah Khusus

Papua Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Peradilan Adat Di Papua pasal 3

bertujuan:

1. Sebagai wujud pengakuan pemerintah terhadap


keberadaan, perlindungan, penghormatan dan
pemberdayaan terhadap masyarakat adat Papua
dan bukan Papua;
2. memperkokoh kedudukan peradilan adat;
3. menjamin kepastian hukum, kemanfaatan, keadilan;
4. menjaga harmonisasi dan keseimbangan kosmos; dan

5. membantu pemerintah dalam penegakan hukum.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pada Penelitian ini kerangka pemikiran disusun dengan tujuan

untuk menentukan penelitian ini serta menjelaskan secara teoritis dan

normatif serta konsep variabel yang diteliti. Oleh sebab itu peneliti
22

mendeskripsikan kerangka berpikir melalui gambar 2.1 berikut:

LANDASAN LEGALISTIK
Undang-undang dasar tahun 1945
Undang-undang nomor 7 tahun 2012
Undang-undang nomor 23 tahun 2014
Undang –undang nomor 32 tahun 2019
Peraturan pemerintah nomor 2 tahun 2012
Gambar 2. 1 Kerangka pemikiran
Peraturan daerah khusus papua nomor 20 tahun 2008

Konflik perang suku


Pemekaran
Perselingkuhan
Rekayasa konflik dalam tradisi perang suku
Perebutan tanah
(Alvind L. Bertrand dalam Manurung 2003:3)

Keyakinan (Pengetahuan)
Perasaan (Sentimen) 23
Tujuan, Sasaran, Atau Cita-cita
Norma
Status dan Peranan
Rank
Power
Sanksi
Sarana atau Fasilitas
Tekanan KeteganganOutput
(Stress-strain)
Menciptakan masyarakat yang aman , tenteram, damai dan
sejahtera dan terhindar dari permasalahan yang dapat
merugikan oranglain

,,
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Menurut Sugiono (2009) menyatakan bahwa Pendekatan penelitian

merupakan suatu cara yang dapat memahami suatu objek penelitian

dengan memandu peneliti dengan urutan-urutan bagaimana penelitian

dilakukan yang meliputi teknik dan prosedur yang digunakan dalam

penelitian. Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Menurut Nazir (2014) mengemukakan pendekatan penelitian

merupakan sebuah metode penelitian ilmiah, bisa juga dimaksudkan

suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-

pertimbangan logis.

Dari Defenisi diatas menggambarkan bahwa pendekatan

penelitian merupakan Faktor utama yang digunakan Peneliti untuk

memperoleh jawaban yang di atur oleh pertimbangan-pertimbangan

yang logis untuk mencapai tujuan penelitian dari permasalahan yang

ada.

Pendekatan Penelitian juga bertujuan untuk membantu peneliti

untuk menemukan jawaban dari suatu permasalahan yang diteliti

29
30

melalui data atau informasi yang bersifat fakta yang telah dikumpulkan.

Peneliti menggunakan pendekatan penelitian untuk memecahkan

masalah di dalam penelitian serta pendekatan penelitian juga dijadikan

pedoman atau acuan dalam penelitian ilmiah sehingga pengelola data

bisa lebih terarah untuk menyelesaikan sebuah penelitian.

Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

yaitu pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2005) dalam

Ismail Nurdin dan Sri Hartati (2019:75) penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah, dimana

peneliti dimana peneliti ialah instrumen kunci.

Khotari (2004:2-3) menjelaskan bahwa peneIitian deskriptif adaIah

penelitian yang mencakup survei dan berbagai jenis penelitian pencarian

fakta. Tujuan utamanya dari penelitian deskriptif adalah deskripsi seperti

keadaan saat ini. Dalam penelitian ilmu sosial dan bisnis kita sering

menggunakan irtilah penelitian Ex post facto untuk penelitian deskriptif.

Ciri utama dari model ini adalah peneliti tidak memiliki kendali atas

variabel, ia hanya dapat melaporkan apa yang terjadi atau apa yang

sedang terjadi.

Dari beberapa penjelasan diatas, pada penelitian ini peneliti

menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, pendekatan

penelitian ini berawal dari fakta yang ada saat ini untuk menemukan

kebenaran serta mendiskripsikan situasi dari objek, konsep pemikiran dan


31

fakta yang ada, untuk menghasilkan sebuah kesimpulan.

3.2 Operasionalisasi Konsep

Konsep merupakan ungkapan dari suatu abstraksi yang terbentuk

melalui pengamatan secara umum terhadap gejala yang terjadi di

lapangan (Virgiawan, 2015:3). Sedangkan Operasional didefinisikan

khusus berdasarkan pada sifat-sifat yang kemudian dapat didefinisikan,

bisa diamati, serta dilaksanakan oleh peneliti. (Pinton et al, 2020:33)

Menurut Sugiyono (2012:31) definisi operasional adalah penentuan

konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang

dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang

digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak, sehingga

memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi

pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara

pengukuran konstrak yang lebih baik.

Tabel 3. 1 Operasional Konsep

Judul Konsep Indikator

(1) (2) (3)


Peran Pemerintah Pemerintah Kabupaten Keyakinan
Daerah dalam Mimika dalam (Pengetahuan)
menangani Konflik menjalankan Perannya
perang suku di menangani Konflik Perasaan (Sentimen)
Kabupaten Mimika Perang Suku
Provinsi Papua, (Menggunakan teori Tujuan, Sasaran, atau
(Akvind L. Bertrand Sistem Sosial Cita-cita
dalam Manurung
2003) Norma

Status dan Peranan


32

Rank

Power

Sanksi

Sarana atau Fasilitas

Tekanan Ketegangan
(stress-strain)

3.3 Sumber Data dan Informan

Sumber Subyek dari data yang dapat diperoleh dinamakan sumber

data Sumber data merupakan sumber didapatnya data tersebut. Terdapat

dua bagian didalam sumber data yaitu sumber data primer dan sumber

data sekunder. (Arikunto, dalam Ismael Nurdin, & Sri Hartati, 2019:171)

3.3.1 Sumber Data Primer

Sumber data primer memuat data utama yaitu data yang didapat

secara langsung seperti dari narasumber (informan) (Farida Nugrahani,

2014:62). Data primer dapat juga dikatakan data yang berasal dari

tangan pertama (diperoleh oleh peneliti secara langsung). Data primer

dapat digali dari responden melalui panel kuisione, kelompok fokus,

kuisioner, dan wawancara antara peneliti dan narasumber. Dalam

penelitian kualitatif, peneliti di sini menggunakan teknik mengumpulkan

data melalui wawancara dan observasi di lapangan. (Ismael Nurdin, Sri

Hartati, 2019:172)
33

3.3.2 Sumber Data Sekunder

Data yang diperoleh berdsarkan sumber yang memang sudah ada

dinamakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang mudah

diperoleh karena data sekunder dapat ditemukan melalui dokumentasi

atau catatan dari lokasi pelaksanaan penelitian (Hermawan, 2010:119).

Dokumentas dan catatan yang dimaksud seperti laporan keuangan,

laporan pemerintah, dan gaji. (Ismail Nurdin, Sri Hartati, 2019:172).

3.3.3 Informan

Informan merupakan Sumber informasi dan data tentang

persoalan-persoalan atau suatu venomena yang terjadi dilapanagan.

Seorang informan merupakan seseorang yang dapat menangkap

pertanyaan yang diberikan, memahami, dapat memenuhi permintaan

ata pertanyaan peneliti, mempunyai kemampuan refleks terkait

menjawab pertanyaan yang baik, dan bersifat artikukatif, bisa

meluangkan waktu untuk melakukan wawancara, dan juga memiliki

semangat untuk berperan serta dalam penelitian Morse dalam A.

Kusumastuti, (2019:55.) Informan dipilih berdasarkan tingkat

pengetahuan dan pengalaman yang melatar belakangi penulisan.

Untuk menentukan sumber informan dalam penulisan kualitatif ini,

teknik yang digunakan adalah Purposive sampling dan snowball

sampling. Purposive sampling memiliki arti informan sebagai sumber

data dengan pertimbangan informan yang bersangkutan memiliki

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Sedangkan snowball


34

sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang pada mulanya

jumlahnya sedikit namun lama-kelamaan menjadi banyak untuk

melengkapi informasi yang dibutuhkan penulis dalam penelitian. Dalam

buku Metodologi Penelitian Sosial (Ismael Nurdin, Sri Hartati,

2019:104). menjelaskan bahwa sampel dari purposif sampling

didalamnya terdapat wakil-wakil dari setiap populasi. Untuk itu,

informan yang akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3. 2 Sumber Informan

No Informan Jumlah Keterangan

1. Kakesbangpol 1 Orang I1

2, Sekretaris kesbangpol 1 Orang I2

3. Kepala Distrik kwamki 1 Orang I3


Narama
4. Sekretaris distrik kwamki 1 Orang I4
narama
5. Kepala Adat 1 Orang I5

6. Tokoh Adat 1 Orang I6

3.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utaman adalah

peneliti itu sendiri. Peneliti sebagai instrumen artinya peneliti harus dapat

menyesuaikan diri dengan keadaan dilapangan dan harus pake dengan


35

stimulus dari lingkungan. Penelitian ini harus dilakukan dengan teliti agar

data-data yang diperlukan dapat terkumpul.

Instumen penelitian sebagai alat bantu dapar berupa pedoman

wawancara, lembar pengamatan, angket, daftar cocok,soal tes, inventori,

dan lain sebagaiya. Arikunto (2019) peneliti sendiri yang menjadi

pengamat dan pewawancara. Tugas peneliti sebagai instrumen penilitian

meliputi planing (perencanaan), pengumpulan data, dan analisis data

hingga penulisan laporan akhir dilakukan oleh peneliti sendiri. Arikunto

2016 dalam Saleh, (2017:58).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian teknik mengumpulkan data

merupakan langkah yang strategis dalam penelitian. Tanpa peneliti

memahami teknik pengumpulan data maka data yang di dapat tidak

sesuai.

Sugiyono, (2013:225) mengemukakan bahwa dalam penelitian

kualitatif penelitian data dilakukan pada kondisi yang alamiah dan Teknik

pengumpulan data lebih banyak kepada observasi, wawancara,

dukumentasi dan tringulasi. Dalam penelitian ini Teknik pengumpulan

data menggunakan cara sebagai berikut:

3.5.1 Observasi (observation)

Observasi adalah kegiatan yang menggunakan pancaindera,

dapat dengan pengelihatan, penciuman, pendengaran, untuk


36

memperoleh informasi yang dibutuhkan guna menjawab masalah

penelitian. Simangunsong (2017:218-219) mengatakan bahwa terdapat

beberapa bentuk observasi dalam pengumpulan data yaitu :

1. Observasi partisipasi (Participant observation)

Observasi Partisipasi merupakan pengumpulan yang

dengan tujuan menghimpun data penelitian melalui

pengamatan dan penginderaan

2. Observasi tidak terstruktur

Observasi tidak terstruktur ialah cara pengamatan

dengan tidak memakai pedoman observasi, agar peneliti

mengembanggan pengamatannya dari perkembangan yang

terjadi di lapangan.

3. Observasi kelompok

Observasi kelompok adalah cara pengamatan oleh

sekelompok tim peneliti terhadap topik yang diangkat menjadi

objek penelitian.

Dalam Penelitian ini teknik yang digunakan penulis adalah teknik

observasi partisipasi. Penggunaan observasi partisipasi digunakan

peneliti dengan tujuan untuk menggali informasi melalui pengamatan

dan pengindraan, yang mana dalam teknik penelitian ini pelaku peneliti

terlibat aktif dengan objek atau informan (sekaligus menjadi pengamat)

yang paling relavan dengan implementasi sistem pemerintahan


37

berbasis elektronik di Dinas Persandian, Komunikasi dan informatika

kambupaten Manokwari dari landasan normatif.

3.5.2 Wawancara

Simangmungson (2917:215) menyatakan bahwa “wawancara

merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam

tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian”.

Esterberg (2012) dalam Sugiyono (2013:233) meyampaikan beberapa

macam wawancara sebagai berikut:

1. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur merupakan salah satu teknik
pengumpulan data. Maka dari itu dalam mengumpulkan
peneliti harus mempersiapkan instrumen penelitian yang
berupa pertanyaan- pertanyaan alternatif.
2. Wawancara semiterstruktur
Pelaksanaannya lebih bebas dari pada wawancara
terstruktur. Tujuan wawancara untuk menggali masalah
secara lebih terbuka, Dalam wawancara ini setiap
narasumber dimintai pendapat dan idenya.
3. Wawancara tak berstruktur
Wawancara tak berstruktur merupakan wawancara
yang tidak memiliki pedoman yang sudah disusun secara
teratur dan lengkap untuk pengambilan datanya.
Teknik Yang digunakan yang digunakan penulis pada penelitian

ini adalah teknik wawancara semi terstruktur. Penggunaan wawancara

semi terstruktur, wawancara ini bersifat informal yang bertujuan untuk

menjaga kewajaran suasana dalam proses wawancara dan disertai

protokol wawancara yang menjadi instrumen peneliti dalam melakukan

wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan alternatif.


38

3.5.3 Dokumentasi

Menurut Ismail Nurdin, Sri Hartati, (2019:201) Dokumentasi

mempunyai tujuan guna medapatkan data langsung dari tempat

penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, praturan- peraturan,

laporan kegiatan, foto- foto, film dokumentar, data yang relevan

penelitian.

Dapat dikatakan Dokumentasi yang digunakan peneliti untuk

membantu dalam penelitian adalah data-data yang menyangkut

tentang permasalahan yang ada dalam penelitian, kamera untuk

mengambil foto-foto dan alat perekam untuk merekam dalam proses

wawancara.

3.5.4 Trigulasi

Menurut (Sugiyono, 2013)Sugiyono (2013:241) mengemukakan

bahwa tringulasi artinya peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data. Peneliti

menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan

dokumentasi untuk mendapatkan data dari sumber data.

3.6 Teknik Analisis Data

“Menurut Ismail Nurdin, Sri Hartati, (2019:203) Analisis data ialah sebuah
prosedur atau upaya pengolahan data untuk dijadikan suatu informasi
baru agar karakteristik data tersebut menjadi lebih mudah dipahami dan
digunakan sebagai pemecah masalah, khususnya yang berkaitan dengan
penelitian.”
“Menurut silahi (2012:339) Adapun tiga alur kegiatan yang terjadi didalam
sebuah kegiatan analisis, diantaranya redukasi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi. Ketiga langkah-langkah tersebut akan
39

dipergunakan penulis di dalam analisis data antara lain sebagai berikut:”


1. Reduksi data
Reduksi data di dapatkan dari hasil wawancara, observasi,
maupun kuesioner di tempat peneliti melakukan penelitian
dan ditulis dalam bentuk uraian yang terperinci. Reduksi data
sama juga halnya seperti merangkum dengan cara memilih
pokok-pokok data yang penting agar peneliti dapat
memperlihatkan sebuah gambaran yang jelas mengenai
objek penelitian.
2. Penyajian data
Setelah meredukasi data, langkah selanjutnya yaitu
menyajikan data agar bisa dipahami dengan mudah, apabila
data yang didapatkan sangat banyak dan sulit untuk
dipahami, maka dilakukan penyederhanaan melalui tahap
penyajian data.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Kesimpulan pada penelitian kualitatif adalah temuan baru
yang sebelumnya pernah ada. Kesimpulan awal yang
ditetapkan sementara, kesimpulan bisa saja berubah apabila
telah didapatkan temuan baru dan kuat. Namun apabila
kesimpulan yang lebih awal mempunyai bukti yang cukup
lebih meyakinkan dibanding temuan baru maka yang
digunakan ialah kesimpulan awal.

Dari penjelasan diatas mereduksi data merupakan mengabungkan

pokok-pokok data dari hasil wawancara, observasi, serta Dokumentasi

yang dijadikan satu untuk ditampilkan dalam penelitian, sedangkan

penyajian data adalah langka dalam pemaparan setelah peneliti selesai

dalam mereduksi data serta tahap akhir yaitu menarik kesimpulan, dalam

menarik kesimpul/ verivikasi data yang ada dibatasi untuk menjamin

bahwa data yang ada merupakan data yang nyata dan bukan hanya

angan atau karangan dari peneliti. Setelah itu tahap verivikasi merupakan

tahap untuk memastikan bahwa kesimpulan yang dilakukan telah

dilaksanankan dengan baik dan jelas tanpa adanya keraguan dari penulis
40

ataupun pembaca.

3.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian


3.7 1 Jadwal Penelitian

Berdasarkan kalender Akademik Institut Pemerintahan Dalam

Negeri (IPDN) Tahun ajaran 2022/2023. Pelaksanaa Penelitian Skripsi

Diseuaikan bersamaan dengan cuti akademik Praja IPDN. Adapun

jadwal Kegiatan penelitian yang di susun Peneliti berdasarkan kalender

akademik yang dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Tabel 3. 3 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN DAN PENYUSUSNAN


SKRIPSI PRAJA UTAMA TAHUN AKADEMIK 2022/2023
AGS SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN
NO. KEGIATAN 2022 2022 2022 2022 2022 2023 2023 2023 2023 2023 2023
12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan AA A A
Judul dan PP P P
Penyusunan RR R R
Usulan 22 2 2
1. Penelitian 00 0 0
22 2 2
22 2 2
Pengumpulan
Naskah
2.
Usulan
Penelitian &
Seminar Usulan
3. Penelitian
Perbaikan
Usulan
4. Penelitian
Penelitian dan
5. pengumpulan
data
Penyusunan
6. Skripsi
Pengumpulan
7. Skripsi
Ujian
6. Komprehensif
Perbaikan dan
Pengumpulan
7. Skripsi
Sumber : Kalender Akademik IPDN Tahun 2022/2023

Keterangan : : Pelaksanaan Kegiatan


41

3.7.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan

penelitian tersebut. Oleh sebab itu pada penelitian ini lokasi yang dipilih

peneliti untuk menjadi tempat pelaksanaan penelitian yaitu pada

pemerintah daerah kabupaten Mimika


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. In Jakarta:


Rineka Cipta (p. 172).

Arjuna, Y. D. (2020). Implementasi Program E-Tilang Dalam Penegakan Hukum


Pelanggaran Lalu Lintas Di Wilayah Hukum Polres Banyumas. Advances in Police
Science Research Journal, 4(1), 49–90.

Budrisari, F. (2014). Mengungkap Aspek-Aspek Matematika Pada Penentuan Hari Baik


Aktivitas Sehari-Hari Masyarakat Adat Kampung Kuta Di Ciamis Jawa Barat
Universitas Pendidikan Indonesia. Study Etnhomathematics, 4, 1–30.

Burbano. (2015). No TitleÉ?__. Ekp, 13(3), 1576–1580.

Covid-, P. (2020). 34391-75934-1-Sm.

Dkk., P. S. M. (2020). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian


Tindakan Dalam Pendidikan Olahraga.

Dr. Ismael Nurdin, Dra. Sri Hartati, M. S. (2019). Metodologi Penelitian Sosial.

Dr.farida Nugrahani, M. H. (2014). dalam Penelitian Pendidikan Bahasa. 信阳师范学院,


1(1), 305.

Hermawan, S. (2010). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D).

Jamaluddin, J., & Syarifuddin, S. (2014). Ambiguitas dan Konflik Peran serta
Independensi sebagai Determinan Kualitas Audit Internal. Jurnal Akuntansi
Multiparadigma, 5(3). https://doi.org/10.18202/jamal.2014.12.5031

Jamilah. (n.d.). Kinerja Pegawai Kelurahan Dalam Penyaluran Beras Pada Program Beras
Miskin Di Kelurahan Kampal. 136–141.

Khoiri, N. (2015). Metodologi Penelitian Pendidikan Ragam,Model & Pendekatan.


Prosedur Penelitian, 5–200.

Kosanke, R. M. (2019). 済無 No Title No Title No Title.

Mimika, K., & Papua, P. (2017). Tinjauan Hukum Hak Asasi Manusia Terhadap Pertikaian
Antar Suku Di Kabupaten Mimika Provinsi Papua. Lex Administratum, 5(1), 20–31.

No Title 一种适用于非侵入式负荷监测的暂态事件检测算法. (n.d.). 1–12.

Saleh, S. (2017). Penerbit Pustaka Ramadhan, Bandung. In Analisis Data Kualitatif.

Suci, W. (2020). Pengantar Metodologi Penelitian. In Antasari Press.

viii
Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

Virgiawan, K. (2015). OPERASIONALISASI KONSEP DAN VARIABEL DALAM PENELITIAN


KUANTITATIF. Https://Slideplayer.Info/Slide/2841282/.

ix
LAMPIRAN I

Anda mungkin juga menyukai