PELESTARIAN ALAM
Manggarai Timur)
Oleh :
1703010066
KUPANG
2021
KATA PANGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Masa Esa atas
Alam.” dan penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Nusa Cendana.
1. Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang, Bapak Prof. Ir. Fredrik L. Benu,
M.Si, Ph.D
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Nusa Cendana Kupang,
5. Bapak Alfred E.O. Mau S.Sos, M.Si , selaku Dosen Pembimbing II yang
ii
6. Bapak Drs. Jacob Wadu, M.Si. Bapak Made N.D. Andayana, S.H, M.Si. Ibu
Catryn V. Adam, S.Sos, M,Si selaku Dosen Penguji yang sudah banyak
RKW TWA Ruteng Wilayah IV, Bapak Gerardus Naji, selaku Kepala Desa
Satar Nawang dan salah satu anggota MMP (Masyarakat Mitra Polhut),
Bapak David Geong sebagai Tokoh Adat atau Tu’a adat di Desa Satar
Nawang yang juga termasuk salah satu MMP, Bapak Paskalis Samin dan
8. Orang tua tercinta, Bapak Stanislaus Mas, Ibu Yasinta Kono, Kaka dan Adik
kritik dan saran serta masukan yang bersifat membangun dari semua
bagi pembaca.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Teks Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
v
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian....................................................... 39
4.1.3. Kependudukan................................................................................... 47
BAB V PENUTUP
vi
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
Hutan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada
Masyarakat Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara yang memberikan
manfaat serbaguna bagi umat manusia.Hutan juga merupakan salah satu sumber daya
alam yang berperan dalam menjaga, mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air
interaksi yang kuat dengan masyarakat yang hidup disekitarnya, dimana masyarakat
masih mengandalkan hidupnya pada hutan. Menurut (Foskett dan Foskett. 2004), dalam
tersebut tersebar di kurang lebih 2.805 desa didalam kawasan hutan dan kurang lebih
16.605 desa di sekitar hutan (Daryanto. 2011).Sejumlah 3.526 desa diantaranya terdapat
Berdasarkan fungsinya, hutan dibagi menjadi tiga yaitu hutan konservasi, hutan
lindung dan hutan produksi.Hutan dengan fungsi konservasi dan lindung berperan dalam
1
air dan kesuburan tanah merupakan urat nadi kehidupan mahluk yang ada di muka bumi
Saat ini diperkirkan lebih dari tiga perempat penduduk Indonesia yang
menggantungkan hidupnya pada hasil hutan.Hal ini disebabkan karena mereka bermukim
atau bertempat tinggal di daerah kawasan hutan.Dari tahun ke tahun kerusakan hutan
610.375,92 Ha dan tercatat sebagai peringkat ketiga kerusakan hutan terparah di dunia
ancaman yang akan menimbulkan dampak merugikan bagi kawasan maupun masyarakat
itu sendiri. Di sisi lain, masyarakat merupakan sumberdaya potensial bagi konservasi
kawasan Taman Wisata Alam Ruteng .Dengan demikian, kepentingan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya serta perilaku mereka tidak dapat dipisahkan dalam pengelolaan
Taman Wisata Alam atau yang di singkat dengan TWA ini adalah wilayah konservasi
yang memiliki peruntukan sebagai pariwisata maupun sarana rekreasi.Taman ini terletak
di dalam wilayah konservasi dan perlindungan alam. Taman Wisata Alam menurut UU
No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan
2
rekreasi alam. Oleh karena itu pengelolaan kawasan hutan TWA harus memperhatikan
(2005), kawasan konservasi harus merupakan hubungan yang serasi dengan program
pembangunan wilayah memerlukan hubungan yang terus menerus antara berbagai macam
otoritas perencanaan dan pengelolaan serta yang terpenting adalah masyarakat setempat
Kawasan hutan TWA Ruteng pada awalnya merupakan hutan lindung seluas
17.857,60 hektar dan hutan produksi seluas 14,388 hektar.Kedua fungsi hutan tersebut
selanjutnya berubah fungsi menjadi Taman Wisata Alam Ruteng. Perubahan fungsi
hektar.
Penetapan kawasan hutan TWA Ruteng sesuai dengan kriteria menurut Ditjen
PHKA, 2006 bahwa kawasan taman wisata alam merupakan salah satu kawasan
konservasi dengan tujuan utama pemanfaatan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi
alam. Adapun kriteria penunjukkan dan penetapan kawasan taman wisata alam yaitu
pertama, mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam
serta formasi geologi yang menarik; kedua, mempunyai luas yang cukup untuk menjamin
kelestarian fungsi potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi
3
pariwisata alam. Sesuai dengan fungsinya, taman wisata alam juga dapat dimanfaatkan
untuk, pertama, pariwisata alam dan rekreasi; kedua, penelitian dan pengembangan
(kegiatan pendidikan dapat berupa karya wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-
hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Pemerintah yang mengelola kawasan TWA
harus berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspekaspek
ekologi, teknis, ekonomis dan social budaya.Aspek pengelolaan ini menjadi penting
mengantisipasi berbagai ancaman yang berpotensi untuk merusak kawasan tersebut dan
Manggarai dan Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.Yang di kelola oleh
KSDA (konservasi sumber daya alam) Ruteng. Secara grografis berada pada titik
koordinat antara 8°30’ - 8°42’ LS dan 120°15’ - 120°50 BT. Memiliki luas 32.245,60
hektar dengan pembagian luas kawasan 8.013,60 hektar berada di wilayah Kabupaten
Manggarai dan seluas 24.235 hektar berada di wilayah Kabupaten Manggarai Timur
membujur dari arah timur ke barat yang berjarak sekitar 15 km dari pantai selatan dan 35
km dari pantai utara. Terdapat 76 daerah penyangga pada TWA Ruteng dimana 26
4
Terdapat berberapa potensi wisata yang ada di kawasan TWA Ruteng seperti :
Kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng selama ini hanya
1.500 wisatawan per tahun itupun wisatawan minat khusus.Berbeda dengan kunjungan
Wisatawan yang berkunjung ke TWA Ruteng hany untuk singgah sebentar atau istirahat
Kondisi sosial ekonomi dan budaya TWA Ruteng berbatasan langsung dengan
beda terutama untuk adat istiadat.Desa Satar Nawang merupakan salah satu desa
peyangga yang berada di sekitar Kawasan TWA Ruteng, yang dimana aktivitasnya
berinteraksi langsung dengan Kawasan TWA yang dimana sebagaian besar masyarakat
5
TWA Ruteng adalah “Rumah Ibu” bukan hanya bagi biota yang ada di dalamnya
tetapi juga bagi seluruh masyarakat Manggarai dan Manggarai Timur.Namun kini rumah
Wisata Alam (TWA) Ruteng sudah berinteraksi dengan kawasan sejak sebelum
yang dijumpai adalah klaim lahan (okupasi), aktivitas pembalakan liar (illegal logging)
merupakan masalah inti , namun sebenarnya perambahan dan illegal logging adalah
gejala oleh karena itu perlu dicari penyebab terjadinya perambahan. meliputi 4 faktor.
kawasan hutan. Bagi masyarakat relasi mereka dengan hutan merupakan relasi
yang bersifat sosial, ekonomi dan spiritual. Hutan tidak hanya berfungsi
SDA dan kewajiban yang sama untuk melestarikannya sesuai aturan adat.
6
2. Faktor kedua adalah ketidakpastian status lahan karena penetapan sepihak
kedalam wilayah TWA Ruteng. Dasar klaim pemerintah atas wilayah adat
bahwa pengelolaan hutan adat diakui keberadaannya namun hak tersebut dapat
3. Faktor ketiga adalah ketidaksepakatan tata batas yang disebabkan karena batas
7
setempat secara partisipatif sehingga menjadi salah satu penyebab konflik
beberapa motivasi.:
garapan kurang subur sedangkan lahan dalam kawasan TWA Ruteng tingkat
satunya acuan pengelolaan SDA tetapi secara de facto ada sistem nilai adat.
sebelum penetapan kawasan memiliki hak- hak adat atas sumberdaya alam
meniru masyarakat lain yang merambah hutan sejak tahun 1990-an dan diawal
tahun 2000-an dan sudah memberikan dampak ekonomi keluarga yang cukup
baik karena tidak memiliki keterampilan lain selain berladang yang juga
8
ditunjang oleh rata-rata tingkat pendidikan masyarakat sekitar kawasan yang
rendah.
secara turun temurun yang dapat dibuktikan dengan adanya kampung lama
(bangka) yang ada di dalam kawasan hutan. Hal ini pula yang mendasari
sebagai budaya setempat dengan semboyan “harat kope” artinya upah menjaga
batas kawasan.
terminologi tersebut saling tumpang tindih, saling menggantikan dan mengacu pada suatu
lokal terhadap sumber daya alam yang berupa kawasan konservasi. Ketika masyarakat
lokal tidak dapat memanfaatakan produk-produk fisik kawasan konservasi baik berupa
9
kayu maupun hasil non kayu, maka harus dicari alternatif lain yang perlu dikembangkan
konservasi tersebut.Produk kawasan konservasi yang berupa jasa lingkungan dan wisata
alam misalnya, dapat dijadikan sumber penghasilan masyarakat yang tinggal di sekitar
mendesain paket wisata yang mampu menyerap masyarakat lokal sebagi tenaga kerja
Upaya pelestarian lingkungan atau dalam hal ini upaya yang terfokus pada upaya
tidak mengambil bangian dalam pelestarian kawasan konservasi maka yang terjadi adalah
permasalahan yang ada di kawasan konservasi. Seperti halnya kawasan konservasi Taman
Wisata Alam Ruteng, yang dari tahun ke tahun selalu mengalami permasalahan yang
sama yaitu illegal logging atau perusakan hutan dengan cara membakar hutan atau
10
Menganalisis Strategi pemberdayaan masyarakat pada kawasan dalam menjaga
kegiatan pemberdayaan masyarakat di Taman Wisata Alam dan kawasan konservasi lain.
peran timbal balik antara kesejahteraan masyarakat dan kelestarian kawasan konservasi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penelitian.Diantaranya yaitu:
adalah strategi LSM Mitra Bentala yang terdiri dari upaya pelestarian hutan
hidup layak Provinsi Lampung yang saat itu berkisar Rp.1008.109,- perbulan. Hal
12
SDM organisasi serta masalah pendanaan, sedangkan dari factor eksternal yaitu
kondisi SDM lokal dan fasilitas kegiatan yang kurang memadai. Penelitian ini
elemen faktor kunci, 8 (delapan) elemen alternative strategi, dan 5 (lima) elemen
setelah dihitung dengan QSPM adalah sebagai berikut: (1) Kerjasama kemitraan
kualitas SDM, penelitian dan pelesatarian alam (Skor 6,85), (2) Mengemas lebih
13
atraktif atraksi wisata dengan mengedepankan Reputasi Gunung Krakatau (Skor
6,7), (3) Optimalisasi penggunaan IT untuk merebut pasar (Skor 6,7), (4)
berbeda (Skor 6,45), (5) Koordinasi dan kerjasama semua pihak dalam
ini pun turut mengilhami penulis melakukan penelitian sejenis yakni tentang
14
ekowisata di Pulau tanpa kerja sama bagaimana pengembangan
Sebesi dengan masyarakat staregi yang ekowisata dengan
di sekitar ekowisata di lakukan. menggunakan
Nama Peneliti : analisi SWOT
Helmy Adi
Penelitian ini :
Tahun Penelitian :
2010 Penelitian ini
tentang strategi
pemberdayaan
masyarakat dengan
menggunakan
Teori Strategi
Pemberdayaan
Sulistyani.
1. Pengertian Pemberdayaan
dari kata dasar power berarti kekuatan atau daya dalam BahasaIndonesia.Empowerment
15
(redistribusi)kekuatan/daya (power) dari pihak yang memilikinya kepada pihak yang
pengendali yang berbasis pada upaya memperlebar ruang partisipasi rakyat (Pambudi,
berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau kemampuan”. Bertolak dari
daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau pemberian daya, kekuatan atau kemampuan
dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum
sebuah proses pembangunan konsensus diantara berbagai individu dan kelompok sosial
prosesmengembangkan,memandirikan,menswadayakan,memperkuat posisi
segala bidang dan sektor kehidupan. ada pula pihak lain yang menegaskan bahwa
sebuah kepentingan bersama atau urusan yang secara kolektif dapat mengidentifikasi
16
posisi tawarmenawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di
segala bidang dan sektor kehidupan. ada pula pihak lain yang menegaskan bahwa
sebuah kepentingan bersama atau urusan yang secara kolektif dapat mengidentifikasi
sasaran, mengumpulkan sumber daya, mengerahkan suatu kampanye aksi dan oleh
sosial maupun ekonomi, maka pemberdayaan sosial merupakan suatu upaya untuk
intinya ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan
dan menentukan tindakan yang akan dia lakukan yang terkait dengan diri mereka,
termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal
ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang dia miliki, antara lain melalui transfer daya dari
lingkungannya”.
17
memamfaatkan sumber daya yang dimiliki, baik itu sumber daya manusia (SDM)
maupun sumber daya alam (SDA) yang tersedia dilingkungannya agar dapat
masyarakat agar berkembang dan mempunyai motivasi yang kuat dalam berpartisipasi
dalam proses pemberdayaan. Masyarakat dalam hal ini menjadi pelaku atau pusat
proses pemberdayaan.
sosial dan strategi perumusan program.Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
18
pemahaman diantara pihak yang memberikan bantuan dengan sasaran penerima
dalam menjelaskan bahwa bagi para pekerja sosial dilapangan, kegiatan pemberdayaan
dapat dilakukan melalui pendampingan sosial. Terdapat 5 (lima) kegiatan penting yang
a) Motivasi
mereka agar dapat terlibat dalam kegiatan pemberdayaan yang nantinya dapat
19
masyarakat untuk menciptakan sumber penghidupan dan membantu
c) Manajemen diri
tersebut.
d) Mobilisasi sumber
sumbangan sukarela dengan tujuan untuk menciptakan modal sosial. Hal ini
didasari oleh pandangan bahwa setiap orang memiliki sumber daya yang dapat
diberikan dan jika sumber-sumber ini dihimpun, maka nantinya akan dapat
20
Menurut Jim Ife ada 3 strategi yang diterapkan dalampemberdayaan masyarakat,
yaitu :
dalam meningkatkan kekuasaan yang efektif agar sistem politik yang tetutup
langsung atau dengan memperlengkapi mereka agar lebih efektif dalam arena
politik.
21
diperparah dengan tidak adanya skill untuk bertahan hidup secara ekonomi
dan sosial. Oleh karena itu masyarakat perlu di beritahu akan pentingnya suatu
a. Penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga
kemandirian.
untuk mengubah perilku agar sadar untuk meningkatkan potensi mereka untuk
22
kesejahteraan bersama. Pada tahap ini masyarakat di berikan kesadaran akan
dan dirinya untuk kepentingan bersama. Tahapan ini membuat masyarakat harus
atau untuk lebih mendukung potensi yang dimiliki masyarakat. Pada tahap ini
23
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan diatas dicapai
melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu:
(Suharto,1997:218-219).
kemandirianmasyarakat.
24
berusaha. Istilah pemberdayaan sendiri dipakai untuk menggambarkan
masyarakat untuk ikut andil dalam kebijakan pemerintah, sehingga kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah dapat tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat.Partisipasi
Partisipasi berasal dari bahasa latin partisipare yang mempunyai arti dalam bahasa
2009: 46) menyatakan “partisipasi adalah keterlibatan yang bersifat spontan yang
Partisipasi merupakan sikap keterbukaan terhadap persepsi dan perasaan pihak lain.
25
Partisipasi berarti perhatian mendalam mengenai perbedaan dan perubahan yang akan
partisipasi merupakan kesadaran mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh pihak-
secara umum dan luas.Partisipasi adalahsebuah konsep sentral, dan prinsip dasar dari
pengembangan masyarakat karena, di antara banyak hal, partisipasi terkait erat dengan
Cohen dan Uphoff dalam Siti Irine Astuti D. (2009: 39-40) membedakan
masyarakat untuk menuju kata sepakat tentang berbagai gagasan yang menyangkut
penting, karena masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan orientasi
tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan (Cohen dan Uphoff
26
dalam Siti Irene Astuti D., 2009: 39). Dengan demikian partisipasi masyarakat
program merupakan lanjutan dari rencana yang telah disepakat sebelumnya, baik
Menurut Ndraha dan Cohen dan Hoff dalam Siti Irene Astuti D. (2009: 39), ruang
menggerakkan sumber daya dan dana. Kedua, kegiatan administrasi dan koordinasi
dan ketiga penjabaran program. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
c) Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak terlepas dari
kualitas maupun kuantitas dari hasil pelaksanaanmprogram yang bisa dicapai. Dari
peningkatan output, sedangkan dari segi kualitas dapat dilihat seberapa besar
27
bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program tela sesuai dengan
Secara singkat partisipasi menurut Cohen dan Uphoff dalam Siti Irene Astuti D. (2009:
bersama.
Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu
menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasiyang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki
wujud) dan juga bentukpartisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata
28
danketerampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalahpartisipasi buah
program.
29
e. Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakatterlibat
Partisipasi menurut Effendi dalam Siti Irine Astuti D. (2009: 37),terbagi atas
dalam kondisi tertentu, masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program
pihak lain, dalam hubungan di mana masyarakat berada sebagai status bawahan,
di mana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan
dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu “partisipasi non fisik dan
partisipasi fisik”. Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua) dalam
buku atau bentuk bantuan lainnya. Sedangkan partisipasi non fisik adalah partisipasi
30
meratanya animo masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan,
suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program
namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program.Menurut Holil
(1980: 9-10), unsur-unsur dasar partisipasi sosial yang juga dapat mempengaruhi
31
i. Kepekaan dan ketanggapan masyarakat terhadap masalah, kebutuhan-
dapat berasal dari unsur luar/lingkungan. Menurut Holil (1980: 10) ada 4 poin yang
b. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat;
kelompok.
4. Pentingnya partisipasi
32
a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh
gagal;
Menurut Ife dan Tesoriero (2008: 295) partisipasi merupakan alat danjuga
tujuan, karena membentuk bagian dari dasar kultur yang membuka jalanbagi
tercapainya HAM.
33
Penekanan pada mencapai tujuan dan Fokus pada peningkatan kemampuan
rakyat untuk berpartisipasi bukan
tidak terlalu pada aktivitas partisipasi sekedar mencapai tujuan-tujuan
itu sendiri. proyek yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
Sumber: Oakley at al. 1991 (dalam Ife dan Tesoriero, 2008: 296)
Pengertian taman wisata alam menurut UU No.5 Tahun 1990 tentang konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistem adalah kawasan pelestarian alam yang
Alfarian (Joko Untoro dan Paulus), taman wisata alam adalah hutan wisata yang
memiliki keindahan alam, baik keindahan flora, fauna, maupun alam itu sendiri yang
34
kebudayaan. Adapun kriteria-kriteria untuk penunjukan dan penetapan sebagai
a. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala
b. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan
pariwisata alam.
a. Fungsi pelestarian
b. Fungsi akademis
c. Fungsi pariwisata
Taman wisata alam berfungsi sebagai tujuan wisata dan rekreasi alam yang
35
b. Penelitian dan pengembangan
c. Pendidikan
Menurut UU No.5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan
a. Pengelolaan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam
b. Di dalam zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya, dan taman
pengelolaan.
hak pengusahaan atas zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya,
d. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan
yang mengelola kawasan TWA harus berdasarkan satu rencana pengelolaan yang
36
yang berpotensi untuk merusak kawasan tersebut dan membuat perubahan fungsi
kawasan.
Dalam pengelolaan hutan yang berbasis pada peran masyarakat, maka prinsip
a. Prinsip Co-Ownership yaitu kawasan hutan adalah milik bersama yang harus
didalamnya yang harus diakui namun juga perlindungan yang harus dilakukan
bersama;
kelestarian hutan dapat tercapai dengan melibatkan secara aktif peran serta
Untuk itu perlu kebijakan pemerintah untuk melakukan program atau kegiatan
37
masyarakat yang terdapat di dalam maupun di sekitar kawasan hutan TWA
Ruteng.
berhubungan dengan berbagai faktor yang didefinisikan menjadi sebagai masalah penting
(sugiyono, 2016: 283.) .Kerangka berpikir merupakan alat berpikir peneliti dalam
terjadi di lapangan :
2. Transformasi Kemampuan
38
3. Peningkatan Kemampuan
(Sulistiyani, 2004:82)
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.Berdasarkan hal
tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan
dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan dan tertulis
dari orang dan yang peneliti amati. Penggunaan pendekatan penelitian ini disesuaikan
39
Pemberdayaan Masyarakat sekitar Taman Wisata Alam (TWA) dalam Pelestarian Kawan
Hutan Lindung.
a. Lokasi Penelitian
2. Letak desa Satar Ngawang yang berdekatan dengan hutan lindung TWA
Ruteng.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai bulan Mei 2021.
40
Ruteng Desa Satar
Ngawang oleh para
pengelola TWA melalui
sosialisasi dan
pendampingan
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat
41
diperoleh. Menurut sumbernya data penelitian dapat digolongkan menjadi dua,
antara lain
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian.
Sumber data primer yang penulis peroleh berupa hasil observasi langsung di
lapangan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung
berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Data
sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah data-data yang berasal dari
catatan, buku, surat-surat, jurnal, penelitian yang terkait dengan tema yang
akan diteliti.
Informan dalam penelitian kualitatif dapat memberikan informasi atau data mengenai
masalah yang hendak di teliti dan yang memiliki pengalaman dan kemampuan yang
42
No. Informan Teknik Alasan Memilih Informan Jumlah
mendapatkan Informan
informan
kawasan TWA.
pemberdayaan masyarakat
di TWA Ruteng
43
4. Kepala MMP Purposive Kepala MMP sekaligus 1 orang
hargai di Desa
44
dengan permasalahan yang ingin di tanyakan kepada informan. Peneliti juga
2. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk menghimpun data sekunder yang memuat informasi
laporan kerja foto-foto kegiatan dan dokumen lainnya di kantor desa dan kanto
TWA Ruten
3. Observasi ( Pengamatan)
manusia, dan situasi sosial serta konteks kegiatan itu terjadi, dan berhubungan
dengan focus penelitian. Fokus pengamatan dilakukan di desa Satar Nawang dan
Menurut Masri Singarimbun (1989: 117) yang dimaksud instrument penelitian adalah
alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalammengumpulkan data agar
pedoman wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan untuk diberi tanggapan oleh
subjek penelitian.
45
3.8. Teknik Analisis Data
Menurut Moleong(2007:280-281),“Analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Langkah-langkah
analisis data menurut Miles dan Huberman (Sugiyono,2016:247-252),
adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data (data collection)
Pengumpulkan data di lokasi penelitian dengan melakukan observasi,
wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan strategi pengumpulan
data yang dipandang tepat dan untuk menentukan fokus serta pendalaman
data pada proses pengumpulan data berikutnya.
46
3.8. Teknik Pengujian Keabsahan Data Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:121), uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif meliputi: uji validitas internal, validitas eksternal, reliabilitas dan
obyektivitas. Patokan utama dalam penelitian ini adalah uji kredibilitas data
karena Sugiyono (2011:383) mengatakan bahwa uji keabsahan data yang
paling penting dalam penelitian kualitatif adalah uji kredibilitas data. Uji
kredibilitas data dilakukan melalui cara: perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus negatif,
diskusi dan member check.
1) Perpanjangan pengamatan: melalui perpanjangan pengamatan ini,
peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini
merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang diperoleh
selama ini setelah dicek kembali pada sumber data aslinya atau pada
sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan
pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data
yang pasti kebenarannya.
2) meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
3) Triangulasi: triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, teknik
pengumpulan data dan waktu.
4) Analisis kasus negatif berarti kasus yang tidak sesuai atau berbeda
dengan hasil penelitian hingga pada waktu tertentu. Melakukan analisis
kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan data yang telah ditemukan, bila tidak ada lagi data
47
yang berbeda atau bertentangan dengan temuan berarti data yang
ditemukan sudah dapat dipercaya.
5) Menggunakan bahan referensi berarti adanya pendukung untuk
membuktikan bahwa data yang telah ditemukan oleh peneliti seperti hasil
wawancara yang didukung dengan rekaman wawancara, foto dan
dokumen autentik (Sugiyono,2013:129).
6) Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahaui
apakah informasi yang akan digunakan dalam penelitian laporan sesuai
dengan apa yang dimaksudsumber data atau informan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Desa Satar Nawang
Gambar 4.1. Peta Desa Satar Nawang
48
(Sumber : Geogle Earth)
4.1.2. Kondisi Geografis
Desa Satar Nawang merupakan salah satu desa peyangga yang ada di
wilayah TWA Ruteng yang masuk kedalam bagian wilayah Resort IV.
Desa Satar Nawang secara administrasi berada di wilayah kecamatan
Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur. Dengan luas wilayah
7,41 km², memiliki batas-batas wilayah administrasi yaitu :
Bagian Utara berbatasan dengan Desa Golo Ngawan
Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Compang Lawi dan
Hutan Lindung
Bagian Timur berbatasan dengan desa Golo Nawan
Bagian Barat berbatasan dengan desa Wea dan desa Urung Dora.
(Sumber : RPMDes Satar Nawang 2015-2020)
4.1.3. Kependudukan
Registrasi penduduk menunjukan bahwa penduduk di desa Satar
Nawang berjumlah 1.200 jiwa dengan penduduk laki-laki sebanyak
611 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 589 jiwa. Desa Satar
49
Nawang merupakan desa pemekaran dimana memilik 1
dusun/lingkungan dengan jumlah RW 2 dan RT 4. Rata-rata penduduk
desa Satar Nawang berprofesi sebagai petani dengan jenjang
pendidikan SD-SMA.
(Sumber : RPMDes Satar Nawang 2015-2020)
4.1.4. Ekonomi
Sebagian besar penduduk Desa Satar Nawang pada kelas ekonomi
lemah dengan pekerjaan pokok masyarakat sebagai petani yang
memiliki pendapatan tidak tetap. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain ketersediaan lahan milik yang sangat kecil, sumber
daya manusia yang minim serta tidak mempunyai kemauan untuk
berusaha.Berikut rincian mata pencaharian masyarakat Desa Satar
Nawang berdasarkan jenis pekerjaan :
Tabel 4.1. Jenis Pekerjaan Masyarakat
No Pekerjaaan Jumlah (KK)
1. Petani 198
2. PNS 80
3. Honorer/THL 31
4. Pengusaha (Besar/kecil) 8
Jumlah 317
(Sumber : RPMDes Satar Nawang 2015-2020)
50
L.),pisang (Musa paradisiaca), kacang-kacangan (Arachis sp), ketela
pohon (Manihot utilissima), talas (Colocasia esculenta),kopi (Coffea
sp.), cengkeh (Syzygium aromaticum),jahe (Zingiber officinale),
kunyit (Curcuma longa),.
Sedangkan potensi unggulan di bidang peternakan meliputi budidaya :
Tabel 4.2. Potensi di bidang peternakan
No Jenis peternakan
.
Sapi 13
Kerbau 16
Kuda 10
Babi 45
Kambing 177
Jumlah 261
51
SD, SMP dan SMA. Dan juga terdapat pasar tradisional yang
beroperasi 1 mingggu 1 kali. Yang terbaru adalah di bangunnya
Puskesmas Afirmasi yang memudahkan masyarakat dari Satar
Nawang dan desa lainnya untuk berobat. Dalam rangka pemenuhan
kebutuhan masyaerakat desa, di desa satar Nawang terdapat sebuah
pasar tradisional yang beroperasi seminggu sekali tepat pada hari
jumat, dari segi sarana dan prasarananya cukup bagus karena sudah di
bangun gedung baru, namun akses menuju gedung gedung baru tidak
ada tangga untuk di naiki oleh pembeli, namun pasar ini di nilai
merupakan pasar yang sangat strategis dimana masyarakat dari desa
lain datang menjual atau membeli kebutahan ekonomi dan pasar ini
juga di nilai menjual semua kebutuhan masyarakat di desa Satar
Nawang maupun desa-desa tetangga.
Sedangkan akses jalan menuju Desa Satar Nawang sudah beraspal
dengan kondisi jalan rusak ringan hingga berat, ketersediaan sarana
transportasi hingga saat ini cukup menunjang kebutuhan masyarakat.
Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan ekomomi di desa Satar
Nawang itu sendiri.
(Sumber : RPMDes Satar Nawang 2015-2020)
52
2. Wisata Bukit Lok Pahar Wisata Alam
53
“Kami pihak TWA Ruteng sering sekali melakukan kegiatan
sosialisasi, namanya sosialisasi 3 Pilar. Sosialisasi 3 pilar ini
terbentuk pada tahun 2012. 3 pilar ini meliputi Pemerintah,Adat
dan Gereja. Disitulah kami menjelaskan kepada masyarakat terkait
bagaimana perlindungan kawasan. Ada sosialisasi, tetapi tidak
semua desa kami lakukan sosialisasi, dipilih desa-desa yang
potensial punya konflik kawasan rentan atau tinggi”. ( Ruteng 16
April 2021)
Senada dengan itu, bapak Siprianus Janggur S.Hut, selaku Kepala RKW TWA
Ruteng Wilayah IV mengatakan bahwa :
“Setiap kali ada pertemuan dalam konsep 3 pilar itu tentunya kami
akan menjelaskan seperti apa TWA ruteng dan manfaatnya kepada
masyarakat terutama di desa-desa peyangga yang berada di sekitar
kawasan hutan. Kemudian segala hal yang berkaitan dengan aturan
atau regulasi dari aspek perlindungan dan dari aspek konservasi
kami sampaikan dalam setiap pertemuan 3 pilar itu. Kemudian kalo
di lapangan kami dapati masyarakat pada saat itu juga kami
jelaskan UU yang terkait dan regulasi yang mengatur pengolahan
kawasan TWA Ruteng seperti apa. Salah satunya UU No.5 Tahun
1990”.
(Robo 15 April 2021).
Selain itu Bapak Gerardus Naji, selaku Kepala Desa Satar Nawang dan
salah satu anggota MMP (Masyarakat Mitra Polhut),mengatakan bahwa :
”Sosialiasi dari pihak TWA sering di lakukan, hanya di Desa Satar
Nawang belum secara resmi pihak TWA melakukan sosialiasi,
sebagai salah satu MMP saya pernah mengikuti sosialisasi yang di
lakukan oleh pihak TWA. Kami sebagai aparat pemerintah desa
Satar Nawang juga sering memberikan pengetahuan dan pemahaman
kepada masyarakat Satar Nawang untuk tidak merusak kawasan
hutan TWA. Terbukti dengan adanya sosialisasi kepada masyarakat
Satar Nawang, beberapa tahun terakhir sudah tidak ada yang
menebang pohon atau membuka lahan di kawasan TWA. (Satar
Nawang 19 Januari 2021)
Selain itu, Bapak David Geong sebagai Tokoh Adat atau Tu’a adat di Desa
Satar Nawang yang juga termasuk salah satu MMP, mengatakan bahwa:
54
“ Sosialisasi dari pihak TWA sudah sangat sering di lakukan, dan di
wilayah resort IV ini pernah di lakukan di desa Compang Lawi. Jadi
Peran tokoh Adat disini sebagai orang yang di percaya oleh
masyarakat, kami juga setelah pulang dari tempat sosialisasi, kami
sampaikan kepada masyarakat, sesuai dengan apa yang kami dengar
pada saat sosialisasi, berkaitan dengan perlindungan kawasan hutan
TWA”. (Satar Nawang 17 Januari 2021)
Gambar 4.2 Sosialisasi Penerapan Kolaborasi TWA Ruteng Berbasis 3
Pilar di Kabupaten Manggarai Timur
55
masyarakat disitulah baru mereka melakukan solisasi lisan dengan meberitahukan
kepada masyarakat pentingnya menjaga dan melestarikan hutan lindung.
Sementara sosialisasi resmi yang dilakukan oleh pihak TWA di desa Satar
Nawang yang dimana desa tersebut juga termasuk desa peyangga yang berada di
wilayah Resort IV, belum pernah di lakukan.
56
Pendampingan yang dilakukan oleh pihak TWA Ruteng di wilayah Resort
IV khususnya di Desa Satar Nawang, belum terlalu dirasakan oleh masyarakat
disana di buktikan oleh wawancara bersama dengan masyarakat salah satunya
Bapak Paskalis Samin mengatakan bahwa :
“ Pendampingan oleh pihak TWA belum terlalu kami rasakan
dalam hal perlindungan kawasan hutan lindung TWA Ruteng. Tetapi ada
bebarapa masyarakat kami, juga ikut dalam kelompok MMP. Kami
berharap kedepannya pihak TWA tetap bekerja sama dengan masyarakat
dalam hal perlindungan kawasan TWA Ruteng khususnya Hutan Lok
Pahar ini.
“ (Satar Nawang 18 Januari 2021)
57
4.2.2. Transformasi Kemampuan
Transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan. Masyarakat di berikan pengetahuan dan pelatihan sehingga
mendapatkan ide atau kreatifitas yang dapat digunakan untuk menunjang atau
meningkatkan kehidupan ekonomi.
4.2.2.1. Pendidikan dan Pelatihan keterampilan usaha
Masyarakat perlu menjalani proses belajar tentang pengetahuan kecakapan-
keterampilan, dengan adanya proses belajar tersebut, masyarakat mendapat
stimulus untuk mengubah perilaku atau untuk meningkatkan wawasan
pengetahuan agar lebih bermanfaat atau untuk lebih mendukung potensi yang
dimiliki masyarakat.
Menurut Bapak Siprianus Janggur S.Hut, selaku Kepala RKW TWA
Ruteng Wilayah IV mengatakan bahwa :
“Pada wilayah resort IV sampai saat ini belum ada pelatihan
keterampilan usaha. Tetapi secara keseluruhan TWA Ruteng sudah banyak
pelatihan keterampilan usaha salah satunya yaitu Lebah Madu itu. Pada
tahun 2014, di Desa wilayah Resort IV di desa Compang Lawi pernah
dilakukannya Pemberdayaan Ekomomi Masyarakat di sekitar kawasan
hutan, bantuan dalam bentuk ternak. (Robo 15 April 2021)
58
“Pelatihan Keterampilan Usaha sudah pernah di lakukan di Desa
Wejang Mewe pada kelompok Tani Sadar Lestari, yaitu dengan di berikan
pelatihan Pengolahan Sale pisang, Tempe, Tahu, dan susu kedelai.
Masyarakat di berikan pelatihan, difasilitasi oleh pihak TWA berkaitan
dengan pengadaan sarana dan prasarana produksi, dan sampai pada
pengolahan produk. Tidak hanya itu masyarakat di fasilitasi untuk
memasarkan produk olahan Sale pisang, Tempe, Tahu, dan susu kedelai”. (
Ruteng 16 April 2021)
59
TWA memiliki luas kawasan 33.093,37 hektar, dengan berbagai macam
flora dan fauna yang ada di TWA Ruteng. Berbagai macam persoalan yang ada di
Kawasan TWA Ruteng seperti Pembabakan Liar(illegal loging) dan klaim lahan
(okupasi) oleh masyarakat sekitar kawasan TWA. Maka dari itu perlu adanya
Pelatihan Perlindungan lokasi TWA Ruteng baik Pelatihan Para petugas Patroli
maupun masyarakat, sehingga meminimalisir segala aktivitas masyarakat dalam
kawasan.
Tabel 4.3. Luas resort konservasi wilayah Taman Wisata Alam(TWA) Ruteng
berdasarkan wilayah, tenaga patroli dan luasannya.
Menurut Bapak Siprianus Janggur, S.Hut, selaku Kepala RKW TWA Ruteng
Wilayah IV mengatakan bahwa :
60
Menurut Bapak Gerardus Naji selaku kepala desa dan salah satu MMP mengatakan
bahawa :
“ MMP dipilih dari beberapa desa sekitar kawasan, tujuan dari MMP itu
sendiri yaitu membantu para petugas TWA, entah itu Patroli atau kegiatan
apapun yang berkaitan dengan TWA pasti anggota MMP selalu
membantu. Ini juga bisa dikatakan bentuk partisipasi kami sebagai
masyarakat sekitar TWA Ruteng untuk membantu pengelolaan kawasan
TWA”. ( Satar Nawang 19 Januari 2021)
61
Menurut Bapak Ferdinandus Boy Kali, S.Hut, M.Ling, selaku
Tenaga Teknis Penyuluhan Kegiatan Di TWA Ruteng mengatakan
bahwa :
62
P.43/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017, salah satunya yaitu potensi
sumber daya alam yang ada di desa wejang mawe sangat berlimpah
khususnya di bidang pertanian seperti bahan baku untuk olahan Sale
Pisang, Tempe dan Tahu yang merupakan hasil sumber daya alam yang
berlimpah yang ada di desa Wejang Mawe.
63
Pengusahaan Pariwisata Alam adalah izin usaha yang diberikan untuk
mengusahakan kegiatan Pariwisata Alam di areal Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Izin Usaha
Penyediaan Jasa Wisata Alam yang selanjutnya disingkat IUPJWA adalah
izin usaha yang diberikan untuk penyediaan jasa wisata alam pada kegiatan
Pariwisata Alam. Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam yang
selanjutnya disingkat IUPSWA adalah izin usaha yang diberikan untuk
penyediaan fasilitas sarana serta pelayanannya yang diperlukan dalam
kegiatan Pariwisata Alam. Zona Pemanfaatan adalah bagian dari Taman
Nasional yang ditetapkan karena letak, kondisi, dan potensi alamnya yang
terutama dimanfaatkan untuk kepentingan Pariwisata Alam dan kondisi
lingkungan lainnya. Blok Pemanfaatan adalah bagian dari Suaka
Margasatwa, Taman Wisata Alam, dan Taman Hutan Raya yang ditetapkan
karena letak, kondisi, dan potensi alamnya yang terutama dimanfaatkan
untuk kepentingan Pariwisata Alam dan kondisi lingkungan lainnya. Usaha
Penyediaan jasa Wisata alam terdiri dari jasa :
1. Informasi pariwisata,
Usaha penyediaan jasa informasi pariwisata berupa usaha
penyediaan data, berita, fitur, foto, video, dan hasil
penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam
bentuk bahan cetak dan atau elektronik.
2. Pramuwisata;
Usaha penyediaan jasa pramuwisata dapat berupa usaha
penyediaan dan atau mengoordinasikan tenaga pemandu
wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan atau
kebutuhan biro perjalanan wisata.
3. Transportasi;
Usaha penyediaan jasa transportasi pada Suaka Margasatwa,
dapat berupa usaha penyediaan kuda, sepeda, porter, perahu
64
bermesin atau tidak bermesin untuk transportasi laut, danau,
dan sungai disesuaikan dengan karakteristik obyek wisata
alamnya, serta alat transportasi berdasarkan kreativitas
masyarakat
setempat yang sudah direkomendasi keamanannya oleh
instansi terkait. Usaha penyediaan jasa transportasi pada
Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan
Raya, dapat berupa kendaraan darat bermesin maksimal
3000 (tiga
ribu) cc.
4. Perjalanan wisata;
Usaha penyediaan jasa perjalanan wisata dapat berupa usaha
penyediaan jasa perencanaan perjalanan wisata dan atau jasa
pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata,dalam hal ini
termasuk jasa pelayanan yang menggunakan sarana yang
dibangun atas dasar kerjasama antara pengelola dan pihak
ketiga.
5. Cinderamata;
Usaha penyediaan jasa cinderamata merupakan usaha jasa
penyediaan cinderamata untuk keperluan wisatawan yang
didukung dengan perlengkapan berupa kios atau kedai usaha
6. Makanan dan minuman
Usaha penyediaan jasa makanan dan minuman yang
didukung dengan perlengkapan berupa kedai makanan atau
minuman.
7. Persewaan peralatan wisata alam.
Usaha penyediaan jasa persewaan peralatan wisata alam
65
merupakan usaha jasa persewaan peralatan snorkeling,
diving, canoing, kemah, perlengkapan pendakian, atau
perlengkapan wisata lainnya.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.8/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2019 Tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam, Di Suaka Margasatwa,Taman
Nasional,Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam pasal 19 ayat 4
tentang Tata Cara Permohonan, Persyaratan Permohonan, dan Penyelesaian
Permohonan IUPJWA Permohonan IUPJWA yang berlokasi di Taman
Nasional, Taman Wisata Alam, dan Taman Hutan Raya dapat diajukan
oleh:
a. Pelaku Usaha perorangan; atau
b. Pelaku Usaha nonperorangan.
66
Namun yang terjadi di wilayah Hutan Lok Pahar adalah kebalikannya
banyak kios-kios yang dibangun tanpa adanya ijin dari pihak TWA Ruteng,
hal ini selaras dengan apa yang di sampaikan oleh Bapak Ferdinandus Boy
Kali, S.Hut, M.Ling, selaku Tenaga Teknis Penyuluhan Kegiatan Di TWA
Ruteng mengatakan bahwa :
“Sampai saat ini kios-kios yang di bangun di sekitar Lok Pahar itu belum
mendapatkan ijin dari TWA Ruteng, dengan kata lain tindakan yang di
lakukan oleh masyarakat yang membangun kios itu di anggap tidak sah
atau ilegal.” ( 3 Mei 2021)
Menurut Bapak Siprianus Janggur, S.Hut, selaku Kepala RKW TWA Ruteng
Wilayah IV mengatakan bahwa :
“ Ketika kami melakukan patroli di sekitaran Wilayah IV termasuk Lok
pahar Kami sudah menegur dan melarang untuk tidak membangun kios di
sekitar Lok Pahar, awalnya di ikuti tetapi kemudian besoknya tetap di lakukan,
tetapi kami tidak hanya menugur 1 atau 2 kali, kami selalu menegur setiap
melakukan patroli bahkan sempat kami bongkar secara paksa tetapi besoknya
tetap di ulangi.” (17 April 2021)
Dari gambar di atas, terlihat kios yang menjual kayu bakar, yang dimana
kayu bakar tersebut di ambil dari Hutan Lindung TWA Ruteng.
67
Selain itu menurut Bapak Gerardus Naji, selaku Kepala Desa Satar
Nawang , mengatakan bahwa :
68
hutan dan tumbuhan dan satwa. Untuk menjamin terselenggaranya perlindungan
hutan, maka kepada Pejabat Kehutanan tertentu dalam lingkup instansi kehutanan
di pusat dan daerah diberi kewenangan kepolisian khusus yang disebut Polisi
Kehutanan.
69
Pada tahun 2013 dan 2014 telah di lakukan upaya Rehabilitasi Hutan yang
di laksanakan penanaman oleh Kodim 1612 Manggarai yang bekerja sama dengan
pihak TWA Ruteng dengan melibatkan masyarakat di Ngkiong Dora dan Satar
Nawang.
Pada tahun 2013 Seluas 200 Ha, dengan rincian bibit kayu-kayuan dan
MPTS. MPTS adalah sistem pengolahan lahan dimana berbagai jenis kayu di
tanam dan di kelola, tidak saja untuk menghasilkan kayu,akan tetapi juga daun-
daunan dan buah-buahan yang dapat di gunakan sebagai bahan makanan ataupun
pakan ternak.
1. Kayu-kayuan
2. MPTS
Pada tahun 2014 untuk luas 100 Ha, dengan rincian bibi kayu sebagai berikut :
70
Tabel 4.5. Rincian bibit RHL 2014
No Jenis Tanaman Luas Jarak Komposi Jumlah Jumlah Sulaman Jumlah Total
(Ha) tanam si Jenis bibit T0 10 % T1 Bibit
(Btg/Ha) (Batang) (Batang) (Batang)
(Palaquium sp)
Dari beberapa informasi di atas, penulis dapat simpulkan bahwa, Rehabilitasi yang
di lakukan oleh para stekholder baik itu Pemerintah, TNI/Polri maupun pihak swasta,
pada kawasan TWA Ruteng khusunya wilayah IV Lok Pahar sudah pernah di lakukan
bahkan dengan jumlah bibit yang sangat banyak. Namun pendapat penulis Rehabilitasi
71
perlu untuk terus di perhatikan, karena kasus kerusakan hutan dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
72
Peningkatan kemampuan dengan berbagai cara yaitu pemberian modal usaha,
penyediaan tempat usaha dan pelibatan dalam perlindungan kawasan.
Penyedian tempat usaha masyarakat di desa peyangga sudah di berikan akses
untuk membuka usaha di sekitar TWA namun beberapa masyarakat membuka
usaha secara ilegal.
5.2. Saran
73
DAFTAR PUSTAKA
Dephut. 2009. Laporan Nasional Pelaksanaan Model Desa Konservasi (MDK). Bogor:
Holil Soelaiman. (1980). Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial. Bandung.
74
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2011b. Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Kehutanan.
Masri Singarimbun & Sofyan Efendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta:LP3S.
Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Peryansyah, Aldy. (2013) Laju Kerusakan Hutan di Indonesia Duduki Peringkat 3 Besar.
Agustus 2020]
Press.
75
Riyanto B. 2005. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan dalam Perlindungan
dan Lingkungan.
Aditama.
: Graha Ilmu.
Pustaka Utama.
DOKUMEN
76
Dalam Pasal 47 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, perlindungan
Wisata Alam
Pemberian modal bagi masyarakat di sekitar kawasan KPA dan KSA adalah
77
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 1.2. Wawancara Bersama Bapak Siprianus Janggur, S.Hut, selaku Kepala RKW
78
Gambar 1.3. Wawancara bersama Kepala Desa Satar Nawang Bapak Gerardus Naji
Gambar 1.4. Wawancara Bersama Bapak Ferdinandus Boy Kali, S.Hut, M.Ling, selaku
79
Gambar 1.5 Kondisi Hutan TWA Ruteng di Wilayah Resort IV mengalami kerusakan
80
Gambar 1.7. Kondisi jalan rusak parah di Desa Satar Nawang
81