Anda di halaman 1dari 99

IDENTIFIKASI OBYEK DAYA TARIK WISATA

(ODTW) DI PANTAI BARA KECAMATAN BONTO


BAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

SKRIPSI

OLEH :
FORENSIA MARCELLA PALANDI
M 111 11 255

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016
ABSTRAK

Forensia Marcella Palandi (M11111255). Identifikasi Obyek Daya


Tarik Wisata (ODTW) di Pantai Bara Kecamatan Bonto Bahari
Kabupaten Bulukumba dibawah bimbingan Amran Achmad dan
Asrianny.

Pantai Bara memiliki potensi wisata alam dengan karakteristik yang khas
yaitu adanya ekosistem pantai dan karst yang menyatu dalam kawasan
wisata. Pengembangan wisata diharapkan mampu menekan dampak
kerusakan lingkungan dengan pengelolaan yang tepat sekaligus
meningkatkan peran masyarakat lokal dan kesejahteraannya. Dengan
demikian masyarakat di daerah tersebut dapat memperoleh pekerjaan di
tempat tinggalnya dan tetap menjaga kelestarian alam. Tujuan penelitian ini
adalah mengidentifikasi beberapa obyek dan daya tarik wisata yang ada di
Pantai Bara serta mengetahui peran serta masyarakat dalam memanfaatkan
Pantai Bara. Kegunaan dari penelitian diharapkan berguna sebagai sumber
ilmu pengetahuan bagi pemerintah, institusi terkait, dan masyarakat umum
untuk menyusun arahan pengembangan obyek daya tarik wisata yang
dimiliki sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk di sekitar
kawasan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
memanfaatkan potensi. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu
bulan Maret sampai dengan bulan April 2015. Lokasi penelitian yaitu di
Pantai Bara, Desa Bira, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba,
Provinsi Sulawesi Selatan. Pengamatan flora dilakukan pada tiga plot
pengamatan pada tiga ekosistem berukuran 10x20m yaitu ekosistem pantai,
ekosistem karst dan ekosistem kebun. Pengamatan fauna dilakukan dengan
metode transek garis. Potensi budaya dan gejala alam diidentifikasi dengan
pengamatan langsung dan wawancara dengan masyarakat dan pemerintah
terkait. Analisis data nilai indeks keanekaragaman jenis dan kekayaan jenis
menggunakan rumus klasifikasi. Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat 48
jenis flora, 21 jenis fauna, 6 jenis budaya dan gejala alam yang memiliki
potensi sebagai obyek daya tarik wisata di Pantai Bara.
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

Dan Bunda Maria atas segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga

penyusunan skripsi dengan judul “Identifikasi Obyek Daya Tarik Wisata

(ODTW) Di Pantai Bara Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten

Bulukumba” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas

dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, nasihat dan

saran serta kerjasama dari berbagai pihak, khususnya pembimbing,

segala hambatan tersebut dapat teratasi dengan baik. untuk itu, dengan

penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Prof.Dr.Ir. Amran Achmad, M.Sc Dan

Asrianny, S.Hut.,M.Si selaku pembimbing yang dengan sabar telah

mencurahkan tenaga, waktu dan pikiran dalam mengarahkan dan

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan

senantiasa memberikan limpahan berkah dan hidayah-Nya kepada

beliau berdua. Dalam kesempatan Ini penulis dengan sepenuh hati juga

menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof.Dr.Ir.Djamal Sanusi, Prof.Dr.Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc, Dr.

Risma Illa Maulany, S. Hut. M. Nat.,Rest. Selaku penguji yang telah

memberikan saran, bantuan dan kritik guna perbaikan skripsi ini.

2. Dosen-dosen beserta staf tata usaha Fakultas Kehutanan Unhas.


3. Teman-teman seperjuangan di Lab KSDHE (Isfa, Divrilia, Nining,

Mentari, Paskal, Ari, Zul, Sukran, Rezky, Waafiah)

4. Kakak-kakak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

5. Teman-teman lab. Ksdhe tanpa terkecuali atas kebersamaannya

selama ini.

6. Teman-teman angkatan 2011 tanpa terkecuali atas kebersamaannya

selama ini, sukses selalu buat kita semua.

7. Dinas Pariwisata dan masyarakat Desa Bira atas bantuannya selama

penelitian

8. Keluarga saudari Isfaisya, atas bantuannya yang setulus hati kepada

saya

Terkhusus penulis sampaikan rasa hormat dan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada ibunda tercinta Kansia dan ayah Joseph

Palandi (Alm.) serta saudara-saudaraku dan Adri atas doa dan

motivasi yang kuat serta segala jerih payahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

Terakhir, semoga segala bantuan dan doanya selama ini

mendapat berkat dari Tuhan sehingga skripsi ini dapat berguna bagi

kemajuan pendidikan dalam bidang konservasi ekowisata.

Makassar, 4 Maret 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ............................................................................ I

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. II

ABSTRAK ............................................................................................ III

KATA PENGANTAR .......................................................................... IV

DAFTAR ISI ......................................................................................... VI

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ IX

DAFTAR TABEL ................................................................................ XI

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ XII

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan .............................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4

2.1 Pengertian Kepariwisataan .................................................... 4

2.2 Wisata Alam ............................................................................. 5

2.3 Rekreasi .................................................................................... 6

2.4 Ekowisata ................................................................................. 7

2.5 Obyek dan Daya Tarik Wisata ............................................. 8

2.6 Potensi Kawasan Kars .......................................................... 11

III.METODE PENELITIAN ............................................................. . 13

3.1 Waktu dan Tempat ................................................................... 13


3.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 13

3.3 Obyek Penelitian ...................................................................... 14

3.4 Pengumpulan Data .................................................................... 15

3.4.1 Orientasi Lapangan ...................................................... 15

3.4.2 Pengumpulan Data Primer .......................................... 15

3.4.2.1 Potensi Flora....................................................... 15

3.4.2.2 Potensi Fauna ..................................................... 16

3.4.2.3 Potensi Gejala Alam dan Budaya..................... 17

3.4.2.4 Data Sekunder.................................................... 18

3.5 Analisis Data............................................................................. 19

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN.............................. 21

4.1 Keadaan Fisik ............................................................................ 21

4.1.1 Letak dan Luas .............................................................. 21

4.1.2 Wilayah Administrasi Pemerintahan Desa ................. 21

4.1.3 Topografi ........................................................................ 21

4.1.4 Iklim dan Curah Hujan ................................................ 22

4.1.5 Aksesbilitas..................................................................... 22

4.1.6 Sarana dan Prasarana................................................... 23

4.2 Profil Masyarakat ..................................................................... 24

4.2.1 Penduduk........................................................................ 24

4.2.2 Mata Pencaharian ........................................................ 24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 25

5.1 HasilPenelitian ........................................................................... 25


5.1.1 Potensi Vegetasi Pantai Bara........................................ 25

5.1.1.1 Komposisi Jenis Flora ....................................... 25

5.1.1.2 Indeks Ekologi Flora ......................................... 29

5.1.1.3 Daya Tarik Flora ............................................... 29

5.1.2 Potensi Fauna Pantai Bara ........................................... 43

5.1.2.1 Komposisi Jenis Fauna ..................................... 43

5.1.2.2 Indeks Ekologi Fauna ....................................... 44

5.1.2.3 Daya Tarik Fauna ............................................. 45

5.1.3 Potensi Budaya Masyarakat ........................................ 67

5.1.4 Potensi Gejala Alam dan Budaya ............................... 71

5.2 Pembahasan ............................................................................... 73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 77

6.1 Kesimpulan ................................................................................ 77

6.2 Saran .......................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 78

LAMPIRAN
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1. Desain plot pengamatan vegetasi........................................... 16


2. Bentuk transek garis pengamatan......................................... 17
3. Keindahan pohon kelapa dari pantai ................................... 30
4. Dracena multiflora................................................................... 32
5. Kesambi (Schleira oleosa)....................................................... 33
6. Pohon Angsana ........................................................................ 34
7. Pohon ketapang ....................................................................... 35
8. Pohon sukun ............................................................................ 36
9. Anakan pulai di Pantai Bara.................................................. 37
10. Anakan pandan laut di Psantai Bara .................................... 38
11. Biduri........................................................................................ 39
12. Tapak kuda.............................................................................. 40
13. Kacang laut .............................................................................. 41
14. Sirih .......................................................................................... 42
15. Jarak merah............................................................................. 43
16. Kaktus (Opuntia elatior) ......................................................... 43
17. Keindahan bunga tembelek.................................................... 44
18. Kera hitam Sulawesi di Karaenta.......................................... 46
19. Jejak tapak kaki Babi Hutan di pinggir pantai ................... 47
20. Pipit .......................................................................................... 48
21. Burung madu kuning.............................................................. 49
22. Merpati..................................................................................... 50
23. Kutilang.................................................................................... 51
24. Puyuh betina ............................................................................ 52
25. Layang-layang pasifik............................................................. 53
26. Walet......................................................................................... 54
27. Kirik-kirik Australia............................................................... 55
28. Elang......................................................................................... 56
29. Gagak hutan ............................................................................ 57
30. Kepodang ................................................................................. 58
31. Kacamata laut ......................................................................... 59
32. Ayam hutan ............................................................................. 60
33. Biawak...................................................................................... 62
34. Kupu-kupu raja....................................................................... 63
35. Kupu-kupu bidadari ............................................................... 63
36. Kupu-kupu Chocolate pansy .................................................. 64
37. Kupu-kupu Pereronia tritaea bargylia ................................... 65
38. Kupu-kupu ekor layang-layang ............................................. 66
39. Batik Bira dan benang batik Bira ......................................... 68
40. Perahu wisata .......................................................................... 69
41. Makam Pua Janggo ................................................................ 69
42. Pintu masuk Pua Janggo, tempat sholat Pua
Janggo, bagian dalam tempat sholat, dan
keindahan dari atas puncak ................................................... 70
43. Uhu-uhu ................................................................................... 71
44. Potensi fisik dan Gejala alam ................................................ 72
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1. Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon-

Wiener......................................................................................................... 19

2. Aspek penilaian potensi budaya masyarakat di lokasi obyek

daya tarik wisata Pantai Bara .................................................................. 20

3. Data curah hujan Desa Bira ..................................................................... 22

4. Jarak dan waktu tempuh dari kota Makassar ke Desa Bira................. 22

5. Sarana umum di Desa Bira....................................................................... 23

6. Sarana keagamaan di Desa Bira .............................................................. 23

7. Komposisi jenis tumbuhan pada plot 1 ekosistem hutan

pantai .......................................................................................................... 26

8. Komposisi jenis tumbuhan pada plot 2 ekosistem hutan kars .............. 27

9. Komposisi jenis tumbuhan pada plot 3 ekosistem kebun

campuran.................................................................................................... 28

10. Nilai indeks kekayaan, kemerataan dan keanekaragaman

jenis tumbuhan .......................................................................................... 29

11. Komposisi jenis fauna yang ditemukan di kawasan Pantai

Bara............................................................................................................. 44

12. Nilai indeks kekayaan, kemerataan dan keanekaragaman

jenis fauna Pantai Bara ............................................................................. 45

13. Potensi budaya masyarakat ...................................................................... 67


Daftar Lampiran

No. Judul Halaman

1. Indeks keanekaragaman flora plot 1............................... 83


2. Indeks keanekaragaman flora plot 2............................... 84
3. Indeks keanekaragaman flora plot 3............................... 85
4. Indeks keanekaragaman fauna........................................ 86
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum

dikembangkan secara maksimal, termasuk di sektor pariwisata. Pengembangan

kepariwisataan berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan

pengembangan budaya bangsa, dengan memanfaatkan seluruh potensi keindahan

dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti merubah secara

total, tetapi lebih berarti mengelola, memanfaatkan dan melestarikan setiap

potensi yang ada, dimana potensi tersebut dirangkaikan menjadi satu daya tarik

wisata (Santoso, 2009).

Kerusakan objek daya tarik wisata di Indonesia seringkali terjadi karena

kurangnya pengetahuan dari masyarakat sekitar mengenai manfaat yang bisa

diperoleh dan adanya wisatawan lokal yang seringkali tidak memperhatikan

kelestarian dari suatu objek wisata. Pengembangan pariwisata diharapkan mampu

menekan dampak kerusakan lingkungan dengan pengelolaan yang tepat sekaligus

meningkatkan peran masyarakat lokal dan kesejahteraannya. Dengan demikian

masyarakat di daerah tersebut dapat memperoleh pekerjaan di tempat tinggalnya

dan tetap menjaga kelestarian alam.

Usaha pemerintah untuk meningkatkan pendapatan devisa negara melalui

sektor non migas yaitu mengembangkan pembangunan kepariwisataan pada

hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek

dan daya tarik wisata. Hal ini diwujudkan dengan adanya bentuk kekayaan alam
yang indah, keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya

serta peninggalan sejarah purbakala. Seorang peneliti lingkungan bernama “Wind”

memberikan pendapat faktor utama dalam usaha untuk menarik pengunjung

wisata alam dengan mengkhususkan pada keadaan alam dan budaya, hubungan

masyarakat dan pelayanan dalam daerah taman wisata dan wisata alam (Supyan,

2011).

Salah satu potensi wisata alam yang membutuhkan pengelolaan kawasan

wisata terletak pada Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba Provinsi

Sulawesi Selatan.Kecamatan Bonto Bahari merupakan salah satu dari 10

kecamatan di Kabupaten Bulukumba.Sebagai salah satu kecamatan yang

berbatasan langsung dengan laut, kecamatan ini memiliki beberapa pantai dan

obyek wisata lainnya yang sangat potensial untuk dijadikan kawasan pariwisata.

Desa Bira sebagai salah satu desa yang berada di kawasan wisata

Tanjung Bira Kecamatan Bonto Bahari memiliki obyek dan daya tarik wisata

yang menarik. Setiap obyek wisata tersebut tentunya memiliki daya tarik

tersendiri bagi para wisatawan sehingga diharapkan nantinya potensi wisata ini

dapat diketahui oleh masyarakat luas. Desa Bira memiliki beberapa pantai yang

terkenal dengan kecantikannya salah satunya adalah Pantai Bara. Pantai Bara

terkenal dengan pantainya yang tenang karena terletak agak tersembunyi di bagian

kawasan Tanjung Bira. Pantai ini berbatasan langsung dengan kawasan hutan

lindung. Keunikan lainnya dari Pantai Bara ini adalah ekosistem di sekitarnya

yang masih alami sehingga sangat menarik bagi wisatawan.


Sampai saat ini di Pantai Bara hanya dikembangkan wisata bahari,

padahal masih banyak objek wisata lain seperti flora dan fauna darat, ekosistem

karst, serta budaya masyarakat yang belum dikembangkan menjadi tujuan objek

wisata. Berdasarkan hal ini dianggap perlu untuk melakukan penelitian mengenai

objek wisata di Pantai Bara untuk pengembangan wisata pantai di daerah tersebut.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi beberapa obyek dan daya tarik wisata yang ada di Pantai Bara

serta mengetahui peran serta masyarakat dalam memanfaatkan Pantai Bara.

Kegunaan dari hasil penelitian nantinya diharapkan berguna sebagai

sumber ilmu pengetahuan bagi pemerintah, institusi terkait, dan masyarakat umum

untuk menyusun arahan pengembanganobyek daya tarik wisata yang dimiliki

sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk di sekitar kawasan tersebut

baik secara langsung maupun tidak langsungdengan memanfaatkan potensi dan

mereduksi masalah-masalah yang terjadi di lokasi penelitian.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kepariwisataan

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan,

yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan dan

didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, maupun pemerintah daerah. Indonesia merupakan salah satu negara

yang memiliki objek wisata terbanyak di dunia, ini disebabkan karena luasnya

negeri ini dan terdiri dari 13.466 pulau (hasil survey geografi dan toponimi),

budaya, iklim, sejarah, agama dan banyak lagi faktor yang mendukung sebagai

tujuan wisata domestik maupun manca negara.Pariwisata selama ini merupakan

salah satu potensi yang menjadikan negara ini dikenal di dunia. Data terakhir

global menurut World Economic Forum (WEF) pada 2013 menyatakan bahwa

Indonesia menempati peringkat 70 dalam daya saing pariwisata atau naik empat

peringkat dibandingkan 2011 (Masdhiana, 2014).

Menurut Achmad (2011), kegiatan pariwisata telah menjadi salah satu

kegiatan ekonomi global terbesar dan menjadi industri sipil yang terpenting di

dunia. Hampir 10% jumlah pekerja dunia, bekerja di sektor pariwisata dan tidak

kurang dari 11% GDP seluruh dunia juga berasal dari sektor ini.

Tidak hanya wisatawan asing, wisatawan domestik pun ikut meramaikan dunia

pariwisata nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah wisatawan

mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia selama tahun 2012 mencapai

8,04 juta orang, naik 5,16% dibandingkan kunjungan 2011 yang mencapai 6,75

juta orang. Berdasarkan data di atas, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
periode 2011-2014 (Menparekraf) Mari Elka Pangestu mengatakan bahwa

pencapaian kunjungan wisman mencapai target pada 2012 yaitu sebesar 8 juta

(Fauzi, 2013).

2.2 Wisata Alam

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 tahun 2010 tentang

pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan

rayadan taman wisata alam, wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau

sebagian dari kegiatan tersebut, yang dilakukan secara sukarela serta bersifat

sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan

suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

Wisata alam hutan merupakan salah satu sektor hasil hutanyang memiliki

potensi besar untuk dikembangkan. Hutan Wisata Alam adalah hutan wisata

yang memiliki keindahan alam, baik keindahan nabati, keindahan hewani,

maupun keindahan alamnya sendiri.

Menurut Fandeli (2001), hutan wisata alam didefinisikan sebagai hutan

yang mencakup bagian daratan maupun lautan, terutama yang dapat

dimanfaatkan untuk pariwisata danrekreasi alam (out-bond), dengan kriteria

sebagai berikut :

a. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala

alam serta formasi geologi yang menarik,

b. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan

daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam.


c. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan

pariwisata alam.

Selain sifat alami yang menciptakan kenyamanan wisatawan akan objek

wisata. Banyak factor yang mempengaruhi dan mendukung akan daya tarik

wisatawan domestik dan mancanegara untuk dating berkunjung, seperti potensi

alam, flora dan fauna, keindahan alam, latar belakang sejarah, keramahan

penduduk lokal, keunikan budaya, serta bahasa (Fandeli dkk, 2000).

Beberapa motivasi seseorang untuk melakukan kegiatan rekreasi di alam

terbuka yaitu mencari tata lingkungan yang baru, mencari pengalaman yang

baru, menyentuh alam yang asli, utuh, tenang, serta mempelajari proses yang

terjadi di dalamnya, berpetualang, menyaksikan dan menikmati panorama alam,

serta mencari inspirasi. Seseorang yang melakukan rekreasi tergantung pada

pendidikan umur dan juga pada pekerjaan masing-masing (Doughlas, 1978).

2.3 Rekreasi

Broockman (1959) dalam Edy, (2009) memberikan definisi bahwa

rekreasi adalah bentuk penggunaan waktu senggang secara menyenangkan.

Setiap orang umumnya menganggap rekreasi sebagai hal yang semata-mata

menyenangkan dan merupakan variasi kehidupan sehari-hari yang rutin. Dapat

disimpulkan, rekreasi berarti usaha penggunaan kekuatan oleh manusia untuk

mendapatkan semangat baru dalam kehidupan.

Sementara menurut Fandeli (1995), rekreasi adalah kegiatan aktif dan

pasif, yang dilakukan dengan bebas dan kreatif dalam waktu senggang sebagai
selingan pekerjaan sehari-hari sesuai dengan bakat dan kegemarannya

sedangkan menurut Clawson dan Knetch (1969), rekreasi merupakan suatu

kegiatan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan. Ditinjau dari segi

psikologis, rekreasi memberi pengalaman dan inspirasi terhadap individu yang

melakukan rekreasi (Edy, 2009).

2.4 Ekowisata

Ekowisata menurut Hector Ceballos-Lascurain (1987) dalam Achmad,

(2014) adalah wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-

tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari)

dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan,

tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya

masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini.

Berdasarkan Damanik dkk (2006), prinsip-prinsip ekowisata antara lain :

a. Mengurangi dampak negatif berupakerusakan atau pencemaran lingkungan

dan budayalokal akibat kegiatan wisata.

b. Membangun kesadaran dan penghargaanatas lingkungandan budaya dengan

tujuan wisata, baik padadiri wisatawan, masyarakat lokal, maupun pelaku

wisata lainnya.

c. Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi bagi wisatawan maupun

masyarakat lokal, melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama

dalam pemeliharaan atau konservasi daerah tujuan objek wisata.

d. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan

konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.


e. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat

lokal, dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai

lokal.

f. Memberikan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di

daerah tujuan wisata.

g. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti

memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk

menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak asasi, serta tunduk kepada

aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-

transaksi wisata.

Pengembangan ekowisatadidalam hutanyangtidak mengenal kejenuhan

pasar, dapat menjadikan wisataalam sebagai salah tujuan wisatawan.Oleh

karenaitu, pengembanganekowisataharus mengacu padaprinsip-prinsip

ekowisata, untuk mencapai keberhasilan ekowisata dalam mempertahankan

kelestarian dan pemanfaatan (Fandeli dkk, 2000).

2.5 Obyek dan daya tarik wisata

Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan.Tanpa

adanya daya tarik di suatu daerah atau tempat tertentu kepariwisataan sulit untuk

dikembangkan. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan

sumber daya potensial dan belum dapat disebut daya tarik wisata, sampai adanya

suatu jenis pengembangan tertentu Suatu daerah dikatakan memiliki daya tarik

wisata bila memiliki sifat (Herdiana, 2012) :

1. Keunikan,

20
2. Keaslian, alam dan adat yang dilakukan sehari-hari, dalam berpakaian dan

kehidupan,

3. Kelangkaan, sulit ditemui di daerah/negara lain,

4. Menumbuhkan semangat dan memberikan nilai bagi wisatawan.

Daya tarik wisata menurut Direktoral Jenderal Pemerintahan di bagi

menjadi tiga macam, yaitu (Herdiana, 2012) :

1. Daya Tarik Wisata Alam

Daya Tarik Wisata Alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta

memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah

ada usaha budi daya. Potensi wisata alam dapat dibagi menjadi 4 kawasan yaitu :

 Flora fauna,

 Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya eksistem pantai dan ekosistem

hutan bakau,

 Gejala alam,misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau,

 Budidaya sumberdayaalam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, usaha

perikanan.

2. Daya Tarik Wisata Sosial Budaya

Daya Tarik Wisata Sosial Budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan

sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah,

upacara adat, seni pertunjukan dan kerajinan.

3. Daya Tarik Wisata Minat Khusus

Daya Tarik Wisata Minat Khusus merupakan jenis wisata yang baru

dikembangkan di Indonesia.Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang

21
mempunyai motivasi khusus.Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus

memiliki keahlian. Contohnya: berburu mendaki gunung, arung jeram, tujuan

pengobatan, agrowisata, dan lain-lain.

Secara umum, basis pengembangan wisata minat khusus menurut Fandeli

dkk.(2000), yaitu.

1. Aspek alam seperti flora, fauna, fisik geologi, vulkanologi, hidrologi, hutan

alam atau taman nasional.

2. Objek dan daya tarik wisata budaya yang meliputi budaya peninggalan sejarah

dan budaya kehidupan masyarakat. Potensi ini selanjutnya dapat dikemas

dalam bentuk wisata budaya peninggalan sejarah, wisata pedesaan dan

sebagainya. Wisatawan memiliki minat untuk terlibat langsung dan berinteraksi

dengan budaya masyarakat setempat, serta belajar berbagai hal dari aspek -

aspek budaya yang ada.

Suatu Daya Tarik Wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

harus memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya, menurut

Maryani (1991) dalam Herdiana, (2012) syarat-syarat tersebut adalah:

1. What to see

Di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang berbeda dengan

yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya

tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi

wisatawan. What to see meliputi pemandangan alam, kegiatan, kesenian dan

atraksi wisata.

22
2. What to do

Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus

disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lama

ditempat itu.

3. What to buy

Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama

barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang ke

tempat asal.

4. What to arrived

Di dalamnya termasuk aksesbilitas, bagaimana kita mengunjungi daya tarik

wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan berapa lama tiba

ketempat tujuan wisata tersebut.

3 What to stay

Bagaimana wisatawan akan tingggal untuk sementara selama dia berlibut.

Diperlukan penginapan-penginapan baik hotel berbintang atau hotel non

berbintang dan sebagainya..

2.6 Potensi Kawasan Kars

Pengertian kars menurut Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi

(1999), kars adalah bentuk bentang alam pada batuan karbonat yang ditandai

oleh fenomena khas, berupa bukit meruncing, dolina, gua, speleotem, aliran

sungai bawah tanah dan kenampakan alam lainnya yang terjadi oleh proses

perekahan dan pelarutan.

23
Secara umum, bentang alam kars dapat dibedakan antara morfologi

permukaan (exokarst) dan morfologi bawah permukaan (endokarst). Morfologi

permukaan antara lain kubah-kubah dengan berbagai bentuk. Sedangkan

morfologi bawah permukaan yang paling sering dijumpai adalah gua, saluran,

terowongan, dan sungai bawah tanah (Kasri dkk, 1999).

Gua-gua yang terbentuk di kawasan kars banyak yang dikembangkan

sebagai obyek wisata. Di samping wisata gua, morfologi kars juga memiliki

daya tarik bagi wisata alam, antara lain penelusuran gua, panjant tebing, dan

lintas alam. Kawasan kars juga memiliki nilai budaya dan ilmiah, jika pernah

dihuni manusia purba (Kasri dkk, 1999).

24
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan Maret sampai

dengan bulan April 2015. Lokasi penelitian yaitu di Pantai Bara, Desa Bira,

Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Global Positioning System (GPS), digunakan untuk mengetahui koordinat

posisi, arah dan pemetaan,

2. Jam dan stopwatch untuk mencatat waktu tempuh,

3. Kamera DSLR, untuk pengamatan dan mendokumentasikan objek serta

kegiatan di lokasi penelitian,

4. Binokuler, untuk mengamati objek dari jarak jauh,

5. Kompas, untuk mengetahui arah jalur pengamatan,

6. Tali, untuk membuat transek garis dan petak contoh,

7. Meteran roll, untuk mengukur panjang transek pengamatan,

8. Alat tulis menulis, digunakan untuk mencatat data dan informasi yang

diperoleh di lokasi penelitian,

9. Tallysheet, untuk mengisi segala informasi yang terdapat di lokasi

penelitian.

25
10. Peta wilayah kecamatan Bonto Bahari, digunakan sebagai pedoman di

lapangan dalam penentuan rencana pengembangan kegiatan wisata di lokasi

penelitian.

11. Buku panduan lapangan flora dan fauna di Sulawesi, digunakan sebagai

panduan dalam mengidentifikasi jenis flora dan fauna di lokasi penelitian

12. Kuesioner dan panduan wawancara untuk warga sekitar, calon wisatawan,

dan tokoh masyarakat setempat, digunakan sebagai pedoman dalam

mengumpulkan informasi terkait dengan objek penelitian.

3.3 Objek Penelitian

Pengumpulan data di dalam penelitian ini didasarkan pada potensi-potensi

wisata di Pantai Bara Tanjung Bara yang meliputi :

1. Aspek Potensi Wisata. Variabel yang dikumpulkan terdiri atas :

a. Kondisi biologi, dengan fokus utama meliputi flora dan fauna

b. Kondisi fisik, meliputi pemandangan, topografi karst, gua

c. Obyek wisata yang dapat dikembangkan, meliputi wisata pantai dan

budaya masyarakat sekitar.

2. Aspek calon wisatawan. Variabel yang dikumpulkan terdiri atas :

a. Karakteristik calon wisatawan, meliputi profil calon pengunjung atau

masyarakat umum (jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan).

b. Persepsi calon wisatawan, meliputi pengetahuan tentang ekowisata, serta

tipe/motivasi kunjungan yang ingin dilakukan atau diharapkan dan waktu-

waktu kunjungan.

26
c. Aspek masyarakat. Variabel yang dikumpulkan yaitu potensi masyarakat

untuk pelaksanaan ekowisata, seperti pengetahuan masyarakat tentang

kegiatan ekowisata dan besarnya minat masyarakat serta kelompok

masyarakat yang ada untuk perencanaan pengelolaan ekowisata.

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Orientasi Lapangan

Kegiatan orientasi lapangan dilakukan sebagai langkah awal untuk

memberikan gambaran mengenai kondisi lokasi penelitian, agar kegiatan

penelitian dapat terstruktur dengan baik. Kegiatan orientasi lapangan ini dilakukan

selama satu minggu.

3.4.2 Pengumpulan Data Primer

3.4.2.1 Potensi Vegetasi / Flora

Pengumpulan data flora dilakukan dengan metode purposive sampling

dengan plot berukuran 10m x 20m yang akan diletakkan pada tiga (3) tipe

vegetasi yakni vegetasi hutan pantai, vegetasi karst dan kebun. Jenis data

tumbuhan tingkat pohon dan tiang akan diambil pada plot berukuran 10 m x 20 m

sedangkan data tumbuhan bawah akan diambil pada sub plot berukuran 5 m x 20

m.

27
20 m

5m 10 m

Ket :
= Plot berukuran 10 m x 20 m untuk pengambilan
data jenis tiang dan pohon
= Plot berukuran 5 m x 20 m untuk pengambilan
data jenis tumbuhan bawah

Gambar 1. Desain plot pengamatan vegetasi

3.4.2.2 Potensi Fauna / Satwa

Prosedur pengumpulan data jenis fauna yaitu dengan membuat jalur line tansect

sepanjang 2 km. Di sepanjang 2 km itu, jalur dibagi lagi menjadi 100 m untuk

memudahkan pengamatan. Pengamatan dilakukan sambil berjalan, lalu hasil

pengamatan satwa yang ditemukan baik secara langsung di catat pada tally sheet

yang berisi informasi mengenai titik koordinat GPS awal dan akhir dari masing-

masing jalur trekking, waktu awal dan akhir pengumpulan data, cuaca, ketinggian

lokasi, jenis satwa, jumlah satwa, waktu kemunculan satwa, lalu

didokumentasikan. Pengamatan dilakukan pada jenis mamalia, aves, reptilia dan

insecta. Pengumpulan data jenis satwa dilakukan pada pagi hari dan sore hari

antara pukul 07.00 – 10.00 Wita dan pukul 15.00 – 17.30 Wita sebanyak tiga kali

28
pengulangan. Status konservasi fauna yaitu endemik adalah hanya ditemukan

hanya di suatu tempat dan tidak ditemukan di tempat lain, burung imigran

adalah burung yang melakukan migrasi pada musim tertentu untuk

berkembangbiak atau mencari makan dan dilindungi adalah fauna yang

dilindungi oleh pemerintah dalam Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999.

Bentuk transek garis pengamatan satwa diperlihatkan pada gambar 2.

Gambar 2. Bentuk transek garis pengamatan, T0 = titik awal pengamatan, P =


posisi pengamatan, S = posisi satwa, r = jarak antara pengamat
dengan satwa dan Ta = titik akhir pengamatan.

4 Potensi Gejala Alam Dan Budaya

Semua potensi gejala alam dan budaya masyarakat yang ada di lokasi

penelitian akan dikumpulkan melalui pengamatan langsung terhadap objek serta

wawancara baik secara lisan maupun tulisan kepada masyarakat, pejabat setempat

dan pengunjung kawasan wisata Pantai Bara. Data yang dikumpulkan melalui

wawancara adalah :

1) Dari Masyarakat dan Pengunjung

a) Daya tarik kawasan Pantai Bara sebagai objek daya tarik wisata

29
b) Kenyamanan dalam menikmati / melakukan wisata di kawasan Pantai Bara

c) Aspirasi masyarakat dan pengunjung tentang potensi wisata di kawasan

Pantai Bara saat ini

d) Keinginan serta harapan masyarakat sekitarnya terhadap keberadaan

kawasan wisata Pantai Bara saat ini dan di masa mendatang.

2) Dari Pejabat Pemerintah

a) Pandangan masing-masing lembaga terhadap keberadaan kawasan wisata

Pantai Bara

b) Tanggung jawab dan upaya partisipatif yang diambil dalam pengelolaan

kawasan wisata Pantai Bara

c) Upaya partisipatif yang dilakukan masing-masing lembaga pemerintahan

dalam memperkenalkan, mempromosikan dan memasarkan kawasan

wisata Pantai Bara

d) Upaya pelestarian yang dilakukan dalam menjaga kawasan wisata Pantai

Bara

e) Kerjasama dan/atau konflik yang terjadi antara lembaga dalam

pemanfaatan dan pengelolaan kawasan wisata Pantai Bara

3.4.2.3 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, peraturan dan data dari

instansi terkait, serta sumber lainnya yang mendukung penelitian.

30
3.5 Analisis Data

Data yang terkumpul lalu dianalisis untuk mendapatkan nilai indeks

keanekaragaman dan indeks kekayaan jenis. Selanjutnya disajikan dalam bentuk

tabel dan uraian deksripsi dari potensi flora, fauna dan budaya serta dilengkapi

gambar hasil dokumentasi.

3.5.2 Flora dan Fauna

Setelah diperoleh data flora dan fauna, langkah selanjutnya adalah

melakukan input data dengan menggunakan rumus :

a. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)

Keanekaragaman jenis suatu individu dapat ditentukan dangan menggunakan

indeks keanekaragaman Shannon-Wiener :

H’ = - ∑{ }

Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener
ni = Jumlah individu setiap jenis
n = Jumlah individu seluruh jenis
Untuk menentukan keanekaragaman jenis, maka digunakan klasifikasi

nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener

Nilai Indeks Kategori


>3 Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah indivividu tiap
jenis tinggi dan kestabilan komunitas tinggi
1–3 Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah indivividu
tiap jenis sedang dan kestabilan komunitas sedang
<1 Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah indivividu
tiap jenis rendah dan kestabilan komunitas rendah

31
b. Indeks Kekayaan Jenis (R)

Indeks kekayaan jenis satwa dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

R = S/√

Keterangan :
R = Indeks kekayaan
S = Jumlah jenis yang ditemukan
n = Jumlah total individu

Untuk menentukan kekayaan jenis, maka digunakan klasifikasi nilai indeks

keanekaragaman jenis Shannon-Wiener.

3.5.3 Budaya Masyarakat

Setelah dilakukan wawancara kepada masyarakat, pengunjung dan pejabat

pemerintahan di Pantai Bara maka hasil wawancara akan dikelompokkan dalam

bentuk tabel.

Tabel 2. Aspek Penilaian Potensi Budaya Masyarakat di lokasi Obyek Daya


Tarik Wisata Pantai Bara
Aspek Penilaian Potensi Keterangan
No. Eksisting Aksesbilitas Deskripsi
Budaya Masyarakat
1 Rumah adat
2 Kesenian
3 Kerajinan masyarakat
4 Atraksi tertentu
5 Kuburan bersejarah
Bangunan/Tempat
6
bersejarah
7 Makanan khas
8 Gua purbakala

32
IV. KEADAAN UMUM LOKASI

4.1 Keadaan Fisik

4.1.1 Letak dan Luas

Pantai Bara merupakan salah satu pantai yang terletak di Desa Bira, Kecamatan

Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Pantai Bara

termasuk dalam kawasan wisata alam Tanjung Bira dengan panjang garis pantai

±300 m2. Desa Bira memiliki luas area 556 Ha dengan luas kawasan wisata 2,5

Ha.

4.1.2 Wilayah Administrasi Pemerintahan Desa

Desa Bira terdiri atas empat (4) dusun yakni Dusun Pungkarese, Dusun

Birakeke, Dusun Tanetang dan Dusun Pulau Liukangloe dengan jumlah Rukun

Tetangga (RT) sebanyak duapuluh (20) buahdan RW 10 buah. Adapun batas-batas

Desa Bira adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Darubiah

b. Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Selayar

d. Sebelah barat berbatasan dengan Laut Flores

4.1.3 Topografi

Secara umum keadaan topografi Desa Bira adalah daerah dataran

rendah/pesisir dan daerah perbukitan. Wilayah Dusun Pungkarese, Birakeke,

Tanetang dan bahkan dikeliling oleh lautan hampir sembilan puluh persen daratan

Bira dikelilingi oleh laut oleh karenanya pasirnya yang putih dan lautnya

berpotensi dengan sumber daya alam laut menjanjikan termasuk terumbu karang

33
dan biota laut lainnya. sedangkan Dusun Pulau Liukangloe seratus persen

dikelilingi oleh laut dan punya potensi yang sangat menjanjikan dijadikan sebagai

wisata pulau yang agamis.

4.1.4 Iklim dan Curah Hujan

Iklim Desa Bira sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia beriklim

tropis dengan dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Data curah

hujan Desa Bira disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Data Curah Desa Bira

Curah Hujan 4,622 MM


Jumlah Bulan Hujan 3 Bulan
Suhu Rata-rata Harian 30 – 35 0C
Tinggi Tempat dari Permukaan Laut 0 – 60 Mdl

4.1.5 Aksesbilitas

Desa Bira berjarak sekitar 200 Km dari Kota Makassar, Provinsi Sulawesi

Selatan yang dapat diakses melalui jalur darat dengan menggunakan mobil

pribadi maupun mobil sewa selama lima jam atau menggunakan sepeda motor

selama 3-4 jam. Kondisi jalan yang dilalui adalah aspal. Jarak dan waktu tempuh

dari Kota Makassar ke Desa Bira diperlihatkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jarak dan Waktu Tempuh dari Kota Makassar ke Desa Bira

Waktu
Jarak
Kota /Kabupaten Kabupaten/Desa Tempuh
(Km)
(Jam)
Makassar Bulukumba 189 5

Bulukumba Desa Bira 40 1

Sumber : Kantor Desa Bira, 2013

34
4.1.6 Sarana dan Prasana

Desa Bira memiliki sejumlah sarana dan prasarana yang diperuntukkan bagi

masyarakat setempat. Jenis dan jumlah sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 5. Sarana Umum di Desa Bira

Sarana Jumlah
Pasar 1 buah

Pelabuhan/Perhubungan 1 buah

Tempat Pelelangan Ikan 1 buah

Objek Wisata 1 Buah

Sumber : Kantor Desa Bira, 2013

Selain sarana umum, Desa Bira juga memiliki sarana keagamaan yang

digunakan oleh penduduk dan wisatawan yang berkunjung. Sarana ini sangat

penting agar wisatawan merasa nyaman untuk berwisata di desa ini. Namun

karena mayoritas penduduknya beragama muslim, sehingga di desa ini tidak

ditemukan adanya tempat ibadah bagi agama lain.Jumlah sarana keagamaan

disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Sarana keagamaan di Desa Bira

Sarana Jumlah
Masjid 5 buah
Mushollah 4 buah
Pura - buah
Gereja - buah

35
4.2 Profil Masyarakat

4.2.1 Penduduk

Jumlah penduduk Desa Bira adalah 4036 orang yang terdiri dari 1901

orang laki-laki dan 2135 orang perempuan, dengan jumlah kepala keluarga (KK)

sebanyak 1122 KK.

4.4.2 Mata Pencaharian

Sebagian besar masyarakat Desa Bira berprofesi sebagai pelaut, nelayan,

pengrajin dan pedagang. Mata pencaharian ini sangat berkaitan dengan kegiatan

wisata yang dilakukan di Desa Bira. Sebagian kecil masyarakat berprofesi sebagai

peternak, PNS, buruh, tukang kayu dan tukang batu. Adapula yang bekerja

sebagai montir, bidan, pegawai swasta, dukun kampung, imam masjid dan tukang

cukur. Desa Bira juga merupakan Desa jasa perhubungan antar pulau antara lain

Kepulauan Selayar, Tondasi Sulawesi Tenggara dan Labuan Bajo Nusa Tenggara

Timur sehingga tidak menutup kemungkinan penduduk Bira banyak bergelut di

bidang perdagangan sehingga sektor ini juga menjadi tumpuan hidup sebagian

besar penduduknya.

36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum, Pantai Bara terdiri dari 2 tipe ekosistem yakni ekosistem

pantai dan ekosistem kars. Letak kawasan Pantai Bara yang berbatasan langsung

dengan hutan lindung menyebabkan kawasan ini memiliki keanekaragaman

sumberdaya alam flora dan fauna yang sangat potensial sebagai daya tarik wisata.

5.1 Hasil

5.1.1 Potensi Vegetasi Pantai Bara

5.1.1.1 Komposisi jenis flora

Pengamatan vegetasi dilakukan pada tiga plot pengamatan. Ketiga plot

pengamatan tersebut adalah plot 1 ekosistem hutan pantai, plot 2 ekosistem kars

dan plot 3 ekosistem kebun. Setiap plot diamati tumbuhan tingkat pohon, tiang

dan tumbuhan bawah.

Pada plot 1 ekosistem hutan pantai, terlihat beberapa vegetasi yang

mendominasi yaitu Kelapa (Cocos nucifera) pada tingkat pohon, Biduri pada

tingkat tiang dan Tapak Kuda (Ipomea pescaprae) yang berasosiasi dengan

Kacang laut (Cannavalia maritima) pada lantai hutan pantai. Jumlah seluruh

spesies flora yang ditemukan pada plot 1 adalah 34 spesies untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 7.

37
Tabel 7. Komposisi jenis tumbuhan pada plot 1 Ekosistem Hutan Pantai

No Jenis Famili Jumlah

1 Cocos nucifera* Arecaceae 3


2 Canavalia maritima*** Fabaceae 1
3 Calotropis gigantea*** Asclepiadaceae 7
4 Tridax prmbens*** Asteraceae 1
5 Ipomea pescaprae*** Convolvulaceae 1
6 Euphorbia atoto*** Euphorbiaceae 1
7 Phyllantus niruri*** Euphorbiaceae 1
8 Dodonaea viscosa*** Sapindaceae 2
9 Chlomolaena odorata Asteraceae 3
10 Verbenaceae Verbenaceae 2
11 Morinda citrifolia** Rubiaceae 2
12 Pandanus odorifer** Pandanaceae 1
13 Desmodium Fabaceae 1
umbellatum***
14 Terminalia catappa* Combretaceae 6
15 Lannea grandis* Anacardiaceae 1
16 Thuarea involuta*** Poaceae 1
Jumlah jenis 34
Keterangan :
*Tingkat pohon
**Tingkat tiang
***Tumbuhan bawah

Pada plot 2 ekosistem kars, secara umum terlihat banyak vegetasi. Plot ini

didominasi oleh Jarak merah (Jathropha gossypifolia)yang tumbuh menyebar.

Pada plot ini banyak dijumpai tanaman berduri yang tumbuh menjalar di antara

batuan karst. Jumlah seluruh spesies flora yang ditemukan pada plot 2 adalah 61

spesies yang dapat dilihat pada Tabel 8.

38
Tabel 8. Komposisi jenis tumbuhan pada plot 2 Ekosistem Karst
No Jenis Famili Jumlah

1 Jatropha gossypifolia*** Euphorbiaceae 22


2 Grewia sp.*** Malvaceae 4
3 Aglaia sp.*** Meliaceae 6
4 Schleira oleosa (anakan)* Sapindaceae 3
5 Mimosa sp.*** Fabaceae 3
6 Rosaceae *** Rosaceae 4
7 Artocarpus altilis* Moraceae 7
8 Eupatorium odoratum*** Asteraceae 1
9 Leguminoceae Leguminoceae 1
10 Dracaena multiflora* Asparagaceae 1
11 Pterocarpus indicus (anakan)* Fabaceae 1
12 Schleichera oleosa* Sapindaceae 1
13 Saurapus adrogynus*** Euphorbiaceae 1
14 Piper betle*** Piperaceae 2
15 Pterocarpus indicus* Fabaceae 3
16 Opuntia elatior*** Cactaceae 1

Jumlah jenis 61
Keterangan :
*Tingkat pohon
**Tingkat tiang
***Tumbuhan bawah

Pada plot 3 ekosistem kebun, vegetasi yang mendominasi adalah Kesambi

(Schleichera oleosa)pada tingkat pohon. Jumlah jenis flora yang ditemukan pada

plot ini sangat banyak sehingga penutupan lantai hutan lebih rapat. Jumlah seluruh

spesies flora yang ditemukan pada plot 3 adalah 152 spesies yang dapat dilihat

pada Tabel 9.

39
Tabel 9. Komposisi jenis tumbuhan pada plot 3 Kebun

No Jenis Famili Jumlah


1 Lantama camara*** Verbenaceae 13
2 Lindernia sp. *** Linderniaceae 1
3 Kayu Makassar*** 24
4 Cassia siamea* Fabaceae 4
5 Jatropha gossypifolia*** Euphorbiaceae 27
6 Schleichera oleosa* Sapindaceae 12
7 Euphorbiaceae Euphorbiaceae 2
8 Diospyros maritima* Ebenaceae 10
9 Lindernia sp. *** Linderniaceae 6
10 Tiliacea Tiliacea 9
11 Fabaceae Fabaceae 15
12 Acanthaceae Acanthaceae 10
13 Dioscorea sp. *** Dioscoreaceae 1
14 Euphorbiaceae Euphorbiaceae 4
15 Apocynaceae Apocynaceae 2
16 Leguminoceae Leguminoceae 1
17 Alstonia scholaris* Apocynaceae 3
18 Hiptage bengalensis*** Malpighiaceae 8
Jumlah jenis 152
Keterangan :
*Tingkat pohon
**Tingkat tiang
***Tumbuhan bawah

Komposisi jenis flora yang ditemukan pada plot 1 sangat berbeda dengan plot

2 dan plot 3. Perbedaannya terdapat pada kedalaman tanah dan vegetasi yang

ditemukan. Terdapat beberapa spesies yang terdapat pada plot 2 dan plot 3 yaitu

Angsana (Pterocarpus indicus), Kusambi (Schleira oleosa), dan Jarak

merah(Jatropha gossypifolia).

40
5.1.1.2 Indeks Ekologi Flora

Status keanekaragaman jenis flora di Pantai Bara diperolehmelalui


perhitungan Indeks Kekayaan Jenis, Indeks Kemerataan Jenis dan Indeks
Keanekaragaman Jenis pada tiga tipe ekosistem, seperti disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10.Nilai indeks kekayaan, kemerataan dan keanekaragaman jenis tumbuhan
Indeks Indeks Indeks
No. Tipe Ekosistem Kekayaan Kemerataan Keanekaragaman
(R) (E) (H’)
1. Hutan Pantai 5,83 28,57 2,49
2. Kars 7,81 20,76 2,22
3. Kebun campuran 12,33 14,46 2,52
Tabel di atas menunjukkan bahwa Indeks keanekaragaman hayati

tumbuhan pada kebun campuran lebih besar dibandingkan dengan hutan pantai

dan kars. Namun keanekaragaman hayati pada kebun campuran tidak jauh

berbeda dengan hutan pantai.

5.1.1.3 Daya Tarik Flora

A. Flora tingkat pohon

Tumbuhan tingkat pohon yang memiliki potensi dan daya tarik dalam plot

pengamatan yaitu :

1. Kelapa (Cocos nucifera)

Kelapa yang tumbuh di tepi pantai Bara memiliki daya tarik tersendiri. Hal

ini yang membedakan pantai Bara dari pantai Bira di dekatnya. Banyaknya pohon

kelapa menjadikan pantai Bara terasa lebih sejuk dan nyaman karena wisatawan

dapat berlindung dari teriknya matahari. Untuk saat ini, di sekitar pantai Bara

belum ada pembuatan souvenir dari kelapa padahal ini sangat berpotensi untuk

41
dikembangkan sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan dan memberikan

pendapatan bagi masyarakat sekitar.

Selain itu, pohon kelapa memiliki potensi yang besar seperti pemanfaatan

buah kelapa untuk diminum langsung, dan sebagai bahan baku

pembuatankerajinan yaitu batang dapat digunakan untuk mebeler dan kerajinan

bubut, lidi digunakan untuk kerajinan anyam dan tenun, tapas dapat digunakan

untuk kerajinan tas, mancung digunakan untuk kerajinan lampu duduk dan lampu

dinding, sabut dapat digunakan untuk kerajinan bunga kering, dan batok /

tempurung dapat digunakan untuk kerajinan tas, kancing, hiasan dinding, pigura,

dan pelapis mebeler (Suharto dan Ambarwati, 2007).

A B

Gambar 3. Keindahan pohon Kelapa dari pantai (A) pohon Kelapa sebagai tiang untuk
mengikat tenda (B)

2. Dracaena multiflora

Pohon yang menjadi ciri khas ekosistem kars ini memiliki daya tarik pada

bentuk tajuknyanya yang terlihat seperti buket bunga dari kejauhan. Memiliki

daun berwarna hijau dan berbentuk linear yang tumbuh di ujung batang. Pohon ini

tumbuh dengan subur di tepi tebing-tebing kars. Daya tarik pohon ini adalah

hanya dapat dijumpai di kawasan kars dan memiliki bentuk yang unik sehingga

42
sering dijadikan tanaman hias di halaman depan penginapan atau rumah oleh

masyarakat di sekitar pantai Bara.

Akan tetapi, pemanfaatan tumbuhan ini di Pantai Bara masih sangat kurang.

Padahal tumbuhan jika ditanam dengan baik dan disusun rapi, Dracaena

multiflora memiliki bentuk yang indah dipandang dan dapat menjadi pohon

peneduh.

A B C

Gambar 4. Dracaena multiflora(A) Bentuk daun Dracaena multiflora (B) Keindahan


pohon Dracaena multiflora dari atas tebing kars (C)

3. Kesambi ( Schleichera oleosa)

Pohon Kesambi sangat mudah ditemui di Pantai Bara karena jumlahnya

yang melimpah. Pohon yang hidup di daerah kering ini, memiliki bentuk tajuk

yang lebar dan rimbun sehingga sering dimanfaatkan sebagai pohon peneduh

jalan. Keunikannya terletak pada ujung daun mudanya yang berwarna merah.

Daya tarik bagi wisatawan yaitu sebagai kayu bakar dan bahan pembuatan arang

bagi yang ingin berkemah di alam terbuka. Pohon ini ditanam oleh masyarakat

karena memiliki kegunaan sebagai jangkar perahu dan perkakas rumah tangga.

43
Hal ini tentu sangat menunjang industri pembuatan perahu yang terdapat di Desa

Bira ini.

Bagi industri kehutanan, pohon kesambi merupakan salah satu pohon

inang terpenting bagi kutu lak (Laccifer lacca). Menurut Bachli (2007) dalam

Suita (2012) Kutu lak adalah kutu penghasil lak. Lak berguna antara lain sebagai

bahan isolasi listrik, piringan hitam, tinta cetak, ampelas, semir, kapsul obat,

pelitur dan cat serta berbagai manfaat lainnya.

Gambar 5. Kesambi ( Schleichera oleosa)

4. Angsana(Pterocarpus indicus)
Pohon Angsana yang tumbuh tinggi dengan tajuk yang tidak terlalu

rimbun banyak dijumpai di atas batuan kars dekat tebingPantai Bara. Pohon ini

berbunga sekitar bulan Mei sampai Desember tersebar hampir di seluruh wilayah

Indonesia kecuali pulau Kalimantan dan Sumatra. Kayu Angsana atau secara

internasional dikenal dengan nama kayu Narra ini, memiliki kegunaan yaitu

sangat baik untuk mebel, alat-alat menggambar, tiang dan papan atau jembatan

dan untuk perahu. Gembolnya dapat digunakan untuk pipa tembakau dan venir

44
hias. Keunikan lainnya adalah memiliki getah berwarna merah seperti darah

(Martawijaya dkk, 2005).

Untuk pemanfaatannya dalam wisata di Pantai Bara, pohon ini sangat cocok

menjadi pohon peneduh di pinggir jalan maupun tempat tertentu. Dengan

demikian, pengunjung akan merasa sejuk sambil menikmati keindahan bunga

yang bermekaran dan menghirup aroma harumnya dan juga digunakan sebagai

bahan baku jembatan dan perahu yang dapat digunakan dalam kegiatan wisata.

Namun tekanan yang tinggi atas populasinya di alam, sejak 1998 Badan

Konservasi Dunia IUCN telah memasukkan angsana ke dalam kategori Rentan

(VU, vulnerable) (Wikipedia,2015).

Gambar 6. Pohon Angsana

5. Ketapang (Terminalia catappa)

Ketapang adalah pohon besar yang rindang. Tumbuhan ini hidup di pesisir

pantai Bara. Daya tarik ketapang terletak pada cabang pohonnya yang tumbuh

mendatar dan bertingkat-tingkat yang khas terlihat seperti bentuk pagoda sehingga

45
teduh serta pertumbuhannya yang relatif cepat, menyebabkan pohon ketapang

kerap ditanam sebagai pohon peneduh di pinggir jalan atau taman.Daun berubah

menjadi merah muda atau merah beberapa saat sebelum rontok, sehingga kanopi

pohon tampak berwarna merah.

Ketapang memiliki banyak manfaat yaitu kulitnya untuk pewarna alami.

Biji ketapang bisa dimakan dan mengandung minyak yang mirip minyak almond

sehingga sering dipakai sebagai pengganti minyak almond yang berkhasiat

meredakan radang rongga perut. Jika dimasak bersama daunnya, dalam

menyembuhkan lepra, kudis dan penyakit kulit yang lain (Alamendah, 2011).

A B

Gambar 7. Pohon Ketapang (A) Anakan Ketapang(B)

6. Sukun (Artocarpus altilis)

Pohon Sukun yang terkenal karena buahnya ini dapat dijumpai tumbuh di

Pantai Bara. Tumbuhan ini memiliki daya tarik pada daunnya yang lebar dan

besar sehingga menbentuk tajuk yang rimbun. Pohon ini juga dapat menjadi

pohon peneduh danpohon hias karena bentuk daunnya yang unik. Daya tarik

lainnya terletak pada buahnya yang dapat menjadi salah satu sumber kuliner bagi

wisatawan.

46
Nama “sukun” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti “tanpa biji”,

tentu saja nama ini merujuk pada buahnya yang memang tidak mempunyai biji. Di

daerah Sunda, sukun dikenal dengan sebutan timbul atau kulur, sementara di Aceh

dikenal dengan sebutan kulu.Di beberapa tempat, sukun bahkan disebut dengan

istilah “tanaman kehidupan”.Hal ini disebabkan Sukun memiliki banyak manfaat

antara lain daging buah Sukun secara turun temurun telah digunakan sebagai

bahan pangan, baik dimasak langsung maupun dijadikan tepung, selain itu getah

Sukun digunakan untuk menambal dasar perahu dan menjadi bahan permen karet

dan kayu Sukun yang ringan, kuat, dan mempunyai pola bagus bisa dijadikan

mebel serta daun Sukun sebagai obat panu, sariawan, anti kanker, jantung

(Poland, D. 2013).

Sumber : Mardiana, 2013


Gambar 8. Pohon Sukun

7. Pulai (Alstonia scholaris)

Pulai (Alstonia scholaris) yang tumbuh liar di Pantai Bara masih berupa

anakan. Tumbuhan yang juga sulit dijumpai di Pantai Bara ini memiliki daya tarik

sebagai pohon peneduh atau tiang pondok peristirahatan bagi wisatawan sambil

47
menikmati keindahan laut di pinggir pantai Bara karena batangnya yang tumbuh

lurus dan tinggi.

Manfaat lain dari Pulai terletak pada kayunya yang mudah dibentuk dan

diukir sehingga dapat menjadi bahan baku pembuatan kerajinan tangan sebagai

oleh-oleh khas Pantai Bara. Selain itu, akarnya juga obat tukak didalam hidung,

mengobati koreng dan borok.Kulit batang pulai bermanfaat untuk mengatasi

demam, hipertensi, tonikum, ekspektorant, perut kembung, ginjal membesar,

demam nifas, hemoroid dan sakit kulit.Daunnya bermanfaat mengobati sifilis,

beri-beri, sakit usus, cacing, disentri, diare menahun, diabetes dan

malaria.Penggunaan getahnya dapat pula berkhasiat untuk mengatasi koreng,

borok pada hewan, bisul dan kecacingan kremi (Balai Informasi Kehutanan,2008).

Gambar 9. Anakan Pulai di Pantai Bara

B. Tumbuhan tingkat tiang

1. Pandan laut (Pandanus odorifer)

Sepanjang pesisir Pantai Bara tidak ditemukan Pandan laut yang telah

tumbuh besar. Sesuai dengan namanya (odorifer; Lat.: odor, bebauan, fere,

48
membawa), pandan lautmemiliki daya tarik pada bunganya yang berbau wangi,

sehingga dapat digunakan untuk mengharumkan ruangan, pakaian,harumnya

dapat bertahan hingga sebulan.

Pandan laut mempunyai keistimewaan pada daunnya setelah dijemur

kering. Daun tersebut memiliki daya keuletan yang tinggi tidak mudah putus

sehingga cocok menjadi kerajinan tangan seperti tikar, tas dan topi. Pandan laut

mempunyai ciri khusus yang jarang ditemukan pada tanaman lain diantaranya

mampu hidup pada rentang suhu dan cahaya yang luas,sangat resisten terhadap

gas udara yang berbahaya bahkan mampu hidup pada usia yang lama. Belanda

dan Korea yang memiliki kemampuan teknologi mengolah tanaman pandan laut

untuk dijadikan bahan kain atau serat (Kristiani, 2013)

Gambar 10. Anakan Pandan laut di Pantai Bara

C. Tumbuhan bawah

Tumbuhan bawah yang memiliki potensi dan daya tarik dalam plot

pengamatan yaitu :

1. Biduri(Calotropis gigantea)

Biduri banyak dijumpai di sekitar pesisir Pantai Bara di belakang formasi

pres-caprae dengan ketinggian antara 30-150cm. Tumbuhan ini tumbuh subur

49
dengan warna daun pucat dan bunga berwarna ungu yang menarik perhatian.

Buahnya memiliki bentuk seperti bulan sabit dengan warna hijau.

Bagian Biduri yang dapat dimanfaatkan adalah kulit akar, daun, getah, dan

bunga. Kulit akar digunakan untuk pengobatan seperti demam, perut terasa penuh,

kaki pegal dan lemas, gigitan ular beracun, borok kronis, dan penyakit kulit

lainnya.Daun digunakan untuk pengobatan seperti kudis, luka, borok, sariawan,

gatal pada cacar air (varicella), campak (measles), demam, dan batuk.

Bunganya digunakan untuk pengobatanseperti radang, lambung (gastritis), batuk,

sesak napas, influenza, sifilis sekunder, kencing nanah (gonorrhoea), dan kusta

(lepra).Getah digunakan untuk pengobatan seperti bisul, eksim, pembesaran

kelenjar getah bening, luka pada sifilis, luka di kaki, sakit gigi, dan mencabut duri

yang menusuk kulit (Anonim, 2013).

A B C

Gambar 11. Biduri(A) Bunga Biduri (B) Buah Biduri (C)

2. Tapak Kuda (Ipomoea pescaprae)

Tumbuhan ini yang merupakan penciri ekosistem pantai ini sangat mudah

djumpai tumbuh menjalar di pasir pantai Bara. Tapak Kuda memiliki perakaran

melebar dan mencengkeram ke dalam pasir, membantu memantapkan ekosistem

pantaidi Pantai Bara. Jalinan ranting dan dedaunan di atas pasir memerangkap

50
sampah-sampah yang dibawa ombak, termasuk buah dan bijian yang diangkut air,

sehingga meningkatkan kandungan hara dan memungkinkan terjadinya

suksesi.Keunikan tumbuhan ini terdapat pada namanya.Nama Tapak Kuda berasal

dari bentuknya yang mirip dengan tapak kuda sehingga sangat mudah dalam

mengingat nama dari tumbuhan yang memiliki bunga berbentuk terompet dan

berwarna putih keunguan di dasarnya.

Manfaatnya yaitu sebagai obat rematik/nyeri persendian, myalgia (sakit

otot/pegal-pegal), pendarahan pada wasir, pembengkakan gusi, bisul dan ekzema

(Wijayakusuma, 2006).

Gambar 12.Tapak Kuda

3. Kacang laut (Cannavalia maritima)

Kacang laut ini tumbuh di pesisir Pantai Bara dan sering berasosiasi

dengan Ipomoea pescaprae. Tumbuh dengan subur dan banyak dijumpai di

pinggir pantai. Memiliki ciri-ciri yaitu batang tumbuh merambat atau memanjat,

memiliki bunga berwarna ungu muda atau merah muda dengan daun berwarna

hijau berseling dengan bentuk hampir bulat. Bijinya menjorong dan berwarna

coklat. Keunikan tumbuhan ini terletak pada bentuk bunganya. Kacang laut

memiliki manfaat untuk mengikat pasir dari erosi air laut dan mengikat unsur hara

tanah.

51
A B

Gambar 13. Kacang laut (A) Bunga (B)

4. Sirih (Piper betle)

Sirih yang dtemukan di lokasi penelitian, tumbuh di antara batuan kars dan

hanya sedikit . Walaupun demikian, Sirih memiliki manfaat yang banyak bagi

manusia. Tumbuhan ini sangat mudah dikenali dari bentuknya yang pipih serperti

gambar hati dan aroma yang khas yaitu rasa pedas dan tajam.

Daun sirih berwarna kekuningan, hijau tua atau hitam. Sirih kuning

banyak dipakai untuk makan sirih karena rasanya kurang pedas. Rasa sirih hijau

tua pedas sehingga dipakai sebagai obat karena kandungan minyak asirinya lebih

tinggi. Sirih berdaun hitam biasa digunakan sebagai obat. Beberapa khasiat sirih

yaitu menghilangkan bau badan, mimisan, pembersih mata yang gatal atau merah,

gatal-gatal, obat sariawan, menghilangkan bau mulut, dan mengurangi jerawat

apabila dibasuh ke muka (Muhlisan, 2011).

Gambar 14. Sirih

52
5. Jarak merah (Jatropha gossypifolia)

Tanaman ini tumbuh liar di ekosistem karsyang terkena sinar matahari

langsung. Tanaman ini sangat mudah dikenali dari bentuknya yang menjari dan

berwarna merah tua pada daun mudanya dan menjadi hijau dengan warna merah

di tengah pada daun tua (Gambar 15).Batang jarak merah juga berwarna merah

tua dengan bulu halus di permukaannya.

Buahnya hampir sama dengan jarak pagar, tapi tidak terlalu bulat. Bijinya

juga mengandung banyak minyak yang bisa dijadikan bahan bakar

(Anonim,2014). Menurut Mawendra (2013) kegunaan daun jarak merah yang lain

adalah untuk obat masuk angin pada bayi, obat dari penyakit hernia, sakit perut,

mengempiskan bengkak pada tubuh.

Gambar 15. Jarak merah

6. Kaktus (Opuntia elatior)

Kaktus banyak dijumpai di tepi tebing-tebing kars di Pantai Bara dengan

ketinggian mencapai tinggi 170cm. Keunikan kaktus yaitu memiliki batang yang

dapat menyimpan air (sukulen). Daunnya kecil, berbentuk sisik (rambut) atau

berbentuk duri tempel.Saat ini, kaktus menjadi tanaman hias karena keindahan

bunga dan buahnya. Bunganya yang berwarna oranye dan buah yang bisa

dimakan akan menjadi daya tarik tersendiri.

53
Gambar 16. Kaktus (Opuntia elatior)

7. Kembang Tembelek (Lantama Camara)

Kembang Tembelek atau dikenal dengan nama lokal Serru-serrubagi

masyarakat Bulukumbaadalah tanaman yang sangat mudah dijumpai di Pantai

Bara. Jumlahnya yang melimpah menyebar di tanah kosong sepanjang jalan

masuk. Bau khas dari tanaman ini juga sangat tercium terutama di pagi hari.

Keindahan tanaman ini terletak dari bunganya yang berwarna-warni terdiri

dari warna putih, merah muda, jingga, kuning sehingga memiliki nilai estetika

sebagai tanaman hias. Bunga ini menjadi tempat kupu-kupu hinggap dan

mengambil nektar.

Menurut Haryanto (2009) dalam Setiawan, (2010) manfaat tanaman ini

yaitu pada akartembelekan memiliki rasa manisdan sejuk. Dapat digunakan

sebagai penurun panas, penawar racun (antitoxic), penghilang sakit. Daunnya

pahit, sejuk, berbau, agak beracun (toxic). Dapat menghilangkan gatal

54
(antipruritus), antitoxic, menghilangkanpembengkakan (anti-swelling). Sedang

bunganya manis, sejuk, digunakan untuk penghenti perdarahan (hemostatic).

Gambar 17. Keindahan Bunga Tembelek (A) Kupu-kupu sedang menghisap nektar Bunga
Tembelek (B)

5.1.2 Potensi Fauna Pantai Bara

5.1.2.1 Komposisi Jenis Fauna

Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan 16 jenis fauna di dalam kawasan

Pantai Bara yang dibagi berdasarkan kelompok mamalia, jenis burung dan reptilia

diperlihatkan pada Tabel 11.

55
Tabel 11. Komposisi jenis fauna yang ditemukan di kawasan Pantai Bara

No Nama Latin Nama Indonesia Jumlah

Mamalia
1 Macaca maura* Kera hitam Sulawesi 10
2 Sus sp. Babi hutan 1
Jenis Burung
3 Lonchura punctulata Pipit 18
4 Nectarinia jugularis^ Burung madu kuning 1
5 Columbia sp. Merpati 4
6 Pycnonotus aurigaster Ketilang 28
7 Cotumix coturnix Puyuh 3
8 Hirundo tahitica Layang-layang pasifik 8
9 Collocalia sp. Walet 13
10 Merops ornatus’ Kirik-kirik Australia 2
11 Elanus caeruleus^ Elang 1
12 Corvus enca Gagak 3
13 Oriolus chinensis Kepodang 1
14 Zosterops chloris Kacamata laut 1
15 Gallus gallus Ayam hutan 3
Reptilia
16 Varanus salvator togianus^ Biawak 2
Jenis Kupu-kupu
17 Troides rhadamantus*^ Kupu-kupu raja 9
Kupu-kupu ekor layang-
2
18 Papilionidae pachliopta layang
18 Pereronia tritaea bargytia Kupu-kupu 11
20 Junonia iphita Kupu-kupu chocalate pansy 2
21 Cethosia myrina*^ Kupu-kupu bidadari 2

Keterangan :
*Endemik
’Burung imigran
^Dilindungi

5.1.2.2 Indeks Ekologi Fauna

Status keanekaragaman jenis fauna di Pantai Bara dilakukan melalui

perhitungan Indeks Kekayaan Jenis, Indeks Kemerataan Jenis dan Indeks

56
Keanekaragaman Jenis pada kelompok mamalia dan jenis burung, seperti

diperihatkan pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai indeks kekayaan, kemerataan dan keanekaragaman jenis fauna

Pantai Barapada kelompok mamalia, jenis burung dan kupu-kupu

Indeks Indeks Indeks


No. Plot Pengamatan Kekayaan Kemerataan Keanekaragaman
(R) (E) (H’)
1. Mamalia 3,32 0,02 0,30
2. Jenis Burung 9,33 0,02 1,98
3. Jenis Kupu-kupu 5,10 0,05 1,32

Tabel di atas memperlihatkan bahwa indeks keanekaragaman hayati jenis

burung lebih besar dibandingkan dengan mamalia. Hal ini juga terlihat dari

banyaknya nilai indeks kekayaan dan kemerataan jenis burung.

5.1.2.3 Daya Tarik Fauna

Pengamatan fauna dilakukan dengan menelusuri jalan masuk ke Pantai Bara.

Fauna dikelompokkan menjadi mamalia, aves (burung) dan reptilia.

A. Mamalia

1. Kera hitam Sulawesi (Macaca maura)

Selama pengamatan, ditemukan tiga titik kemunculan Kera hitam Sulawesi

yakni dekat cafe dan bar, jalur pengamatan dan kawasan hutan setelah Pantai

Bara yang masih sangat alami. Kelompok Kera hitam Sulawesi atau biasa juga

disebut Kera Hitam Dare banyak dijumpai berada di atas pohon daripada di tanah.

Terkadang terlihat seekor Kera yang menyeberangi jalan, kemungkinan individu

yang terdeteksi ini adalah pimpinan kelompok yang sedang mengawasi atau

melindungi kelompoknya yang sedang mencari makan pada siang hari.

57
Menurut Watanabe and Brotoisworo (1982), Kera hitam Sulawesi lebih

banyak memakan buah (frugivorous) dibandingkan daun-daunan. Mereka sering

dijumpai ketika makan di pohon-pohon yang sedang berbuah selain itu beberapa

jenis serangga dan jamur.

KeunikanKera hitam Sulawesi terletak pada ekornya yang tidak terselimuti

rambut, namun berupa kulit berwarna merah jambu. Pada monyet betina, warna

ini lebih tajam dan pada saat kehamilan bagian ini akan membesar dengan warna

merah jambu yang semakin tajam.

Berdasarkan status konservasinya, Kera hitam Sulawesi merupakan fauna

endemik Sulawesi dantelah dimasukan dalam Appendix II, Konvensi

Internasional tentang Perdagangan Spesies Tumbuhan dan Satwa Liar (CITES).

Sejak tahun 1987 primata ini digolongkan kedalam kelompok jenis mendekati

kepunahan (Endangered Species) oleh IUCN (The International Union for

Conservation of Nature) dan oleh Pemerintah Indonesia dilindungi berdasarkan

PP. RI. No. 7 Tahun 1999 (TN Babul, 2010).

Gambar 18. Kera hitam Sulawesi di Karaenta

58
2. Babi hutan (Sus sp)

Jejak Babi hutan juga sangat mudah dan banyak dijumpai di pasir pantai.

Satwa ini mencari makan dari tumpukan sampah yang bertebaran di pinggir pantai

yang terbawa oleh arus laut. Untuk dapat melihat langsung Babi Hutan, sangat

baik dilakukan pada pagi hari sekitar pukul enam sampai delapan karena satwa ini

sangat peka terhadap manusia.

Babi hutan hutan mempunyai kegemaran berkubang dalam lumpur, untuk

menjaga suhu badan atau mengusir binatang pengganggu, seperti caplak.Babi

hutan tidak tahan terhadap sengatan sinar matahari, sehingga pada saat terik

A B

matahari berlindung di semak-semak dekat air atau pantai.

Gambar 19.Jejak tapak kaki Babi Hutan di pinggir pantai(A) Jejak galian Babi Hutan di
pinggir jalan masuk Pantai Bara (B)

B. Aves (Burung)

1. Pipit (Anthus Spp.)

Memasuki kawasan Pantai Bara, suara ribut dan familiar Burung pipit

sudah terdengar. Saat memandang ke atas dapat dilihat beberapa burung pipit

59
yang hinggap pada rangkaian kabel listrik. Keunikan burung ini adalah ekornya

yang biasanya bergoyang-goyang sebagai petunjukkepada pipit lain.

Pipit adalah burungterestrialaktif yangbiasanya menghabiskansebagian

besar waktu merekadi tanah. Merekaakan terbangdalam rangkauntuk berkembang

biak, migrasidan penyebaran, dan juga ketikamerasa terancam.

Beberapaspesiesmemanfaatkanpohon untukbertenggerdi dalamnya ketika

merekaterganggu (Wikipedia, 2015).

Burung kecil yang memiliki penyebaran luas di seluruh Indonesia dan

duniaini memiliki warna coklat secara keseluruhandan putih di bagian perut. Di

bagian punggung, terlihat garis-garis berwarna coklat tua kehitaman yang

menjadikan burung ini menarik untuk diamati karena tidak bisa diam dalam waktu

lama pada satu tempat.

Sumber : www.birdwatchireland.ie
Gambar 20.Pipit

2. Burung madu kuning (Nectarinia jugularis)

Burung berukuran kecil ini tidak mudah dijumpai di jalur pengamatan.

Burung ini senang bertengger pada ujung pohon-pohon tinggi sehingga

memerlukan teropong untuk menikmati keindahannya.

60
Burung madu kuning memiliki suara kerikan musikal: “ciip, ciip, chii wiit”

dan suatu melodi pendek yang diakhiri dengan getaran nyaring yang indah

terdengar di sepanjang jalan masuk pantai Bara. Kicauannya yang ribut dapat

memecah heningnya suasana.

Sesuai dengan namanya, burung ini memiliki warna kuning seperti madu

pada puggungnya dan warna kuning terang pada perutnya. Perbedaan warna

antara jantana dan betina yaitu pada jantan, dagu dan dada berwarna hitam dan

ungu metalik,punggung berwarna hijau. Pada Betina, tubuh bagian atas hijau-

zaitun, tubuh bagian bawah kuning,alis biasanya kuning (Adha, 2014).

Sumber : Strange, 2012


Gambar 21. Burung madu kuning

3. Merpati (Columbia sp.)

Burung merpati merupakan salah satu unggas yang dekat dengan manusia.

Di jalur pengamatan, terdapat sepasang burung Merpati yang dipelihara oleh

warga sekitar sehingga selalu ditemui berada di tempat yang sama untuk mencari

makan. Pakan burung merpati berupa jagung, beras merah dan terkadang sisa

makanan yang ada di tanah. Merpati merupakan burung yang mudah beradaptasi

di daerah liar atau di kondisi lingkungan pemukiman. Merpati biasanya

61
dimanfaatkan sebagai ternak hias dan balap. Selain itu, merpati merupakan salah

satu penghasil daging yang cukup baik (Anonim, 2013).

Sumber : www.harepigeonnotes.wordpress.com
Gambar 22. Merpati

4. Kutilang (Pycnonotus aurigaster)

Kutilang ini sangat mudah dijumpai di jalur pengamatan. Burung ini

senang bertengger di kabel listrik sehingga sangat mudah terlihat. Biasanya

terdapat sekelompok mulai dari 3 sampai 10 ekor baik dengan sesama jenis

kutilang maupun dengan aneka jenis burung lainnya.

Tubuh kutilang berukuran sedang, sisi bagian atas tubuh (punggung dan

ekor) berwarna coklat kelabu, sedangkan sisi bawah (tenggorokan, leher, dada,

dan perut) berwarna putih keabu-abuan.Memiliki topi, dahi, dan jambul berwarna

hitam.Memiliki tunggir (bagian muka ekor) berwarna putih, serta penutup pantat

berwarna kuning jingga.Burung jantan umumnya memiliki tubuh yang lebih kecil

namun memiliki jambul yang lebih tinggi dibanding betina.

Burung ini terkenal ribut dan aktif bergerak.Suara kicauannya terdengan

nyaring namun merdu dengan suara “cuk-cuk”, dan “cang-kur” yang diulangi

62
cepat.Suara kicauan burung jantan terdengar lebih nyaring dan lantang serta lebih

rajin berkicau dibanding betinanya.

Habitat kutilang meliputi hampir semua habitat mulai dari pepohonan

terbuka, tepi hutan, semak belukar, vegetasi sekunder, tepi jalan, pekarangan,

kebun, hingga taman-taman di perkotaan.Makanan utama kutilang adalah buah-

buahan yang lunak, meskipun juga memakan berbagai jenis serangga kecil.

Ketilang membuat sarang dari anyaman daun rumput, tangkai daun, atau ranting

yang halus yang disusun seperti cawan. Sekali berbiak kutilang bertelur sebanyak

2-3 butir. Telurnya berwarna kemerah-jambuan dengan bintik halus berwarna

ungu dan abu-abu.

IUCN Redlist pun hanya memasukkannya dalam status konservasi Least

Concern (LC, Risiko Rendah).Di Indonesia, burung yang disebut juga sebagai

cangkurileung, ketilang, atau genthilang ini tidak termasuk burung yang

dilindungi.dan meskipun populasinya menurun baik akibat degradasi lingkungan

maupun penangkapan dan jual beli hewan, Kutilang masih kerap terlihat.

(Alamendah, 2015).

Gambar 23. Kutilang

63
5. Puyuh (Cotumis coturnix)

Puyuh merupakan burung yang selalu terlihat bersama berpasangan selama

pengamatan. Puyuh di Pantai Bara dapat dijumpai berjalan pada semak belukar, di

bawah pohon ataupun sedang menyeberangi jalan masuk Pantai Bara. Puyuh

merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, sebab itu burung hanya muncul

saat kondisi sunyi. Untuk dapat melihat diperlukan kesabaran terutama jika

burung ini tidak mengeluarkan suara. Suara burung puyuh seperti kastanet yang

keras. Selama puncak musim kawin normal, maka jantan akan berkicau setiap

malam. Puyuh berukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu.

Pada umumnya ada beberapa carauntuk membedakan puyuh jantandengan puyuh

betina, yaitu puyuh jantan dewasa berwarna hitam dan puyuh betina berwarna

coklat terang dan di bagian dadanya terdapat totol-totol cokelat(Sang, 2012).

Sumber : Strange, 2012


Gambar 24. Puyuh Betina

6. Layang-layang pasifik (Hirundo tahitica)

Layang-layang pasifik di Pantai Baramudah dijumpai pada daerah terbuka

dekat pantai. Layang-layang pasifik sering terlihat terbang di atas pantai Bara.

Menurut MacKinnon et al (1998) dalam Oktavia, (2014) Burung jenis layang-

layang batu memiliki ukuran tubuh yang kecil (14cm) dengan warna bervariasi

64
yaitu kuning tua, merah dan biru. Jenis ini dijumpai dalam kelompok kecil dan

terpisah - pisah bahkan saat mencari makanan (serangga kecil), jenis ini

cenderung terbang melayang atau melingkar rendah sendiriatau melingkar diatas

air.

A B

Sumber :Strange, 2012 (Gambar A)


Gambar 25.Layang-layang pasifik (A) kelompok Layang-layang pasifik bertengger di
atas kabel listrik (B)

7. Walet (Collocalia sp.)

Pada lokasi penelitian, sekelompok Walet banyak terlihat terbang tinggi di

langit dengan gerakan yang berputar-putar pada sore hari. Walet adalah burung

pemakan serangga yang mencari makan sambil terbang, dicirikan dengan sayap

panjang yang melengkung seperti sabit, ramping dan didominasi bulu berwarna

gelap. Walet menghabiskan seluruh waktunya di udara. Walet berukuran kecil

±10 cm. Memiliki suara panggilan berupa rangkaian 3 nada ritmik “wee-chi-chi”

yang diulang-ulang 10-20 kali. Walet menghuni kawasan pegunungan dan hutan

dataran rendah.Status konservasi yaitu daftar merah IUCN yaitu resiko rendah

(LC) (Kutilang Indonesia, 2012).

Walet adalah burung yang hidupnya secara berkelompok atau berkoloni.

Jumlah anggota burung walet berbeda-beda. Semakin besar sarang maka semakin

besar juga jumlah anggotanya. Walet merupakan jenis burung yang saat ini

65
dibudidayakan masyarakat karena sarang burung walet memiliki nilai ekonomis

yang tinggi dan diyakini memiliki khasiat untuk berbagai penyakit. Sarang walet

yang dapat dikonsumsi yaitu Collocalia fuchiphaga (walet sarang putih),

Collocalia maxima (walet sarang hitam), Collocalia esculanta dan Collocalia

vanikorensis. Di antara empat jenis tersebut, walet sarang putih memiliki daya jual

paling tinggi karena seluruh sarangnya berasal dari air liur walet (Susilorini,

2008).

Sumber : Strange, 2012


Gambar 26.Walet

8. Kirik-kirik Australia (Merops ornatus)

Kirik-kirik Australia yang dijumpai ini sangat unik. Burung ini hinggap di

ranting pohon yang rendah dan tidak terganggu sedikit pun dengan adanya

manusia di sekitarnya sehingga sangat mudah untuk melihat dan mengambil

gambarnya. Burung ini berwarna kuning di kepalanya dengan garis hitam melalui

mata dibatasi oleh garis biru di atas dan di bawahnya. Memiliki suara ringan,

berdering “pirr pirr pirr”, biasanya dikeluarkan sewaktu terbang. Status konservasi

saat ini yaitu daftar merah IUCN Resiko Rendah (LC). Burung ini berbiak di

66
Australia, bermigrasi ke Pulau Irian dan Indonesia bagian timur.Kirik-kirik

Australia memiliki kebiasaan khas sukunya yaitu berburu dari tenggeran di

padang rumput terbuka. Pada musim panas pengembara yang jarang di Bali.

Memakan serangga terutama lebah, juga memakan capung, kumbang, kupu-kupu,

dan ngengat. Bersarang dalam lubang pada gigir teras tanah yang diberi bantalan

rumput. Telur dan anakan dirawat oleh kedua orang tua. (Kutilang Indonesia,

2013)

Gambar 27. Kirik-kirik Australia

9. Elang Tikus (Elanus caeruleus)

Pada lokasi penelitian, Elang tikussering terlihat terbang melayang dalam

padang terbuka.Daya tarik Elang tikus terlihatpada rupanya yang mirip burung

hantu.

Apabila mereka sudah dewasa, akan terdapat mahkota di punggung

sertasayap pelindung dan bagian pangkal ekor berwarna abu-abu. Pada muka,

leher dan bagian bawah berwarna putih, paruh berwarna hitam dan kaki berwarna

kuning. Pada jenis burung yang masih muda, iris matanya berwarna kuning, tapi

67
saat sudah dewasa iris matanya berubah menjadi merah.Elang tikus adalah

burung pemangsa diurnal berukuran kecil dalam familia Accipitridae. Walaupun

utamanya terlihat di dataran, mereka terkadang kelihatan di lereng bukit

berumput di kawasan ketinggian yang lebih tinggi di Asia. Mereka bukanlah

pengembara, tapi ia membuat pergerakan jarak pendek sebagai respon terhadap

cuaca.

Status konservasi yaitu perdagangan Internasional Appendix II, dapat

diperdagangkan dengan pengaturan tertentu. Dan pemerintah Indonesia

melindungi elang tikus dengan PP nomor 7 tahun 1999 (Wikipedia, 2015).

Sumber : Strange, 2012


Gambar 28.Elang

10. Gagak hutan (Corvus enca.)

Pada lokasi penelitian di Pantai Bara, Gagak hutan sangat mudah dikenali

dari suara teriakan “kak-kak” yang keras dan warna bulunya yang hitam pekat..

Selama pengamatan, Gagak hutan dijumpai terbang di atas kanopi pohon dan

hinggap pada pohon Beringin yang ada di pinggir jalan. Selain itu, dua ekorGagak

hutan juga ditemui di bagian dalam hutan di pohon tempat sarangnya. Gagak

hutan biasanya hidup berpasangan atau kadang-kadang dalam kelompok kecil.

68
Makanan utamanya buah-buahan, juga memakan invertebrata dan kadal kecil.

Biasanya betina mengerami telur pada bulan Juni dan Juli, jumlah telur biasanya 2

butir. Sarang berupa bantalan tebal dan besar tersusun dari ranting pohon pada

pohon yang tinggi dan besar. Status konservasi yaitu daftar merah IUCN yaitu

resiko rendah (LC) (Kutilang Indonesia, 2012).

Sumber : www.kutilang.or.id
Gambar 29. Gagak hutan

11. Kepodang (Oriolus chinensis)

Kepodang yang ditemukan di lokasi penelitian terlihat terbang dari pohon

yang satu ke pohon lainnya dan hinggap pada ranting yang berada di bagian dalam

kanopi pohon. Habitat asli Burung Kepodang adalah di daerah dataran tinggi.

Namun dapat juga ditemui di hutan terbuka, hutan mangrove dan hutan pantai

seperti di Pantai Bara. Burung ini mudah terlihat karena bulunya yang berwarna

terang.Bulunya indah berwarna kuning keemasan, pada bagian kepala,sayap dan

ekor ada sebagian bulu yang berwarna hitam. Ciri khas Kepodang adalah

terdapatnya garis hitam melewati mata dan tengkuk. Iris mata Kepodang

berwarna merah sedangkan paruhnya berwarna merah jambu dan kedua kakinya

69
berwarna hitam. Burung Kepodang mempunyai siulan yang indah seperti alunan

seruling dengan bunyi “liiuw, klii-lii-tii-liiuw” atau “u-dli-u”. Selain mempunyai

ocehan yang sangat keras dan nyaring, Kepodang juga pandai menirukan suara

burung Ciblek, Prenjak, Penthet bahkan suara burung Raja Udang.Burung

Kepodang, meskipun di beberapa tempat di Indonesia mulai jarang ditemukan

tetapi secara umum masih dikategorikan sebagai ‘Least Concern’ atau ‘Beresiko

Rendah’ oleh IUCN Redlist.

Burung ini memiliki arti penting bagi masyarakat Jawa yaitu

melambangkan kekompakan, keselarasan dan keindahan budi pekerti sekaligus

juga melambangkan anak atau generasi muda.Mitos yang melekat pada Burung

Kepodang karena keindahan bulunyadan tampilannya yang bersih, rapi dan indah

serta ketelitian dalam membuat sarang yang indah kemudian memunculkan mitos

bahwa ibu hamil yang memakan daging burung Kepodang akan mendapatkan

anak yang ganteng ataupun cantik. Karena itu, masih sering terdapat tradisi

menyembelih burung Kepodang saat ritual ‘mitoni’ yaitu tradisi selamatan tujuh

bulan masa kehamilan (Alamendah. 2010).

Sumber : Strange, 2012


Gambar 30. Kepodang

70
12. Kacamata laut (Zosterops chloris)

Pada lokasi penelitian, Kacamata laut ditemukan terbang di antara

pepohonan dan hinggap pada rantingnya. Daya tarik burung yang memiliki ukuran

kecil ini adalahwarna pada tubuhnya, tubuh bagian atas berwarna kuning-zaitun

sedangkan tubuh bagian bawah berwarna kuning lemon. Memiliki Iris coklat,

paruh dan kaki kehitaman. Kacamata laut sering terlihat berkelompok dan

bergerak aktif seperti tidak kenal lelah dengan suara kicauan berupa nada tinggi

yang tipis.

Persebaran dan ras Kacamata laut yaitu pulau-pulau di Laut Jawa,

Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara sampai pulau-pulau di Papua bagian barat.

Status konservasi yaitu daftar merah IUCN yaitu resiko rendah (LC) (Kutilang

Indonesia, 2012).

Sumber :www.kutilang.or.id
Gambar 31. Kacamata laut

13. Ayam hutan (Gallus gallus)

Ayam hutan adalah nama umum bagi jenis-jenis ayam liar yang hidup di

hutan. Di lokasi penelitian, ayam hutan ini terlihat selalu berpasangan atau dalam

71
kelompok kecil. Mereka sering terlihat sedang melintas di jalan masuk Pantai

Bara ataupun terlihat berjalan mengikuti tepi jalan di sekitar semak-semak. Jika

didekati dan merasa terancam, mereka akan berlarian masuk ke dalam semak atau

terbang secukupnya. Ayam hutan ini memiliki perbedaan antara jantan dan betina

seperti ayam hutan jantan memiliki bulu yang berwarna-warni dan indah, berbeda

dengan ayam betinanya yang cenderung berwarna monoton dan kusam. Dari segi

bentuk tubuh dan perilaku pun tidak jauh berbeda dengan ayam peliharaan seperti

kebiasaannya yang tidur di atas pohon yang tidak terlalu tinggi.

Pada musim bertelur, betina membuat sarang sederhana di atas tanah dan

mengerami telurnya hingga menetas.Anak-anak ayam hutan diasuh oleh induk

betinanya.Tidak seperti ayam peliharaan, ayam hutan pandai terbang; tidak lama

setelah meninggalkan sarang tempatnya menetas.Ayam hutan cenderung

memakan biji-bijian.Namun sebagaimana ayam umumnya, ayam hutan juga

memakan pucuk-pucuk rumput, serangga dan berbagai hewan kecil yang

ditemuinya. (Wikipedia, 2015).

Sumber : Strange, 2012


Gambar 32.Ayam hutan

72
C. Reptilia

1. Biawak (Varanus salvator togianus)

Biawak yang ditemui di lokasi penelitian terlihat di pinggir jalan. Biawak

yang tidak merasa tergganggu ini terlihat cukup besar dengan panjang ±1,5 meter.

Memiliki kulit berwarna hitam di bagian atas dan berwarna kuning pucat pada

perut dengan garis-garis melintang berwarna coklat kehitaman.

Menurut seorang peneliti reptilia dari Jerman, Andrè Koch, Biawak adalah

jenis kadal terbesar yang masih hidup di muka bumi ini. Biawak juga merupakan

binatang reptil paling cerdik dan wujudnya sangat menyerupai Dinosaurus. Oleh

karenanya, bentuk tubuh biawak mengundang daya pesona luar biasa. Juga dari

lidahnya, biawak terkesan memiliki hubungan kerabat dengan jenis ular. Biawak

Varanus Salvator termasuk jenis binatang amphibi yang artinya bisa hidup baik di

air maupun di darat. Biawak Sulawesi ini merupakan reptil pemakan daging.

Makanannya meliputi jenis serangga, tikus, binatang reptil lain, serta binatang

berkulit keras. (Mirdayanti, 2007).

Satwa ini berkembang biak dengan bertelur. Hal yang menarik adalah

tingkah laku biawak sebelum mengawini betinanya, yaitu biawak jantan biasanya

berkelahi lebih dulu untuk memperlihatkan penguasaannya. Pertarungan biawak

ini unik dan menarik, karena dilakukan sambil ‘berdiri’. Kedua biawak itu lalu

saling pukul atau saling tolak sambil berdiri pada kaki belakangnya, sehingga

tampak seperti menari bersama. Telur-telur biawak disimpan di pasir atau lumpur

di tepian sungai, bercampur dengan daun-daun busuk dan ranting. Panas dari sinar

73
matahari dan proses pembusukan serasah akan menghangatkan telur, sehingga

menetas (Wikipedia, 2015).

Gambar 33.Biawak

D. Jenis Kupu-kupu

1. Kupu-kupu raja (Troides rhadamantus)

Troides rhadamantusadalah salah satu jenis kupu-kupu satwa langka dan

dilindungi yang terdapat di lokasi penelitian.Kupu-kupu ini memiliki daya tarik

pada sayapnya yang berwarna hitam dengan pola berwarna abu-abu menyerupai

bingkai pada sayap depannya dan sayap belakangnya berwarna kuning keemasan.

Kupu-kupu yang sangat peka terhadap manusia ini merupakan spesies yang cukup

banyak terdapat di Pantai Bara.

Kupu –kupu ini sering terbang dan hinggap sekitar tumbuhan tembelek

yang memiliki banyak bunga yang berwarna-warni. Kupu-kupu raja yang

ditemukan adalah jantan. Perbedaan antara jantan dan betinanya adalah pada

betina bagian bawah tubuh berwarna coklat atau coklat tuasedangkan jantan

berwarna hitam(Borneo templates, 2011).

74
Gambar 34. Kupu-kupu raja

2. Kupu-kupu bidadari (Cethosia myrina)

Kupu-kupu bidadari yang dikenal pula dengan nama kupu-kupu sayap

renda sulawesi ataupun Brown Accented Butterfly merupakan kupu-kupu yang

hanya terdapat di pulau Sulawesi bagian selatan dan utarasehingga menjadi kupu-

kupu endemik Sulawesi (Borneo templates, 2011).

Kupu-kupu bidadari adalah kupu-kupu yang memiliki gerakan yang cepat

sehingga sulit untuk mendapatkan gambarnya. Kupu-kupu ini agak sulit ditemui

karena jumlahnya yang tidak banyak. Namun tidak sulit untuk menemukannya,

wisatawan cukup berjalan kaki saja mengikuti jalan masuk dan bila beruntung

kupu-kupu ini akan beterbangan bersamaan dengan kupu-kupu jenis lainnya.

Gambar 35. Kupu-kupu bidadari

75
3. Kupu-kupu chocolate pansy (Junonia iphita)

Kupu-kupu ini jika hinggap suka mengembangkan sayapnya yang coklat

mirip minuman chocolate bercampur sedikit susu. Punya corak yang mirip

dengan tumpahan coklat atau kopi yang menguap dan sudah kering. Walaupun

kupu-kupu ini cukup banyak, namun agak sulit dilihat, karena warnanya yang

terlalu mirip dengan tanah atau bebatuan. Pada sayap belakangnya terdapat

beberapa buah bulatan kecil yang berbaris ke atas dan sedikit bersambung ke

bagian sayap depannya. Beberapakali terlihat hinggap pada daun Lantama

camara.

Gambar 36. Kupu-kupu chocolate pansy

4. Kupu-kupu Pereronia tritaea bargylia

Kupu-kupu Pereronia tritaea bargyliaadalah kupu-kupu yang tergolong

sangat mudah di jumpai di Pantai Bara, dengan jumlah yang melimpah dan dapat

terlihat terbang di setiap musim. Kebanyakan aktif secara soliter, dengan memilih

semak-semak, tepi-tepi hutan dan tidak jauh dari aliran air.Kupu-kupu ini

termasuk spesies yang bergerak lambat, mudah didekati, dan cukup bersahabat

untuk diambil gambarnya.

76
Daya tarik ini kupu-kupu ini terlihat dari perpaduan warna hitam dan

putih yang sangat kontras dengan corak garis-garis dan bulatan kecil di sepanjang

pinggiran sayapnya. Tidak jarang kupu-kupu ini terlihat terbang sendirian ataupun

bersamaan dengan kupu-kupu jenis lainnya.

Gambar 37. Kupu-kupu Pereronia tritaea bargylia


5. Kupu-kupu ekor layang-layang (Papilionidae pachliopta)

Kupu-kupu ekor layang-layang dijumpai di Pantai Bara ini memiliki daya

tarik dari sayapnya yang berwarna hitam gelap dan hampir menyerupai kupu-kupu

raja. Di lokasi penelitian, kupu-kupu dijumpaiterbang tinggi dan terkadang rendah

dan hinggap pada tanah berpasir di tengah jalan yang sunyi.

Kupu-kupu ini termasuk spesies kupu-kupu berukuran cukup besar,

dengan lebar sayapantara 90 hingga 100mm. memiliki daya tarik dari sayap

berwarna dasar hitam, tepi sayap depan (permukaan atas) dengan totol-totol putih

yang terputus dan terdapat pita putih lebar pada bagian tengah sayap belakang

serta memiliki ekor cukup panjang seperti layang-layang.

Keunikan lainnya dari kupu-kupu ekor layang-layang betina ini adalah

memiliki sifat polimorfisme yaitu sifat yang mempunyai lebih dari satu wujud.

Dalam hal ini, kupu-kupu ini memiliki 3 rupa yaitu (Wikipedia, 2013) :

77
1. Cyrus, rupa ini serupa dengan jantan, cuma bezanya sentiasa

terdapat bentuk sabit merah yang ketara. Ini merupakan yang paling jarang

ditemui daripada ketiga-tiga rupa.

2. Stichius, rupa ini amat miripdenganPachliopta aristolochiae, dan

inilah rupa yang paling banyak ditemui di mana saja adanya P. aristolochiae.

3. Romulus, rupa ini memimik Pachliopta hector dan banyak terdapat

dalam kawasan P. hector. Ia tidak begitu mirip kerana warnanya agak kusam

berbanding modelnya, P. hector.

Penyamaran atau perubahan rupa ini berfungsi untuk melindungi diri dari

serangan musuh sehingga musuh tidak memangsa karena kupu-kupu ini berubah

menjadi spesies yang beracun dan berpengaruh dalam teori evolusi. Seperti

dilaporkan naturalis Alfred Russel Wallace tahun 1860-an setelah pulang dari

Asia Tenggara sebagai data pendukung teori evolusi melalui seleksi alam yang ia

dan Charles Darwin formalkan beberapa tahun sebelumnya (Anonim,2014).

Gambar 38. Kupu-kupu ekor layang-layang

Selain itu, menurut wawancara dengan penduduk dan dinas pariwisata,

bahwa terdapat Rusa di kawasan ini. Namun selama pengamatan, individunya

78
tidak pernah ditemukan. Padahal Rusa memiliki potensi wisata yang menarik

bagi kawasan wisata Pantai Bara ini. Selama pengamatan, dijumpai pula pemburu

yang memasuki kawasan hutan lindung. Hal ini sepertinya sudah sering terjadi

sebab tidak adanya penjagaan atau pagar pembatas antara kawasan wisata dan

kawasan hutan lindung. Wawancara yang dilakukan dengan pihak dinas

pariwisata juga mengatakan bahwa memang benar dengan adanya perburuan liar

tersebut.

5.1.3 Potensi Budaya Masyarakat

Potensi budaya masyarakat yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan

wawancara terhadap masyarakat dan pejabat pemerintah terkait di sekitar Pantai

Bara disajikan dalam Tabel 13.

Tabel 13. Potensi Budaya Masyarakat


Nama potensi Narasumber
No Potensi Budaya Masyarakat Eksisting
budaya
1 Kesenian  Batik Bira Ibu Kasmawati

Pembuatan Daeng Mannojeng


2 Kerajinan masyarakat 
perahu
3 Atraksi tertentu  Tari Pa’ttenu Ibu Kasmawati

Makam Pua Andi Wahidah,S.Ag


4 Kuburan bersejarah  (Kepala Desa Bira)
Janggo
Puncak Pua Pak Agis (Disbudpar)
5 Bangunan / Tempat bersejarah 
Janggo
6 Makanan khas  Uhu-uhu Pak Agis (Disbudpar)

7 Gua purbakala  Gua Jepang Pak Agis (Disbudpar)

1. Kerajinan masyarakat : Batik Bira

Kain tenun Bira dikenal dengan nama batik Bira, merupakan ciri khas

Bulukumba dan digunakan sebagai pakaian dinas pada hari rabu dan kamis atas

79
instruksi dari Bupati Bulukumba. Kain tenun Biramemiliki motif garis-garis

bernama Loba. Pembuatan kain tenun masih menggunakan alat-alat tradisional.

di rumah masyarakat Bira. Berjarak sekitar 2,5 km dari Pantai Bara.

Gambar 39. Batik Bira (A) Benang batik Bira (B)

2. Kerajinan masyarakat : Pembuatan perahu

Pembuatan perahu dilakukan selama 6 bulan untuk perahu berukuran

kecil dan 14 bulan untuk perahu berukuran besar. Pembuatan perahu berukuran

kecil menggunakan tenaga kerja sebanyak 4 orang dan perahu besar sebanyak 15

orang. Bahan yang digunakan adalah kayu Jati dan untuk inti perahu

menggunakan kayu besi yang diambil dari Irian, Palopo, Bone dan Sulawesi

Tenggara. Selain perahu wisata, adapun perahu untuk menangkap ikan yang

dibuat. Memiliki bentuk yang berbeda dari perahu wisata. Perahu wisata memiliki

banyak jendela di setiap sisi sedangkan perahu tangkap ikan hanya memiliki 2-4

jendela. Pembuatan perahu ini terletak di pinggiran pantai yang dekat dengan

pelabuhan ferry. Berjarak sekitar 2 km dari Pantai Bara. Kondisi jalan menurun

dari jalan utama dan hanya di cor (cukup baik).

80
Gambar 40. Perahu Wisata

3. Kesenian : Tari Pa’ttenu

Tari Pa’ttenu merupakan tarian selamat datang bagi tamu kehormatan.

Biasanya dilakukan pada hari besar tertentu seperti pernikahan atau perayaan 17

Agustus. Para penari menggunakan kain tenun Bira yang dijahit khusus. Tarian

sangat menarik jikadapat dipentaskan di panggung yang ada di kawasan wasata

Tanjung Bira.

4. Kuburan bersejarah : Makam Pua Janggo

Memiliki bentuk yang bertangga-tangga dan terdapat batu Gada yang

hampir sama dengan yang terdapat di Puncak Pua Janggo. Kuburan ini terletak

di belakang kantor Kepala Desa Bira. Kondisi jalan di cor (menanjak - baik).

Gambar 41. Makam Pua Janggo

81
5. Bangunan / Tempat bersejarah : Puncak Pua Janggo

Merupakan tempat sholat Pua Janggo dengan nama asli Abdul Haris bagi

seorang tokoh penyebar agama Islam di Bira. Terdiri dari 2 bangunan, yaitu

bangunan utama berupa tempat sholat Pua Janggo dengan ukuran 4x4 m, di

dalamnya terdapat batu berbentuk silinder yang mirip batu nisan tipe gada

dengan tinggi 75 cm dan diameter 20 cm. Bau wangi-wangian bunga tercium

dari sesajen yang dibawa oleh peziarah. Bangunan lainnya berupa gazebo

dengan ukuran yang lebih kecil dan atap yang sudah berlubang.

Keindahan pemandangan dari puncak Pua Janggo yaitu kita dapat melihat

ke arah laut dan pelabuhan Bira yang dikelilingi oleh bukit karang.Puncak Pua

Janggo terdapat di bukit desa Bira berjarak 3 km dari obyek wisata Pantai Bara

atau 15 km dari kota Bulukumba. Jarak dari pintu gerbang ke puncak Pua Janggo

sekitar 2 km dengan.lebar jalan hanya mampu dilewati oleh satu mobil. Kondisi

jalan menanjak dan berbatu-batu besar (buruk).

A B

C D

Gambar 42. Pintu masuk Pua Janggo (A) Tempat sholat Pua Janggo (B) Bagian dalam Tempat
sholat Pua Janggo(C) Keindahan pelabuhan dari atas puncak (D)

82
6. Makanan khas : Uhu-uhu

Merupakan makanan khas di Desa Bira. Rasanya manis dan renyah.

Berbentuk persegi panjang dan berwarna coklat. Makanan ini sangat mudah

dijumpai di dalam kawasan wisata Tanjung Bira

Gambar 43. Uhu-uhu

7. Gua purbakala : Gua Jepang

Merupakan gua yang dibangun pada zaman penjajahan Jepang (sistem

kerja rodi) sebagai tempat persembunyian. Gua yang dibangun tidak terlalu

panjang. Gua ini terletak di kawasan Puncak Pua Janggo. Hanya dapat ditempuh

dengan berjalan kaki/ trekking menelusuri hutan. Pengunjung dapat mengakses

gua ini dengan dipandu oleh penjaga yang berada di pintu masuk.

5.1.4 Potensi Fisik dan Gejala Alam

Potensi fisik yang terdapat di Pantai Bara yaitu akomodasi, panggung,

klinik kesehatan, kamp diving, tempat parkir dan cafe / bar. Akomodasi di Pantai

Bara berjumlah 11 penginapan di antaranya Bara beach bungallows, Tanjung Bara

Resort, Cosmos Bungallows, Villa Rudi, Hotel Mangga Lodge.. Cafe dan bar

terdapat 18 buah yang buka sekitar pukul 19.00 wita sampai tengah malam. Letak

cafe dan bar ini akan dijumpai lebih dulu saat memasuki kawasan Pantai Bara. Di

83
tempat ini juga tersedia fasilitas untuk berkaraoke. Kondisi jalan masuk dari loket

karcis adalah aspal kurang lebih sepanjang 1 km dan sisanya masih dalam tahap

pengerjaan. Lebar jalanan kurang lebih 6 meter sehingga dapat dilalui dua mobil..

Potensi gejala alam yang terdapat di Pantai Bara adalah adanya formasi

batuan kapur yang tersusun secara alami dan menjadi potensi yang menarik.

Banyaknya batuan kars yang berada di pinggir laut ini menjadikan pantai Bara

berbeda dari pantai-pantai lain yang ada di sekitarnya.

A B

C D

E F

Gambar 44. Panorama pelangi pagi hari (A) Panorama sore hari (B) Batuan kars yang
berada di laut (C) Keindahan vegetasi kars (D) Bentuk gua-gua batuan karst
(E) Jalan masuk Pantai Bara yang teduh

84
5.2 Pembahasan
Identifikasi potensi obyek wisata pantai Bara memiliki potensi pada flora,

fauna, potensi fisik dan budaya masyarakat yang memiliki daya tarik dan

keunikan tersendiri. Flora pantai Bara pada umumnya terbagi dalam dua

kelompok yaitu flora pada ekosistem pantai dan flora pada ekosistem karst.

Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman setiap plot, menunjukkan bahwa

keanekaragaman jenis sedang yaitu penyebaran jumlah individu tiap jenis sedang

dan keanekaragaman komunitas sedang. Flora ekosistem pantai dicirikan dengan

adanya tumbuhan tapak kuda (Ipomea pescaprae) dan kacang laut (Cannavalia

maritima) dengan keindahan daunnya yang berwarna hijau muda dan bunga

berwarna merah muda keunguan yang tumbuh menjalar di bawah pohon kelapa

(Cocos nucifera). Untuk flora kars, tumbuhan yang hidup sebagian besar memiliki

duri pada batangnya. Duri ini memiliki fungsi sebagai pengait pada batuan karst.

Vegetasi yang menjadi ciri khas ekosistem karst ini adalah Dracaena multiflora,

tumbuhan yang hanya tumbuh pada batuan karst dengan keunikan bentuk

tajuknya yang berbentuk seperti buket bunga. Adanya flora yang tumbuh di Pantai

Bara inilah yang menjadi daya tarik dan keindahan untuk berwisata. Selain

manfaat utama sebagai peneduh, flora ini juga memiliki banyak manfaat yang

dapat menunjang kegiatan wisata di Pantai Bara..

Keanekaragaman fauna yang ditemukan merupakan potensi obyek wisata

yang menarik dengan beberapa jenis penting seperti kera hitam sulawesi (Macaca

maura), kupu-kupu raja (Throides rhadamantus), dan kupu-kupu bidadari

(Cethosia myrina) yang merupakan fauna endemik Sulawesi Selatan. Berdasarkan

85
hasil pengamatan, burung yang paling umum dan mudah dijumpai adalah

ketilang, pipit dan gagak. sedangkan satwa yang sangat sensitif dengan kehadiran

manusia adalah kera hitam sulawesi dan babi hutan. Keberlangsungan hidup fauna

tersebut perlu diperhatikan terutama terhadap perburuan satwa liar yang sering

terjadi di kawasan Pantai Bara. Keindahan bentuk, warna, kicauan dan tingkah

laku fauna yang bergerak bebas merupakan keunikan potensi wisata di Pantai

Bara. Dari hasil analisis data fauna diperoleh bahwa indeks keanekaragaman jenis

mamalia rendah sedangkan indeks kenakeragaman jenis burung dan jenis kupu-

kupu sedang. Meskipun indeks kekayaan jenis yang tinggi untuk seluruh

kelompok fauna.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, budaya masyarakat belum

pernah dipentaskan secara langsung di Pantai Bara padahal di kawasan ini

terdapat banyak wisatawan lokal dan asing yang berkunjung. Khususnya bagi

wisatawan asing, budaya masyarakat seperti pembuatan perahu Pinisi sehingga

desa ini terkenal dengan istilah “Butta Panritta Lopi” yang artinya tanah asal para

pelaut ulung yang menjadi kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan dan

pembuatan tenun khas Bira dengan motif garis-garis bernama Loba dengan

menggunakan alat tenun tradisional merupakan potensi yang memiliki nilai

estetika yang tinggi. Selain menjaga kelestarian budaya masyarakat di Desa Bira

dan menambah pengetahuan tentang budaya masyarakat, potensi ini juga dapat

menunjang kegiatan ekowisata sebagai bagian dari konservasi serta mengajak

masyarakat secara aktif ikut terlibat dan memperoleh pendapatan dengan tetap

menjaga kelestarian obyek wisata. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip

86
ekowisata menurut (Eplerwood, 1999) yaitu pendidikan konservasi lingkungan.

Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi.

Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. Pendapatan langsung

untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan

manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan

atau pendapatan.Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara

langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan

pelestarian alam.

Keindahan alam Pantai Bara terlihat pada keunikan batuan kars yang

membatasi antara lautan dan daratan yang memiliki bentuk seperti mulut gua pada

tepiannya. Hal ini sejalan dengan pendapat (Achmad dkk, 2001) sumberdaya

geologi yang menarik ditunjukkan oleh formasi batuan kapur yang berumur

Miosen Atas – Pliosen. Adanya tebing di bagian tengah kawasan yang memanjang

searah garis pantai sekarang, adalah gambaran garis pantai wilayah ini dimasa lalu

ketika air laut mencapai daerah tersebut, dan menyisahkan gua-gua kecil akibat

pekerjaan gelombang air laut, seperti proses yang sementara berlangsung saat ini.

Bekas garis pantai ini membentuk batas antara lantai bawah dan lantai atas.

Perbedaan mencolok pantai Bara dengan pantai Bira yang berada dalam satu garis

pantai adalah adanya batuan kars besar yang tersusun secara alami di sekitar

pinggir pantai sampai ke dalam laut menjadikan pemandangan alam yang

menarik. Gejala alam lainnya adalah wisatawan tidak dapat melihat matahari

terbenam dikarenakan letak pantai ini menghadap ke arah timur.

87
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penellitian mengenai potensi wisata

sebagai obyek daya tarik wisata (ODTW) di Pantai Bara adalah :

1. Pantai Bara memiliki obyek dan daya tarik wisata yang dapat dikembangkan

selain wisata bahari yaitu potensi flora diantaranya pemanfaatan Cocos

nucifera, Dracaena multiflora, Schleira oleosa, Pterocarpus indicus yang

mendominasi vegetasi di Pantai Bara. Selain itu, perilaku/atraksi dari fauna

juga sangat menarik untuk dijadikan objek wisata seperti Macaca maura,

pengamatan burung dan kupu-kupu yang memiliki suara dan warna yang

unik. Potensi lainnya adalah keindahan bentuk batuan kars yang berada di

tepi pantai merupakan pemandangan alam yang sangat potensial untuk

dijadikan daya tarik wisata terutama bila dipadukan dengan potensi budaya

masyarakat setempat.

2. Peran serta masyarakat dalam memanfaatkan Pantai Bara saat ini hanya pada

wisata bahari, seperti diving, berenang, dan snorkling di pulau Liukang.

Untuk peran serta pemerintah saat ini masih sangat kurang karena terbatas

pada pembuatan jalan dan loket karcis.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai potensi wisata sebagai obyek daya tarik

wisata (ODTW) di Pantai Bara, maka dapat disarankan :

88
1. Peningkatan kerja sama antara masyarakat sekitar dan pemerintah dalam

memanfaatkan Pantai Bara sehingga kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

2. Pelatihan bagi para petugas mengenai keramah tamahan dalam pengelolaan

pengunjung sangat penting sehingga dapat menjadi tujuan wisata dunia.

3. Pemberian batas berupa pagar antara kawasan wisata dan hutan lindung serta

penjagaan di sekitarnya untuk melindungi satwa dari perburuan bebas.

89
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. 2011.Rahasia Ekosistem Hutan Bukit Kapur.Brillian


Internasional. Surabaya
Achmad,A., oka, N.P., Putranto, B., dan Sadapotto, A. 2001. Kegiatan
Inventarisasi Potensi Pariwisata Alam Pada Kawasan Suaka
Margasatwa Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. fakultas kehutanan.
Universitas Hasanuddin.
--------------. 2014. Bahan Ajar Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas
Hasanuddin. Makassar
Adha, I. 2014. Burung Madu Sriganti. http://www.biodiversitywarriors.org/isi-
katalog.php?idk=1146&judul=Burung%20Madu%20Sriganti. Diakses 30
Juli 2015
Alamendah.2010. Burung Kepodang Si Pesolek
Cantik.http://alamendah.org/2010/04/05/burung-kepodang-si-pesolek-
cantik/. Diakses 30 Juli 2015
--------------.2011.Pohon Ketapang. http://alamendah.org/2011/04/15/pohon-
ketapang-atau-terminalia-catappa/.Diakses 9 Desember 2015
--------------. 2015. Burung Kutilang. http://alamendah.org/2015/06/08/burung-
kutilang-pycnonotus-aurigaster-cucak-terpopuler/. Diakses 30 Juli 2015
Anonim.2013.Burung Merpati.
etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60893/potongan/S2-2013-325079-
chapter1.pdf. Diakses 30 Juli 2015
-------------.2013.Manfaat dan Khasiat Biduri Untuk Kesehatan.
http://budidaya-petani.blogspot.co.id/2013/12/Manfaat-dan-Khasiat-Biduri-
Untuk-Kesehatan.html. Diakses 9 Desember 2015
-------------.2014. Jarak Merah.
http://www.laporanpenelitian.com/2014/03/109.html. Diakses 9 Desember
2015
Balai Informasi Kehutanan. 2008.Manfaat Pulai.
http://infokehutanan.jambiprov.go.id/?v=pr&id=96. Diakses 16 Oktober
2015
Broockman, C.F.1959. Recreation Use Of Wild Land. Mc Grow Hill Co.Inc.
New York
Borneo Templates. 2011.Troides Rhadamantus. http://kupu-kupu-
langka.blogspot.co.id/2011/12/troides-rhadamantus.html. Diakses 9
Desember 2015

90
--------------.2011.Cethosia Myrina Kupu Bidadari. http://kupu-kupu-
langka.blogspot.co.id/2011/12/cethosia-myrina-kupu-bidadari.html. Diakses
9 Desember 2015
Clawson dan Knetch.1969.Economic Of Out Door Recreation.The John
Hopkins Press Inc. New York
Damanik,J dan Weber,H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata : Dari Teori ke
Aplikasi. Penerbit Andi. Yogyakarta
Doughlas, W.R. 1978. Forest Recreation. Pegamon Press Inc. New York.
Edy, 2009.Identifikasi Obyek dan Daya Tari Wisata Alam Pulau Purup
Kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.Universitas Negeri Papua.
Manokwari
Eplerwood, M., 1999.Successfull Ekotourism Business. The right Approach.
World Ekotourism Conference.Kota Kinibalu. Sabah
Fandeli, C.1995. Dasar – Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty
Press. Yogyakarta
--------------. dkk. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada. Bulaksumur. Yogyakarta
--------------. 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty.
Yogyakarta
Fauzi, A. 2013.Potensi Pariwisata Indonesia. Diakses pada 9 April 2014
Herdiana, L. 2012.Daya tarik dan kawasan wisata.Daya Tarik Dan Kawasan
Wisata. http://lisaherdiana.blogspot.com/2012/04/daya-tarik-dan-kawasan-
wisata.html. Diakses pada 4 Maret 2014.
Kasri, N., dkk. 1999. Kawasan Kars Di Indonesia. Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup. Jakarta
Kutilang Indonesia, 2011.Kacamata
laut.http://www.kutilang.or.id/2011/11/30/kacamata-laut/ . Diakses 30 Juli
2015
--------------. 2012. Gagak hutan. http://www.kutilang.or.id/2012/06/11/gagak-
hutan/. Diakses 30 Juli 2015
-------------. 2013. Kirik-Kirik Australia.
http://www.kutilang.or.id/2013/02/05/kirik-kirik-australia/.Diakses 30 Juli
2015
-------------. 2015. Walet Sulawesi. http://www.kutilang.or.id/2015/05/04/walet-
sulawesi/.Diakses 30 Juli 2015

91
Kristiani, T. 2013. Kualitas Tenunan Yang Terbuat Dari Daun Pandan Laut
dan Daun Pandan Wangi. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Mardiana,L. 2013. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Penebar Swadaya

Martawijaya, A. dkk, 2005. Atlas kayu Indonesia jilid I. Balai Penelitian Dan
Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Bogor.
Masdhiana,I. M.2014.Indonesia Peringkat 70 Daya Saing Pariwisata
Global.http://travel.kompas.com/read/2014/02/10/1635046/Indonesia.Perin
gkat.70.Daya.Saing.Pariwisata.Global. Diakses pada 4 Maret 2014.
Mashudi. 2005. Pulai Merupakan Jenis Potensial untuk Pengembangan
Hutan Tanaman. Informasi Teknis Vol.3 No. 1. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan Tanaman. Yogyakarta.
Mawendra.2013. Kegunaan Daun Jarak
Merah.http://tanamanjarak.blogspot.com/2013/02/kegunaan-daun-jarak-
merah.html. Diakses pada 28 Juli 2015.
Mirdayanti,Y. 2007. Spesies Baru Biawak ditemukan di
Indonesia.http://www.dw.com/id/spesies-baru-biawak-ditemukan-di-
indonesia/a-2972901. Diakses 11 Desember 2015
Muhlisan, F. 2011. Tanaman Obat Keluarga [TOGA]. Penebar Swadaya
Oktavia, R. 2014. Keanekaragaman Jenis Burung Di Kawasan Hutan
Kampus IPB Dramaga Dan PPKA Bodogol-Bogor.
http://ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/gm/article/viewFile/35/34. Diakses
30 Juli 2015
Sang, A.I. 2012. Pengembangan Produk Burung Puyuh Dalam Pembuatan
Aneka Lauk Pauk.http://core.ac.uk/download/pdf/11064267.pdf
Poland, D. 2013. Manfaat Daun Sukun. http://manfaatnyasehat.com/manfaat-
daun-sukun/. Diakses 16 Oktober 2015
Santoso, B. 2009.Penataan Dan Pengembangan Obyek Wisata Pantai Baron
Kabupaten Gunung
Kidul.http://eprints.undip.ac.id/1502/1/budi_santoso.pdf . Diakses pada 12
Februari 2015
Sativa, dkk. 2014. Uji Aktivitas Antiinflamasi Gel Ekstrak Buah Kaktus
(Opuntia elatiormMill.) PadaTikus (Rattus norvegicus L.) Yang
Diinduksi Lamda Karagenan.pdf
Setiawan, Y.H.2010. Efek Granul Ekstrak Daun Tembelekan (Lantana
Camara L.) Terhadap Mortalitas Larva Aedes Aegypti L.

92
Suita, E. 2012. Kesambi (Schleichera oleosa MERR).http://www.forda-
mof.org/files/Kesambi_-_Seri_Teknologi_Perbenihan_Tanaman_Hutan.pdf
Suharto dan Ambarwati, D.R.S. 2007. Pemanfaatan kelapa (batang, tapas, lidi,
mancung, sabut, dan tempurung) sebagai bahan baku kerajinan.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Jurnal%20Humaniora_Hibah%20Ber
saing%20Kelapa_0.pdf
Supyan. 2011.Potensi Dan Daya Tarik Wisata Alam
Indonesia.https://faperik.wordpress.com/2011/06/16/potensi-dan-daya-
tarik-wisata-alam-di-indonesia/. Diakses pada 12 Februari 2015
Susilorini, T.E. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Jakarta
Strange, M.2012. A Photographic guide to the birds of indonesia, Second
edition. Tuttle publishing. Tokyo.
Taman Nasional Babul. 2010. Dare Monyet Hitam Endemik Sulawesi Selatan.
http://www.tn-
babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=168%3Adare-
monyet-hitam-endemik-sulawesi-selatan&catid=49%3Aartikel&Itemid=195
. diakses 29 Juli 2015
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan
Undang-Undang Nomor 48 tahun 2010 tentangpengusahaan pariwisata alam
disuakamargasatwa,taman nasional, taman hutan rayadan taman
wisata alam, wisataalam
Wikipedia.2013.Papilio Polytes.https://ms.wikipedia.org/wiki/Papilio_polytes.
Diakses 9 Desember 2015
--------------.2015. Biawak. https://id.wikipedia.org/wiki/Biawak. Diakses pada 27
Juli 2015.
--------------. 2015. Elang Tikus. https://id.wikipedia.org/wiki/Elang_tikus.
Diakses pada 27 Juli 2015.
--------------. 2015. Ayam Hutan. https://id.wikipedia.org/wiki/Ayam_hutan.
Diakses pada 27 Juli 2015.
--------------. 2015.Pipit.https://en.wikipedia.org/wiki/Pipit. Diakses pada 27 Juli
2015.
--------------. 2015. Kirik-Kirik_Australia. https://id.wikipedia.org/wiki/Kirik-
kirik_australia. Diakses pada 27 Juli 2015.
--------------.2015. Angsana. https://id.wikipedia.org/wiki/Angsana. Diakses pada
27 Juli 2015.

93
--------------.2015.Pandan Laut. https://id.wikipedia.org/wiki/Pandan_laut.
Diakses pada 27 Juli 2015.
Wijayakusuma, H.M.H. 2006. Atasi rematik dan asam urat ala Hembing.
Puspa Swara. Jakarta

94
LAMPIRAN

95
Lampiran 1 Keanekaragaman Flora Plot 1

Plot 1

No Nama Spesimen Nama Jumlah Indeks keanekaragaman Indeks Kekayaan


Indonesia Jenis (H’) Jenis (R)

1 Cocos nucifera Kelapa 3 0,21421308 0,51457976

2 Canavalia maritima 1 0,103716486 0,171526587

3 Calotropis gigantea 7 0,325386842 1,200686106

4 Tridax procumbens 1 0,103716486 0,171526587

5 Ipomea pescaprae 1 0,103716486 0,171526587

6 Euphorbia atoto 1 0,103716486 0,171526587

7 Phyllantus neruri 1 0,103716486 0,171526587

8 Dodonaea viscosa 2 0,166659608 0,343053173

9 Chlomolaena odorata 3 0,21421308 0,51457976

10 Verbenaceae 2 0,166659608 0,343053173

11 Morinda citrifolia Mengkudu 2 0,166659608 0,343053173

12 Pandanus odorifer Pandan laut 1 0,103716486 0,171526587

13 Desmodium umbellatum 1 0,103716486 0,171526587

14 Terminalia catappa Ketapang 6 0,306106069 1,02915952

15 lannea grandis Kayu jawa 1 0,103716486 0,171526587

16 Thouarea involuta 1 0,103716486 0,171526587

Jumlah jenis 34

akar 34 5,83

96
Lampiran 2. Indeks Keanekaragaman Flora Plot 2

Plot 2
No Nama Spesimen Nama Jumlah Indeks keanekaragaman Indeks Kekayaan
Indonesia Jenis (H’) Jenis (R)
1 Jatropha gossypifolia Jarak merah 22 0,36780805 2,816901408

2 Grewia sp. 4 0,178660951 0,512163892

3 Aglaia sp. 6 0,228109613 0,768245839

4 Schleira oleosa (anakan) Kusambi 3 0,148144012 0,384122919

5 Mimosa sp. 3 0,148144012 0,384122919

6 Rosaceae Rosaceae 4 0,178660951 0,512163892

7 Artocarpus altilis Suren 7 0,248438459 0,896286812

8 Euphatorium odoratum 1 0,067391375 0,128040973

9 Leguminoceae 1 0,067391375 0,128040973

10 Dracaena multiflora 1 0,067391375 0,128040973

11 Pterocarpus indicus anakan cenrana 1 0,067391375 0,128040973

12 Schleichera oleosa Kusambi 1 0,067391375 0,128040973

13 Saurapus adrogynus 1 0,067391375 0,128040973

14 Piper betle 2 0,112056613 0,256081946

15 Pterocarpus indicus Cenrana 3 0,148144012 0,384122919

16 Opuntia elatior Kaktus 1 0,067391375 0,128040973

Jumlah jenis
61
akar 61 7,81

97
Lampiran 3. Indeks Keanekaragaman Flora Plot 3

PLOT 3
No Nama Spesimen Nama Jumlah Indeks keanekaragaman Indeks Kekayaan
Indonesia Jenis (H’) Jenis (R)
1 Lantama camara 13 0,210303323 1,055194805

2 lindernia sp 1 0,033051846 0,081168831

3 kayu makassar Kayu Makassar 24 0,29144632 1,948051948

4 Cassia siamea Johar 4 0,095725952 0,324675325

5 Jatropha gossypifolia Jarak merah 27 0,306955123 2,191558442

6 Schleichera oleosa Kusambi 12 0,200445306 0,974025974

7 Euphorbiaceae 2 0,056983333 0,162337662

8 Diospyros maritima 10 0,179032594 0,811688312

9 lindernia sp 6 0,127583726 0,487012987

10 Tiliacea 9 0,167367786 0,730519481

11 Fabaceae 15 0,228535887 1,217532468

12 Acanthaceae 10 0,179032594 0,811688312

13 Diocorea sp 1 0,033051846 0,081168831

14 Euphorbiaceae 4 0,095725952 0,324675325

15 apocynaceae 2 0,056983333 0,162337662

16 Leguminoceae 1 0,033051846 0,081168831

17 Alstonia scholaris 3 0,077472399 0,243506494

18 Hiptage bengalensis 8 0,154970473 0,649350649

Jumlah jenis 152


12,32
akar 152

98
Lampiran 4. Indeks Keanekaragaman Fauna

Indeks Kategori Indeks Kategori


keanekaragam Indeks Kekayaan
Nama Nama Indeks
No Jumlah keanekaraga
Latin Indonesia -an Jenis (H’) Jenis (R) Kekayaan
man Jenis
Jenis (R)
(H’)
Mamalia
1 Macaca Kera hitam 10 0,087 Keanekaragam 3,021 kekayaan jenis
maura sulawesi an rendah tinggi
2 Sus sp. Babi hutan 1 0,218 Keanekaragam 0,302 kekayaan jenis
an rendah rendah
Jenis Burung
3 Lonchura Pipit 18 0,327 Keanekaragam 1,954 kekayaan jenis
punctulata an tinggi sedang
4 Nectarinia Burung madu 1 0,052 Keanekaragam 0,109 kekayaan jenis
jugularis kuning an rendah rendah
5 Columbia Merpati 4 0,143 Keanekaragam 0,434 kekayaan jenis
sp. an rendah rendah
6 Pycnonotu Ketilang 28 0,365 Keanekaragam 3,040 kekayaan jenis
s an tinggi tinggi
aurigaster
7 Cotumix Puyuh 3 0,117 Keanekaragam 0,326 kekayaan jenis
coturnix an rendah rendah
8 Hirundo Layang-layang 8 0,221 Keanekaragam 0,869 kekayaan jenis
tahitica pasifik an rendah rendah
9 Collocalia Walet 13 0,286 Keanekaragam 1,412 kekayaan jenis
sp. an sedang sedang
10 Merops Kirik-kirik 2 0,087 Keanekaragam 0,217 kekayaan jenis
ornatus Australia an rendah rendah
11 Elanus Elang 1 0,052 Keanekaragam 0,109 kekayaan jenis
caeruleus an rendah rendah
12 Corvus sp. Gagak 3 0,117 Keanekaragam 0,326 kekayaan jenis
an rendah rendah
13 Coracina Kepodang 1 0,052 Keanekaragam 0,109 kekayaan jenis
sp. an rendah rendah
14 Zosterops Kacamata laut 1 0,052 Keanekaragam 0,109 kekayaan jenis
chloris an rendah rendah
15 Gallus Ayam hutan 3 0,117 Keanekaragam 0,326 kekayaan jenis
gallus an rendah rendah
Reptilia
16 Varanus biawak 2 0,000 Keanekaragam 1,418 kekayaan jenis
sp. an rendah sedang
Kupu-kupu
Troides Keanekaragam kekayaan jenis
rhadamant 0,197 an rendah 0,393 rendah
17 us Papilionidae 2
Papilionida Keanekaragam kekayaan jenis
e 0,367 an rendah 1,768 sedang
18 pachliopta 9
pereronia Keanekaragam kekayaan jenis
tritaea 0,197 an rendah 0,393 rendah
18 bargytia 2
junonia 0,364 Keanekaragam 2,161 kekayaan jenis
21 iphita 11 an rendah sedang
Cethosia 0,197 Keanekaragam 0,393 kekayaan jenis
22 myrina Nymphalidae 2 an rendah rendah

99

Anda mungkin juga menyukai