Anda di halaman 1dari 90

IMPLEMENTASI PROGRAM KAMPUNG KELUARGA BERKUALITAS

DI KELURAHAN KAPASMADYA BARU, KECAMATAN TAMBAKSARI,

KOTA SURABAYA

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

NAFA GRILDA SAGITA


NPM. 19041010023

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
SURABAYA
2023

1
i
KATA PENGANTAR

Dengan Mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang

Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat serta hidayah-Nya. Sehingga penelii

dpaat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Implementasi Program

Kampung Keluarga Berkualitas Di Kelurahan Kapasmadya Baru,

Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya”. Proposal skripsi ini disusun guna

memenuhi persyaratan pengajuan seminar proposal skripsi Program Studei

Administrasi Public Fakultas Ilmu Social Dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Bersamaan dengan tersusunnya proposal skripsi ini, peneliti mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Dr. Lukman Arif, M.Si, selaku dosen pembimbing

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasihat, serta

motivasi kepada peneliti. Tak lupa juga peneliti mengucapkan rasa syukur dan

terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan berupa moril,

spiritual maupun materiil dala, menyelesaikan penelitian proposal skripsi ini,

diantanya :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MMT selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur;

2. Bapak Dr. Catur Suratnoaji, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Social Dan

Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur;

3. Ibu Dra. Susi Hardjati, M.A.P selaku Koordinator Program Studi Administrasi

Publik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur;

ii
4. Seluruh dosen Program Studi Administrasi Publik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah membekali peneliti ilmu

pengetahuan dan wawasan;

5. Orang tua dan adik-adik peneliti yang selalu memberikan doa, semangat, serta

dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan proposal skripsi ini;

6. Arvian Agung Wijaya, Rizka Larasati partner terbaik peneliti yang selalu

mendukung, memahami, membantu, serta memberikan motivasi kepada

peneliti untuk menyelesaikan proposal skripsi ini;

7. Siti, Estu, Yatasya, Retno, Ardelia, Cinta, teman dekat peneliti selama kuliah

yang senantiasa membantu, sharing bersama, dan selalu mendukung peneliti

untuk dapat menyelesaikan proposal skripsi ini;

8. Teman-teman Administrasi Publik angkatan 2019 Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur yang sama-sama berjuang, saling

mendukung, serta memberi motivasi untuk menyelesaikan proposal skripsi ini;

9. Seluruh pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung

membantu penyususan proposal skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam proposal skripsi ini ada banyak kekurangan

dan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Sehingga segala saran dan

masukan sangat peneliti harapkan untuk perbaikan penelitian yang selanjutnya.

Surabaya, 10 Juni 2023

Peneliti

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 15
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 15
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 15
1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................................. 15
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 18
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 18
2.2 Landasan Teori ....................................................................................... 27
2.2.1 Kebijakan Publik ............................................................................. 27
2.2.2 Tahapan Kebijakan Publik .............................................................. 29
2.2.3 Implementasi Kebijakan.................................................................. 30
2.2.4 Model Implementasi Kebijakan ...................................................... 32
2.2.5 Program ........................................................................................... 44
2.2.6 Kampung KB .................................................................................. 46
2.3 Kerangka Berfikir ................................................................................... 51
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 53
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 53
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................... 54
3.3 Fokus Penelitian ..................................................................................... 55
3.4 Sumber Data ........................................................................................... 59
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 60
3.6 Teknik Penentuan Informan ................................................................... 63
3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................. 64
3.8 Teknik Keabsahan Data .......................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71

iv
PEDOMAN WAWANCARA ............................................................................. 74
PEDOMAN DOKUMENTASI .......................................................................... 82

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Peningkatan Penduduk Indonesia Pertengahan Tahun ............... 2


Tabel 1.2 Jumlah Pasangan Usia Subur di Kecamatan Tambaksari ....................... 6
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan Tambaksari
............................................................................................................................... 10
Tabel 1.4 Jumlah Individu Dalam Keluarga Menurut Kesertaan Dalam Jaminan
Kesehatan ............................................................................................ 11
Tabel 2. 1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang ……23
Tabel 2. 2 Kampung KB di Kota Surabaya........................................................... 49

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier .. 33


Gambar 2.2 Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn .......................... 34
Gambar 2.3 Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle ..................................... 36
Gambar 2.4 Implementasi Kebijakan George Charles Edward III ....................... 43
Gambar 3. 1 Komponen analisis data Miles & Huberman………………………66

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk merupakan salah satu komponen penting dalam berjalannya suatu

negara, seperti tertera pada syarat awal pembentukan suatu negara yang harus

memiliki wilayah, rakyat, dan juga pemerintahan yang berdaulat. Penduduk

merupakan salah satu sumber daya yang memiliki potensi untuk meningkatkan

produksi suatu rumah tangga perusahaan atau aset suatu negara. Menurut Jonny

Purba (Andi Arfian, 2018), penduduk adalah orang yang mantranya sebagai diri

pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan

kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada

waktu tertentu. Pengertian penduduk tercantum dalam Undang-Undang Dasar

1945 Pasal 26 ayat 2 yang berbunyi: “Penduduk ialah warga negara Indonesia dan

orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia”. Secara sederhana penduduk

diartikan sebagai sekelompok orang yang tinggal atau menempati wilayah

tertentu.

Penduduk menjadi salah satu alasan keberhasilan suatu negara, hal ini

dikarenakan penduduk dapat mempengaruhi perkembangan negara dari waktu ke

waktu dengan banyaknya perubahan dari keberagaman sumber daya yang ada.

Semakin meningkatnya penduduk yang ada pada suatu negara tentu saja akan

mempengaruhi tatanan yang ada di dalamnya, hal ini dapat menjadi masalah yang

serius apabila tidak ditangani dengan baik. Sebagai negara yang berada pada

1
2

peringkat ke empat dengan populasi terbanyak di dunia setelah Tiongkok, India,

dan Amerika, meningkatnya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia menjadi

suatu beban negara yang harus segara ditangani dengan serius. Pertumbuhan

penduduk yang semakin bertambah seiring berjalannya waktu dapat menganggu

pembangunan yang ada di Indonesia. Setiap tahunnya negara Indonesia

mengalami peningkatan jumlah penduduk yang dapat dikatakan tidak sedikit

jumlahnya, tentu ini sangat mempengaruhi pengolahan sumber daya yang ada di

negara Indonesia.

Kemendagri melalui Direktorat Jenderal Dukcapil baru saja merilis Data


Kependudukan Semester II Tahun 2021 tanggal 30 Desember 2022. Isinya,
diketahui jumlah penduduk Indonesia adalah 273.879.750 jiwa. “Terdapat
kenaikan sebanyak 2.529.862 jiwa dibanding tahun 2020,” kata Direkur
Jenderal Dukcapil, Prof. Zudan Arif Fakrulloh, saat dimintai keterangan lebih
lanjut oleh wartawan.
Sumber:https://dukcapil.kemendagri.go.id/berita/baca/1032/273-juta-
penduduk-indonesia-terupdate-versi-kemendagri diakses pada 4 April 2023,
pukul 15.00
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dibuktikan dengan adanya data terkait
jumlah penduduk pertengahan tahun yang diberikan secara transparan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS).

Tabel 1.1 Jumlah Peningkatan Penduduk Indonesia Pertengahan Tahun

Jumlah Peningkatan Penduduk Pertengahan Tahun (Ribu Jiwa)


Tahun Jumlah Penduduk
2015 255.587,5
2016 258.496,5
2017 261.355,5
2018 264.161,6
2019 266.911,9
3

Jumlah Peningkatan Penduduk Pertengahan Tahun (Ribu Jiwa)


Tahun Jumlah Penduduk
2020 270.203,9
2021 272.682,5
2022 275.773,8
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2023
Berdasarkan data yang ada pada Badan Pusat Statistik (BPS) data yang

digunakan untuk tahun 2015-2019 menggunakan data Proyeksi Penduduk

Indonesia 2015-2045, sedangkan pada tahun 2020 menggunakan data hasil

Sensus Penduduk 2020, dan untuk tahun 2021-2022 menggunakan data Proyeksi

Penduduk Interim 2020-2023. Proyeksi Penduduk merupakan hasil perhitungan

yang dilakukan dari berbagai macam komponen laju pertumbuhan penduduk

seperti, angka kelahiran, angka kematian, migrasi.

Jumlah penduduk yang semakin meningkat tentu saja akan mempengaruhi

kualitas dari sumber daya yang ada di Indonesia, karena pertumbuhan jumlah

penduduk ini dapat memberikan pengaruh besar pada pembangunan di Indonesia.

Kualitas sumber daya manusia di Indonesia yang digolongkan cukup rendah akan

menghambat pembangunan yang baik dari segi pemerintahan maupun

bermasyarakat. Jika hal ini terus terjadi tanpa adanya penyelesaian yang serius,

maka kualitas negara Indonesia akan menurun dan berpengaruh pada

pembangunan selanjutnya.

Pemerintah terus melakukan berbagai macam upaya baik dari segi aspek fisik

pembangunan insfrastruktur maupun pada sumber daya manusia agar menjadi

lebih berkualitas. Sebagai pembentuk dan pelaksana kebijakan tentunya


4

pemerintah memiliki tanggungjawab penuh untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat, melaksanakan pembangunan berkelanjutan, menjunjung tinggi keinginan

rakyat dalam hal pembangunan, dan menjalankan aspek-aspek fungsional

pemerintah secara efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dapat dilakukan

pemerintah dalam pertumbuhan laju penduduk ini dengan cara menekan angka

kelahiran di Indonesia dengan berbagai program yang nantinya dapat membantu

memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya peran dari laju

pertumbuhan penduduk.

Dengan besarnya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia, menurut


Presiden Jokowi, ada tiga masalah yang dihadapi yaitu masalah pangan,
sandang, dan kesehatan. “Jadi yang Namanya keluarga itu harus direncanakan,
diatur. Oh, saya ingin anak saya satu, anak saya dua. Karena saya ingin anak
saya ini dua-duanya sekolah sampai perguruan tinggi, entah bagaimana
caranya saya akan lakukan. Dihitung, kalau masuk perguruan tinggi itu butuh
uang, katakanlah Rp 3.000.000. Berarti saya harus siapkan kalau dua orang Rp
6.000.000. Menyiapkannya dari mana,” tutur Presiden.
Sumber:https://setkab.go.id/laju-pertumbuhan-penduduk-13-persen-
pemerintah-kembali-galakkan-program-kb/ diakses pada 4 April 2023, pukul
15.00
Berdasarkan pernyataan diatas dalam upaya menekan laju pertumbuhan
penduduk ini diusahakan untuk meningkatkan koordinasi dan keterpaduan upaya
pengendalian angka kelahiran dengan berbagai program dan kegiatan
pembangunan, khususnya upaya pada bidang pendidikan, transmigrasi,
kesehatan, pengendalian urbanisasi, penciptaan lapangan kerja dan pembangunan
daerah baik dari segi insfrastuktur maupun non insfrasturktur. Usaha penurunan
laju pertumbuhan dimulai dari lingkungan terkecil yakni dalam kehidupan rumah
tangga. Melalui program Keluarga Berencana (KB) dengan penggunaan alat
kontrasepsi bagi pasangan suami-isteri, Pasangan Usia Subur (PUS) yang
memiliki anak lebih dari dua dapat menjadi tolak ukur penurunan tingkat
pertumbuhan penduduk di Indonesia. Program KKBPK (Kependudukan
Keluarga Berencana Pembangunan Keluarga) melalui Keluarga Berencana (KB)
5

juga menjadi upaya dalam mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, memberikan perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Dalam
program KKBPK (Kependudukan Keluarga Berencana Pembangunan Keluarga)
yang dirancang untuk menekan laju pertumbuhan penduduk membutuhkan peran
besar dari masyarakat dalam mengikuti kepesertaan ber-KB. Peningkatan
penggunaan alat kontrasepsi modern bagi Pasangan Usia Subur (PUS) menjadi
bidikan utama dari program terkait dengan efektivitasnya. Saat ini berberbagai
macam alat kontrasepsi modern telah disediakan sebagai pilihan bagi Pasangan
Usia Subur (PUS) sesuai dengan kebutuhannya seperti IUD, kondom, pil, suntik,
implan, Medis Operasi Wanita (WOM), serta Medis Operasi Pria (MOP).
Meskipun telah disediakannya alat kontrasepsi modern, masih ada beberapa
Pasangan Usia Subur (PUS) maupun suami-isteri yang telah memiliki dua anak
menggunakan alat kontrasepsi tradisional seperti pantang berkala/kalender, pijak
urut, jamu, dan senggama terputus. Namun tentu saja tetap diberikannya motivasi
untuk mengguna kontrasepsi jangka panjang, sehingga program KB dapat terus
berjalan dengan efektif dan efisien.

“Dengan menggunakan kontrasepsi, mereka bisa dapat membatasi


kehamilannya, dapat mengatur jarak (kelahiran) anaknya, dapat merencanakan
kehamilan sehinggan akan melahirkan anak yang sehat tanpa risiko stunting,”
terang Eni. Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PP IBI (Ikatan Bidan
Indonesia), Dr Emi Nurjasmi, M.Kes membeberkan, bahwa ada banyak
pilihan alat kontrasepsi yang mudah diakses dan didapatkan masyarakat.
Namun, apabila alat kontrasepsi jangka panjang belum bisa dilakukan saat
postpartum atau nifas, pasangan suami isteri bisa menggunakan kondom.
“Tentu untuk bisa mengatur kehamilan, menjaga jarak (kelahiran anak), dan
lain sebagainya harus memanfaatkan salah satu alat kontrasepsi, terutama alat
kontrasepsi modern,” jelas Emi.
Sumber: https://www.kompas.com/sains/read/2022/02/15/120100123/bkkbn-
ingatkan-pentingnya-program-keluarga-berencana-untuk-mencegah?page=all
diakses pada 4 April 2023, pukul 16.00
Berdasarkan dari pernyataan diatas, sudah banyak alat kontrasepsi modern
yang dapat digunakan oleh masyarakat khususnya bagi pasangan suami isteri
subur, namun masih banyak pasangan suami istri yang memilih mengunakan
6

kontrasepsi tradisional. Untuk keberlangsungan program KKBPK dengan


mempertahankan kesertaan ber-KB agar tidak terjadinya drop out, maka
dilakukan pembinaan rutin melalui kelompok-kelompok kegiatan yang ada di
masyarakat. Kegiatan kelompok yang dimaksud ialah kegiatan keluarga sejahtera
yang dikembangkan melalui Bina Keluarga Sejahtera (BKS). Bina Keluarga
Sejahtera (BKS) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang baik
secara fisik, kecerdasan emosional, motorik, dan sosial ekonomi. Bina Keluarga
Sejahtera (BKS) terdiri dari Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja
(BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL) serta kelompok UPPKS (Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera) untuk meningkatkan perekonomian
keluarga. UPPKS merupakan kelompok usaha ekonomi produktif yang
beranggotakan sekumpulan anggota keluarga yang saling berinteraksi dan terdiri
dari berbagai tahan keluarga sejahtera, baik Pasangan Usia Subur (PUS) yang
sudah melakukan KB maupun yang belum melakukan KB dalam rangka
meningkatkan dan memantapkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Tujuan utama
UPPKS ialah meningkatkan kondisi ekonomi keluarga, selain itu UPPKS juga
bertujuan untuk meningkatkan ketahanan dan kemandirian keluarga agar
terwujudnya keluarga kecil, bahagia, dah sejahtera. Peningkatan kondisi ekonomi
keluarga yang baik akan mempengaruhi bagaimana kualitas dari keluarga
tersebut. BKKBN juga merintis berbagai kegiatan usaha yang berfungsi untuk
menggerakan roda ekonomi keluarga melalui pembelajaran usaha ekonomi
dengan cara meningkatkan minat dan semangat keluarga untuk terus
berwirausaha.

Tabel 1.2 Jumlah Pasangan Usia Subur di Kecamatan Tambaksari

No. Kelurahan Jumlah PUS

1. Tambaksari 1.884
2. Ploso 4.155
7

No. Kelurahan Jumlah PUS

3. Gading 3.689
4. Pacar Kembang 4.360
5. Rangkah 1.987
6. Pacar Keling 2.152
7. Kapas Madya Baru 5.102
8. Dukuh Setro 3.450
Jumlah Total 26.779
Sumber : Kecamatan Tambaksari, 2023
Dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai dasar pelaksanaan Program
Kependudukan dan Keluarga Berencana menekankan bahwa kewenangan
BKKBN tidak hanya mengatur keluarga berencana dan keluarga sejahtera saja
namun juga menyangkut mengenai masalah pengendalian penduduk. BKKBN
telah mencangkan berbagai macam program mengenai Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga salah satunya melalui program
kampung KB. Program Kampung KB ini merupakan perwujudan dari
pelaksanaan agenda prioritas pembangunan (nawacita) ke 3, 5, dan 8. Nawacita
ketiga yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Nawacita kelima yaitu
meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, serta Nawacita kedelapan
yaitu melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali.

BKKBN mendapat amanat langsung dari Presiden RI Joko Widodo untuk


menyusun suatu program/kegiatan yang dapat memperkuat pencapaian target
Pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana,
sehingga kegiatan tersebut dapat menjadi ikon program BKKBN serta dapat
secara langsung berkontribusi dan memberikan manfaat kepada masyarakat
diseluruh Indonesia. Dalam perencanaannya dicanangkan Program Kampung KB
yang akan tersebar diseluruh Indonesia dengan setiap kecamatan harus memiliki
8

satu Kampung KB. Kampung KB adalah satuan wilayah setingkat RW, Dusun
atau setara yang memiliki kriteria tertentu dimana terdapat keterpaduan Program
Kependudukan, Keluarga Berencana Pembangunan Keluarga yang dilakukan
secara sistematik dan sistematis guna meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, keluarga dan masyarakat. Kampung KB ini bertujuan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung atau yang setara melalui program
KKBPK serta pembangunan sector lain dalam rangka mewujudkan keluarga
kecil berkualitas. Program KKBPK sendiri memiliki prinsip yakni mewujudkan
keluarga kecil Bahagia sejahtera dengan melaksanakan delapan fungsi keluarga.
Penerapan fungsi keluarga ini membantu keluarga lebih bahagia dan sejahtera,
terbebas dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Keberhasilan
program KKBPK dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu pengendalian kuantitas
penduduk dan peningkatan kualitas penduduk yang diukur dengan peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga dilihat dari berbagai indikator yang tercermin dari pelaksanaan delapan
fungsi keluarga. Dalam Peraturan Pemerintah No 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana,
dan Sistem Informasi Keluarga disebutkan delapan fungsi keluarga meliputi (1)
fungsi keagamaan, (2) fungsi sosial budaya, (3) fungsi cinta kasih, (4) fungsi
perlindungan, (5) fungsi reproduksi, (6) fungsi sosialisasi dan pendidikan, (7)
fungsi ekonomi dan (8) fungsi pembinaan lingkungan.

Kampung KB sebagai sebuah pendekatan pembangunan yang bersifat


universal, dan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta
mengoptimalkan penyelenggaraan pemberdayaan penguatan institusi keluarga,
maka perlu dorongan dari berbagai pihak terutama masyarakat. Pasalnya,
kampung KB menjadi model atau miniature pembangunan yang melibatkan
seluruh sector di masyarakat. Manfaat Kampung KB sendiri selain bisa
mengentaskan kemiskinan dan meningkatnya laju penduduk, juga mendekatkan
pembangunan kepada masyarakat, tentunya dengan melibatkan semua sektor
pembangunan yang ada. Manfaat lain adalah membangun masyarakat berbasis
keluarga, mensejahterakan masyarakat serta memenuhi kebutuhan masyarakat
9

melalui pelaksanaan intergrasi program lintas sektor. Pembangunan lintas sector


dan kemitraan melibatkan peran berbagai pihak. Intergrasi lintas sector berupa
pelayanan terpadu antar sektor yang menjadi kebutuhan masyarakat, seperti
pelayanan KB, pelayanan pembuata akta, pembangunan jalan dan jembatan,
pembuatan KTP, pengadaan buku-buku bacaan, posyandu, PAUS, P2WKSS, dll.
Namun, tidak semua kampung dapat masuk dalam Program Kampung KB
meskipun sesuai dengan anjuran bahwa setiap kecamatan wajib memiliki satu
Kampung KB. Hal ini dikarenakan adanya kriteria utama, wilayah, dan khusus
yang membedakan kampung satu dengan kampung yang lain.

Kota Surabaya sebagai salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak di Jawa Timur menjadi pertimbangan BKKBN Jawa Timur Perwakilan
Surabaya dan Bapemas KB Kota Surabaya untuk melakukan pencanangan
Kampung KB guna meningkatkan kesejahteraan penduduk di Jawa Timur
khususnya Kota Surabaya. Pencanangan Kampung KB pertama kali dilakukan di
RW XII Kelurahan Sidotopo Kecamatan Semampir oleh Ibu Walikota Tri
Rismaharini. Saat ini Kota Surabaya telah memiliki satu Kampung KB ditiap
Kecamatan, salah satunya ialah Kampung KB WR Soepratman yang berada di
Kelurahan Kapas Madya Baru Kecamatan Tambaksari. Menurut data yang ada
pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya, perbandingan
jumlah penduduk perempuan dan laki-laki di Kota Surabaya adalah 1.588.412
(50,3%) perempuan dan 1.568.984 (49,7%) laki-laki. Kecamatan Tambaksari
memiliki jumlah penduduk paling tinggi sebesar 239.289 jiwa, disusul oleh
Kecamatan Sawahan dan Semampir masing-masing dengan jumlah 216.391 jiwa
dan 206.071 jiwa.

Wilayah Kecamatan Tambaksari merupakan wilayah yang cukup luas dan

padat serta masyarakatnya cukup heterogen yang terdiri dari berbagai suku, ras,

maupun agama. Kecamatan Tambaksari terdiri dari 8 Kelurahan salah satunya

yakni Kelurahan Kapasmadya Baru yang mayoritas penduduknya berpenghasilan

dari berjualan atau wiraswasta. Kelurahan Kapasmadya Baru terdiri dari 8 RW


10

dan 92 RT dengan jumlah penduduk 39.577 jiwa menjadi satu tantangan dalam

menghadapi permasalahan kompleks yang terjadi.

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan Tambaksari

Warga Negara Indonesia (WNI)


Kelurahan
Laki-laki Perempuan Total WNI
Tambaksari 9,508 9,912 19,420
Ploso 17,217 17,695 34,912
Gading 15,014 15,412 30,426
Pacarkembang 19,713 20,310 40,023
Rangkah 8,209 8,585 16,794
Pacarkeling 10,826 11,398 22,224
Kapasmadya Baru 19,858 19,719 39,577
Dukuh Setro 11,395 11,365 22,760
Sumber : Kecamatan Tambaksari, 2023
Berdasarkan data kependudukan yang tertera pada website Kecamatan

Tambaksari menunjukkan bahwa Kelurahan Kapasmadya Baru memiliki jumlah

penduduk terbanyak kedua setelah Kelurahan Pacarkembang. Hal ini menjadi

salah satu alasan terpilihnya Kelurahan Kapasmadya Baru RW 1 menjadi

Kampung KB di wilayah Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya. Banyaknya

jumlah penduduk di wilayah kelurahan Kapasmadya Baru tentunya akan

mempengaruhi berbagai sektor seperti pendidikan rendah, ekonomi kecil,

pelayanan cepat tanggap, beresiko stunting dan sebagainya.


11

Tabel 1.4 Jumlah Individu Dalam Keluarga Menurut Kesertaan Dalam Jaminan
Kesehatan

Jumlah Memiliki Jumlah Tidak Memiliki


Kelurahan
Jaminan Kesehatan Jaminan Kesehatan

Tambaksari 11.367 2.412


Ploso 22.751 5.166
Gading 17.584 5.126
Pacar Kembang 23.438 4.537
Rangkah 11.235 1.706
Pacar Keling 12.641 2.830
Kapas Madya Baru 19.823 10.597
Dukuh Setro 14.566 5.051
Jumlah Total 133.403 37.425
Sumber : Kecamatan Tambaksari, 2023
Berdasarkan data jumlah individu dalam keluarga menurut kesertaan jaminan

Kesehatan yang ada pada Kecamatan Tambaksari, menunjukkan bahwa

kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki jaminan kesehatan yang telah

diprogramkan oleh pemerintah masih rendah. Kampung KB menjadi salah satu

langkah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya

program KB bagi masyarakat maupun pemerintah. Program KB diharapkan

dapat membantu menurunkan pertumbuhan laju penduduk yang semakin

meningkat, mengurangi balita stunting di Indonesia, dan mensejahterakan

masyarakat melalui keluarga. Kampung KB yang dilaksanakan Kelurahan

Kapasmadya Baru mempunyai sasaran yang ditujukan untuk mensejahterakan

masyarakat dengan menekan reproduksi melalui pelayan KB sehingga balita

stunting dan pendidikan rendah dapat teratasi. Pendidikan yang rendah tentu
12

menjadi masalah bagi masa depan keluarga yang akan berdampak pada

perekonomian kecil atau tidak cukup bagi keluarga, maka dari itu Kampung KB

memberikan pengarahan melalui edukasi dan juga pelatihan bagi keluarga agar

menjadi keluarga sejahtera dan berkualitas.

Kebijakan merupakan produk sebuah keputusan yang telah dibuat oleh badan

dan pejabat pemerintah dengan tujuan tercapainya kesejahteraan masyarakat

melalui aturan yang berlaku agar tidak terjadi penyimpangan dalam

bermasyarakat dan bernegara. Randal B. Ripley (1985:31) menyatakan bahwa

dalam proses kebijakan telah termasuk di dalamnya berbagai aktivitas praktis dan

intelektual yang berjalan secara bersama-sama (Anggara, 2014). Thomas DYE

(1992: 2-4) mendefinisikan bahwa kebijakan publik adalah segala sesuatu yang

dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh pemerintah, alasan suatu kebijakan harus

dilakukan dan manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan

yang holistic agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar bagi

warganya dan tidak menimbulkan kerugian, disinilah pemerintah harus bijaksana

dalam menetapkan suatu kebijakan (Anggara, 2014). Secara garis besar

kebijakan publik mencakup perumusan masalah kebijakan, implementasi

kebijakan, dan evaluasi kebijakan.

Implemantasi kebijakan merupakan bentuk dari pelaksanaan suatu kebijakan

dengan melibatkan berbagai sektor baik dari segi pemerintahan maupun

masyarakat melalui pelayanan, pengorganisasian birokrasi, dan sebagainya. Van

Meter dan Van Horn (1975) mendefinisikan implementasi merupakan tindakan

yang dilakukan oleh individu atau pejabat atau swasta yang diarahkan untuk
13

mencapai tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Secara garis

besar implementasi kebijakan mencakup segala bentuk kegiatan yang dilakukan

oleh pemerintah maupun keikutsertaan masyarakat dalam melakukan suatu

kebijakan dengan tujuan mencapai output yang maksimal.

Keberhasilam implementasi sangat dipengaruhi oleh pemahaman dari

berbagai elemen dalam bekerja sama secara harmonis dengan ditandai adanya

interaksi antara aktor, kapasitas pelaksana di lapangan, strategi penyampaian

informasi atau sosialisasi, dan kapasitas organisasi. Program Kampung KB akan

berjalan secara baik apabila terdapat kolaborasi yang baik antara pembuat

kebijakan, pelaksaan kebijakan di lapangan, dan pendukung kebijakan melalui

keikutsertaan.

Berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 12 Tahun 2017 Tentang

Pendayagunaan Tenaga Penyuluh Kependudukan, Keluarga Berencana dan

Pembangunan Keluarga, Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) adalah Pegawai

Negeri Sipil yang memenuhi standar kompetensi dan kualifikasi tertentu yang

diberi tugas tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang

berwenang sebagai jabatan fungsional tertentu untuk melaksanakan kegiatan

penyuluhan, pelayanan, evaluasi dan pengembangan program Kependudukan,

Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga. Dalam pelaksanaannya

tentunya PKB tidak dapat bekerja sendiri, oleh karena itu dibentuklah Petugas

Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang dibantu oleh seluruh elemen

masyarakat mulai dari RT, RW, Kader, serta Karang Taruna dalam melakukan

penyuluhan maupun sosialisai kepada masyarakat setempat.


14

Permasalahan kependudukan yang dibiarkan tanpa adanya solusi yang tepat

dari segi pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi akan menimbulkan

permasalahan yang berkelanjutan seperti stunting, kriminalitas meningkat, dan

kurangnya pendidikan. Tanpa adanya pemahaman yang sama dari pelaksana

kebijakan dengan masyakarat, akan mempersulit pencapaian dari program

Kampung KB. Akibatnya, kualitas sumber daya masyarakat akan semakin

menurun dan sulitnya mencapai harapan keluarga sejahtera. Dalam penelitian ini

secara khusus peneliti mengunakan teori George Charles Edward III yang terdiri

dari 4 variabel, yaitu (1) komunikasi, (2) sumber daya, (3) disposisi, (4) struktur

birokrasi.

Peneliti memilih Kampung KB yang berada di wilayah Kelurahan

Kapasmadya Baru sebagai tempat penelitian, karena Kelurahan Kapasmadya

Baru termasuk wilayah padat penduduk yang masyarakatnya beragam dan juga

masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap program pemerintah. Dengan

begitu, masyarakat yang berada di wilayah Kelurahan Kapasmadya Baru

membutuhkan pelayanan yang lebih kompleks dari berbagai sektor, khususnya

dalam hal kependudukan, kesehatan, dan pendidikan. Berdasarkan uraian yang

telah dijelaskan diatas, peneliti berpendapat perlu adanya kajian lebih lanjut

tentang Implementasi terhadap Program Kampung KB di Kelurahan

Kapasmadya Baru. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Implementasi Program Kampung Keluarga Berkualitas di

Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya”.


15

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu bagaimana implementasi program Kampung KB di Kelurahan

Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang telah di uraikan, maka

tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan

implementasi program Kampung KB di Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan

Tambaksari Kota Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan mampu

memberikan manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat teoritis sebagai berikut :

a. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan mahasiswa dan

masyarakat mengenai Implementasi dari Program Kampung KB di

Surabaya terkhusus di Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan

Tambaksari Kota Surabaya.


16

b. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi

Administrasi Publik UPN “Veteran” Jawa Timur

c. Untuk menambah referensi dan literatur bacaan ilmiah di perpustakaan

sehingga mampu meningkatkan pengetahuan maupun menambah kajian-

kajian untuk penelitian yang akan datang dengan topik yang sama.

1.4.2 Manfaat Praktis

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat praktis sebagai beirkut :

1. Bagi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

a. Penelitian ini berguna untuk penunjang pendidikan dan bahan

pembanding dengan penelitian lainnya dalam penelitian sejenis di

masa yang akan datang, serta sebagai acuan dalam mengembangkan

ilmu pengetahuan.

b. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang akan datang

pada program studi Administrasi Publik.

2. Bagi Masyarakat Kelurahan Kapasmadya Baru

a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan manfaat

untuk kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan oleh masyarakat

Kelurahan Kapasmadya Baru dalam program Kampung KB.


17

3. Bagi Mahasiswa

a. Diharapkan dapat memperdalam pengetahuan mengenai Implementasi

Program Kampung KB yang ada di Surabaya dan juga menjadi

referensi untuk penelitian selanjutnya dengan tema yang sama.

b. Dapat menerapkan teori atau pengetahuan yang diperoleh di bangku

perkuliahan program studi Administrasi Publik.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu yang

merupakan sekumpulan penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi,

persamaan dan perbedaan dengan tujuan sebagai acuan, referensi, dan masukan

bagi peneliti. Terdapat 4 penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti, antara

lain:

1. Ragman HM dan Junaidi Indrawadi (2019). “Implementasi Program

Kampung KB dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di

Kelurahan Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara Kota Padang”.

Jurnal of Civic Education, Vol. 2, No. 4, Hal 295 – 301.

Masalah kemiskinan yang terjadi di Kota Padang dan daerah-daerah

pinggiran di Indonesia sudah mencapai angka yang sangat tinggi, untuk

mengatasi masalah tersebut pemerintah telah menetapkan salah stau program

yaitu program Kampung KB. Kampung KB Berok Kelurahan Gunung

Pangilun, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang merupakan salah satu

bentuk penerapan program kampung KB yang dicanangkan oleh BKKBN. Di

bentuknya kampung KB Berok dimaksudkan untuk mensejahterakan

masyarakat dari berbagai segi aspek, namun nyatanya masih terdapat

permasalahan yang terlihat seperti masih banyaknya masyarakat pra sejahtera,

rendahnya pengetahuan dan partisipasi masyarakat dalam program Kampung

18
19

KB khususnya pada pasangan usia subur (PUS). Sebelumnya sudah pernah

dilakukannya beberapa solusi untuk menanggulangi permasalahan di

Kampung KB Berok yaitu membuat inovasi agar masyarakat tertarik dengan

program yang disusun, tetap melakukan koordinasi dan menjalin kerjasama

dengan berbagai pihak, serta menambah fasilitas hingga tenaga ahli. Namun

solusi ini masih berlum dapat diterapkan secara maksimal dan teratur oleh

pihak pemerintah sehingga permasalahan masih belum dapat teratasi

sepenuhnya. Tujuan dari peneilitian ini untuk mendeskripsikan implementasi

program Kampung KB serta kendala dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di Kampung KB Berok. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif, dalam pengumpulan datanya menggunakan teknik

wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu teknik

kualitatif dengan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi program Kampung KB

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui beberapa program,

yaitu Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, Bina Keluarga Lansia,

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera dan Pusat Informasi dan

Konseling Remaja. Metode yang digunakan berupa penyuluhan, layanan

kesehatan, dan pelatihan keterampilan,. Namun masih terdapat kendala dalam

implementasi program seperti belum maksimalnya dukungan pemerintah,

belum dibentuknya pengelola yang aktif, terbatasnya pengetahuan SDM, dan

juga keterbatasan anggaran.


20

2. Erwin Apriani, Nina Damayati, dan Muhamad Idris (2021). “Efektivitas

Program Kampung KB di Desa Sidorejo Kecamatan Keluang Kabupaten

Musi Banyuasin”. Jurnal Swarnabhumi, Vol. 6, No. 1, Hal 38 – 45.

Program keluarga berencana (KB) merupakan salah satu program sosial

dasar yang sangat penting bagi kehidupan bangsa. Keluarga berencana

merupakan upaya meningkatkan kepedulian dan peran seta masyarakat

melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan

keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Jumlah penduduk di Indonesia setiap

tahun selalu bertambah walaupun laju pertumbuhan penduduk sudah

mengalami penurunan. Adapun penyebab jumlah kelahiran di Indonesia cukup

tinggi yaitu angkat pernikahan usia dini yang masih tinggi, adanya anggapan

banyak anak banyak rezeki, menurunnya tingkat perekonomian, sulitnya

memperoleh akses layanan KB. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

efektivitas program Kampung KB dan faktor penghambat program Kampung

KB di Desa Sidorejo Kecamatan Keluang Kabupaten Musi Banyuasin.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis

data yang berisfat induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa

Sidorejo Kecamatan Keluang Kabupaten Musi Banyuasin memiliki program

Kampung KB yang terdiri dari BKL, BKR, BKB, dan UPPKS untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mewujudkan keluarga kecil yang

berkualitas dan sejahtera melalui program kependudukan. Kegiatan program

kampung KB sudah berjalan dengan baik dan diterima oleh masyarakat


21

terutama BKL, BKB, dan UPPKS, sedangkan BKR masih belum dapat

berjalan dengan baik. Faktor yang menjadi penghambat program Kampung

KB ialah kurangnya fasilitas dan partisipasi dari masyarakat.

3. Aminatuz Zuhriyah, Sofwan Indarjo, dan Bambang Budi Raharjo (2017).

“Kampung Keluarga Berencana Dalam Peningkatan Efektivitas Program

Keluarga Berencana”. Higeia Journal of Public Health Research and

Development, Vol. 1, No. 4, Hal 1-13.

Pergerakan laju pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah yang terus

meningkat dapat dikendalikan dengan adanya program keluarga berencana.

Pembangunan gerakan keluarga berencana nasional ditunjukan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Indikator output dari program

kampung keluarga berencana salah satunya adalah meningkatkan kualitas

dalam ber-KB yaitu menurunkannya peserta metode kontrasepsi jangka

pendek dan meningkatkan peserta metode kontrasepsi jangka Panjang. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui evaluasi kegiatan kampung keluarga

berencana dalam upaya peningkatan efektivitas program keluarga berencana

di Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif kualitatif dengan fokus penelitian evaluasi program kampung

berencana dari aspek pemberdayaan meliputi input, proses dan output. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa input program belum sesuai indikator

karena tidak adanya dana kegiatan dan kurangnya SDM. Proses kegiatan

Kampung KB belum sesuai dengan rencana program karena dilakukan

bersamaan dengan kegiatan PKK. Belum semua indikator output terpenuhi


22

karena kurangnya SDM dan dana kegiatan yang tidak mencukupi, serta

kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengikuti kegiatan.

4. Nosa Arighi Bachtiyar dan Sri Wibawani (2017). “Implementasi Program

Kampung Keluarga Berencana di Dusun Ambeng-Ambeng Desa Ngingas

Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo”. Jurnal Dinamika Governance

FISIP UPN “Veteran” Jatim, Vol. 7, No. 1, Hal 13 – 26.

Penelitian ini didasari oleh pencangan Kampung KB di dusun Ambeng-

Ambeng, Desa Ngingas. Pencanangan kampung KB merupakan langkah untuk

menjalankan program pemerintah mengenai Keluarga Berencana yang sudah

mulai sedikit peminatnya. Kampung KB ini menjadi wadah bagi pemerintah

untuk memberikan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat dalam

pelayanan KB sehingga lebih efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mendeskripsikan dan menganalisi Implementasi Program Kampung

Keluarga Berencana di Dusun Ambeng-Ambeng Desa Ngingas Kecamatan

Waru Kabupaten Sidoarjo. Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif

kualitatif dengan fokus penelitian menggunakan teori dari Van Meter dan Van

Horn. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi program

Kampung KB di Dusun Ambeng-Ambeng telah berjalan baik, namun ada

salah satu kegiatan yang belum terlaksana, yakni Pusat Informasi Konseling

Remaja. Dari indikator sumber daya hingga lingkungan cukup mendukung

program Kampung KB sehingga program berjalan dengan lancar.


23

Tabel 2. 1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

Judul Penelitian,
Tujuan dan Jenis Relevansi dan
No. Peneliti, Tahun
Penelitian Perbedaan Penelitian
Terbit
1. Implementasi Tujuan dari penelitian Relevansi penelitian
Program Kampung ini adalah untuk terdahulu dengan
KB dalam mendeskripsikan penelitian sekarang yaitu
Meningkatkan implementasi tujuan penelitian berupa
Kesejahteraan program Kampung mendeskripsikan
Masyarakat di KB serta kendala implementasi program
Kelurahan Gunung dalam meningkatkan Kampung KB.
Pangilun Kecamatan kesejahteraan Persamaan lainnya
Padang Utara Kota masyarakat di terletak pada metode
Padang. Kampung KB Berok. penelitian yang
Metode penelitian digunakan, yakni
Ragman HM dan menggunakan metode metode deskriptif
Junaidi Indrawadi deskriptif kualitatif. kualitatif.
(2019). Teknik pengumpulan
Jurnal of Civic data menggunakan Perbedaan penelitian
Education, Vol. 2, Teknik wawancara terdahulu dengan
No. 4, Hal 295 – 301. dan dokumentasi. penelitian sekarang
Analisis data adalah fokus penelitian.
menggunakan Teknik Penelitian terdahulu
kualitatif dengan fokus pada
reduksi penyajian dan kesejahteraan
penarikan simpulan. masyarakat, sedangkan
penelitian sekarang
berfokus pada program
kegiatan yang dilakukan.
Perbedaan lainnya
24

Judul Penelitian,
Tujuan dan Jenis Relevansi dan
No. Peneliti, Tahun
Penelitian Perbedaan Penelitian
Terbit
terletak pada lokus
penelitian. Penelitian
terdahulu terletak di
Kelurahan Gunung
Pangilun Kecamatan
Padang Utara Kota
Padang, sedangkan
penelitian sekarang
terletak di Kelurahan
Kapasmadya Baru
Kecamatan Tambaksari
Kota Surabaya.
2. Efektivitas Program Tujuan penelitian ini Relevansi penelitian
Kampung KB di adalah untuk terdahulu dengan
Desa Sidorejo mengetahui penelitian sekarang
Kecamatan Keluang efektivitas program adalah metode penelitian
Kabupaten Musi kampung KB dan yang digunakan yakni
Banyuasin. faktor penghambat metode deskriptif
program kampung kualitatif.
Erwin Apriani, Nina KB di Desa Sidorejo
Damayati, dan Kecamatan Keluang
Muhamad Idris Kabupaten Musi Perbedaan penelitian
(2021). Banyuasin. Metode terdahulu dengan
Jurnal Swarnabhumi, penelitian yang penelitian sekarang
Vol. 6, No. 1, Hal 38 digunakan adalah adalah tujuan penelitian.
– 45. metode deskriptif Tujuan penelitian
kualitatif. Teknik terdahulu yaitu untuk
25

Judul Penelitian,
Tujuan dan Jenis Relevansi dan
No. Peneliti, Tahun
Penelitian Perbedaan Penelitian
Terbit
pengumpulan data mengetahui efektivitas
menggunakan program kampung KB
observasi, di Desa Sidorejo
dokumentasi, dan Kecamatan Keluang
kuisioner/angket. Kabupaten Musi
Analisis datanya Banyuasin. Sedangkan
menggunakan Teknik penelitian sekarang
analisis data yang bertujuan untuk
bersifat induktif. mendeskripsikan dan
menganalisis
implementasi program
Kampung KB di
Kelurahan Kapasmadya
Baru Kecamatan
Tambaksari Kota
Surabaya. Perbedaan
lainnya terletak pada
lokus penelitian.
3. Kampung Keluarga Tujuan penelitian ini Relevansi penelitian
Berencana Dalam adalah untuk terdahulu dengan
Peningkatan mengetahui evaluasi penelitian sekarang
Efektivitas Program program Kampung adalah mengunakan
Keluarga Berencana. KB. Metode metode penelitian
penelitian yang deskriptif kualitatif.
Aminatuz Zuhriyah, digunakan adalah
Sofwan Indarjo, dan deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian
Bambang Budi Teknik pengumpulan terdahulu dengan
26

Judul Penelitian,
Tujuan dan Jenis Relevansi dan
No. Peneliti, Tahun
Penelitian Perbedaan Penelitian
Terbit
Raharjo (2017). data dengan penelitian sekarang
Higeia Journal of wawancara, observasi adalah tujuan penelitian.
Public Health dan dokumentasi. Penelitian terdahulu
Research and Analisis data yang bertujuan untuk
Development, Vol. 1, digunakan adalah mengetahui evaluasi
No. 4, Hal 1-13. menelaah seluruh program kampung KB,
data dengan reduksi sedangkan penelitian
data, penyajian data, sekarang untuk
dan verifikasi. mendeskripsikan
implementasi program
kampung KB.
Perbedaan lainnya
terletak pada lokus
penelitian.
4. Implementasi Tujuan dari penelitian Relevansi penelitian
Program Kampung ini adalah untuk terdahulu dengan
Keluarga Berencana mendeskripsikan dan penelitian sekarang
di Dusun Ambeng- menganalisis adalah fokus penelitian
Ambeng Desa Implementasi berupa implementasi
Ngingas Kecamatan Program Kampung program kebijakan.
Waru Kabupaten Keluarga Berencana
Sidoarjo. di Dusun Ambeng- Perbedaan penelitian
Ambeng Desa terdahulu dengan
Nosa Arighi Ngingas Kecamatan penelitian sekarang
Bachtiyar dan Sri Waru Kabupaten adalah lokus penelitian.
Wibawani (2017). Sidoarjo. Metode Penelitian terdahulu di
Jurnal Dinamika penelitian yang Dusun Ambeng-
27

Judul Penelitian,
Tujuan dan Jenis Relevansi dan
No. Peneliti, Tahun
Penelitian Perbedaan Penelitian
Terbit
Governance FISIP digunakan yaitu Ambeng Desa Ngingas
UPN “Veteran” deskriptif kualitatif. Kecamatan Waru
Jatim, Vol. 7, No. 1, Teknik pengumpulan Kabupaten Sidoarjo,
Hal 13 – 26. data menggunakan sedangkan penelitian
metode observasi, sekarang di Kelurahan
dokumentasi, dan Kapasmadya Baru
wawancara. Analisis Kecamatan Tambaksai
data yang dilakukan Kota Surabaya.
dengan pengumpulan
data, reduksi data,
penyajian data, dan
penarikan data.
Sumber : E-journal yang diperoleh peneliti, 2023

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kebijakan Publik

Thomas Dye (1992:2 2-4) dalam (Anggara, 2014) mendefinisikan bahwa

kebijakan public adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh

pemerintah, alasan suatu kebijakan harus dilakukan dan manfaat bagi kehidupan

bersama harus menjadi pertimbangan yang holistic agar kebijakan tersebut

mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan tidak menimbulkan kerugian,

disinilah pemerintah harus bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan. David

Easton dalam (Anggara, 2014) menyatakan bahwa “Public policy is the


28

authoritative allocation of values for the whole society” (kebijakan public adalah

pengalokasian nilai-nilai secara sah kepada seluruh anggota masyarakat).

Carl J. Federick dalam (Taufiqurokhman, 2014) mendefinisikan kebijakan

sebagai suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh individu,

kelompok, atua pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu di mana terdapat

hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan ususlan

kebijaksaan tersebut untuk mencapai tujuan tertentu. Aminullah dalam

Muhammadi (2001: 371-372) (Anggara, 2014) menyatakan bahwa kebijakan

adalah suatu upaya atau tindakan untuk memengaruhi sistem pencapaian tujuan

yang diinginkan. Upaya dan tindakan tersebut bersifat strategis, yaitu berjangka

panjang dan menyeluruh.

Pressman dan Widavsky sebagaimana dikutip dalam Budi Winarno (2003: 17)

dalam (Taufiqurokhman, 2014) mendefinisikan kebijakan public sebagai hipotesis

yang mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat-akibat yang bisa diramalkan.

Robert Eyestone dalam (Taufiqurokhman, 2014) mendefinisikan kebijakan publik

sebagai hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya. Ruang lingkup

kebijakan publik sangatlah luas dengan mencakup berbagai bidang dan sektor

seperti politik, sosial, ekonomi, hukum, budaya, dan sebagainya. Selain itu jika

dilihat dari hirarkinya, kebijakan publik bersifat nasional, regional maupun lokal

seperti undang-undang, peraturan presiden, peraturan pemerintah, peraturan

daerah kabupaten/kota, peraturan Menteri, keputusan gubernur, dan keputusan

bupati/walikota.
29

Woll dalam (Taufiqurokhman, 2014) mengatakan kebijakan public ialah

sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan masalah di

tengah masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Said Zinal Abdidin (2004: 23) dalam

(Anggara, 2014) menyatakan bahwa kebijakan publik tidak bersifat spesifik dan

sempit, tetapi luas dan berada pada strata strategi. Berdasarkan definisi yang telah

dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik

sebagai suatu serangkaian keputusan kebijaksanaan yang diambil oleh individu

atau sekelompok orang untuk mewujudkan tujuan-tujuan tertentu di dalam

masyarakat (Taufiqurokhman, 2014)

2.2.2 Tahapan Kebijakan Publik

Tahapan terdiri dari langkah-langkah dalam suatu proses kebijakan publik.

Pandangan dari Ripley dalam (Taufiqurakhman, 2014), tahapan dari kebijakan

publik terdiri dari :

1. Penyusunan Agenda Kebijakan

Dalam penyusuanan agenda kebijakan terdapat 3 (tiga) kegiatan yang

harus dilakukan yakni :

a. Membangun persepsi di kalangan pemangku kepentingan bahwa sebuah

fenomena atau peristiwa yang ada dianggap sebagai masalah. Sebab suatu

fenomena dapat dianggap sebagai sebuah masalah oleh sekolompok

masyarakat, tetapi dapat juga tidak dianggap sebagai sebuah masalah oleh

sebagian masyakat ataupun elite politik.


30

b. Menyusun batasan masalah.

c. Mengarahkan dukungan agar permasalahan tersebut dapat masuk dalam

agenda pemerintah. Mengarahkan dukungan ini dapat dilakukan dengan

melakukan pengorganisasian kelompok-kelompok masyarakat, kekuatan

politik, publiksai melalui media massa, dan sebagainya.

2. Formulasi dan Legitimitas Kebijakan

Pada tahap ini, analisis kebijakan perlu mengumpulkan dan mengkaji

ulang informasi dari permasalahan yang terjadi, kemudian berupaya

mengembangkan alternatif-alternatif kebijakan, membangun dukungan serta

melakukan negosiasi hingga terpilihnya sebuah kebijakan.

3. Implementasi Kebijakan

Pada tahap ini diperlukannya dukungan sumber daya serta pernyusunan

organisasi pelaksana kebijakan. Dalam proses implementasi sering terdapat

mekanisme insentif dan sanksi yang berguna untuk memperlancar proses

pelaksanaan kebijakan.

4. Evaluasi Kebijakan

Dari Tindakan kebijakan yang telah terlaksana akan mengarah pada

kinerja dan dampak kebijakan sehingga membutuhkan evaluasi terhadap

implementasi, kinerja, dan dampat kebijakan.

2.2.3 Implementasi Kebijakan

Van Meter dan Van Horn (1975) dalam (Subianto, 2012) mengatakan bahwa

kebijakan publik merupakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu, swasta,

maupun pemerintah yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan
31

dalam keputusan kebijakan. Implementasi kebijakan public merupakan proses

kegiatan administrasi yang dilakukan setelah ditetapkannya suatu kebijakan

(Tachjan, 2006). Abdul Wahab (1997:53) dalam (Tahir, 2014) mengatakan bahwa

implementasi kebijakan merupakan pelaksanaan keputusan kebijakan dasar yang

berbentuk Undang-Undang, tetapi dapat juga berupa perintah atau keputusan

eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan lazimnya, keputusan

tersebut mengindentifikasi masalah yang diatasi, menyebutkan secara tegar tujuan

yang akan dicapai dan juga berbagai upaya untuk mengatur segala bentuk proses

implementasinya.

Marilee S. Grindle (1980) dalam (Subianto,2012) mengatakan bahwa

implementasi kebijakan bukanlah sekedar mekanisme penjabaran keputusan

politik ke dalam kegiatan birokrasi, tetapi juga berkaitan dengan masalah konflik,

keputusan dan siapa yang memperoleh manfaat dari suatu kebijakan. Grindle juga

menegaskan bahwa proses implementasi dapat dimulai, jika tujuannya telah

ditetapkan, program kegiatan terlah tersusun, serta dana yang mendukung dan

dpat disalurkan dengan tepat untuk mencapai tujuan kebijakan tersebut.

Implementasi kebijakan merupakan salah satu variabel penting yang berpengaruh

terhadap keberhasilan suatu kebijakan dalam mencari solusi persoalan publik

(Situmorang, 2016).

Ripley dan Franklin dalam (Winarno 2007:145) mengatakan bahwa

implementasi kebijakan adalah apa yang terjadi setelah ditetapkannya undang-

undang yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan, atau output

yang nyata (Handoyo, 2012). Implementasi kebijakan adalah cara yang tepat
32

untuk melaksanakan sebuah kebijakan yang telah ditetapkan oleh pembuat

kebijakan agar berjalan dengan baik dalam mencapai tujuannya (Tahir, 2014).

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan

bahwa implementasi kebijakan adalah aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan

suatu kebijakan publik yang telah ditetapkan dengan saran untuk mencapai tujuan

dari kebijakan tersebut (Tachjan, 2006).

2.2.4 Model Implementasi Kebijakan

1. Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Dikutip oleh (Tahir, 2014) Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier

berpendapat bahwa implementasi yang ideal memerlukan seperangkat kondisi

yang optimal. Dalam model ini bersifat sentralistis, yang mana akan menjadi

efektif apabila memenuhi 6 (enam) syarat, diantaranya :

a. Memiliki tujuan yang jelas dan konsisten

b. Mempunyai teori kausal yang memadai tentang bagaimana upaya untuk

melahirkan sebuah perubahan

c. Memiliki struktur implementasi yang telah disusun secara legal dan tepat

d. Dalam pelaksanaan implementasi, para pelaksana atau implementator

harus memiliki keahlian dan komitmen

e. Mempunyai dukungan dari berbagai kelompok dan penguasa

f. Terjadinya perubahan dalam kondisi sosio-ekonomi yang tidak

melemahkan dukungan dari kelompok dan penguasa.

Dikutip oleh (Subianto, 2012) Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier

mengemukakan bahwa unsur penting dalam implementasi kebijakan yaitu


33

melakukan identifikasi variabel yang akan mempengaruhi tercapainya tujuan

dalam keseluruhan proses implementasi. Variabel-variabel tersebut dibedakan

menjadi 3 (tiga) aspek, diantaranya :

a. Seberapa beratnya permasalahan yang akan dikendalikan.

b. Kemampuan kebijakan untuk menyusun proses implementasi

c. Pengaruh langsung yang terjadi pada berbagai variabel politik dengan

keseimbangan dukungan terhadap tujuan yang telah ditetapkan dalam

kebijakan.

Gambar 2.1 Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Sumber : Kebijakan Publik, (Subianto, 2012:55)


2. Model Implementasi Kebijakan Donal Van Meter dan Carl Van Horn

Van Meter dan Van Horn dikutip oleh (Tahir, 2014) merumuskan sebuah

abstraksi yang dapat menunjukkan hubungan antar berbagai variabel yang

mempengaruhi kinerja suatu kebijakan. Dalam proses implementasi akan

adanya pengaruh dimensi-dimensi kebijakan, yang berarti bahwa

implementasi akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relative

sedikit, sedangkan kesepakatan terhadap tujuan pada pengoperasian program


34

di lapangan relative tinggi. Model yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van

Jorn menekankan tentang pentingnya partisipasi pelaksana dalam menentukan

tujuan kebijakan, namun pendekatan ini termasuk dalam pendekatan top-

down. Mereka mengatakan bahwa standar dan tujuan kebijakan selalu

dikomunikasikan pada pelaksana kebijakan melalui jaringan

interorganisasional (Anggara, 2014). Van Meter dan Van Horn menyatakan

bahwa ada 6 (enam) variabel yang harus dipehatikan dalam mempengaruhi

keberhasilan implementasi kebijakan, diantaranya :

a. Tujuan dan standar kebijakan yang jelas

b. Sumber daya

c. Kualitas hubungan interorganisasional (komunikasi)

d. Karakteristik lembaga/organisasi pelaksana

e. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik

f. Disposisi atau sikap para pelaksana

Gambar 2.2 Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

Sumber : Kebijakan Publik (Anggara 2014:243)


35

3. Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle

Grindle dalam (Subarsono, 2005:93) mengemukakan bahwa keberhasilan

implementasi kebijakan dipengaruhi oleh 2 (dua) variabel besar, yakni isi

kebijakan (context of policy) dan konteks implementasi (context of

implementation). Lebih lanjut Grindle mengatakan bahwa dalam 2 (dua)

variabel besar tersebut, terdapat isi atau poin penting dalam implementasi

kebijakan, diantaranya sebagai berikut :

1) Isi kebijakan (context of policy)

Menurut Anggara (2014:255) Isi kebijakan atau program akan

berpengaruh pada tingkat keberhasilan implementasi. Kebijakan

kontroversial, kebijakan yang dipandang tidak populis, kebijakan

menghenadaki perubahan besar, akan mendapatkan perlawanan baik dari

kelompok sasaran maupun pelaksana kebijakan yang merasa dirugikan.

Variabel isi kebijakan ini mencakup :

a. Kepentingan yang dipengaruhi oleh adanya program

b. Jenis manfaat yang dihasilkan

c. Derajat perubahan yang diinginkan

d. Kedudukan pembuat kebijakan

e. Siapa pelaksana program

f. Sumber daya yang dikerahkan

2) Konteks implementasi (context of implementation)

Menurut Anggara (2014:256) konteks implementasi akan berpengaruh

pada tingkah keberhasilan kebijakan, karena baik mudahnya kebijakan


36

maupun dukungan kelompok sasaran, hasil implementasi tergantung pada

pelaksana kebijakan. Variabel konteks implementasi yang berpengaruh

pada keberhasilan implementasi sebagai berikut :

a. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat

b. Karakteristik lembaga dan penguasa

c. Kepatuhan serta daya tanggap pelaksana

Gambar 2.3 Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle

Sumber : Kebijakan Publik (Anggara 2014:254)

4. Model Implementasi Kebijakan George Charles Edward III

Dikutip oleh (Anggara, 2014) Edward III mengartikan, implementasi

sebagai salah satu tahapan dalam proses kebijakan, terletak di antara tahapan-

tahapan penyusunan kebijakan dan hasil atau konsekuensi yang ditimbulkan

oleh kebijakan (output, outcome). Banyak variabel yang mempengaruhi

keberhasilan sebuah implementasi kebijakan yang bersifat indivisu, kelompok

ataupun institusi. Implementasi dari suatu program akan melibatkan berbagai

upaya policy makers untuk memberikan pelayanan dan mengatur perilaku


37

kelompok sasaran (Subarsono, 2005). Edward III mengidentifikasikan adanya

4 (empat) faktor kritis yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan

dari implementasi kebijakan, antara lain sebagai berikut :

1) Komunikasi (communication)

Komunikasi memiliki peran yang penting dalam menentukan

keberhasilan sebuah kebijakan, karena dapat menjadi kelemahan ataupun

kekuatan dari implementasi kebijakan tersebut. Intensitas dalam

mengkomunikasikan kebijakan publik pada implementor sangat

diperlukan agar terciptanya dukungan dan komitmen dari berbagai pihak

(Anggara, 2014). Lebih lanjut, Edward mengemukakan terdapat 3 (tiga)

indikator yang menjadi keberhasilan komunikasi dalam konteks kebijakan

publik, diantaranya sebagai berikut :

a. Transmisi (transmission)

Indikator ini mensyaratkan agar kebijakan publik dikomunikasikan

dengan tepat tidak hanya kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kpada

kelompok sasaran kebijakan dan pihak lain yang berkepentingan, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

b. Kejelasan (Clarity)

Indikator ini mengingkan agar kebijakan dikomunikasikan dengan

jelas kepada pelaksana kebijakan, kelompok sasaran kebijakan, dan

pihak lain yang berkepentingan agar maksud dan tujuan kebijakan

dapat tersampaikan dengan baik dan proses implementasi kebijakan

akan berjalan dengan tepat.


38

c. Konsistensi

Indikator ini diperlukan untuk memastikan maksud dan tujuan dari

kebijakan yang akan diadopsi tidak simpang siur dan disalahgunakan

oleh pelaksana kebijakan, kelompok sasaran kebijakan dan pihak lain

yang berkepentingan.

2) Sumber daya (resources)

Sumber daya merupakan hal terpenting dalam implementasi kebijakan,

dengan memadainya sumber daya yang dimiliki maka pelaksanaan

implementasi kebijakan akan berhasil. Ketersediaan sumber daya

dibutuhkan dalam pelaksaan implementasi kebijakan, jika dalam

pelaksanaannya kekurangan sumber daya maka akan kebijakan akan gagal

dan tidak memberikan hasil yang diharapkan.

Edward III (Widodo, 2021:98) mengemukakan bahwa faktor sumber

daya mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan. Sumber

daya yang dimaksudkan antara lain Sumber daya manusia, Sumber daya

anggaran, Sumber daya peralatan, dan Sumber daya kewenangan.

a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah salah satu penentu keberhasilan dari

pelakasanaan kebijakan. Edward III dalam (Widodo, 2021:98)

mengatakan bahwa “Mungkin umber daya yang paling penting dalam

implementasi kebijakan adalah staf”. Lebih lanjut Edward III (Widodo,

2021:98) menambahkan bahwa “Tidak peduli seberapa jelas dan

konsistensinya perintah implementasi dan tidak peduli seberapa akurat


39

perintah tersebut disampaikan, apabila staff yang bertanggung jawab

untuk melaksanakan pekerjaan, maka pelaksanaannya tidak akan

efektif”. Oleh karena itu, sumber daya manusia harus ada ketepatan

dan kelayakan antara jumlah staff yang dibutuhkan dan keahlian yang

dimiliki sesuai dengan tugas yang telah diberikan.

b. Sumber Daya Anggaran

Sumber daya anggaran akan mempengaruhi efektivitas dari

pelaksanan kebijakan, selain itu sumber daya anggaran ini diperlukan

untuk membiayai operasional dari pelaksanaa kebijakan. Terbatasnya

anggaran yang disediakan akan mampu menyebabkan kualitas

pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Hal ini ditegaskan

oleh Edward III dalam (Widodo, 2021:100) “Keterbatasan anggaran

dan oposisi warga akan membatasi perolehan fasilitas yang

dibutuhkan. Hal ini akan dapat membatasi kualitas pelayanan yang

diberikan oleh pelaksana kebijakan kepada publik”. Oleh karana itu

sudah sangat jelas jika kondisi dari keterbatasannya dana juga dapat

menyebabkan para pelaksana kebijakan tidak dapat melaksanakan

tugas dan fungsinya secara optimal.

c. Sumber Daya Peralatan

Edward III dalam (Widodo, 2021:102) mengatakan bahwa, sumber

daya peralatan merupakan saran yang digunakan untuk

operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi tanah,

gedung, dan sarana lain yang dapat memudahkan pemberian pelayanan


40

dalam implementasi kebijakan. Edward III dalam (Widodo, 2021:102)

menegaskan bahwa “Fasilitas fisik dapat menjadi sumber daya penting

dalam implementasi. Seorang pelasksana mungkin memiliki staff,

anggaran, dan juga kewenangan yang cukup, tetapi tanpa adanya

bangunan dan perlengkapan lainnya yang diperlukan, maka

implementasi tidak akan berhasil mencapai tujuannya”.

d. Sumber Daya Kewenangan

Sumber daya kewenangan mencakup informasi penting terkait

dengan implementasi kebijakan, selain itu informasi yang melibatkan

para pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakaan. Kewenangan

ini dapat mempengaruhi efektivitas pelaksanaan kebijakan, terutama

untuk menjamin dan meyakinkan kebijaksanaan yang akan

dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki. Edward III dalam

(Widodo, 2021:103) menegaskan bahwa, kewenangan dalam

mengambil keputusan akan berpengaruh dalam implementasi suatu

kebijakan. Ketika dihadapkan oleh suatu masalah dan menginginkan

solusi cepat, maka otoritas ini menjadi sangat penting.

3) Disposisi (dispositions)

Disposisi adalah sikap dan komitmen dari pelaksana kebijakan

terhadap program, seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis

implementor. Edward III dalam (Widodo, 2021:104) mengemukakan

bahwa keberhasilan dari implementasi suatu kebijakan bukan hanya

ditentukan oleh sejauh mana para pelaksana kebijakan mengetahui apa


41

yang harus dilakukan dan mampu melakukannya, tetapi juga ditentukan

oleh kemauan para pelaksana kebijakan yang memiliki disposisi yang kuat

terhadap kebijakan yang sedang diimplementasikan.

Disposisi muncul diantara para pelaksana kebijakan ketika hal itu

dapat menguntungkan bagi organisasi maupun dirinya sendiri. Jika

pelaksana kebijakan mampu mengetahui keuntungan tersebut, maka

mereka akan lebih memperdalam dan memahami pengetahuan dari

kebijakan yang nantinya akan menimbulkan sikap menerima, acuh tak

acuh, dan menolak terhadap kebijakan. Sikap inilah yang akan

memunculkan disposisi pada pelaksana kebijakan yang nantinya dapat

berpengaruh pada tingkat keberhasilan implementasi kebijakan. Lebih

lanjut dijelaskan dalam (Anggara, 2016:253) terdapat 3 (tiga) unsur yang

dapat mempengaruhi kemampuan dan kemauan pelaksana kebijakan untuk

melaksanakan kebijakan, antara lain :

a. Kognisi, yaitu seberapa jauh pemahaman pelaksanaan terhadap

kebijakan. Pemahaman terhadap tujuan kebijakan sangat penting bagi

pelaksana kebijakan agar dapat mengukur kemampuan dari dalam

dirinya, sehingga saat melakukan tugasnya dapat sesuai dengan

kemampuan dan tujuan kebijakan.

b. Arahan dan tanggapan pelaksana, hal ini meliputi penerimaan ataupun

penolakan pelaksana kebijakan dalam menyikapi kebijakan.


42

c. Intensitas respons atau tanggapan pelaksana, yaitu bagaimana respon

yang diberikan oleh pelaksana kebijakan terhadap perintah yang telah

diberikan.

4) Struktur birokrasi

Edward III dalam (Anggara, 2014:253) mengatakan strukur birokrasi

adalah mekanisme kerja yang dibentuk untuk mengelola pelaksanaan

sebuah kebijakan. Ia menekankan perlu adanya Standart Operating

Procedur (SOP) yang mengatur tata aliran pekerjaan di antara para

pelaksana kebijakan dan juga memerlukan fragmentasi ketika

implementasi kebijakan memerlukan banyak program dan melibatkan

banyak pihak dalam mencapai tujuannya.

Edward III dalam (Tahir, 2014:70) mengatakan bahwa “Bahkan jika

sumber daya yang dimiliki cukup dan pelaksana mengetahui apa yang

harus dilakukan, implementasi dapat gagal karena tidak memiliki struktur

birokrasi. Fragmentasi organisasi dapat menjadi penghambat koordinasi

yang diperlukan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan yang

membutuhkan kerja sama dengan banyak pihak dan mungkin juga dapat

menyia-nyiakan sumber daya, menghambat perubahan, menciptakan

kebingungan, menyebabkan kebijakan berjalan dengan tidak terarah, dan

menghasilkan fungsi-fungsi penting terlampaui”.

Standart Operating Procedure (SOP) menjadi pedoman bagi setiap

pelaksana kebijakan dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu

penjang akan cenderung merusakan pengawasan dan menghasilkan


43

birokrasi, khususnya pada prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks

sehingga menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Sedangkan

fragmentasi berasal dari tekanan diluar unit birokrasi, seperti komite

legislatif, kelompok-kelompok kepentingan pejabat eksekutif, konstitusi

negara dan sifat kebijakan yang mempengaruhi organisasi birokrasi

pemerintah.

Gambar 2.4 Implementasi Kebijakan George Charles Edward III

Sumber : Kebijakan Publik (Anggara 2014:250)

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa semakin jelas dari

semua variabel komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi

akan mempengaruhi tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu kebijakan.

Oleh karena itu, apabila ingin pelaksanaan kebijakan dapat berhal

diperlukannya keempat variabel dilakukan dan disediakan secara konsisten

dan penuh rasa tanggung jawab yang tinggi. (Widodo, 2021:110)


44

2.2.5 Program

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) program merupakan

rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan. Menurut Hans

Hochholzer dalam (E Hetzer, 2012:11), program adalah kumpulan kegiatan nyata,

sistematis, dan terpadu yang dilaksanakan oleh suatu atau beberapa instansi

maupun sektor swasta dalam hal kerjasama antara masyarakat, swasta maupun

pihak terkait guna mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Suatu program

disusun berdasarkan dengan tujuan atau target yang ingin dicapai untuk

kepentingan bersama.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dijelaskan, bahwa program adalah instrumen

kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi

anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi

pemerintah. Charles O. Jones dalam (Hoeriah, 2019) mengatakan program adalah

cara yang disahkan untuk mencapai tujuam, beberapa karakterstik tertentu dapat

membantu seseorang dalam mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau

tidak, dianatranya :

a. Program cenderung membutuhkan staff, digunakan untuk melaksanakan atau

sebagai pelaku program

b. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program biasanya juga di

identifikasikan melalui anggaran


45

c. Program memiliki identitas sendiri, apabila berjalan secara efektif dapat diakui

oleh publik.

Jones (1996:295) dalam (Hoeriah, 2019) mengatakan bahwa program terbaik

adalah program yang di dasari oleh mode teoritis yang jelas, yakni : sebelum

menentukan masalah sosial dan melalukan intervensi, maka sebelumnya harus ada

pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan

apa yang dapat menjadi solusi terbaik.

Dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun Tahun 2022 Tentang Optimalisai

Penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas terdapat sasaran dan juga

program yang harus terlaksana. Fokus sasaran dari Kampung Keluarga

Berkualitas yaitu :

1) Penyediaan data dan dokumen kependudukan

2) Peningkatan perubahan perilaku

3) Peningkatan cakupan, layanan dan rujukan pada keluarga

4) Penataan lingkungan hidup keluarga dan masyarakat.

Pada fokus sasaran Kampung Keluarga Berkualitas di dalamnya terdapat

beberapa program Kampung KB yang harus dilaksanakan oleh implementor,

diantaranya sebagai berikut :

1) Penyediaan data dan perluasan cakupan administrasi kependudukan

2) Penguatan advokasi dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

dan komunikasi perubahan perilaku masyarakat


46

3) Peningkatan akses dan pelayanan Kesehatan termasuk Keluarga Berencana

dan Kesehatan Reproduksi bersumber daya masyarakat

4) Pendampingan dan pelayanan pada keluarga dengan risiko kejadian stunting

5) Peningkatan cakupan dan akses pendidikan

6) Peningkatan cakupan layanan jaminan dan perlindungan sosial pada keluarga

dan masyarakat miskin serta rentan

7) Pemberdayaan ekonomi keluarga dan Penataan lingkungan keluarga,

peningkatan akses air minum serta sanitasi dasar.

2.2.6 Kampung KB

Kampung KB telah dicanangkan oleh Presiden RI, Ir Joko Widodo yang

menjadi salah satu wadah untuk menyelaraskan program-program yang

berhubungan langsung dengan keluarga dan masyarakat melalui kesejahteraan

keluarga. Kampung KB merupakan perwujudan dari pelaksanaan agenda prioritas

pembangunan (nawacita) ke 3, 5, dan 8, yang mana program yang dibentuk oleh

BKKBN ini tidak hanya mengatur keluarga berencana dan kluarga sejahtera,

tetapi juga mengatu mengenai pengendalian penduduk, hal ini tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga.

Kampung KB adalah satuan wilayah setingkah RW, Dusun atau setara yang

memiliki kirteria tertentu dimana terdapat keterpaduan Program Kependudukan,

Keluarga Berencana Pembangunan Keluarga yang dilakukan secara sistematik dan

sistematis guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia, keluarga dan

masyarakat. Kampung KB merupakan reorientasi kebijakan pemerintah yang


47

tidak hanya berfokus pada penekan laju partumbuhan penduduk, namun juga pada

kualitas masyarakat dan kesejahteraan keluarga.

Kampung KB menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh BKKBN untuk

mengaplikasikan delapan fungsi keluarga meliputi (1) fungsi keagamaan, (2)

fungsi sosial budaya, (3) fungsi cinta kasih, (4) fungsi perlindungan, (5) fungsi

reproduksi, (6) fungsi sosialisasi dan Pendidikan, (7) fungsi ekonomi dan (8)

fungsi pembinaan lingkungan. Manfaat Kampung KB sendiri selain bisa

mengentaskan kemiskinan dan meningkatnya laju penduduk, juga mendekatkan

pembangunan kepada masyarakat, tentunya dengan melibatkan semua sektor

pembangunan yang ada. Manfaat lain adalah membangun masyarakat berbabis

keluarga, menyejahterakan masyarakat serta memenuhi kebutuhan masyarakat

melalui pelaksanaan intergrasi program lintas sektor.

Menurut BKKBN dalam memilih atau menentukan wilayah yang akan

dijadikan lokasi Kampung KB terdapat tiga kriteria yang dipakai, yakni kriteria

utama, kriteria wilayah dan kriteria khusus.

1) Kriteria Utama

a. Jumlah keluarga miskin diatas rata-rata tingkat desa/kelurahan dimana

kampung tersebut berada.

b. Jumlah peserta KB di bawah rata-rata pencapaian peserta KB tingkat

desa/kelurahan.

2) Kriteria Wilayah mencakup 10 (sepuluh) kategori dalam pembentukannnya

(dipilih salah satu).

a. Kumuh,
48

b. Kampung Pesisir atau Nelayan,

c. Daerah Aliran Sungai (DAS),

d. Bantaran Kereta Api,

e. Kawasan Miskin (termasuk miskin perkotaan),

f. Wilayah Terpencil,

g. Perbatasan,

h. Kawasan Industri,

i. Kawasan Wisata,

j. Kepadatan Penduduk yang tinggi.

3) Kriteria Khusus

a. Kriteria data, setiap RT/RW memiliki Data dan Peta Keluarga yang

bersumber dari hasil Pnedataan Keluarga, data kependudukan dna/atau

pencatatan sipil yang akurat.

b. Kriteria Pendidikan, dimana angka partisipasi penduduk usia sekolah

rendah.

BKKBN telah menargetkan daerah diseluruh Indonesia memiliki Kampung

KB dalam 1 (satu) Kecamatan, Hal ini dikarenakan, kualitas sumber daya manusia

yang baik akan dimulai dari keluarga, dengan membangun atau membentuk

karakter keluarga yang sejahtera maka diharapkan kualitas dari sumber daya

manusia akan semakin memiliki nilai yang tinggi. Dengan pertimbangan dari

BKKBN Jawa Timur saat ini Kota Surabaya telah memiliki 1 (satu) Kampung KB

ditiap Kecamatan.
49

Tabel 2. 2 Kampung KB di Kota Surabaya

No Kecamatan Nama Kampung KB


1. Kecamatan Pakal Sinar Mentari
2. Kecamatan Wiyung Maju Bersama
3. Kecamatan Wonocolo Kampung KB Bendul Merisi “Jaya
Sejahtera”
4. Kecamatan Tegalsari Kampung KB Dr Soetomo
5. Kecamatan Dukuh Pakis Kampung KB Serasi
6. Kecamatan Gayungan Kampung KB Harapan Bangsa Gayungan
7. Kecamatan Gunung Anyar Kharisma
8. Kecamatan Bubutan Guyub Kertoraharjo
9. Kecamatan Lakarsantri Kampung Keluarga Berkualitas
10. Kecamatan Rungkut Kampung Cemara
11. Kecamatan Genteng Surga Galuh
12. Kecamatan Tambaksari Kampung KB Wr Soepratman
13. Kecamatan Karang Pilang Kampung Harapan
14. Kecamatan Bulak Kampung KB Sejahtera
15. Kecamatan Gubeng Melati Berseri
16. Kecamatan Pabean Cantian Kampung KB Kebalen Kulon Beriman
17. Kecamatan Sambikerep Kampung KB Lontar
18. Kecamatan Tandes Kampung KB Ceria
19. Kecamatan Mulyorejo Kampung KB Manyar Sabrangan
20. Kecamatan Sukolilo Kampung KB Mesem Ceria
21. Kecamatan Kremangan Kampung KB Lepen Yugo
22. Kecamatan Jambangan Kampung KB “Budi Makmur”
23. Kecamatan Tenggilis Kampung KB Panji Harapan
Mejoyo
50

No Kecamatan Nama Kampung KB


24. Kecamatan Sawahan Kampung KB
25. Kecamatan Wonokromo Kampung KB Lestari
26. Kecamatan Semampir Kampung KB Sidotopo Rw 05
27. Kecamatan Kampung KB Simbar Jaya
Sukomanunggal
28. Kecamatan Benowo Kencana Jaya
29. Kecamatan Simokerto Tambakrejo Sejahtera
30. Kecamatan Asem Rowo Kampung KB Tambak Sarioso
31. Kecamatan Kenjeran Kampung KB Pogobar Indah
Sumber : Data diolah pribadi oleh penulis, 2023

Kampung KB dianggap sebagai langkah untuk memberikan edukasi kepada

masyarakat mengenai pentingnya program KB bagi masyarakat maupun

pemerintah. Program KB diharapkan dapat membantu menekan laju pertumbuhan

penduduk yang semakin meningkat, dan mensejahterakan keluarga melalui

program-program yang ada di dalamnya. Program yang nantinya dapat membantu

kemajuan daerah dari berbagai bidang seperti kesehatan, ekonomi, pendidikan,

transmigrasi, pengendalian urbanisasi, penciptaan lapangan kerja, dan

pembangunan daerah bagi dari segi insfrastuktur maupun non insfrastuktur.

Dalam menjalankan programnya BKKBN memberikan tugas kepada Penyuluh

Keluarga Berencana (PKB) yang nantinya akan dibantu oleh seluru elemen

masyarakat mulai dari RT, RW, Kader, serta Karang Taruna yang ada pada

wilayah tersebut.
51

2.3 Kerangka Berfikir

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem

Informasi Keluarga

Surat Keputusan Camat Tambaksari Nomor 14 Tahun 2017 Tentang

Pembentukan Kampung Keluarga Berencana RW I Kelurahan Kapas Madya

Baru Kecamatan Tambaksari

Impelementasi Kebijakan George Charles Edward III (1980:10)

Komunikasi Sumber Daya Struktur Birokrasi Disposisi

Terimplementasinya Program Kampung KB di Kelurahan Kapasmadya Baru


Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya

Sumber :

1. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga


52

2. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem

Informasi Keluarga

3. Surat Keputusan Camat Tambaksari Nomor 14 Tahun 2017 Tentang

Pembentukan Kampung Keluarga Berencana RW I Kelurahan Kapas Madya

Baru Kecamatan Tambaksari

4. Teori Implementasi Kebijakan George Charles Edward III


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian menurut (Trijono, 2015) adalah suatu proses untuk

memecahkan suatu persoalan atau masalah dengan mengumpulkan dan

menganalisis data secara ilmiah. Dalam bukunya (Sugiyono, 2019)

mendefinisikan metode penelitian sebagai cara ilmiah atau kegiatan yang

dilakukan untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

3.1 Jenis Penelitian

Menurut Creswell dalam (Trijono, 2015:17) penelitian kualitatif merupakan

proses penelitian yang bertujuan unutuk memahami suatu persoalan

kemasyarakatan, yang didasarkan pada penyusunan suatu gambaran yang

kompleks dan holistic menurut pandangan dari para informan dengan data yang

akurat dan kondisi ilmiah. Metode penelitiian kualitatif menurut (Sugiyono, 2018)

adalah sebuah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi alamiah, di

mana peneliti sebagai instrumen kunci dengan mengumpulkan data secara

trianggulasi.

Pada penelitiam ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan metode ini bermaksud untuk

memperoleh gambaran yang komperehensif dan mandalam serta mendeskripsikan

dan menjelaskan tentang bagaimana Implementasi Program Kampung Keluarga

Berkualitas di Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari, Kota

Surabaya. Sesuai dengan tujuan dari metode penelitian kualitatif yakni untuk

53
54

memahami kondisi suatu permasalahan dengan mengarahkan pendeskripsian

secara rinci dan mengalanisis kondisi alamiah tentang apa yang sebenarnya terjadi

di lapangan. Peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif

dengan tujuan dalam penelitian ini dapat memberikan hasil yang rinci, detal dan

komperhensif untuk menggambarkan keadaan yang terjadi sebenarnya di

lapangan. Dengan menggunakan metode ini peneliti akan berusaha

menggambarkan secara utuh dan dalam serta menguraikan Bagaimana

Implementasi Program Kampung Kb di Kelurahan Kapasmadya Baru.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam rangka mendapatkan dan memperoleh data yang akurat, peneliti akan

menentukan lokasi penelitian yang nantinya akan menjadi tempat dimana peneliti

melalukan penelitiannya terutama dalam hal meninjau fenomena dan peristiwa

yang sebenarnya terjadi mengenai objek yang akan diteliti. Semua informasi

mengenai kondisi dan juga aktivitas dapat digali melalui tempat lokasi, secara

kritis dapat ditarik simpulan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Berdasarkan penjelasan fenomena pada latar belakang diatas, peneliti memilih

dan menetapkan lokasi penelitian di Kampung KB Kelurahan Kapasmasyda Baru

Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya. Adapun dasar pemilihan lokasi penelitian

yakni berdasarkan data jumlah penduduk di Kelurahan Kapasmadya Baru yang

termasuk dalam 10 (sepuluh) besar wilayah padat penduduk di Kota Surabaya,

sehingga peneliti dapat mengetahui bagaimana implementasi program Kampung

KB yang bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dan kesejahteraan


55

masyarakat di Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari Kota

Surabaya.

3.3 Fokus Penelitian

Dalam jenis penelitian kualitatif fokus penelitian memiliki tujuan untuk

memberikan batasan mengenai objek penelitian yang akan diangkat agar peneliti

tidak terjebak dan terjerumus pada banyaknya data yang diperoleh dilapangan.

Fokus penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk dijadikan pedoman

dalam mengarahkan jalannya penelitian. Berpedoman kepada fokus penelitian,

maka peneliti dapat membatasi objek-objek yang akan diteliti sehingga peneliti

dapat mengetahui dengan pasti data mana yang nantinya akan digunakan.

Menurut Spradley (1980) dalam (Sugiyono, 2018:57) menyatakan bahwa “A

focused refer to a single cultural domain or a few related domains” Fokus

penelitian lebih didasarkan pada tingkat informasi yang diperoleh dari situasi

sosial. Fokus dalam penelitian kualitatif berhubungan dengan rumusan masalah

yang digunakan sebagai landasan dalam menetapkan fokus riset. Dalam penelitian

ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk

mendeskripsikan, mengidentifikasi, dan menganalisis bagaimana implementasi

program kampung KB di Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari

Kota Surabaya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014

Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluraga

Berencana, dan Sistem Infomasi Keluarga serta Instruksi Presiden Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Kampung


56

Keluarga Berkualitas, yang dianalisis menggunakan teori implementasi kebijakan

menurut George Charles Edward III. Adapun empat faktor kritis yang dapat

mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan dari implementasi kebijakan, sebagai

berikut :

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu yang menentukan keberhasilan suatu

kebijakan dengan mensyaratkan agar implementator mengetahui dan

memahami apa yang harus dilakukan. Pelaksanaan kebijakan harus selalu

disertai dengan komunikai yang tepat, akurat, dan konsisten dalam

penyelenggaraan program kampung KB di Kelurahan Kapasmadya Baru

Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya. Komunikasi ini diperlukan antara

implementator program kampung KB (Kasi Kesra Kecamatan Tambaksari,

Penyuluh Keluarga Berencana) dengan Kader kampung KB. Terdapat 3 (tiga)

indikator yang dipakai untuk mengamati keberhasilan komunikasi dalam suatu

kebijakan publik, diantaranya sebagai berikut:

a. Transmisi, indikator ini berkaitan dengan penyampaian/penyaluran

komunikasi dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan hingga

masyarakat mengenai maksud dan tujuan terbentuknya Kampung KB di

Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya.

b. Kejelasan, indikator ini berkaitan dengan komunikasi yang disampaikan

oleh pembuat kebijakan kepada para implementator program Kampung

KB di Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari Kota


57

Surabaya harus jelas sehingga maksud dan tujuan dari implementasi

kebijakan dapat berjalan dengan tepat.

c. Konsistensi, indikator ini berkaitan dengan konsistensi perintah dan arahan

agar maksud dan tujuan dari kebijakan tidak disalahgunankan oleh pihak

yang tidak bertanggungjawab. Maka perlu diperhatikan arahan yang

diberikan dari Kasi Kesra Kecamatan Tambaksari, Penyuluh Kampung

Berencana kepada Kader Kampung KB agar tidak berubah-ubah.

2. Sumber Daya

Dalam melaksanakan implementasi kebijakan dibutuhkan sumber daya

yang mencukupi, agar kebijakan dapat terlaksana secara efektif. Dalam fokus

penelitian ini yang dimaksud dengan sumber daya terbagi menjadi beberapa

indikator, diantaranya sebagai berikut :

a. Sumber Daya Manusia, indikator ini berkaitan antara jumlah dan

kemampuan staff yang dimiliki sesuai dengan yang dibutuhkan dalam

implementasi program Kampung KB di Kelurahan Kapasmadya Baru

Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya.

b. Sumber Daya Anggaran, indikator ini berkaitan dengan anggaran yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan implementasi program Kampung KB di

Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya.

c. Sumber Daya Peralatan, indikator ini berkaitan dengan fasilitas fisik yang

digunakan sebagai operasionalisasi implementasi program Kampung KB

di Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya.


58

d. Sumber Daya Kewenangan, indikator ini berkaitan dengan informasi dna

kewenangan implementator untuk mengimplementasikan program

kampung KB di Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari

Kota Surabaya.

3. Disposisi

Disposisi merupakan sikap dan komitmen dari pelaksana kebijakan

terhadap program, seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratif. Dalam

hal ini dibutuhkan sikap yang baik dalam diri pelaksana kebijakan, agar

implementasi kebijakan dapat berjalan dengan optimal. Edward III

mengemukakan 3 (tiga) indikator yang mempengaruhi kemampuan dan

kemauan pelaksana kebijakan, diantaranya sebagai berikut :

a. Kognisi, seberapa jauh pemahaman pelaksana kebijakan terhadap tujuan

dan proses implementasi program kampung KB di Kelurahan Kapasmadya

Baru Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya.

b. Arahan dan tanggapan pelaksana, program kampung KB di Kelurahan

Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya dilaksanakan

sesuai dengan arahan pembuat kebijakan. Sehingga implementor kebijakan

harus memberikan arahan dan tanggapan terkait dengan pelaksanaan

program kampung KB di Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan

Tambaksari Kota Surabaya.

c. Intensitas respon atau tanggapan pelaksana, berkaitan dengan respon

terus-menerus yang diberikan oleh pelaksana kebijakan terhadap perintah


59

yang telah diberikan dalam pelaksanaan program kampung KB di

Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi menekankan dibutuhkannya Standard Operating

Procedure (SOP) yang mengatur tata aliran pekrjaan diantara para

implementor kampung KB di Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan

Tambaksari Kota Surabaya. Selain itu dibutuhkannya fragmentasi atau

pembagian tanggung jawab kerja ssehinga implementasi kebijakan berjalan

secara efektif dan efisien.

3.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian merupakan suatu subjek dari tempat data

tersebut diperoleh, dapat berupa orang, buku, dokumen, dan sebagainya yang

dapat memberikan informasi yang relevan dengan penelitian. Sumber data dalam

penelitian merupakan faktor yang penting karena dapat mempengaruhi kualitas

dari penelitian. Bila dilihat dari sumber datanya, maka jenis data dalam penelitian

ini sebagai berikut : (Sugiyono, 2018:104)

1. Data Primer

Menurut (Sugiyono, 2018:104) data primer adalah sumber data atau

informasi yang diperoleh langsung tanpa perantara kepada pengumpul data,

seperti narasumber. Menurut (Siyoto & Sodik, 2015) data primer disebut juga

sebagai data asli atau yang memiliki sifat up to date. Untuk mengumpulkan

data primer, biasanya peneliti menggunakan teknik seperti observasi,

wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion/FDG) dan penyebaran


60

kuesioner. Pada penelitian ini data primer diperoleh langsung dari informan

atau pihak-pihak yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan

implementasi program kampung KB di Kelurahan Kapasmadya Baru

Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya.

2. Data Sekunder

Menurut (Sugiyono, 2018:104) data sekunder adalah sumber data atau

informasi yang diperoleh secara tidak langsung kepada pengumpul data,

seperti melalui orang lain atau dokumen. Sumber data sekunder dapat

digunakan dalam penelitian sebagai sumber data pelengkap dari sumber data

primer. Dalam bukunya, (Siyoto & Sodik, 2015) mengatakan bahwa sumber

data sekunder dapat berupa dokumen, buku, laporan, jurnal, Biro Pusat

Statistik (BPS) dan arsip lain yang memiliki relevansi dengan penelitian yang

berada di kampung KB Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari

Kota Surabaya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut (Sugiyono, 2018:104) teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

memperoleh data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti

akan kesulitan untuk mendapatkan data yang memenuhi standar. Dalam penelitian

ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui observasi

(pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi. Adapun penjelasan

mengenai ketiga teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti ialah

sebagai berikut :
61

1. Observasi

Menurut (Abdussamad, 2021:147) observasi merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan sistematis pengamatan dan pencatatan

terhadap tanda-tanda yang akan diteliti. Observasi dilakukan secara langsung

oleh peneliti ketika turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan kegiatan

subjek penelitian, dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang di

luar persepsi reponden, sehingga peneliti akan mampu memperoleh gambaran

yang lebih kompreensif dalam melakukan penelitian. Observasi dibagi

menjadi 3 (tiga) jenis diantaranya : (Sugiyono, 2018:106)

a. Observasi partisipatif, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari tentang

objek yang akan diteliti ataupun yang digunakan sebagai sumber data

penelitian.

b. Observasi terus terang, peneliti dalam melakukan pengumpulan data

menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan

penelitian.

c. Observasi tidak berstruktur, merupakan obseravasi yang tidak dipersiapkan

secara sistematis tentang apa yang akan diteliti, sehingga peneliti tidak

akan menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-

rambu pengamatan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi tidak berstuktur.

Peneliti memilih jenis observasi tidak berstruktur, karena dalam penelitian ini

tidak mempunyai pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan

pengamatannya berdasarkan perkembangan dilapangan. Dengan begitu peneliti


62

akan dapat memperoleh data dan atau mengetahui fakta di lapangan terkait

dengan implementasi kampung KB di Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan

Tambaksari Kota Surabaya.

2. Wawancara

Esterberg (2002) dalam (Sugiyono, 2018:114) mendefinisikan wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melallui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Esterberg (2002) dalam (Sugiyono, 2018:115) membagi jenis

wawancara menjadi 3 (tiga) antara lain sebagai berikut :

a. Wawancara terstruktur, digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika

peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan

diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, peneliti telah

menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis

yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

b. Wawancara semi terstruktur, merupakan wawancara yang pelaksanaannya

lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari

wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka.

c. Wawancara tidak berstruktur, merupakan wawancara yang pelaksanaannya

bebas karena tidak mengunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa

garis-garis besar terkait permasalahan yang akan ditanyakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur

karena peneliti telah menyiapkan instrument penelitian wawancara berupa


63

pertanyaan-pertanyaan terkait dengan implementasi kampung KB di

Kelurahan Kapasmadya Baru Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya yang

akan diajukan kepada informan. Alasan menggunakan teknik wawancara

terstuktur pada penelitian ini, karena dalam memperoleh data yang sesuai

dengan kebutuhan penelitian dibutuhkan penggalian informasi secara

mendalam terhadap suatu topik yang telah ditentukan agar pembahasan tidak

keluar dari topik penelitian.

3. Dokumentasi

Menurut (Sugiyono, 2018:124) dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu dan dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumentasi merupakan pelengkap dari

pengunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Tujuan dari dokumentasi agar hasil penelitian dari observasi atau wawancara,

akan lebih kredibel/dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen yang

tersimpan pada perusahaan/instansi berupa laporan, arsip kegiatan, arsip resmi

dan data berupa gambar, karya seni, ataupun tulisan yang berkaitan dengan

topik penelitian.

3.6 Teknik Penentuan Informan

Pada penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menentukan informan ialah

teknik snowball sampling. Dalam (Sugiyono, 2018:96), teknik snowball sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data atau informasi yang awalnya

berjumlah kecil, kemudian membesar seperti bola salju yang menggelinding

hingga lama-lama menjadi besar. Penggunaan teknik snowball sampling dalam


64

penelitan dapat membantu peneliti mendapatkan informasi dari satu atau dua

orang, yang kemudian meluas sesuai hubungan-hubungan terhadap informan.

Dalam teknik snowball sampling, pelaksanaanya dilakukan secara sedikit demi

sedikit melalui wawancara mendalam serta survey. Pada penelitian ini, peneliti

telah mempertimbangkan pihak-pihak yang akan menjadi informan agar peneliti

memproleh data yang relevan.

a. Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Timur

b. Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Serta Pengendalian

Penduduk Dan Keluarga Berencana Kota Surabaya

c. Penyuluh Keluarga Berkualitas (PKB) Kampung Keluarga Berkualitas

Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya.

d. Sekretaris POKJA Kampung Keluarga Berkualiatas di Kelurahan Kapasmadya

Baru Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya.

e. Masyarakat Kampung Keluarga Berkualiatas di Kelurahan Kapasmadya Baru

Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya, baik yang menggunakan KB maupun

tidak.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sistesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang

akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh peneliti

maupun pembaca (Sugiyono, 2018:131). Pada penelitian ini, peneliti


65

menggunakan teknik analisis data interaktif yang dikembangkan oleh Miles &

Huberman (1984) sebagaimana yang dikutip dalam (Sugiyono, 2018:133) karena

peneliti berusaha menyajikan suatu data dalam bentuk deskriptif dengan metode

kualitatif.

Miles & Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai selesai,

sehingga data yang dikumpulkan cukup banyak. Aktivitas dalam analisis data,

yaitu pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian

data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification)

(Sugiyono, 2018:133).

1. Pengumpulan data (data collection)

Pengumpulan data adalah kumpulan data yang disatukan melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti membutuhkan waktu untuk

mengumpulkan data sebanyak-banyaknya sehingga data yang diperoleh

bervariasi yang relevan dengan penelitian.

2. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data berarti merangkum, memilih dan memilah hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dari

keseluruhan data yang diperoleh oleh peneliti. Data yang telah direduksi akan

memberikan kemudahan bagi peneiti untuk mengumpulkan data selanjutnya

yang diperlukan.
66

3. Penyajian data (data display)

Seteleh peneliti melakukan reduksi data, maka tahap selanjutnya yaitu

menyajikan data yang telah diperoleh. Penyajian data dapat dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, tabel, grafik, pie chart, pictogram, dan sejenisnya.

Dengan melakukan penyajian data, maka akan memudahkan untuk peneliti

memahami tentang kondisi yang terjadi, dan mampu merencanakan kerja

selanjutnya sesuai dengan pemahamannya.

4. Penarikan simpulan/verifikasi (conclusions drawing/verifying)

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari analisis data kualitatif.

Pada tahap ini, data yang telah dikumpulkan dan dilakukan proses selanjutnya

akan menjadi sebuah kesimpulan akhir yang mampu menjadi jawaban dari

permasalahan yang diteliti. Kesimpulan dibuat harus dibuktikan dengan data

yang akurat dengan topik penelitian sehingga kesimpulan yang dihasilkan

menjadi kesimpulan yang kredibel.

Gambar 3. 1 Komponen analisis data Miles & Huberman

Sumber : Metode Penelitian Kualitatif (Sugiyono, 2018:134)


67

3.8 Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data bertujuan untuk memperoleh dan memastikan data yang

diperoleh relevan dan dapat dipercaya. Validasi merupakan derajat ketepatan

antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh

peneliti sehingga keabsahan daya yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut Sugiyono (2018:185) uji keabsahan data dalam penenelitian kualitatif

meliputi uji, credibility (validitas interval), transferability (validitas eksternal),

dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).

1. Creadibility (Kepercayaan)

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data yang diperoleh dari

hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi

dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.

a. Perpanjangan Pengamatan

Sugiyono (2018:287) menyebutkan bahwa dalam perpanjangan

pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian, sebaiknya

difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang

diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak. Tujuan

perpanjangan pengamatan ini agar hubungan peneliti dengan narasumber

akan semakin akrab, terbuka, dan saling mempercayai satu sama lain

sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan.


68

b. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan, sehingga kepastian data dan urutan

peristiwa akan dapat terekam secara pasti dan sistematis.

c. Triangulasi

Dalam pengujian kredibilitas, triangulasi diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Terdapat tiga

metode yang digunakan diantaranya :

1) Triangulasi Sumber

Dalam menguji kredibilitas data, triangulasi sumber dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh peneliti melalui

berbagai sumber.

2) Triangulasi Teknik

Dalam menguji kredibilitas data, triangulasi teknik dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda.

3) Triangulasi Waktu

Dalam menguji kredibilitas data, triangulasi waktu dapat dilakukan

pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam

waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil yang diperoleh berbeda,

maka dapat dilakukan penguajian data secara berulang sampai

menemukan kepastian dari data tersebut.


69

d. Analaisis Kasus Negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian

dalam jangka waktu tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti

peneliti mencari data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang

ditemukan. Jika terdapat data yang berbeda atau bertentangan, maka data

yang ditemukan tidak dapat dipercaya kepastiannya.

e. Menggunakan Bahan Referensi

Menggunakan bahan referensi dalam uji kredibilitas ini adalah adanya

pendukung untuk membuktikan data yang ditemukan oleh peneliti.

Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didikung dengan adanya

rekaman wawancara. Dalam penelitian diperlukan alat pendukung seperti

foto, dokumen, rekaman yang dapat memperkuat data yang diperoleh

sehingga data dapat lebih dipercaya.

f. Mengadakan Membercheck

Membercheck adalah proses penegecakan data yang diperoleh peneliti

dari pemberi data atau narasumber. Tujuan membercheck adalah untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

diberikan oleh pemberi data atau narasumber.

2. Pengujian Transferability

Dalam penelitian kualitatif, transferability merupakan validitas eksternal.

Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya

hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Dalam membuat

laporan penelitian, peneliti harus memberikan uraian yang rinci, jelas,


70

sistematis, dan dapat dipercaya . Dengan demikiran, pembaca akan memahami

hasil penelitian dengan jelas dan dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk

mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat yang berbeda.

3. Pengujian Depenability

Dalam penelitian kualitatif, depenability disebut dengan reliabilitas.

Penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat

mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Uji depenability dilakukan

denngan cara audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Yang dilakukan

oleh auditor yang independent untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti

dalam melakukan penelitian.

4. Pengujian Konfirmability

Dalam penelitian kualitatif, pengujian konfirmability disebut dengan uji

obyektivitas penelitian. Suatu penelutian dapat dikatakan obyektif apabila

hasil dari penelitian telah disepakati oleh banyak orang. Menguji

konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dan dikaitkan dengan proses

yang dilakukan. Jika hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian,

maka penelitian dianggap memenuhi standar konfirmability.


DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad Zuchri. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. Makassar : Syakir

Media Pres.

Anggara, S.(2014). Pengantar Kebijakan Publik. CV. Pustaka Setia

Apriani, E., Idris, M., & Damayanti, N. (2021). Efektivitas Program Kampung Kb

Di Desa Sidorejo Kecamatan Keluang Kabupaten Musi Banyuasin. Jurnal

Swarnabhumi, 6(1), 38–45. https://jurnal.univpgri-

palembang.ac.id/index.php/swarna/article/view/4677

Bachtiyar, N. A., & Wibawani, S. (2018). Implementasi Program Kampung

Keluarga Berencana Di Dusun Ambeng-Ambeng Desa Ngingas Kecamatan

Waru Kabupaten Sidoarjo. Dinamika Governance : Jurnal Ilmu Administrasi

Negara, 7(1). https://doi.org/10.33005/jdg.v7i1.1194

Hetzer, E. 2012. Central and Regional Government, Jakarta: Gramedia

Mursalim, S. W., Hasibuan, A., Sulaiman, oris krianto, Mulyanie, E., Husna, R.

A., Apriandi, I., Maiti, Bidinger, Suryana, A., Iskandar, A., Hernawan, D.,

Dengo, S., Rahmadanita, A., Santoso, E. B., Wasistiono, S., Marisa, H.,

Andree, Sarbini, A., Kusuma, A. R., … Theory, P. (2019). Kebijakan Publik

dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. In Journal of

Chemical Information and Modeling (Vol. 2, Issue 2).

https://kominfo.kotabogor.go.id/asset/images/web/files/buku-2.-masterplan-

smart-city-kota-bogor.pdf

71
72

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional. (2004).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009. Tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. (2009).

PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA

BERENCANA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

PENDAYAGUNAAN TENAGA PENYULUH KEPENDUDUKAN,

KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

NASIONAL. (2017).

Perpres RI. (2014). Peraturan Pemerintah tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

87 Tahun 2014, 41. https://peraturan.bpk.go.id/

Rushananto. (2014). Kebijakan Publik. Kebijakan Publik, 1993, 15.

Situmorang, C. H. (2016). Dr. Drs. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc. Social

Security Development Institute (Ssdi), 324.

Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian (1 ed.). Literasi

Media Publishing

Subianto, A. (2020). Kebijakan Publik Tinjauan Perencanaan< Implementasi dan

Evaluasi. In Brilliant an imprint of MIC Publishing COPYRIGHT.

Tachjan. (2006). Implementasi Kebijakan Publik (Dede Mariana dan Caroline


73

Paskarina (ed.)). AIPI Bandung.

Yulian Widya Saputra, Lukas, Titin A, R. S. R. (2019). Implementasi Program

Kampung Keluarga Berencana (Kb) di Kota samarinda.

Ejournal.Stikku.Ac.Id, 2019, 27–33.

https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku/article/view/64

Widodo, J. M. S. (2021). Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi

Analisis Proses Kebijakan Publik (12 ed.). Media Nusa Creative (MNC

Publishing).

Zuhriyah, A., Indarjo, S., Budi, B., Kesehatan, R. P., Perilaku, I., Ilmu, J., &

Masyarakat, K. (2017). HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH

RESEARCH AND DEVELOPMENT KAMPUNG KELUARGA BERENCANA

DALAM PENINGKATAN EFEK-TIVITAS PROGRAM KELUARGA

BERENCANA Info Artikel. 1(4), 1–13.

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia
PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara yang dilakukan peneliti berdasarkan teori yang

ditemukan oleh George C Edward III yang dikutip dalam (Anggara, 2014).

Terdapat 4 faktor diantaranya Komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur

birokrasi.

1. BKKBN Provinsi Jawa Timur dan DP5A Kota Surabaya


No. Faktor Pertanyaan

1. Komunikasi 1. Bagaimana bentuk penyaluran komunikasi

yang terjalin antara BKKBN dan DP5A kepada

Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) maupun

masyarakat ?

2. Bagaimana konsistensi penyaluran komunikasi

baik kepada petugas maaupun masyarakat ?

3. Apakah terdapat hambatan dalam implementasi

Program Kampung KB di Kapasamadya Baru ?

2. Sumber Daya 1. Berapa besar anggaran yang dibutuhkan dalam

implementasi program kampung KB di

Kapasmadya Baru dan bagaimana alokasi

anggarannya ?

2. Bagaimana kondisi infrastuktur atau failitas

yang dibutukan dalam implementasi program

Kampung KB di Kapasmadya Baru ?

74
75

3. Bagaimana ketersediaan infrastuktur atau

failitas yang dibutukan dalam implementasi

program Kampung KB di Kapasmadya Baru?

4. Apakah terdapat pelatihan atau sosialisasi

terkait implementasi program kampung KB di

Kapasmadya Baru ?

3. Disposisi 1. Bagaimana sikap dan juga pemahaman petugas

dalam menyampaikan informasi terkait

program kampung KB

2. Bagaimana komitmen pegawai dalam

mengimplementasikan program Kampung KB

di Kapasmadya Baru ?

4. Struktur Birokrasi 1. Bagaimana pembagian tugas dan tanggung

jawab antar unit-unit yang terlibat ?

2. Apakah pelaksana implementasi sudah

melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP yang

telah ditetapkan ?

3. Apakah implementasi program Kampung KB

sudah dilakukan secara optimal ?


76

2. PKB Kampung Keluarga Berkualitas Kecamatan Tambaksari.


No. Faktor Pertanyaan

1. Komunikasi 1. Bagaimana bentuk penyaluran komunikasi

yang terjalin antara BKKBN dan DP5A

kepada Penyuluh Keluarga Berencana (PKB)

maupun masyarakat ?

2. Bagaimana kejelasan komunikasi dalam

menyampaikan informasi kepada Kader dan

juga masyarakat ?

3. Bagaimana konsistensi penyaluran

komunikasi baik kepada petugas maaupun

masyarakat ?

4. Apakah terdapat hambatan dalam

implementasi Program Kampung KB di

Kapasamadya Baru ?

2. Sumber Daya 5. Bagaimana ketersediaan serta jumlah tenaga

kerja yang dibutuhkan dalam implementasi

program Kampung KB di Kapasmadya Baru

dan apakah kualifikasi mereka memadai ?

6. Berapa besar anggaran yang dibutuhkan

dalam implementasi program kampung KB di

Kapasmadya Baru dan bagaimana alokasi

anggarannya ?
77

7. Bagaimana kondisi infrastuktur atau failitas

yang dibutukan dalam implementasi program

Kampung KB di Kapasmadya Baru ?

8. Bagaimana ketersediaan infrastuktur atau

failitas yang dibutukan dalam implementasi

program Kampung KB di Kapasmadya Baru?

9. Apakah terdapat pelatihan atau sosialisasi

terkait implementasi program kampung KB

di Kapasmadya Baru ?

3. Disposisi 3. Bagaimana sikap dan juga pemahaman

petugas dalam menyampaikan informasi

terkait program kampung KB ?

4. Bagaimana komitmen pelaksana dalam

mengimplementasikan program Kampung

KB di Kapasmadya Baru ?

4. Struktur Birokrasi 1. Bagaimana pembagian tugas dan tanggung

jawab antar unit-unit yang terlibat ?

2. Apakah pelaksana implementasi sudah

melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP

yang telah ditetapkan ?

3. Apakah implementasi program Kampung KB

sudah dilakukan secara optimal ?


78

3. Sekretaris POKJA Kampung Keluarga Berkualitas di Kapasmadya Baru

No. Faktor Pertanyaan

1. Komunikasi 1. Bagaimana bentuk penyaluran komunikasi

yang terjalin antara BKKBN kepada Petugas

Keluarga Berencana (PKB) maupun

masyarakat ?

2. Bagaimana penyaluran komunikasi terkait

kegiatan-kegiatan yang dilakukan di

Kampung KB Kapasmadya Baru antara

petugas lapangan keluarga berencana kepada

masyarakat ?

3. Apakah PKB konsisten dalam menyalurkan

komunikasi kepada PLKB di Kampung KB

Kapasmadya Baru ?

4. Bagaimana kejelasan informasi yang

disampaikan oleh PKB ?

2. Sumber Daya 1. Bagaimana ketersediaan infrastuktur atau

fasilitas yang dibutuhkan dalam

implementasi program Kampung KB di

Kapasmadya Baru?

2. Bagaimana kondisi infrastuktur atau fasilitas


79

yang dibutuhkan dalam implementasi

program Kampung KB di Kapasmadya Baru?

3. Apakah terdapat pelatihan atau sosialisasi

terkait implementasi program kampung KB

di Kapasmadya Baru ?

4. Apakah anggaran yang diberikan sudah

mencukupi pelaksanaan implementasi

program kampung KB di Kapasmadya Baru ?

3. Disposisi 1. Bagaimana sikap dan juga pemahaman

petugas dalam menyampaikan informasi

terkait program kampung KB ?

2. Bagaimana komitmen pelaksana dalam

mengimplementasikan program Kampung

KB di Kapasmadya Baru ?

4. Struktur Birokrasi 1. Bagaimana pembagian tugas dan tanggung

jawab antar unit-unit yang terlibat ?

2. Apakah pelaksana implementasi sudah

melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP

yang telah ditetapkan ?

3. Apakah implementasi program Kampung KB

sudah dilakukan secara optimal ?


80

4. Masyarakat Kampung Keluarga Berkualitas di Kapasmadya Baru

No. Faktor Pertanyaan

1. Komunikasi 1. Bagaimana penyaluran komunikasi terkait

kegiatan-kegiatan yang dilakukan di

Kampung KB Kapasmadya Baru antara

petugas lapangan keluarga berencana kepada

masyarakat ?

2. Apakah pesan yang disampaikan terkait

kegiatan-kegiatan disampaikan dengan jelas

dan mudah oleh pihak terkait ?

3. Apakah petugas keluarga berencana

konsisten dalam menyalurkan komunikasi

terkait informasi kegiatan dan juga program-

program yang akan dilaksanakan ?

4. Apakah masyarakat mengetahui tentang

bagaimana program-program yang ada di

kampung KB Kapasmadya Baru ?

2. Sumber Daya 1. Bagaimana ketersediaan infrastuktur atau

fasilitas yang dibutuhkan dalam

implementasi program Kampung KB di

Kapasmadya Baru ?
81

2. Bagaimana kondisi infrastuktur atau fasilitas

yang dibutuhkan dalam implementasi

program Kampung KB di Kapasmadya Baru

3. Bagaimana kemampuan implementor dalam

pelaksanaan program kampung KB ?

3. Disposisi 1. Bagaimana sikap petugas keluarga berencana

terhadap masyarakat dalam menjalankan

implementasi program kampung KB ?

2. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap

adanya implementasi program kampung KB?

4. Struktur Birokrasi 1. Apakah pelaksana implementasi sudah

melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP

yang telah ditetapkan ?


PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Dokumen Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

2. Dokumen Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 Tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga

Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga

3. Dokumen Surat Keputusan Camat Tambaksari Nomor 14 Tahun 2017 Tentang

Pembentukan Kampung Keluarga Berencana RW I Kelurahan Kapasmadya

Baru Kecamatan Tambaksari

4. Dokumen terkait profil instansi Kelurahan Kapasmadya Baru.

5. Dokumen terkait komposisi pegawai Kelurahan Kapasmadya Baru

6. Dokumen terkait komposisi POKJA Kampung KB Kelurahan Kapasmadya

Baru

7. Dokumen rekapituasi kinerja POKJA Kampung KB Kelurahan Kapasmadya

Baru

8. Dokumen aktivitas masyarakat Kampung KB Kelurahan Kapasmadya Baru

82

Anda mungkin juga menyukai