Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN ANTROPOLOGI

“EKSISTENSI BUDAYA MEMBUAT SESAJEN SAAT ACARA


PERNIKAHAN DI DUSUN TARIKOLOT”

DISUSUN OLEH :
NADI NORHAKIKI-XI IIS 2
.
.
.
.
.
.
MAN 6 CIAMIS
Jalan Rumah Sakit No. 20, Desa Situmandala Kec.Rancah Kab. Ciamis
Prov. Jawa Barat 46389, Tahun Ajaran 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga proposal penelitian
“EKSISTENSI BUDAYA MEMBUAT SESAJEN SAAT ACARA PERNIKAHAN DI
DUSUN TARIKOLOT” ini dapat kami susun hingga selesai. Shalawat dan salam semoga
selamanya tetap terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Kepada keluarganya,
sahabatnya, tabi’in-tabi’atnya, serta sampai kepada kita selaku umatnya, semoga di Yaumil
Akhir kita mendapatkan syafa’at darinya, Aamiin.

Selanjutnya, kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak ataupun
perseorangan yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya. Dan harapan kami semoga proposal penelitian ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca dan khusunya bagi kami yang menyusun proposal
penelitian ini, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi proposal
penelitian agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan proposal
penelitian ini dan untuk penyusunan proposal penelitian ke depannya.

Rancah, 31 Agustus 2023


Penyusun

Nadi Norhakiki

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 4


1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

BAB II KAJIAN TEORI................................................................................... 6


2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 6
2.2 Landasan Teori ....................................................................................... 6
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 8


3.1 Jenis Penelitian....................................................................................... 8
3.2 Subjek Penelitian.................................................................................... 8
3.3 Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 8
3.4 Teknik Analisis Data .............................................................................. 9
3.5 Jadwal Penelitian.................................................................................... 10

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN .................................. 11


4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 11
4.2 Hasil Penelitian ...................................................................................... 12

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 14


5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 14
5.2 Saran ...................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15


LAMPIRAN-LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia memiliki keberagaman suku, ras, bangsa, kepercayaan, agama dan bahasa.
Sesuai semboyan Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika, maka meskipun memiliki keragaman
budaya Indonesia tetap satu. 1.340 suku, 2.500 bahasa daerah, dan 6 agama menjadi kekayaan
dan keindahan bangsa Indonesia yang harus kita jaga demi keutuhan nusa dan bangsa.

Multikulturalisme menjadi sebuah aliran pemahaman yang menganggap bahwa


didalam masyarakat ada banyak budaya yang sifatnya plural dan tidak monolitk.
Multikulturalisme juga meniscayakan seseorang untuk melakukan sebuah respon terhadap
realitas sosial masyarakat secara pluralis karena keberagaman di dalam masyarakat adalah hal
yang mutlak dan tidak ada kekuatan apapun yang bisa menyeragamkannya. Bahkan agama,
komunisme, dan kapitalisme pun tidak mampu menyeragamkan semua manusia di dunia ini.
Justru mereka hadir untuk membentuk sebuah keberagaman di dalam masyarakat.

Istilah keberagaman budaya juga sering disebut multikultural, menurut Mifbakhuddin


dalam jurnalnya yang berjudul Pendidikan Multikultural Pada Pendidikan Bahasa dan
Budaya, wacana multikulturalisme menjadi isu penting dalam upaya pembangunan
kebudayaan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan, diantaranya secara alami
atau kodrati manusia diciptakan Tuhan dalam keanekaragaman kebudayaan. Oleh karena itu,
pembangunan manusia harus diperhatikan keanekaragaman budaya terebut, dalam kontks ke-
Indonesia-an maka menjadi keniscayaan bahwa Pembangunan manusia Indonesia harus
dilandaskan atas multikulturalisme mengingat kenyataan bahwa negeri ini berdiri di atas
keanekaragaman budaya.

Budaya sangat erat kaitannya dengan adat istiadat, Indonesia sendiri terdiri dari banyak
bangsa dan memiliki adat juga budaya yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Oleh karenanya,
saya tertarik untuk membuat sebuah penelitian dengan memilih judul penelitian yaitu
Eksistensi Budaya Membuat Sesajen Saat Acara Pernikahan di Dusun Tarikolot.

1.2 Rumusan Masalah


Dari beberapa paparan di atas, maka bisa dirumuskan beberapa rumusan masalah,
diantaranya :
A. Bagaimana eksistensi budaya membuaat sesajen saat acara pernikahan di Dusun Tarikolot?
B. Bagaimana cara Masyarakat Dusun Tarikolot melestarikan budaya tersebut sampai
sekarang?

4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi budaya membuat
sesajen saat acara pernikahan di Dusun Tarikolot dan mengetahui cara Masyarakat Dusun
Tarikolot dalam melestarikan budaya tersebut sampai sekarang.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat adanya penelitian ini adalah agar kitab isa mengetahui keberadaan dan juga
eksistensi kebudayaan yang turun temurun dari nenek moyang yang ada di Indonesia
khususnya di Dusun Tarikolot.

5
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Sesajen merupakan warisan budaya tradisional yang biasa dilakukan untuk memuja
para dewa, roh tertentu atau penunggu tempat (pohon, batu, persimpangan, dan lain-lain) yang
mereka yakini dapat mendatangkan keberuntungan dan menolak kesialan, seperti upacara
menjelang panen yang mereka persembahkan kepada Dewi Sri (Dewi padi dan kesuburan)
yang masih dipraktekkan di sebagian daerah Jawa dan Banten. Upacara nglarung ( membuang
kesialan) ke laut yang masih banyak dilakukan oleh mereka yang tinggal di pesisir pantai
Selatan pulau Jawa dan juga di beberapa pesisir Banten.

Sesajen memiliki nilai yang sangat sakral bagi pandangan masyarakat yang masih
mempercayainya, Tujuan dari pemberian sesajen ini untuk mencari berkah. Pemberian sesajen
ini biasanya dilakukan di tempat-tempat yang dianggap keramat dan mempunyai nilai magis
yang tinggi. Prosesi tersebut telah terjadi sudah sangat lama, bisa dikatakan berasal dari nenek
moyang kita yang mempercayai adanya pemikiran-pemikiran yang mistis. Kegiatan ini
dilakukan oleh masyarakat guna mencapai sesuatu keinginan atau terkabulnya sesuatu yang
bersifat duniawi. Saat ini orang beranggapan bahwa menyajikan sesajen adalah suatu
kemusyrikan. Tapi sebenarnya ada suatu simbol dan makna di dalam sesajen yang harus
dipelajari.

Tradisi mempersembahkan sesajen dalam beragam ritual adat dan ritus sosial
keagamaan ini juga terjadi di masyarakat Muslim Banten dan masyarakat Hindu Bali hingga
saat ini. Meskipun memiliki jenis atau ragam sesajen yang berbeda, berbagai ritus pemberian
sesajen ini sebenarnya memiliki motif atau tujuan yang sama, yaitu meminta keselamatan atau
meminta perlindungan dari yang maha gaib agar terhidar dari marabahaya atau malapetaka
yang diakibatkan oleh ruh-ruh gaib yang memiliki nama dan jenis berbeda di setiap tempat.
Selain itu, beberapa ritus pemberian sesajen juga ditujukan untuk mengucap rasa syukur atau
terima kasih atas apa yang sudah diperoleh, dan berharap mendapatkan kesuksesan dan
kemakmuran yang sama (bahkan lebih) di masa yang akan datang (DR. Ayatullah Humaeni M.
A., Dkk, 2021).

2.2 Kajian Teori


2.2.1 Kajian Teori Antropologi Seni Budaya dan Wisata

Merujuk pada Convention Of The Safeguard Of Intangible Cultural Heritage


UNESSCO tahun 2003 dan rekomendasi Konvensi UNESSCO tahun 2008, identifikasi dan
inventarisasi warisan budaya tak benda yang meliputi oral traditions (tradisi-tradisi lisan) dan
ekspresi budaya melalui bahasa, seni pertunjukan, praktik sosial, ritual, perayaan, festival,
pengetahuan lokal tentang alam, dan tradisi kerajinan adalah warisan budaya vital karena

6
terkait diversitas budaya dan kreatifitas manusia (Saiful Anwar Matondang, Yuda Setiawan,
2015)

2. 3 Kerangka Berpikir

BUDAYA

MULTIKULTURAL

MASYARAKAT PERNIKAHAN

SESAJEN

7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Etnografi adalah strategi penelitian kualitatif yang melibatkan kombinasi lapangan dan
observasi, yang beruisaha untuk memahami fenomena budaya yang mencerminkan
pengetahuan dan sistem makna yang membimbing kehidupan kelompok budaya.

3.2 Subjek Penelitian


a. Lokasi penelitian
Dusun Tarikolot, Desa Situmandala, Kec Rancah Kab. Ciamis. Prov. Jawa Barat
b. Informasi Penelitian
Populasi : Seluruh masyarakat di Dusun Tarikolot
c. Sampel : Di lakukan dengan cara teknik purposive sampling yaitu pengambilan sempel.
Berdasarkan tujuan penelitian, dalam hal ini sampel penelitiannya adalah masyarakat
Dusun Tarikolot di Desa Situmandala.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi
Observasi ialah pengamatan dengan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala
yang di teliti (Utsman dan Purnomo, 2004) dalam penelitian ini menggunakan observasi
partisipan ialah jika observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang di teliti
atau ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang di observasi (Hardani dkk, 2020 :
123-129).
2. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung atau
percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu di lakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai
(interviwer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu, dalam penelitian ini
wawancara yang di gunakan adalah wawancara tidak terstruktur dimana wawancara
yang bebas dimana penelitti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun wawancara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data (Hardani dkk,
2020 : 137-140).
3. Dokumentasi
Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian dokumentasi
adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi di bidang
pengetahuan, pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan seperti gambar,
kutipan, kliping, dan bahan referensi lainnya.

8
3.4 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data
kualitatif. Ada empat tahapan dalam teknik analisis data kualitatif, diantaranya :
1) Content Analysis
Content analysis adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis informasi bentuk
media, teks, hingga item fisik. Ini termasuk salah satu metode yang paling sering
digunakan untuk menganalisis data kualitatif.
2) Narrative Analysis
Narrative analysis adalah teknik untuk menafsirkan cerita responden yang sebelumnya
sudah diperoleh dari berbagai sumber, termasuk wawancara, survei, ataupun observasi.
Analisis naratif fokus menggunakan pengalaman dan cerita responden untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
3) Discourse analysis
Discourse analysis atau dikenal dengan analisis wacana adalah teknik untuk
menganalisis makna kontekstual suatu bahasa. Artinya, analisis ini menyoroti tentang
apa yang dipikirkan responden terhadap suatu topik dan mengapa mereka merasakan
hal itu. Dalam analisis wacana, peneliti akan mempertimbangkan konteks sosial atau
lingkungan dari responden. Informasi itu digunakan sebagai bahan pertimbangan
selama melakukan analisis.
4) Grounded theory analysis
Grounded theory analysis mengacu pada teknik yang menjelaskan mengapa suatu
fenomena bisa terjadi. Berbeda dengan ketiga analisis sebelumnya, grounded
theory mengembangkan teori yang berasal dari data, bukan sebaliknya. Hal ini
dilakukan dengan mempelajari berbagai fenomena serupa dalam setting berbeda
(tempat, waktu, dan lain-lain). Untuk mendapatkan penjelasan sebab-akibat, peneliti
menggunakan data.

9
3.5 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Agustus 2023 September 2023 Oktober 2023


Penyusunan Proposal
1
Penelitian
2 Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan dan
3 Penyusunan Hasil
Penelitian
Pembukuan Hasil
4
Penelitian

10
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


4.1.1 Sejarah Kampung Tarikolot
Tarikolot adalah sebuah perkampungan yang berada di Desa Situmandala Kecamatan
Rancah Kabupaten Ciamis, masyarakatnya sangat banyak dan semuanya hidup rukun, ramah
tamah, dan gotong royongnya masih sangat terjaga. Tarikolot yang terletak di Kecamatan
Rancah terkenal dengan bahasa Sunda ciri khasnya yaitu kata “Hageuy” sehingga Rancah
dijuluki Kota Hageuy.

Menurut cerita dari beberapa masyarakat dan para sesepuh di Kampung Tarikolot,
sejarah kampung ini tidak terlepas dari perubahan nama Kampung Tarikolot dari masa ke masa.
Dahulu di kampung ini tidak ada orang karena memang dulunya hanya sebuah pegunungan
dengan hutan yang lebat, tetapi lama kelamaan akhirnya banyak orang yang mendiami wilayah
ini dan menjadi sebuah perkampungan.

Pada saat itu, dalam sistem peemerintahan masih ada yang namanya Kawedanaan yang
posisinya berada setelah Kecamatan dan di bawah Kabupaten. Kawedanaan Rancah saat itu
dipimpin oleh seorang Wadana yang terkenalnya Wadana Kancing, Kawedanaan Rancah saat
itu berniat untuk membangun sebuah situ di kampung ini tepatnya di Kilanang yang sekarang
menjadi jalan menuju ke pesantren Al-Ulfah Karanganyar Rancah.

Ketika proyek pembuatan situ dimulai, ada seseorang yang datang dan memberitahu
bahwa Bupati Ciamis bermimpi mendapatkan wangsit dalam bahasa Sunda “Heug nyieun situ
di dinya tapi kabeh jadi tumbalna” yang artinya bisa membuat situ di sana tetapi semua
masyarakat harus menjadi tumbal. Namun ini masih belum dapat dipastikan apakah benar
Bupati Ciamis yang bermimpi atau Wadana Rancah.

Karena masalah itu akhirnya pembuatan situ dihentikan, dari saat itu kemudian
kampung ini dinamai Sitularang, yang diambil dari peristiwa pembuatan situ tetapi akhirnya
di larang. Setelah beberapa lama, kondisi masyarakatnya hidup biasa saja tidak ada yang maju
seorang pun bahkan lebih terpuruk dalam kehidupannya. Karena itu akhirnya Sitularang
dirubah nama menjadi Sukamulya yang saat itu dibawah kepemimpinan Kuwu atau Lurah yang
bernama Lurah Apih.

Namun, setelah beberapa lama keadaan masyarakat Sukamulya masih sama seperti
dulu, mungkin sudah menjadi suatu hal yang paten bagi maasyarakat Sukamulya bahwa ada
suatu perkataan dari seorang tokoh kala itu yang menyebutkaan bahwa masyarakat Sukamulya
memang sampai kapan pun tidak akan maju seperti orang-orang yang ada di kampung lain atau
di perkotaan, walaupun ada tetapi tidak akan sampai menduduki status yang lebih tinggi sampai
tua (kolot), hingga lama kelamaan bergantilah nama dari Sukamulya menjadi Tarikolot. Jadi,

11
sudah 3 kali berganti nama, mulai pertama Sitularang, berubah menjadi Sukamulya, dan
akhirnya menjadi Tarikolot sampai sekarang.

4.1.2 Lokasi Penelitian


Dalam Menyusun proposal penelitian ini, penulis melakukah penelitian di kampung
Tarikolot, RT 09/RW 12, Desa Situmandala, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, Provinsi
Jawa Barat.

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Eksistensi Budaya Membuat Sesajen saat Acara Pernikahan di Dusun Tarikolot
Setiap daerah pasti memiliki adat dan budaya tersendiri yang sangat beraneka ragam
dengan makna yang berbeda-beda, seperti di Kampung Tarikolot misalnya. Di kampung ini
masih terdapat beberapa ritual adat yang masih ada sampai saat ini, salah satunya adalah ritual
adat membuat sesajen saat akan melaksanakan pernikahan. Sesajen ini disebut dengan istilah
parawanten.

Menurut seorang sepuh yang bernama Ema Mimi, parawanten ini memang dibagi
menjadi beberapa bagian yang masing-masing nantinya diletakkan di tempat-tempat tertentu,
Adapun tempat untuk menaruh sesajennya adalah nampan dari bambu atau di Sunda dikenal
dengan nyiru, diatasnya terdapat kain putih, tikar putihan, cowet, kendi, lilin, bunga 7 rupa,
pisang raja, nasi kuning, buah-buahan, sayur-sayuran, pakaian sepasang pengantin, kelapa,
gula aren, bawang merah-bawang putih, kopi pahit-manis, telor mentah-masak, kemenyan,
beras, air 7 sumur, dan masih banyak lagi.

Pembuatan parawanten ini dilaksanakan sehari sebelum acara pernikahan, dan memang
diletakkan di tempat yang berbeda-beda. Yang pertama diletakkan di kamar atau tempat yang
tidak banyak dilalui orang atau kalau di Sunda ada tempat di dapur namanya goah, di sini
diletakkan oleh sesepuh kampung yang disebut sebagai Punduh, Punduh akan meletakkan
parawanten ini di goah sambil membaca doa. Kemudian ada lagi yang diletakkan di kamar
pengantin tepatnya di bawah ranjang pengantin yang dikenal dengan istilah ngadiukkeun, ini
dilakukan oleh orang yang khusus mengurus pengantin atau disebut dengan istilah Nini
Gugundi.

Menurut Ema Mimi ritual adat parawanten ini sangat penting dilakukan, karena sudah
dilaksanakan secara turun temurun dan jika ini tidak dilaksanakan maka katanya akan
membawa efek tersendiri bagi acara pernikahan dan bagi kehidupan pengantin itu sendiri.
Acara pernikahan yang tanpa melaksanakan ritual adat tersebut katanya acaranya akan terasa
kurang sakral atau kurang sempurna, dan bagi kehidupan pengantinnya dikatakan akan tidak
harmonis.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada Bapak Dadi dan Ibu Erna,
mereka menjelaskan bahwa saat mereka melaksanakan pernikahan dulu memang
melaksanakan ritual adat tersebut, dan memang segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

12
parawanten dipersiapkan oleh keluarga yang akan melaksanakan hajat pernikahan. Selain
membuat parawanten juga terdapat ritual adat bagi pengantin sebelum menginjak hari
pernikahan. Pak Dadi dan Ibu Erna menjelaskan bahwa pengantin seminggu sebelum menikah
dilarang bertemu, dilarang bepergian jauh, dan sebagainya.

Aki Ahmad beserta Nini Kursih yang merupakan sesepuh di kampung Tarikolot,
menjelaskan bahwa memang terdapat ritual adat sebelum pernikahan yaitu membuat sesajen
atau parawanten juga larangan bepergian jauh, larangan bertemu, larangan bekerja bagi
pengantin selama seminggu sebelum menikah yang dikenal dengan istilah dipingit.

Beliau mengatakan ritual adat ini memang masih dipertahankan secara turun temurun
sampai hari ini walaupun sekarang sudah banyak yang tidak melakukannya, tetapi kita sebagai
orang muda harus setidaknya mengetahui adat ritual turun temurun ini.

4.2.2 Cara Masyarakat Dusun Tarikolot Melestarikan Budaya Membuat Sesajen


Sampai Sekarang
Ema Mimi menuturkan bahwa ritual adat membuat sesajen atau parawanten memang
masih dipertahankan sampai sekarang bahkan beliau sendiri yang sering menjadi praktisi
membuat parawanten saat ada masyarakat yang akan melaksanakan pernikahan. Ema Mimi
berpendapat bahwa ini harus terus ada karena memang sudah warisan dari leluhur zaman dulu,
dan cara agar ritual ini tetap ada maka harus ada pewaris ke generasi selanjutnya agar bisa
paham bagaimana cara membuat dan mempersiapkan parawanten dan terus dilaksanakan setiap
ada masyarakat yang akan menikah.

Sementara di tempat lain, Aki Ahmad sebagai sesepuh di Kampung Tarikolot


mengatakan memang ritual adat ini sudah dilaksanakan secara turun temurun dari zaman dulu
nenek moyang atau di Sunda dikenal dengan istilah Karuhun. Tujuan adanya ritual parawanten
ini menurut beliau adalah sebagai simbol meminta keberkahan kepada sang pencipta untuk
kehidupan pengantin kedepannya.

Walaupun ini ritual yang sudah ada sejak zaman dulu, teetapi menurut Aki Ahmad ini
hanyalah sebuah adat kebudayaan yang ada di Masyarakat dan tidak wajib dilaksanakan setiap
akan melaksanakan pernikahan. Menurutnya, jika ini tidak dilaksanakan tidak akan ada
pengaruh apapun bagi pelaksanaan pernikahan atau sebagainya karena ini hanyalah adat
kebudayaan yang perlu dilestarikan dan anak muda harus tau tetapi tidak harus mesti
dilaksanakan.

“Zaman dulu mungkin masih kental dengan kepercayaan-kepercayaan leluhur yang


mengatakan bahwa kalau tidak melaksanakan riutal ini akan membawa malapetaka, tetapi
sekarang zamannya sudah berbeda dengan dulu”, ucap Aki Ahmad menegaskan.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesempulan
Dari semua hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada narasumber, penulis
membuat kesimpulan bahwa setiap daerah mempunyai adat kebudayaan yang masih ada
sampai sekarang. Salah satunya adalah adat membuat sesajen atau parawanten sebelum
melakukan pernikahan yang ada di Kampung Tarikolot.

Adat seperti ini memang sudah ada sejak zaman dulu dan sudah dilakukan secara turun
temurun, tetapi yang perlu diingat adalah ini bukan agama melainkan hanya adat kebudayaan
yang merupakan bagian dari kearifan lokal suatu daerah, jadi bagi yang ingin melakukannya
sebelum pernikahan silahkan dan tidak melaksanakan pun tidak apa-apa.

Percaya atau tidaknya terhadap mitos dilanggarnya membuat parawanten itu tergantung
bagaimana kita menyikapinya. Adapun mitos-mitos tidak membuat parawanten sebelum acara
pernikahan itu pernah terjadi, semuanya sudah menjadi tanda-tanda kebesaran sang pencipta.

5.2 Saran
Setelah penulis melakukan penelitian tentang eksistensi budaya membuat sesajen di
Kampung Tarikolot, penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Dalam hal ini penulis akan memberikan sedikit saran bagi semua pihak.

Diantaranya penulis berharap bahwa penelitian ini diharapkan bisa menjadi penambah
wawasan semua pihak terkait keberagaman adat kebudayaan yang ada di Indonesia, dan
peneliti berharap dengan penelitian ini semua pihak dapat menghargai dan melestarikan adat
kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya yang ada di sekitar kita.

14
DAFTAR PUSTAKA

Syahrul, S.Pd., M.Pd., Datuk Amirulah, S.Pd., M.Pd. 2020. BUKU AJAR PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL. Malang : CV. Literasi Nusantara Abadi

Triyono, Slamet. 2018. ANTROPOLOGI Untuk Siswa Kelas X. Bandung : Yrama Widya

Rohmah,Anisa Nur. 2016. ANTROPOLOGI Untuk Siswa Kelas X. Surakarta: Mediatama

Hardani, Dkk. 2020. METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF. Yogyakarta


: Pustaka Ilmu Group

Matondang Anwar Saiful, Yuda Setiawan. 2015. TEORI KEBUDAYAAN INTERAKSI LOKAL
DENGAN WISATA REGIONAL DAN GLOBAL. Medan : CV. Perdana Mitra Handalan

Dr. Humaeni Ayatullah M.A., Dkk. 2021. SESAJEN : MENELUSURI MAKNA DAN AKAR
TRADISI SESAJEN MASYARAKAT MUSLIM BANTEN DAN MASYARAKAT HINDU BALI.
Ciceri Serang Banten : LP2M UIN SMH Banten

http://jurnal.unimus.ac.id. Diakses Pada Hari Rabu Tanggal 30 Bulan Agustus Tahun 2023
Pukul 21.30 WIB

https://pasla.jambiprov.go.id/keberagaman-budaya-bangsa-dan-negara-indonesia/. Diakses
Pada Hari Senin Tanggal 21 Bulan Agustus Tahun 2023 Pukul !9.45 WIB

https://revou.co/panduan-teknis/teknik-analisis-data. Diakses Pada Hari Minggu Tanggal 10


Bulan September Tahun 2023 Pukul 11.35 WIB

https://majoo.id/solusi/detail/dokumentasi-adalah. Diakses Pada Hari Selasa Tanggal 12


Bulan September Tahun 2023 Pukul 07.51 WIB

15
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Biodata Narasumber dan Daftar Pertanyaan


1. Biodata Narasumber
Nama : Mimi
Alamat : Dusun Tarikolot, RT 09/RW 12, Desa Situmandala, Kec. Rancah
Umur : 60 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga-Petani
Waktu Wawancara : Jum’at, 6 Oktober 2023 Pukul 19.40 WIB

A. Daftar Pertanyaan
 Apakah benar di Kampung Tarikolot ada ritual membuat sesajen sebelum melaksanakan
acara pernikahan?
 Apa saja yang harus dipersiapkan untuk membuat sesajen tersebut?
 Kapan waktu membuat dan melaksanakan ritual sesajen itu?
 Bagaimana akibatnya jika akan melakukan pernikahan tetapi tidak melakukan ritual adat
membuat sesajen terlebih dahulu?
 Apakah ritual ini sudah ada sejak dulu?
 Apakah ritual adat ini masih dilakukan dan bagaimana cara agar ritual kebudayaan ini bisa
tetap ada sampai sekarang dan sampai generasi selanjutnya?

2. Biodata Narasumber
Nama : Ahmad
Alamat : Dusun Tarikolot, RT 09/RW 12, Desa Situmandala, Kec. Rancah
Umur : 65 Tahun
Pekerjaan : Kepala Rumah Tangga-Petani
Waktu Wawancara : Jum’at, 6 Oktober 2023 Pukul 20.50 WIB

A. Daftar Pertanyaan
 Apakah benar di Kampung Tarikolot ada ritual membuat sesajen sebelum melaksanakan
acara pernikahan?
 Apa saja yang harus dipersiapkan untuk membuat sesajen tersebut?
 Kapan waktu membuat dan melaksanakan ritual sesajen itu?
 Bagaimana akibatnya jika akan melakukan pernikahan tetapi tidak melakukan ritual adat
membuat sesajen terlebih dahulu?
 Apakah ritual ini sudah ada sejak dulu?
 Apakah ada pantangan-pantangan bagi orang yang hajat atau bagi pengantin sebelum
melaksanakan pernikahan?
 Apakah pantangan-pantangan tersebut benar adanya dan masih dipercayai oleh
masyarakat Kampung Tarikolot sampai sekarang?
 Apakah ritual adat ini masih dilakukan dan bagaimana cara agar ritual kebudayaan ini bisa
tetap ada sampai sekarang dan sampai generasi selanjutnya?

16
3. Biodata Narasumber
Nama : Kursih
Alamat : Dusun Tarikolot, RT 09/RW 12, Desa Situmandala, Kec. Rancah
Umur : 60 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga-Petani
Waktu Wawancara : Jum’at, 6 Oktober 2023 Pukul 20.50 WIB

A. Daftar Pertanyaan
 Apakah benar di Kampung Tarikolot ada ritual membuat sesajen sebelum melaksanakan
acara pernikahan?
 Apa saja yang harus dipersiapkan untuk membuat sesajen tersebut?
 Kapan waktu membuat dan melaksanakan ritual sesajen itu?
 Bagaimana akibatnya jika akan melakukan pernikahan tetapi tidak melakukan ritual adat
membuat sesajen terlebih dahulu?
 Apakah ritual ini sudah ada sejak dulu?
 Apakah ada pantangan-pantangan bagi orang yang hajat atau bagi pengantin sebelum
melaksanakan pernikahan?
 Apakah ritual adat ini masih dilakukan dan bagaimana cara agar ritual kebudayaan ini bisa
tetap ada sampai sekarang dan sampai generasi selanjutnya?

4. Biodata Narasumber
Nama : Dadi Supriadi
Alamat : Dusun Tarikolot, RT 09/RW 12, Desa Situmandala, Kec. Rancah
Umur : 52 Tahun
Pekerjaan : Kepala Rumah Tangga-Wiraswasta
Waktu Wawancara : Minggu, 15 Oktober 2023 Pukul 19.45 WIB

A. Daftar Pertanyaan
 Apakah benar di Kampung Tarikolot ada ritual membuat sesajen sebelum melaksanakan
acara pernikahan?
 Apa saja yang harus dipersiapkan untuk membuat sesajen tersebut?
 Kapan waktu membuat dan melaksanakan ritual sesajen itu?
 Siapakah yang harus mempersiapkan segala kebutuhan untuk membuat sesajen?
 Apakah ada pantangan-pantangan bagi pengantin sebelum melaksanakan pernikahan?
 Apakah pantangan-pantangan dan ritual adat membuat sesajen ini masih ada dan
bagaimana cara agar semua itu bisa tetap ada sampai sekarang dan sampai generasi
selanjutnya?

5. Biodata Narasumber
Nama : Ernawati
Alamat : Dusun Tarikolot, RT 09/RW 12, Desa Situmandala, Kec. Rancah
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

17
Waktu Wawancara : Minggu, 15 Oktober 2023 Pukul 19.55 WIB

A. Daftar Pertanyaan
 Apakah benar di Kampung Tarikolot ada ritual membuat sesajen sebelum melaksanakan
acara pernikahan?
 Apa saja yang harus dipersiapkan untuk membuat sesajen tersebut?
 Kapan waktu membuat dan melaksanakan ritual sesajen itu?
 Siapakah yang harus mempersiapkan segala kebutuhan untuk membuat sesajen?
 Apakah ada pantangan-pantangan bagi pengantin sebelum melaksanakan pernikahan?
 Apakah pantangan-pantangan dan ritual adat membuat sesajen ini masih ada dan
bagaimana cara agar ssemua itu bisa tetap ada sampai sekarang dan sampai generasi
selanjutnya?

6. Dokumentasi

18
B. Riwayat Hidup Penulis
Penulis proposal penelitian ini bernama lengkap Nadi Norhakiki atau yang dikenal
dengan sebutan Nadi, Kiki, dan dikenal juga Kang Nadi Cepot. Penulis lahir di Ciamis pada
tanggal 3 September 2006 dan sekarang berusia 17 tahun, Alamat penulis tinggal di Dusun
Tarikolot RT 09/RW 12 Desa Situmandala Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis Provinsi
Jawa Barat. Penulis dari kecil sampai sekarang mempunyai hobi terhadap kesenian Sunda
khusunya wayang golek, dan penulis juga bercita-cita ingin menjadi dalang kondang seperti
Alm. Abah H. Asep Sunandar Sunarya yang merupakan maestro wayang golek Indonesia.

Penulis mulai menempuh Pendidikan formal pertama di sekolah PAUD KOBER Al-
Huda Tarikolot, setelah lulus dari sana kemudian melanjutkan ke sekolah SDN 6 Situmandala,
setelah lulus selama 6 tahun kemudian kembali melanjutkan ke madrasah MTsN 5 Ciamis
(Cisontrol), dan setelah lulus selama 3 tahun kemudian melanjutkan kembali ke madrasah
aliyah MAN 6 Ciamis dan sekarang masih duduk di bangku kelas 11 tepatnya kelas 11 IPS 2.

19

Anda mungkin juga menyukai