Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN
“URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
DALAM KASUS PERUBAHAN PANCASILA MENJADI EKASILA DAN
TRISILA”

Disusun Oleh Kelompok 1 :


1. Rizka Aulia (2130103088)
2. Shirva Mustawida (2130103092)
3. Yola Mayerita (2130103014)
4. Yoga Tri Nanda (2130103013)

Dosen pembimbing :
Dewi Indriani tahniah, SHI.,M.Sy.

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
Tahun Pelajaran 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya jadi kami dapat
meyelesaikan makalah yang berjudul “Urgensi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Dalam
Kasus Perubahan Pancasila Menjadi Ekasila”. Makalah ini berisi tentang esensi dan urgensi pancasila
sebagai dasar negara, hubungan pancasila dengan proklamasi kemerdekaan RI, hubungan pancasila
dengan pembukaan UUD 1945, penjabaran pancasila dalam pasal-pasal UUD NKRI 1945, dan
implementasi pancasila dalam perumusan kebijakan.Penulisan makalah ini sedang lepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pesta. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha esa,
2. Orang tua kami, yang selalu memberikan dukungan dan doa restunya yang tidak pernah
berhenti,
3. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu perpisahan, yang selalu memberikan masuka
serta dukungan dalam pembuatan makalah ini.Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
katasempurna. Oleh karena itu, kamimeminta saran dan kritik yang membangun agar
kedepannya kami dapat membuat suatu makalahyang lebih baik lagi .Semoga makalah ini
dapatmemberikan manfaat untuk kita semua

Batusangkar, 12 september 2021


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................................................. iii

BAB I .......................................................................................................................................... 1
PEMBUKAAN ........................................................................................................................... 1
1.1. Pendahuluan ......................................................................................................................... 1
1.2. Latar belakang ...................................................................................................................... 3
1.3. Rumusan masalah ................................................................................................................. 9
1.4. Tujuan .................................................................................................................................. 9
BAB II ........................................................................................................................................ 10
ISI .............................................................................................................................................. 10
2.1 Pengertian dan sejarah perkembangan pancasila ................................................................... 10
2.2 Filsafat pancasila .................................................................................................................. 14
2.3 Revitalisasi dan internalisasi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ............... 14
2.4 Upaya penanaman nilai-nilai pancasila ................................................................................. 16
2.5 Tujuan dan urgensi pendidikan kewarganegaraan ................................................................. 17
Paradigma pendidikan kewarganegaraan .............................................................................. 18
BAB III ....................................................................................................................................... 19
PENUTUP .................................................................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 19
3.2 Saran .................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 19
ABSTRAK
Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian utuh dari sistem pendidikan nasional. Oleh
karena itu proses pendidikan kewarganegaraan perlu diwujukan dalam kurikulum dan pembelajaran
pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Fungsi dan peran dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan nasional, pendidikan kewarganegaraan dirancang, dikembangkan, dilaksanakan, dan
dievaluasi dalam konteks pengejawantahan tujuan pendidikan nasional. Ketiga hal tersebut merupakan
landasan dan kerangka pikir untuk memahami serta menerapkan pendidikan kewarganegaraan.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan kebutuhan yang sangat mendesak bagi bangsa dalam
membangun kehidupan yang aman, nyaman, damai, sejahtera. Dalam membangun demokrasi
berkeadaban dibutuhkan generasi bangsa yang cerdas, berkarakter kokoh. Ada beberapa alasan
mengapa pendidikan kewarganegaraan sangat dibutuhkan, pertama, meningkatnya gejala dan
kecenderungan tidak political literacy atau tidak “melek” politik dan tidak mengetahui cara kerja
demokrasidan lembaga-lembaganya; kedua, meningkatnya politichal apatishm yang ditunjukkan
dengan sedikitnya keterlibatan warga negara dalam proses-proses politik.
Pembentukan warga negara yang cerdas secara intelektual, emosional, sosial, serta spiritual
benar-benar merupakan tuntutan dan keniscayaan. Disinilah eksistensi pendidikan kewarganegaraan
menjadi sarana yang sangat pentingbagi negara-negara demokrasi termasuk negara indonesia agar
dapat melahirkan generasi bangsa yang mengetahui nilai-nilai kebangsaan berdasarkan pancasila dan
memiliki keterampilan yang diperlukan dalam mentransformasikan, mengaktualisasikan, dan
melestarikan segala hal yang dimiliki oleh nkri.
BAB I
PEMBUKAAN

1.1 PENDAHULUAN
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat diartikan kesimpulan
bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan
hidup bangsa indonesia, sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian
pertahanan bangsa dan negara. Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa indonesia
tak ada yang mampu menandinginya. Indonesia yang terdiiri atas berbagai dan suku bangsa dapat
dipersatukan oleh pancasil. Itu sebabnya sering kali pancasila dianggap sebagai ideologi yang sakti.
Siapa pun coba menggulingkannya,akan berhadapan langsung dengan seluruh komponen-komponen
kekuatan bangsa dan negara indonesia. Sebagai dasar negara republi indonesia ( way of life ),
pancasila nilai- nilainya telah dimiliki oleh bangsa indonesia sejak zaman dulu. Nilai –nilai tersebut
meliputi nilai budaya, adat – istiadat dan religiusitas yang diimplimentasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
Jati diri bangsa indonesia melekat kuat melalui nilai-nilai tersebut yang dijadikan pandangan
hidup. Tindak –tanduk serta perilaku masyarakat nusantara sejak dahulu kala telah tercermin dalam
nilai- nilai pancasila. Untuk itu, pendiri republik indonesia berusaha merumuskan nilai-nilai luhur itu
kedalam sebuah ideologi bernama pancasila.
1.2 LATAR BELAKANG
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran interdisipliner ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang cakupan dari disiplin ilmu negara, disiplin ilmu hukum,
disiplin ilmu pemerintah dan realita dari gejala –gejala kehidupan sosial masyarakat yang secara
kontenporer merupakan bagian cabang ilmu filsafat yang membicarakan tentang pengembangan
pendidikan nilai dan pendidikan pembentukan kepribadian warga negara, bangsa dan negara.
Sebagaimana menurut pasal 6 (ayat 1) peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 yang
menjelaskan bahwa: “mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian merupakan materi
pembelajaran yang memuat cakupan dari suatu mata pelajaran di dalam pengembangan pembentuk
kepribadian yang secara tujuan dan maksudnya merupakan usaha sadar untuk peningkatan kesadaran
dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan
yang dimaksud yaitu bagian yang termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara,
penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak,
dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme”. Sedangkan menurut nu’man sumantri
(2001, hlm. 299) yang mengemukakan pengertian pendidikan kewarganegaran sebagai berikut:
“pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang
diperluas dengan sumber- sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan
sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk
berpikir kritis, analisis, bersikap dan bertindak demokratis yang berdasarkan pancasila dan undang-
undang dasar negara republik indonesia tahun 1945”.
Pendidikan pada dewasa ini telah menjangkau disetiap sendi kehidupan manusia, begitu juga
maksud dan tujuan dari usaha pendidikan yang secara berlangsung bertujuan untuk membangun
potensi-potensi sumber daya yang ada dari dalam kehidupan manusia dengan mutu tujuan untuk
meningkatkan kualitas diri sebagai hamba tuhan yang maha esa, makhluk individu, sosial, religius,
dan estetika.
Demikian menurut ahmad tafsir (2004, hlm. 6) dikutip oleh heri gunawan (2017, hlm. 20) di
dalam judul buku pendidikan karakter konsep dan implementasi, yang menyebutkan bahwa :
“pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Pendidikan mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam pembentukan karakter, akhlak dan etika seseorang sehingga baik dan
buruknya akhlak seseorang sangat tergantung pada pendidikan. Pendidikan ikut mematangkan
kepribadian manusia sehingga tingkah-lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterima oleh
seorang baik pendidikan formal, informal maupun nonformal”.
Pendidikan sebagai suatu sistem, tidak lain ialah merupakan sesuatu sistem dari suatu totalitas
fungsional yang terarah pada suatu tujuan. Setiap dari subsistem yang ada merupakan bagian-bagian
dari dalam sistem tersebut, serta tersusun dan tidak dapat dipisahkan dari serangkaian unsur- unsur
atau komponen-komponen yang berhubungan baik secara dinamis maupun dalam keseluruhan pada
suatu kesatuan sistem tersebut. Sebagaimana penyelenggaraan pendidikan yang merupakan suatu
sistem dari prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional yang telah diatur berdasarkan undang-
undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, sebagaimana menurut ketentuan
umum pasal 1 (angka 1) undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
yang menjelaskan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk
dapat memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Demikian, makna di dalam dari tujuan dan fungsi pendidikan adalah untuk membentuk manusia
indonesia yang “paripurna” di dalam arti yang selaras, serasi, dan seimbang dalam pengembangan
jasmani dan rohani. Menurut pasal 3 undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang menyebutkan bahwa: “tujuan pendidikan indonesia adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab. Dan fungsi dari pendidikan indonesia adalah mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa”. Adapun menurut djumransjah (2006, hlm. 23) mengemukakan bahwa : “. . . .untuk
mencapai tujuan pendidikan di dalam upaya memajukan bangsa, terjadi suatu proses pendidikan atau
proses belajar yang akan memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang,
masyarakat, maupun negara, sebagai penyebab perkembangnya. Artinya dalam proses perkembangan
individu dan apa yang akan diharapkan darinya sebagai masyarakat dan bangsa”.
Pendidikan pada sifatnya adalah keseluruhan yang di aplikasikan untuk seutuhnya di dalam
kehidupan manusia yang secara menyeluruh merupakan ke –hakikian pendidikan di dalam usaha sadar
dan terencana untuk menciptakan suasana belajar sepanjang hayat atau makna dari hakikat belajar
adalah seumur hidup dan sebisanya mampu melampaui maksimal batas-batas dari lembaga, program,
dan metode yang dengan kemudian memaksakan atau dapat dipaksakan untuk dapat kepadanya agar
sebisanya melaksanakan semuanya sepanjang masa. Sebagaimana pendidikan bagi dalam diri
seseorang adalah sesuatu yang lahiriah dan batiniah.
Aktivitas pendidikan merupakan serangkaian kegiatan aktivitas yang membangun sumber daya
manusia di dalam membangun karakter mulia melalui proses pembelajaran. Aktivitas di dalam proses
pendidikan berlangsung selama peserta didik berada di dalam lingkungan sekolah. Demikian sekolah
merupakan tempat terlaksananya segala program dari pelaksanaan dan penyelenggaraan berbagai
unsur aktivitas dari tindakan pendidikan di dalam merencanakan dan membudayakan budaya yang
berguna bagi peserta didik, termasuk di dalam setiap kegiatan aktivitas pendidikan yang menjadikan
budaya sekolah sebagai pusat dari berkembang dan membudaya-nya budaya transional yang secara
konstruksi memiliki arah relevansi kesinambungan di dalam perkembangan signifikasi olah dari
pembangunan karakter yang mulia bagi memperkaya pembangunan manusia yang cerdas serta
terampil di dalam mengolah daya keterampilannya. Di dalam membangun karakter yang mulia perlu
adanya pengembangan nilai/karakter yang mencangkup keseluruhan jasmani dan rohani pada
kecakapan psikis maupun fisik di dalam mengembangkan nilai/karakter yang mulia.
Menurut heri gunawan (2017, hlm. 97) mengemukakan bahwa: “pengembangan nilai/karakter
dapat dilihat pada dua latar yaitu pada latar makro dan latar mikro. Latar makro bersifat nasional yang
mencangkup keseluruhan konteks perencanaan dan implementasi pengembangan nilai/karakter yang
melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan nasional, . . . . Sedangkan pada konteks mikro,
pendidikan karakter berpusat pada satuan pendidikan formal, dan non formal secara holistik”.
Demikian pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan komponen –
komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara
bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi
yang kuat untuk melaksanakannya, baik secara peribadi terhadap tuhan yang maha esa, dirinya,
sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia international.
Karakter dalam pendidikan merupakan bagian usaha sadar dan terencana dari tujuan dan fungsi
pendidikan di dalam melaksanakan dan menjalankan kepentingan pendidikan pada olah sumber daya
pembangunan di dalam olah meningkatkan pembangunan indek manusia indonesia yang seutuhnya.
Karakter yang menjadi tanda dari menandai diri individu seseorang di dalam memiliki kepribadian
yang secara asumsi memberikan sumbangan nilai dari usaha pencapaian moralitas kepribadian
terhadap usaha sadar dan terencana pada pembentukan jati diri warga negara di dalam olahan dari
implementasi pendidikan yang secara usaha sadar dan terencana adalah untuk membentukan karakter
warga negara sejak dini di mulai dari sejak jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
menengah atas/kejuruan, dan perguruan tinggi hingga pemberdayaan masyarakat luas.
Demikian menurut heri gunawan (2017, hlm. 200) mengemukakan tentang pendidikan karakter,
“ pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana yang
menandai/tanda dari serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna
membangun karakter yang menjadikan diri pribadi dan/atau kelompok yang unik-baik sebagai
implementasi warga negara yang baik”. Adapun karakter yang menjadi implementasi dari pendidikan
karakter berdasarkan karakter yang dikembangkan adalah menurut kemendiknas (2010) dikutip oleh
heri gunawan (2017, hlm. 32) mengemukakan bahwa : berdasarkan kajian nilai –nilai agama, norma-
norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip ham telah teridentifikasi 80 butir nilai
karakter yang kemudian dikelompokkan menjadi lima yaitu:
1) Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan tuhan yang maha esa;
2) Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya diri sendiri ;
3) Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya sesama manusia;
4) Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungan; serta
5) Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan kebangsaannya.

Pendidikan karakter pada pelaksanaannya ialah merupakan implementasi dari mengintegrasikan


konsep pada ajaran nilai-nilai dasar acuan kehidupan yang terdapat pada proses pembentukan
kepribadian warga negara yang sejatinya adalah untuk membentuk akhlak moral warga negara yang
baik agar bisa mengamalkan amalan nilai-nilai yang telah di ajarkan melalui pengintegrasian materi
ajar maupun ke dalam pengintegrasian dalam proses pembelajaran yang cakupan nilai-nilai tersebut
ada pada konsep pengintegrasian bahan ajar yang secara rencana pelaksanaan pembelajaran tersusun
ke dalam materi (teori maupun konsep) pada proses dan evaluasi pembelajaran.
Menurut heri gunawan (2017, hlm. 214) menjelaskan bahwa sebagaimana yang dinyatakan di
dalam buku panduan pendidikan karakter yang dikeluarkan oleh kemendiknas (2010) bahwa yang
dimaksud dengan pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah
pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai dan
penginternalisasian nilai-nilai kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses
pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.
Sedangkan menurut ahmad tafsir (1995, hlm. 8) yang dikutip oleh heri gunawaan (2017, hlm.
91) di dalam judul buku pendidikan karakter konsep dan implementasi menjelaskan bahwa : guru atau
pendidik adalah orang yang menjadi panutan anak peserta didik.setiap anak mula-mula mengagumi
kedua orang tuanya.semua tingkah laku orang tua ditiru oleh anak-anaknya.ketika itu orang tua perlu
memberikan keteladanan yang baik kepada anak-anaknya. Ketika akan makan misalnya orang tua
membaca basmalah, anak menirukannya. Tatkala orang tua shalat, anak diajak untuk melakukannya,
sekalipun mereka belum tahu cara bagaimana membacanya.
Oleh sebab itu, memahami akan hakikat dari kepribadian manusia yang merupakan pesona dari
kualitas dari perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap
lingkungannya. Sebagaimana menurut isjoni (2007: hlm. 57) dikutip oleh heri gunawan (2017, hlm.
57) di dalam judul buku pendidikan karakter konsep dan implementasi yang mengemukakan tentang
pendapat dari salah satu tulisan isjoni bahwa: “kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang
terdiri atas unsur fisik (jasmani) dan psikis(rohani) dalam makna demikian bahwa seluruh sikap dan
perbuatan seseorang merupakan gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukannya secara sadar”.
Kenyataan di lapangan menunjukkan berbagai banyak permasalahan yang ada dalam proses kegiatan
pembelajaran terutama pada giat pengembangan nilai-nilai karakter, sebagaimana setelah peneliti
melakukan pengamatan ke lapangan selama ppl di sma negeri 22 bandung.
Ada beberapa permasalahan yang ditemui di dalam proses pembelajaran seperti adanya masalah
distortasi nilai karakter dari giat pengembangan nilai karakter peserta didik, seperti
1) Rendahnya partisipasi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
2) Rendahnya tanggung jawab peserta didik di dalam mengerjakan pekerjaan tugas seperti
tugas pekerjaan rumahdan tugas mandiri lainnya,
3) Kurangnya kontrol dari sikap pengendalian diri peserta didik di dalam mengolah
keterampilan kepribadian diri sendiri di dalam mendemonstrasikan kegiatan pembelajaran,
4) Guru dan siswa kurang terlihat tidak akrab (acuh tak acuh) lagi, dan
5) Di dalam proses penyampaian materi pembelajaran masih terdapat beberapa dari peserta
didik yang sering keluar kelas dengan alasan yang beragam pula ketika pada waktu jam
pembelajaran sedang berlangsung di kelas, serta
6) Sering terdengar adanya kata-kata yang tidak etis yang diungkapkan oleh peserta didik
dan peserta didik sering berkelakuan yang kurang etis seperti bersikap yang tidak sopan
terhadap guru dan se-biasanya sering juga memperlihatkan perilaku distruktif nilai dengan
contoh seperti terlihat adatingkah laku sebagian dari beberapa peserta didik yang sering
mempengaruhi kawan-kawan sejawatannya untuk mengikuti kehendak perilakunya
(perilaku yang serupa dengan dirinya atau untuk berperilaku yang kurang sopan/tidak etis
di hadapan guru atau teman sejawatan yang lainnya).

Hal ini dapat di buktikan betapa rendahnya kualitas akhlak moral peserta didik di dalam
mengolah instrumen dari realisasi nilai-nilai karakter yang terdapat di dalam materi implementasi dari
pendidikan kepribadian yang pada konsep dasarnya merupakan tedensi dari perkembangan pendidikan
nilai dan moral, sebagaimana tujuan dari pendidikan moral adalah untuk bisa menghasilkan individu
yang otonom, memahami nilai-nilai moral dan memiliki komitmen untuk bisa bertindak konsisten
dengan merealisasikan dari nilai-nilai tersebut. Tentunya, memahami kondisi negatif ini seharusnya
perlu di cari solusinya meski harus mengalami betapa pun itu sulitnya di dalam pencarian dari solusi
alternatif yang terbaik guna bagi usaha meningkatkan kualitas pendidikan yang pada seyoganya perlu
diperhatikan dan di upayakan terutama terhadapa di dalam membangun mutu kualitas pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan untuk sebagai tindakan dari usaha sadar dan terencana dalam
bagaimana meningkatkan kualitas akhlak dari subjek peserta didik, yang pada kontestasi bahwa
memahami akan dari mula peserta didik maka akan berdampak pada kualitas akhlak bangsa indonesia.
Dengan oleh sebab niat yang baik dan komitmen yang tinggi serta diyakini bahwa dengan
melalui proses peranan pendidikan karakter dalam upaya membangun akhlak moral siswa di
lingkungan sekolah dapat menjadi bahan rujukan dari olah pengembangan mutu pemberdayaan
pendidikan pancasila dan kewarganegaran yang sekaligus merupakan bagian usaha sadar dari tindakan
usaha bersama untuk dapat memperkembangkan daya olah dari jenjang pertumbuhan kehidupan
manusia agar dapat bisa menjadikan manusia yang berkarakter berakhlak moral yang mulia. Demikian
sebagaimana ungkapan kalimat yang menjadi motivasi penelitian ini yakni adalah manusia yang
berkualitas adalah manusia yang berkarakter. Begitu juga di dalam diri manusia yang berkarakter maka
akan menempatkan manusia itu sendiri pada tempat manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan
yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
demokratis serta bertanggung jawab. Hari depan adalah milik mereka yang menyatukan kritik,
partisipasi, demokratis dan imajinasi dengan kekuatan diri dari pengembangan kepribadian diri dalam
jiwa akhlak moral yang beribawa.
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Menelusururi konsep dan urgensi pendidikan pancasila?
2. Bagaimana esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar negara?
3. Apa saja sumber historis, sosiologias, politis pendidikan pancasila?
4. Apa argumen tentang dinamika dan tatangan pendidikan pancasila?
5. Bagaimana konsepsi dan urgensi pendidikan pancasila untuk masa depan?

1.4 TUJUAN
2. Untuk mengetahui konsep dan urgensi pendidikan pancasila
3. Untuk menetahui esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar negara
4. Untuk menggali sumber historis, sosiologias, politis pendidikan pancasila
5. Untuk memberikan argumen tentang dinamika dan tantangan pendidikan pancasila
6. Untuk mendiskripsikan esensi dan urgensi pendidikan pancasila untuk masa depan
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Dan Sejarah Perkembangan Pancasila

Secara etimologi dalam bahasa sansekerta (bahasa brahmana india), pancasila berasal dari kata
‘panca’ dan ‘sila’. Panca artinya lima, sila atau syila yang berarti batu sendi atau dasar. Kata sila bisa
juga berasal dari kata susila, yang berarti tingkah laku yang baik. Jadi secara kebahasaan dapat
disimpulkan bahwa pancasila dapat berarti lima batu sendi atau dasar. Atau dapat juga berarti lima
tingka laku yang baik.secara terminologi, pancasila digunakan oleh bung karno sejak sidang bpupki
pada 1 juni 1945 untuk memberi nama pada lima prinsip dasar negara.1eksistensi pancasila tidak dapat
dipisahkan dari situasi menjelang lahirnya negara indonesia merdeka pada 17 agustus 1945.
Setelah mengalami pergulatan pemikiran, para pendiri bangsa ini akhirnya sepakat dengan lima
pasal yang kemudian dijadikan sebagai landasan hidup dalam berbangsa dan bernegara.pancasila
dirumuskan berbeda-beda oleh para perumusnya di masa lalu dan sempat mengalami beberapa
perubahan dari waktu ke waktu hingga mencapai rumusan yang sah secara konstitusional dan dipakai
hingga dewasa ini.
Menurut mr. Mohammad. Yamin sebagaimana yang disampaikan dalam sidang bpupki pada 29
mei 1945, isinya sebagai berikut:
(1) Prikebangsaan
(2) Prikemanusiaan
(3) Priketuhanan
(4) Prikerakyatan
(5) Kesejahteraan rakyat.
Sedangkan menurut soekarno yang disampaikan pada 1 juni 1945 di depan sidang bpupki,
pancasila memuat hal sebagai berikut:
(1) Nasionalisme atau kebangsaan indonesia
(2) Internasionalisme atau prikemanusiaan
(3) Mufakat atau demokrasi
(4) Kesejahteraan sosial dan
(5) Ketuhanan yang berkebudayaan.
Pancasila dalam piagam jakarta yang disahkan pada 22 juni 1945 adalah sebagai
Berikut:
(1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk pemeluknya,
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
(3) Persatuan indonesia,
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan,
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Rumusan piagam jakarta tersebut kemudian mengalami perubahan, dan perubahan ini yang
kemudian dianggap sah secara konstitusional sebagaimana tercantum dalam pembukaan uud 1945,
yaitu:
(1) Ketuhanan yang maha esa,
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
(3) Persatuan indonesia
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Berbeda dengan latar belakang sejarah perkembangan negara modern di inggris, amerika, prancis
dan rusia, negara indonesia perjuangan untuk terwujudnya negara modern diwarnai dengan penjajahan
bangsa asing selama 3,5 abad serta akar budaya yang dimilikinya, yang merupakan local wisdom
bangsa indonesia sendiri. Pengalaman sejarah ini memberikan warna sendiri terhadap indonesia dalam
merumuskan negara modern yang demokratis yang berbeda dengan negara-negara lain.

Indonesia resmi sebagai sebuah bangsa, lahir sejak diikrarkannya sumpah pemuda 28 oktober
1928. Sebuah ikrar perjanjian luhur (mu’a>hadah) pemuda-pemudi indonesia yang bertekad untuk satu
bangsa, satu tanah air dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa indoensia. Peristiwa tersebut
merupakan eskalasi tekad bangsa indonesia untuk bersama-sama merebut kemerdekaan dari
cengkrama penjajah, sehingga kemerdekaan berhasil diwujudkan beberapa tahun kemudian.
Perjanjian luhur yang diikrarkan perjanjian luhur yang diiklarkan bangsa indonesia, tidak semata
di bangun atas kesamaan perangai, melainkan lebih pada kesadaran geo-politik, cita-cita, dan nilai-
nilai luhur hidup dan mengakar dalam kepribadian bangsa indonesia. Menurut bung karno, bangsa
indonesia melewati perjuangan panjang dengan mempersembahkan segenap pengorbanan dan
penderitaan. Bangsa indonesia lahir menurut cara, dan jalan yang ditempuhnya sendiri, yang
merupakan hasil antara proses sejarah, tantangan perjuangan, dan cita-cita masa depan, yang secara
keseluruhan membentuk karakter kepribadiannya. Karakter kepribadian bangsa indonesia inilah yang
selanjutnya ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara yakni pancasila. Karena itu,
pancasila tidak lahir secara tiba-tiba pada 1 juni 1945.

Pancasila merupakan penjelmaan dari jiwa dan kepribadian bangsa indonesia yang telah hidup
sejak dahulu hingga sekarang. Pancasila adalah filsafat dan pandangan hidup yang digali melalui
pemikiran sedalam-dalamnya dari budaya, sifat dan cita-cita bangsa yang di yakini sebagai kenyataan
norma-norma dan nilai-nilai yang paling benar, paling adil, paling baik, dan paling sesuai bagi bangsa
indonesia.
Pancasila merupak titik temu dari pluralitas bagi bangsa indonesia nkri yang menjadi perjanjian luhur
bangsa, dan pancasila menjadi payung kebinekaannya.

Menjaga perjanjian luhur anak bangsa merupakan tugas bagi generasi bangsa. Oleh karena itu,
ormas-ormas islam di indonesia termasuk nu sejak awal hingga era kemerdekaan, era ordelama, era
ordebaru, dan era reformasi, senantiasa menunjukkan kesetiaan dan komitmen dan nkri sebagai negara
bangsa dan pancasila sebagai lambang dasarnya.kesetiaan dan komitmen nu, ini bisa dilihat dalam
lintasan sejarah indonesia:
1. Tahun 1936 dalam muktamar di banjarmasin, nu mengukuhkan piagam indonesia
sebagai negara bangsa.
2. Tahun 1945-1946, nu mendeklarasikan resolusi jihad untuk mempertahankan
kemerdekaan indonesia.
3. Tahun 1954 dalam munas se-indonesia di cipanas bogor, nu menetapkan piagam waliy
al-amri al-d}oru>ri bi al-shaukah untuk legitimasi kekuasaan soekarno sebagai presiden
ri yang sah.
4. Tahun 1967 dalam muktamar di bandung, nu mengeluarkan deklarasi pancasila.
5. Tahun 1983 dalam munas alim ulama nu di situbondo, nu membuat piagam
hububangan agama dan pancasila.
6. Tahun 2006 dalam munas dan konbes nu di surabaya ditetapkan maklumat nu yang
meneguhkan kembali komitmen kebangsaan untuk mempertahankan dan
mengembangkan pancasila dan uud 45 dalam wadah nkri.
7. Tahun 2011 dalam harlah nu ke-85 nu mengeluarkan maklumat untuk menyelamatkan
nkri dan pancasila dari fundamentalime agama (radikalisme) dan fundamentalime pasar
(liberalisme).

Sikap NU dan juga ormas-ormas lain di indonesia yang mendukung pancasila bukan tanpa
alasan. Mereka berfikir, bahwa selama ini ideologi ini dianggap mampu mewujudkan kemaslahatan
umat dan menjaga stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila dianggap mampu
mewadahi kebinekaan yang ada di indonesia. Sejarah membuktikan bahwa wacana-wacana untuk
mengganti pancasila dengan ideologi lain hanya membawa dampak keburukan dan kekisruhan politik,
ini seperti terlihat dari adanya upaya di/tii, pki, dan belakangan ini, yakni wacana khilafah yang
diusung oleh hti.
Menurut kaelan, pancasila sebagai dasar negara republik indonesia sebelum disahkan pada
tanggal 18 agustus 1945 oleh ppki, nilai-nilainya telah ada pada bangsa indonesia sejak zaman dahulu
kala sebelum bangsa indonesia mendirikan negara, yang berupa nilai adat istiadat, kebudayaan serta
nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-
hari sebagai pandangan hidup, sehingga matari pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain
adalah bangsa indonesia sendiri, sehingga bangsa indonesia sebagai kausa materialis pancasila. Nilai-
nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk
dijadikan sebagai dasar filsafat negara indonesia.

Dalam perspektif historis, kelahiran, perumusan dan pengesahan pancasila melewat perdebatan,
pembahasan dan kajian yang cukup lama yang melibatkan berbagai pihak dan kelembagaan
yakni badan penyidik usaha kemerdekaan indonesia (bpupki), panitia sembilan dan terakhir
panitia persiapan kemerdekaan indonesia (ppki).

1. Sidang bpupki pertama (28 mei-1 juni 1945)dalam sidang pertama ini diisi dengan beberapa
tokoh yang berpidato mengemukakan gagasannya masing masing tentang konsep negara.
Sesuaikesepakatan, tokoh yang berpidato pertama adalah mr. Mohammad yamin.
Yamin mengusulkan usulan (lisan) rumusan dasar negara indonesia sebagai berikut:
1. Prikebangsaan,
2. Prikemanusiaan
3. Priketuhanan
4. Prikerakyatan dan
5. Kesejahtraan rakyat.
Selain usulan lisan tersebut mohammad yamin kemudian mengusulkan usulan tertulis mengenai
dasar negara kebangsaan dengan rumusan sebagai berikut:
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kebangsaan persatuan indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Di hari selanjutnya (31 mei) yang mendapat giliran menyampaikan pidato adalah prof. Dr.
Soepomo. Berbeda dengan yamin, soepomo mengemukakan gagasan sebagai berikut:
 Teori negara perseorangan (individualis) sebagaimana diajarkan oleh thomas hobbes
(abad 17) dan jean jacques rousseau (abad 18) herbert spencer (abad 19), hj. Laski (abad
20). Menurut paham tersebut, negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang
disusun atas kontrak seluruh individu (contract social). Selain teori negara perseorangan
tersebut, soepomo juga mengajukan teori perbandingan,
 Paham negara kelas (class theory) yang merupakan gagasan marx, engels dan lenin, dan
 Paham negara integralistik yang diajarkan spinoza, ada, muller, hegel (abad 18 dan 19).
Pada tahap selanjutnya soepomo mengusulkan usulan rumusan lima besar dasar negara
sebagai berikut
a. Persatuan
b. Kekeluargaan
c. Keseimbangan lahir batin
d. Keadilan rakyat.

Pada tanggal 1 juni, giliran soekarno yang menyampaikan pidato yang disampaikan tanpa teks.
Soekarno mengusulkan adanya dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang rumusannya adalah
(1) Kebangsaan (nasionalisme),
(2) Perikemanusiaan (internasionalisme)
(3) Mufakat (demokrasi)
(4) Keadilan sosial
(5) Ketuhanan yang maha esa.
Setelah usulan-usulan tersebut ditampung maka kemudian dibentuk panitia kecil yang berjumlah
delapan orang yang kemudial dikenal dengan ‘panitia 8’ yang bertugas untuk menyusun dan
mengelompokkan semua usulan tertulis. Anggota panitia delapan tersebut terdiri dari:
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs moh. Hatta
3. M. Soetardjo kartohadikoesomo
4. Kh. Wahid hasyim
5. Ki bagus hadikusumo
6. Rd. Otto iskandardinata
7. Mohammad yamin
8. Mr. Alfred andre maramis.
Setelah panitia kecil tersebut bekerja meneliti dan berusaha merumuskan, maka kemudian
diketahui terjadi perbedaan pendapat diantara para anggota. Anggota yang beragama islam
menghendaki bahwa negara berdasarkan syariat islam, sedangkan yang berhaluan nasionalis
menghendaki bahwa negara tidak berdasarkan hukum agama tertentu. Maka untuk mengatasi hal
tersebut maka dibentuklah panitia yang terdiri dari sembilan orang yang kemudian dikenal dengan
‘panitia 9’ yaitu:
(1) Ir. Soekarno (ketua)
(2) Mr. Yamin
(3) Kh. Wahid hasyim
(4) Drs. Moh. Hatta
(5) Kh. Abdul kahar moezakir
(6) Mr. Maramis
(7) Mr.soetardjo kartohadikoesoemo
(8) Abi kusno tjokrosoejoso
(9) H. Agus salim.8

Pantia sembilan bersidang pada tanggal 22 juni 1945 menghasilkan kesepakatan akan lima
pasal/konsep dasar negara yang kemudian dipopulerkan oleh mohammad. Yamin dengan sebutan
piagam jakarta. Lima pasal tersebut adalah:
(1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya.
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
(3) Persatuan indonesia
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

2. Sidang bpupki ke dua (10-16 juli 1945) sidang kedua ini berisi diantaranya penjelasan
soekarno terhadap rumusan piagam jakarta yang telah disepakati. Semua menerima dengan bulat, baik
golongan islamis maupun nasionalis. Sidang bpupki kedua ini lebih menekankan pembicaraan
rumusan undang-undang dasar, dan susunan pemerintahan negara yang terdapat dalam penjelasan
uud.10
3. Sidang ppki pertama (18 agustus 1945) sala satu perubahan terjadi dalam pancasila adalah
pada sidang pertama panitia persiapan kemerdekaan indonesia yang dilaksanakan 18 agustus 1945.
Dalam rapat tersebut, 20 menit sebelum rapat dimulai diadakan pertemuan yang membahas beberapa
perubahan terhadap piagam jakarta terutama pada sila pertama. Pertama ini kemudian menghasilkan
rumusan dan kesepakatan dengan mengurangi beberapa redaksi kalimat pada sila pertama, menjadi
‘ketuhanan yang maha esa’sebagaimana yang kita lihat sekarang ini.11 sidang ppki dilaksanakan
hingga empat kali. Namun bangun rumusan final pancasila mencapai kesepakatan pada sidang yang
pertama ini. Pada sidang-sidang selanjutnya lebih menitikberatkan membentuk konsep pemerintahan,
pembagian wilayah dan membentuk komite nasional.
2.2 Filsafat Pancasila

Filsafat pancasila merupakan salah satu fungsi pancasila, yaitu sebagai filsafat negara untuk
diterapkan pada masyarakatnya. Filsafat menurut kamus besar bahasa indonesia (kbbi) adalah
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya. Filsafat pancasila artinya menggunakan nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bernegara.
Pancasila sebagai filsafat ini adalah perluasan dari fungsi pancasila sebagai dasar dan ideologi
indonesia.sebagai filsafat negara, tentunya pancasila harus berperan sebagai pandangan hidup oleh
semua masyarakatnya. Filsafat pancasila: pengertian, fungsi, dan tujuan

 Fungsi filsafat pancasila


Berikut ini adalah fungsi filsafat pancasila bagi negara indonesia:
1. Pancasila sebagai jiwa bangsa indonesiasetiap bangsa mempunyai jiwanya masing-
masing. Pancasila sebagai jiwa bangsa indonesia berfungsi agar indonesia tetap hidup
dalam jiwa pancasila.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa indonesia. Fungsi pancasila sebagai kepribadian
bangsa yaitu sebagai hal yang memberi ciri khas bagi bangsa dan menjadi pembeda dari
bangsa lain.
3. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Fungsi pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum yaitu mengatur semua hukum yang berlaku di negara
indonesia. Semua hukum harus patuh dan menjadikan pancasila sebagai sumbernya.
Artinya setiap hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan pancasila.
4. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia. Fungsi pancasila sebagai
pandangan hidup adalah masyarakat indonesia harus menjadikan pancasila sebagai
petunjuk atau pedoman kehidupan sehari-hari.
5. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa indonesia

Pancasila dimuat di pembukaan uud 1945, hal ini menjadikan pancasila sebagai tujuan dan cita-
cita bangsa indonesia.

 Tujuan filsafat pancasila


Untuk menciptakan bangsa yang religius dan taat kepada tuhan yang maha esa.2. Menjadi
bangsa yang menjunjung keadilan, baik secara sosial maupun ekonomi.3. Menjadi bangsa yang
menghargai hak asasi manusia (ham), seperti yang dirangkum dalam hubungan ham dengan pancasila
sebagai dasar negara kita.4. Untuk menciptakan bangsa yang menjunjung tinggi demokrasi.5. Menjadi
bangsa yang nasionalis dan mencintai tanah airnya, yaitu tanah air indonesia.

2.3 Revitalisasi Dan Internalisasi Pancasila Dalam Kehidupan


Berbangsa Dan Bernegara
Apa itu revitalisasi nilai nilai pancasila? Berdasarkan salah satu buku kewarganegaraan,
dituliskan bahwa revitalisasi nilai-nilai pancasila adalah usaha bersama komponen bangsa indonesia
untuk mengembalikan nilai- nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai konsensus sekaligus
sebagai identitas nasional (baca pengertian identitas nasional) yang selama ini mengalami berbagai
penyimpangan.
Revitalisasi merupakan bentuk penyadaran bagi masyarakat bahwa hidup di indonesia harus
mempunyai kesiapan lahir dan batin, mental dan spiritual untuk menghargai dan menerima perbedaan,
menghormati dan menerima keragaman suku, agama, ras, dan golongan yang masing-masing memiliki
kepentingan yang berbeda, tetapi dalam satu wadah yaitu indonesia.
Oleh karena itu, beragam gerakan radikalisme (baca pengertian radikalisme) dan anarkisme
(baca pengertian anarkisme) dengan mengatasnamakan agama harus secepatnya diselesaikan. Nilai-
nilai pancasila harus benar-benar terinternalisasi (baca pengertian internalisasi) dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat indonesia.
Selanjutnya masuklah kita kebagian apa nilai nilai pancasila yang harus direvitalisasi, nilai-nilai
yang terkandung di dalam pancasila itu adalah:

A. Nilai ketuhanan dalam pancasila


Didalam nilai ketuhanan pancasila, terkandung butir nilai berupa:
Percaya dan takwa kepada tuhan yang maha esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, hormat dan
menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing.tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

B. Nilai kemanusiaan
Dalam sila kedua pancasila terdapat nilai kemanusiaan yang didalamnya terdapat butri-
butir nilai,
berikut nilai nilai yang terkandung dalam nilai kemanusian tersebut:mengakui persamaan
derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
o Saling mencintai sesama manusia.
o Mengembangkan sikap tenggang rasa,
o Tidak semena-mena terhadap orang lain,
o Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
o Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
o Berani membela kebenaran dan keadilan.

Bangsa indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat dunia internasional dan dengan
itu harus mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

C. nilai persatuan pancasila


Sila ketiga mengandung nilai persatuan. Dalam nilai persatuan pancasila terdapat beberapa butir
butir nilai lagi, berikut nilai niai tersebut:
 Menjaga persatuan dan kesatuan negara kesatuan republik indonesia.
 Rela berkorban demi bangsa dan negara.
 Cinta akan tanah air.
 Berbangga sebagai bagian dari indonesia.
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-bhinneka tunggal
ika.
D. Nilai kerakyatan pancasila
Selanjutnya kita masuk ke sila ke-4 pancasila. Dalam sila ke-4 pancasila terdapat nilai
kerakyatan, sesuai teksnya. Adapun dalam nilai kerakyatan tersebut, selanjutnya terbagi atas beberapa
nilai nilai penjelas berupa:
 Mendahulukan kepentingan negara dan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
 Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil keputusan bersama .
 Berembug atau bermusyawarah hingga mendapatkan konsensus atau kata
mufakat/kesepakatan dalam musyawarah yang diliputi dengan semangat kekeluargaan
(tidak saling mencederai ataupun menzholimi orang lain).
E. Nilai keadilan pancasila
Sila terakhir pancasila, sesuai teksnya, terdapat nilai keadilan. Nilai keadilan dalam pancasila
kemudian terbagi lagi atas beberapa poin nilai lain yaitu sebagai berikut:
 Berperilaku dan bersikap adil terhadap sesama.
 Menghormati dan mengakui hak-hak orang lain.
 Menolong sesama.
 Menghargai orang lain
 Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama.
 Demikianlah nilai nilai yang terkandung dalam pancasila tersebut. Lalu setelah kita
mengetahui nilai nilainya, apa yang harus dilakukan dalam konteks revitalisasi dan
internalisasi nilai nilai pancasila. Berikut penjelasannya….

2.4 Upaya Penanaman Nilai Nilai Pancasila

Usaha usaha dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai, pancasila haruslah menjadi nilai
dasar bagi penyusunan norma hukum di indonesia. Kemudian, nilai pancasila dijabarkan lebih detail
lagi ke dalam pelbagai peraturan perundangan, contohnya ketetapan mpr, undang-undang, peraturan
pemerintah pengganti undang-undang, keputusan presiden, peraturan presiden, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, apabila terdapat aturan aturan yang tidak sejalan dengan nilai nilai yang ada dalam
pancasila atau bahkan melanggar nilai pancasila tersebut, maka sudah seharusnya tidak dimasukkan
atau dihapuskan. Disinilah tugas seorang dpr melalui konstituennya yaitu masyarakat yang memilih
mereka menyuarakan hal tersebut. Salah satu untuk menunjukan etikat tersebut umumnya melalui
demonstrasi.

Upaya atau usaha lain agar terwujudnya pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan pancasila sebagai sumber nilai bagi pembentukan norma etik dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dalam hal itu, pancasila menjadi sumber etik dalam pelbagai hal, contohnya:

A. Etika sosial dan budaya


Apa yang dimaksud dengan nilai pancasila dalam etika sosial dan budaya? Menurut kaelan etika
sosial dan budaya ini dimaksudkan agar segala hak dan kewajiban baik moral maupun hukum dalam
hubungan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara senantiasa diukur berdasar filosofi manusia sebagai
makhluk sosial.

B. Etika pemerintahan dan politik


Apa yang dimaksud dengan memasukkan nilai pancasila dalam etika pemerintahan dan politik ?
Etika pemerintahan dan politik ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa (clean and good governance) serta mampu menumbuhkan suasana politik yang demokratis,
dengan ciri ciri yaitu: keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai
perbedaan, jujur dalam persaingan, ketersediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar kendati
berasal dari orang per-orang atau kelompok minoritas dan marginal dan juga menjunjung tinggi hak
asasi manusia (ham / baca pengertian ham).

C. Etika ekonomi dan bisnis


Apa yang dimaksud dengan memasukkan nilai pancasila dalam etika ekonomi dan bisnis? Etika
ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi, baik oleh pribadi, institusi
maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi dapat menciptakan kondisi dan realitas ekonomi
yang baik dengan ciri ciri serta prinsip-prinsip sebagai berikut: memberikan kebebasan berusaha,
membangun iklim usaha kerakyatan yang berdaya saing secara sehat, mengutamakan kejujuran,
memenuhi rasa keadilan, transparansi, akuntabilitas publik dan mendorong berkembangnya etos kerja
ekonomi yang berdaya saing global serta mampu memberdayakan ekonomi rakyat melalui usaha-
usaha bersama secara berkesinambungan (kontinu).

D. Etika penegakan hukum yang berkeadilan


Apa yang dimaksud dengan memasukkan nilai pancasila dalam etika penegakan hukum yang
berkeadilan? Etika penegakan hukum dan berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran
kolektif bahwa tertib sosial, ketenangan, ketentraman, dan keteraturan hidup bersama hanya dapat
tercipta melalui ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada.

E. Etika keilmuan
Apa yang dimaksud dengan memasukkan nilai pancasila kedalam etika keilmuan? Etika
keilmuan ini diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi agar
mampu berpikir rasional, kritis, logis, dan obyektif. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
itu harus menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila terutama sila pertama.

2.5 Tujuan Dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian utuh dari sistem pendidikan nasional. Oleh
karena itu proses pendidikan kewarganegaraan perlu diwujukan dalam kurikulum dan pembelajaran
pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Fungsi dan peran dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan nasional, pendidikan kewarganegaraan dirancang, dikembangkan, dilaksanakan, dan
dievaluasi dalam konteks pengejawantahan tujuan pendidikan nasional. Ketiga hal tersebut merupakan
landasan dan kerangka pikir untuk memahami serta menerapkan pendidikan kewarganegaraan.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan kebutuhan yang sangat mendesak bagi bangsa dalam
membangun kehidupan yang aman, nyaman, damai, sejahtera.
Dalam membangun demokrasi berkeadaban dibutuhkan generasi bangsa yang cerdas,
berkarakter kokoh. Ada beberapa alasan mengapa pendidikan kewarganegaraan sangat dibutuhkan,
pertama, meningkatnya gejala dan kecenderungan tidak political literacy atau tidak “melek” politik
dan tidak mengetahui cara kerja demokrasidan lembaga-lembaganya; kedua, meningkatnya politichal
apatishm yang ditunjukkan dengan sedikitnya keterlibatan warga negara dalam proses-proses politik.
Pembentukan warga negara yang cerdas secara intelektual, emosional, sosial, serta spiritual benar-
benar merupakan tuntutan dan keniscayaan. Disinilah eksistensi pendidikan kewarganegaraan menjadi
sarana yang sangat pentingbagi negara-negara demokrasi termasuk negara indonesia agar dapat
melahirkan generasi bangsa yang mengetahui nilai-nilai kebangsaan berdasarkan pancasila dan
memiliki keterampilan yang diperlukan dalam mentransformasikan, mengaktualisasikan, dan
melestarikan segala hal yang dimiliki oleh nkri.

2.6 Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan


Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama dalam
kaitannya dengan ilsafat ilmu pengetahuan. Intisari pengertian paradigma adalah suatu asumsi- asumsi
dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang umum (sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber
hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan yang sangat menentukan sifat, ciri, serta
karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Secara ilosois, hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus
mendasarkan pada hakikat nilai sila-sila pancasila. Oleh karena itu, hakikat nilai sila-sila pancasila
mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai subjek pendukung pokok sila-sila pancasila
sekaligus sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan objektif bahwa
pancasila merupakan dasar negara dan negara adalah organisasi (persekutuan hidup) manusia.
Oleh karena itu, negara dalam rangka mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional
untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia
“monopluralis”. Unsur-unsur hakikat manusia “monoplurails” meliputi susunan kodrat manusia,
rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat manusia makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan
kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa.
Karena pembangunan nasional sebagai upaya praktis untuk mewujudkan tujuan tersebut,
pembangunan haruslah berdasarkan pada paradigma hakikat manusia “monopluralis” tersebut.
BAB III
USULAN KASUS PERUBAHAN PANCASILA MENJADI
EKASILA DAN TRISILA OLEH PEJABAT NEGARA

TERNYATA TRISILA DAN EKASILA DI RUU HIP ADA DI VISI DAN MISI PDIP
Rancangan Undang Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) ditentang keras oleh publik.
Konsep Trisila dan Ekasila yang menjadi sorotan dalam RUU HIP tersebut ternyata ditemukan dalam
visi dan misi Partai PDIP.
Dalam RUU HIP, pada Pasal 6 tentang ciri pokok Pancasila, disebutkan bahwa ciri pokok Pancasila
berupa Trisila, yakni sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi serta ketuhanan yang berkebudayaan. Trisila
yang dimaksud terkristalisasi dalam ekasila, yakni gotong royong.
Konsep Trisila dan Ekasila inilah yang mendapatkan kritik keras karena dianggap merujuk pada
Pancasila yang disampaikan oleh Soekarno dalam pidato pada 1 Juni 1945, bukan Pancasila hasil
kesepakatan akhir.
Banyak pihak yang menilai usulan dalam RUU HIP tersebut justru mengerdilkan Pancasila. Tak hanya
itu, RUU HIP dianggap tidak memiliki urgensi untuk dibahas.
Kata Trisila dan Ekasila yang menjadi perdebatan publik itu juga ditemukan dalam visi dan misi Partai
PDIP.
Merujuk pada laman resmi Partai PDIP pdiperjuangan.id, ada lima visi yang diidamkan oleh PDIP.
Visi Trisila dan Ekasila tertuang dalam visi kedua dan ketiga partai berlambang banteng itu.
"Alat perjuangan untuk melahirkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ber-Ketuhanan, memiliki
semangat sosio nasionalisme, dan sosio demokrasi (Tri Sila);
Alat perjuangan untuk menentang segala bentuk individualisme dan untuk menghidupkan jiwa dan
semangat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Eka Sila)."
Belakangan, dalam keterangan tertulis pada Minggu (14/6/2020), Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
sepakat dengan kritik publik untuk menghapus Trisila dan Ekasila dalam RUU HIP. Sikap tersebut
diambil karena partai yang diketuai oleh Megawati Soekarnoputri itu menyerap aspirasi masyarakat.
"Dengan demikian terhadap muatan yang terdapat dalam Pasal 7 RUU HIP terkait ciri pokok
Pancasila sebagai Trisila yang kristalisasinya dalam Ekasila, PDI Perjuangan setuju untuk dihapus,"
ungkap Hasto.
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah juga menegaskan RUU HIP merupakan usulan
parlemen yang diterjemahkan dari pidato politik Ketua MPR Bambang Soesatyo.
"Munculnya gagasan sebuah payung hukum untuk memberikan koridor bagi membumikan Pancasila
itulah lahir dari pidato politik resmi Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat Republik Indonesia untuk
memberi penekanan pada pengunaan ideologi Pancasila," kata Basarah di Indonesia Lawyers Club
pada Selasa (16/6/2020).

Dikutip dari magdalena (2019), dalam kesempatan sidang itu, soekarno juga menawarkan alternatif
lain sebagai dasar negara indonesia, yakni trisila dan ekasila. Alternatif itu disampaikan barangkali ada
yang tidak setuju dengan bilangan 5 dan menginginkan bilangan yang lain. Tidak hanya itu, dua
alternatif trisila dan ekasila disampaikan sebagai dasar dari segala dasar lima sila yang disebutkan
sebelumnya. "alternatifnya bisa diperas menjadi trisila, bahkan bisa dikerucutkan lagi menjadi
ekasila," tulis magdalena.
Dasar negara yang diusulkan soekarno melalui trisila adalah socio-nationalisme, socio democratie, dan
ketuhanan. Sementara ekasila berisi satu hal, gotong-royong. Menurut ir soekarno, negara indonesia
yang kita dirikan haruslah berdasarkan asas gotong royong tersebut. Namun, di akhir sidang, konsep
trisila dan ekasila tidak terpilih oleh forum, dasar negara disepakati adalah pancasila. "ini bukan
kelemahan ir soekarno, melainkan merefleksikan keluasan wawasan dan kesiapan berdialog dari
seorang negarawan besar," sebut magdalena.

Konsep Awal Ekasila dan Trisila yang Jadi Kontroversi di RUU HIP
Dalam beberapa hari terakhir, pemberitaan tanah air tengah diramaikan dengan isu rancangan
undang-undang haluan ideologi pancasila (ruu hip). Dalam pasal 7 ruu tersebut tertulis adanya konsep
trisila sebagai ciri pokok pancasila, dan ekasila sebagai bentuk kristalisasi trisila. Hal ini kemudian
menjadi kontroversi, karena dianggap mengubah pancasila sebagai nilai-nilai di dalamnya.
berikut bunyi pasal 7 ayat (2) ruu hip:
(1) ciri pokok pancasila berupa trisila, yaitu: sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, serta ketuhanan
yang berkebudayaan.
(2) trisila sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terkristalisasi dalam ekasila, yaitu gotong-royong.

Konsep trisila dan ekasila


Merunut sejarah pembentukan pancasila di masa menjelang kemerdekaan indonesia 1945, konsep
trisila dan ekasila disampaikan oleh presiden soekarno sebagai alternatif pancasila yang
ditawarkannya.
Saat itu, lima dasar negara yang disampaikan soekarno dalam sidang bpupki 1 juni 1945 adalah:

1. Kebangsaan indonesia
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang maha esa
BAB IV
PENUTUP

1.1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian disusun dalam makalah ini maka penulis menyampaikan bahwa pendidikan
pancasila sangat dibutuhkan dalam berbagai kalangan untuk mewujudkan suatu bangsa dan negara
yang mampu membanggakan pancasila sebagai landasan utama dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara pada khususnya. Oleh karena itu dengan penyusunan makalah ini semoga dapat berguna
bagi para pembaca sebagai acuan proses pembelajaran dalam menjawab segala tantangan yang ada.

1.2 SARAN
Dalam membuat makalah urgensi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dalam kasus
perubahan pancasila menjadi ekasila ini mungkin masih terdapat kesalahan – kesalahan, sehingga kami
mengaharapkan kritik dari pembaca agar makalah yang kami buat ini menjadi lebih baik dan lebih
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, P., Saputro, I. H., & Kuliah, M. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA,
KRONOLOGI PANCASILA, PENGESAHAN PANCASILA DAN PERKEMBANGAN
PANCASILA.

Sujana, I. W. C. (2019). Fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia. Adi Widya: Jurnal Pendidikan
Dasar, 4(1), 29-39.

Sutono, A. (2021). REVITALISASI PROSPEKTIF NILAI-NILAI PANCASILA DALAM


KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA. CIVIS, 10(1).

Winataputra, U. S. (2001). Jatidiri pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana sistemik


pendidikan demokrasi: Suatu kajian konseptual dalam konteks pendidikan IPS (Doctoral dissertation,
Universitas Pendidikan Indonesia).

KULIAH, D. P. M., HABIBULLAH, A. W., & SH, M. (2015). Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.

Anda mungkin juga menyukai