Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH LAPORAN HASIL OBSERVASI

ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN


MASYARAKAT MADANI DESA PENGLIPURAN DI KABUPATEN
BANGLI

Oleh Kelompok 3:
Andrew Daniel Ratu; 2214041035
I Made Citra Yudistira; 2214101177
Putu Saka Erlangga Putra; 2214101178
Ni Ketut Catur Wulandari; 2214111001
Ni Putu Yulia Kartika; 2214111002
Putu Restu Junita Narayani; 2217041100
Putu Willy Pratama; 2217041300

Rombel Mata Kuliah Pancasila:


1 (FHIS, FTK, FOK, FE)

Dosen Pengampu:
Anak Agung Istri Dewi Adhi Utami, S.Pd., M.Pd.

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya, kami diberikan Kesehatan, ketekunan, dan pengetahuan sehingga
dapat melakukan observasi sekaligus wawancara serta menyelesaikan makalah
laporan hasil observasi mengenai implementasi Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat dengan baik dan tepat waktu.
Melalui kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Anak Agung Istri Dewi Adhi Utami, S.Pd., M.Pd. selaku dosen
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) Pancasila
Universitas Pendidikan Ganesha.
2. Masyarakat Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli selaku responden
dalam observasi.
Yang telah memberikan kesempatan untuk membuat makalah dan telah
berkontribusi sebagai responden dengan memperhatikan estimasi pembuatan yang
sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran Pancasila kedepannya. Penyusun
berharap laporan ini memberikan dampak positif bagi semua kalangan dalam
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam laporan hasil observasi ini, penyusun menyajikan deskripsi hasil
pengamatan dan wawancara disertai kajian teori yang mendukung.
Penyusun menyadari adanya kekurangan dalam Makalah Laporan Hasil
Observasi “Analisis Implementasi Nilai Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat
Madani Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli”. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan masukan, kritikan, serta saran dari semua pihak agar makalah
laporan hasil observasi ini menjadi lebih baik dan berguna.

Singaraja, 30 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan .................................................................... 2
1.5 Manfaat Observasi .................................................................. 2
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................ 3
2.1 Definisi Pancasila .................................................................... 3
2.2 Sikap Warga Negara dalam Melaksanakan Pancasila ............ 4
2.3 Pengertian Masyarakat Madani ............................................... 6
2.4 Karakteristik Masyarakat Madani ........................................... 7
2.5 Eksistensi Pancasila dalam Masyarakat Madani ..................... 7
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................... 9
3.1 Deskripsi Lokasi Observasi .................................................... 9
3.2 Waktu Observasi ..................................................................... 9
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................... 9
3.4 Hasil Pengamatan .................................................................... 10
3.5 Hasil dan Analisis Wawancara ................................................ 11
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 16
4.1 Kesimpulan ............................................................................. 16
4.2 Saran dan Kritik ...................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Lokasi ........................................................................... 9


Gambar 2. Dokumentasi Banten ............................................................ 10
Gambar 3. Dokumentasi Penduduk Desa Penglipuran .......................... 10
Gambar 4. Dokumentasi Suasana Desa Penglipuran ............................. 10
Gambar 5. Dokumentasi Informasi Tri Mandala ................................... 10
Gambar 6. Dokumentasi Usaha Penduduk Penglipuran ........................ 11
Gambar 7. Dokumentasi Wawancara Pertama ....................................... 11
Gambar 8. Dokumentasi Wawancara Kedua ......................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya, Pancasila menjadi dasar dari berbagai perspektif yang
digunakan dalam sistem ketatanegaraan dan kemasyarakatan di Indonesia.
Pemahaman dalam nilai-nilai Pancasila menjadi sangat penting karena bersifat
sistematis dan menjadi rambu-rambu normatif untuk mengatur perilaku
masyarakat. Melalui pemahaman tersebut, masyarakat diharapkan dapat
mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila sebagai wujud warga negara yang
nasionalis dan siap meminimalisir pelanggaran yang merugikan. Warga negara
atau masyarakat yang cenderung mampu membentuk dan menjaga keharmonisan
dari Pancasila adalah masyarakat yang menjunjung tinggi demokrasi. Melalui
penguatan demokrasi yang dibentuk, masyarakat mampu menyuarakan pendapat
secara positif. Selain itu, melalui demokrasi akan terbentuk aturan-aturan khas
yang bersumber dari Pancasila berdasarkan kearifan lokal yang membentuk
masyarakat madani.
Masyarakat madani merupakan masyarakat yang demokratis, menjunjung
sikap toleransi, hak asasi, emansipasi, etika, dan moralitas yang didukung dengan
kemudahan berkoordinasi yang transparan, sederhana, dan menciptakan
lingkungan yang sinkron atau kondusif (Pasaribu, Rowland, 2015:361). Di
Indonesia, perkembangan masyarakat madani berasaskan kearifan lokal dan
Pancasila, sehingga masyarakat yang tersebar di Indonesia mampu
mempertahankan eksistensi Pancasila dengan nilai-nilai kearifan lokalnya masing-
masing. Salah satu desa di Bali yang menjadi desa adat sekaligus sebagai
masyarakat madani adalah Desa Penglipuran, tepatnya di Desa Kubu, Kecamatan
Bangli, Kabupaten Bangli. Sebagai desa adat, banyak aturan-aturan adat yang
mengacu terhadap nilai-nilai Pancasila dan kearifan lokal. Aturan-aturan yang
dibentuk dan ditaati bersama mejadikan Desa Penglipuran berbeda dengan desa
lainnya karena mampu berkembang menjadi desa terbersih melalui kebiasaan
yang positif sehingga menjadi daerah pariwisata yang banyak dikunjungi
wisatawan lokal maupun mancanegara. Meskipun menjadi desa yang sangat
Bersatu, tidak menjadikan Desa Penglipuran sebagai entitas yang terpisah dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berlandaskan Pancasila.
Keunggulan dan keunikan yang diciptakan tersebut tidak terpisah dari
ketaatan atas pengimplementasian nilai-nilai Pancasila di Desa Penglipuran, hal
ini terlihat dari adanya keselarasan nilai-nilai sosial budaya yang sangat
mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai aspek serta hukum adat yang
kuat. Selain itu, masyarakat Desa Penglipuran menganut agama Hindu dengan
konsep Tri Hita Karana sehingga menjunjung nilai adat istiadat, gotong royong,
kekeluargaan, dan kearifan lokal yang kuat dan unik.

1
Atas dasar perkembangan era globalisasi yang cenderung beresiko
terhadap ideologi asing yang masuk di tengah-tengah penguatan nilai-nilai luhur
masyarakat Desa Penglipuran sebagai masyarakat madani berlandaskan Pancasila,
penyusun melaksanakan kegiatan observasi meliputi pengamatan dan wawancara
secara langsung pada Sabtu, 19 November 2022 untuk menganalisis implementasi
nilai Pancasila yang dapat ditinjau sebagai dasar negara, ideologi, filsafat serta
etika disertai pendapat masyarakat secara pribadi mengenai eksistensi Pancasila.
Adapun hasil dari observasi tersebut disajikan dalam laporan yang berjudul
“Analisis Implementasi Nilai Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat Madani
Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang, penyusun menyajikan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi dan pemaknaan nilai Sila Pertama hingga Sila
Kelima Pancasila di Desa Penglipuran menggunakan metode pengamatan
langsung dan wawancara?
2. Bagaimana dinamika implementasi nilai-nilai Pancasila di Desa
Penglipuran menggunakan metode pengamatan langsung dan wawancara?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam laporan hasil observasi ini yaitu:
1. Untuk mengetahui implementasi dan pemaknaan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Penglipuran.
2. Untuk mengetahui dinamika implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat Desa Penglipuran di tengah era globalisasi.

1.4 Metode Penulisan


Adapun metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah
metode observasi dan wawancara secara langsung kepada responden disertai
dokumentasi yang mendukung dan pencatatan informasi penting sebagai unsur
yang akan dianalisis.

1.5 Manfaat Observasi


Makalah laporan hasil observasi ini diharapkan dapat memberikan
gambaran dan analisis mengenai implementasi Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat Desa Penglipuran yang berpotensi dapat diterapkan pada
masyarakat lainnya secara positif dan sebagai pelestarian nilai-nilai desa adat
berlandasakan Pancasila baik di masa sekarang maupun di masa yang akan
datang.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Pancasila


Secara etimologis, Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta. Panca artinya
lima, sedangkan Sila artinya dasar, sendi, atau unsur. Jadi, Pancasila mengandung
arti lima dasar, lima sendi, atau lima unsur.
Istilah Pancasila pertama kali disebutkan dalam seorang Buddha di India.
Ajaran Buddha tertuang dalam Kitab Tri Pitaka yang tersusun dari tiga kitab
terbesar yaitu Sutha Pitaka, Abhidama Pitaka, dan Vinaya Pitaka. Ajaran Buddha
mengandung Dasasila, Saptasila, dan Pancasila merupakan ajaran-ajaran moral.
Menurut sejarah, proses rumusan pancasila dimulai ketika Dr. Radjiman
Wedyodiningrat menyampaikan keprihatinan pada sidang pertama BPUPKI
tentang potensi masalah dengan pembahasan rumus yang akan dibentuk tiga orang
berilmu, yaitu Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno (Sulaiman, 2015:14).
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno memberikan pidato singkat tentang
gagasan-gagasan calon rumusan dasar bangsa Indonesia. Kemudian di dalam
pidatonya itu, diusulkan istilah dasar negara oleh Soekarno dengan nama
“Pancasila”, yang artinya lima dasar. Menurut Soekarno, hal ini atas saran salah
seorang temannya, seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya Pada
tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia secara resmi mendeklarasikan
kemerdekaannya. Pada tanggal 18 Agustus 1945, diumumkan bahwa Undang-
Undang Dasar 1945 yang didalamnya termasuk Pembukaan UUD 1945 adalah
satu-satunya dasar negara yang menyandang nama "Pancasila”.
Dalam pidato tersebut, Soekarno secara lisan mengusulkan lima asas dasar
negara Indonesia yang akan dibentuknya, yang rumusannya sebagai berikut:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan,
3. Mufakat atau Demokrasi,
4. Kesejahteraan Sosial,
5. Bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa.
Selanjutnya, beliau mengusulkan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas
menjadi “Tri Sila” yang rumusannya:
1. Sosio Nasional yaitu “Nasionalisme dan Internasionalisme”;
2. Sosio Demokrasi yaitu “Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat”;
3. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Meskipun demikian "Tri Sila" masih berpotensi untuk berkembang
menjadi “Eka Sila” atau sila yang intinya “gotong royong”. Pada tahun 1947,
pidato dari Ir.Soekarno diterbitkan dengan judul “Lahirnya Pancasila” dan
ditransmisikan untuk konsumsi publik, sehingga bangsa secara resmi
mendeklarasikan bahwa 1 Juni adalah Hari lahirnya Pancasila.

3
2.2 Sikap Warga Negara dalam Melaksanakan Pancasila
Sikap positif warga negara terhadap Pancasila dapat diartikan sebagai
sikap yang baik dalam menanggapi dan mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam
Pancasila, dalam setiap tindakan dan perilaku sehari-hari. Walaupun
kenyataannya melaksanakan nilai-nilai Pancasila tidaklah mudah, bangsa
Indonesia harus tetap berusaha melakukannya. Berikut ini diuraikan secara
singkat contoh pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara berdasarkan silanya masing-masing. Sikap positif warga negara dalam
melaksanakan sila-sila Pancasila menurut Darmadi (2017:280) diformulasikan
sebagai berikut:
1. Sikap Positif Terhadap Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Dalam sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” terkandung nilai
ketuhanan dan keagamaan. Maka, segala hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, harus dijiwai dengan nilai-nilai
sila tersebut. Hal-hal yang dapat kita lakukan antara lain:
a. Mewujudkan kehidupan religius yang sejati
b. Mengusahakan terwujudnya ketakwaan warga negara dan
masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. Menjalankan pemerintahan negara dengan prinsip-prinsip etika,
kebenaran, dan keadilan
d. Melaksanakan ajaran agama masing-masing dengan baik
e. Tekun beribadah
f. Saling menghargai dan menghormati antar pemeluk agama
g. Tidak memaksakan agama kepada orang lain.
2. Sikap Positif Terhadap Sila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
Sila “Kemanusiaan yang adil dan beradab” mengandung nilai
utama kemanusiaan. Pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, dengan
begitu, harus dapat perlakukan warga negara sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan. Karena itu, penyelenggaraan kehidupan berbangsa
dan bernegara, harus dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Menghormati hak-hak asasi manusia
b. Memecahkan berbagai masalah hidup warga Negara dengan cara
yang adil
c. Membina sikap saling tolong antarwarga
d. Senantiasa menghormati dan menghargai sesama manusia, agama,
suku, ras, dan lain-lain.
e. Suka membantu dan menolong sesama manusia dalam kebenaran
dengan ketulusan dan kejujuran
f. Tidak menyakiti orang lain dalam bentuk apapun.
3. Sikap Terhadap Sila “Persatuan Indonesia”
Dalam sila “Persatuan Indonesia” terkandung nilai persatuan dan
nasionalisme religius. Yang dimaksud nasionalisme religius adalah
semangat kebangsaan yang dilandasi dengan moral keagamaan dan
ketuhanan. Hal-hal yang harus dilakukan dalam kehidupan berbangsan dan
bernegara antara lain:

4
a. Mengakui keragaman suku sebagai kekayaan bangsa
b. Menciptakan kerukunan hidup antarsuku yang ada di Indonesia
c. Menjaga persatuan bangsa
d. Selalu mengutamakan kebersamaan, kerukunan, persatuan.
e. Selalu menjalin hubungan dan kerja sama yang baik.
f. Tidak mempermasalahkan segala perbedaan sesama manusia.
4. Sikap Terhadap Sila “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan”
Sila keempat ini, mengandung nilai kerakyatan dan demokrasi.
Rakyat dan demokrasi saling terkait dan harus diperjuangkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu, terkait dengan
pelaksanaan sila keempat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hal-
hal yang harus di lakukan sebagai berikut:
a. Memberikan kesempatan rakyat untuk mengajukan kritik dan saran
dalam pelaksanaan pembangunan
b. Mewujudkan adanya lembaga perwakilan rakyat yang aspiratif
c. Mengutamakan musyawarah dalam menyelesaikan persoalan
bersama
d. Menghargai perbedaan pendapat dan pandangan antarsesama
manusia
e. Menghargai dan menjunjung tinggi demokrasi
5. Sikap Terhadap Sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Dalam sila kelima ini, terkandung nilai keadilan dan pemerataan
sosial. Artinya, keadilan merupakan hal yang akan dan harus di wujudkan
dalam kehidupan masyarakat secara merata dan menyeluruh. Terkait
dengan pelaksanaan sila kelima ini, hal-hal yang harus dilakukan antara
lain:
a. Melaksanakan pembangunan yang merata di semua lapisan
masyarakat dan wilayah negara
b. Memberikan perlakuan yang sama dan adil kepada warga negara
dalam berbagai bidang dan sektor kehidupan
c. Bersikap adil
d. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
e. Tidak mengambil hak orang lain
f. Memiliki kemauan keras untuk maju dan bersama-sama
membangun bangsa dan negara
Sikap positif warganegara dalam melaksanakan sila-sila Pancasila dalam
bermasyarakat dan ekonomi sebagai berikut:
1. Sikap Terhadap Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat
Setiap warga Negara hendaknya senantiasa mengamalkan nilai-
nilai yang terdapat dalam Pancasila. Sebab, dengan pengamalan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari diharapkan terwujud suatu
kehidupan masyarakat Indonesia yang religius, humanis, bersatu,
demokratis, sejahtera, adil, dan makmur. Pengamalan nilai-nilai Pancasila

5
dalam kehidupan sehari-hari merupakan cermin sikap positif warga
Negara terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Sikap Terhadap Pancasila dalam Kehidupan Ekonomi
Memanfaatkan sumber daya alam dengan baik. Pemanfaatan
sumber daya alam itu dapat dilakukan melalui peningkatan sektor
agribisnis, agroindustri, serta upaya-upaya lainnya yang bertujuan
pemerataan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan, meningkatkan
efisiensi dan produktivitas perekonomian dengan menghilangkan berbagai
bentuk distorsi ekonomi, pembuatan Undang-Undang untuk memperkuat
fundamental atau dasar ekonomi yang berkeadilan seperti UU
antimonopoli, UU Perlindungan Konsumen, serta menjalankan kegiatan
perekonomian dengan jujur, tidak merugikan orang lain, dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dalam Pancasila.

2.3 Pengertian Masyarakat Madani


Masyarakat madani atau civil society berasal dari terjemahan istilah Latin,
civilis societas, mula-mula dipakai oleh Marcos Tullios Cicero (106 – 43 S.M),
seorang orator dan pujangga Roma, yang pengertiannya mengacu pada gejala
budaya perorangan dan masyarakat. Masyarakat sipil disebutnya sebagai sebuah
masyarakat politik (political society) yang memiliki kode hukum sebagai dasar
pengaturan hidup. Adanya hukum yang mengatur pergaulan antarindividu
menandai keberadaban suatu jenis masyarakat tersendiri. Masyarakat seperti itu,
pada zaman dahulu adalah masyarakat yang tinggal di kota.
Dalam kehidupan kota, penghuninya telah menundukkan hidupnya di
bawah satu bentuk hukum sipil (civil law) sebagai dasar dan yang mengatur
kehidupan bersama. Bahkan dapat dikatakan bahwa proses pembentukan
masyarakat sipil itulah yang sesungguhnya membentuk masyarakat kota.
Ciri masyarakat sipil yaitu terdapatnya tata kehidupan politik yang terikat
pada hukum, juga adanya kehidupan ekonomi yang didasarkan atas sistem uang
sebagai alat tukar, terjadinya kegiatan tukar-menukar atau perdagangan dalam
suatu pasar bebas, demikian pula terjadinya perkembangan teknologi yang dipakai
untuk menyejahterakan dan memuliakan hidup sebagai ciri dari suatu masyarakat
yang telah beradab.
Han-Sung-Joo mengatakan bahwa masyarakat madani adalah sebuah
kerangka hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar individu.
Perkumpulan sukarela yang terbatas dari negara suatu ruang publik yang mampu
mengartikulasi isu-isu politik. gerakan warga negara yang mampu mengendalikan
diri dan independen, yang secara bersama-sama mengakui norma-norma dan
budaya yang menjadi identitas dan solidaritas yang terbentuk pada akhirnya akan
terdapat kelompok inti dalam civil society.
Kim Sun Hyuk mengatakan yang dimaksud masyarakat madani adalah
suatu satuan yang terdiri atas kelompok-kelompok yang secara mandiri
menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam masyarakat yang secara relatif.
Jadi, berdasarkan pendapat para ahli masyarakat madani adalah sebuah
kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara mandiri di hadapan

6
penguasa dan negara, yang memiliki ruang publik dalam mengemukakan
pendapat, serta adanya lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat mengeluarkan
aspirasi dan kepentingan public (Sulaiman, 2015:155).

2.4 Karakteristik Masyarakat Madani


Sedangkan menurut Syarif Hidayat dalam (Darmadi, 2017:510),
masyarakat madani mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Pancasilais, dan memiliki cita-cita serta harapan masa depan.
2. Masyarakat yang demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan
pendapat.
3. Masyarakat yang menghargai Hak Asasi Manusia (HAM).
4. Masyarakat yang tertib dan sadar hukum yang direalisasikan dari adanya
budaya malu apabila melanggar hukum.
5. Masyarakat yang memiliki kepercayaan diri dan kemandirian.
6. Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana
kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan
semangat kemanusiaan universal (pluralis).

2.5 Eksistensi Pancasila dalam Masyarakat Madani


Pancasila dalam masyarakat madani mengandung arti bahwa masyarakat
yang sudah tersentuh peradaban maju, yaitu suatu masyarakat beradab yang
membedakan masyarakat yang sudah maju dengan masyarakat yang masih
terbelakang. Masyarakat madani terbentuk karena adanya kesediaan individu yang
satu untuk menerima individu yang lain yang memiliki berbagai pandangan
politik dan sikap sosial yang berbeda (Darmadi, 2017:503).
Masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip
moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu untuk stabilitas
masyarakat. Inisiatif individu dan masyarakat akan berpikir, seni, pelaksanaan
pemerintah oleh hukum dan tidak nafsu atau keinginan individu.
Masyarakat madani dan demokratis mengacu kepada kehidupan
masyarakat yang berkualitas dan berperdaban. Masyarakat madani tercipta atas
kondisi kesediaan individu untuk menerima berbagai pandangan politik dan sikap
sosial yang berbeda. Tidak ada satu pihak manapun, termasuk pemerintah dan
gerakan-gerakan pro demokrasi, yang berhak memaksakan aspirasi dan
kemauannya sendiri.
Dalam masyarakat madani terdapat good governance dimana keberhasilan
pembangunan ekonomi adalah daya saing melalui efisiensi pelayanan, mutu dan
kepastian kebijakan publik. Dalam mengahadapi tantangan tersebut salah satu
prasyarat yang harus dikembangkan adalah good governance yaitu tata
pemerintahan yang baik. Good governance bermakna sebagai kinerja suatu
lembaga yang mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik.
Pengaruh good governance di Indonesia dilatarbelakangi oleh faktor tuntutan
eksternal dan internal, yaitu:

7
1. Faktor eksternal adalah pengaruh globalisasi yang mendorong negara-
negar menghormati prinsip pasar dan demokrasi.
2. Faktor internal, yaitu krisis multidimensional yang terwujudnya korupsi,
kolusi, dan nepotisme, keadaan ini telah merusak tatanan kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa.
Jadi, masyarakat madani adalah masyarakat yang berbudaya namun
mampu berinteraksi dengan dunia luar yang modern sehingga dapat terus
berkembang dan maju. Dalam masyarakat madani, setiap warganya menyadari
dan mengerti akan hak-haknya serta kewajibannya terhadap negara, bangsa dan
agama. Masyarakat madani sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Masyarakat madani adalah masyarakat bermoral dan menjamin
keseimbang antara kebebasan individu dan stabilitas masyarakat. Hal ini sesuai
dengan dasar negara kita, Pancasila. Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa
berisi aturan-aturan yang mengatur norma dan tingkah laku warganya. Sehingga
masyarakat yang mengamalkan Pancasila, maka masyarakat tersebut memiliki
kehidupan ideal, baik dalam hak dan kewajiban warga dapat terlaksana secara
seimbang serta mampu berkembang dengan dunia luar demi majunya kehidupan.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Lokasi Observasi


a. Alamat : Jalan Penglipuran, Kubu, Kecamatan Bangli,
Kabupaten Bangli, Bali.
b. Peta Lokasi :

Gambar 1. Peta Lokasi


c. Kondisi Lokasi : Ramai dikunjungi wisatawan lokal dan wisatawan
asing, lingkungan sangat bersih dan nyaman, cuaca sedikit mendung,
hampir setiap penduduk menjalankan aktivitas jual beli souvenir dan
makanan, didominasi oleh pendudukan berusia dewasa dan lanjut usia, dan
terdapat papan pilar Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang
berlandaskan Pancasila saat menuju gapura desa.
3.2 Waktu Observasi
a. Hari/Tanggal : Sabtu, 19 November 2022
b. Waktu : 11.00 s.d 15.00 WITA
3.3 Populasi dan Sampel
a. Populasi dari observasi ini adalah : Penduduk Desa Penglipuran
b. Sampel dari observasi ini adalah : Satu pelajar Sekolah Dasar (SD)
dan satu pedagang laki-laki lanjut usia.

9
3.4 Hasil Pengamatan
Implementasi Gambar Keterangan
Sila “Ketuhanan Berdasarkan dokumentasi
Yang Maha Esa” kelompok, implementasi
sila pertama tergambar dari
adanya banten saiban yang
terdapat di depan rumah
penduduk Desa
Penglipuran.

Gambar 2. Dokumentasi Banten


Sila Berdasarkan dokumentasi
“Kemanusiaan kelompok, implementasi
yang Adil dan sila kedua tergambar dari
Beradab”
sikap saling menghormati,
ramah tamah, dan
keterbukaan penduduk Desa
Penglipuran terhadap
wisatawan.

Gambar 3. Dokumentasi Penduduk


Desa Penglipuran
Sila “Persatuan Berdasarkan dokumentasi
Indonesia” kelompok, implementasi
sila ketiga tergambar dari
banyaknya penggunaan
bendera Merah Putih di
setiap rumah penduduk
Desa Penglipuran sebagai
indentitas NKRI.

Gambar 4. Dokumentasi Suasana Desa


Penglipuran
Sila “Kerakyatan Berdasarkan dokumentasi
yang dipimpin kelompok, implementasi
oleh Hikmat sila keempat tergambar dari
Kebijaksanaan
adanya aturan-aturan yang
dalam
Permusyawaratan bersifat memikat dan telah
Perwakilan” disepakati serta
Gambar 5. Dokumentasi Informasi Tri dilaksanakan secara
Mandala kondusif. Contohnya adalah

10
karang memadu.
Sila “Keadilan Berdasarkan dokumentasi
Sosial bagi kelompok, implementasi
Seluruh Rakyat sila kelima tergambar dari
Indonesia” adanya keadilan dalam
sektor ekonomi, dimana
penduduk diperbolehkan
membuka usahanya dan
bersaing secara sehat.

Gambar 6. Dokumentasi Usaha


Penduduk Penglipuran

3.5 Hasil dan Analisis Wawancara


a. Wawancara pertama
• Nama : Ni Putu Ayu Yuri Kanaya
• Profesi : Pelajar kelas 5 di SDN 2 Kubu
• Dokumentasi :

Gambar 7. Dokumentasi Wawancara Pertama


• Hasil wawancara dan analisis
1) Apa yang adik ketahui tentang Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari?
Responden : Pancasila itu seperti sembahyang setiap hari dan membantu orang
kesusahan, kerja sama, bermusyawarah.
Analisis : Penjelasan Yuri mengarah pada implementasi sila-sila Pancasila dan
sangat berkaitan dengan karakteristik masyarakat madani. Sembahyang
menunjukan rasa bhakti kepada Tuhan sehingga merupakan penerapan sila
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Membantu orang kesusahan merupakan penerapan
sila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Kerja sama merupakan penerapan sila
“Persatuan Indonesia”. Musyawarah merupakan penerapan sila “Kerakyatan yang
dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan”.

11
2) Apakah Yuri dapat menyebutkan isi Pancasila?
Responden : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.
Analisis : Dalam hal ini, Yuri sebagai bagian dari masyarakat Desa Penglipuran
menunjukan karakteristik madani yaitu masyarakat yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasilais, dan memiliki cita-cita serta harapan
masa depan. Pada aspek ini, ditekankan pada sikap Pancasilais.

3) Apakah adik pernah melakukan atau melihat penyimpangan Pancasila?


Responden : Tidak pernah. Untuk kegiatan sembahyang pasti selalu dilakukan di
sekolah juga.
Analisis : Hal ini menunjukan sikap yang sangat menjaga dan melestarikan
Pancasila. Bagi Yuri, yang paling utama dalam penerapan Pancasila adalah
melakukan persembahyangan atau penerapan Sila Pertama dan tidak mau
melakukan pelanggaran.

4) Apabila terdapat tindakan seperti membuang sampah sembarangan,


mencuri, dan yang lainnya apakah akan dikenakan sanksi?
Responden : Sanksinya itu tidak boleh sembahyang dan ada dendanya juga. Gak
boleh sembahyang di sanggah dan di pura. Wewenangnya dari kepala desa atau
kelian adat. Untuk pelanggaran karang memadu belum pernah terjadi.
Analisis : Penjelasan Yuri sangat berkaitan dengan sila keempat yaitu
mewujudkan adanya lembaga perwakilan rakyat yang aspiratif dan mengutamakan
musyawarah dalam menyelesaikan persoalan bersama khususnya jika terjadi
pelanggaran nilai-nilai adat seperti karang memadu atau tindakan pengasingan di
tempat khusus apabila terjadi poligami. Sedangkan pemberian sanksi menjadi
bagian dari asas demokrasi dan keadilan sosial bahwa pemberian sanksi tidak
memandang jabatan atau status lainnya namun sesuai dengan pelanggarannya.

5) Apakah ada hambatan dalam implementasi Pancasila di desa ini? Apakah


adik mau memberikan informasi tersebut jika dibutuhkan?
Responden : Mungkin ada, mau.
Analisis : Dalam hal ini Yuri sebagai pelajar siap memberikan informasi mengenai
Pancasila jika dirinya diminta. Karakter ini sangat sesuai dengan karakteristik
masyarakat madani yaiitu masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif
dalam suasana kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan
semangat kemanusiaan universal (pluralis).

6) Apakah pengunjung pernah melakukan tindakan pelanggaran?


Responden : Pernah, waktu itu ada yang duduk di tempat suci padahal sudah ada
bacaannya di Bale Banjar.
Analisis : Pelanggaran ini mengindikasikan ketidakhormatan pelanggar terhadap

12
aturan yang telah dibuat. Ini juga mengacu pada sikap terhadap Tuhan dengan
menyepelekan suatu tempat dan arahan. Perbuatan ini sudah menunjukkan
penyimpangan Pancasila dari pihak luar.

7) Bagaimana adik mempertahankan Pancasila di desa ini?


Responden : Mengikuti aturan, melestarikan budaya, belajar di sekolah mengenai
Pancasila dan tidak melakukan penyimpangan.
Analisis : Dapat disimpulkan bahwa bagi Yuri, Pancasila sebagai pedoman hidup
bangsa berisi aturan-aturan yang mengatur norma dan tingkah laku warganya.
Sehingga masyarakat yang mengamalkan Pancasila, maka masyarakat tersebut
memiliki kehidupan ideal, baik dalam hak dan kewajiban warga dapat terlaksana
secara seimbang terutama dalam belajar di sekolah dan melestarikan budaya.

b. Wawancara kedua
• Nama : Wayan Kaler
• Profesi : Pedagang souvenir
• Dokumentasi :

Gambar 8. Dokumentasi Wawancara Kedua


• Hasil wawancara dan analisis
1) Menurut Bapak, penerapan Pancasila di desa ini seperti apa?
Responden : Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua, Kedaulatan
Permusyawaratan Perwakilan. Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Ketiga, Persatuan. Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Kelima, Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
Analisis : Bapak Kaler sudah mampu menyebutkan kelima Sila Pancasila
meskipun terdapat sedikit kekeliruan. Bapak Kaler juga mau menerima
pembenahan yang telah diberikan. Sikap ini menunjukkan rasa cinta tanah air atau
nasionalisme.

13
2) Bagaimana implementasi Pancasila di desa ini?
Responden : Yang paling diterapkan itu gotong royong, dilakukan berdasarkan
hari-hari tertentu atau satu bulan sekali, nanti kita ketemu.
Analisis : Budaya gotong royong memiliki hubungan dengan Pancasila dalam
lingkup budaya yang melaksanakan pembangunan yang merata di semua lapisan
masyarakat dan wilayah negara melalui gotong royong sebagai wujud sila ketiga
dan keempat Pancasila.

3) Apakah akan ada denda jika ada orang yang membuang sampah
sembarangan? Bagaimana jika pengunjung yang melakukannya?
Responden : Masyarakat disini tidak membuang sampah sembarangan karena
sudah ada aturannya. Masyarakat disini kalau paginya buang sampah disana. Jika
hari segini setidak bisa, nanti jam 6 baru bisa. Tidak ada denda, hanya ditegur saja.
Analisis : Tindakan ini mencerminkan karakteristik masyarakat madani yaitu
masyarakat yang tertib dan sadar hukum yang direalisasikan dari adanya budaya
malu apabila melanggar hukum serta masyarakat yang memiliki kepercayaan diri
dan kemandirian. Hal ini juga berhubungan dengan implementasi Sila kedua dan
keempat karena menghargai hak dan kewajiban berdasarkan aturan yang telah
dibuat secara demokrasi.

4) Apakah terdapat hubungan antara budaya setempat dengan Pancasila?


Misalnya, Bale kulkul, Tri Mandala, Bale sakundang, dan Karang
memadu.
Responden : Ada hubungannya. Bale kulkul ada di atas dan di Jaba Pura juga ada.
Nanti umpamanya ada kepentingan, pertemuan oleh sangkepan, itu dibunyikan
kelian adat dan gak boleh dinyalakan sembarangan bale kulkul. Jika dikaitkan
dengan Pancasila untuk menyatukan masyarakat untuk berkumpul. Tri Mandala,
hubungan manusia dengan Tuhan pada posisi Parahyangan sila pertama,
Pawongan sila kedua, dan Palemahan sila keempat. Ada pelanggaran ada sanksi
melalui pengleburan atau pecaruan, setiap pura dibuatkan banten dan hari-h tidak
melewati tempat suci.
Analisis : Penggunaan Bale Kulkul sebagai budaya dan kepentingan tertentu
merupakan implementasi dari sila “Persatuan Indonesia” karena digunakan untuk
menyatukan penduduk sesuai tujuan yang tepat. Sedangkan konsep Tri Mandala
juga terdapat pada gapura untuk memasuki desa sebagai informasi bahwa tata letal
bangunan dibuat dengan menjunjung budaya, Tuhan, manusia, dan lingkungan.
Maka dari ini, implementasi mengarah pada sila Pertama, Kedua, Ketiga, dan
Keempat pada sistem pengleburan, serta sila kelima yang berkaitan dengan
keadilan pembuatan banten.

5) Apakah terdapat hambatan implementasi Pancasila?


Responden : Jika ada kepentingan dari atas itu harus.
Analisis : Menurut Bapak Kaler, implementasi Pancasila yang paling sering adalah
kegiatan rapat dari sangkepan yang merupakan penerapan sila keempat. Maka dari
itu jika ada kepentingan lain yang membuat tidak dapat menghadiri rapat tersebut,
maka dianggap sebagai hambatan.

14
6) Apakah pengunjung pernah melakukan pelanggaran Pancasila?
Responden : Kalau Bapak belum pernah melihat.
Analisis : Menurut Bapak Kaler, pengunjung yang baik adalah yang menghargai
segala budaya dan aturan di des aini. Tentu hal ini berkaitan dengan penerapan sila
kedua yang menjunjung HAM serta budaya ramah tamah dari penduduk Desa
Penglipuran.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan ini yaitu sebagai berikut :
a. Implementasi dan pemaknaan nilai Sila Pertama hingga Sila Kelima
Pancasila di Desa Penglipuran sangat kompleks mulai dari kegiatan
persembahyangan, sikap saling membantu, menjunjung tinggi semangat
gotong royong, demokrasi, dan musyawarah mufakat melalui aturan-
aturan seperti kadang memadu dan pengleburan serta kesempatan yang
rata untuk berkembang di bidang ekonomi atau tanpa monopoli yang
sangat menunjukkan sikap warga negara terhadap Pancasila serta
karakteristik dan eksistensi masyarakat madani.
b. Dinamika implementasi nilai-nilai Pancasila di Desa Penglipuran terlihat
dari adanya pelanggaran, pemberian sanksi sesuai kesepakatan atau aturan,
pemenuhan sanksi, dan timbulnya budaya malu. Dinamika ini dipengaruhi
oleh aspek eksternal seperti dari pengunjung dan interal dari penduduk
Desa Penglipuran.
c. Berikut link video wawancara bersama narasumber di Desa Penglipuran :
https://drive.google.com/file/d/1gu_Ga4oMYcbACEgzAzEU6K5bT8myd
Yey/view?usp=share_link

4.2 Saran dan Kritik


Adapun saran dan kritik yang dapat penyusun sampaikan diantaranya :
a. Persiapan wawancara harus lebih memperhitungkan komunikasi dengan
pemimpin setempat melalui pengadaan perjanjian sebelum menuju lokasi
observasi.
b. Pembuatan video wawancara sebaiknya lebih di dukung dengan perangkat
perekam suara yang lebih memadai.
c. Pendekatan wawancara bersama penduduk Desa Penglipuran harus
memperhatikan waktu, tempat, dan gaya pembicaraan yang sama dengan
narasumber untuk menghasilkan suasana dan jawaban yang baik serta
lebih kondusif.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sulaiman, Asep, 2015, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Arfino


Raya, Bandung.
Darmadi, Hamid, 2017, Kebangkitan Nasional, Pancasila, dan UUD 1945: Kunci
Pemersatu Bangsa, Suluh Media, Yogyakarta.
Pasaribu, Rowland, 2015, Masyarakat Madani, Rows Collection, Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai