Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANTROPOLOGI EKONOMI

“Subtantivisme Modal Sosial Usahawan Pendatang Di Takalar”

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

ANWAR, S.SOS. M.A.

DISUSUN OLEH KELOMPOK II :

1. Kiki Alfiyanti (1861201009)


2. Lutfiana (1861201226)
3. Saderiah (1861201157)
4. Muh. Faisal Adiwijaya (1861201194)
5. Zainal Abidin (1861201195)

UNIVERSITAS MUSLIM MAROS (UMMA)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

RUANGAN 5SDB1 MANAJEMEN S1

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.Alhamdulillah puji syukur


kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah tentang artikel yang berjudul “Subtantivisme Modal Sosial
Usahawan Pendatang Di Takalar” tepat pada waktunya.Makalah ini merupakan
tugas Mata Kuliah Antropologi Ekonomi yang diberikan untuk menunjang kegiatan
diskusi kelompok kami.

Dalam penyusunan materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain
karena berkat bantuan dan masukan dari Dosen Pembimbing serta dari pihak
teman-teman yang telah memberikan masukannya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,


mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah kedepannya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran


bagi pihak yang membaca dan membutuhkannya.Khususnya bagi penulis sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Aamiin.Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatu.

Maros, 13 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................


B. Rumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN...................................................................................................

A. Pengertian Pendekatan Subtantif...........................................................................


B. Usahawan Pendatang Jawa...................................................................................
C. Usahawan Pendatang Keturunan Cina..................................................................
D. Usahawan Pendatang Bali.....................................................................................
E. Usahawan Pendatang Bugis..................................................................................

BAB III. PENUTUP..........................................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Antopologi ekonomi adalah suatu kajian dalam antropologi sosial
budaya yang memusatkan studi pada gejala ekonomi dalam kehidupan
masyarakat. Antropologi Ekonomi berupaya untuk menjelaskan fenomena
aktivitas ekonomi masyarakat tidak melulu berdasarkan teori dan konsep
ekonomi modern, akan tetapi berkaitan erat dengan budaya dan lingkungan
fisiknya.
Dalam Antropologi, terdapat tiga pendekatan yang penting dan
berkaitan dengan kegiatan ekonomi salah satu diantaranya yaitu Pendekatan
Subtantif. Pendekatan subtantif adalah hakekat, realita, kenyataan, nyata,
dan sebagainya. Jadi pendekatan subtantif artinya sudut pandang yang
melihat "ekonomi" yang nyata sesuai relitanya atau apa adanya yang
diterapkan oleh masyarakat tertentu.
Pendekatan subtantif ini pun terlihat pada nilai dan norma yang dianut
oleh usahawan pendatang di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan,
dengan berpegang pada modal sosial yang mereka miliki. Usahawan
pendatang Jawa, Cina, Bali dan Bugis, mereka memiliki unsur-unsur modal
sosial seperti saling percaya, hubungan timbal-balik, dan jaringan kerja yang
luas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang Dimaksud dengan Pendekatan Subtantif
2. Sebutkan nilai-nilai moral budaya yang Dilakukan oleh Pendatang Jawa,
Cina, Bali dan usahawan Bugis?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui seperti apa itu pendekatan substantif
2. Untuk mengetahiu nilai-nilai dan norma apa saja yang dilakukan oleh
para usahawan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDEKATAN SUBTANTIF


Pendekatan subtantif adalah hakekat, realita, kenyataan, nyata, dan
sebagainya. Jadi pendekatan subtantif artinya sudut pandang yang melihat
"ekonomi" yang nyata sesuai relitanya atau apa adanya yang diterapkan oleh
masyarakat tertentu. Penganut pendekatan subtantif juga penempatkan
perekonomian sebagai rangkaian dari aturan dan organisasi sosial dimana
setiap individu dilahirkan dan diatur dalam suatu system organisasi
tersebut.Sebagai suatu system organisasi, fenomena ekonomi dalam
masyarakat terikat pada sistem pranata dan norma-norma yang sama. Pola
keterkaitan pranata social dan "ekonomi", pranata sosial meliputi garis
keturunan, sistem pemilihan warisan, dan sistem pemilihan perkawinan terkait
dengan sistem "ekonomi" yamg meliputi produksi (tanah, modal, tenaga kerja,
dan skill), distribusi (alokasi/pembagian, excange/pemasaran, bagi hasil, dan
hubungan produksi), dan konsumsi (penjatahan/pemenuhan kebutuhan, dan
pola makan).
Pemikiran aliran subtantif mempunyai sudut pandang bahwa
pertukaran di dalam masyarakat memiliki ciri : 1)Perbalasan (reciprocity),
2)Penyebaran kembali (redistribution) dan, 3) Pertukaran pasar (market
exchange). Pertukaran yang memakai prinsip resiprositas dan redistribusi
merupakan pertukaran yang tidak bermakna ekonomis dan tujuan mencari
keuntungan komersil, tetapi bermakna sosial, yaitu membina kepentingan dan
solidaritas sosial.
Pendekatan substantif mengarahkan kajian antropologi ekonomi dalam
kerangka studi sistem ekonomi komparatif (deskriptif dan analitik) atas sistem
ekonomi industri dan pra industri yang sedang eksis maupun telah berlalu.
Studi komparatif bertujuan menemukan keterbatasan hukum-hukum ekonomi
dan menemukan universalitas dari hukum-hukum tersebut. Namun pada
akhirnya, pendekatan substantif lebih menghasilkan suatu tipologi (sistem
ekonomi) daripada universalitas suatu teori.
Namun begitu, pendekatan substantif pada dasarnya bersifat:

1) Historis, bahwa gejala ekonomi dilihat sebagai proses dari gejala


sebelumnya, dan gejala yang terjadi pada masa sekarang akan memengaruhi
gejala-gejala yang aan terjadi pada masa mendatang;
2) Relativistik, bahwa sistem ekonomi suatu masyarakat merupakan bagian
dari kebudayaan masyarakat yang bersifat relatif, maka, gejala ekonomi
bersifat relatif pula. Pandangan ini menolak teori ilmu ekonomi yang “Barat-
sentris atau Eropa-sentris”.
3) Substantif (riil/real) dalam orientasinya karena tingkah laku ekonomi dilihat
sebagai ketergantungan hubungan antara manusia dengan alam sekitar
(lingkungan) dan sesamanya.Melihat gejala ekonomi bukan pada
penampilan (performance), atau barang maupun tingkah laku yang nampak,
tetapi pada pikiran-pikiran yang mendasari atas terwujudnya barang dan
tingkah laku tersebut.  Pendekatan ini juga memperhatikan struktur, fungsi,
dan makna simbolik dari tingkah laku dan organisasi sosial yang secara
langsung berhubungan dengan aktivitas ekonomi.
Gagasan teori menurut ahli antropolog subtantif:
 Malinowsk, Hasil penelitiannya tentang perdagangan Kula pada
masyarakat Trobriand menghasilkan gagasan bahwa pertukaran
komoditi bukan didasari oleh motif ekonomi melainkan motif sosial.
Pertukaran (barang/komoditi) merupakan ekspresi dasar pikiran orang
Trobriand tentang pertukaran hadiah yang berfungsi membina
hubungan sosial yang tinggi nilainya.
 Goldman, Bahwa pemberian (sebagai gejala-transaksi ekonomi) wajib
dikembalikan dengan dasar adat istiadat, bukan atas dasar
pertimbangan ekonomi.
 Polanyi, Bahwa sistem ekonomi pasar didominasi oleh pertukaran
pasar, sedangkan sistem ekonomi tradisional dan peasant didominasi
sistem pertukaran “resiprositas” dan “redistribusi” pasar.
Polanyi juga mengemukakan bahwa pertukaran yang memakai prinsip
pasar selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Memakai uang sebagai alat pengukur barang atau jasa yang
dipertukarkan,
2) Memakai harga yang diatur oleh hukum permintaan dan penawaran,
dan
3) Aktivitas ekonomi yang didominasi oleh tujuan-tujuan mencari
keuntungan sebanyak mungkin dari sumber daya yang tersedia.
Sebaliknya, pertukaran yang memakai prinsip resiprositas dam
redistribusi merupakan pertukaran yang tidak bermakna ekonomis dan
tujuan mencari keuntungan komersil, tetapi bermakna sosial, yaitu
membina kepentingan dan solidaritas sosial.
Menurut Polanyi, tugas ahli antropologi adalah menunjukkan
karakteristik yang khas dari setiap perekonomian, dan mengaitkan
gejala ekonomi dengan organisasi sosial dan kebudayaan.
Makna Substantif berbicara tentang apa yang sebenarnya,
bukan apa yang seharusnya. Makna Formal berbicara tentang logika
rasional dalam memilih alternatif yang beragam di antara sumber daya
yang terbatas.
B. USAHAWAN PENDATANG JAWA
Usahawan pendatang Jawa dalam melakukan usaha ekonomi,
dipengaruhi oleh nilai-nilai moral budaya Jawa, salah satunya adalah apa
yang disebut sebagai harmonis. Karakteristik inti dari pandangan harmonis ini
adalah menciptakan dan menjaga kesesuaian atau keselarasan hubungan
antar sesama manusia, masyarakat dan dengan alam.Ketiganya merupakan
satu sistem yang biasa disebut sebagai “pandangan dunia Jawa”. Nilai
pragmatis dari pandangan dunia Jawa ini adalah agar tercapai suatu keadaan
psikis tertentu, seperti ketenangan, ketentraman, dan keseimbangan batin.
Norma lainnya yang turut mengondisikan modal sosial dari usahawan
pendatang Jawa adalah norma agama. Usahawan pendatang Jawa dalam
melakukan usaha ekonomi tampak tenang, dan bersabar dalam mengelola
usahanya.
Serta Mereka sangat memperhatikan ibadah sebagai wujud dari pelaksanaan
agama.Selain itu, usahawan pendatag Jawa sangat memperhatikan
pendidikan anak-anaknya. Pendidikan adalah sebuah investasi untuk masa
depan keluarga mereka.
Pola-pola sosiokultural yang teratur yang mengatur pelaksanaan
perkawinan dan reproduksi, bagi mereka perkawinan antara sesama orang
Jawa tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya, yang terpenting bagi mereka
adalah mahar dan juga sudah menyiapkan modal usaha untuk digunakan
membuka usaha sesudah kawin. Selain itu, Bagi usahawan Jawa
menganggap peralatan atau teknik yang dengannya manusia beradaptasi
dengan lingkungan fisiknya itu sangat penting untuk mereka miliki. Mereka
ingin membeli sepeda motor dan mobil untuk memperlancar dan
mengembangkan usaha mereka serta memperluas jaringan kerja
(networking).Bagi usahawan pendatang Jawa juga sangat memberikan
perhatian pada nilai-nilai bersama untuk berkumpul kembali dengan keluarga
mereka.Sebagai perantau dalam waktu satu tahun atau lebih mereka selalu
berkeinginan untuk pulang ke Jawa berkumpul dengan keluarga dan kerabat
mereka. Dengan demikian, dapat dianggap bahwa nilai untuk selalu bertemu
dengan keluarga dekat juga mengondisikan usahawan pendatang Jawa
dalam mengelola usaha mereka..
C. USAHAWAN PENDATANG KETURUNAN CINA
Usahawan keturunan Cina dalam melakukan usaha ekonomi, juga
banyak dikondisikan oleh nilai dan norma yang mereka anut. Usahawan
keturunan Cina memandang pekerjaan sebagai tradisi keluarga, maka dari itu
sang anak akan mewarisi usaha keluarganya. Seperti halnya usahawan
orang Cina di Takalar yang lebih memilih untuk berdagang karena mewarisi
pekerjaan orang tuanya.Mereka berpendapat bahwa dengan mewariskan
pekerjaan ayah kepada anak maka keahlian dapat diwariskan secara turun-
temurun.
Usahawan keturunan Cina dalam berdagang, mereka tidak mau
kompromi terutama menyangkut kualitas barang, untung, dan rugi.Prinsip
mereka adalah “lebih baik mengambil untung sedikit, yang penting kualitas
dan pelayanan yang baik”.Sisi lain dalam kehidupan usahawan Cina adalah
kepercayaannya terhadap dewa-dewa.
Sebagai bentuk dari kepercayaan tersebut, mereka membakar lilin berwarna
merah pada pagi sampai siang hari dengan maksud memanggil dewa-dewa
yang akan membawakan rejeki.Dalam keluarga Cina, pendidikan tentang
berdagang secara otomatis mereka turunkan kepada anak-anaknya.Seluruh
anggota keluarga Cina turut bekerja, Dengan keterlibatan anak-anak mereka
dalam mengelola usaha berarti memberikan pengamalan dan pendidikan
kepada anak sejak dini dalam berbisnis.Oleh karena itu, nampak bahwa
keluarga bagi usahawan pendatang Cina menjadi semacam ideologi
(familism).Dalam sistem sosial Cina, anak laki-laki adalah pewaris keturunan
karena mereka akan mewarisi harta dan kekayaan keluarga.
Usahawan pendatang keturunan Cina bekerja keras untuk
mendapatkan imbalan materi. Kemakmuran dan kenyamanan dalam usia
lanjut merupakan tujuan mereka dalam berusaha. Jadi mereka memandang
kerja sebagai orientasi nilai instrumental.
D. USAHAWAN PENDATANG BALI
Usahawan pendatang Bali dalam melakukan usaha ekonomi, juga
dipengaruhi oleh nilai dan norma yang mereka anut. Demikian juga norma
agama yang berisi kepercayaan dan nilai bersama yang bersinggungan
dengan keyakinan akan adanya kekuatan dan kekuasaan sesuatu yang
bersifat supernatural.Inti ajaran dari agama Hindu bagi orang Bali pada
umumnya dikenal dalam bentuk konsep Trimurti.Trimurti ini mempunyai tiga
wujud atau manifestasi yaitu wujud Brahma, yang menciptakan, wujud Wisnu,
yang melindungi serta memelihara, dan wujud Siwa, yang melebur segala
yang ada.Manifestasi dari keyakinan beragama ini adalah mereka
memandang bahwa kerja adalah sesuatu yang luhur, adanya buah dari setiap
perbuatan (karma-pala).
Spirit usaha bagi usahawan pendatang Bali dapat diketahui melalui
beberapa aspek.Pertama, orientasi nilai di mana usahawan Bali memandang
bahwa karya atau kerja pada hakikatnya bertujuan untuk mencari nafkah
untuk dapat hidup, artinya bahwa kerja tidak bisa dilepas-pisahkan dengan
kehidupan manusia.Karena itu, keberhasilan dalam melakukan usaha
ekonomi sangat ditentukan oleh kesungguhan seseorang dalam mencapai
tujuan.
Kedua, pengaruh orientasi nilai hubungan manusia dengan
manusia.Hubungan manusia dengan manusia bagi usahawan Bali tampil
dalam sikap sopan santun, menghargai, dan membantu orang lain.
Ketiga, pengaruh orientasi nilai hubungan manusia dengan alam.Bagi
usahawan pendatang Bali juga beranggapan bahwa alam sangat
berpengaruh kepada kehidupan manusia.Karenanya satu dari komponen
pedoman hidup orang Bali yang disebut sebagai Trihita Karana adalah
menjaga hubungan baik antara manusia dengan alam. Di satu sisi, alam
dapat mendatangkan rezeki bagi manusia, tetapi di sisi lain sumber rezeki itu
dapat berubah menjadi bencana atau malapetaka jika ternyata manusia
bertindak semberono terhadapnya.Dengan demikian, modal sosial dari
usahawan pendatang Bali dibalik nilai dan norma yang mereka anut adalah:
(1) berkaitan dengan makna kerja itu sendiri dan (2) dasar keberhasilan
usaha.
E. USAHAWAN PENDATANG BUGIS
Salah satu nilai dan norma usahawan bugia adalah bersikap dan bertutur kata
yang santun kepada orang lain. Dengan begitu, mereka akan merasa
diterimah dengan baik oleh masyarakat sekitar. Hal ini sejalan dengan
asusmsi bahwa untuk menjalankan aktivitas usaha apapun, tidak cukup
hanya dengan memilii modal finansial, akan tetapi sejumlah modal sosial
menjadi syarat yang perlu untuk dimiliki terutama dalam menjalin kerjasama
dengan pembeli.
Pentingnya usaha dan kerja keras juga didapat dari pesan-pesan le;luhur
mereka seperti”resopa temmangingi namallomo naletei pummase dewata”
yang artinya hanya kerja keras dan sungguh-sungguh yang dapat rahmat dari
yang Maha Kuasa. Pesan leluhur yang lain, yaitu “aja mumaelo natunai
sekke, naburuki labo” (Jangan terhina oleh sifat kikir dan hancur oleh sifat
boros). Makna dari pesan leluhur mereka adalah bahwa dalam bekerja keras
harus dikerjakan dengan penuh kesunguhan, tidak dalam assal kerja, karena
hanya dengan kerja yang sungguh-sngguh yang akan mendapatkan restu
dan berkah dari Tuhan.
Norma lain yang tampak pada usahawan pendatang Bugis yang melestarikan
mdal sosiaal mereka adalah Siri=Siri. Ketika mereka tidak memiliki Siri
dianggap tidak lebih dari binatang.
Siri merupakan konsep yang mengcakup gagasan tentang harga diri dan rasa
malu. Secara substantif Siri merupakan keininan untuk berbuat kebajukan
bagi diri dan sesama manusia dalam meningatkan harkat, martabat dan
kemanusiaan yang berintikan susila. Siri merupakan aktualis diri, dimana
aktualisasi diri manusia pada gilirannya menghasilkan sarana-sarana hidup
dan secaractidakclangsungcmemperlihatkan ekksistensi materinya. Poros
inilah yang sesungguhnya yang mendasari usahawan Bugis untuk melakukan
usaha ekonomi demi keberlangsungan hidupnya dan keluargnya.
Sisi lain nilai dan norma yang melatari modal sosial dari usahawan
pendatang Bugis adalah agama yaitu menunaika ibadah ketanah suci Mekah
yang dimaknai sebagai bagian dari penyempurnaan ibadah telah menjadi
motivasi tersendiri bagi usahawan Bugis dalam mengelolah usaha. Keinginan
dari usahawan pendatang Bugis untuk menunaikan ibadah haji juga
memberikan semangat dalam melakukan usaha. Hal ini nenunjukkan bahwa
agama telah menjadi sumber spirit dalam berusaha. Keinginan utuk
menuaikan ibadah haji dan medapatkan penghargaan di masyarakat serta
keinginan untuk mengejar status sosial merupakan nilai dan norma yang
dianut oleh usahawan pendatang Bugis yang melatari modal sosial mereka.
Sementara itu usahawan pendatang Jawa, Bali, dan Cina, keinginan untuk
memperbaiki hubungan yang harmonis dengan sesama manusia dengan
konsep menanam budi menjadi sumber motivasi utama dibalik modal sosial
mereka.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pengertian Pendekatan Substantif
Pendekatan subtantif adalah hakekat, realita, kenyataan, nyata, dan
sebagainya. Jadi pendekatan subtantif artinya sudut pandang yang
melihat "ekonomi" yang nyata sesuai relitanya atau apa adanya yang
diterapkan oleh masyarakat tertentu. Penganut pendekatan subtantif juga
penempatkan perekonomian sebagai rangkaian dari aturan dan organisasi
sosial dimana setiap individu dilahirkan dan diatur dalam suatu system
organisasi tersebut.
2. Usahawan Pendatang Jawa
Usahawan pendatang Jawa dalam melakukan usaha ekonomi,
dipengaruhi oleh nilai-nilai moral budaya Jawa, salah satunya adalah apa
yang disebut sebagai harmonis
3. Usahawan Pendatang Cina
Usahawan keturunan Cina dalam melakukan usaha ekonomi, juga banyak
dikondisikan oleh nilai dan norma yang mereka anut. Usahawan keturunan
Cina memandang pekerjaan sebagai tradisi keluarga, maka dari itu sang
anak akan mewarisi usaha keluarganya.
4. Usahawan Pendatang Bugis
Salah satu nilai dan norma usahawan bugia adalah bersikap dan bertutur
kata yang santun kepada orang lain. Norma lain yang tampak pada
usahawan pendatang Bugis yang melestarikan mdal sosiaal mereka
adalah Siri=Siri. Ketika mereka tidak memiliki Siri dianggap tidak lebih dari
binatang. Siri merupakan konsep yang mengcakup gagasan tentang
harga diri dan rasa malu. Secara substantif Siri merupakan keininan untuk
berbuat kebajukan bagi diri dan sesama manusia dalam meningatkan
harkat, martabat dan kemanusiaan yang berintikan susila.
5. Usahawa Pendatang Bali
Usahawan pendatang Bali dalam melakukan usaha ekonomi, juga
dipengaruhi oleh nilai dan norma yang mereka anut. Demikian juga norma
agama yang berisi kepercayaan dan nilai bersama yang bersinggungan
dengan keyakinan akan adanya kekuatan dan kekuasaan sesuatu yang
bersifat supernatural.Inti ajaran dari agama Hindu bagi orang Bali pada
umumnya dikenal dalam bentuk konsep Trimurti.
DAFTAR PUSTAKA

https://classroom.google.com/c/MTQ0MTg3MTc4MDM0/m/MTc1NjcwNDk4MTI5/det

ails

https://laely-widjajati.blogspot.com/2012/12/antropologi-ekonomi.html

Abuatam. M.L. 1989. Gerak Penduduk, Pembangunan, dan Perubahan Sosial.

http://repository.unimal.ac.id/1909/1/MATERI%20AJAR%20ANTROPOLOGI%20EKONOMI.pdf

Anda mungkin juga menyukai