Disusun Oleh :
Putri Junilandari 213030212159
Nur Afni Hidayanti 213020212032
Meri Andani 213030212198
Miranda 213030212214
Muhammad Ismail 213030212236
Subhan Abdillah Aulia Rahman 213010212010
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2
BAB I ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 4
C. Tujuan .................................................................................................................................. 5
BAB II .............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 6
A. Falsafah Huma Betang......................................................................................................... 6
B. Pengertian Huma Betang ..................................................................................................... 7
C. Nilai – Nilai Huma Betang ................................................................................................... 7
D. Keterkaitan Huma Betang dengan Masyarakat ................................................................. 9
E. Keterkaitan Huma Betang dengan Pendidikan ................................................................ 10
BAB III .......................................................................................................................................... 12
PENUTUP...................................................................................................................................... 12
Kesimpulan ................................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara terdiri dari berbagai macam pulau, suku, budaya,ras
dan agama. Letak geografis yang berjauhan menjadi faktor pendorong utama dalam
keanekaragaman kebudayaan antara satu pulau dengan pulau lainnya dan penghasilkan
kebiasaan masyarakat yang berbdeda sesuai dengan kondisi lingkungan serta iklim
dalam pembentukan perilaku budaya masyarakat lokal (Koentjaraningrat, 1984) Makna
nilai dari sebuah kebudayaan mencerminkan kebiasaan masyarakat adat dalam
menjalankan kehidupan yang bijaksana, salah satunya tercermin pada hasil kebudayaan
berupa “Huma Betang” suku Dayak Kalimantan Tengah. Huma Betang atau rumah
panjang yang di huni banyak orang dengan banyak agama dan kepercayaan tetapi tetap
rukun serta damai (Usop et all, 2011).
Filosofi Huma Betang yang merupakan nilai-nilai yang selalu melekat padadiri
setiap masyarakat Kalimantan dalam arti kata nilai-nilai yang ada didalam Huma
Betang tersebut bukan hanya sekedar warisan akan tetapi untuk di kelola oleh
masyarakat Kalimantan. Hingga pada akhirnya dengan ini semua membentuk
kepribadian orang suku Dayak itu sendiri, salah satunya pada suku Dayak Bakumpai.
Suku Dayak Bakumpai merupakan salah satu sunetnis Dayak Ngaju Kalimantan yang
Beragama Islam. Suku ini terutama mendiami sepanjang tepian daerah aliran sungai
Barito di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yaitu dari kota Marabahan
(Barito Kuala), Muara Teweh (Barito Utara), Buntok (Barito Selatan) dan Pruk Cahu
(Murung Raya). Makna nilai dari sebuah filosofi Huma Betang mencerminkan
kebiasaan masyarakat adat suku Dayak Bakumpai, yang menjadi ciri khas dari suku
Dayak itu sendiri dalam mempersiapkan perilaku untuk menjalani kehidupan dengan
masyarakat luas. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Falsafah Huma Betang?
2. Apa Pengertian Huma Betang?
3. Apa saja nilai-nilai Falsafah Huma Betang
4. Apa keterkaitan Huma Betang dengan Masyarakat?
5. Apa keterkaitan Huma Betang dengan Pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Falsafah Huma Betang.
2. Untuk mengetahui pengertian Huma Betang.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai Huma Betang.
4. Untuk mengetahui keterkaitan Huma Betang dengan masyarakat.
5. Untuk mengetahui keterkaitan Huma Betang dengan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Falsafah Huma Betang
Betang secara filosofis mengacu pada arsitektur tradisional Filosofi betang
dijelaskan oleh Tjilik Riwut (1979) yaitu tokoh masyarakat Kalimantan Tengah dan
pelaku sejarah pendirian provinsi Kalimantan Tengah. Ia menyampaikan beberapa
naskah disertai cerita yang menarik mengenai sejarah betang. Riwut (1979)
menjelaskan mengenai hubungan antara Rumah Betang dengan peristiwa kesepakatan
perdamaian masyarakat Dayak di Tumbang Anoi.
Kutipan Riwut menyampaikan (1979): "Saat itu, suku-suku Dayak di seluruh
Kalimantan berkumpul di Desa Tumbang Anoi tahun 1894, satu desa yang dipercaya
sebagai pusatnya orang Dayak Suku-suku Dayak melakukan perundingan di bawah
pengawasan Pemerintah Hindia Belanda. Tujuan perundingan yaitu untuk melahirkan
kese- pakatan penghapusan tradisi 4H yaitu Habunu (membunuh), Hajipen
(memperbudak manusia), Hasang (menyerang), dan Hakayau (memotong kepala
manusia).
Kesepakatan perdamaian masyarakat Dayak yaitu kesepakatan suku suku
Dayak untuk menghentikan tradisi 4H (Hobunu, Hajipen, Hakayau, dan Hasang)
melalui Perjanjian Tumbang Anoi. Perjanjian Tumbang Anoi merupakan salah satu
upaya perdamaian peperangan antara suku Dayak di Kalimantan. Perjanjian Tumbang
Anoi membawa kehidupan baru masya rakat suku-suku Dayak menjadi rukun dan
toleransi.
Riwut (1979) menyatakan "Nilai historis di balik kesepakat an Betang Tumbang
Anoi mampu memperkuat rumah betang menjadi cagar budaya Riwut (1979)
menyebutkan data tertulis mengenai peristiwa kesepakatan Tumbang Anol,
pemindahan hingga terbakarnya Betang Tumbang Anoi atau Betang Damang Batu
sangat terbatas "Catatan kesepakatan Tumbang Anoi dimuat dalam laporan serah terima
jabatan Pemerintah Hindia Belanda di Troopen Institut, Netherland".
Kebudayaan nasional Indonesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Baik itu pakaian adat, upacara adat, rumah adat, bahasa daerah, peralatan
peninggalan sejarah, lagu daerah, dan masih banyak lagi unsur kebudayaan nasional
yang lainnya. Pelaksanaan dari nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap unsur
kebudayaan merupakan bukti pelestarian terhadap budaya. Terlebih lagi di Indonesia
dengan segala kearifan budaya lokal daerahnya dapat menjadi sarana dalam
membangun karakter warga negara yang beradab.
Filosofi rumah adat ini berangkat dari pemahaman mengenai tujuh unsur
kebudayaan (cultural universal) yang dipopulerkan oleh Koentjaraningrat. Rumah adat
masuk ke dalam dua unsur kebudayaan sekaligus, yaitu bangunan dalam unsur kesenian
dan tempat berlindung dalam unsur sistem peralatan hidup atau teknologi. Pemahaman
tentang unsur kebudayaan ini menunjukkan identitas, yang mana berarti dalam karya
budaya tidak lain adalah karya manusia itu sendiri. Khusus mengenai rumah adat yang
merupakan bahasan unsur budaya sik, hal ini tidak lepas dari loso dan nilai-nilai
kebudayaan yang kental. Maka dari itu rumah adat dapat dijadikan salah satu titik tolak
revitalisasi kebudayaan yang dimaksudkan.
PENUTUP
Kesimpulan
Huma betang sebagai identitas moral kultural Suku Dayak merupakan rumah adat asli
Suku Dayak yang didirikan oleh nenek moyang pada zaman dahulu. Hal ini dikarenakan
huma betang mengandung unsur-unsur berupa nilai, moral, hukum adat, kebiasaan, yang
sudah dianggap sebagai pandangan hidup bagi masyarakat Suku Dayak. Nilai-nilai yang
terkandung dalam Huma Betang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat dan menjadi
pedoman dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Kalimantan Tengah.
Selain berfungsi sebagai rumah adat, Huma Betang memiliki filosofi kehidupan yang
sangat dalam dan mendasar bagi masyarakat seperti Hapahari (persaudaraan dan
kebersamaan), Handep (tolong-menolong), Belom Bahadat (hidup beradab dan memiliki
etika), dan Hapakat Kula (saling bermufakat). Oleh karena itu, karya seni arsitektur betang
ini perlu dilestarikan agar anak cucu kita tetap dapat menceritakan kehidupan Suku Dayak
Ngaju yang begitu dekat dengan alam, dan menghargai alam, dan juga meyakini kebesaran
Tuhan. Fungsi lainnya sebagai perekam (dokumentasi) sejarah dan kearifan leluhur (local
wisdom) yang ditinggalkan dapat kita lanjutkan sebagaimana melanjutkan semangat
leluhur.
DAFTAR PUSTAKA
Hamidah, N., & Garib, T. W. (2014). Studi Arsitektur Rumah Betang Kalimantan
Tengah. Jurnal Arsitektur: Arsitektur Melayu dan Lingkungan, 1(2), 19-35.
Ibnu Elmi AS Pelua, Jefry Tarantang. 2018. Interkoneksi Nilai-Nilai Huma Betang
Kalimantan Tengah dengan Pancasila. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat.
https://stakpnsentani.ac.id/2021/05/11/huma-betang-falsafah-suku-dayak-di-
kalimantan-tengah/