Anda di halaman 1dari 11

MORAL EKONOMI DAN POLITIK EKONOMI

OLEH
Kelompok
Nama Nim
Foiler S.M Hutapea 1719107074
Su Agustino Pratama 1719107046
Edwina 1719107073
Gita Tesalonika 1719107077

INSTITUT BINA BISNIS INDONESIA


MEDAN
2018
BAB I
TEORI
Moral Ekonomi Dan Politik Ekonomi
A. Moral Ekonomi
Dalam kajian sosiologi, Moral Ekonomi adalah suatu analisa tentang apa
yang menyebabkan seseorang berperilaku, bertindak dan beraktivitas dalam
kegiatan perekonomian. Hal ini dinyatakan sebagai gejala sosial yang
berkemungkinan besar sangat berpengaruh terhadap tatanan kehidupan sosial.
Dengan begitu, beberapa buku referensi bagi mahasiswa dalam
perkuliahan, diajukan beberapa teori tentang moral ekonomi. James C. Scott
mengajukan sebuah analisa tentang kehidupan petani sedangkan H.D. Evers
mengemukaakn teori tentang moral ekonomi pedagang. Inti pembahasannya
adalah apa yang menyebabkan sekelompok masyarakat berperilaku, bertindak dan
beraktivitas dalam kegiatan perekonomian.
Bagian ini menjelaskan bagaimana hubungan antara moral ekonomi yang
memiliki oleh suatu kelompok masyarakat dan tindakan ekonomi yang di lakukan
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Terlebih dahulu yang membahas tentang
moral ekonomi petani yang di tulis oleh Jemes C. Dan terakhir moral ekonomi
pedagang diedit oleh H.D Ever dan Heiko Schrader. Kemudian dilakukan
perbandingan antara kedua tulisan tersebut, untuk memperoleh jawaban dari
pertanyaan tersebut.

1. Moral ekonomi petani


Dapat di defenisikan moral ekonomi sebagai pengertian petani tentang
keadilan ekonomi dan defenisi kerja mereka tentang eksploitasi pandanga mereka
tentang pungutan –pungutan terhadap hasil produksi mereka mana yang dapat
ditolerir mana yang tidak dapat. Dalam mendefinisikan moral ekonomi, petani
akan memperhatikan etika subsistensi dan norma resiprositas yang berlaku dalam
masyarakat mereka. Etika subsistensi merupakan perspektif dari mana petani yang
tipikal memandang tuntutan-tuntutan yang tidak dapat di letakkan atas sumber
daya yang dimilikinya dari pihak sesama warga desa,tuan tanah atau pejabat.
Etika subsistensi tersebut, menurut james Scott (1976), muncul dari
kekhawatiran akan mengalami kekurangan pangan dan merupakan konsekuensi
dari suatu kehidupan yang begitu dekat dengan garis batas dari krisis subsistensi.
Oleh karena itu kebanyakanrumah tangga petani hidup begitu dekat dengan batas-
batas substensi dan menjadi sasaran-sasaran permainan alam serta tuntutan dari
pihak luar maka mereka meletekkan landasan etika subsistensi atas dasar
pertimbangan prinsip safety first (dahulukan selamat).
Dari sudut pandang moral ekonomi petani,subsistensi itu sendiri
merupakan hak oleh sebab itu ia sebagai tuntutan moral. Maksudnya adalah petani
merupakan kaum yang miskin mempunyai hak sosialatas subsistensi. Oleh karena
itu, setiap tuntutan terhadap petani dari pihak tuan tanah sebagai elit desa atau
negara tidaklah adil apabila melanggar kebutuhan subsistensi. Pandangan moral
ini mengandung makna bahwa kaum elit tidak boleh melanggar cadangan
subsistensi kaum miskin pada muslim baik dan memenuhi kewajiban moralnya
yang positif untuk menyediakan kebutuhan hidup pada musim jelek.
Norma resiprositas merupakan rumus moral sentral bagi perilaku
antarindivindu: antara petani dengan sesama warga desa, antara petani dengan
tuan tanah, antara petani dengan negara.prinsip moral ini berdasarkan gagasan
bahwa orang harus membantu mereka yang pernah membantu atau paling tidak
jangan merugikan. Prisip moral ini mengandung arti bahwa satu hadiah atau jasa
yang di terima menciptakan, bagi si penerima, satu kewajiban timbal balik untuk
membalas satu hadiah atau jasa dengan nilai yang setidak-tidaknya membanding
di kemudian hari. Ini berarti bahwa kewajiban untuk membalas budi merupakan
satu prinsip moral yang paling utama yang berlaku bagi hubungan baik antara
pihak-pihak sederajat. James scott (1976) telah meletakkan dasar stratifikasi sosial
masyarakat petani atas tingkat keamanan subsistensi mereka, bukan pada
penghasilan mereka. Keamanan subsistensi mereka di jamin oleh tuan tanah yang
menjadi patron mereka.sedangkan lapisan terbawahnya adalah buruh.
Pertumbuhan negara kolonial dan komersiliasi pertanian yang membawa
masyarakat petani ke dalam ekonomi dunia telah memperumit dilema
keterjaminan subsistensi kaum petani.
2. Moral Ekonomi Pedagang
H.D. Evers mengemukakan bahwa moral ekonomi pedagang timbul ketika
mereka menghadapi permasalahan dalam aktivitas jual beli. Ia mengatakan para
pedagang seringkali mengalami dilema. Moral ekonomi pedagang, menurut H.D.
Evers timbul karena adanya pertentangan dalam diri pedagang sendiri. Apabila
yang menjual dengan harga yang tinggi, maka dagangannya tidak akan laku/ laris.
Apabila ia menjual dagangannya dengan harga murah, sedangkan modal sangat
mahal, maka kerugian yang akan dialami.
Dalam keadaan seperti itu, menurut H. D. Evers, pedagang berusaha mencari jalan
keluar sendiri. Di antaranya adalah dengan memilih jalan untuk merantau/
membuka usaha di negeri orang. Sehingga pertentangan bathinpun tidak ada lagi.
H.D. Evers memandang bahwa pedagang adalah manusia yang kreatif dan
dinamis. Hal didasarkan kepada para pedagang tidak tertumpu pada norma-norma
yang ada di dalam masyarakat. Mereka bisa menyelesaikan permasalahan pribadi
tanpa melanggar norma-norma yang ada.
Dalam memahami Moral Ekonomi dari dua golongan masyarakat yang berbeda di
atas, terbesit sebuah pertanyaan, bagaimana dengan moral ekonomi dari golongan
masyarakat lain seperti nelayan dan masyarakat metropolis?
Pada dasarnya, setiap manusia yang terlibat dalam aktivitas
perekonomian akan mengalami hal sama. Baik masyarakat nelayan maupun
masyarakat metropolis. Apabila mereka menghadapi masalah yang disebut dengan
masalah subsistensi (keselamatan pribadi) atau resiprositas maka mereka akan
mencoba untuk melakukan tindakan-tindakan yang baru, seperti menjual,
menggadai, meminjam uang (berhutang) dan lain sebagainya atau bahkan mencuri
sekalipun. Tujuan dari itu semua adalah untuk mengamankan posisi mereka dalam
aktivitas perekonomian guna menghadapi persaingan yang ada.
MAXILIAN WEBER
Maxilian Weber atau yang akrab di kenal dengan Max Weber telah
menelaah moral ekonomi dalam kehidupan masyarakat protestan. Weber
menyatakan bahwa semangat kapitalis timbul dari masyarakat ini. Di mana
mereka (protestan-red) berkeyakinan manusia terpilih adalah mereka yang
mendapatkan panggilan suci. Untuk menjadi manusia yang mendapatkan
panggilan suci tersebut, manusia harus berusaha sekuat tenaga, baik dalam bidang
ekonomi, politik dan sebagainya. Hal itu membuat mereka berlomba-lomba untuk
mencapai kekayaan.

B. Politik Ekonomi
Ekonomi dan politik adalah beberapa hal yang tidak dapat dilepaskan
dari komunikasi media, komunikasi massa, dan komunikasi politik itu sendiri.
Komunikasi-komunikasi dalam dunia politik misalnya, bergantung pada teori-
teori politik untuk memahami bagaimana cara menyusun pesan yang tepat untuk
menghadapi kompetitor, menyampaikan informasi pada masyarakat agar tidak
resisten dan lain sebagainya. Di Indonesia pun juga mengalami hal yang sama.
Oleh karena itu teori politik ekonomi sangat penting untuk dipelajari terutama
bagi mereka yang harus berurusan dengan masalah komunikasi-komunikasi di
bidang politik.

Dalam perjalanan sejarah ilmu ekonomi dan juga politik, dalam


menganalisis fenomena ekonomi ditemukan bahwa unsur politik merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam analisis ekonomi. Meski ekonomi dan
politk memiliki sudut pandang analisis masing-masing yang kadang berlainan,
akan tetapi dua sudut pandang tersebut tetap dapat disandingkan dengan
pertimbangan perhatian yang sama dalam analisis isu-isu : mengkoordinasi dan
mengorgnisasikan kegiatan manusia,pengelolaan konflik, pengalokasian beban
dan keuntungan, serta menyediakan kepuasan bagi kebutuhan dan keinginan
masnusia.
Menurut Clark (1998:21-23) dalam Erani (2013), kemunculan teori
ekonomi berawal dari periode antara abad 14 dan 16, yang juga dikenal sebagai
masa transformasi besar di Eropa Barat sebagai implikasi dari sistem perdagangan
baru yang secara perlahan menyisihkan sistem ekonomi feodal pada abad
pertengahan. Pada abad 18 mulai muncul pencerahan yang marak di Prancis
(dikenal dengan masa Renaissance) dengan para pelopor seperti Voltaire, Diderot,
D’Alembert, dan Condilac yang menyatakan keberadaan otonomi individu dan
eksplanasi kapasitas manusia.
Ekonomi politik atau politik ekonomi sendiri pertama kali diperkenalkan
oleh penulis Antoyne de Montchetien (1575-1621) yang berasal dari Prancis
dalam bukunya yang berjudul Triatise on Political Economy. Sedangkan dalam
bahasa Inggris, Sir James Steuart (1712-1789) mengawali pemakaian istilah ini
lewat bukunya yang berjudul An Iquiry into the Principles of Political Economy.
Perdebatan antara para ahli memunculkan banyak sekali aliran dalam tradisi
pemikiran ekonomi politik. Secara garis besar, aliran tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu:
1. Aliran ekonomi politik konservatif yang dipelopori oleh Edmund Burke.
2. Aliran ekonomi politik klasik yang didukung oleh Adam Smith, Thomas
Malthus, David Ricardo, Nassau Senior, dan Jean Baptiste Say
3. Aliran ekonomi politik radikal yang disebarkan oleh William Godwin,
Thomas Paine, Marquis de Condorcet, dan Karl Marx.

Studi ekonomi politik sendiri awalnya merupakan korelasi antara sistem


politik dan kinerja ekonomi. Namun, risetnya seringkali tidak menyatu, bahkan
bertabrakan. Terdapat penelitian yang menyimpulkan demokrasi membuat kinerja
perekonomian yang solid dalam jangka panjang. Penelitian lainnya malah melihat
otoritarianisme justru akan memberikan pencapaian yang lebih baik. Lebih
daripada itu terdapat dua pendekatan ekonomi politik, yaitu :

1. Kekuatan produksi material –pabrik dan perlengkapan(Modal), sumber-


sumber alam (tanah), skill, dan teknologi.
2. Relasi produksi manusia, seperti hubungan pekerja dan pemilik modal.

Ekonomi politik sendiri memiliki 5 pendekatan, yaitu:


1. Penggunaan kerangka kerja ekonomi politik berupaya untuk menerima
eksistensi dan validitas dari perbedaan budaya politik baik formal maupun
informal.
2. Analisis kebijakan akan memperkuat efektivitas sebuah rekomendasi
karena mencegah pemikiran deterministik
3. Analisis kebijakan mencegah pengambilan kesimpulan terghdap beberapa
alternatif tindakan berdasarkan kepada perspektif waktu yang sempit
4. Analisis kebijakan yang berfokus ke negara berkembang tidak bis secara
penuh orientasi teoritis statis
5. Analisis kebijakan lebih mampu menjelaskan interaksi antar manusia

Teori Pilihan Publik


Pendekatan ekonomi politik baru yang menganggap bahwa pemerintah memiliki
kepentingan sendiri pemicu lahirnya pendekatan public choice. Pendekatan ini
termasuk dalam kelompok ilmu ekonomi politik baru yang berusaha mengkaji
tindakan rasional dari aktor politik. Secara luas, teori ini dapat diartikan sebagai
aplikasi metode ekonomi terhadap politik. Level analisis teori ini dibagi menjadi
dua, yaitu :

1. Teori pilihan publik normatif yang memfokuskan kepada isu terkait desain
politik dan aturan dasar politik

2. Teori pilihan publik positif yang berkonsentrasi pada penjelasan perilaku politik
dalam wujud teori pilihan

Selanjutnya teori pendekatan pilihan publik ini dapat dibedakan dengan


dua bagian, yaitu supply dan demand. Pada sisi penawaran, subjek yang berperan
dalam formulasi kebijakan adalah pusat kekuasaan yang dipilih dan pusat
kekuasaann yang tidak dipilih. Sedangkan, pada sisi permintaan, aktornya adalah
pemilih dan kelompok penekan.

Teori Rent-Seeking
Konsep pendapatan ditransformasikan menjadi konsep perburuan rente.
Konsep ini penting dalam menjelaskan perilaku pengusaha, politisim dan
kelompok kepentingan. Secara teori, perilaku mencari rente merupakan kegiatan
ekonomi yang legal dan sah. Namun, literatur ekonomi politik menganggap
konsep ini secara tidak netral. Asumsinya, seluruh sumber daya ekonmi politik
yang dimiliki, seperti lobi, akan ditempuh demi menggapai tujuan tersebut.
Akibatnya akan sangat besar ketika produk dari lobi tersebut berupa kebijakan.
Adapun penjelasan yang dapat disimpulkan dari perilaku ini ialah,

1. Masyarakat akan mengalokasikan sumber daya untuk menangkap


peluang hak milik yang ditawarkan oleh pemerintah
2. Setiap kelompok atau individu pasti akan berupaya
mempertahankan posisi yang menguntungkan
BAB II
STUDI KASUS
Kasus Pabrik Beras PT IBU Di Kabupaten Bekasi Jawa Barat
Kasus pabrik beras PT IBU di kabupaten Bekasi Jawa Barat yang pekan
lalu digerebek oleh pihak kepolisian telah menguak praktik pedagang perantara
(middleman) dalam bisnis pangan. Dalam praktik menurut Fadel Muhammad,
Ketua Umum Masyarakat Agribisnis dan Agro Industri Indonesia umumnya
middleman meraup untung di atas profit normal.
Tidak hanya hanya beras, melainkan juga sejumlah komoditas pangan
lainnya seperti jagung, bawang merah, cabai, daging ayam dan telur. (Republika,
Senen 24 Juli 2017). Kasus seperti ini adalah sebagian dari banyak kasus di
Indonesia dalam praktik bisnis yang melanggar tatakrama moral ekonomi yang
berlaku.
Perilaku moral hazard dalam berbagai tindakan ekonomi yang bertujuan
mencari keuntungan yang sebesar-besarnya pada saat yang sama telah merugikan
pihak lain. Dalam konteks ini moral ekonomi tidak mampu menjadi pengendali
tindakan ekonomi yang merugikan pihak lain yang terkait.
Pertanyaan kritisnya, mengapa praktik ekonomi yang buruk dalam
bentuk tindakan pelanggaran moral ekonomi selalu terjadi? HD Evers
menjelaskan teori tentang moral ekonomi pedagang yang mengkaji dari segi aspek
sosiologi, mengenai apa yang menyebabkan sekelompok masyarakat berperilaku,
bertindak, dan beraktivitas dalam kegiatan perdagangan.
Secara umum tindakan ekonomi bisa dipandang sebagai cerminan
langsung dari moral ekonomi, yang menurut Evers pada kelompok pedagang
merupakan cerminan kombinasi antara moral ekonomi dan kepentingan ekonomi.
Moral ekonomi pedagang timbul ketika mereka menghadapi ethical dilemma
dalam aktivitas jual beli yaitu antara mengutamakan kepentingan diri sendiri dan
kepentingan orang lain. Kepentingan diri tanpa pertimbangan moral cenderung
menimbulkan tindakan distributif atau asertif yaitu kepentingan keuntungan bagi
diri sendiri.
Kepentingan ekonomi ini dalam praktik telah mewarnai tindakan
ekonomi dalam berbagai bentuk seperti menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan keuntungan secara sepihak. Dalam perspektif bisnis, prinsip
ekonomi yang mewarnai setiap tindakan ekonomi yang bertujuan memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya
telah menciptakan keserakahan yang terjadi secara masif dalam berbagai dimensi
kehidupan bisnis saat ini.
Persoalan moral ekonomi selalu menjadi topik perbincangan yang
semakin mengemuka akhir-akhir ini seiring dengan semakin banyaknya
malpraktik dalam kegiatan ekonomi baik dalam kegiatan produksi maupun jasa
termasuk banyaknya kasus fraud dalam kegiatan perbankan sehingga isu moral
telah menjadi pusat perhatian ahli-ahli ekonomi syariah.
Nilai-nilai atau ajaran moral dalam Islam mengajarkan kepentingan
bisnis yang tidak terpisahkan dari konsep Tauhid, yang merupakan titik sentral
dari ajaran Islam. Dalam ajaran Islam bagi orang yang beriman harus ada
keyakinan dan prinsip bahwa kegiatan usaha harus dilakukan berdasarkan pada
nilai-nilai yang telah ditetapkan Allah karena semua kegiatan manusia ada dalam
pengawasan Allah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
moral ekonomi dan politik ekonomi menjadi topik perbincangan yang
semakin menarik akhir-akhir ini seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi.
Konsep moral ekonomi itu secara khusus menurut mellah dan madsen (1991) dan
block (2006) mendefinisikan moral ekonomi pertukaran ekonomi melalui
sentimen-sentimen dan norma-norma mora. defenisikan moral ekonomi sebagai
pengertian petani tentang keadilan ekonomi dan defenisi kerja mereka tentang
eksploitasi pandanga mereka tentang pungutan –pungutan terhadap hasil produksi
mereka mana yang dapat ditolerir mana yang tidak dapat. Dalam mendefinisikan
moral ekonomi, petani akan memperhatikan etika subsistensi dan norma
resiprositas yang berlaku dalam masyarakat mereka. Etika subsistensi merupakan
perspektif dari mana petani yang tipikal memandang tuntutan-tuntutan yang tidak
dapat di letakkan atas sumber daya yang dimilikinya dari pihak sesama warga
desa,tuan tanah atau pejabat.

Anda mungkin juga menyukai