Anda di halaman 1dari 5

Modul Sosiologi Ekonomi

PERTEMUAN 14:
EKONOMI MORAL DAN EKONOMI RASIONAL

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep tindakan ekonomi;
ekonomi moral; dan ekonomi rasional.
Setelah mempelajari modul perkuliahan ini, Anda harus mampu:
14.1. Mengidentifikasi konsep tindakan ekonomi
14.2. Mengidentifikasi konsep ekonomi moral
14.3. Mengidentifikasi konsep ekonomi rasional

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 14.1:
Tindakan Ekonomi
Meskipun antara para Ekonom dan Sosiolog berbeda pendapat tentang
pengertian tindakan ekonomi, namun menurut Portes (1995;3), para Sosiolog
dan Ekonom sepakat bahwa tindakan ekonomi merujuk pada kemampuan
dalam dan penggunaan sarana-sarana yang langka. Semua aktifitas yang
diperlukan produksi, distribusi dan konsumsi dari barang-barag dan jasa-jasa
langka, secara konvensional, dipandang sebagai ekonomi.
Para Sosiolog melihat tindakan ekonomi sebagai bentuk dari tindakan
sosial, yaitu tindakan individu yang memiliki arti atau makna (meaning)
subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan orang lain (Damsar; 2009; 228).

Tujuan Pembelajaran 14.2:


Ekonomi Moral
Tindakan ekonomi pada umumnya tidak berada di ruang hampa sosial.
Namun sebaliknya, ia dibangun, dipertahankan dan dibubarkan pada ruang
sosial. Tindakan ekonomi yang diorientasikan secara sosial pada masyarakat
yang sering pula diperbincangkan dalam dunia akademik adalah ekonomi
moral dan rasional.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 84


Modul Sosiologi Ekonomi

Tindakan ekonomi dalam masyarakat yang berhubungan dengan


ekonomi moral, tidak hanya dihadapi oleh komunitas petani, tetapi juga oleh
komunitas pedagang. Berikut ini akan diuraikan konsep ekonomi moral dari
dua komunitas tersebut.
a. Ekonomi Moral Petani
Dalam The Making of The English Working Class, E.P. Thompson
memperkenalkan konsep ekonomi moral (moral economy) dalam dunia
akademik. Konsep ini digunakan oleh James C. Scott untuk
menjelaskan tindakan ekonomi yang terjadi pada masyarakat Asia
Tenggara. Dalam bukunya, The Moral Economy of The Peasant;
Rebellion and Subsistence in Southeast Asia, Scott melihat tindakan
ekonomi pedesaan di Asia Tenggara berbeda dari tindakan ekonomi
yang ada di masyarakat Barat.
Scott mendefinisikan ekonomi moral sebagai pengertian petani
tentang keadilan ekonomi dan definisi kerja mereka tentang eksploitasi
(pandangan mereka tentang pungutan-pungutan terhadap hasil produksi
yang dapat ditoleransi dan yang tidak dapat ditoleransi).
Dalam mendefinisikan eknomi moral, menurut Scott, petani akan
memperhatikan etika subsistensi dan resiprositas yang berlaku dalam
masyarakat mereka.
Etika subsistensi merupakan perspektif di mana petani yang tipikal
memandang tuntutan yang tidak dapat dielakkan atau sumber daya yang
dimilikinya dari pihak sesama warga desa, tuan tanah, atau pejabat.
Tuntutan ini dinilai bukanlah dari segi tingkat absolutnya, misalnya
apakah pungutan atau sewa itu besarnya 15% atau 35% dari hasil
panen, tetapi atas dasar bagaimana tuntutan-tuntutan yang diajukan
tersebut dapat mempersulit atau meringankan masalah yang sedang
dihadapi oleh petani untuk tetap berada di atas tingkat krisis subsistensi.
Besaran pungutan tinggi yang diberlakukan pada musim gagal panen,
cenderung akan mendapatkan perlawanan yang eksplosif dibanding
pungutan pada musim baik (panen).

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 85


Modul Sosiologi Ekonomi

Etika subsistensi tersebut, berdasrkan pandangan Scott, muncul


dari kekhawatiran akan mengalami kekurangan pangan. Suatu panen
yang gagal berarti tidak hanya kekurangan makanan tetapi juga
bermakna pengorbanan rasa harga diri karena menjadi beban orang lain
atau menjual apa yang tersisa dari miliknya yang ada.

b. Ekonomi Moral Pedagang


Pandangan James C. Scott memberi inspirasi bagi Hans-Dieter
Evers dkk untuk menulis ekonomi moral pedagang. Dalam bukunya
The Moral Economy of Trade; Ethnicity and Developing Market
(1994;7), Evers dkk menyetujui pendapat Scott (1976;176) bahwa
masyarakat petani umumnya dicirikan dengan tingkat solidaritas tinggi
dan dengan suatu sistem nilai yang menekankan tolong menolong,
pemilikan bersama sumber daya dan keamanan subsistensi.
Evers (1994;7-8), mengemukakan bahwa : “para pedagang dalam
masyarakat petani dihadapkan dengan sejumlah masalah pokok.
Pedagang mungkin harus membeli berbagai komoditas dari petani-
petani yang masuk anggota dari komunitas mereka sendiri, tetapi
menjual komoditas tersebut kepada pihak-pihak lain di luar desa
mereka……….”
Menghadapi dilema tersebut, para pedagang dalam masyarakat
petani telah mencoba mengatasinya dengan cara –cara mereka sendiri.
Evers (1994;10) telah menemukan lima solusi atau jalan keluar yang
berbeda yang dilakukan oleh para pedagang dalam menghadapi dilema
tersebut, yaitu:
1) Imigrasi pedagang minoritas.
Kelompok minoritas baru dapat diciptakan melalui migrasi
atau dengan etnogenesis, yaitu munculnya identitas etnis
baru. Contoh : munculnya “pedagang kredit” yang sebagian
berasal dari suku Batak beragama Kristen yang berdagang
di wilayah Sumatera Barat.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 86


Modul Sosiologi Ekonomi

2) Pembentukan kelompok-kelompok etnis atau religius.


Munculnya dua komunitas moral yang menekankan
pentingnya kerjasama tetapi tidak keluar dari batas-batas
moral. Contoh : studi Clifford Gertz (1963) tentang peranan
santri pada sektor perdagangan orang Jawa. Dalam konteks
ini, kedermawanan, keterlibatan dalam urusan masyarakat,
berziarah, menunaikan ibadah haji yang dilakukan kaum
santri berdampak pada munculnya garis batas antara dua
komunitas moral yaitu kaum santri dan abangan.
3) Akumulasi status kehormatan (modal budaya). Sikap
kedermawanan, keterlibatan dalam urusan masyarakat,
berziarah, menunaikan ibadah haji yang dilakukan oleh
santri memberi dampak pada akumulasi budaya yang
dimiliki. Sikap-sikap tersebut berfungsi untuk menghindari
cemoohan masyarakat sebagai orang kikir dan tamak harta
dan malah sebaliknya dianggap orang yang berbudi baik
dan murah hati. Dengan kata lain, peningkatan akumulasi
budaya berarti peningkatan derajat kepercayaan masyarakat
sehingga memudahkan pedagang untuk melakuan aktifitas
berdagangnya.
4) Munculnya perdagangan kecil dengan ciri “ada uang ada
barang”. Contoh: fenomena pedagang bakul di Jawa yang
bersikeras melakukan transaksi “ada uang ada barang” dan
cenderung mengindari sistem kredit dan utang-piutang
dengan pelanggan. Dengan ciri-ciri yang yang dimiliki oleh
perdagangan kecil tersebut, memungkinkan pedagang untuk
menghindari dilema yang biasanya dihadapi pedagang
dalam masyarakat petani.
5) Depersonilasi (ketidaklekatan) hubungan-hubungan
ekonomi. Jika ekonomi pasar berkembang dan hubungan
ekonomi relatif tidak terlekat, maka dilema pedagang
ditransformasikan ke dalam dilema sosial sesuai pasar

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 87


Modul Sosiologi Ekonomi

ekonomi kapitalis. Ini berarti, lanjut Evers (1994)


menjelaskan, suatu ekonomi modern memerlukan
rasionalisasi hubungan-hubungan ekonomi dan keungguan
produktifias di satu sisi, tetapi di sisi lain keadilan sosial
dan redistribusi dibutuhkan untuk mempertahankan
legitimasi penguasa serta tatanan sosial dan politiknya.

Tujuan Pembelajaran 14.3:


Ekonomi Rasional

Di dalam ekonomi rasional, petani dipandang sebagai makhluk rasional.


Mereka dapat melakukan investasi, baik berjangka panjang, maupun pendek
dan dengan demikian mereka melakukan investasi beresiko maupun investasi
aman.
Alternatif investasi dapat berupa; ternak; tanah; benda milik pribadi
atau keluarga, atau dengan cara lain mengeluarkan surplus-surplus
produksi, program asuransi atau melalui perbaikan desa (Popkin, 1986).
Dalam ekonomi rasional, pasar telah menyebabkan petani menghadapi
ketidakapastian yang baru dan berbeda-beda, namun pasar menyediakan
kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi oleh lembaga lain seperti harga yang
stabil dan pasokan makanan yang lebih banyak (Popkin, 1986:59).

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan mengenai konsep tindakan ekonomi;
2. Jelaskan perbedaan antara konsep ekonomi moral; dan ekonomi rasional
dalam sosiologi ekonomi.

D. DAFTAR PUSTAKA
Buku

Damsar. (2009). Pengantar Sosiologi Ekonomi, (ed.kedua), Jakarta: Kencana


Prenadamedia Group.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 88

Anda mungkin juga menyukai