Anda di halaman 1dari 12

Sistem Ekonomi

Ekonomi Moral dan Ekonomi


Rasinal

C-3 : CHAPTER 10

Umi Hanik (220810101070) Ekonomi Pembangunan


Ekonomi Moral dan Ekonomi Rasional
Meliputi beberapa hal, diantaranya :

01 02 03 04
Tindakan Ekonomi Ekonomi Masyarakat
Indonesia:
Ekonomi Moral Rasional
Ekonomi Moral
Atau Ekonomi
Rasional?
Tindakan
Ekonomi
Definisi
Para sosiolog dan ekonom sepakat bahwa
tindakan ekonomi merujuk pada kemampuan
dalam dan penggunaan sarana-sarana yang
langka. Semua aktivitas yang diperlukan
produksi, distribusi, dan konsumsi dari barang-
barang dan jasa-jasa langka, secara
konvensional, dipandang sebagai ekonomi.
Ekonomi Moral
• Ekonomi Moral Petani
Ekonomi moral sebagai pengertian petani tentang keadilan
ekonomi dan definisi kerja mereka tentang
eksploitasipandangan mereka tentang pungutan-pungutan
terhadap hasil produksi mereka mana yang dapat ditoleransi
mana yang tidak dapat.. Dalam mendefinisikan ekonomi
moral, menurut Scott, petani akan memerhatikan etika
subsistensi dan norma resiprositas yang berlaku dalam
masyarakat mereka.
Ekonomi Moral Petani berkaitan dengan beberapa hal :

Etika subsistensi Norma


resiprositas
Norma resiprositas merupakan rumus moral
Etika subsistensi merupakan perspektif di sentral bagi perilaku antar individu: antara
mana petani yang tipikal memandang tuntutan petani dan sesama warga desa, petani dan tuan
yang tidak dapat dielakkan atau sumber daya tanah, petani dan negara. Pinsip moral ini
yang dimilikinya dari pihak sesama warga berdasarkan gagasan bahwa orang harus
desa, tuan tanah, atau pejabat. membantu mereka yang pernah membantu atau
paling tidak jangan merugikannya.
Penyebab mengapa Pertumbuhan negara kolonial dan
komersialisasi pertanian yang membawa masyarakat petani ke
dalam ekonomi dunia telah memperumit dilema keterjaminan
subsistensi kaum petani

2)Perlindungan 4)Buruknya
Desa yang Semakin Hubungan Kelas
Lemah Agraris

1)Ketidakstabilan 3)Hilangnya Sumber 5)Negara Kolonial


yang Bersumber dari Daya Subsistensi yang Semakin
Pasar Sekunder Ekstensif dan
Intensif dalam
Memungut Pajak
2. Ekonomi Moral Pedagang

Para pedagang dalam masyarakat petani dihadapkan dengan sejumlah


masalah pokok. Pedagang mungkin harus membeli berbagai komoditas
dari petani-petani yang masuk anggota dari komunitas mereka sendiri,
tetapi menjual komoditas tersebut kepada pihak-pihak lain di luar desa
mereka. Di desa mereka sendiri, harga-harga dipengaruhi oleh suatu moral
ekonomi terhadap harga-harga yang wajar, serta dipengaruhi juga oleh
keunggulan nilai pakai daripada nilai tukar terhadap berbagai macam hasil
panen subsistensi. Di luar desa para pedagang dihadapkan dengan tuntutan
anonim yang sering bersifat anarkis dan berasal dari pasar terbuka dengan
fluktuasi harga yang liar. Pedagang cenderung terperangkap di tengah dan
dalam hal ini bisa disebut sebagai tengkulak karena mereka tidak hanya
menanggung risiko kerugian secara ekonomi tetapi juga risiko terhadap
diskriminasi dan kemarahan petani.
Evers (1994:10) telah menemukan lima solusi atau jalan keluar
yang berbeda yang dilakukan oleh para pedagang menghadapi
dilema yang dialami oleh pedagang

2)Pembentukan 4)Munculnya
Kelompok- Perdagangan Kecil
kelompok Etnis atau dengan Ciri “ada
Religius uang ada barang”

1)Imigrasi Pedagang 3)Akumulasi Status 5)Depersonalisasi


Minoritas Kehormatan (Modal (Ketidaklekatan)
Budaya) Hubungan-
hubungan Ekonomi
Ekonomi Rasional The challenge of living in society

Gambaran desa petani (peasant villages) pada ekonomi moral dari


James Scott tersebut, kata Samuel L.Popkin (1986), merupakan
idealisasi masyarakat desa yang tertutup, desa yang belum memiliki
kontak dan terbuka terhadap masyarakat lain. Desa-desa yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pembayaran pajak secara kolektif sebagai tanggung jawab desa.
b. Adanya batas tegas antara desa dengan dunia luar.
c. Terdapatnya larangan penguasaan tanah sebagai hal milik pribadi.
d. Konsep kewargaan desa yang jelas.
e. Tanah adalah hak ulayat desa.

Sementara desa petani tertutup (closed villages) tersebut, lanjut Popkin


(1986),sebagian besar telah mengalami transformasi menjadi desa
terbuka (open villages). Sehingga ciri-cirinya berubah menjadi:
a. Pembayaran pajak merupakan tanggungjawab indi-vidual.
b. Batas desa dengan dunia luar kabur
c. Tidak ada atau sedikit larangan pemilikan tanah bagi orang luar desa.
d. Konsep kewargaan desa kabur
e. Terjadinya privatisasi kepemilikan tanah
Masyarakat Indonesia: Ekonomi Moral Atau Ekonomi
Rasional?
Di Indonesia, salah seorang ilmuan yang menjembatani kedua pendekatan tersebut adalah Destha T.Raharjana.
Dalam penelitian tesis Raharjana, seperti disunting oleh Ahimsa Putra (2003: 61-138), tentang siasat usaha kaum
santri dalam usaha konfeksi ditemukan bahwa para pengusaha konfeksi menggunakan baik strategi moral maupun
strategi rasional dalam melakukan usaha konfeksi mereka.

Sebagai contoh, Strategi moral yang digunakan para pengusaha santri dalam menggerakkan usaha mereka berupa
mendidik orang menjadi pengusaha, melibatkan santri sebagai tenaga, dan membentuk hubungan langganan.
Pengusaha konfeksi yang dipandang berhasil merasa memiliki kewajiban untuk membantu pihak yang
membutuhkan, terutama para kerabat atau tetangga yang berkeinginan jadi pengusaha pula.
Sementara strategi rasional yang dilakukan oleh para pengusaha adalah berupa tindakan ekonomi yang
dilatarbelakangi untuk mendapatkan keuntungan, meliputi menyerahkan pekerjaan kepada pihak lain, mengerjakan
produk yang sedang laku, dan mempermainkan harga.
50%=50%
Kesimpulan
Di Indonesia menerapkan ekonomi moral dan ekonomi rasional
di mana kedua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam
hal ekonomi mulai dari kegiatan produksi, distribusi , dan
konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup, yang memiliki
banyak manfaat dalam kegiatan tersebut.
Sistem Ekonomi

Thank you
very much!
Umi Hanik (220810101070) Ekonomi Pembangunan

Anda mungkin juga menyukai