Anda di halaman 1dari 55

BAB I

HUBUNGAN ILMU EKONOMI DAN POLITIK

A. Latar Belakang
Konsep ekonomi politik lahir pada abad 18 dengan tujuan untuk membantu orang
dalam memahami dan mengatasi perubahan-perubahan dramatis dalam sistem
pemuasan kebutuhan manusia, baik dengan memahami sifat dari kebutuhan/keinginan
itu sendiri dan cara memproduksi serta mendristirbusikan barang untuk memuaskannya.
Pergeseran dari istilah lama yaitu “ekonomi” menjadi “ekonomi politik” menunjukkan
pergeseran pemahaman yang terjadi. Istilah “ekonomi” diambil dari sebuah konsep
Yunani yang berarti manajemen rumah tangga (oikos = rumah, nomos = aturan/hukum
/cara pengaruran). Ekonomi memiliki relevansi bagi sebuah masyarakat yang memiliki
kebutuhan dimana hal-hal yang dapat memuaskan kebutuhan itu diproduksi di dalam
rumah tangga itu sendiri. Sementara ekonomi politik adalah manajemen terhadap urusan
ekonomi dalam sebuah negara (“politik” berasal dari kata “polis” yang berarti
“kota/negara”).1
Istilah “politik disini merujuk pada dua hal dalam sistem ekonomi ini yang
memerlukan pemuasan/pemenuhan dan dua hal inisaling terkait satu sama yang lain.
Yang pertama, sebuah sistem politik (atau dalam hal ini negara) memungkinkan
terjalinnya hubungan antara orang-orang yang akan hidup sendirian dan tidak mengenal
satu sama lain serta tidak ada negara. Yang kedua, batasan dari kegiatan pemenuhan
kebutuhan sekarang bersifat politi (yaitu dilakukan dalam satu polis atau satu negara
tertentu) karena tanggung jawab untuk menjalankan sistem pemenuhan kebutuhan
diserahkan kepada sebuah kewenangan publik.
Namun istilah ekonomi politik sebenarnya pada dasarnya interaksi antara kedua
bidang ekonomi dan politik, yang pada awalnya lebih fokus kepada ilmu untuk
mengelola perekonomian dengan ilmu untuk mengelola pemerintahan. Tapi menurut
penulis pada intinya di dalam nilai atau aspek ekonomi ada kepentingan politik.
Biasanya kepentingan atau daya magnet politik cenderung lebih kuat dari pada magnet
ekonomi.
Dalam ilmu ekonomi masih mengadopsi pendekatan ilmu eksaks yang biasanya
mengunakan teknikal analisis. Ekonomi dan politik berada ditengah-tengahnya yang
biasanya mengunakan data kualitatif dan data kuantitatif.2
Yanuar Ikbar (2006:126)3 Ekonomi Politik pada kepustakaan studi Hubungan
Internasional relatif baru, dalam pengertian bahwa masukan-masukan (input) yang
diperlukan oleh Ilmu Hubungan Internasional yang didapat dari Studi Ekonomi Politik
belum banyak bila dibanding disiplin-sisiplin lain. Ini bukan berarti bahwa teori dan
konsep-konsep Ekonomi Politik Internasional sangat tidak memadai. Ada beberapa
penyebabnya. Pertama, Faktor bersifat akademikal dan kedua adanya faktor
kecendrungan tertentu dari studi Hubungan Internasional kontemporer, yang banyak
terfokus kepada bidang ilmu lainnya yang dipandang lebih menonjol misalnya Politik
Internasional pada era Perang Dingin.

1 Suraji. 2008. Teori-Teori Ekonomi Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


2 https://plus.google.com/103162014781951379289/posts/QvZws9AxqH4
3 Ikbar, Yanuar. 2006 Ekonomi Politik Internasional 1. Bandung: PT. Refika Aditama. hlm 126

1
Faktor yang bersifat akademikal, terutama berkenaan dengan masalah langkanya
kesempatan konsorsium, evaluasi kurikulum dan pertemuan-pertemuan ilmiah dalam
rangka membahas ikhwal metodologis maupun substansif interdisipliner dari ilmu-ilmu
sosial terutama yang melibatkan peranan dengan studi Ekonomi Politik secara mandiri.
Ini nampaknya juga mengurangi dinamika pertumbuhan dan perkembangan Ekonomi
Politik Internasional sebagai sebuah kajian atau penting, khususnya di Indonesia.
Namun dengan adanya penataan-penataan berupa evaluasi program studi atau
pendidikan maka Ilmu Hubungan Internsional di tahun 1980-an hingga proyeksi dekade
1990-an, telah membantu mendrong posisi Ekonomi Politik Internasional dari
kedudukannya yang statis menjadi subject matter.
Teori apapun dalam ilmu sosial yang logis dan konsisten dengan data/fakta yang
tersedia, seseungguhnya merupakan penuntun terbaik bagi kajian ekonomi politik,
terlebih lagi teori parsiomani yang komparatif dan bahkan teori yang paling sedrhana
sekalipun akan memperkaya data penstudinya. 4
Proses perkembangan ekonomi dalam buku Ekonomi Politik Internasional Jilid 1
(Yanuar Ikbar, 2006 : 8)5 sesungguhnya bayak ditentukan oleh empat variabel dasar:
ekonomi, politik, sosial, budaya dan Lingkungan. Namun pada perkembangan tahap
lebih lanjut, variabel-variabel dasar tersbut muncul sendiri-sendiri secara monodisiplin
sebagai akibat perkembangan akar keilmuan masing-masing. Sedangkan hal ikhwal
menyangkut Ekonomi Politik dalam maknanya yang mandiri, lebih ditentukan oleh
preposisi atau bahkan dalil-dalil yang bersifat elektrik.
Studi ekonomi politik secara metodologis umumnya menempatkan negara-negara
menjadi aktor formal, karena dalam proses politiknya lebih banyak mempengaruhi
bagimana persoalan ekonomi seperti produksi dan distribusi kekayaan mengalir secara
merata kepada seluruh lapisan masyarakat.
Ada sebuah pendekatan yang berusaha untuk menumbangkan ide bahwa
perekonomian adalah sebuah realita yang sui generis/tercipta dengan sendirinya.
Pendekatan ini memandang politik sebagai pola penggunaan kekuasaan dan karena ia
mendapati bahwa kekuasaan juga ada di dalam ekonomi, maka ekonomi dikatakannya
sebagai memiliki sifat politik. Dengan pemahaman seperti ini, istilah “ekonomi politik”
mendapatkan makna yang sama sekali lain. Pendekatan ini menunjukkan beberapa
klaim tentang sifat politik dari ekonomi, dengan menekankan bahwa sifat politik selalu
ada, baik ketika pasar dikendalikan oleh pemerintah maupun tidak.
Interaksi ekonomi-politik dapat meliputi, antara Negara dan pasar, Negara dan
masyarakat, serta domestikdalam hubungan internasional, ekonomi politik tidak
memerlukan banyak penjelasan. Hampir setiap hari kita bisa memperhatikan beberapa
Negara di dunia yang berusaha menyelesaikan masalah domestiknya dengan
memanfaatkan hubungan Internasional. Misalnya, masalah ekonomi domestic yang
terjadi di negara-negara anggota dan gerakan non blok (GNB) sejak lama diupayakan
penyelesaiannya melalui mekanisme politik Intrnasional. Robert A.Isaak (1995:16)6
Dalam proses itu peran pemerintah dan bisnis atau lebih luas lagi Negara dan
masyarakat, sudah terjalin secara berkelanjutan. Di banyak industry maju aktor bisnis
berfungsi sama aktifnya dengan atau bahkan lebih aktif daripada diplomat
pemerintahannya Robert A. Isaak (1995:17). Dalam isu-isu ekonomi poltik yang

4Martin Staniland dalam Drs. Yanuar Ikbar, M.A., ekonomi politik internasional jilid 2.PT Refika Aditama. Bandung
: 2007. Hlm 8
5 Ibid.
6 Robet A. Isaak 1995. Ekonomi Politik Internasional. Yogyakarta: PT Tiara Wacana, Hlm 16

2
menyangkut rakyat banyak, seperti perburuhan, kependudukan, lingkumgan hidup, hak-
hak konsumen dsb. Berbagai organisasi non pemerintah bahkan lebih aktif daripada
pemerintah nasional Robert A.Isaak (1995:17).7
Selain itu, dalam ekonomi pilihan (keputusan) yang dibuat oleh elite diangap
terlepas dari faktor-faktor lain, dan karena itu dibuat berdasarkan pertimbangan untung
rugi secara langsung saja. Beberapa pilihan memiliki dampak terhadap faktor lain yang
tidak terlibat dalam keputusan. Namun, dalam ekonomi hal ini dianggap sebagai faktor
esternal yang tak perlu dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan. Ramlan Surbakti
(2010:262)8 Dalam politik, keputusan dibuat melalui interaksi di antara berbagai
kelompok dan pemerintah (dengan menggunakan setiap sumber kekuasaan) dalam
konteks struktur kelembagan yang ada. Struktur kelembagaan akan mempengaruhi
perilaku individu elite politik karena struktur tersebut menentukan bagaimana keputusan
dibuat, siapa yang berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, dan sarana-sarana apa
yang tersedia untuk mengatasi suatu permasalahan tertentu. Dengan kata lain, keputusan
dalam politik lebih dilihat sebagai hasil pelaksanaan kekuasaan daripada hasil pilihan
sukarela.
Kebijakan ekonomi pada dasarnya merupakan keputusan politik karena
memengaruhi distribusi kekayaan dan pendapatan dalam masyarakat.Ramlan Surbakti,
(2010:278).9 Oleh karena itu, untuk memahami kebijakan ekonomi perlu pula
pemahaman akan distribusi kekuasaan antara berbagai permasalahan politik karena ia
mencrminkan keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah dalam konteks
kelembagaan. Keputusan ini dibuat sesuai dengan kehendak umum, kepentingan elite
yang memerintah, dan pedoman dan batasan yang dikenakan oleh struktur kelembagaan.

B. Sejarah Lahirnya Ekonomi Politik


llmu Ekonomi Politik bisa dianggap sebagai disiplin llmu "baru" dan bisa juga
disebut sudah "tua". Disebut baru, sebab di Indonesia kenyataannya llmu Ekonomi
Politik memang baru diajarkan dalam dua dekade terakhir, yaitu untuk level Sarjana
pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan, dan Untuk level Magister pada
Fakultas llmu Sosial dan Politik pada program Studi Administrasi Publik dan Bisnis.
Tetapi jika diperhatikan dari latar belakang sejarah, sebenarnya disiplin Ekonomi Politik
ini sudah sangat tua. Hubungan ekonomi dan politik sudah dibahas oleh filsuf Yunani
Kuno seperti Aristoteles. Pembahasan dan pengaplikasian Ekonomi Politik lebih
berkembang pada abad ke-14, saat terjadinya transisi dari kekuasaan raja kepada kaum
saudagar, yang lebih dikenal dengan era merkantilisme. Praktik yang dilakukan para
saudagar (merchant) yang sangat merugikan petani tidak disukai oleh Francis Quesnay,
yang pandangannya dikenal dengan sebutan fisiokratisme.
Konsep ekonomi politik dimunculkan pada abad 18 dengan tujuan untuk membantu
orang dalam memahami dan mengatasi prubahan-perubahan dramatis dalam sistem
pemuasaan kebutuhan manusia, baik dengan memahami sifat dari kebutuhan keinginan
itu sendiri dengan cara memproduksi serta mendistribusikan barang untuk
memuaskannya.10

7 Ibid, Hlm 17
8 Ramlan Surbakti, 2010, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Kompas Gramedia Hlm 262
9 Ibid, Hlm 278
10James A Caporaso dan David P. Levine. 2008Teori-Teori Ekonomi Politik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm v

3
Walau sudah ada pemikiran-pemikiran tentang kaitan antara ekonomi dan politik
sejak masa Yunani Kuno, llmu Ekonomi Politik baru memperoleh bentuk pada
pertengahan abad ke-18, sejak ditulisnyaThe Wealth of Nations oleh ekonom klasik
Adam Smith pada tahun 1776.11 Selain Smith, pakar ekonomi klasik yang pailing awal
mengembangkan disiplin llmu Ekonomi Politik adalah David Ricardo (1772-1823 :
311)12. Ricardo menulis Essay on the lnfluenc of a Low Price of Com on the Profit of
Stock pada tahun 1815, yang di tahun 1817 Judulnya diubah menjadi On the Principle
of Political Economy and Taxation. Pakar klasik lain yang juga cukup intens
membahasEkonomi Politik adalah Thomas Malthus (1766-1834)13Buku terkenanya
berjudul An Essay on the Principle of Population Pemikiran Malthus tentang ekonomi
politik dapat diikuti dari dua bukunya, yaitu Principles of Political Economy dan
Definitions of Political Economy. Sedang gagasan J. S. Mill dapat dilihat pada bukunya
Principles of Political Economy with Some of Their Application to SociaI Philosophy
(1848:178)14.
Pada masa klasik, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Politik masih menyatu. Tetapi kemudian
di tangan tokoh-tokoh ekonomi Neoklasik Ilmu Ekonomi makin berkembang berkat
"bantuan" dari Ilmu Matematika (terutama kalkulus) dan Ilmu Statistika sedangkan llmu
Politik relatif berada di tempat. Sejak itu Ilmu Ekonoml “bercerai” dengan Ilmu Politik,
dan pakar-pakar ekonomi Neoklasik meresmikan llmu Ekonorni sebagai disiplin ilmu
tersendiri. Beberapa peristiwa tahun 60-an dan tahun 70-an memaksa kedua ilmu ini
"rujuk" kembali. Masalahnya, banyak saran yang dikemukakan oleh pakar-pakar
ekonomi murni yang tidak berjalan sewaktu diterapkan di negara-negara berkembang
karena adanya perilaku '"kalap rente" (rent-seekers) dari para penyelenggara negara.
Karena hal ini menyangkut perilaku, pakar-pakar ekonomi politik Neoklasik mulai
mempelajari teori-teori tentang perilaku (individu, organisasi, maupun sosial) seperti
teori pertukaran dan teori perilaku birokratis.·Selain itu situasi dunia internasional pada
tahun 70-an semakin memperkokoh persatuan antara ekonomi internasional dan
hubungan (politik) intenasional kedalam ekonomi politik internasional.
Penghapusan standar emas oleh Amerika tahun 197115, munculnya OPEC
Organization of the Petroleum Exporting Contries)16, meroketnya perekonomian
Jepang, serta tuntutan negara-negara berkembang untuk menata ekonomi internasional
yang lebih adil telah memaksa ilmuwan-ilmuwan sosial untuk memahami interaksi
ekonomi dan politik. Ilmu Ekonomi dengan Ilmu Politik semakin rukun berkat karya-
karya Kenneth Arrow, Mancur Olson, William Riker, James Buchanan. dan Gordon
Tullock. Mereka mengembangkan apa yang disebut Ekonomi Politik Baru (New
Political Economics) dengan dua variasi: Teori Pilihan Rasional (Rational Choice) dan
Teori Pilihan Publik (Public Choice). Diklat dari model Ekonorni Politik Baru dapat
disimpulkan bahwaterpisahnya llmu Ekonomi dengan llmu Politik di masa lalu hanya
karena para pakar ekonomi murni pada periode-periode sebelumnya lebih sibuk dengan

11 Smith, Adam. 1776. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. London: Methuen & co.
12 Ricardo, David. 1817. ThePrinciple of Political Economy and Taxation.New York: Dover Publication, Inc
13 Malthus, Thomas. 1826. An Essay on the Principle of Population. Lodon: John Murray, Albemarle street
14 Mill, John Stuart. 1848. Principles of Political Economy with Some of Their Application to SociaI Philosophy.

London: Longmans, Green and Co.


15 Wibowo, Anna I. 2011. Standar Emas: Masa Depan Bagi Mata Uang Stabil Global. Jakarta: HTB
16 Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi. Organisasi yang bertujuan menegosiasikan masalah-masalah

mengenai produksi, harga dan hak konsesi minyak bumi dengan perusahaan minyak. (Ekonomi Mikro, Sebuah
Kajian Komprehensif, 2007)

4
fenomenai transaksi, dan penataan pasar, tetapi tidak atau kurang mau terlibat dalam
memperhatikan fenomena, transaksi, dan penaman nonpasar. Padahal konsep nonpasar
dapat digunakan oleh ekonom untuk menjelaskan dan menganalisis berbagai kebijakan
publik.
Penggunaan metode analisis Ekonomi Politik dikembangkan lebih lanjut oelh pakar
ekonomi yang tergabung dalam aliran institusional. Aliran institusionaal
menggabungkan kedua analisis ekonomi dan politik secara timbal balik, yaitu
penerapan metode Analisis Politik Ekonomi yang berasal dari teori politik untuk
memahami permasalahan ekonomi (the political theory of economics) dan penerapan
Analisis Ekonomi Politik yang bersumber dari teori ekonomi untuk memahami
permasalahan politik (the economic theory of politics). 17
Dengan semakin mengglobalnya peprekonomian, banyaknya campur tangan
lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF (International Monetary
Fund)18Bank Dunia (Word Bank)19, diagendakannya perekonomlan global oleh INTO20
serta banyaknya keterlibatan perusahaan-perusahaan multinasional dari negara-negara
maju yang didukung oleh negara masing-masing, -semuanya karena pengaruh
Neoliberalisme- maka ekonomi tidak bisa lagi dipisahkan dengan politik.
Kontribusi Aristoteles yang paling besar terhadap ilmu ekonomi ialah pemikirannya
tentang pertukaran barang (exchange of commodities) dan kegunaan uang dalam
pertukaran barang tersebut. Menurut pandangan Aristoteles, kebutuhan manusia tidak
terlalu banyak , tetapi keinginannya relative tanpa batas. Ia membenarkan dan
enganggap alami kegiatan produks yang dimaksudkan untuk menghasilkan barng-
barang guna memenuhi kebutuhan. Akan tetapi, kegiatan produksi untuk memenuhi
keinginan manusia yang tanpa batas itu dikcam sebagai sesuatu yang tidak alami
Deliarnov (2015:15)21.
Lahirnya Konsep dan pemikiran ekonomi politik pada abad ke 18 dengan tujuan
untuk membantu dalam memahami dan mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi
dalammemenuhi kebutuhan manusia, baik dengan memahami sifat dari kebutuhan atau
keinginan itu sendiri dengan cara memproduksi serta mendistribusikan barang untuk
memuaskannya.James A.Caporaso dan David P.Levine (2008:5)22 Walau sudah ada
pemikiran-pemikiran tentang kaitan antara ekonomi dan politik sejak masa Yunani
Kuno, llmu Ekonomi Politik baru memperoleh bentuk pada pertengahan abad ke-18,
sejak ditulisnya The Wealth of Nations oleh ekonom klasik Adam Smith (1776:206).23
Selain Smith, pakar ekonomi klasik yang paling awal mengembangkan disiplin llmu

17
Kuntjoro Jakti, Dorodjatun. 1991. Pendekatan Politik Ekonomi (Political Economy). Jembatan di Antara Ilmu
Ekonomi dan Ilmu Politik, dalam Jurnal Politik No. 8, hal 3.
18 IMF (Internasional Monetary Fund) adalah organisasi internansional beranggotaan 188 negara yang bertujuan

mempererat kerja sama moneter global, memperkuat kestabilan keuangan, mendorong perdagangan internasional,
memperluas lapangan pekerjaan sekaligus pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan mengentaskan kemiskinan
diseluruh dunia. (www.imf.org)
19 Bank Dunia (World Bank) adalah sebuah lembaga keuangan internasional yang menyediakan pinjaman kepada

negara berkembang untuk program pemberian modal. (www.worldbank.org)


20 INTO (International National Trusts Organisation), adalah organisi ineternasional non pemerintah yang bergerak

dibidang lingkungan dan budaya. (www.intoorg.org)


21 Deliarnov , Perkembangan Pemikiran Ekonomi Politik, Jakarta PT Grafindo Persada,2015 Hlm 15
22 James A Caporaso dan David P. Levine, Teori-Teori Ekonomi Politik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008). Hlm 5
23 Adam Smith, An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (London: Methuen & co.,

(1776).Hlm 206

5
Ekonomi Politik adalah David Ricardo (1817:88)24. Pakar klasik lain yang juga cukup
intens membahas Ekonomi Politik adalah Thomas Malthus (1826:334)25.
Adam Smith (1776:206)26 dalam bukunya “The Wealth Of Nations” Ekonomi
Politik adalah cabang ilmu pengetahuan dari para legislator yang memiliki dua tujuan
berbeda, yang pertama menciptakan sumber pendapatan bagi masyarakat atau
mengupayakan swasembada bagi masyarakat, yang kedua yaitu menyediakan sejumlah
daya bagi negara atau pemerintah agar mereka mampu menjalankan berbagai tugas dan
fungsinya dengan baik.27 Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Adam
Smith menekankan dominasi terjadinya pasar bebas yang memungkinkan untuk
pencapaian tertinggi dalam ekonomi.
Datang dengan tekanan cakupan ilmu ekonomi pada aspek distribusi fungsional.
Ilmu ekonomi mencari hukum-hukum yang menjelaskan kekuatan- kekuatan yang
mengatur distribusi.Selaku teoritisi dan juga anggota parlemen Ricardo ikut
mempengaruhi keputusan kebijakan ekonomi seperti untuk mengatasi bullion-
controversy, corn-laws controversy. Melalui teori distribusi, Ricardo (1817:88)28
menyatakan bahwa dengan proteksi gandum, bukan petani dan tenaga kerja yang
mendapatkan benefit, tetapi tuan tanah. Tingkat sewa lahan makin tinggi, karena harga
gandum yang tinggi. Jadi bukan karena sewa yang tinggi yang menyebabkan harga
gandum baik, tetapi sebaliknya. Ricardo menggunakan teori nilai tenaga kerja untuk
menjelaskan teori nilai, karena diperlukan satu tolok-ukur yang tidak berubah, untuk
mengukur nilai barang-barang yang lain.
Thomas Malthus (1826:334)29 menyanggah pendapat bahwa manusia itu dilahirkan
sempurna, tetapi lingkunganlah yang membuatnya menjadi jahat dan miskin. Untuk
membantah hal itu Malthus menulis buku.Tetapi karena buku ini berisi tesis
kependudukan tanpa bukti-bukti empiris, maka pada edisi berikutnya tujuan,
metodologi dan, data dilengkapinya.Tesis Malthus menjadi kontroversi. Menurut
Mathus pertambahan penduduk menurut deret ukur sedangkan bahan pangan meningkat
menurut deret tambah. Pertumbuhan penduduk dibatasi melalui positive check, negative
cheek serta kendali moral. Secara empirik, tesis Malthus tidak terbukti, oleh karena
peranan teknologi terabaikan. Namun demikian, bukan berarti tesis Malthus tidak
terpakai, malahan kembali mendapat kajian di negeri- negeri yang sedang berkembang
dalam usaha pengendalian pertumbuhan penduduk.
Pada masa klasik, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Politik masih menyatu. Tetapi
kemudian di tangan tokoh-tokoh ekonomi Neoklasik Ilmu Ekonomi makin berkembang
berkat "bantuan" dari Ilmu Matematika (terutama kalkulus) dan Ilmu Statistika
sedangkan llmu Politik relatif berada di tempat. Sejak itu Ilmu Ekonomi “bercerai”

24 David Ricardo, The Principle of Political Economy and Taxation (New York: Dover Publication,
Inc. 1817). Hlm 88
25 Thomas Malthus, An Essay on the Principle of Population (London: John Murray,

Albemarle Street, 1826). Hlm 334


26 Adam Smith.1776. An Iquiry into the nature and canses of the wealth of nation. London :Methuen & co Hlm 206
27 Ng. Philipus dan Nurul Aini, 2004.Judul : Sosiologi dan Politik. Penerbit PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.Hlm

15
28 Ricardo, David, The Principles of Political Economy and Taxation,London.John Murray, Hlm 88
29 Thomas Malthus .1826. An Essay on the Principle of population. London:John Murray,

Albemarle Street Hlm 334

6
dengan Ilmu Politik, dan pakar-pakar ekonomi Neoklasik meresmikan llmu Ekonomi
sebagai disiplin ilmu tersendiri.
Beberapa peristiwa tahun 60-an dan tahun 70-an memaksa kedua ilmu ini "rujuk"
kembali. Masalahnya, banyak saran yang dikemukakan oleh pakar-pakar ekonomi
murni yang tidak berjalan sewaktu diterapkan di negara-negara berkembang karena
adanya perilaku “pemburu rente" (rent-seekers) dari para penyelenggara negara.Karena
hal ini menyangkut perilaku, pakar-pakar ekonomi politik Neoklasik mulai mempelajari
teori-teori tentang perilaku (individu, organisasi, maupun sosial) seperti teori pertukaran
dan teori perilaku birokratis. Selain itu situasi dunia internasional pada tahun 70-
ansemakin memperkokoh persatuan antara ekonomi internasional dan hubungan
(politik) internasional ke dalam ekonomi politik internasional.

C. Ekonomi Politik: Positif atau Normatif?


Dewasa ini, banyak kalangan meragukan kebenaran dari pandangan klasik bahwa
ekonomi tidak bersifat politik atau paling tidak bahwa ekonomi tidak bersifat politik
(yaitu tidak bersifat politik dalam artian melibatkan pertarungan kekuasaan politik, tapi
tetap mencakup lingkup sebuah negara).
Selama 20 tahun terakhir, para ilmuwan sosial mengambil kembali istilah
“ekonomi politik” tapi tujuan untuk menekankan bahwa ekonomi bersifat politik.
Beberapa teoritisi menggunakan teori Karl Marx untuk mendukung pendapat ini.30
Pada awalnya, Ekonomi Politik lebih bersifat historis dan normatif ketimbang
positif. Sebagai kajian yang sifatnya historis yang lebih banyak dilakukan adalah
mencatat dan membahas peristiwa-peristiwa masa lalu untuk dijadikan sebagai
pelajaran bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Dari kajian yang awalnya lebih
bersifat historis kemudian timbul keinginan untuk menjadikan Ekonomi Politik sebagai
disiplin ilmu yang normatif.
Adanya keinginan untuk menjadikan Ekonomi Politik sebagai disiplin ilmu yang
bersifat normatif ialah karena pakar-pakar ilmu sosial meilihat begitu banyaknya
kelemahan yang dijumpal dalam pendekatan ekonomi murni dari aliran ekonomi positif.
Tegasnya, para pakar ekonomi murni yang beraliran positif pada umumnya lebih
tertarik membahas tentang seluk beluk ekonomi pasar (market economy) dengan
menggunakan pendekatan empiris dari ekonomi positif yang hanya peduli pada apa
yang terjadi tidak mau melibatkan diri. Tetapi sayangnya mereka kurang
memperhatikan, dan bahkan sering tidak melibatkan diri dalam perdebatan tentang
masalah apa yang seharusnya teijadi dari jurusan ekonomi norrnatif (Dorodjatun
Kontjoro Jakti, 1991).31
Dengan semakin dikembangkannya metodologi ekonomi mikro oleh pakar-pakar
Neoklasik Ekonorni Politik Baru dan Neoliberalisme, maka akhir-akhir ini bidang
Ekonomi Politik kembali mengarah ke disiplin ilmu positif. Berdasarkan metodologi
aktor rasional seperti yang digunakan dalam pendekatan ekonomi mikro, llmu Ekonomi

30Suraji. 2008. Teori-Teori Ekonomi Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 63


31Kuntjoro Jakti, Dorodjatun. 1991. Pendekatan Politik Ekonomi (Political Economy). Jembatan di Antara Ilmu
Ekonomi dan Ilmu Politik, dalam Jurnal Politik No. 8, hal. 12

7
Politik positif digunakan dalam studi tentang keputusan-keputusan rasional dalam suatu
konteks institusi-institusi ekonomi dan politik.
Dalam pendekatan ekonomi politik aktivitas ekonomi dipandang tidak sekedar
memperhatikan bagaimana kemakmuran ditingkatkan, namun juga bagaimana hasil
produksi, distribusi dan konsumsi, diorganisasikan. Jika ekonomi klasik menghindari
persoalan normatif, termasuk netral dalam etika dan moral, maka dalam pendekatan
ekonomi politik, aktivitas ekonomi tidak sekedar. Mambawa kemakmuran namun juga
mempertimbangkan etika dan moral. Perilaku manusia tidak sekedar berpedoman pasa
rasionalitas, tetapi juga diwarnai dengan filantrofi, moralitas, dan pertimbangan etika
dan rasa tanggung jawab sosial. Berkaitan dengan peran negara, pendekatan ini
mengutamakan peran lembaga sosial dan politik, termasuk lembaga kekuasaan, sebagai
alat produksi kemakmuran. (Derrick K Gondwe, dalam Muhtar Mas’oed, 2003: 26).
Maka ketika zaman berkembang, kegiatan ekonomi muncul sebagai hasil interaksi yang
kompleks dari berbagai aspek, maka berkembangkah pendekatan ekonomi politik
tersebut, untuk menjelaskan di mana pasar dan negara harus bekerjasama, di mana
keuntungan individual dan kepentingan publik harus saling mengimbangi, dan di mana
relasi yang bersifat sukarela pada saat tertentu harus diubah dalam transaksi yang
berdasarkan relasi kekuasaan.32
Walau lebih bersifat analitis jika dibandingkan pendekatan Ekonomi Politik
historis tradisional, Ekonomi Politik positif sangat memperhatikan perturunan atau
derivasi prinsip-prinsip dan preposisi-preposisi yang dibandingkan dengan pengalaman
dunia nyata. Karena fokusnya adaiah keteraturan empiris dan tujuaannya adalah
penjelasan empiris,maka Ekonomi Politik positif berusaha menghindari
penilaian-penilaian yang sifatnya normatif.
Menurut Ait & Shepsle (1994: 73)33, terdapat perbedaan antara Ekonomi Politik
aliran positif dengan Ekonomi Politik aliran kelembagaan yang lebih bersifat normatif.
Ekonomi Politik kelembagaan lebih menekankan pada penilaian tentang distribusi
kekayaan dan kekuasaan, dari situ diperoleh hasil atau pengaturan yang optimal sesuai
standar-standar penilaian yang sudah dipostulasikan.C Sedangkan Ekonomi Politik
Positif berusaha mencari prinsip-prinsip dan preposisi-preposisi dengan pengalaman
aktual yang bisa dibandingkan sehingga akhirya kita dapat memahami dan menjelaskan
bukan menilai pengalaman tersebut. Walaupun juga tertarik dengan fenomena nyata,
Ekonomi Politik positif secara eksplisit lebih bersifat teoritis.
Berbeda dengan bidang Ilmu Ekonomi atau Ilmu Politik, llmu Ekonomf Politik
positif menekankan kedua perilaku ekonomi dalam proses-proses politik dan perilaku
politik di pasar ekonomi. Sewaktu membahas perilaku ekonomi dalam proses-proses
politik digunakan pendekatan ekonomi, yaitu maksimasi kendala dan perilaku strategi
oleh agen-agen yang termotivasi oleh kepentingan pribadi (constrained maximizing and
strategic behavior by sey Interested agents) untuk menjelaskan asal dan pemeliharaan
institusi-institusi politik dan formulasi serta implementasi kebijakan-kebijakan publik.
Sedangkan saat membahas tentang perilaku politik dipasar ekonomi penekanan lebih
diberikan pada konteks politik di mana gejala-gejala pasar berlangsung. Dengan fokus

32
Christy Damayanti. 2009. Dimensi Kekuasaan dalam Ekonomi, dalam Jurnal Politik, No. 1, hal. 97
33Alt,James E. & Kenneth A. Sheplese (eds.). 1994. Prespective on political economy. New York: Cambridge
University Press, hal.73

8
pada bagaimana instltusi-institusi ekonomi dan politik membatasi, mengarahkan, dan
merefleksikan perilaku individu, maka Ekonomi Politik positif berusaha menjelaskan
hasil sosial seperti produksi, alokasi sumber daya, dan kebijakan publik.
Dari uraian di atas, Jelas bahwa Ekonomi Politik positif adalah studi tentang
keputusan rasional dalam sebuah konteks institusi-institusi ekonomi dan politik. Studi
ini terkait dengan upaya menjawab dua pertanyaan. Pertama, bagaimana perbedaan-
perbedaan yang diamati di antara institusi-institusi mempengaruhi hasil ekonomi dan
politik diberbagai sistem sosial, ekonomi, dan politik? Kedua, bagaimana institusi-
institusi itu sendiri dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan, preferensi-preferensi,
dan strategi-strategi lndividu dan kolektip?. Pertanyaan pertama adalah tentang
keseimbangan dalam institusi-institusi (equilibrium In institutions), sedangkan
pertanyaan kedua adalah tentang institusi-institusi sebagai equilibria (Alt &
Shepsle,1994 : 23).34
Walau ada yang cenderung mengatakan Ekonomi Politik sebagai disiplin Ilmu
normatif dan ada pula yang lebih suka menganggapnya sebagai disiplin ilmu yang
positif. agaknya lebih netral kalau dikatakan Ekonomi Politik bersifat positif sekaligus
normatif. Pandangan ini didasarkan pada argumentasi bahwa teori-teori tentang
Ekonomi Politik itu sendiri adalah produk akhir dari upaya memahami hubungan antara
llmu Ekonomi dengan llmu Politik. Dengan demikian, yang dikaji tidak sekedar "apa"
dan "bagaimana", hubungan di antara kedua cabang ilmu sosial tersebut, tetapi juga
berusaha merumuskan "bagaimana seharusnya" hubungan di antara kedua disiplin ilmu
tersebut, dalam pengertian yang satu mendukung yang lain.
Teori apapun dalam ilmu sosial yang logis dan konsisten dengan data /fakta yang
tersedia, seseungguhnya merupakan penuntun terbaik bagi kajian ekonomi politik,
terlebih lagi teori parsiomani yang komparatif dan bahkan teori yang paling sederhana
sekalipun akan memperkaya data penstudinya. Pembangunan subsequent meliputi ; 35
1. Orthodox liberalism, cenddrung melakukan analisis dan normatif indiividu
(khusunya sikap dan kepentingan ) masyarakat sebagai suatu agregasi atau suatu
hasil pencarian kepentingan individu, negara sebagai agen untuk mengikuti
kepentingan individu.
2. Kritik sosial dan liberalism menyerang asumsi liberal yang secara individu ada dan
melakukan isolasi yang kemudian kembali bereaksi melalui penegasan bahwa
“masyarakat” membentuk tingkah laku individu. Secara metodekolektivisme, ia
merupakan suatu jarak menentang terhadap individualisme.

D. Kaitan antara Ekonomi dan Politik


Tabel 1. Ekonomi dan Politik dari Metode dan dari Segi Substansi 36

34 Ibid.
35Martin Staniland dalam Drs. Yanuar Ikbar, M.A. 2007.Ekonomi Politik Internasional Jilid 2.Bandung: PT. Refika
Aditama, hal. 8
36James A. Caporaso dan David p. Levini. 2008. Teori-Teori Ekonomi Politik, Yogyaarta : Pustaka Pelajar, hal. 303

9
SUBSTANSI
METODE
EKONOMI POLITIK
1) Teori ekonomi tradisinal, 2) Penerapam metode ekonomi
perilaku maksimalisasi dalam terhadap politik, pilihan
EKONOMI
kondisi pasar, teori harga dan publik.
efisiensi alokasi.
Sumber : James A. Caporaso dan David P. Levini (2008 : 303)

Hubungan antara ekonomi dan politik yang dipahami secara substantif dan secara
metodologis dipaparkan dalam Tabel. 1. Kotak (1) dan (4) dalam Tabel 1 adalah
ekonomi tradisional (pendekatan klasik-pent) dan ilmu politik tradisional kotak 1 adalah
pertemuan antara pendekatan ekonomi neoklasik dengan fenomena ekonomi yaitu yang
memandang bahwa individu akan mengejar kepentingan pribadinya secara rasional di
dalam situasi pasar yang sempurna maupun tidak sempurna, dan melakuakn penelitian
terhadap pergerakan harga dan sejauh mana sumber daya dialokasi secara efisien. Kotak
(4) adalah ilmu politik dalam artian tradisional, yaitu telaah pada pola-pola kekuasaan
dan kewenangan dalam negara. Kotak (3) adalah bidang yang paling sulit untuk
didiskripsikan karena masih belum ada kejelasan apakah ada metode politik yang
khusus yang bisa diterapkan di sini, dan jika ada, masih belum ada kejelasan tentang
apa dan bagaimana metde yang bisa digunakan (untuk meneliti distribusi kekuasaan
dalam pasar –pent). Kami tidak akan mencoba untuk engajukan pandangan tentang cara
menyelesaikan masalah ini, dan di sisni kami hanya akan mengomentari bahwa politik
memang sering kali telah dicoba dihubungkan dengan metode analisis terhadap transfer
dan distribusi kekuasaan atau dengan metode analisis terhadap upaya masyarakat untuk
membangun dirinya sendiri (dalam artian menguatkan identitasnya sendiri, meyatakan
dirinya secara publik). Sejauh ini upaya-upaya untuk membuat sebua metode yang
khusus bagi ilmu politik belum berhasil melepaskan diri dari tema-tema ilmu politik
yang paralel dengan tema-tema dalam ilmu politik.37
Kotak (2) adalah fokus dari pembahasan dalam bab ini. Penerpan metode ekonomi
terhadap tema-tema ilmu politik tampak jelas dalam teori pilihan publik (public choice)
dan teori permainan (game theory) yaitu ketika teori permainan diterpakan pada
masalah politik atau pelaku politik, dan analisi ekonmi terhadap intitusi hukum dan
institusi politik.
Pendekatan ekonomi terhadap politik meminta kita untuk melepaskan ide bahwa
ekonomi politik adalah ilmu wilayah politik, atau antara sub-sistem ekonomi deng sub-
sistem politik. Dengan kata lain, menurut pendekatanekonomi terhadap politik, ekonomi
politik bukan lagi sebuah telaah tentang “apa yang akan terjadi” ketika wilayah ekonomi
bertemu dengan wilayah politik melainkan ekonmi politik berarti penerapan penalaran
ekonomi terhadap proses-proses politik. Di dalam pendekatan ekonomi politik semacam
ini konsep politik sebagai substansi (yaitu poitik sebagai tindakan para pemain politik
dan transfer kekuasaan –pent) masih tetap dipertahankan, dan sisi ekonominya dipahami
sebagai telaah terhadap sejauh mana individu dan kelompok mematuhi aturan-aturan
penghenatan (economizing) (bukan substansi tapi metode atau cara orang bertindak-
pent).

37 Ibid, hal.303

10
Namun dalam banyak hal, politik dan ekonomi seringkali berkaitan atau
berhubungan. Kaitan yang pertama, sebagai ilmu (pengetahuan). Apabila dalam kajian
bidang ilmu ekonomi maka dalam sejarahnya sampai sekarang terdapat bidang ilmu
ekonomi politik. Bidang ilmu ini mencoba menggabungkan analisa kebijakan negara
untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat. Meskipun sekarang ilmu politik dan
ilmu ekonomi menjadi bidang ilmu tersendiri namun kajian ilmu ekonomi politik tetap
masih ada.38

1. Ilmu Ekonomi
Istilah ‘ekonomi’ berasal dari bahasa Yunani asal kata ‘oikosnamos’ atau
‘oikonomia’ yang artinya ‘manajemen urusan rumah-tangga’, khususnya
penyediaan dan administrasi pendapatan. (Sastradipoera, 2001: 4).39
Ilmu ekonomi suatu studi mengenai individu-individu dan masyarakat
membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan
sumberdaya terbatas, tetapi dapat digunakan dalam berbagi jenis barang dan jasa
serta mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi, sekarang dan di masa
datang, kepada berbagai individu dan golongan masyarakat.40
Menurut Sukirno, ilmu ekonomi menganalisa biaya dan keuntungan dan
memprbaiki corak penggunaan sumber daya (sumber daya: SDA & SDM).41
Menurut Mankiw, ilmu ekonomi merupakan studi tentang bagaimana masyarakat
mengelola sumber daya yang selalu terbatas dan langka.42
Dalam buku Ilmu Ekonomi Edisi Ketujuh dijelaskan bahwa Ilmu Ekonomi
secara luar adalah mengenai: (1). Cara suatu masyarakat menggunakan sumber
daya nya dan membagikan hasil produksi pada individu dan kelompok dalam
masyarakat. (2). Perubahan cara produksi dan distribusi pendapatan dari waktu ke
waktu. (3). Efisiensi sistem perekonomian. 43
Dalam bahasa sehari-hari, istilah ekonomi mengandung banyak arti. Hal ini
tentu akan berimplikasi terhadap. pembahasan mengenai ekonomi itu sendiri.
Pertama, ada yang memaknai ekonomisebagai "cara" melakukan sesuatu, seperti
dalam istilah "ekonomis" atau "kalkulasi ekonomi" yang konotasnya adalah
efisiensi. Kedua, ada yang memaknai ekonomi sebagal "aktivitas", yang biasanya
dituju untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan. Ketiga, ada yang melihat
ekonomi sebagai "institusi seperti dalam lstilah ekonoml pasar atau ekonomi
komando (Caporaso & Levine. 1993: 106).44
Adanya tiga pemaknaan ekonomi tersebut sangat berpengaruh sewaktu kita
berusaha mengaitkannya dengan istlah politik. Bila kita mengartikan ekonoml

38 James R. Situmorang. 2009. Beberapa Keterkaitan Antara Politik dan Bisnis.dalam Jurnal Administrasi Bisnis
FISIP UNPAR,Vol.5, No 2, hal. 146
39Sastradipoera, komaruddin. 2001. Ensiklopedia Ilmu Ekonomi. Bandung : Kappa-Sigma, hal. 4
40 Samuelson & Nordhaus. 2004. Ilmu Mikroekonomi. Jakarta: Media Global Edukasi, hal.28
41 Sadono Sukirno. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo, hal 33
42 N. Gregory Mankiw. 2006. Priciples of Economics: Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba, hal. 42
43Richard G Lipsey dkk, Ilmu Ekonomi Edisi Ketujuh, Jakarta: PT Bina Aksara, hal. 51
44Caporaso, J. A. & D. V Levine. 1992. Theories of tolitical Economy. New York: Cambridge University press,

hal.106

11
sebagai cara kalkulasli ekonomi politik hanya menjadi tempat dimana kaikulasi
tersebut dilakukan. Di sini. ekonomi cenderung mendominasi. yang·menentukan
apa yang dilakukan dan mengapa kita melakukan kalkulasi tersebut. Pemberian
tekanan pada kalkulasi membawa kita pada penekanan dalam preferensi subJektlf,
motif perorangan, dan kepentingan pribadi. Bila kita mengartikan ekonomi sebagai
"aktivitas” seperti terhadap material provisioning, kita cenderung membatasi
ekonomi dan bahkan memungkinkan untuk memisahkan aktivitas ekonomi dengah
aktivitas politik. Bila kita mengartikan ekonomi sebagai institusi, maka ekonomi
menjadi suatu ruang sosial dan bukan aktivitas material kalkulasl privat dalam
situasi yang terkait dengan realitas sosial tentang kehidupan di luar ekonomi.

2. Ilmu Politik
Politik berasal dari kata ”polis” dalam bahasa Yunani yang berarti negara atau
kota. Kemudian berkembang menjadi kata ”politikos” atau politics dalam bahasa
Inggris yang menggambarkan sesuatu apapun yang berkenaan dengan urusan-
urusan negara ataupun kota.45 Menurut Budiarjo, politik adalah bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.46
Secara umum dapat dikatakan bahwa politik ialah berbagai kegiatan dalam
suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan dari
sistem itu, dan bagaimana melaksanakan tujuan-tujuannya. Heywood merumuskan
politik secara luas sebagai keseluruhan aktivitas di mana masyarakat membuat,
mempertahankan dan membuat amandemen aturan-aturan umum di mana mereka
hidup. Pembuatan keputusan (decision making) mengenai apa yang menjadi tujuan
dari sistem politik atau negara tidak dapat dipisahkan dari pemilihan antara
beberapa alternatif dan penentuan urutan prioritas. Sedangkan untuk melaksanakan
tujuan-tujuan itu pun diperlukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang
menyangkut pengaturan dan pembagian atau alokasi dari sumber-sumber yang
ada.47
Walau konsep politik tidaklah sejelas konsep ekonomi, konsepsi tentang
politik banyak sekali. Ini dapat dilihat dari begitu banyaknya definisi yang
diberikan·para pakar tentang politik. Ada mengartikan politik sebagai: "Siapa yang
mendapat apa, kapan, dan bagaimana”(Lasswell, 1936: 61).48“Perjuangan untuk
mendapat kekuasaan" (Morgenthau. 1960)49; "Seni dan llmu tentang
pemerintah”(Schattschneider, 1960: 144)50; "Pola-pola kekuasaan, aturan-aturan
dan kewenangan" (Dahl. 1956: 98)51; “tentang negara” (Easton, 1981); "Konsiliasi
dari pihak-pihak yang bertentangan melalui kebijakan” (Crick 1964: 48)52.

45 James R. Op.cit, hal.146.


46 Miriam Budiarjo. 2009, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, hal. 24
47 Andrew Heywood. 2000. Key Concepts in Politics. Hampshire: Palgrave, hal. 76
48 Lasswell, H.D. 1936. Who Gets, Whats, When, How. New York: The Free Press, hal. 61
49 Morgenthau, Hans, J. 1960. The Purpose of American Politics. New York: Alfred A. Knopf, hal. 82
50 Schattschneider, E E. 1960. The Semisovereign People: A Realist's View of Democracy in America.New York :

Holt, Rinehart and Winston, hal.144


51Dahl, Robert. 1956. A Preface to Democratic Theory. Chicago: University of Chicago Press, hal. 98
52 Crick, Bernard. 1965. The Reform of Parliament. Garden City: N.Y. Anchor Books, hal. 48

12
Dari berbagai definisi di atas, tanpa bahwa politik terkait dengan banyak
hal.Ada yang mengaitkan politik dengan kekuasaan dan otoritas, bisa juga dikaitkan
dengan kehidupan publik, pemerintah, negara, konflik, serta resolusi konflik. Walau
politik memiliki banyak arti, dari berbagai definisi tersebut. yang potensial untuk
dikaitkan dengan ekonomi adalah pemaknaan politik sebagai pemerintah, poiltik
sebagai kehidupan publik dan politik sebagai otoritas untuk mengalokasikan
sumber-sumber dan nilai-nilai (Caporaso & Levine, 1993: 57)53.
Jika politik diartikan sebagai pemerintah, poiitik adalah mesin politik formal
negara secara keseluruhan (mencakup institusi-institusi, hukum-hukum, kebijakan-
kebijakan, dan aktor-aktor kunci). Jadi, politik sini mencakup semua aktivitas.
proses, dan struktur pemerintah. Dalam pendekatan politik sebagai
pemerintah,politik didefinisikan sebagai organisasi, aturan-aturan, dan keagenari
(organization, rules,and agency). Organisasi merujuk pada struktur-struktur yang
kongkrit (pengadilan, badan logistik, birokrasi, dan partai-partai politik). Atura-
aturan merujuk pada hak dan proses politik. Aturan-aturan dasar tertuang dalam
undang-undang, baik tertulis maupun tak tertulis. Undang-undang mengatur
pengorganisaian dan pendistriusian kekuatan politik, seperti di Amerika Serikat ada
pemisahan kekuasaan antara eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Jika politik diartikan sebagai publik, politik merujuk pada peristiwa-peristiwa
yang melibatkan banyak orang. Cara terbaik untuk memahami politik sebagai
publik ialah dengan membedakan antara privat dengan publik. Seperti diketahui,
privat merujuk pada peristiwa-peristiwa yang secara substansial terbatas pada
individu-individu atau kelompok-kelompok yang secara langsung terlibat
dalam·pertukaran, sedangkan publik didefinisikan sebagai ajang kegiatan yang
melibatkan masyarakat banyak. Pakar-pakar ekonomi neoklasik membedakan
privat dengan publik berdasarkan transmisi sistem harga. Jika bisa diselesaikan
melalui pasar (mekanisme harga) maka suatu barang digolongkan sebagai barang
privat. Tetapi jika tidak bisa diselesaikan melalui mekanisme harga dan secara
politis harus melibatkan campur tangan pemerintah maka barang atau jasa tersebut
digolongkan ke dalam barang-barang publik.
Jika Politik diartikan sebagai otoritas pengalokasian, arti politik dan ekonomi
menjadimirip, sebab keduanya dimaksudkan sebagal metode alokasi. Proses
ekonomi dan politik merupakan cara alternatif dalam mengalokasikan sumber-
sumber daya yang·langka. Artinya, politik di sini tidak merujuk pada struktur
formal pemerintah, melainkan sebagai suatu cara tertentu dalam pengambilan
keputusan tentang produksi dan pendistribusian sumber-sumber. Berbeda dengan
alokasi ekonomi yang lebih menekankan pada pertukaran secara sukarefa, sistem
alokasi politik lebih mengandalkan otoritas.
Ketiga konsepsi tentang politik diatas masing-masing mempunyai konsep inti
dan home domain tersendiri. Caporaso menyimpulkan bahwa politik merujuk pada
aktivitas-aktivitas dan institusi-institusi yang terkait dengan pembuatan keputusan-
keputusan otoritatif publik untuk masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Definisi
ini secara konseptual telah merangkum ketiga konsep politik yang dibahas diatas,

53Caporaso, J. A. & D. V Levine. 1992. Theories of tolitical Economy. New York: Cambridge University press, hal.
57

13
yaitu overlapping antara pemerintah, publik, dan otoritas (Caporaso & Levine 1992:
122)54.
Menurut Mohtar Mas'oed (1991:12), dalam pemaknaan politik sebagal
otoritas hubungan antara ekonomi dan politik dapat diterjemahkan ke dalam isu
tentang hubungan antara kekayaan dan kekuasaan. Ekonomi terkait dengan
penciptaan dan pendistribusian kekayaan, sedangkan politik terkait dengan
penciptaan dan pendistribusian. Kekayaan terdiri dari aset fisik (kapitas, tanah) dan
aset non fisik (sumber daya manusia, termasuk ilmu pengetahuan), sedangkan
kekuasaan bisa muncul dalam bentuk militer, ekonomi, maupun psikologis.
Kekuasaan sendiri adalah kemampuan menghasilkan suatu hasil tertentu secara
paksa. Jadi, walaupun kekuasaan bisa terwujud dalam berbagai bentuk, bentuk
aslinya adalah daya paksa. Namun, Mma’oed memperingatkan bahwa perbedaan
anatara ekonomu sebagai ilmu tentang kekayaan dan politik sebagai ilmu tentang
kekuasaan hanya untuk tujuan alanitis. Dalam dunia nyata antara kekayaan dan
kekuasaan tak terpisahkan55.

E. Definisi Ekonomi Politik


Ekonomi politik adalah ilmu pengetahuan tentang kekayaan dan berhubungan
dengan usaha-usaha yang dibuat manusia untuk memenuhi keinginan dan hasrat
hidup.56
Istilah tampaknya sederhana namun ternyata secara metodologis mengundang
perdebatan panjang baik·substansi maupun teoritis. Istilah Ekonomi Politik
(PolitcalEconomy) sering kali dipertukarkan dengan istilah Politik Ekonom (Politik of
Economic). Penggunaan kedua istilah itu tampaknya tidak mengandung perbedaan-
perbedaan yang hakiki.
Pelajaran dasar tentang ilmu ekonomi memberikan pemahaman bahwa harga suatu
jenis barang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran atas barang yang
tersedia dan disepakati oleh pembeli dan penjual. Inilah yang dimaksud dengan harga
keseimbangan (equilibrium price).57
Politik Ekonomi pada dasarnya dapat diartika sebagai suatu unsur atau elemen
yang menjadi alat dari ekonomi dan rasionalisasi kekuatan politik dalam·melaksanakan
rencana-rencana aplikasi ekonomi itu sendiri untuk mencapai sasaran yang dikehendaki.
Kekuatan politik secara formal dilambangkan oleh eksistensi dan otoritas negara/
pemerintah dalam merumuskan haluan negara berupa strategi maupun kebijakan
ekonomi dan kemudian melaksanakannya untuk mengubah situasi tertentu menjadi
situasi yang lain dalam kehidupan masyarakat.

54 Caporaso, J. A. & D. V Levine. 1993. Theories of tolitical Economy. New York: Cambridge University press, hal.
122
55 Mas’oed, Mohtar. 1991. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 86
56Mosco, Vincent. 2009. Economic Dictionary. London : Connecticu. Halaman 22
57 Didik J. Rachibini. Analisis Ekonomi Politik Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003) hlm 4

14
Politik Ekonomi dapat disebut sebagal Dos Sollen, karena dipandang tidak sama
dan sebangun dehgan ilmu pengetahuan, melainkan sebuah produk Policy Sciences.
Sedangkan Ekonomi Politik merupakan Dos Sains, karena di dalamnya eksplisit
berbagal prasyarat keilmuan, yang memiliki wilayah kajian luas sebagal suatu ·llmu
maupun pengetahuan menyangkut studi tentang hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi antara faktor ekononif dan faktor politik.
Selanjutnya dalam proses konversi, ia menimbulkan implikasi/efek tertentu dalam
kehidupan masyarakat seperti umpan balik tertentu pula, baik karena unsur keterlibatan
(intervensi) negara/pemerintah dalam upaya mengubah pasar melalui kebijakan dari
Politik Ekonomi tersebut maupun karena faktor-faktor alamiah dari mekanisme pasar.
Ekonomi Politik dilingkupi oleh suatu paradigma berupa proses konsolidasi dan
integrasi keilmuan, berbagai gagasan, aliran pemikiran dengan kesamaan asumsi dasar
mengenal suatu bidang studi seperti kerangka konseptual, metodologi, pendekatan-
pendekatan atau alat-alat analisis, dan demikian pula dengan teknik analisisnya.
merupakan seperangkat pengetahuan mengenai ekonomi yang erat kaitannya dengan
perubahan-perubahan sosial politik dengan berbagai implikasi masing-masing.
Pengertin tentang Ekonomi Politik (kontemporer) mempunyai beberapa versi
sejak llmu Ekonoml Politilk klasik dari model·yang dibangun Adam Smith dengan
System of inquiry yang berkaitan secara langsung dengati soal-soal kebijakan ekonomi
pada abad XVII dan XIX. Kemudian pada abad XX Gunnar Myrdal, melalui tulisannya
yang berjudul Asian Drama: An Inquiry into Poverty of Nations.58 la agaknya
merupakan orang pertama yang mencoba mengembalikan perihal system of inquiry
klasik itu ke dalam bentuk istilah atau kerangka teori-teori baru yang tidak bersifat
konvensional terutama: untuk menganalisis persoalan pembangunan. Kasus dalam
penelitiannya beraragkat dari beberapa negara Asia Selatan (khususnya india). Dalam
Asian Drama, ia menjelaskan paradigma baru yang terdiri dari unsur-unsur pendekatan
institusional sebagal alternatif dari pendekatan maupun modelmatematis yang banyak
digunakan oleh paka ekonomi. Analisisnya tentang negara-negara berkembang tidak
terbatas pada konsep-konsep ekonomistik belaka, melainkan juga mempergunakan alat-
alat bantu analisis dari berbagai ilmu sosial lainnya.
Teori-teori yang bersifat interdisipliner, yang coba dirangkai oleh Gunnar
Myrdal59 dalam menelaah soat-soal pembangunan di Dunia Ketiga ternyata amat
menarik perhatian para ahli Ilmu Politilk dan Ekonomi, karena keberaniannya
mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori pembangunan yang diperkirakan cukup
handal untuk dipraktekkan oleh negara-negara terbelakang.Pandangan-pandangan dan
pemahaman baru mengenai studi ekonomi politik kemudian bermunculan dengan
model-modelyang konstruktif.
Akhirnya banyak orang mulai yakin akan kebenaran kritik Myrdal terhadap teori-
teori Ekonomi Pembangunan Konvensional yang hanya melihat soal-soal di Dunia
Ketlga tanpa memperhatikan variabel-variabel sosial seperti korupsi, disiplin, kurang
nutrisi, dan pranata-pranata tingkah laku sosial tradisional yang sesungguhnya amat
berpengaruh dan menentukan terhadap kegiatan perekonomian. la menyayangkan para

58 Myrdal, Gunnar. 1968. Asian Drama: An Inquiry into Poverty of Nations. London: The Penguin Press
59Myrdal, Gunnar. 1968. Asian Drama: An Inquiry into Poverty of Nations. London: The Penguin Press

15
pakar ekonomi dariekonomi konvensional yang dianggapnya selalu menghindari segi-
segi yang unik tersebut. Penelitian menjadi kurang cermat hanya karena melupakan
survei terhadap gejala-gejala semacam itu oleh sebab data-data tidak bisa atau sukar
untuk dikuantifikasi. Model-model yang bersifat kuantifikasi secara teknis memang
ampuh untuk kondisi-kondisi tertentu, namun menjadi terlalu sempit, tidak realitis, dan
bias bagi kerangka berplkir yang ada sifat-sifat kualitatifnya. Oleh karenanya, model-
model yang disusun terasa menjadi kurang berarti bagi negara-negara berkembang
(Myrdal, 1968 : 35).60
Untuk memahami ekonomi politik secara umum, dapat diperhatikan pendapat
beberapa orang pakar studi ini, diantaranya: Lord Robbin, dalam bukunya yang berjudul
“Political Economy: Post and Present; A Review of Leading Theories of Economy
Policy”. Diakatakan, bahwa yang dimaksud Ekonomi Politik dapat mengandung dua
versi. Pertama, ialah versi ekonomi politik klasik yang memberi pegertian studi Ilmu
Ekonomi (murni, teori) itu sendiri (economis sciences) sampai dengan teori-teori
tentang Kebijakan Ekonomi (Theory of Economics Policy) yang meliputi analisis dari
bekerjanya ekonomi pasar, alternatif sistem kebijakan dan prinsip-prinsip keuangan
negara (sebagaimana dikemukakan oelh Adam Smith dalam The Wealth of Nations).
Kedua, Ekonomi Politik versi Modern yaitu ekonomi politik yang membahas
sebagaimana sistem ekonomi itu bekerja, harus dibuat bekerja dan memungkinkan
dirinya bekerja. Namun demikian, ia bukanlah Sciencetific economics yang merupakan
himpunan dari value free generalization tentang cara-cara sistem ekonomi itu bekerja.
Ekonomi Politik di sini membicarakan prinsip-prinsip umum dalam bidang ekonomi
(Robin. 1976 : 3)61
Ekonomi politik, cabang dari ilmu sosial yang kemudian berkembang menjadi
ekonomi, menitikberatkan pada peningkatan pendapatan negara dan peningkatan
sumber daya negara. Istilah ekonomi politik memulai digunakan secara umum pada
abad kedelapan belas dan bermakna cara-cara yang digunakan pemerintah untuk
mengatur perdagangan, pertukaran, uang dan pajak. Dua kajian ilmu yang membedakan
paling signifikan adalah dikaitkan dengan sejarah marxisme. Pada tahun 1843 Engels
menerbitkan artikel dengan judul “The Outline of a Critique of Political Economy”. Dia
berpendapat bahwa pemikiran pemikiran ekonomi baru, yang mendukung kompetisi
dan perdagangan bebas yang dimulai Adam Smith, adalah separuh kemajuan pada hal
yang telah berlalu sebelumnya namun dengan tidak mempertanyakan kekayaan pribadi,
merupakan hal yang salah karena telah menutupi kenyataan bahwa kapitalisme bisa
mengarah kepada kejahatan-kejahatan sosial dan ekonomi.
Marx dan Engels percaya bahwa ekonomi politik sebagai sains muncul seiring
dengan kapitalisme sebab sifat eksploitatif dari sistem-sistem ekonomi muncul
prakapitalis adalah transparan, mereka tidak memerlukan suatu sains tersendiri untuk
menjelaskan mereka, hanya ideologi (umumnya agama) untuk melegitimasi mereka
tetapi watak eksploitasi kapitlais tidak transparan (tersembunyi di balik kedok uang dan
hubungan pasar). Ia memerlukan sains ekonomi (ekonomi politik) tersendiri untuk
mengungkapkannya.62 Marx menganggap bahwa nilai semua komoditi adalah sepadan

60 Ibid. Hlm: 5-35


61 Robbins, Lord. 1976. Political Economy Post and Present; A Review of Leading Theories of Economy Policy.
London: Columbia University Press. Hlm: 3
62 Ekonomi Politik Sosialisme, Prinsip Minsheng, Rengganik, FIB UI, 2009 hlm 14

16
dengan pekerjaan (manusia) yang terkandung dalam masing komiditi. Tolak ukur untuk
pekerjaan yang dimaksud tidak lain dari jumlah jam kerja yang terlibat dalam pekerjaan
yang bersangkutan. Dalam hubungan ini tenaga kerja manusia sebagai tenaga upahan
oleh Marx dianggap sebagai suatu komiditi yang dalam proses tukar-menukar di
pasaran (jual-beli).63 Dalam masyarakat kapitalisme peran proses produksi semakin
dominan terhadap peran tenaga manusia; bukan sebaliknya seolah-olah manusia yang
menguasai proses produksi. Dalam hubungan ini, tenaga kerja manusia (upahan) hanya
merupakan komditi yang dapat dijualbelikan di pasar tenaga kerja.64
Sementara itu, Paul Samuelson (1947 : 133)65, menyebutkan makna Ekonomi
Politik sebagai sbuah studi mengenai Sistem Ekonomi itu sendiri, yang diartikan
sebagai cara suatu masyarakat mengatasi masalah ekonomi fundamental yang serupa
dimanapun. Lebih lanJut dikatakan bahwa pure llmu Ekonomi lebih berifat teoritis.
Sedangkan Ekonomi Politik lebih bersifat praktis yang menonjolkan seninya (the art of
economics). Sementara itu, Edwin R.A. Seligman memperjelaskan pula tentang
Ekonomi Politik, yang disebutnya sebagai suatu disiplin yang berkenaan dengan
hubungan-hubungan ekonomi dan perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat, yang
sering kali mengaitkan diri dengan faktor-faktor politik. Menurut Wahyudi
Kumorotomo (2014: 115) setidak-tidaknya ada dua komponen pendorong perubahan.
Pertama, perubahan-perubahan yang bersifat otonom karena masyarakat menginginkan
adanya pergeseran ke arah kondisi sosial atau taraf hidup yang lebih maju. Dengan kata
lain, perubahan ini terjadi karena rakyat memang menghendakinya sebagai naluri yang
wajar untuk mencapai derajat kemakmuran, keadilan, dan kesejahteraan yang lebih
tinggi. Komponen pendorong perubahan yang kedua, berasal dari para pemimpin
negara, politisi, birokrat, teknokrat intelektual,atau birokrat yang menghendaki
perubahan masyarakat kearah kemajuan sesuai dengan yang mereka pahami dan cita-
citakan.66
Sedagkan Robert Hellbroner, dalam karyanya The Worldly Philosophers: The
Lives, Times And Ideas Of The Great Economic Thinkers. (1999 : 55)67; mencoba
mengoreksi. Ilmu Ekonomi konvensional dengan mengedepankan ekonomi politik
dengan pertanyaan, bahwa apabila ilmu ekonomi masa depan ingin tetap relevan
dengansoal-soal modern, maka perubahan-perubahan yang harus dilakukan oleh Ilmu
Ekonomi perlu mencakup tiga hal:
1. Pertimbangan politik yang secara eksplisit harus diperkenalkan dalam riset-riset
ekonomi.
2. Ruang lingkup Teori Ekonomi Konvensional harus diperluas hingga mencakup juga
dimensi politik.
3. Paradigma Ilmu Ekonomi harus digantikan dengan paradigma baru yang lebih uas.
Selain itu pemahaman lain mengenai studi ini dengan konsep kombinasi pada
pokok bahasan ekonomi poilitik sebagaimana diterangkan oleh Warren F. lichman dan

63 Sumitro Djojohadikusumo. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1991) hal 190
64 Ibid,. hal 191
65 Samuelson, Paul A. 1947. Foundations of Economic Analysis,Inggris: Harvard University Press.
66 Warjio, Politik Pembangunan Paradoks, Teori, Aktor, dan Ideologi. (Jakarta: Kencana, 2016) hal 207

67 Helibroner, Robert. 1999. The Worldly Philosophers: The Lives, Times And Ideas Of The Great Economic

Thinkers.New York: Touchstone

17
Norman T. Uphoff (1972 : 35)68; bahwa ekonomi politik adalah suatu integrated social
science of public purpose. Dikatakan bersifat politik karena membahas segi otoritas
negara dalam masyarakat. Bersifat ekonomi karena membahas masalah-masalah alokasi
dan pertukaran sumber-sumber yang langka, termasuk didalamnya sumber-sumber
sosial dan politik. Ekonomi Politik juga merupakan ilmu memilih sebagaimana halnya
llmu Ekonomi, tetapi dengan pendekatan multidisplin. Kemudian, bahwa Ekonomi
Politikberkepentingan dengan semua persoalan yang memiliki rerevansidengan
kebijakan- kebijakan dan masalah-masalah umum (publik). Disamping memperhatikan
dan mendorong partisipan aktlf melibatkan diri dalam perspektif kehidupan sosial dan
politik.
Kekhasan dari studi ini ialah perhatiannya yang besar terhadap orang-orang dan
bangsa-bangsa/negara bukan industri (negara terbelakang dalam industri) dan mereka
yang dimiskinkan oleh suatu proses. serta juga·perhatiannya terhadap upaya-upaya
umum untuk memperbaiki nasib mereka: Namun harus diakui para penstudinya belum
sampai mengembangkan suatu kerangka ilmiah yang utuh yang dapat disetujui bersama
apalagi dipakai secara luas. Tetapi di samping mengeluarkan sikap kritis seperti
mempertanyakan legitimasi Ilmu Ekonomi sebagaimana yang disampaikan oleh
ekonom kemuka Kenneth Boulding, juga telah mencoba mempertanyakan dan sekaligus
berusaha mencari jawaban tentang paradigma baru sebagaimana dilakukan oleh pakar
Ilmu Ekonomi lainnya Hirschman dan ahli Ilmu Politik Jamess. Coleman(Norman
T.Uphoff & Warren F. llchman (eds.)1972 : 67). 69
Secara umum dapat dipahami adanya pertalian erat antara dunia politik dan dunia
ekonomi, tetapi sejauh manakah proses pendekatan multidisiplin atau lebih tepatnya
pendekatan interdisiplinnya mampu menerangkan kepada semua pihak tentang
adanya hubungan yang signifikan antara keduanya itu? Bahkan pada sementara
kalangan banyak yang menyangsikan eksistensl Ekonomi Politik karena mereka melihat
ada kesukaran kaum intelektualnya untuk memecahkan masalah-masalah pertentangan
radikal yang terjadi pada perspektif kedisiplinan induk, yakniIlmu Ekonomi dan llmu
Politik. Perbedaan mendasar terletak pada hakikat paradigma llmu Politik yang
menekankan pengkajian tentang kekuasaan/kekuatan (power). dan sebaliknya llmu
Ekonomi pada mekanisme pasar (market) terutama oleh aliran bukan Marxian. Padahal
dari kedua disiplin akar itu terdapat "dialektika" yang ekstrem untuk dipadukan karena
kompleksitas dan heterogenitas hubungan keduanya. Oleh karenanya dianggap banyak
kegagalan yang dialami oleh para penstudi dan pakar-pakamya dalam merumuskan
teori umum (grand theory) yang dapat memuaskan segenap pihak.
Namun demikian, dari pola keterhubungan antara politik dan ekonomi, sosial/
kemasyarakatan hingga berimplikasi menimbulkan umpan balik, secara sistemik masih
dapat diamati berbagal indikator konseptualitasnya. Sekalipun sejumlah anggapan
mempertanyakan legitimsi ekonomi politik. Tidaklah berarti bahwa ekonomi politik
menghadapi kegagalan dalam memformulasikan eksistensinya. Dalam suatu tulisan
Albert O. Hirchman, dikatakan bahwa ekonomi politik merupakan bentuk trespass yang
meliputi dua aspek pokok. yakni: explanatory yang berusaha menjelaskan proses

68 Uphoff, Norman Thomas & Warren, F. Lichman. 1972. The Political Economy of Development. Berkeley:
University of California.
69Uphoff, Norman Thomas & Warren, F. Lichman. 1972. The Political Economy of Development. Berkeley:

University of California

18
hubungan antara bidang politik dan ekonomi. Kemudian aspek normatifnya, yang mem
bicarakan bagaimana pengaturan kedua bidang ekstrem itu seharusnya dihubungkan
(Hirschman. 1981 : 89).70
Konfigurasi pendekatan Ekonomi Politik internasional adalah tidak tunggal
(monodisiplin). Artinya, bahwa implementasi alat-alat analisisnya dapat dilihat secara
metodologis interdisiplin dipandang dari sejumlah teori dan konsep-konsep yang
mendasar substansinya. Kemudian secara kontekstualitas dikaitkan dengan dimensi
waktu (pra-klasik, klasik pasca-klasik, modern ataupun kontemporer), juga lingkungan
(internal dan eksternal), batas teritorial menyangkut wilayah kajian teoritis dan kasus-
kasus yang terbatas dan studi yang lebih bersifat general. Substansi secara umum dari
Ekonomf Politik itu, di antaranya berupa persoalan interdependensi, dependensi.
keterbelakangan, pertumbuhan, perkembangan, pembangunan ekonomi sosial, sistem-
sistem ekonomi dan termajuk juga ikhwal power politik, realisme dan idealisme, linear
dan strukturalis intenasional globalisasi atau blokalisasi/regionalisme dan lain-lain.
Sebagai contoh, ciri-dari kompleksitas sistern sosial seperti demokrasi, kadar birokrasi
dapat dianalisis dengan meminjam pendekatan reduksionis. Pendekatan “tipe ideal” ini
bermula dari asumsi serupa (kesamaan-kesamaan) untuk kemudian dicari generasinya.
Martin Staniland (1985 : 77)71 pada tahun 1960-an melihat sebuah fenomena yang
menarik, di mana pengarang atau penulis profesional yang ingin populer pada masa itu
banyak mengawali judul buku atau tulisannya dengan ungkapan "The politics of...”
(kemudian diikuti dengan hal-hal yang ingin dibahas, seperti pembangunan,
pembaharuan kota, judi, dan sebagainya). Kemudian, pelan tetapi pasti, tren pun
berubah, di mana judul buku atau tulisan lebih banyak dimulai dengan ungkapan "The
political economy of...” Sehubungan dengan perubahan tren tersebut Staniland pernah
mengecek katalog perpustakaan dan menentukan tidak kurang dari 117 buku yang
diawali dengan "The political economy of.. " tersebut, mencakup subjek yang sangat
beragam, seperti periklanan, Appalachia, seni, perdagangan obat·terlarang, perdagangan
Timur-Barat, hak-hak asasi manusia, Fiji merdeka, Nasserism, perbuatan, perang,
rasisme. dan sebagainya.
Melihat fenomena di atas, Staniland mengajukan beberapa pertanyaan: apakah
perubahan tersebut tidak lebih dari perubahan selera akademis belaka? Apa sebetulnya
yang dimaksudkan oleh para penulis tentang "pendekatan ekonomi politik ?” Apakah
mereka sepakat dengan ungkapan ''ekonomi politik.tersebut?” Mengapa mereka lebih
menyukai pendekatan "ekonomi politik” ketimbang pendekatan lainnya?
Untuk pertanyaan pertama agaknya relatif mudah dijawab. Di samping
fashionable, penggunaan tingkapan ekonomi politik akan lebih memudahkan penulis
mengarahkan pada isu dalam teori sosial, yaitu hubungan antara llmu Ekonomi dan llmu
Politik. Hubungan antara Ekonomi dan Politik bisa bermakna eksplanatori(menjelaskan
bagaimana keduanya terkait) dan bisa juga bersifat normatif (bagaimana seharusnya
sifat perkaitan di antara kedua disiplin ilmu tersebut). Pertanyaan seperti ini bisa
ditelusuri dalam tulisan ahli sosial jauh hingga masa Aristoteles.

70Hirschman , O, Albert . 1971. Abias for Hope: Essay on Development and Latin America. New Haven:Yale
University Press
71Staniland, Martin. 1985. What is Political Economy? A Study of Social Theory and Underdevelopment. London:

Yale University Press.

19
Sedangkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan berikutnya relatif lebih sulit.
Walaupun para penulis yang diteliti katanya telah menggunakan pendekatan ''Ekonomi
Politik”, kebanyakan di antara mereka tidak memberikan definisi yang jelas tentang
pendekatan "Ekonomi Politik" yang mereka gunakan. Bahkan. implikasi dari
penggunaan pendekatan "Ekonomi Politik” yang mereka gunakan juga tidak dijelaskan.
Staniland menemukan bahwa tidak jarang ungkapan "Ekonomi Poiltik” hanya
digunakan oleh segelintir penulis untuk pembungkus topik bahasan yang tidak menarik,
dan jika diimbuhi dengan titel "Ekonomi Politik” terdengar lebih keren sehingga orang
tertarik membacanya.
Lalu, apa sebetulnya yang disebut Ekonomi Politik itu? Dari judul buku yang
ditulis Martin Staniiand What Is Political Economy? A Study of Social Theory and
Underdevelopment (1985)72, kita segera mengetahui makna dari Ekonomi Politik
tersebut,yaitu: sebuah studi·tentang teori sosial dan keterbelakangan. Lebih lanjut.
Staniland menguraikan definisi tentang Ekonomi Politik tersebut sebagai berikut:
“Mengacu pada masalah dasar dalam teori sosial: hubungan antara politik dan ekonomi.
Isu ini memiliki dua sisi baik eksplanotori maupun nurmatif isu ini memunculkan
pernyataan mengenai bagaimana kedua proses tersebut saling terkait dan menngenai
bagaimana seharusnya mereka terkait”.
Pemaknaan terhadap Ekonomi Politik tidak terbatas pada studi tentang teori sosial
dan keterbelakangan. Menurut Caporaso & Levine (1993:127), pada awalnya Ekonorni
Politik dimaksudkan untuk memberikan saran mengenai pengelolaan masalah-masalah
ekonomi kepada para penyelenggara negara. Hal ini sesuai dengan pemaknaan Ekonomi
Politik pada waktu itu sebagal pengelolaan masalah-masalah ekonomi negara (Political
Economy referred to the management of economic affairs of state). Selanjutnya,
Ekonomi Politik oleh pakar-pakar Ekonomi Politik Baru lebih diartikan sebagai analisis
ekonomi terhadap proses politik. Dalam kajian tersebut mereka mempelajari institusi
politik sebagai entitas yang bersinggungan dengan pengambilan keputusan ekonomi
politik.yang berusaha mempengaruhi pengambilan keputusan dan pilihan publik, baik
untuk kepentingan kelompoknya maupun untuk kepentingan masyarakat luas.
(Caporaso 1993 : 127).73
Dalam penggabungan analisis ekonomi dengan politik oleh pakar-pakar Ekonomi
Politik Baru, banyak yang curiga bahwa para ekonomi telah melakukan penjajahan dan
mengambil alih tugas para pakar politik. Kecurigaan ini bukannya tidak berdasa, sebab
menurut Albert Hirschman dalam Essay In Trespassin Economics to Politics and
Beyond (198l), Ekonomi Politik memang merupakan penjajahan dari llmu Ekonomi ke
dalam Ilmu Politik. Jika istilah “penjajahan”·terdengar terlalu kasar, dalam bahasa yang
lebih netral Ekonomi Polltik merupakan peralihan yang eskalatif dari llmu Ekonomi
klasik yang sederhana menuju llmu Ekonomi pembangunan yang semakin kompleks
dan·karena itu semakin menarik untuk dikaji lebih mendalam (Leo Agustino, 2000).74
Bahwa ekonomi politik merupakan penjajahan Ilmu Ekonomi terhadap Ilmu
Politk atau peralihan eskalatif dari Ilmu Ekonomi murni ke ekonomi pembangunan yang
72Staniland,Martin. 1985. What is Political Economy? A Study of Social Theory and Underdevelopment. London:
Yale University Press.
73James A Caporaso and David P Levine. 1993.Theories of Political Economy, Cambridge University Press, USA,

halaman 127
74Agustino, Lleo. 2002. Ekonomi Politik Pembangunan. Bandung: Dialog Press.

20
lebih kompleks sebetulnya tidak sepenuhnya benar. Buktinya, para pakar politik juga
mampu memperlihatkan bahwa sistem, politik menentukan hubungan antara mereka
yang memiliki kekuatan politik dengan yang kurang atau yang tidak memiliki kekuatan.
Selain itu, sistem politik menentukan hubungan antara penguasa (ruler) dengan
masyarakat.
Dengan demikian bagi ahli ekonomi politik, kegiatan ekonomi. seperti
kegiatan-kegiatan lain dalam masyarakat, tidak terlepas dari konteks politik. Tegasnya,
sistem politik tidak hanya membentuk power relationship dalam masyarakat, tetapi juga
menentukan nilai-nilai serta norma-norma yang sedikit banyak akan menentukan apa
dan bagaimana berbagai kegiatan ekonomi dilaksanakan dalam masyarakat.
Apakah para ekonom sudah mengambil alih tugas ahli-ahli politik atau justru para
ahli politik telah berhasil menjadikan politik sebagai panglima, sebetulnya tidak perlu
diperdebatkan, sebab yang namanya llmu Ekonomi Politik merupakan sinergi antara
Ilmu Ekonomi dan Ilmu Politik. Dengan sudut pandang yang lebih positif ini
diharapkan·bahwa kajian tentang Ekonomi Politik akan membawa kita pada
pemahaman bahwa kerjanya suatu sistem ekonomi dan proses politik merupakan dua
sisi dari satu mata uang yang sama. Sebagai suatu disiplin ilmu yang lebih
komprehensif, Ekonomi Politik lahir dari berbagal upaya yang dilakukan untuk
menemukan sinergi.mengisi kekosongan (cross fertilization) yang tidak dijumpai dalam
satu disiplin ekonomi atau disiplin politik saja (Arifin & Rachbini, 2001)75.
Penggabungan analisis politik dalam kajian ekonomi atau analisis eknomi dalam
kajian politik saat ini sangat diperlukan, sebab dengan berbekal llmu Ekonomi atau llmu
Politik saja kita sering menemui kesulitan dalam menjelaskan berbagai gejala dan
masalah yang dihadapi. Seperti diketahui dalam kenyataan akhir-akhir ini semakin
banyak masalah ekonomi yang tidak berhasil diatasi karena terkait erat dengan politik
dan hukum, bahkan juga dengan budaya dan agama.
Bagaimana hubungan antara ekonomi dengan politik, hukum, soslal, dan budaya
sangat jelas pada saat Indonesia dan negara-negara Asia ditimpa krisis tahun
1997/1998.76 Dalam peristiwa ini, krisis moneter berubah menjadi krisis·ekonomi yang
bercampur baur dengan krisis politlik, morai, dan sebagainya. Jika masalah multikrisis
ini didekati dengan kajian ekonomi saja. hampir bisa dipastikan hasilnya·tidak
memuaskan. Begitu juga kalau didekati dengan mengandalkan llmu Politik saja,
hasilnya pastilah tidak optimal. Dengan menggunakan pendekatan Ekonoml Politik,
diharapkan berbagai persoalan bisa diatasi dengan lebih baik karena sudah didasarkan
pada kajian yang·lebih komprehensif.
Pendekatan Ekonomi Politik yang lebih komprehensif menjadi daya tarik,yang
menyebabkan bidang llmu Ekonomi Politik ini semakin menarik minat banyak kalangan
akhir-akhir ini. Namun sebagian ekonom, terutama dari aliran Neoklasik umumnya
menilai bahwa pendekatan Ekonomi Politik ini lebih “inferior” dibanding pendekatan
analisis ekonoml murni dalam upaya memahami peristiwa ekonomi, proses ekonomi.
ataupun perilaku aktor-aktor atau faktor-faktor ekonomi. Pakar-pakar ekonomi murni

75
Arifin, B. Dan D.J. Raachbini. 2001. Ekonomi Politik & Kebijakan Publik. Jakarta: Pustaka Grasindo
76
Pettis, Michael. 2001. The Volatility Machine: Emerging Economies and the Threat of Financial Collapse. Inggris:
Oxford University Press

21
juga mengkritik pendekatan Ekonomi Politik sebagai "Jalan pintas" bagi ekonom yang
kurang mahir di bidangnya. atau oleh non ekonom agar kelihatan lebih "hebat". Analisis
Ekonomi Politik dianggap kurang keras, walau analisis dan kritikannya kadang terlalu
ekstrem. Bagi ekonom "tulen", hanya analisis ekonomi murni yang jernih
pembahasannya tentang peristiwa, proses, atau perlaku ekonomi, sebab didasarkan atas
kajian yang bersifat netral, objektif dan tidak memihak.
Terlepas dari berbagai kritikan di atas. banyak pula pakar yang menganggap
pendekatan Ekonomi Politik lebih baik. terutama dalam menganalisis peristiwa dan
fenomena yang tinggi kadar campuran ekonomi dengan politiknya. Para pendukung
Ekonomi Politik seperti DorodJatun Kuntjoro Jakti menganjurkan agar pendekatan
Ekonomi Politik, lebih-lebih Ekonomi Politik·Kelembagaan, harus lebih diperhatikan
oleh sejumlah kalangan ahli llmu sosial, termasuk ekonom, dan Jika memungkinkan
teknik analisis ekonomi politik ini lebih ditingkatkan kualitasnya. Untuk ltu, para
akademisi yang menggunakan pendekatan Ekonomi Politik tidak boleh berhenti pada
analisis dari sekumpulan variabel atau parameter ekonomi pada saat mencoba
memahami suatu peristiwa ekonomi ataupun politik, tetapi di samping itu juga harus
berupaya keras menyelidiki aktor yang terlibat dalam gerakan variabel atau parameter
tersebut serta tidak lupa mengkaji struktur sosial dan politik yang menghubungkan satu
aktor dengan yang lainnya.
Tabel 2 : Implikasi hubungan antarvariabel ekonomu politik77

POWER MARKET SOCIETY FEEDBACK


Sistem politik Sistem Sistem sosial Pembangunan/kesejahteraan
ekonomi rakyat
Kekuasan Mekanisme Struktur sosial Pertumbuhan, pemerataan ,
negara/pemerintah pasar stabilitas atau instabilitas,
ketergantungan, monopoli
dan monopsoni
Public policies Proses Perubahan sosial Peningkatan taraf hidup
konvensi dalam /kemasyarakatan rakyat, jurang pemisah,
pasar interpendensi. Substansi.
Efek/dampak kebijakan
Fungsi politik Fungsi Fungsi struktur Efek pasar terhadap
ekonomi pasar sosial (ciri-ciri pemerintah atau pun
(bebas dan interaksi masyarakat, efek politik
terbatas) masyarakat) terhadap pasar, efek sosial
terhadap proses politik dan
proses ekonomi
Sumber : Drs. Yanuar Ikbar. 2006

F. Cakupan Ilmu Ekonomi Politik


Menurut Drs, Yanuar Ikbar, M.A.Studi ekonomi politik secara metodologis
umumnya menempatkan negara-negara menjadi aktor formal, karena dalam proses

77 Drs, Yanuar Ikbar, M.A.2006.Ekonomi Politik Iinternasional 1, Bandung: PT Refika Aditama. Hlm 23

22
politiknya lebih banyak mempengaruhi bagimana persoalan ekonomi seperti produksi
dan distribusi kekayaan mengalir secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat.78
Usaha penyatuan kembali bidang ilmu sosial dilakukan oleh adam smith ahli ilmu
ekonomi yang lebih menonjolkan analisis ekonomi-politik karena pada dasarnya praktik
dan pranata ekonomi dan politik saling berkaitan. Kedua bidang tersebut sangat sulit
dipisahkan. Karena itu, jika praktik dan pranata politiknya bermasalah, muara dari
praktik dan pranata ekonominya pun akan bermasalah.79
Pada dasarnya ekonomi politik merupakan serangkaian tali hubungan yang bersifat
saling mempengaruhi atau saling berhubungan dan kait-mengait di antara subjek dan
objek dari variabel-variabel dasarnya terutama variabel-variabel yang berfaktor dari
ekonomi, politik dan sosial masyarakat. Dari ciri-ciri dan karakteristik khas yang
tampak sekurang-kurangnya ekonomi politik modern (kontemporer), memiliki:
1. Sekurang-kurangnya ada unsur penggabungan dari dua atau lebih kutub utama
keilmuan, yakni dalam hal ini ilmu ekonomi dan ilmu politik, yang secara timbal
balik saling mempengaruhi dari interaksi dan tingkah laku masing-masing maupun
proses mekanisme kerja keduanya, dan kemudian terjadi lagi umpan balik yang
mengimbas pada masyarakat.
2. Ada usaha yang khas dari metode pendektannya yang interdisipliner tersebut
berupa telaah terhadap subjek negara dan bukan negara, juga objek masalah negara
dan bukan melalui berlangsungnya suatu proses tertentu dari mekanisme pasar
(tawar menawar yang menentukan pada arus barang dan jasa) dengan faktor-faktor
kekausaan yang mempengaruhi atau sebaliknya.
3. Batas wilayah kajian ekonomi politik secara komprehensif telah begitu meluas dan
melampaui batas-batas klasik negara-negara di dunia karena sumbangan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, komunikasi dan informasi serta transformasi
sosial lainnya.80

Ekonomi Politik menggunakan berbagai pendekatan membahas banyak topik dan


melintasi berbagai disiplin llmu Ekonomi Poltik merupakan kajian yang sangat
komprehensif, membahas banyak segi, dan bersifat interdisipliner, tidak hanya
melibatkan Ilmu Ekonomi dan politik, tetapi kadang-kadang juga ilmu sosial, budaya,
hukum, dan psikologi. Dalam hal ini, ada kebaikan dari kajian yang bersifat
komprehensif dan interdisipliner. Dengan memasukkan variabel-variabel non ekonomi
dalam pembahasan diharapkan analisis terhadap suatu peristiwa menjadi lebih tajam.
Namun, kelemahannya juga ada. Karena sifat kajian yang bersifat interdisipliner,
masalah barupun timbul: kita .semakin sukar menentukan batasan-batasan kajian, dan
dengan sendirinya juga sulit membangun teori-teori dan konsep-konsep yang relevan
dalam pembahasan suatu persoalan.
Sayangnya, di masa depan persoalan yang kita hadapi bukannya semakin
sederhana, tetapi justru menjadi semakin rumit. Seperti diungkapkan oleh Staniland

78 Ibid, Hlm 13
79 Didik J. Rachibini. Analisis Ekonomi Politik Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003) hlm 63
80 Yanuar Ikbar. Ekonomi Politik Internasional Konsep & Teori Jilid 1. (Bandung: refika aditama, 2006) hlm 24

23
(1985)81: "Di masa-masa sekarang ini, aktivitas "pembangunan teori" menjadi lebih
rumit dikarenakan: peningkatan·keterlibatan pemerintah dalam kehidupan
perekonomian; bertambahnya kompleksitas dalam hubungan ekonomi internasional;
dan tekanan pembangunan di negara Dunia Ketiga".
Kerumitan pertama yang dihadapi adalah kecenderun dan semakin dalamnya
pemerintah terlibat dalam urusan ekonomi, sebagai dampak pandangan Keynes tentang
perlunya intervensi pemerintah dalam mengatur perekonomian makro. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Joe Oppenheimer : "Setelah ekonom Keynesian mempersilakan
peran politisi dalam perekonomian, teori ekonomi tidak lagi tertutup untuk variabel-
variabel politik." Selain disebabkan oleh semakin tingginya derajat cammpur·tangan
pemerintah, tugas pakar-pakar Ekonomi Politik dalam membangun teori-teori dan
konsep-konsep yang handal menjadi lebih berat dengan semakin kompleksnya
hubungan ekonomi internasional dan adanya tekanan pembangunan di negara-negara
sedang berkembang yang dipaksakan oleh lembaga-lembaga·ekonomi internasional
seperti IMF, Bank Dunia, dan WTO.
Kaena persoalan yang dihadapi pada masa sekarang dan di masa depan lebih
rumit, semakin sulit bagi kita·untuk mengembangkan teori-teori dan konsep yang pas
untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi. Tetapi hal ini hendaknya tidak
menjadikan kita pesimis. Walau di masa datang kita dihadapkan pada dunia yang rumit,
serba tak pasti, dan juga penuh resiko, kita tetap harus mengambil berbagai keputusan.
Dalam hal ini keputusan yang diambil hendaklah didasarkan pada landasan tori dan
konsep-konsep Ekonomi Politik yang solid.
Dengan berbekal teori-teori dan konsep-konsep yang solid serta peralatan yang
baik, kita dapat memecahkan persoalan yang dihadapi. Selain itu, teori-teori dan
konsep-konsep yang digunakan dapat pula menjelaskan peristiwa apa yang
sesungguhnya terjadi ditengah-tengah masyarakat, dan yang lebih penting lagi kita juga
harus mempu menggiring bagaimana atau ke arah mana seharusnya peristiwa terjadi
sehingga lebih menguntungkan bagi semua pihak.

G. Model-Model Ekonomi Politik


Munurut Muhammad Hatta atau Bung Hatta sebagai seorang tokoh ekonomi
Indonesia yang terkenal dengan pemikiranya hattanomics, bahwa ekonomi negara
Indonesia atau ekonomi demokrasi memiliki pilar utama berupa penguasaan aset oleh
negara, control terhadap swasta, dan tumbuhnya perekonomian rakyat yang mandiri.82
Menurut Martin Stanlland (1985),83 oleh beberapa penulis istilah Ekonomli Politik
dijadikan sebagai suatu label formal yang bisa diaplikasikan pada studi-studi yang
berkaitan dengan aspek kebijakan publik. Bagi kelompok ini, studi Ekonomi Politik

81Staniland, Martin. 1985. What is Political Economy? A Study of Social Theory and Underdevelopment. London:
Yale University Press
82Santoso, Yussy.2008. Budaya Ekonomi Indonesia dan Sistem Jaminan sosial. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Halaman 13
83Staniland, Martin. 1985. What is Political Economy? A Study of Social Theory and Underdevelopment. London:

Yale University Press.

24
lebih sebagai tinjauan ekonomi atas berbagai kebijaksanaan publik yang dliaktikan
pemerintah (economics of public policy).Yang menjadi fokus perhatian mereka adalah:
siapa yang diuntungkan, siapa yang dirugikan. dan apa keuntungan atau kerugian yang
ditimbulkan oleh cara suatu keputusan politik tertentu dilakukan. Tetapi sayang
metodologi yang digunakan sering tidak jelas
Menurut Martin Staniland, istilah ekonomi politik dapat diaplikasikan dengan
aspek kebijakan publik. Maksudnya, studi ekonomi politik dapat dikaitkan dengan
kebijakan publik yang dibentuk oleh Pemerintah (economycs of public policy) dan
berfokus pada siapa yang diuntungkan, siapa yang dirugikan dan apa keuntungan atau
kerugian yang ditimbulkan oleh keputusan politik dalam pembentukan sebuah
kebijakan publik terutama yang berhubungan dengan substansi ekonomi.84 Terdapat
perhitungan biaya dan keuntungan yang dibawa oleh kebijakan atau struktur
pengambilan keputusan.85 Dikenal dua perspektif yang digunakan untuk menjelaskan
proses pengambilan keputusan (Pipitone, tt:3-4) antara lain :86
1. Perspektif Ekonomi Politik yang berbasis pada maksimalisasi kesejahteraan
konvensional (conventional welfare maximization) yang berasumsi bahwa
Pemerintah (Negara) bersifat otonom dan eksogen terhadap sistem ekonomi
sehingga setiap kebijakan yang diciptakan selalu berorientasi kepada kepentingan
publik. Pemerintah merupakan aktor serba tahu dan dan tidak memiliki kepentingan
pribadi (self-interest). Ketika kinerja pasar dan alokasi sumber daya mengalami
kegagalan, Negara perlu mengoreksinya melalui kebijakan yang telah dibentuk agar
kesejahteraan publik tetap bisa dicapai. Pemerintah merupakan agen yang
memaksimalisasikan kesejahteraan publik sehingga disebut sebagai aktor yang
memiliki nilai-nilai kebajikan untuk memakmurkan masyarakatnya.
2. Perspektif Ekonomi Politik Baru (New Political Economy) yang menolak gagasan
perspektif pertama dimana Pemerintah (Negara) berperan sebagai aktor serba tahu
yang dapat mengatasi permasalahan yang terjadi di dalam kinerja dan mekanisme
pasar. Perspektif ini berasumsi bahwa Negara juga berpotensi mengalami kegagalan
(government failure) yang fokus utamanya terletak pada alokasi sumber daya
publik dalam pasar politik (political market) dan perilaku mementingkan diri
sendiri (Self-Interest-Motivated) dari politisi, pemilih (voters) dan dukungan politik
(politicans). Sehingga tidak dibenarkan membiarkan Pemerintah (Negara)
menguasai seluruh perangkat kebijakan khususnya dalam hal ekonomi karena
berpeluang terjadi misalokasi sumber daya ekonomi dan politik. Dengan kata lain,
perspektif ini melihat ekonomi sebagai cara untuk melakukan tindakan (a way of
acting) sedangkan politik menyediakan ruang bagi tindakan tersebut (a place to
act).
Ekonomi Politik Sosialis atau dikenal dengan Ekonomi Politik Klasik yang digagas
oleh Marx melalui pemahamannya terhadap karya-karya Adam Smith, David Ricardo
dan ahli ekonomi Inggris lainnya pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Model
ekonomi politik sosialis merupakan oposisi dari teori-teori yang beraliran merkantilistik
yang pada pokoknya mengutamakan perdagangan luar negeri yang dianggap Marx

84Deliarnov.
Ekonomi Politik. (Jakarta, 2006 : Erlangga) hlm 12
85YanuarAkbar. Ekonomi Politik Internasional Konsep dan Teori Jilid I. (Bandung : Refika Aditama, 2006) hlm 67
86Ahmad Erani Yustika. Ekonomi Kelembagaan Paradigma, Teori dan Kebijakan. (Jakarta : Erlangga, 2013) hlm 102

25
sebagai hal sekunder. Sebagai pedagang, mereka berpikir tipikal kapitalis dengan profit
yang berasal dari mekanisme membeli murah-menjual mahal. Selain itu, teori-teori yang
beraliran fisiokrat yang menekankan pentingnya produksi ketimbang perdagangan juga
menjadi bagian oposisi dari konsep ekonomi politik klasik yang digagas oleh Karl
Marx. Ekonomi politik versi Marx membahas tentang laba dan sewa (surplus) yang
datang dari hasil para pekerja dalam berproduksi. Namun, surplus tersebut lambat laun
telah dinikmati oleh kelas penguasa (pemilik kekayaan) karena mereka memiliki modal
untuk membeli alat-alat produksi yang diperlukan sedangkan para pekerja tidak dapat
berproduksi dengan kemampuannya sendiri. Oleh karena itu, para ahli ekonomi politik
klasik mengembangkan suatu konsep harga “normal” atau “alamiah” atau “nilai” dari
suatu barang.87Maksudnya, ekonomi politik klasik berfokus pada nilai kesetimbangan
dimana nilai suatu barang sama dengan harga yang digunakan dalam produksi. Dengan
kata lain, kesetimbangan baru bisa dicapai apabila jumlah tabungan sama dengan
investasi sehingga tercipta tatanan sosial yang merata.88.
Kelompok penulis lain yang mirip dengan pendekatan di atas, tetapi secara
filosofis lebih agresif. adalah aliran atau kelompok Ekonoml Politik Baru (New Political
Economy). Aliran ini berasal dari ailran Ekonomi Politik Neoklasik. Mereka ingin
mengaplikasikan asumsi-asumsi, bahasa, maupun logika ekonomi Neoklasik ke dalam
perilaku politile, bahkan pada seluruh rentangan pembuatan keputusan publik maupun
keputusan privat.
Agar paham tentang misi aliran Ekonomi Politik Baru tersebut (dan mengapa
aliran ini dikatakan "baru", terlebih dahulu perlu diketahui pengertian Ekonomi Politik
yang diberikan oleh antara lain yang disebut Ekonoml Politik Sosialis Socialist Political
Economy. atau sering juga disinonimkan dengan Marxisme). Aliran Ekonomi Politik
Sosialis ini mempunyai nilai-nilat dan ambisi yang sangat berbeda dengan aliran
Ekonomi Pollitik Baru.
Membandingkan Ekonomi Politik Baru dengan aliran Ekonomi Poiltik Sosialis
sungguh pekerjaan yang tidak mudah, sebab perspektif Ekonomi dan Politik dari kedua
aliran tersebut memang tidak mungkin dibandingkan. Jelasnya, dalam ekonomi politik
versi non-marxian (mulal dari perspektif liberal Klasik, Neoklasik, termasuk di
dalamnya perspektif Ekonomi Politik Baru dan Ekonomi Politik Neoliberalisme,
tekanan utama diberikan pada pasar (market), sedangkan daiam versi Ekonoml Politik
Sosialis tekanan diberikan pada kekuasaan (power).89
Kerumitan lain dalam membandingkan Ekonomi Politik Baru dengan Ekonomi
Politik Sosialis·ialah karena dalam Ekonomi Politik Sosialis asumsl-asumsi dan logika
kerja ekonoini ildak mudah diakomodasikan. Masalahnya, Ekonomi Politik Baru
didasarkan pada asumsi kebebasan memilih individu, sedangkan dalam perspektif
sosialis hampir segala sesuatunya diatur dan ditentukan oleh kekuasaan. Begitu
juga·politik tidak bisa dengan mudah menerima prosedur-prosedur ekonomi yang lebih
banyak mengeksplorasi dunia imajiner rasionalitas tanpa kendala ketimbang duna
tentang konfilk, kesalah pahaman dan pemaksaan. yaitu dunia politik yang secara
empiris susah diobservasi. Hubungan. antara ekonomi dan politik menjadi semakin

87Anthony Brewer. Kajian Kritis Das Kapital Karl Marx. (Jakarta : TePLOK Press, 2000) hlm 13
88http://www.jejakakuntansi.net/2017/09/adam-smith-teori-ekonomi-klasik-vs.html (Acces : 12/09/18 22.23 WIB)
89Suraji. 2008. Teori-Teori Ekonomi Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

26
susah dan kompleks jika kita berbicara dalam konteks dunia global. DI satu sisi,
ekonom telah berhasil mengonstruksi suatu "teori sistem dunia (world system·theory)”.
Sedangkan di sisi lain, dari studi kasus perdagangan internaional dan aspek-aspek
hubungan intemasional lain, pakar-pakar sosial tidak mampu mengonstruksikan suatu
teori umum tentang "sistem·eknom politik global". Kesulitan para ahli soslal dalam
mengnstruksikan suatu "sistem ekonomi politik global" tidk hanya dari segi analitis.
Yang lebih rumit lagi adalah kenyataan berbedanya ideologi yang dianut tiap negara,
apalagi tiap negara mempunyai bermacam ragam budaya pula. Perangkat asumsi-asumsi
dan·nilai-nilai mana yang dapat dianggap berlaku secara global? Pasti tidak ada ahli
sosial yang berani dan mampu menjawab pertanyaan tersebut.

H. Pendekatan Politik Ekonomi atau Ekonomi Politik


Menurut Stanlland (1985)90, pembauran antara llmu Ekonomi dan llmu Politik
bisa menghasilkan salah satu dari dua metode analisis·berikut: (1) Metode analisis
Politik Ekonomi (the political theory of economics),yaitu penerapan cara pendekatan
yang berasal dari teori politik untuk memahami permasalahan-permasalahan ekonomi,
dan (2) Metode analisis Ekonomi Politik (the economic theory of politics), yaitu
penerapan cara pendekatan yang·bersumber dari teori ekonomi untuk memahami
permasalahan-perrnasalahan politik.
Dalam metode analisis Politik Ekonomi, teori politik dimanfaatkan untuk
memahami berbagai permasalahan ekonomi sebab berdasar teori ekonomi belaka tak
mampu menerangkan secara memuaskan bagaimana suatu peristiwa ekonomi terjadi;
bagaimana suatu proses ekonomi muncul atau bagai mana perilaku aktor. ekonomi
dalam menghadapi proses atau peristiwa ekonomi tertentu. Berbeda dengan pakar
ekonomi murni, pakar Politik Ekonomi, tidak akan bernenti pada analisis dari
sekumpulan variabel atau parameter ekonomi pada saat mencoba memahami suatu
peristiwa ekonomi, tetapi juga akan menyelidiki siapa saja aktor yang terlibat yang
menyebabkan adarnya perubahan dalam variabel atau parameter tersebut. Selain itu,
mereka juga berusaha meneliti struktur sosial dan politik yang menghubungkan satu
aktor dengan yang lainnya.
Berbeda dengan pakar Politik Ekonomi, pakar Ekonomi Politik berusaha
menjelaskar, tidakan-tindakan ekonomi yang dilakukan oleh aktor-aktor tertentu pada
saat mereka melakukan aktivitas politik. Menurut pakar Ekonomi Politik. di belakang
kegiatan politik aktor tertentu ada motivasi ekonomi yang mendasarinya. Berdasarkan
kajian ekonomi politik inilah·muncul analisis perilaku kalap-rente yang banyak
dijumpai di .negara-negara sedang berkembang. Dengan menggunakan metode analisis
kalap-rente itu dapat dipahami mengapa teori politik saja tidak dapat digunakan untuk
memahami berbagai peristiwa politik di negara-negara sedang berkembang.
Sedikit berbeda dengan pengelompokan model-model ekonomi politik oleh
Staniland di atas, oleh Caporaso & Levinamodel-model ekonomi politik dikelompokkan
sesuai "substansi" dan "metodologi" yang digunakan datam analisis. Agar lebih jelas

90Staniland,
Martin. 1985. What is Political Economy? A Study of Social Theory and Underdevelopment. London:
Yale University Press.

27
tentang model-model Ekonomi Politik dilihat dan substansi dan metodologi ini. Jika
dibahas sesuai metodologi ekonomi, substansi ekonomi termasuk bidang ekonomi
tradisional atau ekonomi·murni yang biasa dipelajari oleh mahasiswa pada fakultas
ekonomi. Hal-hal yang dipeiajari biasanya terkait dengan perilaku agen-agen ekonomi
dalam mengoptimalkan kesejahteraan masing-masing dalam setting pasar, teori harga
atau efisiensi dalam konsumsi produksi, dan alokasi. Begitu juga untuk subtansi politik
yang dibahas dengan menggu nakan metodologi potitik merupakan kajian bidang politik
murni yag dipelajari mahasiswa pada fakultas politik. Yang dipelajari batasannya terkait
dengan hal-hal yang menyangkut kekuasaan dalam arena politik. (Caporaso &
Levina).91
Dari kedua pendekatan yang disebutkan terakhir.yang sudah dikembangkan oleh
pakar-pakar sosial adalah penerapan metodologi ekonomi ke dalam keputusan-
keputusan politik, seperti yang dilakukan oleh pakar-paka Ekonomi Politik Baru.
Sedangkan pengaplikasian metodologi politik dalam aktivitas-aktivitas ekonomi relatif
agak suilt. Masalahnya, berikut Caporaso & Levine (1993)92 menjelaskan. hingga
sekarang masih dipertanyakan apakah ada metode politik yang distingtif, dan kalaupun
ada metode apa namanya? Namun demikian, meski kajian "politik ekonomi" berbeda
dengan ekonomi-politik" tetapi dari keduanya istilah "ekonomi politik" yang lebih
sering digunakan, yang bisa digunakan mewakili "politik ekonomi" maupun "ekohomi
politik".·Begitu juga dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya, kita akan lebih
banyak menggunakan istilah "ekonomi politik". Walau yang dimaksudkan mungkin
tidak hanya ekonomi-politik, tetapi juga politikekonomi.
Sebagai mana akan kita bahas lebih lanjut pada bab-bab berikutnya,
pengaplikasian aturan-aturan atau kaidah-kaidah ekonomi dalam politik belum tampak
dalam aliran Ekonomi Politik Liberal Klasik, Ekonomi Politik Sosialisme/Marxisme,
dan Ekonomi Politik Baru, yaitu aliran Strukturalisme dan Dependensia. Penerapan
metodologi ekonomi baru akan terlihat sewaktu kita membahas Ekonomi Politik
Neoklasik dan dalam pendekatan Ekonomi Politik Kelembagaan Baru. Pengaplikasian
metode-metode ekonomi dalam proses-proses politik terlihat jelas saat kita
mendiskusikan perspektif Ekonomi Politk Baru dan Ekonomi Politik Neoliberalisme.
Dari uraian di atas, jelas bahwa upaya mengaitkan ekonomi dengan politik
gampang-gampang susah. Karena alasan tersebut Albert Hirschman mengeluh bahwa
upaya untuk membuat pemyataan umum tentang hubungan antara politik dan ekonomi
hanya akan mendaptakan "kebosanan yang membuat frustasi”. Mengapa Hirschman
sepesimis itu? .Bisa jadi karena hubungan antara ekonomi dengan politik terlalu jelas
dan karena itu tidak menarik untuk dikaji. Atau, bisa juga karena·hubungan tersebut
terlalu rumit dan tergantung pada begitu banyak variabel sehingga tak terprediksi dan
inkonklusif (Albert Hirschman 1971). 93
Karena upaya untuk mengaitkan ekonomi dengan politik gampang-gampang
susah, Hirscman menganjurkan agar mahasiswa lebih terkonsentrasi menentukan

91James A Caporaso and David P Levine,. 1993. Theories of Political Economy, Cambridge University Press, USA,
halaman 127
92 Ibid.
93Hirschman , O, Albert . 1971. Abias for Hope: Essay on Development and Latin America. New Haven:Yale

University Press. Halaman 9

28
hubungan dalam apa yang disebutnya finerdeatures of the economic landscape, yaitu
dalam area-area tertentu dari pembuatan kebijakan atau dalam konsekuensi-
konsekuensi spesifik dari keputusan- keputusan publik tersebut.
Menurut Staniland 94, pembauran antara llmu Ekonomi dan llmu Politik dapat
menghasilkan dua metode analisis yaitu metode analisis Politik Ekonomi (the political
theory of economics) dan metode analisis Ekonomi Politik (the economic theory of
politics). Metode analisis Politik Ekonomi merupakan penerapan pendekatan yang
bersumber dari teori politik untuk memahami permasalahan-permasalahan ekonomi,
sedangkan metode analisis Ekonomi Politik merupakan pendekatan yang·bersumber
dari teori ekonomi untuk memahami permasalahan-perrnasalahan politik.
Metode analisis Politik Ekonomi dimanfaatkan untuk memahami berbagai
permasalahan ekonomi karena teori ekonomi sendiribelum mampu menerangkan secara
menyeluruhmengenai bagaimana suatu peristiwa ekonomi terjadi, bagaimana suatu
proses ekonomi muncul atau bagai mana perilaku aktor ekonomi dalam menghadapi
proses atau peristiwa ekonomi tertentu. Pendekatan Politik Ekonomi tidak berhenti
pada analisis variabel atau parameter dalam peristiwa ekonomi, tetapi juga menyelidiki
siapa aktor yang terlibat dalam perubahan variabel atau parameter ekonomi tersebut.
Selain itu, pendekatan ini berusaha untuk meneliti struktur sosial dan politik yang
menghubungkan satu aktor dengan yang lainnya.95
Metode analisis ekonomi politik secara definitif dimaknai sebagai interrelasi
diantara aspek, proses dan institusi politik dengan kegiatan ekonomi (produksi,
investasi, penciptaan harga, perdagangan, konsumsi, dsb). Pendekatan ekonomi politik
mengaitkan seluruh penyelenggaran politik (aspek, proses, kelembagaan) dengan
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat maupun yang diintrodusir oleh
Pemerintah. Pendekatan ini meletakkan bidang politik subordinat terhadap ekonomi
yaitu instrumen ekonomi (mekanisme pasar, harga, investasi) dianalisis menggunakan
setting sistem politik dimana kebijakan atau peristiwa ekonomi terjadi.96 Pendekatan
Ekonomi Politik menjelaskan tindakan-tindakan ekonomi yang dilakukan oleh aktor-
aktor tertentu ketika melakukan aktivitas politik. Menurut pakar Ekonomi Politik,setiap
kegiatan politik yang dilakukan oleh aktor tertentu terdapat motivasi ekonomi yang
mendasarinya. Sehingga muncul kajian ekonomi politik melalui analisis perilaku rent-
seeking yang banyak dijumpai di negara-negara berkembang.97
Caporaso & Levina mengelompokan model-model ekonomi politik berdasarkan
"substansi" dan "metodologi" yang digunakan dalam metode analisis. Artinya, apabila
pembahasanberdasar padasubstansi dan metodologi ekonomi, maka substansi ekonomi
termasuk dalamkajian di bidang ekonomi tradisional atau ekonomi·murni yang pada
umumnyamempelajari perilaku agen-agen ekonomi dalam mengoptimalkan
kesejahteraan masing-masing dalam setting pasar, teori harga atau efisiensi dalam
konsumsi produksi dan alokasi. Apabila pembahasan didasarkan pada subtansi dan
metodologi potitik, makasubstansi politik termasuk dalam kajian di bidang politik murni

94Deliarnov. Ekonomi Politik. (Jakarta, 2006 : Erlangga) hlm 15


95Ahmad Erani Yustika. Ekonomi Kelembagaan Paradigma, Teori dan Kebijakan. (Jakarta : Erlangga, 2013) hlm 89
96Ibid,. hlm 100
97Yanuar Akbar. Ekonomi Politik Internasional Konsep dan Teori Jilid I. (Bandung : Refika Aditama, 2006)

29
yang pada umumnyamempelajari hal-hal mengenai kekuasaan dalam arena politik.
(Caporaso & Levina).98
Dari kedua pendekatan yang dikembangkan oleh masing-masing pakar sosial
sebagian besar membahas terkait penerapan metodologi ekonomi ke dalam keputusan-
keputusan politik, seperti yang diasumsikan oleh pakar-pakar Ekonomi Politik Baru.
Sedangkan pengaplikasian metodologi politik dalam aktivitas-aktivitas ekonomi
menurut Caporaso & Levine99 ,sampaidetik ini masih belum ada metode politik yang
distingtif. Meskipun kajian "politik ekonomi" berbeda dengan ekonomi politik" tetapi
istilah "ekonomi politik" lebih seringdigunakan untuk mewakili "politik ekonomi"
maupun "ekonomi politik".100 Singkatnya, antara ilmu ekonomi (economics) dan ilmu
politik (politics) memang berlainan, dalam pengertian diantara keduanya masing-
masing telah memiliki alat analisis bahkan memiliki asumsi yang berlawanan. Dengan
demikian, tidak mungkin menggabungkan alat analisis ekonomi dan politik karena
dapat menimbulkan ambiguitas. Namun, keduanya dapat disandingkan apabila terdapat
proses dan perhatian yang sama misalnya dalam hak mengorganisasi dan
mengkoordinasi kegiatan manusia, mengelola konflik, mengalokasikan beban dan
keuntungan serta menyediakan kepuasan bagi kebutuhan dan keinginan manusia .101
Pendekatan ekonomi politik mempertemukan antara bidang ekonomi dan politik
dalam hal alokasi sumberdaya ekonomi dan politik (yang terbatas) dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, implementasi dari kebijakan
ekonomi politik selalu mempertimbangakan struktur kekuasaan dan sosial khususnya di
dalam masyarakat yang menjadi target kebijakan. Pendekatan ini juga semakin relevan
karena struktur ekonomi sendiri tidak semata-mata ditentukan secara teknis, namun
terdapat dua bagian yang saling terkait yaitu pertama, kekuatan produksi-material
pabrik dan perlengkapan (modal), sumber-sumber alam (disebut tanah oleh para
ekonom klasik), manusia dengan skill yang dimiliki (tenaga kerja) dan tekhnologi.
Tekhnologi berfungsi sebagai untuk memproduksi yang bersifat teknis, sehingga
proporsi bahan mentah, mesin dan tenaga kerja dapat dialokasikan dengan biaya yang
minimum.Kedua, relasi produksi-manusia, seperti hubungan antara para pekerja dan
pemilik modal.102

I. LEMBAGA DAN SISTEM EKONOMI POLITIK


Kebutuhan manusia relatif tak terbatas. Di sisi lain, alat pemuas berbagai kebutuhan
tersebut terbatas. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan alat pemuas kebutuhan
menyebabkan diperlukannya sebuah ilmu yang lazim disebut Ilmu Ekonomi.Ilmu
Ekonomi pada intinya mengajarkan bagaimana manusia atau sekelompok manusia
membuat pilihan-pilihan terbaik. Sebagaimana dikemukakan oleh Paul Samuelson&

98James A Caporaso and David P Levine,. 1993. Theories of Political Economy, Cambridge University Press, USA,
hlm127
99Ibid.
100Yanuar Akbar. Ekonomi Politik Internasional Konsep dan Teori Jilid I. (Bandung : Refika Aditama, 2006)

101Ahmad Erani Yustika. Ekonomi Kelembagaan Paradigma, Teori dan Kebijakan. (Jakarta : Erlangga, 2013) hlm

101
102Ibid,.

30
Nordhaus (2001:81)103 ilmu ekonomi adalah studi mengenai bagaimana orang lain dan
masyarakat memilih, dengan atau tanpa menggunakan uang untuk memanfaatkan
sumber-sumber daya produktif yang langka demi memproduksi berbagai komoditi dari
waktu ke waktu dan mendisribusikannya untuk dikonsumsi saat ini maupun di masa
depan. Oleh berbagai oang dan kelompok dalam masyarakat.
Inti dari masalah ekonomi adalah kelangkaan (scarcity). Adanya kelangkaan
mengakibatkan tiap kelompok masyarakat, betapa pun majunya, dihadapkan pada
sejumlah masalah ekonomi. Empat masalah ekonomi yang utama adalah: alokasi,
produksi, distribusi, dan konsumsi. Masalah alokasi terkait dengan masalah
“penjatahan” berbagai sumber daya (sumber daya alam, sumber daya manusia, modal)
yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat untuk berbagai kegiatan produksi guna
menghasilkan berbagai macam barang dan jasa. Masalah produksi terkait dengan upaya
men-transformasikan atau mengubah bentuk berbagai input atau faktor-faktor produksi
sehingga berubah menjadi output berupa barang-barang dan jasa yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Masalah distribusi terkait dengan aktivitas
penyampaian barang dan jasa yang sudah dihasilkan oleh produsen hingga akhirnya
sampai ke tangan konsumen. Sedangkan masalah konsumsi terkait dengan upaya
memilih di antara beberapa alternatif konsumsi berbagai macam barang dan jasa, yang
dapat memberikan kepuasan setinggi-tingginya sesuai anggaran dana yang tersedia.
Cara pemecahan masalah-masalah ekonomi di atas ditentukan oleh Lembaga Ekonomi
dan Sistem Ekonomi Politik yang dianut masyarakat yang bersangkutan. Cara
pemecahan masalah-masalah ekonomi di atas ditentukan oleh Lembaga Ekonomi dan
Sistem Ekonomi Politik yang dianut masyarakat yang bersangkutan:

1. Lembaga dalam Ekonomi Politik


Dalam pengalokasian sumber daya dan pendistribusian hasil-hasil produksi
untuk konsumsi, ada beberapa lembaga ekonomi yang perlu diketahui, yaitu:
altruisme, anarki, pasar, dan pemerintah. Altruisme adalah pola alokasi dan distribusi
atas dasar sistem dan hubungan pemberian timbal balik-saling membantu.Pola yang
didasarkan atas kebaikan hati, moral, emosi, kemanusiaan dan bukannya atas motif
laba atau kepentingan pribadi ini biasa dijumpai dalam masyarakat petani tradisional.
Jika seseorang mempunyai kelebihan, misalnya panen melimpah, ia akan
memberikan kelebihan tersebut pada tetangga atau pihak lain yang membutuhkan.
Tetapi jika ada ubi tentu ada talas, ada budi ada balas. Artinya, orang yang pernah
menerima sesuatu dari orang lain akan membalas kebaikan hati orang tersebut pada
kesempatan lain. Altruisme cocok digunakan untuk mengalokasikan barang privat
yang sifat pendistribusiannya publik. Misalnya, lembaga seperti altruisme ini baik
digunakan untuk mengalokasikan donor darah atau bantuan bencana alam.
Salah satu tokoh Ekonomi Kelembagaan yaitu Douglas C. North, membahas
peranaan penting suatu lembaga terhadap perekonomian dalam bukunya Institutions,
Institutional Change and Economic Performance. North mengungkapkan bahwa
lembaga merupakan sebuah rules of the game atau aturan main di dalam

103Paul A. Samuelson & William D. Nordhaus.2001. Microeconomics With Powerweb, Jakarta: Airlangga
(Terjemah bahasa Indonesia) hlm 81

31
masyarakat.104 Yang pertama adalah altruisme, ini beberapa pengertiannya menurut
para ahli;
- Menurut David O. Sears, altruism adalah tindakan sukarela yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa
mengharapkan apapun kecuali mungkin perasaan melakukan kebaikan.
- Menurut Glasman, altruism adalah konsep perilaku menolong seseorang yang
didasari oleh keuntungan atau manfaat yang akan diterima pada kemudian hari
dan dibandingkan dengan pengorbanan yang ia lakukan saat ini untuk menolong
orang tersebut. Manfaat yang didapat dari menolong orang lain harus lebih besar
dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan untuk menolong orang
tersebut.105
Pola kedua yang bisa digunakan adalah anarki. Jika altruisme didasarkan pada
sifat-sifat kebaikan hati dan nilai-nilai moral, anarki adalah pola alokasi dan
distribusi tanpa disertai hukum dan aturan, yang lebih banyak mengandalkan
kekuatan dan kekuasaan. Jika perlu, dalam upaya memperebutkan sumber daya yang
langka akan ditambah dengan sifat licik dan penipuan.
Lembaga ketiga yang lebih baik sekaligus lebih efisien untuk mengalokasikan
sumber daya adalah penggunaan mekanisme pasar.Melalui pasar, alokasi sumber
daya dilakukan sesuai kekuatan permintaan dan penawaran. Dalam hal ini, pasar
digunakan sebagai wahana untuk melakukan transaksi atas prinsip suka sama suka,
tanpa unsur paksaan seperti cara-cara anarki. Kebanyakan ekonom menilai
mekanisme pasar paling efisien untuk mengalokasikan sumber-sumber daya ekonomi
dan produksi serta pendistribusian barang-barang privat.Jelasnya, pola ini juga lebih
beradab daripada pola anarkisme.Akan tetapi, walau lebih efisien dalam
mengalokasikan sumber daya, penggunaannya terbatas untuk barang-barang privat,
bukan untuk barang-barang publik.106
Lembaga terakhir yang digunakan untuk mengalokasikan sumber daya dan
mendistribusikan hasil-hasil produksi untuk konsumsi adalah pemerintah.Peran
pemerintah diperlukan untuk mengatasi kegagalan pasar, untuk mengatasi
eksternalitas, dan untuk pengadaan barang-barang publik.Sebagai otoritas tertinggi,
pemerintah punya kekuasaan memaksa.Paul Dengan kekuasaan ini pemerintah bisa
menetapkan undang-undang atau aturan-aturan, dan bagi yang melanggar dapat
dikenai sanksi.Pada akhirnya, pemerintahlah yang paling menentukan pola
pengalokasian sumber daya berikut pendistribusiannya pada berbagai kelompok
dalam masyarakat, terutama untuk barang-barang publik dan dalam berbagai kasus
bahkan juga untuk barang-barang swasta.

2. Sistem Ekonomi Politik


Suatu kajian penting yang acapkali dibicarakan dalam berbagai tulisan
ekonomi politik kontemporer adalah berkenaan dengan sistem-sistem ekonomi.

104 Pipit Dwi Septiani, Pertumbuhan Ekonomi dan Kestabilan Politik di Indonesia, 2014, hal. 16
105 Digilib.uinsby.ac.id
106 Paul A. Samuelson & William D. Nordhaus.2001. Microeconomics With Powerweb, Jakarta: Airlangga

(Terjemah bahasa Indonesia) hlm 81

32
Sistem-sistem ekonomi ini berhubungan dengan alternatif suatu negara menentukan
cara pengorganisasian bentuk perekonomiannya yang dipandang dapat memberikan
kesejahteraan kepada rakyat. Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu
Systema dapat diartikan sebagai keseluruhan daripada suatu kesatuan bermacam-
macam (group) dengan unsur yang satu sama lain saling melengkapi. Sistem
ekonomi berarti keseluruhan daripada suatu kesatuan bermacam-macam (group)
unsur yang terorganisasi, yang mencakup sejumlah lembaga dan pranata (sosial,
ekonomi, idea-idea) yang berfungsi untuk memecahkan masalah-masalah:
- Barang-barang dan jasa yang seharusnya dihasilkan,
- Cara-cara yang ditempuh untuk menghasilkan barang-barang dan jasa tersebut,
- Proses pendistribusian barang-barang dan jasa itu kepada seluruh anggota
masyarakat suatu perekonomian.107
Kinerja perekonomian suatu negara ditentukan oleh banyak faktor dan tiga di
antaranya yang paling menentukan adalah: (1) Kebijaksanaan-kebijaksanaan
ekonomi yang dijalankan pemerintah, (2) Lingkungan di mana perekonomian
tersebut beroperasi, dan (3) Sistem Ekonomi Politik yang digunakan. Semua faktor-
faktor penentu kinerja perekonomian tersebut bisa berubah setiap saat. Jika berbagai
kondisi dalam masyarakat berubah, baik itu karena perubahan cara pandang (atau
ideologi), adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma, atau aturan dan tata hukum, maka
Sistem Ekonomi Politik yang dianut suatu masyarakat juga bisa berubah. Sistem
ekonomi mencakup keseluruhan proses dan aktivitas masyarakat dalam upaya
memecahkan masalah-masalah ekonomi sekaligus mencapai tujuan-tujuan ekonomi,
sosial, dan politik masyarakat yang bersangkutan.108
Tergantung bagaimana kondisi perpolitikan saat itu, perubahan dalam sistem
ekonomi bisa berlangsung secara gradual, halus, dan tanpa gejolak, tetapi bisa pula
berlangsung secara drastis, radikal, atau revolusioner.Jika perubahan menimbulkan
suasana panik dan perasaan tidak menentu dalam masyarakat, maka yang dijadikan
sebagai “kambing hitam” adalah Sistem Ekonomi Politik yang digunakan.Jadi, agar
pembangunan berlangsung lebih elegan, secara politik perlu sekali dipilih sistem
ekonomi yang terbaik bagi masyarakat yang bersangkutan.
Sistem ekonomi mencakup keseluruhan proses dan aktivitas masyarakat dalam
upaya memecahkan masalah-masalah ekonomi sekaligus mencapai tujuan-tujuan
ekonomi, sosial, dan politik masyarakat yang bersangkutan. Lebih jelas, menurut
Gregory & Stuart (1992:56)109, sistem ekonomi mencakup mekanisme, pengaturan-
pengorganisasian, dan aturan-aturan untuk membuat dan melaksanakan keputusan-
keputusan tentang alokasi sumber daya yang terbatas jumlahnya.
Terdapat beberapa klasifikasi mengenai sistem ekonomi ini yang umumnya
oleh para pakar seperti halnya H.M.H.A. van derValk dapat dibagi ke dalam bentuk
seperti :

107 Drs. Yanuar Ikbar, M.A, Ekonomi Politik Internasional - Konsep dan Teori (Jilid 1), Agustus 2006, hal. 64
108 Dr. H.M. Ismail, S.Sos., MH., M.Si, Ekonomi Politik Sebuah Teori dan Aplikasinya, 2018, hal. 49
109 Gregory,P.R dan R.C suart, 1992. Comparative Economic System, edisi ke 4 Bostom : Houghton Mifflin

Company hal 56

33
(1) Rumah tangga dengan lalu lintas pertukaran bebas,
(2) Rumah tangga bangsa yang dipimpin sentral.
Kemudian pula Theodore Morgan, membaginya menjadi :
(1) Ekonomi Campuran,
(2) Fasisme,
(3) Komunisme,
(4) Sosialisme Inggris,
(5) Ekonomi Jalan Tengah.
Selain daripada itu, ada pula pakar lain seperti Suranyi-Urger yang
membaginya menurut pola dengan model :
(1) Western Freedom, yang dilaksanakan oleh Amerika Serikat, Kanada, Belgia dan
Swiss.
(2) Eastern Planning, yang dilaksanakan oleh Uni Soviet, Polandia, Rumania, RRC
dan Korea Utara.
(3) Coordination of Economic Freedom and Planning seperti yang dilakukan oleh
Inggris, Italia, India dan Brazil.
Kemudian berikutnya Martin C.Schnitzer dan James W.Nordyke
mengemukakan sebagai berikut :
(1) Model Ekonomi Pasar modifikasi ala Amerika Serikat.
(2) Model Ekonomi campuran Jalan Tengah, antara lain dijalankan di Perancis,
Inggris, Jepang, Swedia, dan Jerman Barat.
(3) Model Ekonomi Terpusat modifikasi yang dilaksanakan oleh Uni Soviet, RRC,
dan Yugoslavia.
Namun demikian, negara-negara Eropa Timur tersebut kini tidak lagi
menjalankan model ekonomi Eastern Planning setelah terjadi perubahan dan reformasi
ideologi baik di Uni Soviet yang menjadi Republik Federasi Rusia, juga di Polandia
dan Rumania yang menjalankan ekonomi bebas dan untuk RRC, terjadi pula
perubahan berupa reformasi ekonomi yang bersifat campuran. Satu-satunya negara
yang masih melaksanakan model Eastern Planning hanyalah Korea Utara yang
mendasarkan kepada sistem komunisme.
Beberapa alternatif lain dari klasifikasi cara pengorganisasian perekonomian
juga dikategorikan ke dalam beberapa bentuk, seperti disebutkan oleh Michael
P.Todaro :

34
(1) Ekonomi Pasar Murni,
(2) Ekonomi Kapitalis Pasar Negara Maju,
(3) Ekonomi Sosialis Pasar,
(4) Ekonomi Sosialis Komando (atau berencana secara terpusat),
(5) Ekonomi (Sosialis) Berencana Pasar Campuran (kapitalis).110
Lebih jelas menurut Gregory & Stuart, sistem ekonomi mencakup
mekanisme, pengaturan-pengorganisasian, dan aturan-aturan untuk membuat dan
melaksanakan keputusan-keputusan tentang alokasi sumber daya yang terbatas
jumlahnya. Sesuai definisi yang dikemukakan Gregory & Stuart (1992:93) di atas,
sistem ekonomi dibedakan berdasarkan:
a. Organisasi pengaturan pengambilan keputusan (organization of decision making
arrangements);
b. Mekanisme penyebaran informasi dan koordinasi (mechanism for provision of
information and for coordination);
c. Hak pemilikan kekayaan produktif (property rights); dan
d. Mekanisme penetapan berbagai tujuan dan sistem insentif (mechanism for setting
goals and incentives).
Dilihat dari klasiflkasi Organisasi Pengaturan Pengambilan Keputusan, suatu
perekonomian disebut terpusat (centralized) jika semua keputusan ekonomi
ditentukan oleh level yang lebih tinggi, yaitu oleh negara atau otoritas pusat.
Sebaliknya sistem ekonomi disebut terdesentralisasi (decentralized) jika keputusan-
keputusan ekonomi lebih banyak dilaksanakan dan ditentukan oleh unit ekonomi
yang lebih rendah (rumah tangga dan perusahaan individu) yang relatif bebas dari
otoritas pusat.
Dilihat dari klasifikasi kedua, yaitu Mekanisme Penyebaran Informasi dan
Koordinasi keputusan-keputusan ekonomi, maka ada dua mekanisme yang dapat
digunakan, yaitu mekanisme perencanaan (plan mechanism) dan mekanisme pasar
(market mechanism). Suatu sistem ekonomi dikatakan sebagai sistem perencanaan
jika informasi disebarkan dan keputusan-keputusan ekonomi dilaksanakan sesuai
instruksi atau komando dari suatu badan superior (pemerintah). Di sisi lain, suatu
sistem ekonomi disebut sistem pasar jika penyebaran informasi dan koordinasi
keputusan-keputusan ekonomi dilaksanakan melalui mekanisme pasar berdasarkan
kekuatan permintaan dan penawaran tanpa campur tangan dari pemerintah.
Dilihat dari klasifikasi ketiga tentang Hak Pemilikan Kekayaan Produktif, ada
tiga kemungkinan yang bisa muncul. Pertama, sebagian besar kekayaan produktif
dimiliki oleh swasta (privat), seperti yang sering dijumpai dalam sistem kapitalisme.
Kedua, sebagian besar kekayaan produktif adalah milik publik (negara). Ketiga,
sebagian besar kekayaan produktif merupakan milik kolektif atau kooperatif. Di

110 Drs. Yanuar Ikbar, M.A, Ekonomi Politik Internasional - Konsep dan Teori (Jilid 1), Agustus 2006, hal. 65

35
negara-negara komunis yang “lebih keras” seperti (bekas) Uni Soviet, umumnya
kekayaan produktif adalah milik negara. Sedangkan di negara-negara sosialis yang
“lebih lunak” dan lebih demokratis di Eropa Timur seperti Yugoslavia dan Hongaria,
sebagian besar kekayaan produktif merupakan milik bersama. Terakhir, untuk
menggerakkan orang atau unit-unit ekonomi agar melakukan berbagai aktivitas
ekonomi, bisa digunakan Insentif Materi dan Moral. Dalam perekonomian pasar
lebih banyak digunakan insentif ekonomi, sedangkan dalam sistem perencanaan,
selain insentif materi juga digunakan insentif moral. Sebagai catatan, dalam kerangka
pemikiran Marx, balas jasa materi masih perlu digunakan pada tahap-tahap awal
sosialisme.
Menurut Frans Seda (1992:21), sistem perekonomian bisa terbentuk melalui
berbagai cara. Pertama, sistem ekonomi terbentuk karena tradisi turun-temurun,
yang tumbuh dan kebiasaan-kebiasaanyang terjadi dalam masyarakat untuk
kemudian “diwariskan” pada generasi-generasi sesudahnya.Cara kedua, sistem
ekonomi terbentuk dari hasil pemikiran seseorang. Misalnya sistem ekonomi
kapitalis “dibentuk” oleh Adam Smith dan kawan-kawannya dari mazhab Klasik,
sedang sistem ekonomi Sosialis/Komunis “dirancang” oleh Karl Marx, Friedrich
Engels, Lenin, dan sebagainya.Cara ketiga, sistem ekonomi dibentuk melalui
pembaruan.Pembaruan bisa bersumber dari dalam (internal), dan bisa juga dari luar
(eksternal).Cara keempat, sistem ekonomi diciptakan secara terencana dalam bentuk
cetak biru sebagai kerangka pola tindakan guna menghadapi berbagai masalah sosial-
ekonomi-politik yang timbul dalam masyarakat.111

Klasifikasi Kapitalisme Sosial Pasar Sosialisme

Organisasi pengaturan
Lebih Lebih
pengambilan Lebih terpusat
tersentralisasi tersentralisasi
keputusan

Mekanisme
Lebih ditentukan Lebih ditentukan
penyebaran informasi Dominan
oleh pasar oleh pasar
dan koordinasi

Pemilikan kekayaan Dominan negara Dominan


Dominan private
produktif dan atau kolektif Negara

Materi dan
System intensif Dominan materi Materi dan moral
moral

Sumber : Gregory & Stuart (1992:50)


Sistem ekonomi di Indonesia, walaupun dengan perumusan yang agak
beragam, telah dimuat di berbagai ketetapan perundang-undangan. Dalam Undang-
Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 33, sistem ekonomi dirumuskan sebagai
berikut: “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan” (ayat 1); “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara” (ayat 2); “Bumi dan

111Frans Seda. 1992, Simfoni Tanpa Henti: Eknom Politik Masyarakat Baru ndonesia (terjemahan) diterbitkan atas
kerjasama Yayasan Atma Jaya dan Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hlm 21

36
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” (ayat 3). Ketiga ayat ini
dimuat baik di UUD45 sebelum di amandemen maupun di UUD45 setelah di
amandemen. Dari ketiga ayat ini sebenarnya telah tersirat jenis sistem ekonomi
Indonesia, yaitu “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. Suatu perumusan lain mengatakan
bahwa: “Dalam Demokrasi Ekonomi yang berdasarkan Pancasila harus dihindarkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia
dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan
mempertahankan kelemahan structural ekonomi nasional dan posisi Indonesia
dalam perekonomian dunia.
2. Sistem etatisme dalam arti bahwa negara beserta aparatus ekonomi negara
bersifat dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit
ekonomi diluar sektor negara.
3. Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok
dalam berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat
dan cita-cita keadilan sosial.” (GBHN 1993).

Selain di UUD 1945 dan GBHN 1993 itu, berbagai gagasan sistem ekonomi
Indonesia telah diutarakan oleh berbagai pakar ekonomi Indonesia. Misalnya pakar
ekonomi senior Indonesia mengatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia “...pada
dasarnya merupakan ekonomi yang dijalankan oleh dunia usaha swasta walaupun
perlu diatur oleh negara...”.112 Seorang pakar senior lain mengatakan bahwa “...lima
ciri pokok dari sistem ekonomi Pancasila adalah pengembangan koperasi,
penggunaan insentif sosial dan moral, komitmen pada upaya pemerataan, kebijakan
ekonomi nasionalis, dan keseimbangan antara perencanaan terpusat dan pelaksanaan
secara terdesentralisasi.113
Apa pun ideologi yang dianut, tingkat keberdaulatan negara tergantung pada
keberdayaan (workability) sistem ekonomi dan proses-proses politik. Keberdaulatan
negara akan sangat menentukan perjalanan sistem dan kelembagaan ekonomi sesuai
dengan pola interaksi dan keterkaitan antara pemerintah sebagai penyelenggara
negara, sektor swasta sebagai pelaku ekonomi, dan masyarakat madani (civilsociety)
sebagai pengusung nilai-nilai yang dianut dalam suatu negara.114

J. Pertumbuhan Ekonomi Politik


Proses perkembangan Ekonomi Politik sesungguhnya banyak ditentukan oleh
empat variabel dasar: ekonomi, politik, struktur sosial, kebudayaan, dan lingkungan.
Namun pada perkembangan tahap lebih lanjut, variabel-variabel dasar tersebut muncul
112 Widjojo Nitisastro, “The Socio-Economic Basis of the Indonesian State”, 1959
113 Mubyarto, 1981
114 Bustanul Arifin. 2002. Formasi Makro-Mikro Ekonomi Indonesia. Unversitas Michigan

Pustaka INDEF hlm 19

37
sendiri-sendiri secara monodisiplin sebagai akibat perkembangan akar keilmuan
masing-masing. Sedangkan hal ikhwal menyangkut Ekonomi Politik dalam maknanya
yang mandiri, lebih ditentulkan oleh preposisi atau bahkan dalil-dalil yang bersifat
eklektik. Dalam pertumbuhan sejarah klasiknya hingga ke alam modern secara gradual
dan kontemporer, Ekonomi Politik membentuk paradigmanya sendiri sesuai dengan
perkembangan zaman, baik kontensi maupun kontekstualitas yang berskala domestik
maupun internasional.Berkenaan dengan skala lingkup domestik maupun internasional,
biasanya lebih ditunjukkan oleh batasan ruang dan substansi interaksi konsentris dari
subjek dan objeknya.
Selain hal itu, perkembangan Ekonomi Politik juga berlangsung karena proses
konversi sosial dengan lingkungannya, yang umumnya terbentuk oleh suatu interaksi
kekuatan dari faktor-faktor tertentu yang saling mempengaruhi satu sama lain
khususnya efek politik, ekonomi dan struktur sosial. Implikasi yang terjadi di antara
faktor-faktor dimaksud menimbulkan umpan balik tertentu, kemudian menghasilkan
masukan-masukan penting bagi substansi konsep maupun teori dan kontekstualitas
wilayah kajian. Sedangkan unsur kekuatan dari sumber variabel sosial-budaya
(kebudayaan) berjalan lamban untuk mampu mengikuti dan memberi pengaruh besar
bagi perkembangan faktor-faktor dominan dari variabel utama Ekonomi Politik.
Sekalipun demikian, karena unsur-unsur dari variabel ekonomi, politik, struktur sosial
dan lingkungan hidup juga amat fluktuatif dan kadang-kadang saling terjadi usaha
saling mendominasi. Hal ini mengakibatkan Studi Ekonomi Politik selalu menjadi
bahan perdebatan bagi para ahli Ilmu Sosial Politik dan Ilmu Ekonomi Tradisional,
terutama dalam pemaknaannya dalam ilmu pengetahuan.
Kebanyakan pakar ilmu sosial sepakat bahwa Studi Ekonomi Politik umumnya
dimulai dari adanya diskusi hakikat ketidakadilan dalam sistem internasional terutama
dalam Tata Ekonomi Dunia (TED) yang dikuasai oleh negara-negara besar industri
maju.Patut diakui bahwa sumbangan Ilmu Ekonomi pada kemajuan Ekonomi Politik
amat menentulkan kecenderungan substansial studi ini, sekalipun para pakar disiplin
tersebut masih banyak yang tidak mengakui eksistensi Ekonomi Politik sebagai disiplin
mandiri.Dibanding dengan Ilmu Sosial dan Politik yang lebih banyak berkiprah pada
analisis-analisis kekuasaan (power), secara substansif material memang Ekonomi
Politik tidak terlalu dominan menerima masukan.Namun secara konseptual, justru
memperoleh tempat yang khusus. Para ilmuwannya terutama dari disiplin Ilmu
Hubungan Internasional, sangat antusias menyambut keberadaan Ekonomi Politik.
Menurut Frans Seda, Perkembangannya pun begitu pesat pada disiplin ini,
sehingga timbul beragam penafsiran terhadap istilah, ruang, waktu, definisi dan batasan-
batasan akar keilmuannya. Para pakarnya bahkan banyak yang mengakui, bahwa
Ekonomi Politik, dipandang sebagai bagian takterpisahkan, dilahirkan kembali oleh
studi Hubungan Internasional. Menyangkut hakikat ketidakadiian itu secara garis besar
telah menggejala dan diketahui masyarakat internasional yang umumnya dibagi atas tiga
pola, yakni:
1. Tidak meratanya pembagian kekayaan antara negara-negara kaya dengan negara-
negara miskin (dalam banyak aspek);
2. Tidak meratanya angka-angka pertumbuhan ekonomi dalam Sistem Ekonomi
internasional;

38
3. Tidak meratanya pembagian kekayaan materiil di sebagian negara Dunia Ketiga itu
sendiri.
Delapan negara industri maju (G-8) Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris,
Perancis, Kanada, ltalia dan Rusia dengan tingkat kepadatan kurang dari sepertiga
penduduk dunia mengkonsumsi lebih dari 40% energi, menikmati lebih dari 50%
kesejahteraan hidup, barang dan jasa dunia dan juga terhadap lebih dari 50% total
ekspor dunia. Hal ini semakin kontras dengan kenyataan yang ada di negara-negara
Dunia Ketiga. Dengan total penduduk lebih dari 2/3 kepadatan dunia, kenyataannya
mereka hanya menikmati kurang dari 20% tingkat kesejahteraan pemerataan kekayaan
dunia. Hidup dibawah tekanan utang luar negeri yang besar, kemiskinan struktural dan
berbagai problem sosial lainnya.
Negara-negara industri menikmati suasana pertumbuhan yang tinggi.Sementara
angka pertumbuhan di sebagian besar negara Dunia Ketiga mengalami hambatan
struktural, tersendat-sendat dengan kendala akut pada sistem ekonomi masing-
masing.Ketimpangan tersebut pada dasarnya disebabkan oleh persoalan-persoalan
Ekonomi Politik, seperti gagalnya pengaturan-pengaturan dalam tata ekonomi dunia
yang berkepanjangan dengan perdebatan-perdebatan tidak harmonis serta perselisihan
pandangan dalam sustainable development. Bustanul Arifin (2002:20)115
Negara-negara industri Barat dan Jepang yang dikenal dengan Dunia Kesatu,
menikmati suasana pertumbuhan yang tinggi. Sementara angka pertumbuhan di
sebagian besar negara Dunia Ketiga mengalami hambatan struktural, tersendat-sendat
dengan kendala akut pada sistem dan fundamental ekonomi masing-masing.
Ketimpangan pertumbuhan antara Dunia Kesatu dengan Dunia Ketiga, pada dasarnya
disebabkan oleh persoalan-persoalan Ekonomi Politik, seperti gagalnya pengaturan-
pengaturan dalam Tata Ekonomi Dunia (TED) yang berkepanjangan dengan
perdebatan-perdebatan tidak harmonis serta perselisihan pandangan dalam sustainable
development termasuk KTT Bumi, 1992 di Brazil.
Tidak meratanya pembagian kekayaan materiil sebagian besar di Dunia Ketiga
jauh melebihi tidak meratanya pembagian kekayaan di Dunia Kesatu.Namun
dampaknya itu pun berkaitan dengan ekspansi modal besar-besaran dari negara-negara
industri maju ke negara-negara berkembang. Di Brazil hanya 10% penduduknya
menerima lebih dari 50% kekayaan negara itu, kemudian di Zambia, Kenya, Peru,
Meksiko dan beberapa negara di Asia; mengalami hal yang kurang lebih serupa.
Konglomerasi-konglomerasi transnasional menghimpit pemerataan pendapatan
masyarakat, sebagian kecil masyarakat tertentu dan penguasa-penguasa negara (elit
politik) yang diperkirakan hanya 1/3 dari jumlah penduduk negara bersangkutan
memegang peranan atas aktivitas ekonomi dan sekaligus menguasai kekayaan barang
dan jasa, sumber daya dan energi nasional.116
Ketidakadilan yang sesungguhnya pada pembagian kekayaan di sebagian besar
negara Dunia Ketiga memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi di
negara-negara bersangkutan tidak merata, dan kekuatan ekonomi yang ada kebanyakan
didominasi oleh para industrialis, pekerja elit dan birokrat pemerintah. Sedang sebagian

115 Bustanul Arifin. 2002. Formasi Makro-Mikro Ekonomi Indonesia. Unversitas Michigan Pustaka INDEF hal 20
116 LP-UNPAD .1990-1991

39
besar rakyat hidup di bawah garis kemiskinan. Di Indonesia masa orde baru 27,5 juta
rakyatnya masih miskin, di Bangladesh, Pakistan, india, RRC,sebagian bsar Negara
Afrika dan Amerika Latin mengalami hal yang sama.117
Konsep tentang kesejahteraan, kemiskinan, pemerataan, pertumbuhan kekayaan,
ketidakadilan dan perubahan politik ekonomi negara-negara besar, dan berbagai isu
penting dari studi pembangunan dan lingkungan hidup, secara khusus juga menjadi
bahasan utama studi Ekonomi Politik Internasional. Studi ini memberikan perspektif-
perspektif penting mengenai usaha yang khas dari hubungan antara tingkah laku politik
dan tingkah laku ekonomi secara timbal balik, yang dilandasi oleh filosofis dasar
metode kausalitas korelasional dan perkaitan (linkages/inter-linkages) satu sama
laindari variabel-variabelnya. Ketiga filosofis dasar itu dijadikan suatu metode acuan
yang sederhana dan logis untuk memahami secara keilmuan, penelaahan, kajian-kajian
dan studi ilmiah popular lainnya melalui tulisan-tulisan dan riset-riset tertentu dalam
studi kasus maupun umum.
Berkaitan dengan keberadaan Ekonomi Politik dalam dunia ilmu dalam suatu
tulisannya, Dawam Rahardjo, berpendapat bahwa Ekonomi Politik atau Political
Economy adalah suatu cabang ilmu tentang evolusi kemasyarakatan yang di dalamnya
inti dari dinamika perkembangan ekonomi secara sistematis dikaitkan dengan
perubahan sosial politik, dan selanjutnya itu semua mengembalikan pengaruhnya
kepada proses ekonomi sebagaimana yang dikatakan Heilbroner, maka karya Adam
Smith tepat jika disebut sebagai Ilmu Ekonomi Politik (M. Dawam Rahardjo, 1988:7).
Dalam hal ini, Adam Smith merupakan pakar revolusionis besar Ilmu Ekonomi dengan
sejumlah prinsip liberalisme dan kenegaraan yang menginspirasikan proses penteorian
Ekonomi Politik kontemporer global.
Robert Heilbroner sendiri dalam beberapa argumentasi teoritisnya sesungguhnya
tidak banyak tertarik kepada Ilmu Ekonomi yang semata-mata hanya dipergunakan
untuk menguji dan mencoba memperbaiki mekanisme sosial sebagai “kotak alat-alat”
untuk menguji dan mencoba memperbaiki mekanisme sosial yang sudah utuh.
Asumsinya adalah bahwa daya tarik dari ekonomi (political Economy) seperti yang
telah dikembangkan Adam Smith, David Ricardo, J.S. Mill, Karl Marx, Engels dan lain-
lainnya justru terletak pada kemampuannya yang menakjubkan dalam mengungkapkan
dan membuat solusi-solusi berbagai persoalan berskala besar dari perubahan-perubahan
sosial dan historis.
Dalam pandangan Heilbroner, apa yang mereka kerjakan itu semua adalah
Ekonomi Politik, bukan ekonomi konvensional. Ilmu Ekonomi yang konvensional
dikatakannya sudah tidak relevan lagi dengan dunia modern saat ini. Ia beranggapan
bahwa ekonomi yang konvensional terlalu menekankan upaya-upaya menghindari
pernyataan yang memilih nilai serta banyak penggunaan model matematika untuk
masalah-masalah yang sesungguhnya perlu mendasarkan diri atas pertimbangan. Akibat
terbelenggu oleh teknis yang matematis itu, para pakar ekonomi seringkali
menghindarkan diri dari pendiskusian masalah-masalah sosial yang kritis seperti
imperialisme, kemiskinan, kehancuran lingkungan hidup dan lain-lain.Padahal realitas

117
Drs. Yanuar Ikbar, M.A. 2006. Ekonomi Politik Internasional I, Bandung : Pt Refika Aditama hlm 76

40
dapat dihindarkan dari aspek sosial, politik dan ekonomi yang dinilai atas dasar
kulitasnya (Heilbroner, 1997:8-15).118
Untuk menjembatani konsep-konsep interdisipliner berbagai problematik
akademis itu, digunakan beberapa perspektif dalam Ekonomi Politik Internasional yang
di dalamnya terkandung faktor-faktor politik dan faktor-faktor ekonomi secara timbal
balik, sekaligus pula terhadap paradigmanya. Kalau kaca mata politik ditinggalkan,
dikhawatirkan bahwa pemikiran ekonomi akan kehilangan makna besar. Lebih lanjut
Heilbroner menyebutkan bahwa jika Ilmu Ekonomi dipisahkan dari unsur-unsur dunia
politik dan sosial, maka yang muncul adalah technical virtuosity dan konsistensi
internal saja, sedangkan eksistensi relevansi sosial tidak terdeteksi. Padahal, hakikat
Ekonomi Politik ialah teori-teori evolusi sosial yang di dalamnya inti dinamika ekonomi
dihubungkan secara sistematis dengan perubahan-perubahan sosial politik, dan pada
saatnya kelak akan memberi umpan balik kepada ekonomi itu sendiri.
Beberapa ciri pokok yang melandasi argumentasi tentang Ekonomi Politik dapat
dilihat dari sifat-sifatnya dan pemahaman terhadap adanya interaksi maupun tingkah
laku timbal balik antara faktor-faktor ekonomis dan faktor-faktor kekuasaan (power)
negara/pemerintah (state) yang mempengaruhi hasil aktivitas ekonomi dengan pasarnya.
Respon pasar dan berikut umpan balik yang mewakili kepentingan masyarakat yakni
berkenaan dengan cara menentukan sifat-sifat dan distribusi hak-hak milik, objek dari
negara dan pasar itu sendiri maupun ketentuan yang mengatur perilaku mekanisme
ekonomi lainnya, merupakan output yang dihasilkan.
Menurut Frans Seda, Hubungan kausalitas antara negara dan pasar ialah dalam
hal kepentingan satu sama lain (ekonomis dan politis) berupa kebijakan pemerintah
(policies) yang berkaitan secara langsung dengan adanya kepentingan-kepentingan
pasar (perekonomian). Bahwa, kausalitas yang menghubungkan antara variabel
dependen dan variabel independen dalam interaksi timbal baliknya, berasal dari
kekuatan faktor ekonomi sebagai penyebab, dan kejadian-kejadian politik sebagai akibat
(atau sebaliknya). Sebagai contoh, kalau peristiwa sebabnya adalah: “gagalnya
implementasi strategi melalui kebijakan yang dilaksanakan pemerintah, maka krisis
ekonomi atau moneter merupakan akibatnya.” Sedangkan kalau ditinjau dari
keterhubungan korelasional antara masing-masing variabel ekonomi dan politik, maka
dapat dicari suatu garis hubungan yang satu sama lain memiliki sejumlah kesamaan
objek dan subjek namun tidak membentuk secara langsung hubungan sebab akibat.
Misalnya, dari akibat krisis ekonomi itu terjadi peristiwa Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) terhadap buruh.” Artinya bahwa terdapat hubungan antara aspek variabel yang
satu dengan aspek variabei yang lain tetapi bukan karena terbentuk oleh hubungan
kausal, melainkan karena adanya efek dari sebab dan akibat tersebut.
Sementara itu, apa yang dinamakan dengan perkaitan (linkages), persoalannya
tidaklah terletak pada siapa penyebab dan siapa penerima akibat, juga bukan karena
efek langsung dari akibat, tetapi adanya hubungan sub ordinasi lingkaran di antara sub
variabel akibat itu. Misalnya, “karena PHK itulah berlangsung kecenderungan
meningkatnya angka kemiskinan.” Perkaitanantar variabel lebih ditentukan oleh suatu
bentuk hubungan bersifat linkages atau inter-linkages, yakni adanya kaitan hubungan

118
Helibroner, Robert 1997, the wordly philosophers : the lives Times and ideas of the grat economic thinkers, New
Yrk : Touchtone hlm 8-15

41
dari efek akibat sehingga menimbulkan peristiwa tertentu baik terhadap variabel yang
mempengaruhi maupun variabel yang dipengaruhi sehingga menghasilkan fakta tertentu
yang dapat dihubung-hubungkan satu sama lain. Di samping itu, kalau yang
berlangsung adalah inter-linkages, maka terdapat unsur yang bersifat antara (intervening
variable), misalnya faktor psikologis. Namun ia juga terbentuk karena adanya unsur
rangkaian (link) antara variabei tertentu dengan variabel yang lain sekalipun terjadi
perbedaan materi dalam objek dan subjeknya. Dalam implementasi suatu peristiwa sub
ordinat tertentu yang tidak secara langsung memiliki kaitan dapat menimbulkan
keterhubungan secara inter-linkages ialah melalui suatu apa yang sering dikenali
sebagai “benang merah”.
Studi Ekonomi Politik secara metodologis sebagaimana tersebut di atas
umumnya menempatkan negara-negara menjadi aktor formal, karena dalam proses
politiknya lebih banyak mempengaruhi bagaimana persoalan ekonomi seperti produksi
dan distribusi kekayaan mengalir secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat.
Juga hal itu menyangkut alokasi aktivitas ekonomi, biaya atau faktor-faktor produksi
dan keuntungan diraih secara seksama. Pada siklus lain, efek pasar dan kekuatan
ekonomi amat menentukan pula terhadap bagaimana distribusi kekuasaan dan
kapabilitas-kapabilitas negara benar-benar terwujud menjadi power. Di sini sisi
normatifnya bentuk keterhubungan faktor politik dan ekonomi itu berlaku. Apabila
kapabilitas itu dapat diaplikasikan untuk mengubah distribusi internasional dalam
banyak aspek menjadi suatu kepentingan, dapat berarti bahwa unsur dominasi oleh
aktornya mulai berlangsung dan atau dapat digerakkan sesuai keinginannya.
Menyangkut isu-isu Ekonomi Politik Internasional, beberapa pakar memberikan
pandangan masing-masing sesuai dengan idealisme, perspektif dan latar belakang
keilmuan dan sebagainya. Misalnya dalam pandangan Robert Gilpin, melalui bukunya
The PoliticalEconomy of InternationalRelations; menyebutkan bahwa pada dasarnya
isu sentralnya terdiri dari tiga unsur penting yang intinya ialah:
1. Penyebab dan hal-hal yang mempengaruhi kebangkitan pasar;
2. Hubungan antara perubahan ekonomi dan perubahan politik;
3. Signifikansi ekonomi pasar dunia terhadap ekonomi domestik.

Dalam hubungan ini, Gilpin (1987, 25-64) memunculkan tiga argumentasi yang
secara umum dipersepsikan sebagai suatu ideologis dari Ekonomi Politik berkenaan
dengan penyebab dan hal-hal yang mempengaruhi kebangkitan pasar: Pertama, suatu
kondisi dunia ekonomi yangsangat interdependen, dapat ditinjau dari tiga sudut pandang
(perspektif): liberalis, nasionalis dan marxisme. Kedua, dari hal-hal yang
mempengaruhi pasar, diidentifikasikan sejumlah indikator adanya peningkatan
harmonisasi dan juga penyebab konflik antara negara bangsa. Liberalisme dipandang
menumbuhkan harmonisasi. Nasionalisme, melihat kepada hubungan ekonomi dan
konfliktual. Bagi kaum Marxisme, yang bersandar pada teori pokok yang diajukan
Lenin, adalah bahwa hal pokok yang mempengaruhi pasar dalam hubungan ekonomi
merupakan konfliktual alamiah, sedangkan dalam pandangan Karl Kautsky, ekonomi
pasar yang dominan adalah untuk mengeksploitasi ekonomi yang lemah.
Ketiga, berkenaan dengan adanya hegemoni kekuasaan untuk menjalankan kerja
sama antara negara-negara kapitalis ataupun kerjasama yang timbul secara spontan

42
karena adanya kepentingan yang sama. Dalam kaitan ini kaum liberal beranggapan
bahwa interdependensi ekonomi merupakan dasar bagi perdamaian dan kerjasama.
Sebaliknya Nasionalis menyebut hal tersebut justru menambah timbulnya kelemahan
nasionalisme dan karenanya menciptakan dominasi masyarakat tertentu terhadap
masyarakat lainnya. Sementara itu Marxis menengarai munculnya konflik antar kelas
dan antara bangsa karena pemerasan dan eksploitasi itu.
Menurut Frans Seda (1992:28), Dalam hal hubungan antara perubahan ekonomi
dan perubahan politik, beberapa indikatornya dapat diperoleh antara lain: Pertama, efek
hubungan politik internasional dan masalah-masalah yang dikaitkan dengan perubahan
struktural dalam fokus aktivitas ekonomi, sektor ekonomi yang terkemuka dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang siklinal. Kedua, bahwa perubahan ekonomi ternyata
menggoyahkan pula kedudukan status-quo internasional.119
Sejumlah bukti adanya hubungan yang sukar dipisahkan antara faktor ekonomi
dan faktor politik dari negara di dunia yang melakukan interaksi politik luar negeri
mereka, acapkali sukar untuk memisahkan garis hubungan politik dan ekonomi, seperti
terjadi dalam bantuan luar negeri.Negara-negara pemberi bantuan biasanya memberi
syarat-syarat politik (terang-terangan atau tidak) kepada negara penerima
bantuan.Perubahan ekonomi dunia juga amat berpengaruh terhadap status-quo
internasional.Ini dapat dibuktikan dari berbagai kasus yang melanda Eropa Timur dan
Uni Soviet, seperti hancurnya sistem perekonomian mereka. Juga adanya perubahan
ekonomi berupa berlangsungnya tingkat interdepedensi pada satu sisi, dan sisi lain yang
riil ialah kuatnya sistem ekonomi kapitalis dengan pasar bebasnya, sehingga mengoyak-
oyak kekuatan Sistem Politik Internasional bipolar. Akhirnya, bahwa pasar dapat
menjadi sumber dari kekuasaan yang mempengaruhi proses politik dan ketergantungan
ekonomi kepada kekuasaan itu sendiri, yakni dengan kemampuan pemerintah
mendominasikan kebijaksanaannya mengatur mekanisme pasar.
Sementara itu, signifikansi ekonomi pasar dunia terhadap ekonomi domestik,
terdapat beberapa argumentasi, yakni:
1. Konsekuensi bagi pembangunan, kemunduran ekonomi serta kesejahteraan ekonomi
bagi setiap masyarakat;
2. Adanya indikator ekonomi pasar dunia yang mempengaruhi pembangunan ekonomi
dari negara-negara berkembang dan mundurnya pertumbuhan ekonomi negara-
negara maju;
3. Adanya efek terhadap kesejahteraan domestik;
4. Adanya faktor tertentu yang mempengaruhi distribusi kekayaan dan power
(kekuasaan/kekuatan) di antara masyarakat nasional.
Robert Gilin, dalam beberapa perspektif hal ini secara signifikan dapat ditelusuri
argumentasi, antara lain:
- Liberal, bertitik-tolak pada integrasi masyarakat ke dalam ekonomi dunia karena
dianggap sebagai faktor positif dalam pembangunan politik dan kesejahteraan rakyat.

119Frans Seda. 1992, Simfoni Tanpa Henti: Eknom Politik Masyarakat Baru ndonesia (terjemahan) diterbitkan atas
kerjasama Yayasan Atma Jaya dan Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hlm 28

43
Perdagangan dianggap sebagai “mesin pertumbuhan” dan proses pertumbuhan itu
sangat dibantu oleh arus perdagangan, modal dan teknologi produktif.
- Nasionalis, ekonomi pasar dunia mendorong perluasan ekonomi dan kesejahteraan
domestik, sedangkan pandangan terhadap keberadaan ekonomi yang lebih maju dan
interventif, akan menyebabkan kemunduran bagi ekonomi negara-negara terbelakang.
Perdagangan bebas dalam hal ini dianggap “mesin eksploitasi” terhadap negara-negara
kurang berkembang/terbelakang.
- Marxis, secara tradisional menekankan pada kekuatan eksternal sebagai pendorong
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan domestik dengan memutuskan ikatan struktur
sosial yang konservatif.
Berkenaan dengan perspektif nasionalisme ekonomi, bermula dari prinsip-prinsip dasar
yang bersumber dari merkantilisme yang mengangap negara sebagai aktor utama karena
paling aktif dan rasional dalam proses pengaturan ekonomi nasionalnya untuk tujuan
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Nasionalisme menjadi suatu spirit yang sangat
penting untuk mendorong kemajuan negara melalui implementasi strategi dan kebijakan
ekonomi yang dijalankan sesuai dengan kepentingan nasional.
Menurut Robert Gilin, sifat-sifat pokok yang dapat dikenali dari Studi Ekonomi
Politik berdasarkan atas pemahaman berbagai argumentasi demikian ialah adanya dua
unsur dominan yang berbentuk pasar (market) sebagai objek ekonomi dan negara (state)
sebagai objek politiknya. Objek pasar dalam Studi Ekonomi Politik merupakan fokus
utama karena dianggap sebagai salah satu penyebab transformasi/perubahan masyarakat
di bidang ekonomi maupun perdagangan domestik dan internasional.Pasar dianggap
sebagai wadah aktivitas masyarakat dalam sektor perekonomian yang di dalamnya
barang dan jasa dipertukarkan berdasarkan harga relatif.Walaupun hubungan antara
ekonomi dan politik mengandung sejumlah pemikiran yang tidak seragam di antara para
pakar menyangkut perspektif yang ada, namun efek pasar dalam respons politik secara
moderat dapat dikatakan tetap saja bersifat hubungan timbal-balik.
Sejumlah bukti adanya hubungan yang sukar dipisahkan antara faktor ekonomi
dan faktor politik dari negara di dunia yang melakukan interaksi politik luar negeri
mereka, acapkali sukar untuk memisahkan garis hubungan politik dan ekonomi, seperti
terjadi dalam bantuan luar negeri. Negara-negara pemberi bantuan biasanya memberi
syarat-syarat politik (terang-terangan atau tidak) kepada negara penerima
bantuan.Perubahan ekonomi dunia juga amat berpengaruh terhadap status-quo
internasional. Ini dapat dibuktikan dari berbagai kasus yang melanda Eropa Timur dan
Uni Soviet, seperti hancurnya sistem perekonomian mereka. Juga adanya perubahan
ekonomi berupa berlangsungnya tingkat interdepedensi pada satu sisi, dan sisi lain yang
riil ialah kuatnya sistem ekonomi kapitalis dengan pasar bebasnya, sehingga mengoyak-
oyak kekuatan Sistem Politik Internasional bipolar. Akhirnya, bahwa pasar dapat
menjadi sumber dari kekuasaan yang mempengaruhi proses politik dan ketergantungan
ekonomi kepada kekuasaan itu sendiri, yakni dengan kemampuan pemerintah
mendominasikan kebijaksanaannya mengatur mekanisme pasar. Menurut pandangan
Robert Gilpin, objek pasar dalam studi ekonomi politik merupakan fokus utama karena
dianggap sebagai salah satu penyebab transformasi/perubahan masyarakat dibidang
ekonomi maupun perdagangan domestik dan internasional. Pasar dianggap sebagai
wadah aktivitas masyarakat dalam sektor perekonomian yang di dalamnya barang dan

44
jasa dipertukarkan berdasarkan harga relatif. Walaupun hubungan antara ekonomi dan
politik mengandung sejumlah pemikiran yang tidak seragam di antara para pakar
menyangkut perspektif yang ada, namun efek pasar dalam respons politik secara
moderat dapat dikatakan tetap saja bersifat hubungan timbal-timbal.120

Market : Ekonomi State : Politik

Tanpa intervensi negara, mekanisme Alokasi sumber dengan dasar objektif sosial
harga dan kekuatan pasar menentukan politik dalam bentuk policies termasuk
hasil aktivitas ekonomi suatu negara. anggaran belanja negara.
Keputusan yang diambil dalam hal ini
didasarkan atas kepentingan individu.

Adanya konsep integrasi dan Adanya konsep yang didasarkan


fungsional, hubungan kontrural dan kewilayahan, kestiaan, eksklusivitas dan
interpedensi yang meluas antara monopoli penggunaan kekerasan/kekuasaan
permintaan dan penawaran. yang sah, serta otoritas atas nama negara
terhadap masyarakat.

Kewilayahan dalam aspek ini ialah Kewilayahan dalam aspek ini berupa batas-
penghapusan otonomi nasional dan batas teritorial, yakni basis otonomi
kesatuan nasional sebagai operasional nasional dan kesatuan politik.
mekanisme harga.

Kekuatan pasar dalam bentuk Kecenderungan pemerintah untuk


perdagangan, uang dan investasi asing membatasi, menyalurkan dan membuat
cenderung melewati batas-batas aktivitas ekonomi atau intervensi dalam
nasional untuk menghindari kontrol melayani kepentingan negara/masyarakat
politik dan untuk integrasi masyarakat. dan kelompok tertentu yang berkuasa.

Menggunakan konsep logis (logika) Menggunakan konsep logis (logika) untuk


untuk mendapatkan aktivitas politik mendapatkan dan melakukan kontrol atas
sedang didalamnya yang paling proses pertumbuhan ekonomi dan
produktiflah yang menguntungkan. akumulasi modal.

Sumber: Robert. 1956 : 16-17)


Sifat timbal balik itu memang tidak sepenuhnya sejajar. Kadang-kadang faktor
politik lebih mendominasi dan sebaliknya dapat pula faktor ekonomi yang lebih kuat,
tergantung dari filosofis dasar yang mempengaruhinya. Dalam beberapa hal tertentu,
objek mengenai mekanisme pasar dan negara dalam hal kekuasaan merupakan fokus
perhatian yang menonjol karena keduanya sebagai pemegang peran subjek dan objek
utama dalam Studi Ekonomi Politik. Akan tetapi sesungguhnya masih ada persoalan
lain seperti aspek masyarakat (society). Masyarakat akan menjadi objek telaah umpan
balik (feedback) dari proses kerja antara objek dari ekonomi, dan objek dari politik.
Objek lainnya berupa variabel-variabel tertentu seperti budaya, lingkungan dan
ekosistem dalam sistem universal juga merupakan kajian kontemporer penting dalam
Ekonomi Politik.sepanjang unsur-unsur itu menimbulkan relevansi dalam proses

120 Drs. Yanuar Ikbar, M.A, Ekonomi Politik Internasional - Konsep dan Teori (Jilid 1), Agustus 2006, hal. 16-17

45
kausalitas, korelasional dan perkaitan secara timbal balik, terutama yang berkenaan
dengan hak serta kewajiban peran aktor Ekonomi Politik.
Aktor-aktor yang dimaksudkan di sini baik sebagai subjek ataupun objek dapat
diperlihatkan sekurang-kurangnya dari negara atau pemerintah, bukan negara (nonstate
actor) seperti perusahaan multinasional (MNC) atau perusahaan transnasional (TNC),
institusi sosial, ekonomi dan politik, regim-regim internasional termasuk institusinya
seperti organisasi internasional dan juga organisasi regional, Lembaga Swadaya
Masyarakat (NGO) dan bahkan individu-individu tertentu yang berpengaruh.
Para ahli Ilmu Politik yang berurusan dengan studi pembangunan politik seperti
Samuel P. Huntington, Joan M. Nelson, Harold Lasswell, Montgomery, Talcott Parsons,
dan banyak lagi yang lain, makin lama juga kian mencurahkan perhatian mereka untuk
mendeteksi secara seksama menyangkut hal-hal tersebut. Hal ikhwal paling populer
secara kontemporer yang dikaji antara lain menyangkut ekonomi/pembangunan,
industrialisasi, masalah atau problematik sosio-ekonomi, lingkungan hidup masalah-
masalahpemerintahan, demokratisasi, hak azasi manusia, militerisme, dan lain-lain.
Mereka pada umumnya memaparkan berbagai analisis melalui berbagai pendekatan dan
perspektif yang yang lebih mengarah kepada dimensi-dimensi kekuasaan. Namun patut
dihargai bahwa pada karya mereka masing-masing itu bermunculan menjadi studi
pembanding bagi pakar-pakar yang berlatar belakang ekonomo-sentris.Mereka berupaya
menganalisis kaitan antara pertumbuhan ekonomi, keadilan sosio-ekonomi, stabilitas
politik dan partisipasi politik dalam pembangunan.
Sehubungan dengan itu pula, Huntington dan Dominiquez (1975:11)168,
menyebut adanya tiga aliran terbesar dalam studi pembangunan politik melalui
pendekatan-pendekatan:
1. Fungsi sistem, menggabungkan elemen-elemen teori sistem dan fungsionalisme
struktural. Banyak dipengaruhi oleh pemikiran Talcott Parsons;
2. Proses sosial, yang berupaya untuk mengkorelasikan perilaku dan proses politik dan
proses sosial, seperti urbanisasi, industrialisasi dan meningkatnya konsumsi media,
melalui analisis-analisis perbandingan kuantitatif dari masyarakat suatu bangsa;
Perbandingan sejarah, dalam pengertian tertentu mewakili gabungan dari
pendekatan yang lebih tradisional dengan usaha-usaha intensif yang dirumuskan
secara sistematis.
Paul Streeten mensinyalir pula bahwa sekalipun terdapat keberhasilan dari GNP
serta indikator-indikator sosial yang meningkat seperti usia harapan hidup sejak lahir
hampir sepertiga penduduk dunia di negara-negara berkembang, namun mereka hidup
di bawah garis kemiskinan. Oleh karenanya Streeten hampir tidak pernah lupa untuk
memasukkan teorinya dalam bentuk penggabungan antara masalah ekonomi
pembangunan dan analisis-analisis mengenai kebijakan negara (Paul Streeten, 1981:
162-183).121

121
Streeten, Paul. 1981. Development perspectives New York: St. Martin’s Press Hlm: 161-183

46
RINGKASAN

Ekonomi Politik adalah disiplin ilmu yang relatif baru. Di Indonesia, ekonomi
politik baru diajarkan sejak dua dekade terakhir ini. Namun jika dilihat dari sejarahnya
sebenarnya hubungan antara ekonou dan politik sudah dikaji sejak masa Yunani Kuno,
misanya oleh Aristoteles. Ekonomi Politik lebih berkembang pada abad ke-14, saat
terjadinya transisi dari kekuasaan raja kepada kaum saudagar, yang lebih dikenal
dengan era merkantilisme. Paktik yang dilakukan para saudagar (merchant) yang sangat
merugikan petani tidak disukai oleh Francis Quesnay, yang pandangannya dikenal
dengan sebutan fisiokratisme.

Konsep ekonomi politik lahir pada abad 18 dengan tujuan untuk membantu orang
dalam memahami dan mengatasi perubahan-perubahan dramatis dalam sistem
pemuasan kebutuhan manusia, baik dengan memahami sifat dari kebutuhan/keinginan
itu sendiri dan cara memproduksi serta mendristirbusikan barang untuk memuaskannya.
Pergeseran dari istilah lama yaitu “ekonomi” menjadi “ekonomi politik” menunjukkan
pergeseran pemahaman yang terjadi. Istilah “ekonomi” diambil dari sebuah konsep
Yunani yang berarti manajemen rumah tangga (oikos=rumah, nomos=aturan/hukum
/cara pengaruran). Ekonomi memiliki relevansi bagi sebuah masyarakat yang memiliki
kebutuhan dimana hal-hal yang dapat memuaskan kebutuhan itu diproduksi di dalam
rumah tangga itu sendiri. Sementara ekonomi politik adalah manajemen terhadap urusan
ekonomi dalam sebuah negara (“politik” berasal dari kata “polis” yang berarti
“kota/negara”).
llmu Ekonomi Politik baru memperoleh bentuk pada pertengahan abad ke-18,
sejak ditulisnya The Wealth of Nations oleh ekonom klasik Adam Smith pada tahun
1776. Selain Smith, pakar ekonomi klasik yang pailing awal mengembangkan disiplin
llmu Ekonomi Politik adalah David Ricardo (1772-1823). Ricardo menulis Essay on the
lnfluenc of a Low Price of Com on the Profit of Stock pada tahun 1815, yang di tahun
1817 Judulnya diubah menjadi On the Principle of Political Economy and Taxation.
Pakar klasik lain yang juga cukup intens membahas Ekonomi Politik adalah Thomas
Malthus (1766-1834) dan John Stuart Mill (1806-1873).
Pada masa klasik, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Politik masih menyatu. Tetapi
kemudian di tangan tokoh-tokoh ekonomi Neoklasik Ilmu Ekonomi makin berkembang
berkat "bantuan" dari Ilmu Matematika (terutama kalkulus) dan Ilmu Statistika
sedangkan llmu Politik relatif berada di tempat. Sejak itu Ilmu Ekonoml “bercerai”
dengan Ilmu Politik, dan pakar-pakar ekonomi Neoklasik meresmikan llmu Ekonorni
sebagai disiplin ilmu tersendiri.
Beberapa peristiwa tahun 60-an dan tahun 70-an memaksa kedua ilmu ini
"rujuk" kembali. Masalahnya, banyak saran yang dikemukakan oleh pakar-pakar
ekonomi murni yang tidak berjalan sewaktu diterapkan di negara-negara berkembang
karena adanya perilaku '"kalap rente" (rent-seekers) dari para penyelenggara negara
Ilmu Ekonomi dengan Ilmu Politik semakin rukun berkat karya-karya Kenneth
Arrow, Mancur Olson, William Riker, James Buchanan. dan Gordon Tullock. Mereka
mengembangkan apa yang disebut Ekonomi Politik Baru (New Political Economics)

47
dengan dua variasi: Teori Pilihan Rasional (Rational Choice) dan Teori Pilihan Publik
(Public Choice).
Ekonorni Politik Baru dapat disimpulkan bahwa terpisahnya llmu Ekonomi
dengan llmu Politik di masa lalu hanya karena para pakar ekonomi murni pada periode-
periode sebelumnya lebih sibuk dengan fenomenai transaksi, dan penataan pasar, tetapi
tidak atau kurang mau terlibat dalam memperhatikan fenomena, transaksi, dan penaman
nonpasar.
Pada awalnya, Ekonomi Politik lebih bersifat histori dan normatif ketimbang
positif. Sebagai kajian yang sifatnya historis yang lebih banyak dilakukan adalah
mencatat dan membahas peristiwa-peristiwa masa lalu untuk dijadikan sebagai
pelajaran bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Dari kajian yang awalnya lebih
bersifat historis kemudian timbul keinginan untuk menjadikan Ekonomi Politik sebagai
disiplin ilmu yang normatif.Adanya keinginan untuk menjadikan Ekonomi Politik
sebagai disiplin ilmu yang bersifat normatif ialah karena pakar-pakar ilmu sosial
meilihat begitu banyaknya kelemahan yang dijumpal dalam pendekatan ekonomi murni
dari aliran ekonomi positif.
Berbeda dengan bidang Ilmu Ekonomi atau Ilmu Politik, llmu Ekonomf Politik
positif menekankan kedua perilaku ekonomi dalam proses-proses politik dan perilaku
politik di pasar ekonomi. Sewaktu membahas perilaku ekonomi dalam proses-proses
politik digunakan pendekatan ekonomi, yaitu maksimasi kendala dan perilaku strategi
oleh agen-agen yang termotivasi oleh kepentingan pribadi (constrained maximizing and
strategic behavior by sey Interested agents) untuk menjelaskan asal dan pemeliharaan
institusi-institusi politik dan formulasi serta implementasi kebijakan-kebijakan publik.
Sedangkan saat membahas tentang perilaku politik dipasar ekonomi penekanan lebih
diberikan pada konteks politik di mana gejala-gejala pasar berlangsung.
Dengan demikian, Ekonomi Politik positif adalah studi tentang keputusan
rasional dalam sebuah konteks institusi-institusi ekonomi dan politik. Studi ini terkait
dengan upaya menjawab dua pertanyaan. Pertama, bagaimana perbedaan- perbedaan
yang diamati di antara institusi-institusi mempengaruhi hasil ekonomi dan politik
diberbagai sistem sosial, ekonomi, dan politik? Kedua, bagaimana institusi- institusi itu
sendiri dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan, preferensi-preferensi, dan strategi-
strategi lndividu dan kolektip?. Pertanyaan pertama adalah tentang keseimbangan dalam
institusi-institusi (equilibrium In institutions), sedangkan pertanyaan kedua adalah
tentang institusi-institusi sebagai equilibria (Alt & Shepsle,1994).
Pengertin tentang Ekonomi Politik (kontemporer) mempunyai beberapa versi
sejak llmu Ekonoml Politilk klasik dari model·yang dibangun Adam Smith dengan
System of inquiry yang berkaitan secara langsung dengati soal-soal kebijakan ekonomi
pada abad XVII dan XIX. Kemudian pada abad XX Gunnar Myrdal, melalui tulisannya
yang berjudul Asian Droma: An Inquiry into Poverty of Nations. la agaknya merupakan
orang pertama yang mencoba mengembalikan perihal system of inquiry klasik itu ke
dalam bentuk istilah atau kerangka teori-teori baru yang tidak bersifat konvensional
terutama: untuk menganalisis persoalan pembangunan. Kasus dalam penelitiannya
beraragkat dari beberapa negara Asia Selatan (khususnya india).

48
Untuk memahami ekonomi politik secara umum, dapat diperhatikan pendapat
beberapa orang pakar studi ini, diantaranya: Lord Robbin, dalam bukunya yang berjudul
“Political Economy: Post and Present; A Review of Leading Theories of Economy
Policy”. Diakatakan, bahwa yang dimaksud Ekonomi Politik dapat mengandung dua
versi. Pertama, ialah versi ekonomi politik klasik yang memberi pegertian studi Ilmu
Ekonomi (murni, teori) itu sendiri (economis sciences) sampai dengan teori-teori
tentang Kebijakan Ekonomi (Theory of Economics Policy) yang meliputi analisis dari
bekerjanya ekonomi pasar, alternatif sistem kebijakan dan prinsip-prinsip keuangan
negara (sebagaimana dikemukakan oelh Adam Smith dalam The Wealth of Nations).
Kedua, Ekonomi Politik versi Modern yaitu ekonomi politik yang membahas
sebagaimana sistem ekonomi itu bekerja, harus dibuat bekerja dan memungkinkan
dirinya bekerja. Namun demikian, ia bukanlah Sciencetific economics yang merupakan
himpunan dari value free generalization tentang cara-cara sistem ekonomi itu bekerja.
Ekonomi Politik di sini membicarakan prinsip-prinsip umum dalam bidang ekonomi.
Paus Samuelson (1947 : 133), menyebutkan makna Ekonomi Politik sebagai
sbuah studi mengenai Sistem Ekonomi itu sendiri, yang diartikan sebagai cara suatu
masyarakat mengatasi masalah ekonomi fundamental yang serupa dimanapun. Lebih
lanJut dikatakan bahwa pure llmu Ekonomi lebih berifat teoritis. Sedangkan Ekonomi
Politik lebih bersifat praktis yang menonjolkan seninya (the art of economics).
Sementara itu, Edwin R.A. Seligman memperjelaskan pula tentang Ekonomi Politik,
yang disebutnya sebagai suatu disiplin yang berkenaan dengan hubungan-hubungan
ekonomi dan perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat, yang sering kali
mengaitkan diri dengan faktor-faktor politik (Seligman. 1962: 345).
Menurut Wahyudi Kumorotomo setidaknya dua komponen perubahan. Pertama,
perubahan-perubahan yang bersifat otonom karena masyarakat menginginkan adanya
pergeseran ke arah kondisi sosial atau taraf hidup yang lebih maju. Dengan kata lain,
perubahan ini terjadi karena rakyat memang menghendakinya sebagai naluri yang wajar
untuk mencapai derajat kemakmuran, keadilan, dan kesejahteraan yang lebih tinggi.
Komponen perubahan kedua, berasal dari para pemimpin negara, politisi, birokrat,
teknokrat intelektual,atau birokrat yang menghendaki perubahan masyarakat kearah
kemajuan sesuai dengan yang mereka pahami dan cita-citakan.
Sedagkan Robert Hellbroner, dalam karyanya On the Possibility of Politicai
Economics. (1977 : 235); mencoba mengoreksi. Ilmu Ekonomi konvensional dengan
mengedepankan ekonomi politik dengan pertanyaan, bahwa apabila ilmu ekonomi masa
depan ingin tetap relevan dengan soal-soal modern, maka perubahan-perubahan yang
harus dilakukan oleh Ilmu Ekonomi perlu mencakup tiga hal:
1. Pertimbangan politik yang secara eksplisit harus diperkenalkan dalam riset-riset
ekonomi.
2. Ruang lingkup Teori Ekonomi Konvensional harus diperluas hingga mencakup
juga dimensi politik.
3. Paradigma Ilmu Ekonomi harus digantikan dengan paradigma baru yang lebih
puas.
Selain itu pemahaman lain mengenai studi ini dengan konsep kombinasi pada
pokok bahasan ekonomi poilitik sebagaimana diterangkan oleh Warren F. lichman dan
Norman T. Uphoff (1972); bahwa ekonomi politik adalah suatu integrated social

49
science of public purpose. Dikatakan bersifat politik karena membahas segi otoritas
negara dalam masyarakat. Bersifat ekonomi karena membahas masalah-masalah alokasi
dan pertukaran sumber-sumber yang langka, termasuk didalamnya sumber-sumber
sosial dan politik. Ekonomi Politik juga merupakan ilmu memilih sebagaimana halnya
llmu Ekonomi, tetapi dengan pendekatan multidisplin. Kemudian, bahwa Ekonomi
Politik berkepentingan dengan semua persoalan yang memiliki rerevansi dengan
kebijakan- kebijakan dan masalah-masalah umum (publik). Disamping memperhatikan
dan mendorong partisipan aktlf melibatkan diri dalam perspektif kehidupan sosial dan
politik.
Sementara itu, Dari judul buku yang ditulis Martin Staniiand What Is Political
Economy? A Study of Social Theory and Underdevelopment (1985 : 77), kita segera
mengetahui makna dari Ekonomi Politik tersebut, yaitu: sebuah studi·tentang teori
sosial dan keterbelakangan. Lebih lanjut. Staniland menguraikan definisi tentang
Ekonomi Politik tersebut sebagai berikut: “Mengacu pada masalah dasar dalam teori
sosial: hubungan antara politik dan ekonomi. Isu ini memiliki dua sisi baik eksplanotori
maupun nurmatif isu ini memunculkan pernyataan mengenai bagaimana kedua proses
tersebut saling terkait dan menngenai bagaimana seharusnya mereka terkait”.
Studi ekonomi politik dapat dikaitkan dengan kebijakan publik yang berfokus
pada siapa yang diuntungkan, siapa yang dirugikan dan apa keuntungan atau kerugian
yang ditimbulkan oleh pembentukan kebijakan publik terutama yang berhubungan
dengan substansi ekonomi. Dengan kata lain, terdapat perhitungan biaya dan
keuntungan yang dibawa oleh kebijakan atau struktur pengambilan keputusan. Dikenal
dua perspektif yang digunakan untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan yaitu
Perspektif Ekonomi Politik yang berbasis pada maksimalisasi kesejahteraan
konvensional (conventional welfare maximization) dan Perspektif Ekonomi Politik Baru
(New Political Economy) yang menolak gagasan perspektif pertama
Pemaknaan terhadap Ekonomi Politik tidak terbatas pada studi tentang teori sosial
dan keterbelakangan. Menurut Caporaso & Levine (1993 : 133), pada awalnya Ekonorni
Politik dimaksudkan untuk memberikan saran mengenai pengelolaan masalah-masalah
ekonomi kepada para penyelenggara negara. Hal ini sesuai dengan pemaknaan Ekonomi
Politik pada waktu itu sebagal pengelolaan masalah-masalah ekonomi negara (Political
Economy referred to the management of economic affairs of state). Selanjutnya,
Ekonomi Politik oleh pakar-pakar Ekonomi Politik Baru lebih diartikan sebagai analisis
ekonomi terhadap proses politik. Dalam kajian tersebut mereka mempelajari institusi
politik sebagai entitas yang bersinggungan dengan pengambilan keputusan ekonomi
politik.yang berusaha mempengaruhi pengambilan keputusan dan pilihan publik, baik
untuk kepentingan kelompoknya maupun untuk kepentingan masyarakat luas.
Sistem-sistem ekonomi berhubungan dengan alternatif suatu negara menentukan
cara pengorganisasian bentuk perekonomiannya yang dipandang dapat memberikan
kesejahteraan kepada rakyat. Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu
Systema dapat diartikan sebagai keseluruhan daripada suatu kesatuan bermacam-macam
(group) dengan unsur yang satu sama lain saling melengkapi. Sistem ekonomi berarti
keseluruhan daripada suatu kesatuan bermacam-macam (group) unsur yang
terorganisasi, yang mencakup sejumlah lembaga dan pranata (sosial, ekonomi, idea-
idea) yang berfungsi untuk memecahkan masalah

50
Ekonomi Politik menggunakan berbagai pendekatan membahas banyak topik dan
melintasi berbagai disiplin llmu Ekonomi Poltik merupakan kajian yang sangat
komprehensif, membahas banyak segi, dan bersifat interdisipliner, tidak hanya
melibatkan Ilmu Ekonomi dan politik, tetapi kadang-kadang juga ilmu sosial, budaya,
hukum, dan psikologi.
Sayangnya, di masa depan persoalan yang kita hadapi bukannya semakin
sederhana, tetapi justru menjadi semakin rumit. Seperti diungkapkan oleh Staniland
(1985 : 25) "Di masa-masa sekarang ini, aktivitas "pembangunan teori" menjadi lebih
rumit dikarenakan: peningkatan·keterlibatan pemerintah dalam kehidupan
perekonomian; bertambahnya kompleksitas dalam hubungan ekonomi internasional;
dan tekanan pembangunan di negara Dunia Ketiga".
Kerumitan pertama yang dihadapi adalah kecenderun dan semakin dalamnya
pemerintah terlibat dalam urusan ekonomi, sebagai dampak pandangan Keynes tentang
perlunya intervensi pemerintah dalam mengatur perekonomian makro. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Joe Oppenheimer (1980 : 44) "Setelah ekonom Keynesian
mempersilakan peran politisi dalam perekonomian, teori ekonomi tidak lagi tertutup
untuk variabel-variabel politik." Selain disebabkan oleh semakin tingginya derajat
cammpur·tangan pemerintah, tugas pakar-pakar Ekonomi Politik dalam membangun
teori-teori dan konsep-konsep yang handal menjadi lebih berat dengan semakin
kompleksnya hubungan ekonomi internasional dan adanya tekanan pembangunan di
negara-negara sedang berkembang yang dipaksakan oleh lembaga-lembaga·ekonomi
internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan WTO.

51
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Lleo. 2002. Ekonomi Politik Pembangunan. Bandung: Dialog Press.

Alt, James E. & Kenneth A. Sheplese (eds.). 1994. Prespective on political economy.
New York: Cambridge University Press.

Arifin, B. Dan D.J. Raachbini. 2001. Ekonomi Politik & Kebijakan Publik. Jakarta:
Pustaka Grasindo.

Bustanul Arifin. 2002. Formasi Makro-Mikro Ekonomi Indonesia, Universitas.


Michigan Pustaka INDEF

Caporaso, J. A. & D. V Levine. 1992. Theories of tolitical Economy. New York:


Cambridge University press.

Dahl, Robert. 1956. A Preface to Democratic Theory. Chicago: University of Chicago


Press

Drs, Yanuar Ikbar, M.A.2006. Ekonomi Politik Internasional 1, Bandung: PT Refika


Aditama.

Frans Seda. 1992. Simfoni Tanpa Henti: Ekonomi Politik Masyarakat Baru Indonesia
(Terjemahan), Diterbitkan atas kerja sama Yayasan Atma Jaya dan Penerbit PT
Gramedia Widiasarana Indonesia

Gilpin, Robert. 2001. Global Political Economy: Understanding the Internations


Economic Order. New Jersey: Princenton University Press.

Gregory, P.R. dan R.C. Stuart. 1992. Comparative Economic Systems, edisi ke-4.
Boston : Houghton Mifflin Company.

Myrdal, Gunnar. 1968. Asian Drama: An Inquiry into Poverty of Nations. London: The
Penguin Press

Hirschman, O, Albert . 1971. A bias for Hope: Essay on Development and Latin
America. New Haven: Yale University Press.

Helibroner, Robert. 1999. The Worldly Philosophers: The Lives, Times And Ideas Of
The Great Economic Thinkers. New York: Touchstone

James A. Caporaso dan David p. Levini. 2008. Teori-Teori Ekonomi Politik


(Terjemahan). Yogyaarta: Pustaka Pelajar.

Kuntjoro Jakti, Dorodjatun. 1991. Pendekatan Politik Ekonomi (Political Economy).


Jembatan di Antara Ilmu Ekonomi dan Ilmu Politik. dalam Jurnal Politik No. 8.

Lasswell, H.D. 1936. Who Gets, Whats, When, How. New York: The Free Press

52
Malthus, Thomas. 1826. An Essay on the Principle of Population. Lodon: John Murray,
Albemarle street

Mas’oed, Mohtar. 1991. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

M. Dawam Rahardjo. 1997. Telaah Ekonomi Pembangunan Indonesia. Jakarta: Pustaka


Cidesindo

Mosco, Vincent. 2009. Economic Dictionary. London : Connecticu.

Morgenthau, Hans, J. 1960. The Purpose of American Politics. New York: Alfred A.
Knopf

Pettis, Michael. 2001. The Volatility Machine: Emerging Economies and the Threat of
Financial Collapse. Inggris: Oxford University Press

Ricardo, David. 1817. The Principle of Political Economy and Taxation.New York:
Dover Publication, Inc

Richard G Lipsey dkk. Ilmu Ekonomi Edisi Ketujuh, Jakarta: PT Bina Aksara.

Robbins, Lord. 1976. Political Economy Post and Present; A Review of


LeadingTheories of Economy Policy. London: Columbia University Press

Samuelson, Paul A. 1947. Foundations of Economic Analysis, Inggris: Harvard


University Press.

Sastradipoera, komaruddin. 2001. Ensiklopedia Ilmu Ekonomi. Bandung : Kappa


Sigma.

Santoso, Yussy. 2008. Budaya Ekonomi Indonesia dan Sistem Jaminan sosial. Jakarta:
Elex Media Komputindo.

Schattschneider, E E. 1960. The Semisovereign People: A Realist's View of Democracy


in America. New York : Holt, Rinehart and Winston.

Smith, Adam. 1776. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
London: Methuen & co.

Staniland, Martin. 1985. What is Political Economy? A Study of Social Theory and
Underdevelopment. London: Yale University Press.

Streeten, Paul (1981). Development perspectives. New York: St. Martin's Press Uphoff,
Norman Thomas & Warren, F. Lichman. 1972. The Political Economy of
Development. Berkeley: University of California

53
Paul A. Samuelson & William D. Nordhaus. 2001. Microeconomics With Powerweb,
Jakarta: Erlangga, (Terjemahan Indonesia)

Wibowo, Anna I. 2011. Standar Emas: Masa Depan Bagi Mata Uang Stabil Global.
Jakarta: HTB

Suraji. 2008. Teori-Teori Ekonomi Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Deliarnov, 2006, Ekonomi Politik, Jakarta : Erlangga

Martin Staniland dalam Drs. Yanuar Ikbar, M.A., ekonomi politik internasional jilid
2.PT Refika Aditama. Bandung : 2007

Ikbar, Yanuar 2006 Ekonomi Politik Internasional I. Bandung : PT Refika Aditama

Ramlan Surbakti, 2010, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Kompas Gramedia

James A Caporaso dan David P. Levine. 2008Teori-Teori Ekonomi Politik, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Smith, Adam. 1776. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
London: Methuen & co.

Ricardo, David. 1817. ThePrinciple of Political Economy and Taxation.New York:


Dover Publication, InC

Malthus, Thomas. 1826. An Essay on the Principle of Population. Lodon: John Murray,
Albemarle street

Mill, John Stuart. 1848. Principles of Political Economy with Some of Their Application
to SociaI Philosophy. London: Longmans, Green and Co.

Wibowo, Anna I. 2011. Standar Emas: Masa Depan Bagi Mata Uang Stabil Global.
Jakarta: HTB

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi. Organisasi yang bertujuan


menegosiasikan masalah-masalah mengenai produksi, harga dan hak konsesi
minyak bumi dengan perusahaan minyak. (Ekonomi Mikro, Sebuah Kajian
Komprehensif, 2007)

Kuntjoro Jakti, Dorodjatun. 1991. Pendekatan Politik Ekonomi (Political Economy).


Jembatan di Antara Ilmu Ekonomi dan Ilmu Politik, dalam Jurnal Politik No. 8

IMF (Internasional Monetary Fund) adalah organisasi internansional yang bertujuan


mempererat kerja sama moneter global, memperkuat kestabilan keuangan,
mendorong perdagangan internasional, memperluas lapangan pekerjaan sekaligus
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan mengentaskan kemiskinan di seluruh
dunia.

54
Wibowo, Anna I. 2011. Standar Emas: Masa Depan Bagi Mata Uang Stabil Global.
Jakarta: HTB

Didik J. Rachibini. Analisis Ekonomi Politik Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2003)

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&j&url=https://lib.ui.ac.id/file%3Ffile
%3Ddigital/127464-RB06R114p-Prinsip%2520Minsheng-
Analisis.pdf%ved=2ahUKEwinvpWP5LTdAhUHP48KHcAzDKsQFjADegQICR
AB7usg=AOvVaw13AmknblzvBmFF3fy9ACxv
(Acces : 11/09/18 20.03 WIB)

H.M. Ismail. Ekonomi Politik Sebuah Teori dan Aplikasinya. (Surabaya: 2017)

Deliarnov. Ekonomi Politik. (Jakarta, 2006 : Erlangga)

Ahmad Erani Yustika. Ekonomi Kelembagaan Paradigma, Teori dan Kebijakan.


(Jakarta : Erlangga, 2013)

Anthony Brewer. Kajian Kritis Das Kapital Karl Marx. (Jakarta : TePLOK Press, 2000)

http://www.jejakakuntansi.net/2017/09/adam-smith-teori-ekonomi-klasik-vs.html
(Acces : 12/09/18 22.23 WIB)

Pipit Dwi Septiani, Pertumbuhan Ekonomi dan Kestabilan Politik di Indonesia, 2014,
hal. 16

Digilib.uinsby.ac.id

Widjojo Nitisastro, “The Socio-Economic Basis of the Indonesian State”, 1959

Mubyarto, 1981

James R. Situmorang. 2009. Beberapa Keterkaitan Antara Politik dan Bisnis.dalam


Jurnal Administrasi Bisnis, No 2

Christy Damayanti. 2009. Dimensi Kekuasaan dalam Ekonomi, dalam Jurnal Politik
No. 1

55

Anda mungkin juga menyukai