BAB I
TELAAH KOMPARATIF
Perbandingan Politik menurut istilah secara umum seringkali berpatokan pada studi
tentang berbagai negara Eropa. Pada kali ini, tujuan utama studi ini membahas tentang
Lembaga-lembaga sekaligus seluruh fungsi lembaga itu didalam negara. Ada tiga Lembaga
negara, yakni eksekutif, legislative, dan yudikatif. Dilengkapi dengan bermacam-macam
organisasi lain. Diantaranya partai politik, serta para kelompok penekan.
Namun pada umumnya teori perbandingan politik lebih mempelajari berbagai macam
hal mengenai politik dalam jangkauan yang lebih mendetail. Teori dan metode tentunya tidak
lepas dari ilmu dasar pada studi ini. Sebagaiamana dijelaskan bahwa teori merupakan
serangkaian gagasan yang tersusun secara sistematik. Sementara itu, metode merupakan suatu
cara yang menggunakan beberapa perangkat dalam membahas suatu isu secara mendalam.
Studi perbandingan politik kerap kali menjadi multitafsir diberbagai macam kalangan.
Bukan hanya menjadi diskusi di kalangan mahasiswa, para akademisi juga sering menjadikan
perbandingan politik menjadi topik perbincangan hangat mereka. Sebab dalam studi ini,
banyak sekali teori yang telah digunakan secara gamblang tanpa penjelasan mendalam.
Padahal, seharusnya kita dapat mengkaitkan teori perbandingan politik dengan
berbagai macam teori-teori lain dalam hubungan ilmu politik. Hal itupun telah dibahas
Panjang pada BAB III. Dimana studi ini, banyak bersumber dari teori maupun metode
bersumber dari berbagai pemikiran para fisafat politik. Diantaranya, Aristoteles, Plato,
Machiavelli, Monstesque, Hegel, Marx serta Mill.
Filsuf politik pada abad 20 juga sudah menjadikan studi formal tentang pemerintahan
negara sebagai arah diskusi mereka. Adapun filsuf itu yakni Woodrow Wilson, Vilfredo
Pareto, James Bryce serta Carl Friedrich. Sementara itu, masih banyak para filsuf yang
menjadikan pembahan tentang studi ini bagian dari kajian mereka. Bahkan ada beberapa
perkembangan yang mengarah kepada studi ekonomi politik.
Perkembangan berbagai macam disiplin ilmu telah menjadikan berbagai macam
dinamika politik menjadi alasan dari luasnya berbagai macam teori serta metode yang dapat
menjadi dasar dalam berpikir secara luas orientasi studi perbandingan politik. Contohnya
perang dunia kedua, hal itu telah mengguncang dunia serta membuat para ahli politik
mengalihkan perhatian merea daru system politik mapan ke negara-negara baru.
Perkembangan dan dinamika diatas dapat menjadi bukti bahwa pendalaman tentang
studi perbandingan politik khususnya dalam bidang sosial tidak lepas dari metode yang
tersusun secara sistematik. Tidak hanya itu, pembahasan tentang ilmu politik sangat meluas.
Bahkan kajian mengenai itu, dapat dilakukan secara menyeluruh. Namun tidak menampik
juga dapat dibahas secara individualis.
Sejak tahun 1953, pada umumnya teori-teori umum dibidang studi komparatif dapat
dibagi dalam empat teori mendasar. Diantaranya, teori-teori system, budaya, pembangunan
politik, serta teori-teori kelas. Empat teori mendasar itu akan dibahas secara lugas sebagai
berikut :
David Eston berpendapat bahwa konsep system politik lahir ditandai dengan
konsep input dan output, demand, support serta feedback hal itu ia tuangkan
dalam buku berjudul The Political System. Sementara itu, Gabriel Almond
lebih tertarik dengan mendalami pembahasan tentang klasifikasi sederhana
mengenai system politik. Hal itupun ia tuangkan dalam buku berjudul Journal
of Politics 1956. Karl Deutsch Bersama dengan sebuah karya yang diberi
nama Nerves of Government dirinya mengembangkan teori tentang politik
sistematik. Hal itu ia rumuskan Bersama Nobert Wiener.
b. Teori-teori Budaya
Menurut beberapa filsuf politik, jenis budaya politik dapat diartikan sebagai
ciri dari system politik yang saling berkaitan. Gabriel Almond lagi-lagi
menjadi filsuf yang turut menelaah secara detail tentang teori-teori
kebudayaan. Namun kali ini ia tidak sendirian, Bersama Sydney dirinya
mengembangkan beberapa teori serta pemikiran mengenai teori kebudayaan
dalam studi perbandingan politik. Hal itu mereka tumpahkan dalam buku
berjudl Political Culturue and Political Development.
c. Teori-teori Pembangunan
Teori ini tentu menjadi bagian penting dalam pendalaman tentang studi
perbandingan politik. Setelah kemunculan dunia ketiga. Masih dengan Gabriel
Almond, ia kembali mencurahkan pemikirannya mengenai teori pembangunan
dalam sebuah buku berjudul Politics of the Developing Areas. Buku ini
menceritakan tentang Kawasan terbelakang yang dianggap memiliki potensi
untuk maju. Almond kali ini ditemani oleh beberapa penulis lain, memandang
akan pentingnya gagasan-gagasan tentang hakikat system politik dan budaya
politik pembangunan. Selain Almond, beberapa naskah resmi yang
membhasan tentang keterbelakangan negara-negara miskin juga keluar, satu
diantaranya jurnal berjudul Captilasm and Underdevelopmental karya Andre
Gunder Frank dan How Europe Underdeveloped karya Walter Rodney. Karya
semacam ini masih ada hingga sekarang.
d. Teori-teori Kelas
Komite Perbandingan Politik (Committee on Comparative Politics) pada 1960
akhirnya mengambil keputusan untuk mencoba menelaah tentang studi-studi
terhadap kelompok terpandang. Padahal pada 1950-an, beberapa ilmuan telah
memfokuskan perhatian mereka berbagai jenis pernyataan yang meliputi
kekusaan serta siapa yang berkuasa. Hal tersebut dikemuka oleh Floyd Hunter
dan C. Wright Mills.
Namun tulisan-tulisan itu tentu tidak dengan mudah mendapat dukungan dari
pihak lain. Bahkan Robert A. Dahl Bersama beberapa teman-teman yang
sependapat menentang dengan jelas isi tulisan itu. Mereka bersikeras
mengenai konsepsi politik pluralistic. Bahkan masih banyak lagi beberapa hal
yang dianggap sebagai kelemahan dalam studi komunitas yang dilakukan para
sosiolog politik. Meski demikian, mereka yang berpegang keras dalam studi
perbandingan politik tetap berusaha untuk tidak terpengaruh dakam
perdebatan pluralis-elisys di awal 1960.
Kali ini, giliran peran Samuel Beer dan Adam Ulam mereka merumuskan teori
tentang tahapan-tahapan telaah komparatif. Tidak lupa dibumbui dengan tahapan-tahapan
deksripsi, klasifikasi, penjelasan disertai fakta. Ternyata ada tokoh lain, tentu saja bukan
Gabriel Almond, melainkan Roy Macridis yang ikut merumuskan hal senada. Pertama
penjelasan tentang sebuah fakta yang dilakukan. Kedua, mengenali persamaan yang ada.
Ketiga, memaparkan berbagai hipotesa sementara antar keterkaitan satu sama lain dalam
proses realisasi dinamika perpolitikan. Keempat, proses verifikasi hipotesa. Kelima,
penetapan temuan yang telah diambil.
Penjelasan mengenai teori dan telaah tentu tidak akan terlepas dari deksirpsi, analisis,
serta explication atau penjelasan secara rinci. Sementara itu juga diperlukan sintesis, yakni
penggabungan beberapa bagian menjadi satu keseluruhan sehingga menjadi sebuah kajian
yang koheran. Pemaparan ini merupakan contoh berbagai aspek-aspek teori mengenai studi
perbandingan politik.
Sepertinya peran Almond memang belum diperlukan dalam penjelasan mengenai
teori dan telaah ini atau penulis mulai bosan dengan menulis nama filsuf yang menggunakan
nama pasangan coklat ini. Nama Max Weber muncul sebagai ahli provokasi yang
menonjolkan berbagai macam situasi yang ideal. Satu diantaranya memaparkan segala hal
yang dianggap oalik baik dan diharapkan dapat dicapai dalam bebera waktu belakangan.
Sebaliknya, kaum Marxis sepertinya lebih tertarik dengan mengaitkan berbagai
macam teori dibanding berbicara tentang cita-cita. Kaum Marxis lebih tertarik membahas
tentang perubahan dalam masyarakat sebagai kosekuensi dari berbagai macam pergulatan
kekuatan social berdasarkan dialektik dan historis mengenai hubungan mereka dengan
produksi.
PERTANYAAN :