Disusun Oleh :
Kelompok 4 (I Reguler)
1
Latar Belakang
Isu Papua merdeka sudah menjadi isu yang sangat sering terdengar dalam perbincangan
dalam negeri. Bahkan saat ini isu papua merdeka sudah terdengar hingga dunia internasional,
seperti apa yang dilakukan Vanuatu untuk mendukung Gerakan Papua merdeka. Sejak dahulu
memang provinsi Papua dan Papua Barat seringkali ingin keluar dari Republik Indonesia.
Terdapat beberapa aspek yang menyebabkan keinginan Papua untuk menjadi negara sendiri,
seperti politik, budaya, sosial dan sejarah.
Terkait hal politik, rakyat papua mulai kecewa dengan pemerintah pusat pada saat New
York Agreement dimana pada pertemuan yang membahas masa depan Papua di Indonesia itu
tidak ada satupun rakyat perwakilan Papua yang hadir untuk menyumbangkan suara. Sehingga
rakyat Papua berfikir bahwa mereka tidak dibuhkan oleh pemerintah pusat. Keingginan Papua
merdeka juga dapat dilihat dalam peraturan PBB bahwa rakyat dapat menetunkan nasib politik
sendiri. Sehingga hak untuk rakyat Papua memerdekaan diri dapat dijalankan.
Dalam sisi budaya, rakyat Papua juga merasa mereka ditindas. Melihat ras mereka yang
berbeda dengan kebanyakan rakyat Indonesia lainnya. Rakyat papua adalah turunan dari ras
Melanesia, sedangkan banyak rakyat Indonesia yang berasal dari ras Melayu. Hal ini membuat
rakyat Papua merasa tidak senada dengan rakyat rakyat Indonesia lainnya. Selain itu, banyak
perilaku perilaku yang menindas ras ras Papua. Seperti banyak pendatang yang bukan asli
orang Papua datang dan menduduki jabatan strategis dalam perekonomian dan perdagangan.
Seolah olah mereka para pendatang adalah orang yang eksklusif dengan adanya perlakuan
spesial. Selain itu, banyak kegiatan kegiatan rakyat Papua yang terhambat dan diambil alih oleh
para pendatang. Seperti penebangan pohon ditanah Papua, mereka dilarang untuk menebang
karena adanya larangan penebangan hutan. Namun mereka para pembuat regulasi justru
menebang hutan dan menikmati hasil tersebut untuk pemerintah pusat. Ditambah dengan
adanya kesenjangan sosial antara rakyat Papua dengan rakyat di wilayah lain di Indonesia.
walaupun sekarang dalam pemerintahan presiden Joko Widodo banyak pembangunan Papua,
tetapi daerah Papua sudah sangat tertinggal dalam pembangunan.
Aspek sejarah juga ikut serta dalam alasan Papua ingin merdeka, seperti yang kita tahu
bahwa wilayah Indonesia saat ini adalah bekas dari jajahan Belanda pada zaman kolonialisme,
namun daerah Papua adalah daerah dimana mereka dijajah tidak lama dengan wilayah
Indonesia lainnya. Sehingga Belanda ingin tetap menjajah Papua, namun hal ini ditolak oleh
pemerintah Indonesia dan mengatakan bahwa papua adalah bagian dari Indonesia.
2
Terakhir yang dapat memicu pergerakan Papua merdeka adalah kasus kasus
pelanggaran hak asasi manusia di daerah Papua yang tak kunjung terselesaikan. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya dengan adanya diskriminasi dan ketidakadilan pada rakyat Papua
membuat rakyat Papua marah dan trauma sehingga menimbulkan rasa kebencian dan agresif
kepada pemerintahan pusat. Organisasi Papua Merdeka (OPM) akhirnya menimbulkan
kekerasan pada penjaga keamanan nasional ( TNI dan POLRI) sehingga konflik sulit
dihindarkan bahkan hingga menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Namun semua
kejadian tersebut belum terlihat titk terang penyelesaian oleh pemerintah pusat.
3
untuk menjaga kestabilan wilayah Indonesia. kementerian dan lembaga lain juga memiliki
peran besar dalam penyelesaan konflik ini.
Pemerintahan Jokowi dalam menangani permasalahan Papua, tidak hanya soal
pembangunan, namun juga soal upaya sosial yang lebih baik. Di Papua tidak hanya soal
pembangunan, tetapi juga pembangunan manusia atau masyarakat Papua. Dengan adanya
upaya sosial di Papua diharapkan masyarakat bisa merasakan dampak dari pembangunan yang
sudah dilakukan oleh pemerintah, sehingga bisa meresakan bahwa pembangunan di Papua
memiliki arti yang besar untuk kehidupan mereka (Viva, 2019). Membangun kepercayaan diri
masyarakat Papua tidak hanya semata-mata dengan pembenaran pendekatan keamanan dan
keadilan untuk membentuk operasi-operasi militer untuk menjaga kesatuan demokrasi.
Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk membangun perdamaian di
Papua. Presiden Jokowi memberikan harapan untuk masyarakat Papua dalam perjanjian
politiknya yang ingin berdialog dengan seluruh orang Papua untuk menyelesaikan konflik
Papua. Pada masa pemerintahan SBY isu dialog sebagai instrument konflik menjadi
berkembang, walaupun adnya perbedaan yang signifikan tentang pemahaman dialog dari pihak
Jakarta yang dikehendaki oleh pemangku gerakan politik di Papua. Presiden SBY melontarkan
ide “komunikasi konstruktif” dan “dialog terbuka”, tanpa definisi operasional secara otomatis
apparat negara, elit politik dan public (Nugroho, 2019). Akhir masa kepemimpinan SBY
pendekatan dialog secara nyata tidak dilakukan, masalah Papua diselesaikan dengan
dikeluarkan nya Perpres No. 65/2011 tentang dibentuknya Unit Percepatan Pembangunan
Provinsi Papua dan Papua Barat (UP4B). Dalam unit ini terdapat kewenangan untuk
menjalankan 2 strategi untuk penyelesaian masalah Papua, pertama strategi politik, keamanan
dan kebudayaan. Kedua strategi pembangunan sosial dan ekonomi.
Pada masa pemerintahan Jokowi ada beberapa strategi untuk menangani isu di Papua
(Suwarjono, 2019). Presiden Jokowi mengedepankan pendekatan dialog, untuk membangun
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Pendeketan kesejahteraan juga dilakukan
Presiden Jokowi dengan upaya untuk membangun kesejahteraan dengan dilakukan
peningkatan Pendidikan, kesehatan, hingga pengelolaan sumber daya alam. Pengelolaan
sumber daya alam dengan baik dapat menjadi saham freeport yang bisa dikelola Pemda Papua
yang nantinya bisa dinikmati hasilnya oleh masyarakat Papua.
4
Vanuatu berbentuk Republik. Negara ini adalah sebuah negara kepulauan di Samudra
Pasifik bagian selatan. Vanuatu terletak di sebelah timur Australia, timur laut Kaledonia Baru,
barat Fiji dan selatan Kepulauan Solomon. Vanuatu hanya memiliki penduduk sebanyak
243.304 (berdasarkan sensus penduduk tahun 2009). Berdasarkan sejumlah sumber, Vanuatu
dihuni oleh bangsa Melanesia seperti orang Papua. Orang Eropa pertama yang mengunjungi
pulau ini adalah Fernandes de Queiros dari Portugis beserta armadanya dari Spanyol yang
sampai ke daerah ini pada tahun 1606.
Vanuatu berbentuk Republik. Negara ini adalah sebuah negara kepulauan di Samudra
Pasifik bagian selatan. Vanuatu terletak di sebelah timur Australia, timur laut Kaledonia Baru,
barat Fiji dan selatan Kepulauan Solomon. Vanuatu hanya memiliki penduduk sebanyak
243.304 (berdasarkan sensus penduduk tahun 2009). Berdasarkan sejumlah sumber, Vanuatu
dihuni oleh bangsa Melanesia seperti orang Papua. Orang Eropa pertama yang mengunjungi
pulau ini adalah Fernandes de Queiros dari Portugis beserta armadanya dari Spanyol yang
sampai ke daerah ini pada tahun 1606.
Selama 1990-an, Vanuatu mengalami periode ketidakstabilan politik yang mengarah
pada pemerintahan yang lebih terdesentralisasi. Angkatan Bergerak Vanuatu, sebuah
kelompok paramiliter, berupaya melakukan kudeta pada tahun 1996 karena perselisihan gaji.
Ada dugaan korupsi di pemerintahan Maxime Carlot Korman. Pemilihan umum baru telah
diadakan beberapa kali sejak 1997, paling baru pada tahun 2016. Secara geografis Vanuatu
adalah kepulauan berbentuk Y yang terdiri dari sekitar 82 pulau vulkanik yang relatif kecil dan
baru secara geologis. Dari pulau-pulau tersebut, sebanyak 65 di antaranya berpenghuni.
Vanuatu mencoba ikut campur mengenai masalah Papua dalam Sidang Majelis Umum
PBB. Perdana Menteri Vanuatu, Bob Loughman mengungkapkan adanya tindakan
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di provinsi itu. Indonesia pun langsung membantah
tudingan tersebut dengan menggunakan hak jawabnya. Diplomat Perwakilan Indonesia,
Silvany Austin Pasaribu bahkan mengatakan apa yang dilakukan Vanuatusebagai tindakan
memalukan. “Sangat memalukan bahwa negara satu ini selalu memiliki obsesi berlebihan
mengenai bagaimana Indonesiabertindak atau memerintah negaranya sendiri,”
bahwa Indonesia menjunjung tinggi HAM bahwa setiap manusia memiliki kedudukan
yang sama di depan hukum. Selain itu, dia juga mengungkapkan bahwa Indonesia turut serta
dalam konvensi internasional untuk mengakhiri diskriminasi, yang anehnya Vanuatu tidak ikut
mendatangani. Vanuatu juga tidak mendatangani atau mengesahkan konvensi melawan
penyiksaan atau segala tindakan tak berperikemanusiaan lainnya. Vanuatu bukanlah
repesentasi dari masyarakat Papua. “Kalian jangan berkhayal menjadi orang Papua,” katanya.
5
Dia juga menegaskan bahwa Indonesia akan terus berjuang melawan usaha separatisme yang
menggunakan HAM sebagai kedok. Apalagi, Papua dan Papua Barat sudah menjadi bagian
dari Indonesia sejak 1945. “PBB dan komunitas global sudah mendukungnya sejak beberapa
dekade lalu. Ini sudah final, permanen dan tak mungkin diubah”.
6
Langkah selanjutnya ialah Indonesia berupaya untuk menyebarluaskan informasi
tentang bantahan-bantahan Indonesia mengenai isu separatisme dan propaganda di Papua baik
di media internasional maupun nasional. Implementasi dari langkah ini dapat terlihat dari berita
terkait juru bicara Sekjen PBB tahun 2016 yang memberikan bantahan tentang laporan adanya
pelanggaran HAM di Papua yang dibuat oleh anti-pembangunan Papua (Sabir, 2018). Hal ini
membuktikan bahwa pemerintah sudah menaruh perhatian besar untuk Papua. Bagi Indonesia,
Papua tetap akan menjadi bagian wilayah NKRI.
7
3. Mendirikan NGO yang diisi agar mampu mewadahi opini para penggiat Papua Pro NKRI
agar mampu berkomitmen dan pengaplikasian program penegakan HAM dan perlindungan hak
sosial dasar masyarakat Papua.
4. Menurunkan tensi militerisme dalam penanganan Papua.
5. Merangkul negara-negara pro NKRI di MSG untuk dijadikan pemimpin di MSG.
6. Mempublikasikan semua hal yang pernah dilakukan pemerintah untuk Papua selama
penyelenggaraan Otonomi Khusus Papua dari awal tahun 2001 hingga yang terkini
7. Menghargai sosiokultral masyarakat Papua sebagai daerah yang telah berjasa dalam
perputaran anggaran dana melalui pajak sumber daya alam yang di eksploitasi korporasi.
Kesimpulan
Papua merupakan sebuah provinsi di Indonesia dengan sumber daya alam yang sangat
melimpah di dalamnya. Pada tahun 1960 Papua masih menjadi bagian dari belanda hingga
1961 Presiden Soekarno mengeluarkan TRIKORA (Tiga Komando Rakyat) untuk
memerdekakan Papua dari belanda, tetapi hal tersebut tidak semudah yang dibayangkan
karna Pemerintah Indonesia sendiri hingga kini masih harus berhadapan dengan masyarakat
Papua yang masih ingin merdeka ditambah lagi dengan Intervensi dari Negara Vanuatu yang
mendukung Papua untuk merdeka dengan membahas permasalahan pelanggaran HAM yang
terjadi di Papua di ruang sidang PBB. Vanuatu berstatement bahwa Indonesia telah
melakukan pelanggaran HAM di Papua, dan masuknya Papua ke Indonesia juga dianggap
keputusan sepihak karna Indonesia hanya berunding dengan Belanda untuk melepas Papua ke
Indonesia tetapi tidak berunding dengan masyarakat Papua apakah mereka setuju untuk
8
bergabung atau tidak. Tetapi hal tersebut dibantah oleh Indonesia dengan menyatakan bahwa
Indonesia menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia di Papua dan tidak pantas untuk Vanuatu
mengintervensi urusan internal dari sebuah negara. Dalam perjalanannya, Vanuatu tercatat
sudah 2 kali membahas permasalahan Papua dalam sidang PBB, dan selalu saja yang dibahas
dan isu yang diangkat adalah permasalahan HAM dipapua. Jadi sebenarnya apakah Vanuatu
ingin benar benar Papua merdeka atau ada kepentingan politik dibaliknya yang berkedok
pelanggaran HAM...?
Jadi pada intinya Indonesia akan selalu melawan pihak pihak yang ingin merusak
kedaulatan Negara Indonesia, baik itu dari internal maupun eksternal. Ada beberapa hal yang
dilakukan Indonesia dalam melawan, mulai dari mengatasi isu propaganda yang dilakukan
oleh OPM (Organisasi Papua Merdeka) dengan menggunakan diplomasi budaya yang
menggambarkan bahwa Papua bukan satu-satunya keturunan Melanesia akan tetapi hampir
seluruh wilayah Timur Indonesia juga merupakan keturunan Ras Melanesia dan pemerintah
juga ingin menunjukkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan rumah
untuk Melanesia diantara Rumpun Melayu.
9
Daftar Pustaka
Angela, F., Hematang, R., Pedrason, R., Wahyudi, B., Studi, P., Pertahanan, D., &
Pertahanan, F. S. (2019). Diplomasi Pertahanan Indonesia Di Negara Kawasan Pasifik
Selatan Terkait Internasionalisasi Separatisme Papua Guna Menjaga Kedaulatan
Indonesia. Jurnal Diplomasi Pertahanan, 5(2), 87–106.
Noor, G., Putra, S., Legionosuko, T., Madjid, A., Studi, P., Asimetris, P., & Pertahanan, F. S.
(2019). Strategi Pemerintah Indonesia Terhadap Negara-Negara MSG … | Putra,
Legionosuko, Madjid | 31. Universitas Pertahanan, 5(2), 31–44.
Sabir, A. (2018). Diplomasi Publik Indonesia terhadap Vanuatu Dalam Upaya Membendung
Gerakan Separatisme Papua. Jurnal Hubungan Internasional, 11(1), 91.
https://doi.org/10.20473/jhi.v11i1.8679
Zahidi, M. S. (2020). Analisis Kebijakan Luar Negeri Vanuatu Dalam Mendukung ULMWP
Untuk Memisahkan Diri Dari Indonesia. ejournal.upnvj.ac.id, 76.
10