Anda di halaman 1dari 9

Generalisasi dengan Metode Komparatif

Penelitian sosial terutama dalam studi Ilmu Politik, metode penelitian menjadi sangat penting. Metode penelitian akan membantu peneliti mengembangkan argumennya dengan lebih sistematis. Ada beberapa metode yang dapat membantu pengembangan argument peneliti, Salah satu instrumen yang membantu penelitian adalah metode komparatif. Sesuai dengan namanya, metode ini menganalisa dua atau lebih kasus dan membandingkannya. Dari beberapa isu yang spesifik tersebut, peneliti akan menemukan kesimpulan secara umum. Penulis berusaha menjelaskan lebih jauh mengenai peran dan fungsi dari metode komparatif. Metode komparatif sudah umum digunakan dalam penelitian sosial. Dalam penerapan metode komparatif, terdapat dua pilihan, pertama menggunakan lebih dari satu teori atau menggunakan satu teori untuk pada lebih dari satu fenomena sehingga kemudian ditemukan perbandingannya (Lipjhart, 1975). Dengan menggunakan metode ini akan didapatkan kunci dari variabel kasus-kasus yang ada. Dengan kata lain, peneliti akan melihat perbedaan dari kasus yang serupa untuk mendapatkan hasil yang umum. Berbeda dengan studi kasus yang memiliki tujuan akhir untuk memperoleh teori yang spesifik. Namun seringkali peneliti akan menemui kesulitan dalam menggunakan metode ini. Hal ini dikarenakan jumlah kasus yang lebih dari satu dan data yang tidak sedikit, akan menyulitkan peneliti untuk fokus. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Bahry (1995) memberikan empat solusi. Pertama, dengan memperbanyak jumlah kasus kemudian memberikan analisa yang mendalam di setiap kasus. Sehingga peneliti akan menemukan kunci dari variabel setiap kasus yang diteliti. Selain itu, peneliti akan mendapatkan detail yang diinginkan untuk dapat dibandingkan dengan kasus yang lainnya. Kedua, mengurangi property-space. Ketiga, setiap kasus yang diteliti sebaiknya dicari isu-isu yang spesifik sehingga akan memudahkan peneliti melakukan komparasi. Terakhir, peneliti dapat lebih selektif dan ketat dalam menentukan variabel-variabel yang akan dianalisa. Keempat solusi tersebut akan menghindarkan peneliti dari ketidakfokusan dalam analisa. Studi kasus dan metode komparatif masih memiliki hubungan. Keduanya sama-sama menggunakan kasus untuk memperkuat argument terhada satu teori. Namun ada beberapa perbedaan mendasar di antara keduanya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa metode perbandingan adalah mengevaluasi kunci dari variabel kasus-kasus yang ada. Sedangkan studi kasus hanya melihat kasus secara keseluruhan dan penjelasannya bersifat eksplanasi. Perbedaan kedua adalah hasil yang dicapai, jika studi kasus menghasilkan teori yang spesifik, maka studi komparatif justru sebaliknya, menghasilkan teori yang umum. Meskipun keduanya berbeda, pada dasarnya studi kasus dapat dikembangkan menjadi studi komparatif. Ketika kasus-kasus yang dilteliti dilakukan analisa secara mendalam maka akan ditemukan perbandingan di antara variabel-variabel kuncinya. Sehingga kemudian metode ini akan berkembang menjadi studi komparatif. Studi komparatif juga memiliki kekhasan yang membedakannya dengan metode lainnya. Pertama, terdapat isu-isu yang diangkat memiliki kelayakan untuk dibandingkan, namun hal ini juga menyesuaikan dengan kemampuan peneliti untuk menjelaskan argumennya. Kedua, variabel-variabel yang diangkat memiliki hubungan sehingga ditemukan perbandingannya. Ketiga, studi komparatif adalah studi yang anti-continguity yaitu tidak berkelanjutan. Studi ini hanya mencari perbandingan dari setiap fakta dan tidak sebagai studi berkelanjutan (Wicaksana, 2013). Studi ini tidak harus dilakukan dalam penelitian sosial, terutama dalam studi Hubungan Internasional. Karena studi Hubungan Internasional sifatnya

fleksibel sehingga metode ini hanya untuk memperkuat argumen yang sudah diutarakan. Metode komparatif sendiri dapat diaplikasikan pada kasus yang memiliki persamaan karakteristik namun ternyata terdapat variabel-variabel yang berbeda, seperti perbedaan solusi dan sebagainya ataupun sebaliknya. Dalam studi Ilmu Politik metode ini dapat diterapkan pada fokus penelitian kebijakan luar negeri dari beberapa negara dalam isu tertentu. Beberapa manfaat studi komparatif ini dalam studi Ilmu Politik yaitu peneliti akan menemukan konseptualisasi yang membantu peneliti untuk menemukan perbandingan. Kedua, peneliti mendapatkan variabel yang menjadi fokus analisa dari beberapa contoh kasus (antar negara) yang diambil. Ketiga, dengan menentukan fokus variabel maka peneliti dapat menghindari ambiguitas. Keempat, penelitian dapat dilakukan secara independen, karena dengan sumber yang tersedia peneliti dapat melakukan analisa tanpa eksperimen secara langsung. Sehingga metode ini sangat efektif dalam membantu peneliti Ilmu Politik dalam menganalisa fenomena secara sistematis. Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa, metode kualitatif adalah salah satu metode analisa yang dilakukan dengan cara membandingkan variabel-variabel di antara kasus yang diteliti. Studi kasus dan studi komparatif memiliki beberapa perbedaan, namun keduanya tetap dapat berhubungan. Karena studi kasus dapat dikembangkan menjadi studi komparatif. Ciri khas dari studi komparatif adalah dari tahap perbandingan yang dilakukan dari variabel antar kasus dan sifatnya yang anti-continuity. Metode komparatif menjadi salah satu instrument yang penting dalam studi Ilmu Politik terutama jika diterapkan untuk perbandingan kebijakan antar negara dalam isu tertentu. Karena peneliti akan menemukan variabel yang spesifik sehingga ditemukan teori yang lebih umum. Penulis berpendapat bahwa metode komparatif adalah metode analisis yang efektif karena mampu memberikan penjelasan dengan spesifik sehingga menghasilkan teori yang umum. Namun perlu disadari bahwa metode ini tidak bersifat wajib, karena dalam studi Ilmu Politik metode yang digunakan menyesuaikan dengan permasalahan yang akan diteliti.

Struktur dan Agen

Ada dua pendekatan yang kontras bertentangan, dalam memandang realitas sosial. Pertama, pendekatan yang terlalu menekankan pada dominasi struktur dan kekuatan sosial (seperti, fungsionalisme Parsonian dan strukturalisme, yang cenderung ke obyektivisme). Kedua, pendekatan yang terlalu menekankan pada individu (seperti, tradisi hermeneutik, yang cenderung ke subyektivisme).

Menghadapi dua pendekatan yang kontras berseberangan tersebut, Anthony Giddens tidak memilih salah satu, tetapi merangkum keduanya lewat teori strukturasi. Lewat teori strukturasi, Giddens menyatakan, kehidupan sosial adalah lebih dari sekadar tindakan-

tindakan individual. Namun, kehidupan sosial itu juga tidak semata-mata ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial.

Menurut Giddens, human agency dan struktur sosial berhubungan satu sama lain. Tindakantindakan yang berulang-ulang (repetisi) dari agen-agen individual-lah yang mereproduksi struktur tersebut. Tindakan sehari-hari seseorang memperkuat dan mereproduksi seperangkat ekspektasi. Perangkat ekspektasi orang-orang lainlah yang membentuk apa yang oleh sosiolog disebut sebagai kekuatan sosial dan struktur sosial.

Hal ini berarti, terdapat struktur sosial seperti, tradisi, institusi, aturan moralserta caracara mapan untuk melakukan sesuatu. Namun, ini juga berarti bahwa semua struktur itu bisa diubah, ketika orang mulai mengabaikan, menggantikan, atau mereproduksinya secara berbeda.

Dualitas Struktur dan Agency

Dalam pandangan Giddens, terdapat sifat dualitas pada struktur. Yakni, struktur sebagai medium, dan sekaligus sebagai hasil (outcome) dari tindakan-tindakan agen yang diorganisasikan secara berulang (recursively). Maka properti-properti struktural dari suatu sistem sosial sebenarnya tidak berada di luar tindakan, namun sangat terkait dalam produksi dan reproduksi tindakan-tindakan tersebut.

Struktur dan agency (dengan tindakan-tindakannya) tidak bisa dipahami secara terpisah. Pada tingkatan dasar, misalnya, orang menciptakan masyarakat, namun pada saat yang sama orang juga dikungkung dan dibatasi (constrained) oleh masyarakat.

Struktur diciptakan, dipertahankan, dan diubah melalui tindakan-tindakan agen. Sedangkan tindakan-tindakan itu sendiri diberi bentuk yang bermakna (meaningful form) hanya melalui kerangka struktur. Jalur kausalitas ini berlangsung ke dua arah timbal-balik, sehingga tidak memungkinkan bagi kita untuk menentukan apa yang mengubah apa. Struktur dengan demikian memiliki sifat membatasi (constraining) sekaligus membuka kemungkinan (enabling) bagi tindakan agen.

Kesadaran Diskursif, Kesadaran Praktis, dan Motif/Kognisi Tak sadar

Dalam teori strukturasi, si agen atau aktor memiliki tiga tingkatan kesadaran: 1. Kesadaran diskursif (discursive consciousness). Yaitu, apa yang mampu dikatakan atau diberi ekspresi verbal oleh para aktor, tentang kondisi-kondisi sosial, khususnya tentang kondisi-kondisi dari tindakannya sendiri. Kesadaran diskursif adalah suatu kemawasdirian (awareness) yang memiliki bentuk diskursif. 2. Kesadaran praktis (practical consciousness). Yaitu, apa yang aktor ketahui (percayai) tentang kondisi-kondisi sosial, khususnya kondisi-kondisi dari tindakannya sendiri. Namun hal itu tidak bisa diekspresikan si aktor secara diskursif. Bedanya dengan kasus ketidaksadaran (unsconscious) adalah, tidak ada tabir represi yang menutupi kesadaran praktis.

3. Motif atau kognisi tak sadar (unconscious motives/cognition). Motif lebih merujuk ke potensial bagi tindakan, ketimbang cara (mode) tindakan itu dilakukan oleh si agen. Motif hanya memiliki kaitan langsung dengan tindakan dalam situasi yang tidak biasa, yang menyimpang dari rutinitas. Sebagian besar dari tindakan-tindakan agen sehari-hari tidaklah secara langsung dilandaskan pada motivasi tertentu.

Bagaimana bisa terjadi perubahan (change) dalam struktur?

Pemahaman tentang kesadaran praktis ini sangat fundamental bagi teori strukturasi. Struktur dibentuk oleh kesadaran praktis, berupa tindakan berulang-ulang, yang tidak memerlukan proses refleksif (perenungan), dan tidak ada pengambilan jarak o leh si agen terhadap struktur. Ketika makin banyak agen mengadopsi cara-cara mapan atau rutinitas keseharian dalam melakukan sesuatu, mereka sebenarnya telah memperkuat tatanan struktur (order).

Perubahan (change) struktur bisa terjadi jika semakin banyak aktor/agen yang mengadopsi kesadaran diskursif. Yaitu, manakala si agen mengambil jarak dari struktur, dan melakukan sesuatu tindakan dengan mencari makna/nilai dari tindakannya tersebut. Hasilnya bisa berupa tindakan yang menyimpang dari rutinitas atau kemapanan, dan praktis telah mengubah struktur tersebut.

Perubahan juga bisa terjadi karena konsekuensi dari tindakan, yang hasilnya sebenarnya tidak diniatkan sebelumnya (unintended consequences). Unintended consequences mungkin secara sistematis menjadi umpan balik, ke arah kondisi-kondisi yang tidak diketahui bagi munculnya tindakan-tindakan lain lebih jauh.

Dalam kasus unintended consequences ini, bukan adanya atau tidak-adanya niat (intensi) yang penting. Namun, adanya kompetensi atau kapabilitas di pihak si agen untuk melakukan perubahan. Jadi, hal ini sebenarnya berkaitan dengan kuasa atau power. Giddens menekankan pentingnya power, yang merupakan sarana mencapai tujuan, dan karenanya terlibat secara langsung dalam tindakan-tindakan setiap orang. Power adalah kapasitas transformatif seseorang untuk mengubah dunia sosial dan material.

KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucapkan kepada Allah SWt, yang karena bimbingan-Nya maka penulis bisa menyelesaikan sebuah paper metodologi Ilmu Politik berjudul perbandingan teori komparatif< serta agen dam strukturnya.

Makalah ini dibuat dengan berbagai referensi yang diambil dan dibaca dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen dan teman-teman yang telah membuat semangat saya menjadi terpacu dalam penyusunan paper ini.

Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada paper ini. Oleh karna itu saya mengundang dosen dan teman-teman untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Terima kasih, dan semoga paper ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua

Padang, 31 Maret 2014

Penulis

LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif.

Untuk itu dalam hal penyusunan paper ini, penulis akan sedikit memberikan gambaran mengenai perbandingan antara struktur dan agen dalam hal metodologi komparatif. Metodologi penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penyusunan materi tentang skripsi, thesi, dll. Ketepatan dalam penulisan, kecakapan dalam pembacaan, serta ketertarikan pembaca adalah salah satu hal yang sangat diperhatikan. Apabila unsur ini tidak terpenuhi maka akan terjadi kerancuan dan kegagalan dalam penyusunan metodologi ini. Hal-hal yang kan dibahas dalam masalah ini adalah sebagai berikut : -Generalisasi ilmu komparatif -perbandingan antar struktur dan agen Semoga dalam pembahsannya ini kita mampu mengetahui tentang hal tersebut dan bisa menambah ilmu penelitian tentang metodologi.

Kesimpulan Hal-hal yang dapat diambil untuk menjadi kesimpulan dalam paper ini adalah sebagai berikut :

Metode komparatif sudah umum digunakan dalam penelitian sosial. Dalam penerapan metode komparatif, terdapat dua pilihan, pertama menggunakan lebih dari satu teori atau menggunakan satu teori untuk pada lebih dari satu fenomena sehingga kemudian ditemukan perbandingannya (Lipjhart, 1975). Dengan menggunakan metode ini akan didapatkan kunci dari variabel kasus-kasus yang ada. Dengan kata lain, peneliti akan melihat perbedaan dari kasus yang serupa untuk mendapatkan hasil yang umum. Berbeda dengan studi kasus yang memiliki tujuan akhir untuk memperoleh teori yang spesifik. Namun seringkali peneliti akan menemui kesulitan dalam menggunakan metode ini. Hal ini dikarenakan jumlah kasus yang lebih dari satu dan data yang tidak sedikit, akan menyulitkan peneliti untuk fokus. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Bahry (1995) memberikan empat solusi. Pertama, dengan memperbanyak jumlah kasus kemudian memberikan analisa yang mendalam di setiap kasus. Sehingga peneliti akan menemukan kunci dari variabel setiap kasus yang diteliti. Selain itu, peneliti akan mendapatkan detail yang diinginkan untuk dapat dibandingkan dengan kasus yang lainnya. Kedua, mengurangi property-space. Ketiga, setiap kasus yang diteliti sebaiknya dicari isu-isu yang spesifik sehingga akan memudahkan peneliti melakukan komparasi. Terakhir, peneliti dapat lebih selektif dan ketat dalam menentukan variabel-variabel yang akan dianalisa. Keempat solusi tersebut akan menghindarkan peneliti dari ketidakfokusan dalam analisa. Sedangkan dalam kasus agen dan struktur kesimpulan dapat ditarik sebagai berikut : "agen" merujuk pada kapasitas seseorang untuk bertindak secara independen dan membuat pilihan mereka sendiri. "Struktur", secara luas merujuk pada penataan terpola berulang yang tampaknya memengaruhi atau membatasi pilihan dan kesempatan yang dimiliki seseorang. Perdebatan struktur versus agen dapat dipahami sebagai masalah sosialisasi melawan otonomi. Perdebatan ini dapat disamakan dengan "alam versus didikan. Jadi agen dan struktur dalam hal ini tidak dapat dipisahkan, meskipun mereka dalam rangka yang berlawanan.

METODOLOGI PENELITIAN ILMU POLITIK

PERBANDINGAN PENLIELITIAN KOMPARATIF, AGEN DAN STRUKTUR

DITO ADITYA HIDAYAT 1210832004 ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS

Anda mungkin juga menyukai