Anda di halaman 1dari 11

PAPER

ANALISIS KASUS PEMBUNUHAN BALITA OLEH REMAJA

INISIAL (NF) MENGGUNAKAN PENDEKATAN

PSIKOLOGI PSIKOANALISIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi kriminologi

Disusun oleh :

DARNISAH

P.2013001

PROGRAM STUDI ILMU PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAHAKARYA ACEH

2022
LATAR BELAKANG
Pembunuhan merupakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan menghilangkan nyawa
(kehidupan) seseorang dengan melanggar hukum ataupun tidak dan baik itu sengaja atau tidak.
Pembunuhan adalah salah satu perilaku delikuensi yang termasuk dalam kategori index offenses
yaitu perilaku yang melibatkan tindakan pengrusakan atau mengakibatkan kerugian bagi orang
lain. Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan pembunuhan diantaranya seperti
karena dendam, paksaan, pengaruh lingkungan, meniru, gangguan jiwa dan lainnya. Kasus ini
perlu dibahas dalam kajian kriminologi karena penyebab seseorang melakukan pembunuhan
terkadang adanya hubungan dengan masa lalu dan pengalaman yang pernah dialami.

Pembunuhan anak yang dilakukan anak dibawah umur merupakan suatu tindakan
Juveilile Delequency yaitu bentuk dari kenakalan remaja. Adanya suatu unsur kesengajaan atau
tidak tindakan pembunuhan tetap merupakan suatu tindakan penyimpangan. Beberapa hal yang
merupakan faktor yang mempengaruhi tindak kejahatan remaja yang telah disebutkan dalam
beberapa teori seperti faktor keluarga; lingkungan pergaulan yang buruk, tingkat pendidikan
yang rendah, adalah faktor yang seringkali muncul dalam berbagai kasus kejahatan yang
dilakukan remaja. Selain hubungan antara individu dengan orang tuanya, kriminalitas yang
dilakukan oleh remaja dapat dipengaruhi oleh keadaan personal dari anggota keluarganya.
Adanya anggota keluarga yang terlibat tindak kriminal seperti kakak subjek, dan kurangnya
pengawasan orang tua dapat menyebabkan anak di dalam keluarga menjadi nakal dan rentan
untuk melakukan tindak kejahatan.

Pelaku pembunuhan bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa namun juga bisa
dilakukan oleh remaja dan bahkan anak kecil. Penting untuk kita ketahui bahwa terkadang
adanya pengaruh yang buruk dari media yang dilihat oleh anak-anak. Hal tersebut bertambah
buruk pengaruhnya jika anak tersebut adalah anak yang pernah mengalami kekerasan ataupun
pengalaman yang buruk di masa lalu. Semua berdasarkan dengan kasus-kasus yang banyak
terjadi yaitu kasus pembunuhan yang dilakukan remaja. Jadi, penting untuk mengetahui
penyebab mengapa bisa terjadinya pembunuhan oleh remaja. Kasus pembunuhan yang dilakukan
oleh remaja kini banyak terjadi dengan berbagai alasan ataupun tanpa alasan yang jelas sehingga
diperlukannya penelitian yang lebih mendalam agar diketahui alasan terjadinya pembunuhan.
FOKUS PERMASALAHAN
Seseorang dengan melanggar hukum ataupun tidak dan baik itu sengaja atau tidak.
Pembunuhan adalah salah satu perilaku delikuensi yang termasuk dalam kategori index offenses
yaitu perilaku yang melibatkan tindakan pengrusakan atau mengakibatkan kerugian bagi orang
lain. Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan pembunuhan diantaranya seperti
karena dendam, paksaan, pengaruh lingkungan, meniru, gangguan jiwa dan lainnya. Kasus ini
perlu dibahas dalam kajian kriminologi karena penyebab seseorang melakukan pembunuhan
terkadang adanya hubungan dengan masa lalu dan pengalaman yang pernah dialami.

Pelaku pembunuhan bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa namun juga bisa
dilakukan oleh remaja dan bahkan anak kecil. Penting untuk kita ketahui bahwa terkadang
adanya pengaruh yang buruk dari media yang dilihat. Kasus ini membahas tentang seorang balita
tewas dibunuh secara sadis oleh remaja perempuan yang merupakan tetangganya dengan inisial
NF. NF diduga terinspirasi dari film Slender Man. Di persidangan, terungkap bahwa terdakwa
NF tidak mendapatkan pola asuh yang baik dari keluarganya sehingga mengalami PTSD. NF
juga merupakan korban kekerasan seksual oleh paman dan kekasihnya yang mengakibatkan
kehamilan di usia dini.

Berdasarkan masalah di atas analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan


psikoanalisis, karena pendekatan ini membahas tentang bagaimana pengaruh masa lalu terhadap
perilaku seseorang di masa depan. Pendekatan psikoanalisis menekankan pada riwayat hidup
seseorang, pengaruh dari pengalaman terhadap kepribadian seseorang dan pengaruh alam bawah
sadar terhadap perilaku manusia. Penulis memilih pendekatan ini karna menganggap pendekatan
ini cocok untuk menganalisis kasus di atas. Fokus permasalahan ini adalah untuk mengetahui
bahwa adanya pengaruh pengalaman masa lalu terhadap kepribadian seseorang, bahwa adanya
akibat dari apa yang terjadi di masa lalu terhadap seseorang di masa di depan.

GAMBARAN UMUM KASUS


Kasus ini adalah kasus pembunuhan yang dilakukan oleh remaja terhadap seorang bayi dengan
keterangan seperti di bawah:

Pelaku pembunuhan dalam kasus ini adalah seorang remaja perempuan dengan inisial (NF)

Sedangkan korbannya merupakan seorang balita yang merupakan tetangganya dari pelaku (NF).
Terungkap bahwa pelaku dengan inisial (NF) diduga melakukan pembunuhan karena terinspirasi
dari salah satu adegan di film Slender Man.

Pelaku (NF) adalah anak yang tidak mendapatkan pola asuh yang baik dari orang tuanya dan
keluarganya sehingga mengalami PTSD.

Pelaku (NF) juga merupakan korban kekersan seksual oleh paman dan kekasihnya yang
mengakibatkan kehamilan di usia dini.

PEMBAHASAN
Teori Pendekatan Psikoanalisis
Sigmund Freud merupakan tokoh pencetus teori Psikoanalisa, yang menjadi letak dasar
dalam teori Psikoanalisa yaitu tentang ‘ketidaksadaran’ (unconscious) yang merupakan sumber
energi terpenting dari perilaku manusia. Pendekatan psikoanalisis sendiri menekankan pada
pentingnya riwayat hidup klien (perkembangan psikoseksual), pengaruh dari impuls-impuls
genetik (instink), energi hidup (libido), pengaruh dari pengalaman diri kepada kepribadian
individu, serta irasioanalitas dan sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia. mengenai
taraf kesadaran memberikan kontribusi yang sangat signifikan. Taraf conscious berisi tentang
ide-ide yang tidak disadari individu pada saat itu, taraf preconscious berisi tentang ide-ide yang
tidak disadari oleh individu pada saat itu akan tetapi dipanggil kembali, taraf unconscious berisi
tentang memori dan ide yang sudah dilupakan oleh individu.

Sigmund Freud merupakan Bapak Psikoanalisis, lahir di Moravia pada tanggal 6 Mei
1856 (Suryabrata, 2013). Pandangan Freud terus berkembang selama masa hidup dan karirnya.
Freud menjelaskan tiga struktur kepribadian yaitu Id, Ego, dan Superego yang terbentuk secara
mendasar pada usia tujuh tahun (Hall, 2005). Ketiga aspek tersebut memiliki fungsi sifat,
komponen, prinsip kerja, dan dinamika sendiri-sendiri, akan tetapi ketiga aspek tersebut saling
berhubungan dan sulit untuk memisahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku. Artinya, segala
bentuk tingkah laku manusia merupakan hasil dari kerja ketiga aspek tersebut (Suryabrata,
2013). Id merupakan suatu bagian paling otentik dalam kepribadian manusia, sebab id menjadi
gudang yang menyimpan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar dalam diri manusia seperti
makan, minum, istirahat, rangsangan seksual dan agresivitas. Id berfungsi sebagai energi
penggerak kegiatan psikis manusia karena berisi insting hidup dan insting mati. Prinsip kerja id
selalu mengejar kenikmatan dan cenderung bersifat impulsif, agresif, dan primitif. Struktur
kepribadian yang kedua adalah ego, merupakan sistem kepribadian yang bersifat rasional dan
bertujuan pada prinsip realitas. Ego tersebut berperan sebagai jembatan antara id yaitu keinginan
biologis untuk mencapai kepuasan dengan lingkungan atau dunia nyata. Ego juga berperan
mengendalikan konflik antara id dan super ego. Selanjutnya ialah super ego, yang berfungsi
mendorong ego agar menggantikan tujuan realistis dengan tujuan moral dengan mengejar
kesempurnaan dan juga mengontrol dorongan-dorongan id terutama dorongan seksual (Husna,
2018).

Menurut freud, yang tidak disadari merupakan bagian terbesar dari kepribadian dan
mempunyai pengaruh yang kuat pada tingkah laku individu. Freud beranggapan bahwa tingkah
laku manusia itu ditentukan oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi tak sadar dan dorongan-
dorongan biologis serta instingtual. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara
mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya. Teori
psikoanalisis adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian.
Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal
lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik
dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak atau usia dini.
Pemahanan Freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada pengalaman-pengalaman
dengan pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang beragam literatur
ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.

Gagasan Sigmund Freud adalah menyatakan bahwa kesadaran itu hanyalah bagian kecil
saja dari kehidupan mental. Sedangkan bagian terbesarnya adalah justru ketidaksadaran atau
alam tak sadar. Freud menggambarkan alam sadar dan tak sadar ini seperti bentuk gunung es
yang terapung. Ukuran bentuk bagian gunung es yang muncul ke permukaan air yakni alam
sadar ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan bagian gunung es yang tenggelam, yakni alam tak
sadjar. Kemudian Freud memandang manusia sebagai makhluk yang deterministik yang
mendefinisikan bahwa kegiatan manusia pada dasarnya dibentuk dengan kekuatan yang
irasional, kekuatan alam bawah sadar, dorongan biologis, dan insting pada saat berusia enam
tahun pertama kehidupannya.
Teori psikoanalisa tentang kriminalitas menghubungkan delinquent dan perilaku kriminal
dengan suatu “conscience” (hati nurani) yang baik yang menimbulkan perasaan bersalah yang
berlebihan sehingga tidak dapat mengontrol dorongan yang muncul dalam diri individu tersebut.
Sigmund Freud berpendapat bahwa kriminalitas mungkin hasil dari “an overactive conscience”
yang menghasilkan perasaan bersalah yang berlebihan. Dimana mereka yang mengalami
perasaan bersalah yang tak tertahankan akan melakukan kejahatan dengan tujuan agar ditangkap
dan dihukum, maka dengan demikian, perasaan bersalah mereka akan mereda. Seseorang yang
melakukan perilaku terlarang (kejahatan) karena memiliki hati nurani (superego) yang lemah dan
tidak sempurna sehingga ego-nya (yang berperan sebagai penengah antara superego dan id) tidak
mampu mengontrol dorongan-dorongan dari id (bagian dari kepribadian yang mengandung
keinginan dan dorongan yang kuat untuk dipuaskan dan dipenuhi). Pada intinya, superego
merupakan citra dari orangtua yang terbangun ketika anak menerima sikap dan nilai moral yang
ditanamkan oleh orangtuanya, oleh karena itu, ketiadaan citra yang baik akhirnya memunculkan
id yang tidak terkendali. Terdapat tiga prinsip dasar dalam pendekatan psikoanalisis dalam
mempelajari kejahatan yaitu: Tindakan dan tingkah laku orang dewasa dapat dipahami dengan
melihat pada perkembangan masa kanak-kanak mereka.

1. Tingkah laku dan motif bawah sadar adalah jalin-menjalin dan interaksi itu harus
diuraikan bila ingin mengerti tentang kejahatan.
2. Kejahatan pada dasarnya merupakan representasi dari konflik psikologis.

Psikoanalisis menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk


pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego,
dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id
merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang
menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem
kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego
merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai
baik-buruk atau benar-salah. Superego berfungsi untuk merintangi dorongan id, terutama
dorongan seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik
dengan tujuan moralistik, serta mengejar kesempurnaan.
Dalam kaitannya dengan superego yang merupakan citra orangtua di mana mulai
membangun moral anak, Psikolog Lawrence Kohlberg yang merupakan pioneer dari teori
perkembangan moral, menemukan bahwa pemikiran moral tumbuh dalam tiga tahap yaitu pada
tahap pra-konvensional (< 9 sampai 11 tahun), tahap konvensional (remaja) dan post
konvensional (> 20 tahun). Menurut Kohlberg dan kawan-kawan, kebanyakan delinquent dan
penjahat berpikir biasanya pada tingkatan pra-konvensional. Akan tetapi, perkembangan moral
yang rendah atau tingkat pra-konvensional saja tidak menyebabkan kejahatan karena factor
lainnya seperti situasi atau tidak adanya ikatan sosial yang penting, mungkin juga ambil bagian.

Tesis-tesis tentang hakikat manusia dari aliran Psikoanalisis adalah bahwa: Perilaku pada
masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak. Sebagaian besar perilaku terintegrasi
melalui proses mental yang tidak disadari. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang
sudah diperoleh sejak lahir, terutama kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan
libido dan agresifitasnya. Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan
untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan. Kegagalan dalam
pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis. Pembentukan simpton
merupakan bentuk defensive. Pengalaman tunggal hanya dipahami dengan melihat keseluruhan
pengalaman seseorang. Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada
perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku.

Hakikat manusia dalam pendekatan psikoanalisis ; semua kejadian psikis ditentukan oleh
kejadian psikis sebelumnya. Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan tidak
merupakan proses mental yang berciri biasa. Pendekatan ini didasari oleh teori Freud, bahwa
kepribadian seseorang mempunyai tiga unsur, yaitu id, ego, dan super ego. Teori psikoanalisis
melihat kepribadian terbagi menjadi 3 sistem utama yaitu id, ego dam super-ego :

a) Id, bersifat warisan genetik dan bawaan sejak lahir. Id bekerja berdasarkan prinsip
kesenangan, karena menyediakan dorongan menuju pengaejaran keinginan pribadi.
b) Ego, dilihat dari sebagai satu-satunya unsur rasional dalam struktur kepribadian manusia.
Bekerja dengan melakukan kontak dengan dunia realitas, karena kontak dengan realitas
ego menjadi pengontrol utama dalam kesadaran, menyediakan pemikiran dan
perencanaan realistis dan logis, dan akan sanggup meredam pikiran dan keinginan
irasional dari id.
c) Super-ego merepresentasikan suara hati, beroperasi berdasarkan prinsip realisme moral.
Super-ego mempresentasikan kode moral pribadi, didasarkan pada persepsi seseorang
mengenai moralitas dan nilai masyarakat. Sehingga super-ego akan memberikan rasa
bangga dan cinta-diri, dan hukuman seperti rasa bersalah atau rendah diri bagi manusia
atau individu.

Jika ego gagal dalam menyalurkan kehendak id maka akan timbul hukuman berupa
kecemasan, yang dibagi menjadi 3 yaitu : Kecemasan realitas, dirasakan karena adanya ancaman
yang nyata atau ancaman yang diperkirakan akan dihadapi dilingkungan. Contoh, cemas
meninggalkan kendaraan yang baru dibeli ditempat yang sunyi. Kecemasan moral, kecamasan
yang dihasilkan dari hati nurani. Contoh, cemas akan gagal dalam menghadapi ujian. Kecemasan
neurotik, kecemasan yang muncul karena rasa bimbang, tidak ada yang mengontrol tingkah
lakunya, bersifat tidak sadar. Adapun Mekanisme pertahanan ego:

 Represi, yaitu upaya untuk menyembunyikan dan memendam semua memori, perasaan
dan pikiran sederhana sedalam mungkin kedalam diri karena kemunculanya akan
menimbulkan rasa sakit dan takut.
 Rasionalisasi, yaitu upaya untuk mengjustifikasi atau menyediakan penjelasan paling
masuk akal untuk membuat perilaku yang tidak diinginkan jadi terlihat masuk akal dan
diterima secara sosial.
 Regresi, yaitu upaya untuk kembali ke bentuk perilaku sebelumnya.
 Identifikasi, yaitu upaya meniru seseorang atau sesuatu karena memberinya kepuasan
atau kompetensi tertentu.
 Displacement, yaitu gerak menjauh dari satu objek untuk mendekati objek lain yang
kurang begitu mengancam atau menghasilkan kecemasan.
 Overcompensation, yaitu keterampilan perilaku yang mencerminkan kabalikan dari
perasaan yang direpresikan.

Argument dan Pendapat

Kejahatan pembunuhan sendiri terkadang terjadi juga tidak selalu murni karena dorongan
dari pelaku, namun pada anak remaja yang melakukan kejahatan tersebut sering didahului
dengan perbuatan korban yang mendorong pelaku untuk melakukan kejahatan. Perilaku agresi
pada individu bertujuan untuk menyakiti orang lain dengan motif emosional seperti takut,
frustasi, atau marah. Selain bertujuan untuk menyakiti tindakan agresi juga bertujuan untuk
mengintimidasi orang lain. Subjek sendiri merupakan individu yang mudah marah, takut
dihakimi massa, dan juga sering mengalami frustasi.

Tindak kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh remaja berdasarkan tinjuauan teoritis
hasil temuan di lapangan dapat digambarkan sebagai proses mekanisme psikologis yang terdiri
dari dua faktor utama, yaitu: Faktor internal adalah faktor kepribadian. Hubungan antara remaja
dengan orang tua dan keluarga sangatlah penting dalam perkembangan kepribadian. Pada
individu yang tidak mendapatkan kenyamanan dan kelekatan emosional dari orang tua atau figur
pengasuh akan menyebabkan remaja tersebut tidak dapat mengembangkan rasa percaya sehingga
dirinya akan mengembangkan rasa curiga. Kurangnya kontrol dan bimbingan orang tua juga
mempengaruhi agresifitas pada remaja. Anggota keluarga yang terlibat tindak kriminal dapat
mempengaruhi perilaku anggota keluarga lainnya untuk melakukan tindak kriminal yang sama
melalui modelling.

Faktor eksternal, lingkungan pergaulan remaja mempengaruhi pola perilaku remaja.


Sedangkan pelaku dalam kasus ini dapat dikatakan adanya pengaruh lingkungan seperti akibat
dari dia menonton TV atau film yang menampilkan adegan kekerasan atau tidak layak untuk
dilihat oleh anak kecil. Pengaruh lingkungan yang buruk kemudian ditiru akan menghasilkan
perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Kasus ini menunjukkan bahwa akibat dari
pola asuh yang salah dari orang tua dan tidak adanya pengawasan pada akhirnya akan
melahirkan perilaku atau kepribadian anak yang buruk kedepannya.

Namun, walaupun begitu alasan pelaku melakukan pembunuhan tidak dapat kita lihat
dari segi itu saja, karena yang sering terjadi ialah pelaku pembunuhan sering mempunyai masa
kecil yang kurang baik. Individu yang tidak mendapatkan cinta dan kasih sayang yang cukup
selama masa kanak-kanak akan mengembangkan rasa permusuhan dasar terhadap orang tua
mereka, sehingga timbullah kecemasan dasar di dalam diri mereka. Pengalaman buruk yang
terjadi di masa lalu juga merupakan salah satu faktor terbentuknya kepribadian yang baik da
buruk. Trauma yang ada di masa lalu cenderung membuat seseorang mempunyai persepsi atau
pemikiran yang menyimpang dari hal sebenarnya. Pola asuh orang tua di masa kecil anak-anak
memiliki peran yang sangat penting yang kemudian akan berefek pada masa depan si anak.
Kesimpulan
Adanya pengaruh dari pengalaman masa lalu yang juga berkaitan dengan konflik seksual
yang dialami oleh para pelaku pembunuhan serta tekanan psikologis ternyata mampu
memunculkan perilaku kejahatan yaitu membunuh. Psikoanalisis menyatakan bahwa struktur
dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi struktur
kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan
hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian
berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada
umumnya terjadi pada anak-anak atau usia dini. Pemahanan Freud tentang kepribadian manusia
didasarkan pada pengalaman-pengalaman dengan pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan
bacaannya yang luas tentang beragam literatur ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.

Remaja melakukan pembunuhan bukan hanya karna faktor lingkungan namun juga bisa
karena faktor dari pengalaman yang dialami masa lalu. Pengalaman masa lalu yang terjadi masa
kanak-kanak baik itu buruk atau baik, pada akhirnya akan mempengaruhi kepribadian si anak di
masa depan. Kejadian yang terjadi di masa kini adalah penyebab dari masa lalu, semua hal yang
terjadi pada manusia adalah akibat dari apa yang terjadi masa lalu. Hal ini membenarkan bahwa
pendekatan psikoanalisis ada benarnya dalam mengkaji penyebab seseorang melakukan
pembunuhan. Pentingnya untuk mengetahui masa lalu seseorang dalam mencari tahu sebab dia
melakukan kejahatan.

Daftar pustaka

Format yang digunakan adalah https://osf.io/5txes/download

Santoso, T., & Zulfa, E. A. 2001. Kriminologi (edisi ke-14, 2014). Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada (hal. 38-39; 50-51; 54; 94-96

Bertens, K. 2016. Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: Gramedia

Diniati, Amira. 2009. Teori-teori Konseling. Pekanbaru: Daulat Riau.

Gerald, Corey. 1995. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Eresco.

Gerald, Corey. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Hagan, F. E. 2013. Pengantar Kriminologi: Teori, Metode, dan Perilaku Kriminal. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group (hal. 187-188; 298; 301-304; 626).

Lily, J. R., Ball, R. A., & Cullen, F. T. 2015. Teori Kriminologi: Konteks & Konsekuensi Edisi
Kelima. Jakarta: Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai