Nama Kelompok 1:
4PA18
Dwi Gita Verasari
Universitas Gunadarma
2017/2018
A. Pengertian Psikologi Kognitif
Pengertian dari kognisi atau kogitif adalah ilmu yang mempelajari
mengenai hal-hal yang dialami manusia, diantaranya adalah seperti sikap, ide,
harapan dan sebagainya. Terlepas dari itu belum ada kesepakatan secara umum
mengenai kata yang serapan dari cognition.
Psikologi kognitif membahas persepsi dan pemahaman terhadap informasi,
membahas alur pikiran. Psikologi positif adalah ilmu yang menyelidiki pola
piker manusia. Psikologi kognitif dapat dipandang sebagai studi terhadap
proses-proses yang melandasi dinamika mental. Sesungguhnya psikologi
kognitif meliputi segala hal yang kita lakukan.
Menurut Solso dkk psikologi kognitif adalah ilmu mengenai pemrosesan
informasi . maksudnya adalah cara kita memperoleh dan memproses
informasi, cara infromasi tersebut disimpan dan di proses oleh otak dan cara
menyelesaikan masalah, berpikir dan menyusun bahasa dan bagaimana proses-
proses ini ditampilkan dalam prilaku yg dapat diamati
Kemudian menurut Suharnan Psikologi kognitif dapat didefinisikan
sebagai suatu studi ilmiah mengenai proses mental atau aktivitas pikiran.
Proses mental atau pikiran ini meliputi bagaimana seseorang memperoleh
informasi, bagaimana informasi ini kemudian direpresentasikan dan
diinformasikan sebagai pengetahuan, bagaimana pengetahuan itu disimpan
dalam ingatan kemudian dimunculkan kembali, bagaimana pengetahuan itu
digunakan sesseorang untuk mengarahkan sikap dan perilakunya
Dan menurut Glass & Holyoak Psikologi kognitif merupakan psikologi
yang memfokuskan studi bagaimana pikiran manusia memproses informasi
sehingga menjadi pengetahuan yang disimpan didalam ingatan, kemudian
menggunakan pengetahuan itu didalam melakukan tugas atau aktivitasnya.Oleh
karena itu diperoleh melalui informasi yang diproses lebih lanjut, maka pola
kognitif juga sering disebut psikologi pemrosesan data
B. Sejarah Psikologi Kognitif
Dari seluruh lingkup studi psikologi, psikologi kognitif tampaknya
memiliki sejarah terpanjang, diawali dari para filsuf yang menanyakan asal
muasal pengetahuan dan bagaimana pengetahuan ditampilkan dalam pikiran.
Studi aksara hieroglif Mesir Kuno dalam kepenulisannya meyakini bahwa
Aristoteles menyatakan pengetahuan adalah berada di jantung. Akan tetapi
berbeda dengan gurunya Aristoteles, yakni Plato, berpendapat bahwa
pengetahuan tersimpan dalam otak. Terkait bagaimana pengetahuan
ditampilkan dalam pikiran ada dua perspektif yang telah diajukan, yakni
perspektif empiris dan nativis. Perspektif empiris memandang pengetahuan
diperoleh dari pengalaman sepanjang hidup, sedangkan perspektif nativis
menyatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada karakteristik genetis dalam
otak. Dengan kata lain, menurut pandangan nativis manusia dilahirkan dengan
pengetahuan yang sudah tersimpan didalam otak.
Abad ke-18 yang dikenal juga sebagai abad pencerahan (renaisans) adalah
abad terjadinya perubahan besar-besaran dalam teknologi, sosial, dan politik
yang dipelopori para penganut empirisme dari inggris yaitu George Berkeley,
David Hume, James Mill, dan John Stuart Mill. Pernyataannya John Stuart Mill
pada abad renaisans menyatakan bahwa representasi internal yang terbagi
dalam tiga jenis: (1) Peristiwa sensorik langsung, (2) Peristiwa yang disimpan
dalam memori, dan (3) Transformasi dari peristiwa-peristiwa tersebut yang
dalam proses berpikir.
Pada abad ke-19 muncullah para psikologi dari bidang ilmu filsafat yang
kemudian membentuk suatu disiplin ilmu baru meskipun bersumber dari ilmu
filsafat, didasarkan pada hipotesis yang dapat diuji dan pada data-data empiris,
alih-alih menggunakan spekulasi filosofis. Salah satu faktor yang sangat
mencolok pada masa ini adalah aktivitas dari para psikolog awal. Pada paruh
akhir pada abad ke-19 teori-teori represetasi pengetahuan sekali lagi
terdikotomi menjadi struktur dan proses. Wundt di Jerman dan muridnya
Titchener (seorang Amerika) menekankan struktur dari representasi mental
melalui penelitian mereka terkait intropeksi, sedangkan Brentano di Austria
menekankan proses atau tindakan dari representasi mental.
Pada awal abad ke-20, lahirlah teori Behaviorisme yang mengalami
perubahan konsep radikal. Dan behavioris mengatakan bahwa otak manusia
adalah otak pasif yang memandang bahwa otak manusia dan binatang semata-
mata hanya psikologi stimulus-respon. Namun beberapa tahun kemudian, pada
tahun 1932 terjadi sebelum kebangkitan Revolusi kognitif seorang behavioris
dari Universitas California yang bernama Edward C. Tolman. Tolman
menerbitkan sebuah buku yang menjelaskan tentang eksprimen terhadap tikus
yang ditempatkan dalam labirin dengan mempelajari stimulus-respon darinya.
Akan tetapi, psikologi kognitif berasal dari pemikiran behavior. Selanjutnya,
beberapa tahun kemudian dengan melewati berbagai eksprimen dari berbagai
tokoh maka psikologi kogntif terbentuk pada tahun 1960-an. Adapun tokoh
dari psikologi kognitif adalah Edward C. Tolman (1886-1959) dengan
mengembangkan konsep peta kognitif, beliau juga merupakan behavioris dari
Universitas California di Berkeley dengan menerbitkan buku yang pertamanya
berjudul Purposive Behavior In Animals And Men.
Persepsi Sosial
Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-
turut: emosi ,impresi dan konteks.
2. Sensasi
Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan
informasi. Sensasi, atau dalam bahasa inggrisnya sensation, berasal dari
kaca latin, sensatus, yang artinya dianugerahi dengan indra, atau intelek.
Secara lebih luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek kesadaran yang
paling sederhana yang dihasilkan oleh indra kita, seperti temperatur tinggi,
warna hijau, rasa nikmatnya sebatang coklat.sebuah sensasi dipandang
sebagai kandungan atau objek kesadaran puncak yang privat dan spontan.
Benyamin B. Wolman (1973, dalam rakhmat, 1994) menyebutkan
sensasi sebagai pengalaman elementer yang segera, yang tidak
memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama
sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra.Apa pun definisi sensasi,
fungsi alat indra dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting.
Melalui alat indra, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya.
Lebih dari itu, melalui alat indralah, manusia memperoleh pengetahuan dan
semua kemapuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa alat indra,
manusia sama, bahkan mungkin rendah lebih dari rumput-rumputan, karena
rumput dapat juga mengindra cahaya dan humiditas ( Lefrancois, 1974, dalam
rahmat, 1994 ).
Bagian penting dari teori deteksi sinyal yang berpengaruh besar
terhadap psikologi adalah implikasinya dalam pembelajaran ambang
penginderaan. Berdasarkan teori tersebut disimpulkan bahwa ambang
penginderaa bukan hanya kekuatan sinyal. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ambang penginderaan adalah :
a. kekuatan sinyal;
b. sifat-sifat tugas/pekerjaan;
c. harapan individu;
d. konsekuensi-konsekuensi berupa penghargaan atau hukuman;
e. norma/standar/ukuran yang dikenakan individu.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan pembelajaran, cet.1 Jakarta: Rineka Cipta
International, Auckland.
Solso, L. R., Maclin, H. O., dan Maclin, K. M. (2008). Psikologi kognitif. Jakarta:
Erlangga
Slameto. 2003. Belajar dan faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.