Anda di halaman 1dari 24

TUGAS ANALISIS VALIDITAS TERHADAP ALAT TES

MATA KULIAH DASAR - DASAR PSIKOMETRI


SEMESTER 3

OLEH

SGD 2
1. Ni Made Bintang Damar Sari 1902531056
2. Ni Putu Maha Liyani 1902531079
3. IGA Ketut Widya Paramitha Apsari 1902531080
4. Anak Agung Istri Via Aristyawati 1902531086
5. Made Ayu Tiara Paramitha 1902531081
6. Ummi Aiman 1702531056

PROGRAM STUDI SARJANA PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020

VALIDITAS ALAT TES KEPRIBADIAN RORSCHACH & TAT/CAT


1. Tes Kepribadian
Tes kepribadian merupakan suatu tes yang berhubungan dengan disposisi
terbuka dan tertutup individu, contohnya seperti adanya kecenderungan individu
untuk menunjukan suatu perilaku tertentu atau respon dari situasi yang dialami.
Dalam hal ini tes kepribadian memastikan tipe - tipe dari perilaku seseorang. Tes ini
berhubungan pengukuran kepribadian dengan karakteristik yang stabil atau sifat sifat
tertentu yang secara teoritis mendasari suatu perilaku tertentu individu. Sifat - sifat
atau kecenderungan individu dalam bertindak, berpikir, atau mempersepsikan sesuatu
inilah yang membedakan suatu individu dengan individu lainnya (Kaplan and
Saccuzzo, 2020).
Terdapat banyak jenis tes kepribadian, namun secara umum tes kepribadian
dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes kepribadian terstruktur dan tes kepribadian
proyektif. Tes kepribadian terstruktur menyajikan pernyataan seperti dalam bentuk
“self-report” yang meminta individu untuk memilih antara dua atau lebih respon
yang disajikan sebagai pernyataan yang “benar” atau “salah” (Kaplan and Saccuzzo,
2020).
Tes kepribadian proyektif merupakan tes yang menyajikan stimulus yang
ambigu. Dalam tes kepribadian ini individu diminta untuk memberikan respon secara
spontan dengan adanya skoring yang subjektif. Tes kepribadian proyektif ini mulai
berkembang dengan cepat pada akhir 1930 hingga awal 1940, yang kemungkinan hal
ini disebabkan oleh adanya kekecewaan terhadap tes kepribadian struktural.
Beberapa tes kepribadian yang populer adalah tes kepribadian Rorschach dan
Thematic Apperception Test (TAT)/Children Apperception Test (CAT)(Kaplan and
Saccuzzo, 2020).
2. Tes Rorschach
Pada awal abad ke XX di Eropa berkembang aliran psikologi yang disebut dengan
aliran Psikologi dalam. Aliran ini sebenarnya lebih merujuk kepada Freudian dan juga
Jungian, akan tetapi dalam perkembangannya terdapat upaya untuk mendapatkan
instrument yang bisa digunakan sebagai alat mengungkapkan isi batin yang tidak
disadari. Hal ini pula berhubungan dengan kelompok proyeksi sebagai bentuk dari
salah satu mekanisme pertahanan individu (self Defence Mechanism). Untuk itulah
kemudian salah satunya muncul Rorschach sebagai instrumen yang reliable.
A. Apa itu Tes Rorschach?
Pertama kali tes Rorschach (yang selanjutnya disebut sebagai RO) muncul
secara resmi pada tahun 1921 dalam monografi psychodiagnostic milik Hermann
Rorschach. Rorschach merupakan seorang psikiater dari Swiss yang sangat tertarik
dengan studi bercak tinta. Dalam penelitiannya Rorschach menemukan 10 bercak
tinta terpilih, mendapat temuan diagnostic, serta menulis landasan teori dari
temuannya yang kemudian dituangkan dalam monografi. Tes RO ini merupakan
pemrakarsa muncul dan berkembangnya tes – tes kepribadian proyektif lainnya.
Dalam Subandi (1998:11) Backer menyatakan bahwa Rorschach merupakan
suatu alat tes yang dapat berperan sebagai sarana terapi dan mendiagnosa ada atau
tidaknya kerusakan pada otak. Cara kerja tes ini adalah dengan melihat struktur
kepribadian dasar seorang individu yang melandasi tingkah lakunya (tingkah laku
nyata akan memberikan gambaran menyeluruh tentang kepribadian seseorang). Tes
ini tergolong dianggap mudah oleh para subjek/testee, karena testee hanya diminta
untuk mengimajinasikan gambar tertentu yang ditunjukkan oleh bercak tinta,
dibandingkan dengan tes lain yang lebih sulit karena justru subjek yang diminta
menggambar.
Suatu kartu dapat dimasukkan dalam alat tes RO apabila kartu tersebut
memenuhi dua syarat penting dari hasil pengujicobaan. Salah satu syarat tersebut
ialah distribusi bercak harus memenuhi persyaratan komposisi tertentu. Komposisi –
komposisi tersebut didapatkan oleh Hermann Rorschach dengan melakukan
pengetesan pada subjek – subjek yang memiliki gangguan mental, namun ada juga
beberapa subjek orang – orang normal yang diminta untuk mengerjakan tes ini. Ahli –
ahli sebelumnya menganalisis bercak tinta melalui segi isi dan respons subjek saja,
namun Rorschach justru berhasil menggali sisi lain dari bercak tinta yang tidak hanya
berhubungan dengan imajinasi namun justru lebih ke arah persepsi (Rorschach, 1981).
Tes RO sendiri dianggap sebagai sebuah tes yang lebih mementingkan
bagaimana seorang individu menghayati sesuatu, akan tetapi tes RO dianggap kurang
memperhatikan apa itu dari penghayatan orang tersebut. Sebagai contoh, apabila ada
seorang individu yang merasakan ketakutan atau kecemasan yang dilihat dari hal
tersebut adalah bagaimana subjek tersebut melihat ketakutan serta kecemasannya
sebagai suatu gejala psikologis serta hubungannya dengan fungsi psikologis tertentu.
Pada kenyataannya aspek di luar hal tersebut seperti apa isi dari kecemasan serta
ketakutan dari individu tidak diperhatikan sama sekali.
Karena permasalahan tersebut di ataslah kemudian berkembang lebih banyak
lagi tes – tes yang berhubungan dengan bercak tinta untuk menutupi kekurangan besar
dari tes RO. Meskipun biasanya tes RO digunakan dalam bidang klinis, tak jarang
pula alat ini digunakan untuk tes di bidang militer dan industri yang ketat termasuk tes
berkelompok (Williams & Kelman, 1962).

B. Kartu – Kartu dalam Tes Rorschach


Dalam tes RO terdapat 10 kartu (sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Hermann Rorschach selama 10 tahun) yang dikelompokkan menjadi dua :
a) Kartu Achromatic → merupakan kartu yang hanya memiliki warna hitam dan

putih (bercak tinta yang digunakan hanya bercak tinta hitam saja).

b) Kartu Chromatic → merupakan kartu yang memiliki warna – warna lain

selain hitam dan putih seperti misalnya merah, hijau, dan biru.
Kartu – kartu tersebut antara yang achromatic dengan yang chromatic tidak
berurutan satu dengan yang lainnya. Letak dari kartu yang berwarna dan tidak
berbeda – beda sesuai dengan nomor yang dimiliki kartu tersebut. Berikut merupakan
penjelasan 10 kartu dari tes RO :
❖ Kartu 01 → adalah kartu yang menggambarkan penyesuaian diri pada situasi

baru, biasanya dianggap sebagai kupu – kupu. Bentuknya berupa kesatuan

(hitam-putih), dan menghitung kepekaan individu terhadap whole.

❖ Kartu 02 → kartu ini berwarna hitam-merah, berkaitan langsung dengan

ekspresi emosi yang dimiliki individu. Individu dihitung kepekaannya secara

spesifik terhadap whole dan detail.


❖ Kartu 03 → salah satu kartu yang sulit dideskripsikan karena antara gambar

satu dengan yang lainnya terpisah – pisah. Kartu ini merupakan jenis kartu
chromatic.
❖ Kartu 04 → hitam-putih, kartu ini dianggap sebagai sebuah sumber otoritas

dan power seseorang, biasanya kartu ini akan memberikan kesan besar pada

individu yang melihatnya. Dianggap sebagai kartu yang berperan dalam

relasi dengan figur otoritas.

❖ Kartu 05 → mengukur reality testing dari individu. Biasanya berhubungan


dengan whole dan popular yang berwarna hitam-putih. Kartu ini lebih umum
dilihat sebagai kelelawar.
❖ Kartu 06 → berwarna hitam – putih, dianggap sebagai bisexual card,
berkaitan langsung dengan alat kelamin pria.
❖ Kartu 07 → shading merupakan salah satu hal yang paling diperhatikan di kartu
hitam-putih ini. Dianggap sebagai kartu mother/feminine card maka dari itu
dikaitkan dengan hal – hal halus.
❖ Kartu 08 → mewakili emotional tone, biasanya individu tidak bisa melihat
keseluruhan bercak karena individu pasti akan fokus pada warna – warna yang
ada.
❖ Kartu 09 → keseimbangan emosional merupakan aspek yang diperhatikan

pada kartu berwarna ini.

❖ Kartu 10 → ialah kartu berwarna yang secara keseluruhan paling ramai,

mengukur reaksi emosi dalam relasi seseorang dengan lingkungannya.

C. Administrasi Tes Rorschach


Pengerjaan tes RO sendiri tidaklah sulit, karena biasanya lebih umum tes RO
individu dengan satu testee dan satu tester. Berikut merupakan penyajian tes RO :
a. Pertama subjek jatus tenang dan mengerti apa yang harus dikerjakannya.
b. Tempat duduk serta peralatan yang mendukung harus sudah disiapkan
sebelumnya.
c. Tempat duduk haruslah ideal dengan pencahayaan yang baik.
d. Kartu disusun urut menghadap meja (subjek tidak dapat melihat gambar apa
yang tertera pada kartu).
e. Disediakan peta lokasi dan lembar kerja Rorschach.
f. Stopwatch merupakan alat wajib.
g. Kemudian berhubungan dengan instruksi yang diberikan kepada testee, tidak
ada sesuatu yang khusus, biasanya hanya berhubungan dengan tentang
bagaimana suatu gambar terbentuk.
D. Skoring Tes Rorschach
Sama seperti penilaian – penilaian tes lainnya, tes RO memiliki penilaian
sendiri pula. Tujuan dari skoring ini dibagi dalam tiga poin besar. Pertama untuk
mengelompokkan bahan dari hasil tes RO menuju kepribadian tertentu, kemudian
melakukan perubahan dari bentuk jawaban yang kualitatif menjadi kuantitatif, serta
terakhir sebagai sarana komunikasi antara ahli satu dengan lainnya.
Proses skoring dari tes RO merupakan proses yang mengelompokkan jawaban –
jawaban dari subjek menjadi lima kategori besar yaitu :
a) Location → aspek yang mempertanyakan pada bagian mana subjek melihat

konsep dari gambar tes RO.

b) Determinant → bagaimana aspek – aspek dalam gambar dilihat oleh subjek

yang bersangkutan.

c) Content → berhubungan dengan bentuk apa yang dilihat oleh subjek pada

gambar tes RO.

d) Popular-Original → yaitu apakah jawaban subjek merupakan jawaban yang

umum atau justru unik.

e) Form Level Rating → berhubungan dengan bagaimana ketepatan konsep

dengan bercak dan kualitasnya.


Berdasarkan lima kelompok tersebut di atas, dibagilah kembali bagaimana cara
mencari hasil skoringnya. Skoring tersebut dilakukan sebagai berikut :
I. Skoring Location
a. Jawaban whole = terdiri atas skor whole (apabila subjek menggeneralisasi
jawaban), skor whole cut (subjek menggunakan 2/3 dari bercak), skor
confabulatory whole (subjek menggunakan satu detail kemudian
menggeneralisasikannya).
b. Jawaban Large Usual Detail = digunakan apabila subjek menggunakan
jawaban bercak secara besar dari gambar yang sudah biasa digunakan oleh
orang lain.
c. Jawaban white space = jawaban akan diberikan skor “S” apabila subjek
membalik jawaban dengan justru menjadikan dasar putih sebagai landasan
utama.
d. Skor lokasi jamak = subjek biasanya menggunakan beberapa lokasi
sebagai jawaban kemudian digabungkan dalam satu hal.
II. Skoring Determinant
Yaitu konsep jawaban yang mempunyai jawaban pasti. Ada empat unsur yang
termasuk di dalamnya.
a. Form
b. Movement
c. Shading
d. Colour
III. Skoring Content
Menentukan apa isi jawaban dari subjek.
IV. Skoring Popular-Original
Jawaban yang diberikan tersebut sering digunakan oleh orang lain atau
jawaban tersebut jarang bahkan tidak pernah sebelumnya diberikan oleh orang
lain.

3. Tes TAT
A. Sejarah
Pada Tahun 1935, Henry Murray dan Morgan mengembangkan Thematic
Apperception Test dengan 30 kartu bergambar dan 1 kartu kosong, kemudian
di Tahun 1938, H. A. Murray mengadakan penelitian kembali terhadap Tes ini
digunakan untuk mengeksplorasi dinamika yang mendasari kepribadian,
seperti konflik internal, dominance drive, minat, dan motif, kemudian setelah
Perang Dunia II, tes ini diadopsi lebih luas lagi oleh psikoanalisa dan dokter
untuk mengevaluasi pasien yang terganggu emosinya.

B. Definisi TAT
Thematic Apperception Test, disingkat TAT, adalah suatu teknik proyeksi,
yang digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian, yang memunculkan
diri dalam hubungan interpersonal dan dalam apersepsi atau interpretasi yang
ada artinya terhadap lingkungan. Dengan menggunakan teknik ini seorang juru
bahasa dapat mengungkapkan dorongan emosi, sentiment, kompleks dan
konflik-konflik pribadi yang lebih dominan, lalu prosedur pengumpulan data
TAT dilakukan dengan cara menyajikan serentetan gambar kepada tester.
Tester diminta membuat cerita mengenai gambar-gambar yang disajikan
tersebut. Menurut sebuah penelitian dari interaksi antara organisme dan
lingkungan, semua bagian bisa diartikan sebagai fungsi dari keseluruhan ,
maka dari itu dari segala aspek tingkah laku atau sikap seseorang manusia
dimana didalamnya ada kecenderungan dalam menanggapi gambar atau bisa
juga lingkungan, serta mampu digunakan untuk saat melakukan pengetasan
ataupun contoh yang memungkinkan untuk dibuatnya kesimpulan mengenai
keseluruhan kepribadian.
Bila gambar-gambar disajikan sebagai tes daya imajinasi, minat tester akan
tercurah pada tugasnya, sehingga ia lupa akan kepekaan terhadap dirinya dan
lupa untuk mempertahankan penampilannya. Akibatnya, tanpa disadari tester
telah mengatakan hal-hal mengenai tokoh cerita yang dapat digunakan pada
dirinya sendiri. Suatu pemikiran yang dibicarakan kembali yakni adalah
beberapa hal yang canggung untuk dibicarakan ketika seseorang ada yang
ingin bertanya tentang hal yang bersangkutan tersebut.Gambar-gambar yang
dipilih sebagai perangkat stimulasi Thematic Apperception Test Murray telah
diujicobakan sehingga telah terpilih gambar-gambar yang efektif. Menurut
pengalaman, gambar-gambar lebih efektif mengungkap kepribadian tester bila
sebagian besar gambar mengandung gambaran orang yang sejenis dan sebaya
tester

C. Prosedur
Di suatu tes ini seseorang dipandu agar membuat cerita dari berbagai macam
kartu yang ada gambarnya, agar seseorang yang dipandu tersebut bisa
merangkai cerita mereka atau penguji yang akan merangkai cerita mereka.
Tugas seseorang yang dipandu adalah menceritakan apa yang sedang terjadi
saat ini, sebelumnya situasi apa yang menimbulkan peristiwa saat ini,
bagaimana pikiran dan perasaan karakter yang ada dalam cerita, dan
bagaimana akhir dari cerita yang dibuat klien.
Cerita yang dibuat klien dianggap memiliki keterkaitan terhadap konflik
ataupun masalah yang dialami klien.Tafsiran bersangkutan hanya akan fokus
di dimensi seperti apa karakter tersebut memiliki hubungan kehangatan
ataupun adanya konflik dari suatu hubungan komunikasi diantara para tokoh,
impian dan cita cita para tokoh, dan harapan terhadap diri mereka dan sekitar
mereka yang dibentuk menjadi sebuah cerita. Tema dari Thematic
Apperception Test dapat menggambarkan fungsi kepribadian secara luas dan
dapat bermanfaat dalam mengenalkan sumber utama konflik sehingga dapat
ditentukan penerobosan terapeutik yang sesuai. Cerita Thematic Apperception
Test pada dasarnya menggambarkan lingkungannya, dan level kematangannya
secara umum yang diindikasikan dari bentuk cerita. Dalam mengenalkan
sumber utama konflik kepribadian secara luas dapat ditentukan lewat tema -
tema dari TAT sehingga terobosan terapetik yang sesuai didapatkan. Cerita
Thematic Apperception Test pada dasarnya menggambarkan lingkungan
seperti apa yang klien lihat di sekitar dirinya dan orang-orang seperti apa yang
ia rasakan tinggal bersamanya di dunia ini.

D. Sistem Penilaian
Penilaian pada Thematic Apperception Test grid (Serie “A” y “B” Seri "A"
dan "B")
Pertama yakni 5 dua kategori kelompok prosedur dari seri "A" dan "B",
dilanjutkan ke prosedur pengolahan pidato que berada dalam keterikatan
dengan mekanisme pertahanan neurotik, khususnya represi yang menyaksikan
sebuah konflik intrapsikis, yakni sebuah perjuangan antara sistem dari aparat
dalam hal psikis dari 1 Topical Preconsciente-consciente/inconsciente
Freudian, atau dalam hal ke-2 Topical, sebagai perjuangan antara id dan
superego melalui klien, klien yang menunjukkan adanya ruang internal yang
berbeda l dilantik pada dunia luar, ruang internal yang akan ada tahap
penyebaran dan dramatisasi konflik. Semua prosedur ini mewakili dan kedua
kasus di organisasi mental yang rumit yang juga didominasi oleh suatu
konflik.
★ Dalam Seri A juga diambil alih oleh pemikiran bahwa beruang
berekspresi sesuai keinginan dan pertahanannya
★ Di dalam seri B yang digunakan untuk pementasan yang menunjukan
suatu hubungan diantaranya adalah “ mengatasi “
★ Di dalam Seri "C": di ketiga kategori tersebut yakni, "Proceedings of
the Seri" C ", adalah mekanisme untuk Menghindari konflik, dengan
apa yang disebut sebagai aconflictual. Apakah prosedur lima kategori
itu :
Seri "C / P" * "Phobia" * P = Phobie
Seri ini untuk mengurangi perintah fobia, yang akan mendominasi di dalam
penghindaran dan penerbangan. Hubungannya dengan prosedur untuk Seri
"A" dan / atau "B" dengan cara mengikuti sebagaimana mestinya sifat neurotik
konflik.
Masih jumlah kecil yang digunakan dalam prosedur ini "P" akan
memungkinkan pernyataan dan kasih sayang muncul kembali dalam bentuk
retorika yang direpresi, cerita-cerita ini dibuat dari metode ini diamati simbolis
ketebalannya tertentu, resonansi tertentu dalam kaitannya dengan halusinasi
permohonan laten blade.
Namun,nyatanya kita juga tidak boleh dan tidak bisa melupakan bahwa
prosedur secara diagnostika tidaklah unik dalam penyampaian suatu makna
dan mungkin saja kita bisa menjelaskan modus operasi yang berbeda atau
neurotik.
Seri "C / N" "Narcissism"
Diteruskan ke pola narsisistik fungsi psikis, terutama narsisistik polaritas
sobreinvestimiento hantu. Sini tubuh tidak lagi diinvestasikan untuk merayu
seperti di catatan histeris, tapi digunakan untuk berkomunikasi dan
menghasilkan makna. Digunakan dalam massal, mungkin merupakan
terjemahan libidinal l arcisito penarikan yang mengambil tempat konflik
Seri "C / M" "MANIA"
Seri ini diteruskan ke tipe manic mekanisme yang diambil dalam arti
antidepresan Kleinian perjuangan, berusaha untuk mengevakuasi pernyataan
dan depresi yang mempengaruhi, mungkin juga sobreinvestidos seperti
panggilan yang lain.
Seri "C / C" "BEHAVIORAL"
Kerjanya daftar keadaan yang merupakan sumber perilaku das selama tes
administrasi. Perilaku yang digambarkan ini terkait dengan sesaat atau tahan
lama tergantung kesulitan dalam pekerjaan pembangunan mental dan atau
mendaftarkan diri pada saat peraturan atau dalam peluncuran kembali proses
kemitraan. Kita harus mengetahui bagaimana cara membedakan dengan dua
cara-cara tertentu dalam tabung Eustachio:
Mereka yang berproses dalam hubungan dengan dokter tran sferencia,
mencerminkan sebuah fantasi yang mendasari karena dalam proses berpikir
yang diperlukan untuk persiapan rekening tidak dapat mengambil alih.
Lain halnya yang berfungsi untuk bergerak ke arah pelepasan dan
pengurangan kegembiraan dan ketegangan
Seri "C / F" "Faktual"
Mereka yang akan melakukan ini berbeda dari sebelumnya sejauh ini tidak
terkait dengan mekanisme represi yang dikenali dengan melalui kembalinya
yang direpresi. Masalahnya adalah tampaknya tidak ada, dan rangsangan yang
dilantik sebagai objek nyata dan bukan sebagai sumber pemulihan lebih
fantasi.
Akses diletakkan di sini, jadi elemen Pecifications pada realitas eksternal,
yang faktual, yang sehari-hari kita menerima ide-ide yang datang untuk
menggantikan yang gagal dalam dunia batin.
Digunakan dalam jumlah besar, ada modus opera sponde ditandai dengan
tidak adanya konflik antar psikis (kepribadian "seperti itu") dan orang-orang
yang didefinisikan oleh Pierre Marty dengan gagasan tentang "berpikir
operasional", yang khas aleksitimia atau psikosomatik kepribadian.
Semua prosedur untuk Seri "C" adalah "C / P", "C / N", "C / M", "C / C" atau
"C / F" dapat muncul dalam berbagai bentuk psikis berfungsi. Untuk menilai,
kemudian, jika penggunaannya bersifat sementara, atau dominan.
SERIES "E" "EMERGING PROSES PRIMER"
Jenuh berkumpul kembali cara berpikir dalam proses primer. Adanya
mekanisme untuk seri "E" dalam jumlah kecil yang diharapkan pada TAT,
penekanan muncul di beberapa kasus dan permeablilidad fleksibilitas yang
memungkinkan munculnya dan pergerakan hantu dan / atau mempengaruhi
lebih besar tanpa subjek benar-benar tidak teratur.
Prosedur dari jenis "E" tidak memiliki arti diagnostik tam sedikit ambigu,
semuanya tergantung pada awal, distribusi mereka dan asosiasi mereka dengan
prosedur dalam seri lain. Dibedakan dalam seri ini, prosedur untuk
menerjemahkan:
Mayor kegagalan dalam perilaku perseptual dan jangkar realitas eksternal
(item E1 untuk E6)
Gangguan mendalam terkait dengan invasi fantasi (item E7 untuk E10
Gangguan utama yang berkaitan dengan hubungan objek, bahkan untuk
gangguan identitas yakni E11 ke E16. Dari gangguan terkait dengan
kekacauan berpikir dan berbicara, yang dari mereka, jangan jatuh lebih dalam
logika munication.

4. Tes CAT
(Children Apperception Test) atau yang lebih dikenal dengan nama CAT merupakan
sebuah alat tes yang dirancang khusus untuk membangkitkan fantasi anak-anak
berusia 3-10 tahun mengenai aktivitas makan, hubungan orangtua anak, latihan buang
air kecil, dan lain sebagainya.CAT mempersiapkan modifikasi manusia (CAT-H)
untuk anak-anak yang lebih tua, terutama di atas usia 10 tahun, penyusunan tes
mempertahankan bahwa bentuk manusia atau bentuk hewan bisa lebih efektif
tergantung pada usia dan ciri-ciri kepribadian anak bersangkutan
A. Sejarah Tes CAT
Leopold Bellak dan Ernst Kris merupakan perintis Children Apperception
Test. Tes ini pertama kali berkembang di Eropa. Kartu CAT diganti dari
manusia menjadi hewan dengan asumsi bahwa anak-anak kecil lebih mudah
melakukan proyeksi pada hewan daripada manusia. Gambar tersebut
dirancang untuk membangkitkan fantasi yang berhubungan dengan masalah
makan serta aktivitas oral, persaingan sesama saudara, hubungan orang tua
dan anak, agresi, latihan buang air kecil dan besar, serta pengalaman anak
lainnya. Pada awalnya tes ini berakar pada tes Rorschach yang menunjukkan
bahwa anak lebih banyak memunculkan respon terhadap binatang. Maka
kemudian penelitian dilakukan untuk membuktikan respons anak ini. Untuk
itulah akhirnya muncul CAT (pada 1949) yang memunculkan figur hewan
sebagai tokoh utama dalam cerita yang harus dikembangkan anak.
Selain CAT, tahun 1952 diterbitkan CAT-S. Paket ini didesain untuk
anak yang masih sangat muda dengan gambar figur hewan dengan latar
belakang aktivitas keluarga dan teman usia sebaya. Penelitian mengenai alat
tes ini tidak berhenti sampai di sana, karena setelahnya muncul CAT-H. CAT-
H merupakan tes CAT dengan gambar versi manusia. Menurut penelitian
Bellak (1965) figur manusia ternyata jauh lebih dapat mempengaruhi anak
untuk menunjukkan situasi - situasi tertentu. Situasi yang dimaksud contohnya
seperti faktor budaya. Namun sebagian setting gambar membuktikan bahwa
penggunaan berbagai kelengkapan seperti toilet, tempat tidur, kursi, sofa, dan
sepeda roda tiga berbeda dengan tipe yang ada pada kebudayaan di luar barat.
Setelah perkembangan panjangnya di Eropa muncullah CAT pertama
di Jepang yang dikembangkan oleh Sumiko Marui pada 1996. Dilanjutkan
dengan sosok tokoh bernama Uma Chowdhury yang menghasilkan adaptasi
CAT di India. Perkembangannya berlanjut pada CAT yang diterbitkan dalam
versi Filipina pada tahun 1975, perbedaannya dengan CAT pada umumnya,
CAT yang berkembang di Philipina menggunakan figur manusia yang sama
namun dalam situasi yang jauh lebih ambigu. Di Cekoslovakia juga
dikembangkan CATO untuk mengukur relasi interpersonal anak di dalam
lingkungan sosial yang lebih luas. Indonesia merupakan negara yang
mengembangkan CAT adaptatif pada tahun 1974 dan tetap menggunakan
figur hewan.
B. Prosedur dan Administrasi Tes
Administrasi tes CAT membutuhkan waktu 20–45 menit dan dilakukan oleh
tenaga profesional terlatih, yaitu psikiater, psikolog, pekerja sosial, guru atau
dokter anak yang terlatih secara khusus dalam lingkungan klinis, penelitian,
atau pendidikan. Tes ini dapat digunakan secara langsung dalam terapi atau
sebagai teknik bermain di latar kegiatan lainnya.Untuk pelaksanaan tes,
setelah dengan hati-hati membangun hubungan rapport dengan anak, penguji
menunjukkan kepada anak satu kartu demi kartu dalam urutan tertentu dan
mendorong anak untuk menceritakan sebuah cerita dari permulaan, tengah,
dan akhir tentang karakter dalam kartu. Penguji dapat meminta anak untuk
menjelaskan, misalnya, apa yang mengarah ke adegan yang digambarkan,
emosi karakter, dan apa yang mungkin terjadi di masa depan
a. Gambaran Umum Kartu-kartu yang digunakan
➔ Kartu 1
Gambar: Anak-anak ayam duduk mengitari meja yang diatasnya terdapat mangkuk
berisi makanan. Terdapat seekor ayam besar yang dipampangkan dengan samar di sisi
kiri gambar.
Mengungkap:
1. “sibling rivalry” (persaingan antar saudara)
2. Situasi pemberian hadiah atau pemberian hukuman (lewat situasi pemberian
makan oleh orang tua)
3. Masalah umum yang berkaitan dengan oralitas
➔ Kartu 2
Gambar: Gambar ini menunjukkan seekor beruang yang tengah melakukan tarik
tambang.
Mengungkap:
1. Mengidentifikasi anak perihal figur yang menjadi sosok yang dapat
bekerjasama.
2. Terkait dengan agresi serta ketakutan.
3. Berhubungan dengan otonomi dan agresi anak.
4. Kegiatan yang dilakukan oleh beruang merupakan cerminan dari defense
mechanism.
➔ Kartu 3
Gambar: Seekor tikus yang muncul dari lubang lubang pada sudut kanan bawah pada
gambar Singa yang duduk di kursi dengan pipa dan tongkat.
Mengungkap:
1. Pipa dan tongkat merupakan suatu simbol yang melengkapi Singa yang
umumnya dipandang mempunyai peran sebagai Ayah.
2. Tikus dipandang sebagai anak-anak, namun beberapa anak mengidentifikasi
diri mereka dengan singa dan mengganti figure identifikasi beberapa kali, hal
ini menunjukkan kebingungan mengenai peran, konflik antara pemenuhan
kebutuhan dan otonomi
➔ Kartu 4
Gambar: Memperlihatkan sosok kangguru yang menggunakan topi, anaknya
diletakkan di kantongnya dan tengah memegang bola, kangguru ini membawa
keranjang dengan susu. Di gambar tersebut terdapat pula anak kangguru yang lain,
yang lebih besar tengah mengendarai sepeda.
Mengungkap:
1. Adanya persaingan saudara kandung atau “sibling rivalry”.
2. Mengungkap keinginan anak yang ingin mandiri dan berkuasa.
3. Lebih jauh lagi mengenai hubungan ibu dan anak.
➔ Kartu 5
Gambar: Terdapat tempat tidur bayi dengan 2 bayi beruang didalamnya pada bagian
depan, dalam sebuah gambar kamar yang gelap dimana terdapat tempat tidur besar
pada latar belakangnya.
Mengungkap: Suatu kaitan antara dugaan, kebingungan, pengamatan, dan emosi pada
anak.
➔ Kartu 6
Gambar: Suatu gua yang gelap dengan gambaran yang samar dari 2 ekor beruang di
latar belakang; seekor bayi beruang sedang berbaring di latar depan.
Mengungkap:
1. Merupakan pelengkap kartu 5
2. Pada kartu ini dapat merefleksikan perasaan cemburu
➔ Kartu 7
Gambar: Memperlihat kan kera yang tengah melompat di udara dengan sosok
harimau yang siap menerkam dengan taring dan cakarnya.
Mengungkap:
1. Hal yang berkaitan dengan tingkat kecemasan
2. Jika dalam bercerita subjek mengungkapkan bahwa harimau menang yang
berarti kera kalah, ini berarti kera kalah karena mempunyai suatu kesalahan.
3. Dilihat dari subjek kera (berhasil melarikan diri) maka seperti halnya diri anak
mampu keluar dari bahaya.
➔ Kartu 8
Gambar: Terdapat dua ekor kera dewasa yang sedang duduk di sofa dan minum
dengan cangkir teh. Terjadi percakapan antara anak kera dengan sosok kera dewasa di
depan acara minum teh tersebut
Mengungkap:
1. Melihat bagaimana anak mengambil peran dalam keluarganya.
2. Merepresentasikan suasana kekeluargaan, penempatan diri serta kehidupan
sosial bagi para orang dewasa.
➔ Kartu 9
Gambar: Sebuah kamar yang terang dengan pintu yang terbuka memperlihatkan
kamar lain yang gelap melalui pintu yang terbuka itu. Dimana dalam kamar yang
gelap tersebut berdiri seekor kelinci yang berdiri pada tempat tidur anak anak
memandang melalui pintu.
Mengungkap:
1. Suatu ketakutan akan perpisahan dengan orang tua, ketakutan dengan adanya
kegelapan.
2. Mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi terhadap suatu hal yang terjadi.
3. Keinginan anak mengetahui situasi di luar kamar
4. Untuk mengetahui mutu hubungan anak dengan saudara-saudaranya atau
dengan lingkungan
➔ Kartu 10
Gambar: Di dalam situasi kamar mandi terlihat di atas lutut anjing dewasa
menelungkup seekor anak anjing.
Mengungkap:
1. Sebagai cerminan dari hukuman serta kejahatan.
2. Bagaimana anak menanamkan konsep moral.
3. Toilet training menjadi salah satu yang diukur disini.
4. Apakah anak mengalami regresi atau tidak.
5. Kedisiplinan anak dilatih dan diidentifikasi.
C. Skoring dan Interpretasi Tes
Pada proses interpretasi CAR, terdapat beberapa variabel yang perlu untuk
diperhatikan yaitu :
1. Tema pokok cerita. Tema pokok cerita merupakan suatu pilihan cerita dari
testee berdasarkan figuran dari cerita subjek secara keseluruhan. Dalam hal
ini, umur dan IQ perlu diperhatikan karena semakin tinggi IQ atau umurnya
maka akan semakin kompleks ceritanya.
2. Pemeran utama. Merupakan tokoh yang menang atau sengaja dimenangkan.
Inilah cerminan utama dari diri anak.
3. Kebutuhan dan dorongan dari tokoh. Harapan harapan dari tokoh ini akan
memunculkan adanya kebutuhan dan dorongan dari tokoh utama dalam cerita
tersebut. Melalui kebutuhan dan dorongan inilah anak mengekspresikan
kebutuhannya. Tekanan yang dialami oleh tokoh utama dalam cerita dapat
menunjukan bahwa subjek sedang mengalami depresi, dan tekanan pada diri
individu dapat membuat suatu hal tertentu tidak dapat diungkapkan, padahal
sebenarnya hal tersebut merupakan suatu hal yang penting
4. Pemaknaan dasar lingkungan : Bagaimana anak memandang lingkungan.
Biasanya akan terdapat beberapa aspek yang berasa dari pengalaman masa
lalu. Berhubungan langsung dengan keinginan terbesar anak namun terdapat
penghalang pula. Dan lebih menariknya lagi keadaan diceritakan merupakan
apa yang diinginkan sosok anak.
5. Gambaran tentang apa yang dilihat Bagaimana anak melihat figur di
sekitarnya dan reaksi anak terhadap figur tersebut. Apakah subjek menanggapi
dengan antusias atau acuh tak acuh. Ketika subjek melihat figur sebagai sosok
yang lemah maka biasanya subjek sedang dalam konflik tertentu (seperti sosok
kompetitif yang ada dalam dunia nyata).
6. Konflik yang signifikan terkait dengan konflik dalam perkembangan anak.
Konflik yang dapat dilihat disini ialah : a) konflik internal, berhubungan
dengan diri sendiri subjek, b) Konflik eksternal, dipengaruhi oleh lingkungan.
7. Kecemasan apa yang ditunjukkan dan faktor apa yang mempengaruhi. Apakah
faktor tersebut berasal dari kecemasan akibat teman, keluarga, atau justru diri
sendiri. Untuk mengungkapkan kecemasan ini kartu 3 dan 5 sangat berperan.
8. Gambaran tentang defense yang berhubungan dengan konflik dan ketakutan.
Apakah jenis pertahanan diri subjek dapat dilihat dari reaksi yang muncul saat
subjek menghadapi situasi atau masalah tertentu. Apakah ia termasuk escape,
depresif, agresif, atau malah represif.
9. Manifestasi dari superego tentang hukuman dari perbuatan jahat Sejumlah
peranan super ego subjek dapat diperoleh dari ceritanya, misalnya apa mampu
mengakui bahwa tindakan salah pasti ada akibatnya. Apabila mampu maka
super egonya berperan.
10. Integrasi ego Integrasi ego dilihat dari rangkuman seluruh cerita dari kartu
satu sampai kartu sepuluh. Integrasi ego juga dapat diartikan sebagai level
fungsi ego, bagaimana anak berkompromi terhadap dorongan dan tuntutan dari
kenyataan.
5. Analisis Validitas Terhadap Kepribadian
a. Validitas
Azwar (dalam Matondang, 2009) mengungkapkan bahwa validity
merupakan asal kata validitas yang berarti seberapa besar kecermatan suatu
instrumen pengukuran atau tes dalam fungsi ukurnya. Suatu alat tes dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi ketika alat ukur tersebut melakukan
fungsinya ukur secara tepat sesuai dengan hasil pengukuran yang sesuai dengan
maksud dari pengukuran tersebut. Dimana hasil dari pengukuran atau tes yang
sudah dilakukan tersebut akan menunjukan keadaan yang sebenarnya atau
kenyataan dari subjek dan objek ukurnya.
Validitas suatu tes berbeda beda berdasarkan tujuannya, suatu alat tes
belum dapat valid untuk satu pengukuran, namun bisa tidak valid dengan
pengukuran yang lain dengan tujuan atau maksud pengukuran yang berbeda.
Karena itu validitas suatu tes harus selalu dikaitkan dengan tujuan dari
diadakannya tes tersebut (Matondang, 2009).
Konsep mengenai validitas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu validitas isi,
konstruk, dan validitas kriteria. Validitas isi (content validity) merupakan suatu
tes yang menekankan seberapa jauh alat tes mengukur tingkat penguasaan
terhadap konten atau isi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan
dari pengajaran tersebut. Validitas Konstruk merupakan suatu validitas yang
menekankan seberapa alat tes mampu mengukur konsep secara khusus dari
definisi konseptual yang telah ditetapkan. Sedangkan validitas kriteria merupakan
suatu validitas yang menekankan kriteria baik kriteria secara internal ataupun
kriteria eksternal (Matondang,2009).
Jika dikaitan dengan analisis alat ukur tes dengan ketiga konsep validitas
yang sebelumnya telah dijelaskan, alat ukur tes yaitu RO, TAT, dan CAT dapat
dikategorikan sebagai validitas kriteria. Alat - alat ukur tersebut merupakan alat
ukur/tes yang sama sama mengukur kepribadian individu dimana hasil dari
pengukuran kepribadian dapat berkorelasi satu dengan yang lain sehingga
mendapatkan hasil ukur yang valid.

b. Validitas Kriteria
Validitas kriteria merupakan validitas yang dapat ditentukan berdasarkan
kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal
merupakan tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan
kriteria eksternal merupakan hasil ukur instrumen atau tes lain di luar instrumen
tersebut yang menjadi kriteria. Instrumen luar tersebut merupakan ukuran lain
yang sudah dianggap baku atau dapat dipercaya dan dapat pula dijadikan sebagai
kriteria eksternal.
Suatu validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut
dengan validitas internal sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria
eksternal disebut dengan validitas eksternal. Anastasi dan Urbina (1997)
menjelaskan bahwa prosedur validitas kriteria (criterion validity) menunjukkan
efektivitas tes yang digunakan untuk memprediksi performa seseorang. Kriteria
yang dapat menjadi tolak ukur validitas skor tes bisa diperoleh pada saat yang
hampir bersamaan atau setelah dalam rentang waktu tertentu. Jika menggunakan
hasil ukur tes yang sudah baku sebagai kriteria eksternal, maka besaran validitas
eksternal dari tes yang dikembangkan didapat dengan jalan mengkorelasikan skor
hasil ukur tes yang dikembangkan bersamaan dengan hasil skor alat tes baku yang
dijadikan sebagai kriteria. Dalam validitas berdasar kriteria, validitas alat ukur itu
dilihat dari besarnya hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama
atau mirip dengan hasil pengukuran alat lain yang dijadikan kriteria. Umumnya
kriteria itu adalah hasil dari pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang
diakui merupakan alat ukur yang baik (dapat memenuhi persyaratan akademik
dan profesional tertentu).
Berhubungan dengan alat tes CAT, TAT, dan Rorschach dapat ditilik dari
segi Validitas Eksternal. Tes – tes tersebut termasuk ke dalam tes proyeksi
dimana ketiga tes tersebut berupa gambar dan cerita. Dalam tes CAT, kartu
tesnya menggunakan gambar hewan dengan asumsi bahwa anak – anak kecil
lebih mudah melakukan proyeksi terhadap hewan. Gambar tersebut dirancang
untuk membangkitkan fantasi yang berhubungan dengan keluarga, aktivitas oral,
dan pengalaman anak lainnya. Namun, dalam tes TAT dasar penilaiannya
subyeknya didasarkan pada apa yang dia proyeksi ke gambar ambigu, dimana
jawaban dari tes ini dapat dianalisis untuk mengungkapkan yang mendasari
kebutuhan, sikap, dan pola reaksi. Dan dalam Tes Rorschach menerapkan tes
noda tinta, dimana aspek yang dinilai dari tes ini yaitu aspek kognitif seperti taraf
intelektual, pendekatan, dan keluasan minta, Aspek afektif seperti emosional,
tanggung jawab, dan reaksi terhadap stress , dan Fungsi ego seperti kekuatan ego,
area konflik, dan defense. Validitas kriteria dapat dibuktikan dengan cara
meminta suatu sampel mengerjakan tes yang akan dibuktikan validitasnya dan
diminta untuk mengerjakan tes yang dijadikan kriteria.
Untuk mengetahui hubungan validitas kriteria eksternal dapat diuji
dengan membandingkan tes CAT, TAT, dan juga Rorschach. Tes CAT
merupakan tes yang dimana diberikan sebuah gambar hewan kepada anak - anak
yang dapat membangkitkan fantasi yang berhubungan dengan keluarga, aktivitas
oral, dan pengalaman anak lainnya dan hasilnya kemudian di skor dan
menghasilkan skor CAT. Dan tes TAT diberikan kepada remaja untuk
mengungkapkan apa yang mendasari kebutuhan, sikap,dan pola reaksi mereka,
dan hasilnya kemudian di skor dan menghasilkan skor TAT. Yang terakhir tes
Rorschach dimana dilakukan tes noda tinta,diberikan kepada individu. Dalam tes
ini aspek yang dinilai yaitu Aspek kognitif seperti taraf intelektual, Aspek afektif
seperti emosional, tanggung jawab, dan reaksi terhadap stress , dan Fungsi ego
seperti kekuatan ego, area konflik, dan defense dan hasilnya kemudian di skor
menjadi skor Rorschach. Biasanya jarak waktu pengerjaan tes - tes tersebut
bersifat lama dan visioner maka hal ini disebut dengan predictive validity.
Suatu validitas kriteria dibuktikan melalui perhitungan koefisien korelasi
skor yang diperoleh subjek dari mengerjakan perangkat yang harus disinkronkan
dengan skor yang dianggap sebagai kriteria. Untuk mempermudah, skor peserta
yang diperoleh dari mengerjakan perangkat yang divalidasi diberikan simbol x,
sedangkan skor yang diperoleh dari mengerjakan perangkat yang dianggap
kriteria diberikan simbol y.

Skoring dalam tes – tes yang disebutkan di atas tadi ( TAT, CAT, dan
Rorschach ) dapat dibandingkan hasil akhirnya. Hasil skoring suatu tes dapat
akan memiliki kemiripan satu sama lain dan ketika hal tersebut terjadi maka
itulah yang menjadi bukti bahwa alat tes tersebut valid dan dapat digunakan.
Perbandingan – perbandingan nya juga dapat dilihat dari sudut pandang
instrumen yang digunakan. Item – item yang terdapat di dalam tes – tes yang
telah dijelaskan dalam sub sebelumnya juga menjadi salah satu perbandingan
yang paling diperhatikan ketika ingin mendapatkan suatu validitas eksternal dari
TAT, CAT, dan Rorschach. Validitas eksternal tersebut seperti yang kita ketahui
didapat dari hal yang berada di luar alat tes.
Kesimpulan yang didapat pada akhirnya tetap tergantung pada aitem alat
tes yang lain. Seperti misalnya TAT hasil skor gambar 1 dibandingkan dengan
hasil skor kartu 1 dari Tes Rorschach. Lebih umum lagi apabila gambar dan kartu
tersebut mengukur hal yang sama, misalnya intelegensi atau emosi ada di aitem
berapa di tes CAT dibandingkan dengan TAT.

c. Validitas Konkuren
Validitas konkuren merupakan pengujian validitas suatu alat ukur dengan melihat
sebagaimana jauh kesulitan antara hasil ukur skala tersebut dengan hasil ukur instrumen
lainnya yang kualitasnya sudah teruji atau ukuran-ukuran yang dianggap dapat
menggambarkan aspek-aspek yang telah diukur. Validitas konkuren juga dikenal dengan
validitas sama saat atau validitas ada sekarang. Dikatakan validitas sama apabila validitas tes
tersebut ditentukan atas dasar data hasil yang pelaksanaannya dilakukan pada kurun waktu
yang sama, sedangkan validitas ada sekarang karena terkait hal-hal yang telah ada atau hal-
hal yang telah terjadi pada waktu yang lalu (pengalaman masa lalu). Untuk menguji
kesesuaian alat ukur baru dan alat ukur lama, maka kedua alat ukur tersebut diterapkan pada
kelompok sampel dan diberi nilai. Perhitungan koefisien korelasi antara skor alat ukur baru
dan skor alat ukur lama akan menghasilkan koefisien validitas skala yang bersangkutan. Jika
hasil pengukuran menunjukan korelasi positif yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa alat
ukur yang baru tersebut mempunyai validitas konkuren yang tinggi. Contohnya seperti tes
prestasi aritmatika yang memiliki validitas konkuren, jika skornya dapat digunakan untuk
memprediksi siswa dalam suatu kasus seperti kasus matematika, dengan akurasi yang cukup
baik. Suatu kepribadian akan memiliki validitas konkuren jika klasifikasi diagnostik yang
dihasilkan paling tidak sesuai dengan opini dari para psikiater atau psikologi klinis (Anastasi,
A. & Urbina, S, 1997).
Pada bagian tes CAT, TAT, dan juga Rorschach, penguji bisa mendapatkan isyarat
mengenai ciri-ciri responden dari percakapan dengannya selama penyelenggaraan tes atau
riwayat kasus. Kendali yang lazim untuk jenis kontaminasi dalam studi validasi yaitu analisis
buta, dimana catatan tes diinterpretasikan oleh penentu skor yang tidak memiliki kontak
dengan dengan responden dan tidak memiliki informasi apapun pada responden. Tetapi para
ahli klinis berpendapat bahwa analisis buta adalah cara yang tidak natural dalam
menginterpretasikan respon-respon tes proyektif dan tidak berhubungan dengan instrumen-
instrumen yang digunakan dalam praktek klinis. Kemudian untuk menentukan validitas
konkuren dari suatu soal, dapat menggunakan validitas item atau bandingan. Validitas item
merupakan jenis validitas untuk menentukan valid atau tidaknya soal yang digunakan dalam
suatu tes. Pada tes CAT,TAT, dan Rorschach jika data tes dikumpulkan pada saat yang sama
atau berdekatan dan hasilnya dikorelasikan maka kita telah menetapkan validitas konkurensi
tes. Jika tolak ukurnya sama maka disebut “congruent validity”. Jika tolak ukurnya berbeda
maka disebut dengan “concurrent validity” sedangkan “criterion” yang digunakan untuk
memvalidasi tes yang dicoba harus valid dan reliabel (Cohen, R,J. & Swerdlik, M.E. 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Abt, Lawrence Edwin dan Leopoldd Bellak. 1959. Projective Psychology. Toronto:
McClelland & Stewart Ltd.
Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Psychological Testing. 7th edition. New Jersey: Prentice-
Hall.
Cohen, R,J. & Swerdlik, M.E. (2005). Psychological Testing and Assessment. 6th
edition.New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Kaplan, R. and Saccuzo, D., 2020. Psychological Testing : Principles, Applications,
& Issues. 9th ed. 2013: Cengage Learning, pp.8-9, 16-18.
Lis, A., Mazzeschi, C., Salcuni, S., & Zennaro, A. (2005). The children's
apperception test evaluation form: Initial data. Psychological reports, 96(3), 755-
768.
Matondang, Z., 2009. Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian. Jurnal
Tabularasa PPS UNIMED, 6(1), pp.87-97.
Oakland, T., Douglas, S., & Kane, H. (2016). Top ten standardized tests used
internationally with children and youth by school psychologists in 64 countries: A
24-year follow-up study. Journal of Psychoeducational Assessment, 34(2), 166-176.
Retnawati H. (2016). Analisis Kuantitatif Instrumen Penelitian (Panduan Peneliti,
Mahasiswa, dan Psikometri. Yogyakarta. Parama Publishing.
Roskam, I., Stievenart, M., Deschuyteneer, L., & Heenen-Wolff, S. (2010). Revision
and validation of the Family Apperception Test: Some psychometric properties. The
Family Journal, 18(3), 297-309.
Ruhardjo S., Zamroni E. (2019). Teori dan Praktik Pemahaman Individu Teknik Testing.
Jakarta. Prenada Media Group.
Safithry E.A. (2018). Asesmen Teknik Tes dan Non Tes. Malang. CV IRDH.
Schelini, P. W., & Benczik, E. P. (2010). Children's apperception test: what was and
what still needs to be done. Boletim de Psicologia, 60(132), 85-96.
Wahyuni H. (2011). Terapi Keluarga untuk Meningkatkan Harga Diri Individu yang
Mengalami Retardasi Mental dan Gangguan Somatisasi. Jurnal Personifikasi. Vol.2,
No.2.
Wulan R. (1992). Penelitian Tahap Kedua Tentang Jawaban Populer Pada Tes Rorschach.
Jurnal Psikologi (No.1:18-24).

Anda mungkin juga menyukai