(Pertemuan 14)
Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari bahasa latin personare, yang
berarti mengeluarkan suara. Istilah ini digunakan untuk menunjukan suara dari percakapan
seorang pemain sandiwara melalui topeng yang dipakainya. Pada mulanya istilah personare
adalah topeng yang dipakai pemain sandiwara, dimana suara pemain sandiwara itu
diproyeksikan. Kemudian kata personare itu berarti pemain sandiwara itu sendiri.
Kepribadian (personality) berasal dari kata latin persona, persona adalah topeng yang digunakan
oleh pemain pentas dalam sandiwara atau teater yunani. Kata persona (personality) berubah
menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran social tertentu yang diterima oleh individu
dari kelompok atau masyarakatnya, individu diharapkan bertingkah laku berdasarkan dengan
gambaran sosial (peran) yang diterimanya. Dari sini kata persona akhirnya menunjukkan
penampilan luar, wajah luar yang diperlihatkan orang, seorang kepada orang-orang di sekitarnya.
(koswara, 1991:10).
Meskipun berbeda-beda, definisi yang dicetuskan oleh para ahli psikologi menunjukkan bahwa
pengertian kepribadian menurut ilmu psikologi berbeda dan jauh lebih luas ketimbang pengertian
kepribadian yang biasa kita jumpai dalam perbincangan sehari-hari. Dari berbagai perbedaan
sebagaian besar definisi yang dikemukakan oleh para psikolog, memiliki persamaan yang
mendasar, yaitu sebagai berikut:
b. Apakah yang dimaksud dengan tes kepribadian dan apa gunanya?
Tes kepribadian adalah tes untuk mengungkapkan sifat-sifat, aspek-aspek, maupun ciri-ciri
kepribadian seseorang. Tes kepribadian ini sangat langka di Indonesia walaupun perintisannya
sudah agak lama dimulai. Pemberian tes kepribadian di sekolah-sekolah pada umumnya masih
banyak mengalami kesulitan, sehingga perlu minta bantuan dari pihak atau petugas ahli dalam
bidang tersebut.
Pemberian tes kepribadian dalam rangka kegiatan bimbingan dan konseling akan berguna:
Tes kepribadian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) Tes non-proyektif, dan (2) tes
proyektif.
(1) Tes non-proyektif, yaitu tes kepribadian yang disusun dengn tidak mempertimbangkan
adanya proyeksi. Yang termasuk tes non-proyeksi, antara lain:
a) Tes Kepribadian (ARES)
Yaitu tes kepribadian untuk mengungkap aspek kepercayaan diri, tanggung jawab, kestabilan
emosi, dan hubungan sosial.
Tes L & TW digunakan untuk mengungkap aspek sikap, kepemimpinan, dan kerjasama.
Tes kepribadin yang berbentuk potongan balok, untuk mengungkap aspek reaksi kerja,
sistematika kerja, ketenangan kerja, kecepatan kerja dan hasil kerja.
Tes EPPS diciptakan oleh Allen L. Edwards pada tahun 1953. Tes Edwards Personal Preference
Schedule (EPPS) adalah tes kepribadian yang mengukur tingkat individu dalam 15 kebutuhan
dan motivasi umum.
Dalam tes EPPS ini tak ada jawaban yang benar dan jawaban yang salah. Namun hanya
merupakan tes yang mengetahui tipe-tipe motivasi, kebutuhan dan kesukaan pribadi. Dalam
dunia kerja tes EPPS ini dipergunakan untuk mengetahui karakter masing-masing karyawan
ataupun calon karyawan sehingga perusahaan dapat menempatkannya pada bidang yang tepat
sehingga kelebihan dan kemampuannya dapat dioptimalkan.
Tes kraepelin merupakan tes yang sering digunakan dalam rekruitment karyawan. Bagi anda
yang pernah mengikuti tes kerja, tentunya anda pernah melakukannya. Dimana anda disuguhi
lembaran kertas yang penuh berisi angka-angka dan anda diminta menjumlahkan angka diatas
atau dibawahnya yang berdekatan dalam satu kolom dan menulis hasilnya di antara angka
tersebut, kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tester atau penguji akan meminta
anda melanjutkan ke kolom selanjutnya sampai waktu tes berakhir.
Sebelum membahas lebih jauh, baiknya kita mengetahui contoh dan sejarah alat tes
psikologi tersebut.
(2) Tes proyektif, yaitu tes yang disusun atas dasar penggunaan mekanisme proyeksi. Penugasan
terhadap pelaku tes (testee) adalah proyeksi yang bersifat tak berstruktur yang memungkinkan
aneka ragam jawaban sehingga kehidupan awal seseorang bisa bergerak sebebas mungkin. Yang
termasuk Tes Proyektif adalah:
a. Tes Rorschach
Diciptakan pada tahun 1921 oleh Herman Rorschach, seorang psikiatris. Rorschach membuat
standar kartu – kartu yang ada dari pasien di rumah sakit. Ada 10 kartu yang terpilih di antara
ratusan kartu yang di ujicobakan. Rorschach adalah orang pertama yang menerapkan noda tinta
pada penyelidikan diagnostik atas kepribadian secara keseluruhan. Dalam pengembangan teknik
ini, rorschach bereksperimen dengan sejumlah besar noda tinta, yang ia uji cobakan pada
berbagai kelompok psikiatrik yang berbeda.
Tes rorschach adalah sebuah tes psikologi dimana subjek mempersepsikan bercak tinta
dan kemudian dilakukan analisa atau di interpretasi psikologi. Beberapa psikolog menggunakan
test ini untuk memeriksa kepribadian seseorang. Test ini banyak digunakan untuk kasus – kasus
dimana pasien tidak ingin menggambar proses terbuka.
Tahun 1960 test rorschach menjadi kurang dihargai sebagai instrumen psikometris. Para
peneliti sadar bahwa mereka mulai dihambat oleh kesulitan inheren dalam metode itu sendiri
misalnya, kemungkinan variasi dalam jumlah total respon, pengaruh dari efek penguji dan saling
ketergantungan skor – skor serta juga perkembengan sistem penetu skor. Orang cenderung
menggunakan data test rorschach dengan cara mereka sendiri
Tes Wartegg adalah tes kepribadian dan terutama bertujuan memperoleh insight
mengenai struktur kepribadian yang diselidiki dan dinyatakan ke dalam istilah berbagai fungsi
dasar dari pribadi. Tes ini adalah tes menggambar dengan suatu seri gambar yang harus
dikerjakan oleh testee. yang digambar hanya dipandang dari sudut arti diagnostik, artinya dari
nilai ekspresinya dan sifat proyektifnya yang ada pada gambar-gambar itu.
Tes Wartegg diciptakan oleh Ehrich Wartegg, seorang psikolog Jerman tahun 1939.
Secara lengkap tes ini harus disebut tes menggambar Tes Menggambar Wartegg. Ciri Tes
Wartegg yang pertama adalah tugas sampai taraf tertentu tidak berstruktur sehingga si subjek
bebas sekali dalam memenuhi tugas. Jadi ada banyak kemungkinan bagi hasil yang individuil.
Yang kedua, adalah testing tersamar (disguised testing) dengan kata lain si subjek tidak
menginsafi bagaimana jawabannya atau hasil tugasnya akan ditafsirkan. Ciri yang ketiga adalah
pendekatan global (global approach) artinya kepribadian diperiksa sebagai keseluruhan.
Tes Wartegg merupakan tes ekspresi yang dapat untuk mengungkap data-data mengenai struktur
kepribadian seseorang yaitu;
TAT merupakan singkatan dari Thematic Appreciation Test. TAT adalah sebuah test yang
dilakukan untuk mengetahui kognitif atau gambaran kepribadian secara umum dari seorang. Dan
yang diteliti di sini, adalah pengukuran yang dibutuhkan dalam sebuah pemberian nilai dari test
ini. Dengan berbagai macam perhitungan, kita bisa mengetahui alat ukur yang digunakan untuk
menghitung, bahkan mampu menarik sebuah kesimpulan, dalam menentukan kepribadian dan
kognitif seseorang secara umum.
Metode dengan menggunakan dengan kartu bergambar seukuran 4 X 6 inchi. Diberikan masing –
masing, pria dan wanita, 5 jenis kartu yang berbeda dan 1 kartu kosong. Partisipan berjumlah
1619 yang diambil secara acak dari 2460 inteviewee. Mereka akan diberikan waktu untuk
menceritakan arti kartu bergambar tersebut, secara lisan, detail dengan emosi yang mendalam
(mendramatisir).
Hasilnya, berdasarkan deskriptif statistik, menunjukkan alat ukur yang digunakan, mampu
menunjukkan skor yang tinggi. Ini berarti penggunaan TAT dengan pengukuran untuk
menhitung angka jumlah berkorelasi dengan baik. Kepribadian secara umum dapat terlihat sesuai
data yang ada.
TAT diciptakan oleh seorang psikolog dari Harvard bernama Morgan dan Murray dan TAT yang
lazim dilakukan kepada orang-orang terdiri dari setumpuk kartu bergambar, yang mengandung
ekspresi-ekspresi yang kuat. Kartu TAT ini juga di kategorikan berdasarkan gender, B untuk
boys, G untuk girls dan M-F untuk male and female, yakni untuk kedua jenis
Tes ini mengharuskan anda untuk menggambar sesorang, unuk kemudian anda deskripsikan usia,
jenis kelamin dan aktifitas orang tersebut. Tes ini dipergunakan untuk mengatahui tanggung
jawab, kepercayaan diri, kestabilan dan ketahanan kerja.
Tipsnya:
1. Gambarlah orang tersebut secara utuh mulai dari ujung kepala sampai ke ujung kaki,
termasuk detil muka seperti mata, hidung, mulut dan telinga.
2. Gambarlah orang tersebut dalam keadaan sedang melakukan aktifitas, misalnya pak tani
sedang membawa cangkul, eksekutif muda sedang menenteng koper dsb
Dalam tes ini sebagai perangsangnya adalah kalimat atau cerita. Testee dipertunjukkan sebagian
dari kalimat atau sebagian dari cerita. Kemudian diminta untuk menyempurnakan kalimat atau
berita tersebut.
Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari (self-report)
kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran kepribadian seutuhnya (personality
inventory, serangkaian instrumen yang menyingkap sejumlah sifat). Ada beberapa macam cara
untuk mengukur atau menyelidiki kepribadian. Berikut ini adalah beberapa diantaranya :
Observasi direk berbeda dengan observasi biasa. Observasi direk mempunyai sasaran yang
khusus , sedangkan observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku subjek. Observasi direk
memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan munculnya indikator dari ciri-ciri yang
hendak diteliti, sedangkan observasi biasa mungkin tidak merencanakan untuk memilih waktu.
Observasi direct diadakan dalam situasi terkontrol, dapat diulang atau dapat dibuat replikasinya.
Misalnya, pada saat berpidato, sibuk bekerja, dan sebagainya.Ada tiga tipe metode dalam
observasi direk yaitu:
Dalam time sampling method, tiap-tiap subjek diselidiki pada periode waktu tertentu. Hal yang
diobservasi mungkin sekadar muncul tidaknya respons, atau aspek tertentu.
Dalam incident sampling method, sampling dipilih dari berbagai tingkah laku dalam berbagai
situasi. Laporan observasinya mungkin berupa catatan-catatan dari Ibu tentang anaknya, khusus
pada waktu menangis, pada waktu mogok makan, dan sebgainya. Dalam pencatatan tersebut hal-
hal yang menjadi perhatian adalah tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-efek berikut
setelah respons.
Metode ini dilakukan dengan cara mencatat dalam buku harian tentang tingkah laku yang khusus
hendak diselidiki oleh yang bersangkutan sendiri. Misalnya mengadakan observasi sendiri pada
waktu sedang marah. Syarat penggunaan metode ini, antara lain, bahwa peneliti adalah orang
dewasa yang cukup inteligen dan lebih jauh lagi adalah benar-benar ada pengabdian pada
perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan wawancara (interview) berarti mengadakan tatap muka dan
berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam psikologi kepribadian, orang mulai
mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:
a. Stress interview
Stress interview digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat bertahan terhadap
hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga untuk mengetahui seberapa lama seseorang
dapat kembali menyeimbangkan emosinya setelah tekanan-tekanan ditiadakan. Interviewer
ditugaskan untuk mengerjakan sesuatu yang mudah, kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang
lebih sukar.
b. Exhaustive Interview
Exhaustive Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama; diselenggarakn
non-stop. Cara ini biasa digunakan untuk meneliti para tersangka dibidang kriminal dan sebagai
pemeriksaan taraf ketiga.
3. Tes proyektif
Cara lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan menggunakan tes
proyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan dirinya melalui gambar atau hal-hal lain
yang dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi peluang kepada testee (orang yang
dites) untuk memberikan makna atau arti atas hal yang disajikan; tidak ada pemaknaan yang
dianggap benar atau salah.
Jika kepada subjek diberikan tugas yang menurut penggunaan imajinasi, kita dapat
menganalisis hasil fantasinya untuk menguur cara dia merasa dan berpikir. Jika melakukan
kegiatan yang bebas, orang cenderung menunjukkan dirinya, memantulkan (proyeksi)
kepribadiannya untuk melakukan tugas yang kreatif.
PERBEDAAN TEMPERAMEN, WATAK, DAN KEPRIBADIAN
Tempramen adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan Emosi (perasaan), misalnya pemarah,
penyabar, periang, pemurung, dan lain sebagainya. Sifat-sifat emosional adalah bawaan
(warisan/turunan), sehingga bersifat permanen dan tipis kemungkinan untuk dapat berubah.
Berbeda halnya dengan temperamen, yang sangat sukar dipengaruhi/ diubah, maka watak besar
kemungkinannya untuk diubah. Sifat jujur, pembohong, rajin, pemalas, percaya pada diri sendiri
(optimis), pesimis dan sebagainya, semuanya itu adalah hasil tempaan orang tua dan pengaruh
lingkungan sejak kecil.
Kepribadian adalah keseluruhan aspek yang terdapat di dalam diri seseorang, termasuk di dalam
temperamen dan watak. Di samping itu, termasuk juga ke dalam kepribadian semua pola tingkah
laku, kebiasaan, sikap kecakapan, serta semua hal yang selalu muncul dari seseorang. Dengan
demikian, kepribadian mengandung arti yang lebih luas dari temperamen dan watak, karena
temperamen dan watak adalah sebagian dari kepribadian.
Kepribadian tumbuh dan berkembang sepanjang manusia, terutama sejak lahir sampai masa
remaja yang selalu berada di lingkungan keluarga, diasuh hari berada di rumah dan hanya
beberapa jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di luar rumah. Karena itu, dapat
dipahami cukup besar pengaruh dan peranan keluarga serta orang tua dalam membentuk pribadi
seorang anak.
Pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani manusia, berlangsung dari bayi hingga
remaja, terutama kanak-kanak yaitu masa yang paling baik dalam pembentukan kepribadian.
Pada masa ini (usia 2-5 tahun) anak-anak sudah mulai dapat berkomunikasi secara lisan (bahasa
inteligensinya mulai berkembang dan mengerti perintah dan larangan).
Selain alasan berkomunikasi, pada usia yang sangat muda ini, kemampuan anak untuk
membantah/menolak perintah relatif masih kecil dan sebaliknya sangat mudah dibujuk untuk
melakukan sesuatu karena kondisi jiwanya yang sedang tumbuh dan masih lemah itu. Pada masa
bayi (0,0 – 1.0 tahun), pembentukan kepribadian berlangsung dengan cara pembiasaan-
pembiasaan.
Pembentukan kepribadian harus dilakukan dengan kontinu dan diadakan pemeliharaan sehingga
menjadi matang dan tidak mungkin berubah lagi. Misalnya anak sewaktu masih kecil tergolong
rajin belajar dan membantu orang tua di rumah, tetapi setelah remaja berubah menjadi pemalas.
Hal ini mungkin karena kurangnya pemeliharaan, tidak pernah diberi imbalan atau dengan kata
lain motivasi belajar anak dibiarkan rusak. Seharusnya, semua sifat atau kebiasaan yang baik
harus dipelihara dan dipupuk terus sampai dewasa agar tidak berubah lagi.
ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN
1. Yaitu pemikiran, ingatan hayalan, daya bayang, inisiatif, kreativitas, pengamatan, dan
pengindraan. Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan dan
mengendalikan tingkah laku.
2. Aspek Afektif
Yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam perasaan atau emosi,
sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi
lainnya disebut aspek konatif atau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak
dapat dipisahkan dengan aspek afektif. Kedua aspek itu sering disebut aspek finalis yang
berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.
Aspek Motorik
Yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerakan
jasmaniah lain.
KESIMPULAN
Tes kepribadian (personality test) adalah sebuah tes psikologi yang meneliti jenis dan
karakter kepribadian seseorang dalam berbagai aspek, termasuk aspek kognitif dan aspek emosi.
Secara garis besar, ada dua jenis tes kepribadian yang populer saat ini. Yaitu tes kepribadian
proyektif dan tes kepribadian non-proyektif.
DAFTAR PUSTAKA
http://atpsikologi.blogspot.com/2010/02/pengukuran-kepribadian.html
http://dibukamata.blogspot.com/2009/09/tips-menghadapi-psikotest-disertai.html
Ratna. Subandi M.A., Wulan. Tes Rorschach Administrasi Dan Skoring. Yogyakarta:Fakultas Psikologi
Unifersitas Gadjah Mada. 2004. Hal 34
Wibowo, Drs. Mungin Edi, Tehnik Bimbingan dan Konseling, Semarang: IKIP, 1984